kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki … · halaman persetujuan dosen pembimbing...

97
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra 149114042 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA

    YANG MEMILIKI ANAK AUTISME

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    149114042

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA

    YANG MEMILIKI ANAK AUTISME

    Disusun oleh:

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    149114042

    Telah disetujui oleh:

    Dosen Pembimbing

    Tanggal:

    Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA

    YANG MEMILIKI ANAK AUTISME

    Dipersiapkan dan disusun oleh:

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    149114042

    Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji

    Pada tanggal 21 Januari 2019

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji:

    Nama Lengkap

    Tanda Tangan

    1. Penguji 1: Prof. A. Supratiknya, Ph.D. ........................

    2. Penguji 2: Dr. Tjipto Susana, M.Si. ........................

    3. Penguji 3: Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. ........................

    Yogyakarta,

    Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan,

    Dr. Titik Kristiyani, M.Psi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Modal dasar meneliti adalah “teliti”

    (A. Supratiknya)

    “Studi itu belajar, belajar itu berproses, berproses itu kesediaan untuk dibentuk,

    dan bersedia dibentuk itu harus ikhlas, jadi tidak boleh memberontak.”

    (PS 2)

    Kesadaran adalah matahari,

    Kesabaran adalah bumi,

    Keberanian adalah cakrawala, dan

    Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

    ~ W. S. Rendra ~

    Bukan maut yang menggetarkan hatiku, tetapi hidup yang tidak hidup karena

    kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya.

    ~ W. S. Rendra ~

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini secara khusus saya persembahkan untuk:

    Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan untuk menikmati

    keajaiban-keajaiban dalam kehidupan, serta memberkati dan memberi kekuatan

    dalam setiap langkah saya

    Ajik dan ibu yang luar biasa hebat, serta mbokgek dan adik tersayang yang

    memberikan dukungan dan doa tiada henti, serta selalu menjadi tempat ternyaman

    untuk “pulang”

    Dosen pembimbing yang tidak pernah lelah memberikan arahan dan bimbingan

    Para sahabat dan teman sebagai keluarga kedua atas segala partisipasi dalam

    dinamika kehidupan saya

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi “rumah kedua”

    Para orang tua dengan anak autisme yang telah menginspirasi saya dengan cerita

    pengalaman berharganya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

    Yogyakarta, 21 Januari 2019

    Penulis

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    Nama : Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    NIM : 149114042

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA

    YANG MEMILIKI ANAK AUTISME

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

    kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

    mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

    data, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan

    akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada

    saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Yogyakarta

    Pada tanggal : 21 Januari 2019

    Yang menyatakan,

    (Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    KEPUASAN PERKAWINANPADA ORANG TUA

    YANG MEMILIKI ANAK AUTISME

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai kepuasan perkawinan

    secara utuh dan menyeluruh pada orang tua yang memiliki anak autisme.Partisipan dalam

    penelitian ini adalah 6 orang tua dengan taraf pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas

    (SMA), tinggal di wilayah Yogyakarta, dan memiliki satu anak autisme.Metode yang digunakan

    dalam pengambilan data adalah wawancara semi terstruktur.Analisis data dilakukan menggunakan

    metode Analisis Isi Kualitatif (AIK) dengan pendekatan deduktif.Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa empat dari enam orang tua yang memiliki anak autisme dapat dikatakan puas terhadap

    kehidupan perkawinannya.Hal ini ditunjukkan oleh ungkapan perasaan positif berupa senang, bahagia, dan puas berkaitan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan, serta terdapat peningkatan

    kehidupan beragama pada aspek orientasi keagamaan yang dirasakan oleh seluruh

    partisipan.Meskipun demikian, terdapat aspek yang relatif paling berpotensi mengalami

    permasalahan, yaitu aspek komunikasi serta aspek anak-anak dan pengasuhan.

    Kata kunci: kepuasan perkawinan, orang tua, autisme

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    MARITAL SATISFACTION ON PARENTS

    WHO HAVE CHILDREN WITH AUTISM

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    ABSTRACT This study aimed to gain an understanding of marital satisfaction as a whole and

    thoroughly in parents who have children with autism. The participants in this study were 6 parents

    with a minimum level of education in high school, living in the Yogyakarta area, and having one

    child with autism. The method used in data collection is a semi-structured interview. Data analysis

    was performed using the qualitative content analysis with deductive approach. The results showed

    that four of six parents who have children with autism can be said to be satisfied with their marital

    life. This is indicated by the expression of positive feelings like pleasure, happiness, and

    satisfaction related to aspects of marital satisfaction, and there is an increase in religious life in the

    aspect of religious orientation. Nevertheless, there are aspects that are relatively the most potential

    to experience problems, namely the communication aspects and aspects of children and parenting.

    Keywords: marital satisfaction, parents,autism

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan segala

    kenikmatan dalam berproses. Berbagai tantangan menghampiri penulis agar tetap

    teguh untuk berjuang dan mendapatkan pelajaran sebagai pengembangan diri.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucap syukur dan banyak terima kasih

    kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan

    skripsi ini.

    1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala proses berharga dalam hidup penulis dan

    berkat di setiap langkah penulis.

    2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma.

    3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S. J. dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si.,

    selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan

    dukungan selama menjalani proses perkuliahan.

    4. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

    sekaligus orang tua yang selalu mendidik, serta memberikan dukungan dan

    arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran. Terima kasih sudah

    memberikan kekuatan untuk terus berproses dalam segala situasi, sehingga

    penulis bisa menunjukkan kemampuan terbaik selama berjuang dan menjadi

    pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga Bapak sehat selalu dan

    dilimpahkan berkat oleh Tuhan yang Maha Esa.

    5. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A., selaku dosen sekaligus orang

    tua yang selalu menguatkan dan mendukung penulis, serta setia menanyakan

    kemajuan proses penyelesaian skripsi penulis dan memberikan motivasi.

    Terima kasih atas dinamika kerjasama, diskusi, dan sharing yang sangat

    bermanfaat untuk pengembangan diri penulis. Semoga Ibu selalu dilimpahkan

    berkat oleh Tuhan yang Maha Esa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si., dan Ibu

    Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji yang telah membantu

    menyempurnakan skripsi ini.

    7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

    telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat

    kepada penulis selama proses perkuliahan.

    8. Staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya

    Mas Gandung, Mas Sidiq, Bu Nanik, dan Mas Muji yang selalu membantu

    penulis dengan keramahan terkait berbagai hal selama perkuliahan.

    9. Para orang tua yang dengan ketulusan hati bersedia berpartisipasi dalam

    penelitian ini dan rela menjalani proses wawancara. Tanpa beliau-beliau,

    maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

    10. Ratu Kakiang yang selalu hadir di setiap duka dan titik terendah hidup

    penulis dengan senyuman yang menyejukkan dan memberikan energi yang

    luar biasa.

    11. Ratu Niang, Ninik, Pekak, dan kedua orang tua penulis tercinta (DS. Putra

    dan Ibu kesabaran) yang selalu setia memberikan doa dan semangat, serta

    segala pengertian, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dalam berbagai

    bentuk. Semoga Niang, Ninik, Pekak, Ajik, dan Ibu selalu dilindungi Sang

    Hyang Widhi Wasa, diberi kesehatan dan kebahagiaan, dijauhkan dari mara

    bahaya, dan selalu harmonis.

    12. Satu-satunya kakak dan adik penulis yang selalu sabar menghadapi tingkah

    laku penulis, serta selalu memberikan doa dan dukungan yang tulus. I Love

    You more than you know. Sukses untuk kita!

    13. Seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan penulis dan selalu setia

    menemani dalam suka dan duka, mendengar setiap keluh kesah penulis,

    meluangkan waktu, memberikan hal-hal spontan yang membuat bahagia dan

    nyaman, serta nasihat-nasihat yang menenangkan. Tuhan memberkati setiap

    langkahmu.

    14. My kehat yang selalu siap sedia saat penulis membutuhkan bantuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    15. My cuy yang setia membantu dan menemani penulis saat mulai putus asa

    mengurus segala kebutuhan untuk mencari partisipan.

    16. Saudara tak sekandung Anggun dan Dian yang masih setia di samping

    penulis, tidak pernah berubah meskipun jarak memisahkan, serta tetap saling

    mendukung dan mendoakan. Sukses untuk kita! Sampai jumpa dengan

    segudang cerita.

    17. Lia dan Fuji yang selalu ada di saat suka dan duka selama menjadi perantau

    di kota Jogja yang penuh kenangan. Terima kasih telah bertahan dengan

    penulis yang tak luput dari berbagai kekurangan dan keterbatasan.

    Keberadaan dan dukungan kalian sungguh berarti. Semoga kita tetap bertahan

    meski akan terpisah oleh jarak. God bless you sisters.

    18. Rani dan Deo yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis. Terima

    kasih atas canda, tawa, dan air mata yang akan selalu terkenang.

    19. Teman-teman kelas E (the one and only kelas E sepanjang sejarah sampai

    saat ini) yang berdinamika bersama selama 6 semester. Panitia KPU Fakultas

    Psikologi 2014, Class Meeting 2015, Psychotour 2016, dan Seminar Bedah

    Skripsi 2016. Teman-teman Puspa Paingan 2015, Volunteer Pendampingan

    Anak 2016-2017, PKM-M 2017 “LELUCON”, KKN LV Kelompok 64, dan

    Asisten Penelitian Bu Agnes. Keluarga baru DPMF Psikologi 2014-2015,

    BEMF Psikologi 2015-2016, dan DPMF Psikologi 2017.

    20. Komisi A-ku tersayang (Kak Mitha) yang merangkap menjadi kakak

    perempuan yang sangat mengayomi; PSDM-ku tercinta (Linda, Rosi, dan

    Egi) yang membantu proses penulis untuk keluar dari zona nyaman dan

    berjuang di tengah badai; DPMF-ku (Kevin, Teguh, Dito, Ima, Hannah, Tika,

    Pev, Pipin, Sita, Rio, Lydia, Dian, Erick, Risty, Dhana, Bambang, dan Novi)

    yang tetap setia bersama penulis dalam proses belajar menjadi pemimpin dan

    manusia.

    21. Teman-teman Asistensi Tes Kognitif (Bunda Gita Lovers: Tesha, Angel,

    Cindy, Ella, Tia, Tini, Lydia, Ma) dan Tes Proyektif: TAT & CAT (TAT

    Ceria: Dianri, Hera, Eva, Ima, Kenan, Novi, Dhisa, Tini) yang mau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    menerima dan bersabar dengan penulis. Terima kasih atas pengertian dan

    kesediaan kalian untuk berproses bersama. Sukses untuk kalian!

    22. “Anak-anak profesor” yang telah meluangkan waktu untuk saling membantu,

    bertukar pikiran, dan memberi semangat. Ayo terus berjuang! Sukses untuk

    kita semua.

    23. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena segala

    keterbatasan penulis. Terima kasih sudah memberikan warna dalam hidup

    penulis. Semoga selalu diberkati Tuhan Yang Maha Segalanya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, segala kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini sepenuhnya

    adalah tanggung jawab penulis. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca.

    Yogyakarta, 21 Januari 2019

    Penulis,

    Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii

    HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vii

    ABSTRAK ..................................................................................................... viii

    ABSTRACT ....................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 9

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. PERKAWINAN ................................................................................... 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    B. KEPUASAN PERKAWINAN

    1. Pengertian Kepuasan Perkawinan ................................................... 11

    2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan ................................................ 11

    a. Permasalahan-permasalahan Kepribadian ................................. 12

    b. Kesamaan Peran ....................................................................... 12

    c. Komunikasi .............................................................................. 12

    d. Pemecahan Masalah .................................................................. 12

    e. Manajemen Keuangan .............................................................. 12

    f. Aktivitas dalam Mengisi Waktu Luang ..................................... 13

    g. Hubungan Seksual .................................................................... 13

    h. Anak-anak dan Pengasuhan ...................................................... 13

    i. Keluarga dan Teman-teman ...................................................... 13

    j. Orientasi Keagamaan ................................................................ 14

    3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Perkawinan ................ 14

    C. AUTISME

    1. Pengertian Autisme ........................................................................ 15

    2. Karakteristik Penderita Autisme ..................................................... 15

    3. Beban Orang tua dengan Anak Autisme dan Kepuasan Perkawinan 16

    D. KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................. 20

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 24

    B. Fokus Penelitian ................................................................................... 25

    C. Partisipan ............................................................................................. 26

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    D. Peran Peneliti ....................................................................................... 26

    E. Metode Pengambilan Data .................................................................... 28

    F. Analisis dan Interpretasi Data ............................................................... 32

    G. Kredibilitas Data .................................................................................. 34

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 35

    B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ................ 35

    C. Hasil Penelitian .................................................................................... 43

    1. Permasalahan-permasalahan Kepribadian ....................................... 44

    2. Kesamaan Peran ............................................................................. 47

    3. Komunikasi .................................................................................... 49

    4. Pemecahan Masalah ....................................................................... 52

    5. Manajemen Keuangan .................................................................... 54

    6. Aktivitas dalam Mengisi Waktu Luang ........................................... 55

    7. Hubungan Seksual .......................................................................... 57

    8. Anak-anak dan Pengasuhan ............................................................ 59

    9. Keluarga dan Teman-teman ............................................................ 61

    10. Orientasi Keagamaan ...................................................................... 64

    D. Pembahasan ......................................................................................... 65

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 70

    B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    C. Saran

    1. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 71

    2. Bagi Praktisi Psikologi ................................................................... 72

    3. Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Autisme ............................... 72

    DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 74

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kriteria Koding Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson ............... 33

    Tabel 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara ................................... 35

    Tabel 3. Demografi Partisipan ....................................................................... 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 23

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Seorang laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk menikah dan

    membangun sebuah keluarga memiliki harapan yang ingin dicapai dalam

    perkawinannya. Terpenuhinya harapan-harapan dalam perkawinan dapat

    menimbulkan perasaan senang, bahagia, dan puas. Hal ini biasa dikenal dengan

    istilah kepuasan perkawinan. Spanier dan Cole (1976) mengungkapkan bahwa

    kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dilakukan oleh

    seseorang terhadap pasangan, perkawinan, dan hubungan yang terjalin dengan

    pasangannya. Menurut Fowers dan Olson (1989), aspek-aspek kepuasan

    perkawinan terdiri dari kepuasan terhadap perilaku dan kepribadian pasangan,

    perasaan dan sikap dalam menjalankan berbagai peran dalam keluarga dan

    perkawinan, komunikasi dengan pasangan, pemecahan masalah, manajemen

    keuangan, aktivitas dalam mengisi waktu luang, hubungan seksual, kehadiran

    anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-teman, serta orientasi keagamaan.

    Pasangan suami istri yang merasa puas dengan perkawinannya

    beranggapan bahwa harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai saat

    menikah terpenuhi, baik sebagian maupun seluruhnya. Berdasarkan hal tersebut,

    pasangan suami istri merasa hidupnya menjadi lebih berarti dan lebih lengkap

    dibandingkan sebelum menikah. Sebaliknya, pasangan suami istri yang merasa

    tidak puas dengan perkawinannya dan mengalami permasalahan-permasalahan

    yang tidak dapat teratasi dalam perkawinan dapat mengakibatkan depresi (Wright,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    1993). Hal ini ditandai antara lain dengan adanya ketergantungan yang berlebihan

    terhadap pasangan, hambatan dalam menjalin komunikasi, menarik diri, memiliki

    perasaan benci dan marah, konflik, serta perasaan negatif yang cenderung kuat

    (Coyne, 1984).

    Hendrick dan Hendrick (1992) mengungkapkan bahwa kepuasan

    perkawinan dapat dipengaruhi oleh faktor premarital dan postmarital. Faktor

    premarital terdiri dari latar belakang ekonomi, pendidikan, dan hubungan dengan

    orang tua. Latar belakang ekonomi menunjukkan status ekonomi pasangan yang

    apabila dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat menimbulkan konflik dan

    membahayakan hubungan perkawinan. Pendidikan yang dimiliki pasangan juga

    dapat memengaruhi kepuasan perkawinan karena pasangan yang memiliki tingkat

    pendidikan yang rendah dapat mengakibatkan tingkat kepuasan perkawinan yang

    lebih rendah karena lebih banyak mengalami stressor seperti pengangguran dan

    penghasilan yang rendah. Hubungan dengan orang tua dapat memengaruhi sikap

    terhadap romantisme, perkawinan, dan perceraian.

    Faktor postmarital terdiri dari lama perkawinan dan kehadiran anak. Lama

    perkawinan dapat memengaruhi kepuasan perkawinan karena semakin lama usia

    perkawinan, maka semakin besar kemampuan pasangan suami istri untuk

    menghadapi konflik yang muncul ketika sedang berjauhan (Gerstel & Gross,

    1982). Menurut Bilgin dan Kucuk (2010), kehadiran anak dalam keluarga

    membuat pasangan suami istri memiliki harapan hidup dan peran yang baru

    sehingga perlu mempersiapkan diri agar proses adaptasi berjalan dengan optimal,

    khususnya untuk menghadapi kehadiran anak yang membutuhkan perhatian atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    perawatan khusus seperti anak berkebutuhan khusus. Kehadiran anak memiliki

    pengaruh yang besar terhadap kepuasan perkawinan pada orang tua karena dapat

    menambah stres yang dirasakan dan mengurangi waktu bersama pasangan.

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki kelainan atau

    penyimpangan dari kondisi anak normal pada umumnya baik secara fisik, mental,

    intelektual, sosial, maupun emosional (Soetjiningsih, 2010). Menurut Hasil Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 0,53% anak-anak rentang usia

    24 sampai dengan 59 bulan umumnya mengalami keterbatasan yang disebabkan

    oleh penyakit atau trauma dengan kecenderungan keterbatasan tertinggi adalah

    keterbatasan penglihatan atau tuna netra dengan persentase sebesar 0,17%, dan

    kecenderungan terendah adalah keterbatasan pendengaran atau tuna runggu

    dengan persentase sebesar 0,07% (Infodatin, 2014).

    Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus yang tergolong paling sulit

    ditangani adalah anak autisme. Autisme merupakan istilah yang digunakan untuk

    anak-anak yang dalam kehidupan sosialnya tidak mau bergaul dan memiliki

    ketertarikan pada dunianya sendiri (Kanner dalam Suryana, 2004). Pada

    umumnya, anak dengan autisme memiliki hambatan dalam berkomunikasi,

    menjalin interaksi sosial, serta memiliki aktivitas dan minat yang terbatas dan

    selalu berulang (repetitive). Di Indonesia, jumlah penyandang autisme pada tahun

    2000 adalah satu per 500 anak dan diperkirakan tahun 2010 berubah menjadi satu

    per 300 anak. Pada tahun 2015, Indonesia diperkirakan memiliki satu per 250

    anak yang mengalami autisme dan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang

    autisme (Judarwanto, 2015). Centers for Disease and Prevention (CDC, 2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    menemukan bahwa pada tahun 2006 terdapat 1 persen atau 40.000 anak-anak usia

    8 tahun di Amerika Serikat yang memenuhi kriteria Autism Spectrum Disorder

    (ASD). Menurut Sastry dan Aguirre (2014), CDC mengestimasi 1 dari 110 anak

    di Amerika Serikat dapat mengalami ASD dan para ahli mengungkapkan prediksi

    yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita ASD mengalami

    peningkatan.

    Orang tua akan mengalami kesedihan dan kebingungan setelah mengetahui

    bahwa anaknya menderita autisme. Reaksi pertama yang muncul adalah

    pertanyaan “kenapa saya?” yang disertai dengan perasaan marah, geram, kecewa,

    sedih, tidak percaya, hingga akhirnya pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa

    (Puspita, 2004). Menurut Marijani (2003), orang tua akan mengalami perasaan

    galau antara penerimaan dan penolakan, serta antara rasa syukur dan amarah.

    Pengasuhan terhadap anak dengan autisme yang jauh lebih sulit dibandingkan

    dengan mengasuh anak biasa membuat orang tua harus berjuang merawat anaknya

    hingga lupa menjaga keseimbangan hidup dan hubungannya dengan pasangan.

    Orang tua juga mengalami tantangan finansial terkait biaya perawatan untuk anak,

    tantangan psikologis yang berkaitan dengan stres yang dirasakan, serta tantangan

    sosial dan praktis (Sastry & Aguirre, 2014). Kehadiran anak ke dalam keluarga

    menuntut orang tua untuk melakukan perubahan-perubahan tertentu dalam

    kehidupan perkawinannya, sehingga berdampak pada perubahan pola interaksi

    yang terjalin bersama pasangan karena harus mulai membagi perhatian dan

    menjalani peran baru sebagai orang tua (Bird & Melville, 1994). Peran baru untuk

    merawat anak berdampak pada pengurangan waktu bersama pasangan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    pengurangan energi untuk memelihara hubungan dengan pasangan (Glenn &

    Weaver dalam Kail & Cavanaugh, 2000). Hal ini menyebabkan adanya tekanan

    dan berbagai permasalahan dalam perkawinan, sedangkan orang tua memiliki

    peran penting dalam merawat dan menentukan penanganan yang tepat untuk anak

    dengan autisme. Orang tua yang memiliki anak autisme juga cenderung memiliki

    tingkat kepuasan yang lebih rendah dalam hubungan mereka (Sastry & Aguirre,

    2014). Menurut Siegel (dalam Cohen & Volkmar, 1997), keretakan dalam rumah

    tangga sering dipengaruhi oleh munculnya perasaan bersalah, kurangnya

    penerimaan, perilaku saling menyalahkan satu sama lain, dan perbedaan

    pandangan dalam merawat anak autisme. Permasalahan-permasalahan perkawinan

    yang lain terkait dengan pembagian pekerjaan dalam rumah tangga dan

    penyangkalan pasangan terhadap diagnosis yang diberikan kepada anak (IAN,

    2009 dalam Sastry & Aguirre, 2014).

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti meyakini bahwa orang tua mengalami

    perasaan negatif dan kegalauan setelah mengetahui bahwa anaknya menderita

    gangguan autis. Peran baru untuk merawat anak berdampak pada berkurangnya

    waktu dan energi yang dimiliki oleh orang tua untuk memelihara hubungan

    mereka, sehingga dapat menimbulkan permasalahan dalam perkawinan dan

    memengaruhi tingkat kepuasan yang dirasakan terhadap hubungan yang dijalani.

    Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

    kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme?

    Beberapa penelitian tentang kepuasan perkawinan yang pernah dilakukan

    di Indonesia mengaitkan kepuasan perkawinan dengan variabel psikologis lain,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    yaitu religiusitas (Istiqomah & Mukhlis, 2015) dan kelekatan (Soraiya, Khairani,

    Rachmatan, Sari & Sulistyani 2016). Penelitian-penelitian tersebut melibatkan

    sejumlah laki-laki dan perempuan sebagai subjek penelitian dan menunjukkan

    bahwa kepuasan perkawinan berkorelasi positif terhadap religiusitas (Istiqomah &

    Mukhlis, 2015) dan kelekatan aman (Soraiya dkk, 2016). Jenis penelitian yang

    digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif dengan instrumen pengumpulan data

    berupa skala Enrich Marital Satisfaction (EMS) yang dikembangkan oleh Fowers

    dan Olson (Istiqomah & Mukhlis, 2015; Soraiya dkk, 2016).

    Meski demikian, ada pula penelitian yang tidak mengaitkan kepuasan

    perkawinan dengan aspek lain. Penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2012)

    menemukan bahwa kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh terpenuhi atau

    tidaknya aspek-aspek kepuasan perkawinan dan hal tersebut berkaitan dengan

    dukungan yang diberikan oleh suami dalam membantu perekonomian dan

    pengerjaan tugas rumah tangga. Habibi (2015) menggali tentang kepuasan

    perkawinan pada wanita yang dijodohkan dan menunjukkan bahwa terpenuhinya

    aspek-aspek dalam perkawinan dapat menimbulkan kepuasan perkawinan.

    Peneliti melibatkan tiga orang wanita sebagai subjek penelitian dengan jenis

    penelitian kualitatif dan metode wawancara untuk mengumpulkan data.

    Beberapa penelitian yang dilakukan pada orang tua yang memiliki anak

    autisme menggunakan metode eksperimen, serta berfokus pada pemberian terapi

    mindfulness dan menunjukkan bahwa pemberian terapi memberikan efek positif

    terhadap kepuasan perkawinan (Bluth, Roberson, Billen, & Sams, 2013; Fahimi,

    2016). Hartley et al (2011) menemukan bahwa kepuasan perkawinan merupakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    prediktor penting dalam pengalaman mengasuh anak, khususnya pada ayah.

    Penelitian lain menunjukkan bahwa ayah dan ibu tidak memiliki tingkat stres dan

    depresi yang berbeda, namun ibu memiliki kecemasan yang lebih banyak

    dibandingkan ayah (Hastings, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Pradana dan

    Kustanti (2017) menunjukkan bahwa seorang ibu yang memiliki anak autisme

    akan memiliki psychological well-being yang tinggi ketika memperoleh dukungan

    sosial yang tinggi dari suaminya, namun penelitian lain menunjukkan bahwa

    keterlibatan ayah dalam perawatan langsung terhadap anak berkebutuhan khusus

    cenderung berkurang sehingga memengaruhi kepuasan hubungan yang terjalin di

    antara orang tua (Bristol, Gallagher, & Schopler, 1988; Brobst, Clopton, &

    Hendrick, 2009; Lee el al, 2008).

    Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan jenis penelitian kualitatif

    dan metode wawancara oleh Hock, Timm, dan Ramisch (2011) berfokus pada

    bagaimana pengasuhan terhadap anak dengan autisme dapat menjadi wadah bagi

    hubungan orang tua karena memberikan tekanan yang besar untuk dapat

    beradaptasi dengan hubungan mereka. Penelitian lain yang dilakukan di dua

    negara bagian AS menunjukkan bahwa sebanyak 391 orang tua dari anak-anak

    autisme menunjukkan adanya permasalahan dalam perkawinan, serta memiliki

    tingkat perceraian yang lebih tinggi pada rentang usia perkawinan 6 tahunan dan

    tidak menunjukkan adanya penurunan dalam resiko perceraian (Hartley et al,

    2010). Birditt, Brown, Orbuch, dan Mcilvane (2010) menyatakan bahwa perilaku

    anak dengan autisme dapat menimbulkan konflik dan menurunnya kepuasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    perkawinan pada orang tua. Peneliti dalam penelitian tersebut menerapkan studi

    longitudinal dalam penelitiannya.

    Berikut ini adalah uraian defisiensi atau celah dalam penelitian-penelitian

    sebelumnya mengenai topik kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki

    anak autisme. Dari segi variabel yang diteliti, penelitian sebelumnya

    menghubungkan kepuasan perkawinan dengan variabel atau aspek psikologis lain

    dan beberapa penelitian cenderung berfokus pada pemberian terapi. Penelitian-

    penelitian yang khususnya dilakukan di Indonesia juga kurang berfokus pada

    kepuasan perkawinan orang tua yang memiliki anak autisme. Penelitian lain

    memberikan penekanan pada adanya permasalahan dalam perkawinan dan tingkat

    perceraian yang terjadi. Dari segi metode, penelitian sebelumnya menggunakan

    jenis penelitian kuantitatif dan instrumen berupa skala untuk mengukur kepuasan

    perkawinan, serta beberapa penelitian menggunakan metode eksperimen.

    Penelitian-penelitian yang khususnya dilakukan di Indonesia, menggunakan

    metode wawancara dengan melibatkan subjek penelitian yang belum berfokus

    pada orang tua yang memiliki anak autisme.

    Berdasarkan defisiensi tersebut, maka penelitian ini secara khusus akan

    mengungkap dan memahami bagaimana kepuasan perkawinan pada orang tua

    yang memiliki anak autisme. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

    untuk menggali penghayatan partisipan terhadap pengalaman pribadinya.

    Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah orang tua dengan taraf

    pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai seorang

    anak autisme dan tinggal di wilayah Yogyakarta. Prosedur pengambilan data akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur pada masing-masing

    partisipan dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif.

    B. Pertanyaan Penelitian

    Bagaimana kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak

    autisme?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai kepuasan

    perkawinan secara utuh dan menyeluruh pada orang tua yang memiliki anak

    autisme.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberikan minimal dua manfaat. Pertama,

    secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    pengetahuan baru bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis

    dewasa terkait teori relasi pada perkawinan yang berkaitan dengan kepuasan

    perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme. Kedua, secara praktis

    penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada tenaga

    profesional mengenai aspek-aspek yang berpotensi dapat menjaga dan

    membahayakan kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak

    autisme, serta memberikan pemahaman dan masukan kepada para orang tua yang

    memiliki anak autisme mengenai aspek-aspek yang perlu dikembangkan agar

    dapat meningkatkan perasaan puas dan bahagia dalam menjalani kehidupan

    berumah tangga.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perkawinan

    Perkawinan merupakan hubungan mutual antara seorang laki-laki dan

    perempuan yang diakui dan diatur oleh suatu institusi secara sosial dan legal,

    sehingga memungkinkan dilakukannya hubungan seksual, pembagian peran

    antara suami dan istri, serta pembagian tugas pengasuhan anak dengan tujuan

    membentuk serta membina sebuah keluarga (Duvall-Miller, 1985; Levinson,

    1995). Undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa

    perkawinan ialah ikatan lahir dan batin yang terjalin antara seorang pria dengan

    seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

    tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

    Hubungan tersebut melibatkan peran dan tanggung jawab pasangan suami istri

    yang di dalamnya terdapat keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih

    sayang (afeksi), pemenuhan kebutuhan seksual, serta kesempatan untuk

    pengembangan emosional sebagai sumber baru bagi identitas dan harga diri

    (Gardiner & Kosmitzki, 2005; Myers, 2000).

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

    perkawinan merupakan sebuah ikatan lahir batin yang terjalin antara seorang laki-

    laki dan perempuan yang diakui dan diatur secara legal untuk membina sebuah

    keluarga baru yang bahagia, serta melibatkan hubungan seksual, pembagian peran

    antara suami dan istri, serta pembagian tugas pengasuhan anak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    B. Kepuasan Perkawinan

    1. Pengertian Kepuasan Perkawinan

    Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dilakukan

    oleh suami atau istri atas kualitas hubungan dalam kehidupan perkawinan

    berdasarkan perasaan senang, bahagia, dan puas (Bird & Melville, 1994). Hal

    ini terkait dengan pengalaman menyenangkan yang dilalui bersama pasangan

    dengan mempertimbangkan aspek-aspek dalam perkawinan, khususnya yang

    berhubungan dengan pasangan (Fower & Olson, 1993). Menurut Bradbury,

    Fincham, dan Beach (2000), kepuasan perkawinan merupakan suatu kondisi

    mental yang mencerminkan persepsi individu mengenai kelebihan dan

    kekurangan perkawinannya, sehingga individu akan merasa puas ketika

    mendapatkan manfaat dari perkawinan dan begitu pula sebaliknya.

    Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

    kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif yang dilakukan oleh individu

    berkenaan dengan perasaan positif berupa bahagia, puas, dan senang yang

    dirasakan terkait seluruh aspek dalam perkawinan untuk menggambarkan

    kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam kehidupan perkawinan yang

    dijalani.

    2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan

    Fowers dan Olson (1989) pada ENRICH Marital Inventory

    mengemukakan bahwa kepuasan perkawinan terdiri dari beberapa aspek yang

    digunakan sebagai dasar dalam melakukan penilaian atau evaluasi terhadap

    kehidupan perkawinan yang dijalani, antara lain:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    a. Permasalahan-permasalahan kepribadian

    Aspek ini melihat persepsi individu mengenai pasangannya terkait

    permasalahan-permasalahan perilaku dan tingkat kepuasan yang dirasakan

    terhadap permasalahan-permasalahan tersebut.

    b. Kesamaan peran

    Aspek ini menilai perasaan senang dan kesediaan individu dalam

    menjalankan peran yang beragam dalam kehidupan perkawinan dan

    keluarga yang berfokus pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai

    dengan jenis kelamin, dan peran sebagai orang tua.

    c. Komunikasi

    Aspek ini berkaitan dengan perasaan senang dan sikap individu terhadap

    komunikasi di dalam hubungannya dengan pasangan yang berfokus pada

    tingkat kenyamanan yang dirasakan dalam membagi dan menerima

    informasi secara emosional dan kognitif kepada pasangan.

    d. Pemecahan masalah

    Aspek ini menilai persepsi individu mengenai keberadaan permasalahan dan

    penyelesaian masalah yang ada di dalam hubungannya bersama pasangan

    yang berfokus pada keterbukaan untuk mengenali dan menyelesaikan

    masalah, serta strategi yang digunakan untuk mengakhiri perdebatan yang

    terjadi bersama pasangan.

    e. Manajemen keuangan

    Aspek ini berfokus pada perasaan senang dan sikap individu dalam

    mengelola masalah ekonomi dalam kehidupan perkawinan dengan menilai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    pola pengeluaran dan kepedulian terhadap pengambilan keputusan terkait

    keuangan.

    f. Aktivitas dalam mengisi waktu luang

    Aspek ini berfokus pada kecenderungan individu untuk mengisi waktu

    luang bersama pasangan dan harapan-harapan untuk mengisi waktu luang

    sebagai pasangan.

    g. Hubungan seksual

    Aspek ini menilai perasaan senang yang dirasakan oleh individu terkait

    afeksional dan hubungan seksual dalam kehidupan perkawinan yang

    mencerminkan sikap terhadap permasalahan seksual, perilaku seksual,

    kontrol terhadap kelahiran, dan kesetiaan seksual.

    h. Anak-anak dan pengasuhan

    Aspek ini menilai perasaan senang dan sikap individu terkait kehadiran anak

    dan pengasuhan terhadap anak yang berfokus pada keputusan mengenai

    disiplin anak, cita-cita untuk anak, dan pengaruh kehadiran anak terhadap

    hubungan dengan pasangan.

    i. Keluarga dan teman-teman

    Aspek ini menilai perasaan senang yang dirasakan oleh individu terkait

    hubungan dengan kerabat, mertua, dan teman-teman yang mencerminkan

    harapan dan kenyamanan ketika menghabiskan waktu bersama keluarga dan

    teman-teman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    j. Orientasi keagamaan

    Aspek ini menilai makna keyakinan beragama bagi individu dan praktik

    keagamaan di dalam kehidupan perkawinan.

    3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Perkawinan

    Menurut Hendrick dan Hendrick (1992) faktor-faktor yang dapat

    memengaruhi kepuasan perkawinan dapat dibagi menjadi dua. Pertama,

    premarital factors yang terdiri dari latar belakang atau status ekonomi,

    pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan, serta hubungan

    dengan orang tua terkait sikap romantisme, perkawinan, dan perceraian.

    Kedua, postmarital factors yang terdiri dari lama perkawinan dan kehadiran

    anak. Bilgin dan Kucuk (2010) mengungkapkan bahwa kehadiran anak dalam

    sebuah keluarga memberikan harapan hidup dan peran baru bagi pasangan

    suami istri, sehingga pasangan suami istri perlu mempersiapkan diri agar dapat

    menyesuaikan diri dengan optimal terhadap kondisi keluarga yang baru,

    khususnya ketika anak didiagnosis mengalami autisme. Kehadiran anak

    autisme dengan berbagai keterbatasan mengharuskan orang tua untuk

    memberikan perhatian dan perawatan khusus. Hal ini dapat meningkatkan stres

    pada orang tua serta menambah tugas rumah tangga yang membutuhkan waktu

    dan energi yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi waktu bersama

    pasangan dan memengaruhi kepuasan terhadap hubungan dengan pasangan

    (Sastry & Aguiree, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    C. Autisme

    1. Pengertian Autisme

    Istilah Autisme pertama kali ditemukan pada tahun 1943 oleh Leo

    Kanner dan dideskripsikan sebagai sebuah gangguan yang ditandai dengan

    ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain, adanya

    gangguan dalam berbahasa yang ditunjukkan oleh tertundanya penguasaan

    bahasa, echolalia, mutism, dan pembalikan kalimat, adanya kegiatan bermain

    repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat, serta memiliki keinginan

    obsesif untuk mempertahankan keteraturan lingkungannya (Dawson &

    Castelloe dalam Widihastuti, 2007). Anak yang mengalami gangguan autis

    biasanya memiliki penampilan dan pertumbuhan fisik yang normal seperti

    anak-anak pada umumya, bahkan beberapa memiliki kemampuan dan

    keterampilan yang unik meskipun mengalami gangguan perkembangan

    kompleks terkait komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi yang

    gejalanya mulai tampak pada tiga tahun pertama (Suryana, 2004).

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa autisme

    merupakan gangguan perkembangan kompleks pada anak yang ditandai

    dengan ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, adanya gangguan

    berbahasa, adanya kegiatan bermain repetitive, serta memiliki keinginan untuk

    mempertahankan keteraturan lingkungan sekitarnya.

    2. Karakteristik Penderita Autisme

    Sastry dan Aguirre (2014) mengungkapkan bahwa karakteristik

    penderita autisme dapat dilihat dari tiga jenis perbedaan umum dalam autisme

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    yang mengacu pada kelemaham di wilayah-wilayah yang memiliki keterkaitan

    satu sama lain, yaitu interaksi sosial, komunikasi dan bahasa, serta pola

    perilaku. Perilaku spesifik terkait wilayah-wilayah tersebut, antara lain:

    a. Interaksi sosial : Individu dengan spektrum autisme mengalami

    kesulitan dalam berbagi pengalaman dengan orang lain karena memiliki

    ketidakmampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang lain.

    b. Komunikasi : Individu dengan spektrum autisme mengalami

    ketidakmampuan untuk memproduksi kata-kata bermakna, serta memiliki

    permasalahan dalam memahami dan mengkontekskan perkataan, tulisan,

    maupun ekspresi non verbal dari orang lain. Individu dengan autisme juga

    memiliki ketidakmampuan untuk mempertahankan percakapan seperti orang

    lain pada umumnya.

    c. Minat dan perilaku : Individu dengan spektrum autisme menunjukkan

    perilaku yang dianggap tidak biasa oleh orang lain, seperti gerakan tubuh

    berulang dan gerakan yang menarik perhatian. Individu dengan spektrum

    autisme juga memiliki minat pada hal-hal tertentu dan terbatas hanya pada

    hal tersebut.

    3. Beban Orang Tua dengan Anak Autisme dan Kepuasan Perkawinan

    Orang tua akan menunjukkan serangkaian reaksi emosi saat mengetahui

    kondisi anak dan diagnosis bahwa anaknya mengalami autisme, seperti

    menangis, merasa tidak berdaya, marah kepada Tuhan, tidak mempercayai

    diagnosis yang diberikan kepada anak mereka, marah atau mempertanyakan

    kemampuan pihak profesional yang memberikan diagnosis, dan terkejut setelah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    memahami tingkat keseriusan diagnosis (Sullivian dalam Cohen & Volkmar,

    1997). Widihastuti (2007) juga mengungkapkan bahwa orang tua biasanya

    mengalami stres, kecewa, patah semangat, khawatir terhadap masa depan

    anaknya, dan berusaha mencari pengobatan kemana-mana, serta menunjukkan

    berbagai reaksi lainnya. Orang tua mulai mencari alternatif penanganan bagi

    anak mereka untuk mempersiapkan anak semandiri mungkin agar dapat hidup

    dengan layak saat orang tuanya beranjak tua atau meninggal dunia. Laura

    Schieve dan koleganya (2007, dalam Sastry & Aguirre, 2014) menemukan

    bahwa orang tua yang memiliki anak autisme akan merasa sedih karena

    menghadapi lebih banyak persoalan dibandingkan orang tua dengan anak

    berkebutuhan khusus lainnya saat berusaha untuk mendapatkan perawatan

    kesehatan, intervensi, dan terapi yang dibutuhkan oleh anak mereka.

    Sastry dan Arguirre (2014) mengungkapkan bahwa kehadiran anak

    autisme juga menimbulkan sejumlah tantangan bagi orang tua, yaitu tantangan

    pada faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial. Tantangan pada faktor

    finansial berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk

    mengasuh anak autisme, khususnya untuk biaya kesehatan dan pendidikan

    yang sekaligus memengaruhi peningkatan biaya hidup keluarga. Tantangan

    tersebut semakin berat ketika kehadiran anak autisme memberikan efek negatif

    terhadap karir orang tua yang cenderung meminta libur atau bahkan berhenti

    dari pekerjaan demi mengasuh anak.

    Orang tua juga mengalami tantangan pada faktor psikologis terkait stres

    yang dirasakan karena perilaku anak, serta penanganan yang melelahkan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    mengecewakan. Faktor psikologis berupa kekhawatiran akan masa depan anak,

    pendapat keluarga besar dan teman-teman, serta dukungan yang akan diperoleh

    dari pasangan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh orang tua yang

    memiliki anak autisme. Tantangan terkait stres lain yang umumnya dirasakan

    oleh orang tua adalah depresi, kecemasan, dan kemarahan. Orang tua dengan

    anak autisme mengalami stres dengan kadar stres pada ibu lebih tinggi

    dibandingkan kadar stres yang dialami oleh ayah (Sastry & Aguirre, 2014).

    Seorang ibu yang memiliki anak autisme juga mengalami stres yang lebih

    besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak Down Syndrome

    (Abbeduto et al, 2004). Menurut Annette Estes dan koleganya (2009, dalam

    Sastry & Aguirre, 2014) sumber stres pada ibu disebabkan oleh antara lain

    anak mudah tersinggung, melakukan agitasi, menangis, ujarannya tidak benar,

    memiliki ketidakmampuan untuk mengikuti aturan dan menunjukkan kesulitan

    perilaku lainnya, serta tidak pernah merasa membutuhkan bantuan untuk

    melakukan tugas dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, orang tua dari

    anak autisme mengungkapkan permasalahan psikologis yang lebih banyak

    dibandingkan dengan orang tua lainnya dan sering mengalami perasaan

    terisolasi (Sastry & Aguirre, 2014).

    Tantangan pada faktor praktis juga dialami oleh orang tua karena harus

    menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas sehari-hari

    dan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Orang tua juga

    harus melakukan beberapa perubahan signifikan karena memiliki tugas rumah

    tangga tambahan yang memerlukan ekstra waktu, perhatian, dan tenaga, serta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    kerja keras dan adaptasi yang cenderung besar, seperti menyediakan waktu

    yang lebih banyak untuk mengurus dan mengawasi perilaku anak, memikirkan

    pengobatan atau terapi yang diperlukan untuk anak, dan lain-lain (Powers,

    1989 dalam Powers, 2000). Tantangan lain yang dialami oleh orang tua yang

    memiliki anak autisme terdapat pada faktor sosial karena orang tua cenderung

    memiliki hubungan sosial yang lebih buruk dibandingkan dengan orang tua

    dengan anak yang tergolong normal.

    Semua hal tersebut diduga akan berpengaruh secara negatif terhadap

    kepuasan perkawinan karena mengakibatkan adanya perubahan pola interaksi

    yang terjalin di antara orang tua terkait aspek-aspek kepuasan perkawinan,

    yaitu permasalahan-permasalahan kepribadian, kesamaan peran, komunikasi,

    pemecahan masalah, manajemen keuangan, aktivitas dalam mengisi waktu

    luang, hubungan seksual, anak-anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-

    teman, serta orientasi keagamaan (Fowers & Olson, 1989). Orang tua dengan

    anak autisme cenderung memiliki pola komunikasi dengan tingkat self-

    disclosure yang berbeda dan tidak seimbang antara satu sama lain, sehingga

    dapat menurunkan kepuasan perkawinan (Allen et al dan Schumm et al, dalam

    Davidson & Moore, 1996). Para suami juga memiliki kecenderungan untuk

    mengalah dan menarik diri ketika berada dalam situasi konflik, khususnya jika

    topik yang menjadi sumber konflik dikemukakan oleh istri (Noller &

    Fitzpatrick dalam Davidson & Moore, 1996).

    Pada beberapa kasus, kehadiran anak autisme menjadi sumber konflik

    bagi orang tua, bahkan dapat mengancam stabilitas perkawinan (Siegel dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Cohen & Volkmar, 1997). Sejumlah besar orang tua yang berjuang keras untuk

    merawat anak autisme mengungkapkan bahwa terdapat tekanan dalam

    kehidupan perkawinan yang dijalani dan beberapa diantaranya melaporkan

    kepuasan yang lebih rendah dalam hubungan bersama pasangan (Sastry &

    Aguirre, 2014). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang

    memiliki anak autisme memiliki tingkat perceraian yang cenderung lebih tinggi

    pada rentang usia perkawinan 6 tahunan dan tidak ada penurunan risiko

    perceraian hingga anak berusia 8 tahunan (Hartley et al, 2010). Papalia, Sterns,

    Feldman, dan Camp (2002) mengungkapkan bahwa penurunan tingkat

    kepuasan perkawinan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aspek-aspek

    positif dalam kehidupan perkawinan, antara lain seperti keintiman, ekspresi

    afeksi, diskusi, kerja sama, dan kegiatan yang bersifat menyenangkan yang

    dilakukan bersama pasangan.

    D. Kerangka Konseptual

    Penelitian ini secara khusus akan berfokus pada orang tua yang memiliki

    anak autisme. Anak dengan autisme cenderung memiliki keterbatasan atau

    gangguan perkembangan yang kompleks terkait kemampuan interaksi sosial

    karena memiliki ketidakmampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang

    lain. Anak juga mengalami hambatan yang berkaitan dengan kemampuan

    komunikasi khususnya untuk memproduksi kata-kata bermakna, memahami

    informasi sesuai konteks, dan mempertahankan percakapan dengan orang lain.

    Selain itu, anak menunjukkan keterbatasan terkait minat dan perilaku karena anak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    autisme memiliki kecenderungan untuk menunjukkan perilaku yang tidak lazim

    dan memiliki minat yang terbatas pada hal-hal tertentu (Sastry & Aguirre, 2014).

    Keterbatasan yang dimiliki oleh anak autisme menimbulkan berbagai

    tantangan bagi orang tua pada faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial.

    Tantangan pada faktor finansial berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan

    oleh orang tua untuk merawat anak dengan autisme. Tantangan lain yang dihadapi

    oleh orang tua terdapat pada faktor psikologis terkait peningkatan stres yang

    dirasakan karena kondisi anak yang memiliki berbagai keterbatasan serta

    membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, orang tua juga memiliki tantangan

    pada faktor praktis berkaitan dengan meningkatnya jumlah tugas dalam rumah

    tangga yang menuntut ekstra waktu, tenaga, dan perhatian, sehingga mengurangi

    waktu bersama pasangan. Kemudian tantangan pada faktor sosial terkait

    hubungan orang tua dengan orang-orang di sekitarnya yang cenderung lebih buruk

    dibandingkan orang tua lainnya (Sastry & Aguirre, 2014).

    Tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pola

    interaksi yang berkaitan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan, antara lain

    tingkat kepuasan terkait permasalahan-permasalahan kepribadian pasangan,

    kesamaan peran, tingkat kenyamanan dalam menjalin komunikasi dengan

    pasangan, pemecahan masalah, manajemen keuangan, aktivitas dalam mengisi

    waktu luang, perasaan senang terkait hubungan seksual bersama pasangan, anak-

    anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-teman, serta orientasi keagamaan

    (Fowers & Olson, 1989). Hal tersebut berpotensi mengakibatkan timbulnya

    tekanan dan berbagai permasalahan dalam perkawinan yang dapat membahayakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    stabilitas perkawinan. Peneliti menduga berbagai perubahan yang dialami oleh

    orang tua dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat kepuasan perkawinan yang

    dirasakan. Kepuasan perkawinan yang dimaksud adalah evaluasi subjektif yang

    dilakukan oleh suami atau istri terhadap kehidupan perkawinan yang dijalani

    berkenaan dengan perasaan bahagia, puas, dan senang. Oleh karena itu, peneliti

    berharap dapat mengeksplorasi perubahan-perubahan yang dialami oleh orang tua

    berkenaan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan serta sejauh mana orang tua

    merasakan kepuasan terhadap perkawinannya, sehingga pada akhirnya orang tua

    yang memiliki anak autisme diharapkan dapat mengembangkan sikap dan

    perasaan terkait aspek-aspek kepuasan perkawinan secara maksimal agar perasaan

    puas dan bahagia dalam menjalani kehidupan berumah tangga semakin

    meningkat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

    Beban orang

    tua:

    1. Tantangan

    pada faktor

    finansial

    (biaya)

    2. Tantangan

    pada faktor

    psikologis

    (stres)

    3. Tantangan

    pada faktor

    praktis

    (peran dan

    tugas

    tambahan)

    4. Tantangan

    pada faktor

    sosial (relasi

    dengan

    orang lain)

    Gangguan

    interaksi

    sosial

    Anak

    autisme

    Gangguan

    komunikasi

    Gangguan

    minat dan

    perilaku

    Perubahan pada

    aspek-aspek

    kepuasan

    perkawinan:

    1. Permasalah-

    an -

    permasalahan

    kepribadian

    2. Kesamaan

    peran

    3. Komunikasi

    4. Pemecahan

    masalah

    5. Manajemen

    keuangan

    6. Aktivitas

    dalam

    mengisi

    waktu luang

    7. Hubungan

    seksual

    8. Anak-anak

    dan

    pengasuhan

    9. Keluarga dan

    teman-teman

    10. Orientasi

    keagamaan

    Kepuasan

    perkawinan?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis

    penelitian yang dilakukan dalam upaya menggali dan menangkap makna

    mengenai suatu isu dari sudut pandang partisipan, sehingga peneliti diharuskan

    untuk terjun langsung ke dalam lingkungan atau suasana alamiah partisipan demi

    mengumpulkan berbagai macam data, melalui proses wawancara, observasi,

    maupun dokumen-dokumen tertentu. Peneliti menggunakan jenis penelitian

    kualitatif untuk memperoleh gambaran dan pemahaman secara menyeluruh

    mengenai isu yang diteliti dengan menginterpretasikan apa yang peneliti saksikan,

    dengar, dan pahami (Creswell, 2009 dalam Supratiknya 2015).

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Isi

    Kualitatif (AIK) dengan pendekatan deduktif, yaitu metode penafsiran secara

    subjektif terhadap isi data dalam bentuk teks melalui proses klasifikasi sistematik

    berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola

    (Hsieh & Shannon, 2005 dalam Supratiknya, 2015). Menurut Supratiknya (2015),

    pendekatan deduktif cocok untuk digunakan ketika terdapat teori maupun hasil-

    hasil penelitian terdahulu mengenai suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti

    ingin menguji kepuasan perkawinan dengan melibatkan kelompok partisipan yang

    baru, yaitu orang tua yang memiliki anak autisme. Penelitian ini bertujuan untuk

    memperoleh pemahaman secara utuh dan menyeluruh mengenai kepuasan

    perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme berdasarkan sudut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    pandang partisipan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menggunakan

    prosedur pengambilan data berupa wawancara semi terstuktur dengan beberapa

    pertanyaan yang bersifat terbuka agar partisipan tidak merasa dibatasi (Smith,

    2009), serta bersedia mengungkapkan pengalamannya secara personal dan

    mendalam.

    B. Fokus Penelitian

    Penelitian ini berfokus pada kepuasan perkawinan orang tua yang

    memiliki anak autisme berdasarkan aspek-aspek kepuasan perkawinan yang

    diungkapkan oleh Fowers dan Olson (1989). Penelitian ini diharapkan dapat

    mengeksplorasi sejauh mana kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh orang tua

    yang memiliki anak autisme ditinjau dari aspek-aspek kepuasan perkawinan

    Fowers dan Olson (1989), meliputi: (1) permasalahan-permasalahan

    kepribadian (tingkat kepuasan terhadap perilaku dan kepribadian pasangan), (2)

    kesamaan peran (perasaan senang dan kesediaan menjalankan berbagai peran

    dalam perkawinan dan keluarga), (3) komunikasi (tingkat kenyamanan dalam

    membagikan dan menerima informasi), (4) pemecahan masalah (keterbukaan

    dalam mengenali dan menyelesaikan masalah), (5) manajemen keuangan

    (perasaan senang dan sikap dalam mengatur masalah ekonomi), (6) aktivitas

    dalam mengisi waktu luang (kecenderungan dalam mengisi waktu luang

    bersama), (7) hubungan seksual (perasaan senang terkait afeksional dan

    hubungan seksual), (8) anak-anak dan pengasuhan (perasaan senang dan

    kesediaan saat memiliki dan merawat anak-anak), (9) keluarga dan teman-

    teman (tingkat kenyamanan dalam menghabiskan waktu bersama keluarga dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    teman), serta (10) orientasi keagamaan (makna keyakinan beragama dan

    mempraktikannya dalam perkawinan).

    C. Partisipan

    Partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang tua yang terdiri dari 3

    pasangan suami istri dengan taraf pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas

    (SMA), serta memiliki satu orang anak autisme dan tinggal di wilayah

    Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik criterion sampling dalam pemilihan

    partisipan agar dapat meninjau dan mempelajari suatu kasus yang memenuhi

    kriteria yang ditentukan oleh peneliti, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian

    (Patton, 2002). Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini bersifat homogen

    karena memiliki karakteristik yang kurang lebih sama terkait permasalahan yang

    akan diteliti. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan rekomendasi dari staf

    Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Universitas Sanata Dharma

    dan pengurus Pusat Layanan Autis Yogyakarta karena menyesuaikan kondisi dan

    kesediaan partisipan untuk melakukan sesi wawancara.

    D. Peran Peneliti

    Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci,

    sehingga memiliki peran penting dalam pengumpulan dan pengolahan data.

    Menurut Supratiknya (2015), peneliti harus terjun langsung ke lokasi penelitian

    dan berhadapan dengan partisipan untuk memeriksa dokumen, mengamati

    perilaku, maupun mewawancarai partisipan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

    harus membekali diri dengan suatu protokol berupa instrumen pengumpulan data

    atau pedoman wawancara dan observasi. Peneliti juga ditekankan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    memperoleh data yang kredibel dan sesuai sudut pandang partisipan dengan

    benar-benar berupaya menangkap makna mengenai isu atau permasalahan yang

    diteliti sesuai dengan apa yang diyakini dan dihayati oleh partisipan (Supratiknya,

    2015). Peneliti tidak memiliki keterkaitan apapun dengan lokasi penelitian dan

    para partisipan.

    Peneliti merekrut partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah

    ditetapkan sebelumnya, kemudian menghubungi partisipan secara langsung untuk

    menyampaikan maksud dan tujuan peneliti. Setelah itu, peneliti meminta

    kesediaan partisipan untuk melakukan wawancara, lalu menjelaskan gambaran

    umum mengenai penelitian yang akan dilakukan dan memberikan lembar

    informed consent untuk ditandatangani oleh partisipan. Peneliti berperan untuk

    menjaga kerahasiaan data dan kepercayaan yang telah diberikan oleh partisipan.

    Pada proses wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap perilaku

    nonverbal partisipan, lalu melakukan transkripsi terhadap hasil wawancara setelah

    data terkumpul.

    Potensi paling buruk yang dapat terjadi dalam penelitian ini adalah

    munculnya perasaan sedih maupun perasaan lainnya yang dapat membuat

    partisipan merasa tidak nyaman, sehingga peneliti mengantisipasi hal tersebut

    dengan mempersilahkan partisipan mengetahui tema penelitian dan prosedur

    pengambilan data yang akan dilakukan oleh peneliti. Isu sensitif terkait etika yang

    mungkin terjadi adalah terungkapnya identitas partisipan, sehingga peneliti

    mengantisipasinya dengan menggunakan inisial PS 1, PI 1, PS 2, PI 2, PS 3, dan

    PI 3 dalam semua data mengenai identitas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    E. Metode Pengambilan Data

    Metode utama yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian

    ini adalah wawancara dengan teknik semi terstruktur agar wawancara dapat

    berjalan sesuai dengan garis besar wawancara yang telah ditentukan, namun tetap

    dapat dikembangkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggali pengalaman dan

    perasaan orang tua yang memiliki anak autisme dalam menjalani kehidupan

    perkawinan. Patton (2002) menyatakan bahwa melalui proses wawancara peneliti

    dapat menggali pernyataan langsung dari individu mengenai pengalaman,

    pendapat, perasaan, serta pengetahuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan.

    Teknik wawancara semi terstruktur memberikan kesempatan bagi peneliti untuk

    mengubah urutan pertanyaan sesuai dengan respon yang diberikan oleh responden

    (Smith, 2015). Peneliti juga dapat memberikan probing yang sesuai dengan hal-

    hal penting yang muncul atau ketertarikan partisipan.

    Sebelum wawancara dimulai, peneliti melalui beberapa tahapan yang

    digunakan agar proses pengambilan data dapat berjalan dengan optimal. Tahapan

    pelaksanaan wawancara tersebut, antara lain:

    1. Mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan untuk

    berpartisipasi dalam penelitian. Pencarian partisipan dilakukan dengan cara

    menghubungi pihak-pihak terkait untuk selanjutnya menjalin kerjasama dengan

    pihak-pihak tersebut, seperti PSIBK Universitas Sanata Dharma dan Pusat

    Layanan Autis Yogyakarta.

    2. Membangun rapport dengan partisipan untuk menjalin hubungan yang baik

    serta menyampaikan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Peneliti juga memastikan kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam

    penelitian.

    3. Menyusun kesepakatan jadwal pelaksanaan wawancara antara peneliti dan

    partisipan.

    4. Melaksanakan wawancara. Pada sesi wawancara, peneliti menggunakan alat

    bantu perekam (digital recorder) dan mencatat perilaku non-verbal yang

    ditunjukkan oleh partisipan selama proses wawancara berlangsung.

    5. Melakukan transkrip wawancara berdasarkan hasil perekaman data.

    Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti membuat pedoman

    wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan

    berdasarkan rumusan masalah dan teori-teori yang digunakan oleh peneliti.

    Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini:

    a. Pertanyaan pembuka

    1. Siapakah nama Bapak/Ibu?

    2. Berapa usia Bapak/Ibu?

    3. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?

    4. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?

    5. Apa keyakinan yang Bapak/Ibu anut?

    6. Berapa usia perkawinan Bapak/Ibu?

    7. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu?

    8. Berapa jumlah anak autisme dalam keluarga Bapak/Ibu?

    9. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mengalami autisme?

    10. Berapa usia anak autisme yang ada dalam keluarga Bapak/Ibu?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    b. Pertanyaan pendahuluan

    1. Coba ceritakan bagaimana pengalaman Bapak/Ibu terkait kehadiran anak

    dengan autisme?

    c. Pertanyaan transisi

    1. Apakah kehadiran anak autisme berpengaruh terhadap kehidupan

    perkawinan Bapak/Ibu?

    d. Pertanyaan pokok

    1. Coba ceritakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan

    perkawinan Bapak/Ibu setelah kehadiran anak autisme!

    Probing

    1. Permasalahan-permasalahan kepribadian

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu terhadap tingkah laku, kebiasaan-

    kebiasaan, dan kepribadian pasangan saat ini?

    2. Kesamaan peran

    Seperti apakah pembagian peran antara Bapak/Ibu dengan pasangan?

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu dalam menjalani peran-peran tersebut?

    3. Komunikasi

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika mengkomunikasikan kebutuhan,

    keinginan, dan perasaan kepada pasangan?

    4. Pemecahan masalah

    Apa yang biasanya menjadi sumber konflik dalam rumah tangga

    Bapak/Ibu?

    Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi konflik yang ada?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    5. Manajemen keuangan

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu terkait cara mengatur keuangan dalam

    kehidupan berumah tangga?

    6. Aktivitas dalam mengisi waktu luang

    Bagaimana cara Bapak/Ibu menghabiskan waktu luang?

    7. Hubungan seksual

    Bagaimana cara Bapak/Ibu menunjukkan perhatian atau kasih sayang

    kepada pasangan?

    Apakah kehadiran anak autisme memengaruhi kehidupan seksual

    Bapak/Ibu?

    8. Anak-anak dan pengasuhan

    Bagaimana perasaan dan sikap Bapak/Ibu setelah memiliki anak?

    9. Keluarga dan teman-teman

    Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan bersama keluarga besar dan

    teman-teman?

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berkegiatan bersama keluarga

    besar dan teman-teman?

    10. Orientasi keagamaan

    Bagaimana perasaan Bapak/Ibu mengenai hal-hal keagamaan dan

    beribadah?

    e. Pertanyaan Penutup

    1. Apakah masih ada yang ingin Bapak/Ibu ceritakan terkait pengalaman

    kehidupan perkawinan Bapak/Ibu?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    F. Analisis dan Interpretasi Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

    Isi Kualitatif (AIK), yaitu sebuah metode untuk menganalisis pesan-pesan

    komunikasi secara tertulis, lisan, maupun visual dengan melakukan klasifikasi

    atau penyaringan terhadap teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang

    mewakili aneka isi tertentu (Supratiknya, 2015). Hasil wawancara dalam

    penelitian ini akan ditranskripkan menjadi data tertulis. Metode AIK digunakan

    untuk menyaring teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang mewakili

    aneka isi tertentu berdasarkan kesamaan makna agar diperoleh deskripsi yang

    padat mengenai fenomena yang diteliti (Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya,

    2015).

    Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

    deduktif dengan proses analisis data yang mengikuti langkah-langkah berikut

    (Supratiknya, 2018):

    1. Membaca corpus data berupa transkripsi verbatim responden yang

    dikumpulkan melalui proses wawancara semi terstruktur secara berulang-

    ulang;

    2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu yang terdapat di

    dalam transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-

    line approach), serta membandingkannya dengan konsep kepuasan perkawinan

    pada orang tua dengan anak autisme yang dilibatkan oleh peneliti;

    3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori/kriteria, yaitu

    sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    agar menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus

    data;

    4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan subtema-

    subtema dalam suatu susunan hirarkis tertentu menjadi sebuah tema besar; sub-

    subtema tersebut kemudian diberi label atau nama; masing-masing subtema

    dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang diambil dari transkripsi verbatim

    sebagai bukti pendukung, sehingga diperoleh narasi yang utuh tentang

    fenomena yang diteliti.

    Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kategori atau kriteria yang

    digunakan dalam koding (Tabel 1) adalah:

    Tabel 1

    Kriteria Koding Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson

    Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson

    a. Permasalahan-permasalahan

    kepribadian

    Merasa puas terhadap tingkah laku

    dan kepribadian pasangan

    b. Kesamaan peran Merasa senang menjalani peran

    dalam keluarga

    c. Komunikasi Merasa senang terhadap komunikasi

    bersama pasangan

    d. Pemecahan masalah Merasa senang terkait penyelesaian

    konflik dalam kehidupan

    perkawinan

    e. Manajemen keuangan Merasa senang terhadap pengelolaan

    masalah ekonomi dalam kehidupan

    perkawinan dan pembuatan

    keputusan terkait keuangan

    f. Aktivitas dalam mengisi waktu

    luang

    Meluangkan waktu untuk pasangan

    Merasa senang ketika menghabiskan

    waktu bersama

    g. Hubungan seksual Merasa senang terkait

    pengekspresian kasih sayang dan

    hubungan seksual dengan pasangan

    h. Anak-anak dan pengasuhan Merasa senang ketika mengasuh dan

    membesarkan anak dengan autisme

    Merawat anak tanpa beban

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson

    i. Keluarga dan teman-teman Merasa nyaman ketika melakukan

    sesuatu bersama keluarga atau

    teman-teman

    Merasa senang ketika menghabiskan

    waktu bersama keluarga atau teman-

    teman

    j. Orientasi keagamaan Merasa senang terkait praktik nilai-

    nilai keagamaan dalam perkawinan

    G. Kredibilitas Data

    Kredibilitas data dalam penelitian ini diuji dengan beberapa cara, antara

    lain member checking dan peer debriefing. Menurut Creswell (2009 dalam

    Supratiknya, 2015), member checking dilaksanakan dengan melaporkan deskripsi

    dan tema-tema spesifik kepada partisipan untuk memastikan bahwa deskripsi atas

    tema yang dibuat oleh peneliti telah akurat. Peneliti juga melibatkan rekan sejawat

    sebagai reviewer (peer debriefing) untuk me-review keseluruhan proyek

    penelitian dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai penelitian

    untuk memastikan keakuratan laporan.

    Konsistensi hasil penelitian diuji dengan menggunakan dua strategi, antara

    lain memeriksa transkrip-transkrip rekaman hasil wawancara untuk memastikan

    tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang terjadi selama proses transkripsi, serta

    memastikan tidak ada definisi dan makna yang kurang jelas mengenai kode-kode

    selama proses koding. Peneliti akan membandingkan data yang diperoleh dengan

    kode-kode yang telah ditentukan secara terus menerus atau membuat catatan

    mengenai kode-kode dan definisi-definisinya (Gibbs, 2007 dalam Creswell,

    2012).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai

    November 2018 dengan menggunakan metode wawancara antara peneliti dan 6

    orang tua (3 pasangan suami istri) yang memiliki anak autisme. Wawancara

    dilakukan di tempat tinggal masing-masing partisipan karena menyesuaikan

    kegiatan partisipan. Wawancara berlangsung dalam kurun waktu yang bervariasi

    antara kurang lebih 30 menit sampai dengan 3 jam. Berikut ini merupakan waktu

    dan tempat pelaksanaan wawancara yang disajikan di Tabel 2:

    Tabel 2

    Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara

    No. Partisipan Waktu Tempat

    1. Orang tua 1 (PS 1) 8 Oktober 2018 Rumah partisipan

    2. Orang tua 2 (PI 1) 8 Oktober 2018 Rumah partisipan

    3. Orang tua 3 (PS 2) 18 November 2018 Rumah partisipan

    4. Orang tua 4 (PI 2) 18 November 2018 Rumah partisipan

    5. Orang tua 5 (PS 3) 25 November 2018 Tempat kos partisipan

    6. Orang tua 6 (PI 3) 25 November 2018 Tempat kos partisipan

    B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara

    Berikut merupakan data demografi partisipan yang disajikan dalam Tabel 3:

    Tabel 3

    Demografi Partisipan

    No. Keterangan Orang

    tua1

    Orang

    tua 2

    Orang

    tua 3

    Orang

    tua 4

    Orang

    tua 5

    Orang

    tua 6

    1. Inisial PS 1 PI 1 PS 2 PI 2 PS 3 PI 3

    2. Jenis

    Kelamin L P L P L P

    3. Usia 46 th 44 th 49 th 49 th 36 th 34 th

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    No. Keterangan Orang

    tua1

    Orang

    tua 2

    Orang

    tua 3

    Orang

    tua 4

    Orang

    tua 5

    Orang

    tua 6

    4. Agama Kristen Kristen Katolik Katolik Islam Islam

    5. Suku Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa

    6. Pendidikan

    Terakhir S1 S1 S2 S3 SMU SMK

    7. Pekerjaan Pendeta Pendeta Dosen Dosen Buruh -

    8. Status

    Perkawinan Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin

    9. Usia

    Perkawinan 16 th 16 th 25 th 25 th 8 th 8 th

    10. Jumlah

    Anak 2 2 3 3 1 1

    11. Jumlah

    Anak

    Autisme

    1 1 1 1 1 1

    12. Urutan

    Anak

    Autisme

    1 1 1 1 1 1

    13. Inisial

    Anak

    Autisme

    E E T T J J

    14.

    Jenis

    Kelamin

    Anak

    Autisme

    P P P P P P

    15. Usia Anak

    Autisme 9 th 9 th 24 th 24 th 7 th 7 th

    Secara umum, proses wawancara berjalan dengan cukup baik. Peneliti

    melaksanakan wawancara dengan bertemu langsung secara personal terhadap

    setiap partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menyampaikan penjelasan

    tentang garis besar penelitian dan beberapa hal yang perlu diketahui oleh

    partisipan. Setiap partisipan telah sepakat untuk berpartisipasi dalam penelitian

    yang dibuktikan dengan penandatanganan surat pernyataan persetujuan partisipasi

    penelitian (informed consent) yang mencakup pemberian informasi lengkap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    mengenai penelitian dan pemberian kesediaan untuk berpartisipasi oleh partisipan

    sesudah membaca informasi-informasi yang harus diketahui.

    Orang tua 1 dan Orang tua 2 adalah pasangan suami istri yang berinisial

    PS 1 dan PI 1. PS 1 dan PI 1 memiliki seorang anak dengan autisme dan dapat

    menerima kehadiran anak meskipun harus menghadapi tantangan-tantangan dalam

    kehidupan perkawinan terkait faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial. PS 1

    mengungkapkan bahwa kehadiran anak dengan autisme meningkatkan

    pengeluaran keluarga karena anak cenderung membutuhkan anggaran yang lebih

    besar untuk jajan jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, sehingga

    perekonomian keluarga terasa berat. PS 1 dan PI 1 juga memiliki kekhawatiran

    akan masa depan anak dan menyatakan bahwa merawat anak dengan autisme

    menimbulkan reaksi psikologis berupa stres yang disebabkan oleh perilaku anak

    yang membutuhkan ekstra tenaga dan kesabaran. Tugas-tugas rumah tangga yang

    dilakukan oleh PS 1 dan PI 1 juga cenderung bertambah dan menuntut kesiapan

    setiap waktu. PS 1 yang sebelumnya sedang melanjutkan studi S2 memutuskan

    untuk tidak melanjutkan studinya karena mengalami kesulitan mengerjakan tugas

    dalam kegaduhan. Aktivitas yang harus dilakukan oleh PS 1 juga cenderung

    terganggu, sehingga memengaruhi mobilitasnya. PS 1 dan PI 1 mengungkapkan

    bahwa masih ada orang-orang di sekitarnya yang belum bisa menerima kehadiran

    anak dengan autisme. Selain itu, PS 1 dan PI 1 cenderung merasa tidak enak dan

    kurang nyaman ketika mengajak anak dengan autisme berkunjung ke suatu tempat

    karena anak menunjukkan perilaku tertentu yang berbeda dengan anak-anak pada

    umumnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Wawancara pertama dilaksanakan antara peneliti dan PI 1. PI 1 adalah

    seorang perempuan berusia 44 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 1

    dan bekerja sebagai seorang pendeta. Pengambilan data dilakukan satu kali pada

    malam hari selama kurang lebih 54 menit, bertempat di ruang ibadah rumah PS 1

    dan PI 1. Proses wawancara terjeda sebanyak dua kali karena partisipan harus

    memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pada saat wawancara, partisipan

    mengenakan kaos cokelat dan celana kain keunguan dengan panjang

    tigaperempat. Selama proses wawancara berlangsung, partisipan duduk di

    hadapan peneliti dan mampu mempertahankan kontak mata dengan peneliti.

    Ketika PI 1 bercerita mengenai pengalaman hidupnya, partisipan terlihat duduk

    dengan posisi bersandar pada kursi dan nada bicara yang cenderung tegas. PI 1

    menyampaikan cerita tanpa henti dengan mata yang berkaca-kaca. Selama

    wawancara, PI 1 berbicara dengan cukup lancar dan runtut, namun beberapa kali

    melakukan pengulangan pengucapan dan mengatakan “apa ya” ketika mengalami

    kesulitan dalam mengungkapkan hal-hal yang ingin disampaikan. PI 1 juga

    cenderung memberikan penekanan ketika menyampaikan bahwa terkadang

    perilaku anak menimbulkan kelelahan. Selain itu, PI 1 sesekali membutuhkan

    waktu jeda untuk mengingat pengalamannya dan tertawa saat menyampaikan

    jawabannya.

    Wawancara kedua dilaksanakan antara peneliti dan PS 1. PS 1 adalah

    seorang laki-laki berusia 46 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 1 dan

    bekerja sebagai seorang pendeta. Pengambilan data dilakukan satu kali selama

    kurang lebih 1 jam 39 menit di ruangan dan hari yang sama dengan PI 1 setelah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    wawancara dengan PI 1 selesai dilaksanakan. Pada saat wawancara, partisipan

    mengenakan kaos abu-abu dan celana kain panjang berwarna hitam sambil duduk

    di hadapan peneliti. Selama wawancara berlangsung, PS 1 dapat mempertahankan

    kontak mata dengan peneliti. PS 1 terlihat santai dan bercerita tanpa henti saat

    menyampaikan cerita mengenai pengalaman hidupnya dengan nada bicara yang

    tidak terlalu tegas dan suara yang cenderung lebih kuat di awal kalimat kemudian

    melembut. PS 1 berbicara dengan cukup lancar dan runtut, meskipun sesekali

    membutuhkan waktu jeda untuk mengingat pengalamannya. Selain itu, PS 1

    sesekali tertawa sambil menyampaikan jawabannya.

    Orang tua 3 dan Orang tua 4 adalah pasangan suami istri yang berinisial

    PS 2 dan PI 2. PS 2 dan PI 2 memiliki seorang anak autisme dan dapat melihat

    kehadiran anak melalui sisi positif. PS 2 dan PI 2 dapat menerima kehadiran anak,

    meskipun mengalami tantangan-tantangan terkait faktor fiansial, psikolgis,

    praktis, dan sosial. PS 2 dan PI 2 sempat merasa kesulitan untuk menerima

    kondisi anak sehingga berupaya mencari penanganan agar anak bisa sembuh. Hal

    ini juga memengaruhi aktivitas mereka karena menghabiskan banyak waktu untuk

    memberikan penanganan kepada anak. PS 2 juga merasa cemas terkait kondisi

    anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan, sehingga membutuhkan

    ekstra keberanian dan kesiapan mental ketika mengajak anak keluar rumah. PS 2

    dan PI 2 mengungkapkan bahwa pendidikan dan pengobatan untuk anak dengan

    autisme membutuhkan dana yang tergolong banyak, sehingga mereka mengalami

    sedikit kesulitan terkait finansial. PI 2 menyatakan bahwa dirinya harus mengajak

    anak ketika berkegiatan di hari libur dan mengalami kerepotan saat mengajak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    anak bepergian karena anak membutuhkan persiapan yang lebih. PI 2 juga

    mengungkapkan dirinya merasa sakit hati ketika mengetahui bahwa anak

    berkebutuhan khusus kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. PS 2 dan PI

    2 memiliki kekhawatiran akan masa depan anak dan pernah merasa malu ketika

    mengajak anak keluar rumah karena anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa

    dan membuat orang-orang di sekitarnya memberikan penilaian yang cenderung

    negatif, namun orang-orang yang sudah mengerti kondisi anak dapat mentolerir

    perilaku yang ditunjukkan oleh anak tersebut.

    Wawancara pertama dilaksanakan antara peneliti dan PI 2. PI 2 adalah

    seorang perempuan berusia 49 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 3

    dan bekerja sebagai seorang dosen. Pengambilan data dilakukan satu kali pada

    sore hari selama kurang lebih 1 jam 39 menit, bertempat di teras rumah PS 2 dan

    PI 2. Proses wawancara terjeda sebanyak satu kali karena anak dengan autisme

    membawakan minuman untuk peneliti dan PI 2. Pada saat wawancara, partisipan

    mengenakan kaos tank top merah dan celana kain panjang selutut berwarna

    cokelat. Selama proses wawancara berlangsung, partisipan duduk di hadapan

    peneliti dan mampu mempertahankan kontak mata dengan peneliti. Ketika PI 2

    bercerita mengenai pengalaman hidupnya, partisipan terlihat duduk dengan posisi

    bersandar pada tembok dan nada bicara yang cenderung tegas, serta

    menyampaikan cerita tanpa