bab ii tinjauan pustaka a. kepuasan perkawinan 1 ... · bab ii tinjauan pustaka a. kepuasan...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi perkawinan. Kepuasaaan dalam perkawinan merupakan kesan subjektif individu terhadap komponen perkawinannya secara keseluruhan yang meliputi cinta, kebersamaan, anak, pengertian pasangan, dan standar hidup (Blood dan Wolfe, dalam Santrock, 2007). Pinsof & Lebow (2005) menjelaskan kepuasan perkawinan sebagai suatu pengalaman subjektif, suatu perasaan yang berlaku, dan suatu sikap dimana semua itu didasarkan pada faktor dalam diri individu yang mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari interaksi dalam perkawinan. Adapun pengertian kepuasan perkawinan menurut Roach dkk (1981) merupakan persepsi terhadap kehidupan perkawinan seseorang yang diukur berdasarkan besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Definisi mengenai kepuasaan perkawinan juga dikemukakan oleh Bahr dkk (1983) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan suami istri dalam perkawinan. Klemer (1970) dalam bukunya Marriage and The Family menambahkan bahwa kepuasan perkawinan yakni suatu hal yang dihasilkan dari penyesuaian antara yang terjadi dengan yang diharapkan. Secara luas Spanier & Cole (dalam Prasetya, 2007) mamberikan difinisi kepuasan perkawinan sebagai evaluasi subjektif menganai perasaan seseorang atas pasangannya, atas

Upload: others

Post on 11-Oct-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Perkawinan1. Pengertian Kepuasan Perkawinan

Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan

evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan

kondisi perkawinan. Kepuasaaan dalam perkawinan merupakan kesan subjektif

individu terhadap komponen perkawinannya secara keseluruhan yang meliputi

cinta, kebersamaan, anak, pengertian pasangan, dan standar hidup (Blood dan

Wolfe, dalam Santrock, 2007).Pinsof & Lebow (2005) menjelaskan kepuasan perkawinan sebagai

suatu pengalaman subjektif, suatu perasaan yang berlaku, dan suatu sikap

dimana semua itu didasarkan pada faktor dalam diri individu yang

mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari interaksi dalam perkawinan.

Adapun pengertian kepuasan perkawinan menurut Roach dkk (1981)

merupakan persepsi terhadap kehidupan perkawinan seseorang yang diukur

berdasarkan besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu

tertentu. Definisi mengenai kepuasaan perkawinan juga dikemukakan oleh

Bahr dkk (1983) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan, harapan dan

keinginan suami istri dalam perkawinan.Klemer (1970) dalam bukunya Marriage and The Family menambahkan

bahwa kepuasan perkawinan yakni suatu hal yang dihasilkan dari penyesuaian

antara yang terjadi dengan yang diharapkan. Secara luas Spanier & Cole

(dalam Prasetya, 2007) mamberikan difinisi kepuasan perkawinan sebagai

evaluasi subjektif menganai perasaan seseorang atas pasangannya, atas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

perkawinannya dan atas hubungannya dengan pasangannya. Singkatnya,

kepuasan perkawinan adalah penilaian umum subjektif atas perkawinan

(Ficham dalam Retno, 2011).Dengan demikian dari beberapa pendapat dan teori di atas, disimpulkan

bahwa kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif tentang kualitas

perkawinan yang dijalani pasangan suami-istri secara menyeluruh.

2. Aspek-aspek Kepuasan PerkawinanOlson (2003) mengemukakan terdapat beberapa aspek yang dapat

diukur dalam kepuasan perkawinan, antara lain: komunikasi, kegiatan mengisi

waktu luang, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan,

hubungan seksual, keluarga, dan teman, kehadiran anak dan pengasuhan anak,

masalah kepribadian, dan peran egalitarian.Clayton (1975) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang

dievaluasi oleh pasangan suami istri untuk menentukan kepuasan pernikahan

adalah:

a) Kemampuan sosial suami istri (marriage sociability), kemampuan

suami istri dalam persahabatan dengan orang lain selain keluarga,

pergaulan dengan masyarakat sekitar. Suami istri yang memiliki

kemampuan bersosialisasi dengan orang lain yang lebih baik akan

merasa bahagia dan masalah yang dihadapi akan berkurang.b) Persahabatan dalam pernikahan (marriage companionship), hal-hal

yang termasuk dalam persahabatan suami istri meliputi perbincangan

menyenangkan antara suami istri, cara merasakan kegembiraan bersama

dan pergaulan yang menyenangkan antara keduanya. Suami istri yang

terpuaskan kehidupan akan merasakan bahwa hubungan yang mereka

2

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

tempuh dalam kehidupan pernikahan merupakan hubungan seperti dua

sahabat yang sangat dekat dan masing-masing berusaha menciptakan

hubungan yang menyenangkan.c) Urusan ekonomi (economic affair), meliputi penggunaan uang untuk

kebutuhan keluarga maupun kebutuhan pnbadi, rekreasi, pekerjaan

suami maupun pekerjaan istri.d) Kekuatan pernikahan (marriage power), meliputi sikap terhadap

pernikahan yang dijalani, adanya saling keterikatan, dan ekspresi

penghargaan antara suami istri.e) Hubungan dengan keluarga besar (extra family relationship), meliputi

hubungan dengan keluarga diluar keluarga inti.f) Persamaan ideology (ideological congruence), meliputi kesamaan

pandangan hidup, kesamaan pandangan tentang perilaku yang benar

dan baik.g) Keintiman pernikahan (marriage intimacy), meliputi ekspresi kasih

sayang dan hubungan seks.h) Taktik interaksi (interaction tactics), meliputi kerja sama, penyatuan

perbedaan, penyelesaian konflik.

Snyder (1979) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang bisa

dijadikan tolok ukur kepuasan perkawinan yaitu: (a) kecenderungan untuk

menilai perkawinan dengan kriteria yang diidealkan oleh masyarakat; (b)

kepuasan individu terhadap perkawinan secara umum; (c) kepuasan individu

terhadap afeksi dan pengertian yang diberikan oleh pasangan; (d) efektivitas

komunikasi untuk memecahkan masalah dan kemampuan mencari

penyelesaian bila ada perselisihan; (e) kesediaan dan kepuasan dalam

penggunaan waktu bersama pasangan; (f) penggunaan uang dalam keluarga;

3

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

(g) kepuasan seksual; (h) orientasi peran yang dipakai dalam perkawinan

maupun fungsi sebagai orang tua, termasuk di dalamnya peran jenis; (i)

kebahagiaan yang dialami oleh keluarga pada masa kecil; (j) kepuasan

terhadap anak-anak hasil perkawinan; dan (k) konflik perbedaan cara

mendidik anak.Penelitian ini menggunakan aspek kepuasan perkawinan menurut

Clayton (1975) dengan pertimbangan aspek tersebut lebih lengkap dalam

menggambarkan kepuasan perkawinan yang dirasakan wanita dengan

kondisi infertil primer, sehingga kemungkinan berfungsi baik dalam

pengukurannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan PerkawinanSalah satu faktor mendasar dari kepuasan perkawinan adalah

kemungkinan adanya perbedaan dalam apa yang laki-laki dan perempuan

harapkan dari sebuah perkawinan. Lavee & Ben-air menambahkan bahwa

perempuan cenderung mengharapkan ekspresi emosional dari pasangannya

(dalam Papalia, 2009).Robinson dan Blanton (2003) mengemukakan beberapa faktor penting

dalam kepuasan perkawinan, yaitu:a. Keintiman

Keintiman dalam pernikahan tidak hanya dipandang dari segi fisik yang

selalu bersama namun juga keintiman secara emosional dan spiritual.

Keterlibatan pasangan satu sama lain dalam situasi yang menyenangkan

maupun menyedihkan akan membantu terciptanya keintiman dalam

kehidupan rumah tangga. Selain hal tersebut, peningkatan keintiman juga

4

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

dapat dilakukan melalui kebersamaan, saling ketergantungan atau

interindependensi, dukungan, dan perhatian pada pasangan.b. Komitmen

Faktor penting dalam kepuasan perkawinan juga ditinjau dari faktor

komitmen yang tidak hanya sekedar ditujukan terhadap institusi

perkawinan tetapi juga terhadap pasangannya. Komitmen yang dimaksud

meliputi: kematangan hubungan, penyesuaian diri dengan pasangan,

perkembangan pasangan, serta terhadap pengalaman, dan situasi baru yang

dialami oleh pasangan.c. Komunikasi

Kepuasan sebuah perkawinan dilihat dari cara berkomunikasi yang

konstruktif. Arti dari komunikasi konstruktif adalah berbagi pikiran dan

perasaan, mendiskusikan masalah bersama-sama, dan mendengarkan sudut

pandang satu sama lain. Dengan terciptanya komunikasi konstruktif dapat

membantu mengantisipasi konflik dan menyesuaikan kesulitan yang

dialami pasangan.d. Kongruensi

Arti kata kongruensi adalah kesesuaian dalam mempersepsi kekuatan dan

kelemahan dari hubungan perkawinan yang sedang dijalaninya. Pasangan

yang mempersepsikan hubungan perkawinannya kuat maka pasangan

tersebut akan merasa lebih nyaman dalam hubungannya. Oleh sebab itu,

kongruensi juga merupakan faktor penting dalam kepuasan perkawinan.e. Keyakinan beragama

Pasangan yang dapat berbagi nilai-nilai agama yang dianutnya dan

beribadah bersama-sama dapat menciptakan ikatan yang kuat serta

berdampak positif bagi kepuasan perkawinan. Seseorang dapat

5

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

memperoleh dukungan sosial, emosional dan spiritual oleh pasangannya

melalui agama yang dianutnya.Kepuasan perkawinan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor individual

yang berperan sebagai pendukung maupun panghambat perkawinan. Faktor-

faktor tersebut adalah: (BP4, 1993)a. Faktor pendukung kepuasan perkawinan yang pertama adalah rasa tertarik

pada pasangan baik fisik, psikologis maupun sosial; kedua yakni kesediaan

menyesuaikan diri dan merawat cinta. Penyesuaian diri merupakan syarat

utama mencapai kebahagiaan karena masing-masing pihak akan lebih

terbuka perasaannya untuk menerima curahan kebahagiaan dari pihak lain.

Dua individu dalam perkawinan selalu memiliki perbedaan yang mungkin

mendasari terbentuknya konflik. Kesediaan menyesuaikan diri dapat

mengubah perbedaan menjadi faktor yang memperkaya perasaan kedua

individu, memperluas wawasan dan memperbesar toleransi sehingga

memuaskan dan lebih mampu menghayati ekspresi cinta. Faktor ketiga,

perasaan menyatu merupakan wujud penyesuaian diri yang baik. Semua

sikap dan perilakunya merupakan pencerminan kerjasama menuju

kebahagiaan bersama, dengan demikian suami-istri dapat saling

mengawasi dan menaruh percaya meskipun secara fisik mereka berjauhan.

Faktor terakhir yaitu partisipasi dan perasaan memiliki. Partisipasi

merupakan usaha aktif individu untuk ikut serta ambil bagian dalam setiap

aktivitas pasangan. Hal ini akan menghasilkan kedekatan secara fisik dan

psikologis.b. Faktor penghambat kepuasan perkawinan yang pertama

kekurangmampuan seseorang untuk mengenali pasangannya. Kepuasan

6

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

terhalang karena masing-masing pihak tidak mengetahui kehendak

pasangan atau bahkan tidak mengerti apa yang diinginkannya sendiri.

Faktor kedua, kepribadian kurang berkembang. Hambatan dalam

perkembangan kepribadian dapat menjadi kendala tercapainya kepuasan

perkawinan. Kepribadian kurang berkembang secara langsung

mengganggu penyesuaian diri. Selain itu juga terdapat faktor penghambat

ketiga yaitu perbedaan latar belakang pendidikan, kebudayaan, dan

kebiasaan. Adanya perbedaan yang menyolok tentang usia, kepribadian,

pendidikan, dan kebudayaan sering menjadi penghambat. Faktor

penghambat yang terakhir adalah harapan yang tidak realistik dan konsep

perkawinan yang keliru. Seringkali individu memasuki dunia perkawinan

untuk mencapai kebahagiaan abadi, namun kenyatan tidak sesuai dengan

harapan sehingga menimbulkan ketidakpuasan.

4. Karakteristik-karakteristik Kepuasan PerkawinanPasangan suami istri walaupun mereka menjalani perkawinan yang

sama, tapi belum tentu mereka merasakan kepuasan yang serupa. Terdapat

beberapa karakteristik yang berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan yang

dijalani oleh sepasang suami istri. Menurut Duvall & Miller (1985),

karakteristik yang mempengaruhi kepuasan perkawinan seseorang terbagi

menjadi dua, yakni:a. Karakteristik masa lalu (backgroud characteristics)

Karakteristik masa lalu mencakup: kebahagiaan dalam pernikahan orang

tua, level kebahagiaan masa kanak-kanak, tingkat disiplin yang tidak

terlalu tinggi namun cukup tegas dalam pemberian hukuman, adanya

7

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

pendidikan seks yang memadahi dari orang tua, pendidikan minimal SMU

atau sederajad, dan masa perkenalan dengan pasangan yang cukup

sebelum berlanjut ke pernikahan.b. Karakteristik masa kini (current characteristics)

Karakteristik masa kini mencakup: adanya keterbukaan dalam

mengungkapkan afeksi antara suami-istri, adanya rasa saling percaya dan

keyakinan kedua belah pihak, adanya persamaan antara suami istri, tidak

ada yang mendominasi pihak lain sehingga keputusan dibuat bersama dan

adanya keterbukaan, kebebasan dalam berkomunikasi antara dua belah

pihak secara emosional, sosial maupun seksual. Selain itu juag adanya

kebersamaan baik minat maupun teman dalam kehidupan sosial,

hubungan seksual yang dapat dinikmati kedua belah pihak, adanya tempat

tinggal yang relatif permanen, dan penghasilan yang memadahi.

Duvall dan Miller (1985) manambahkan bahwa diantara dua macam

karakteristik tersebut, karakteristik masa kini yang lebih berpengaruh

terhadap tercapainya harapan kepuasan perkawinan yang dijalani suami-istri.

5. Indikator dalam Kepuasan Perkawinan

Lauer dan Lauer mengindikasikan kepuasan perkawinan (dalam Baron &

Byrne, 2003) ke dalam empat indikator, yaitu:

a. Persahabatan (friendship)Indikator pertama terkait dengan persahabatan yakni menganggap

pasangan adalah teman baik sehingga terdapat kerjasama dalam suatu

8

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

hubungan yang bersifat suka rela. Persahabatan juga menjelaskan tentang

bagaimana untuk dapat menyukai pribadi pasangan. Umumnya terdapat

kecenderungan untuk memilih pasangan dengan memilih seseorang yang

memiliki banyak kesamaan, misalnya saja kesamaan minat, latar belakang

termasuk kepribadiannya. Namun, kesamaan bukanlah segalanya,

kebutuhan tertentu dari seseorang dapat dipenuhi secara paling baik bukan

oleh pasangan hidup yang serupa, tetapi oleh seseorang yang justru dapat

melengkapi apa yang kita tidak miliki.b. Komitmen (commitment)

Indikasi berikutnya adalah mengenai komitmen, menganggap pernikahan

sebagai komitmen jangka panjang, sesuatu yang suci, dan sebagai

stabilitas sosial.c. Persamaan (Similarity)

Indikator kepuasan perkawinan yang ke-tiga adalah mempunyai

persamaan tujuan dalam pernikahan, mempunyai persamaan dalam

menunjukkan kasih sayang setelah memasuki kehidupan pernikahan, dan

mempunyai persamaan tentang kehidupan seksual.d. Perasaan positif (positive feeling)

Indikator terakhir terkait dengan kepuasan perkawinan ialah perasaan

positif dalam menjalani kehidupan pernikahan. Perasaan positif tersebut

terbagi menjadi tiga, yaitu: merasakan pasangan lebih menarik,

merasakan kebahagiaan bersama pasangan, dan merasa bangga dengan

pencapaian pasangan.

B. Self-esteem1. Pengertian Self-esteem

Harga diri (self-esteem) yang sering disebut juga sebagai martabat diri

(self-worth) atau gambaran diri (self-image), adalah suatu dimensi global dari

9

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

diri (Santrock, 2007). Beberapa peneliti terkadang tidak selalu membuat

perbedaan yang jelas antara harga diri dan konsep diri, terkadang mereka

mencampur-adukkan istilah-istilah tersebut. Terdapat perbedaan yang jelas

mengenai harga diri dan konsep diri, istilah harga diri lebih menekankan

evaluasi diri yang bersifat global, sedangkan konsep diri merupakan suatu

bentuk evaluasi diri yang menyangkut bidang tertentu. Santrock (2007)

menyebutkan bahwa harga diri disebut juga kelangsungan hidup dari jiwa yang

merupakan sarana bagi pertumbuhan eksistensi seseorang. Dalam Baron dan

Byrne (1994) harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu,

sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif negatif.

Sedangkan penilaian Coopersmith (1967) menilai harga diri sebagai penilaian

yang dirancangkan oleh individu berdasarkan pandangan individu terhadap

dirinya yang dinyatakan dalam sikap menerima atau menolak dirinya.Chaplin (2004) mendefinisikan self-esteem sebagai penilaian diri yang

dipengaruhi oleh sikap interaksi, penghargaan, dan penerimaan orang lain

terhadap individu. Pendapat lain mengenai self-esteem juga disampaikan oleh

Papalia dkk (2004) yang menyatakan self-esteem merupakan citra diri atau

evaluasi diri yang positif yang dirasakan atau dipersepsikan oleh seseorang.

Lebih lanjut Branden (1992) menilai self-esteem sebagai kecenderungan

seseorang memandang dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi

tantangan kehidupan dan mencapai hak untuk merasa bahagia. Guindon (2010)

menekankan self-esteem sebagai sikap, komponen evaluatif pada diri sendiri

yang mencakup penilaian afektif pada konsep diri yang terdiri dari perasaan

10

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

berharga dan penerimaan diri yang berkembang, dikelola sebagai konsekuensi

kesadaran atas kompetensi dan umpan balik dari dunia luar.Jadi self-esteem merupakan cara seseorang bersikap terhadap dirinya

sendiri yang diperoleh dari penilaian pribadinya.

2. Aspek-aspek Self EsteemCoopersmith (1967) menguraikan empat aspek self-esteem, yaitu:

a. Keberartian diri (significance)Keberartian diri dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang

ditunjukkan oleh lingkungan.b. Kekuatan individu (power)

Kekuatan di sini berarti kemampuan individu untuk mempengaruhi orang

lain, serta mengontrol atau mengendalikan orang lain, di samping

mengendalikan dirinya sendiri. Apabila individu mampu mengontrol diri

sendiri dan orang lain dengan baik maka hal tersebut akan mendorong

terbentuknya harga diri yang positif atau tinggi, demikian juga sebaliknya.

Kekuatan juga dikaitkan dengan inisiatif. Pada individu yang memiliki

kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi, demikian pula

sebaliknya individu yang memiliki kekuatan rendah akan menunjukan

inisiatif yang rendah pula.c. Kompetensi (competence)

Kompetensi diartikan sebagai memiliki usaha yang tinggi untuk

mendapatkan prestasi yang baik, sesuai dengan tahapan usianya. Apabila

usaha individu sesuai dengan tuntutan dan harapan, itu berarti invidu

memiliki kompetensi yang dapat membantu membentuk harga diri yang

tinggi. Sebaliknya apabila individu sering mengalami kegagalan dalam

meraih prestasi atau gagal memenuhi harapan dan tuntutan, maka individu

11

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

tersebut merasa tidak kompeten. Hal tersebut dapat membuat individu

mengembangkan harga diri yang rendah.d. Ketaatan individu dan kemampuan memberi contoh (virtue)

Ketaatan individu terhadap aturan dalam masyarakat serta tidak melakukan

tindakan yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang berlaku di

masyarakat akan membuat individu tersebut diterima dengan baik oleh

masyarakat. Demikian juga bila individu mampu memberikan contoh atau

dapat menjadi panutan yang baik bagi lingkungannya, akan diterima secara

baik oleh masyarakat. Jadi, ketaatan individu terhadap aturan masyarakat

dan kemampuan individu memberi contoh bagi masyarakat dapat

menimbulkan penerimaan lingkungan yang tinggi terhadap individu

tersebut. Penerimaan lingkungan yang tinggi ini mendorong terbentuknya

harga diri yang tinggi.Sedangkan aspek-aspek harga diri menurut Maslow (1994) adalah : a. Aspek penilaian diri adalah penilaian yang dibuat seseorang untuk menilai

keadaan dirinya yang meliputi keadaan fisik, kemampuan, keberhasilan,

dan keberhargaan diri. b. Aspek penerimaan diri adalah kesediaan seseorang untuk menerima

keadaan diri seperti apa adanya.c. Aspek penyesuaian diri adalah tempat dimana seseorang dapat berinteraksi

dengan orang lain.

Penelitian ini menggunakan aspek self-esteem menurut Coopersmith

(1967) dengan pertimbangan aspek tersebut lebih lengkap dalam

menggambarkan tingkatan self-esteem yang dirasakan wanita dengan kondisi

infertil primer, sehingga kemungkinan berfungsi baik dalam pengukurannya.

3. Klasifikasi Self Esteem

12

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Coopersmith (1967) mengklasifikasikan self-esteem ke dalam tiga

tingkatan, yaitu self-esteem tinggi, sedang dan rendah. Berikut merupakan

penjelasan pengklasifikasian harga diri:a. Self-esteem tinggi

Self-esteem tinggi ditandai dengan sikap tidak bergantung (independent),

kreatif, ekspresif, asertif, terlibat secara aktif dalam diskusi, tidak hanya

sebagai pendengar, berani mengungkapkan pendapat, cenderung tidak

mengalami kesulitan dalam beradaptasi, mau menerima kritik dan

perbedaan pendapat, perhatian dan optimis.b. Self-esteem sedang

Self-esteem sedang memiliki ciri sikap yang hampir mirip dengan ciri

sikap self-esteem tinggi, hanya bedanya, pada harga diri sedang seseorang

masing menunjukkan kebimbangan dalam menilai dirinya sehingga masih

memerlukan dukungan sosial.

c. Self-esteem rendahSelf-esteem rendah ditandai dengan sikap rendah diri, kurang ekspresif,

kurang aktif, lebih suka sebagai pendengar dan pengikut saat melakukan

aktivitas sosial, kurang berani mengemukakan pendapat, takut terhadap

pendapat yang bertentangan dengan dirinya, merasa tidak dicintai, kurang

dapat menerima kritikan dan mudah tersinggung.

Pengelompokan self-esteem juga dilakukan oleh Myers & Michelle

(dalam Wahyu & Intaglia, 2011) menjadi dua yakni self-esteem tinggi dan

rendah, berikut kecenderungan dari masing-masing kelompok:a. Self-esteem tinggi

Seseorang dengan self-esteem tinggi memiliki ciri yang diantaranya

menghormati diri sendiri, menganggap diri berharga, percaya diri, optimis,

13

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

mau belajar, terkendali dan disiplin. Selain itu, orang dengan harga diri

tinggi mampu memberikan penghormatan pada orang lain dan tidak

menganggap dirinya sempurna atau tidak lebih baik dari orang lain, namun

bukan berarti dirinya lebih buruk daripada orang lain.b. Self-esteem rendah

Seseorang dengan self-esteem rendah memiliki ciri yang diantaranya

menolak dirinya sendiri secara verbal dan aktif, tidak puas dengan dirinya,

tidak menyukai gambaran dirinya dengan bentuk hubungan dengan orang

lain, mudah tersinggung dan memandang rendah orang lain. Selain itu

seseorang dengan harga diri rendah sangan menonjolkan bahwa dirinya

tidak menyukai gambaran dirinya sendiri dan menginginkan yang berbeda

namun di dalam dirinya tidak memiliki keyakinan dapat berubah.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteemAda beberapa faktor yang mempengaruhi self-esteem: (Potter etc al, 2005)

a. Pengantar sukses dan gagalPengalaman hidup sebelumnya dapat mempengaruhi kesuksesan

seseorang.b. Motivasi dan evaluasi diri

Memberikan gagasan yang dapat memotivasi dan evaluasi diri adalah

proses mental yang berkelanjutan. Nilai diri atau harga diri merupakan

kebutuhan manusia menurut hierarki Maslow orang akan merasa berharga

dalam hidupnya karena memiliki harga diri.c. Koping individu

Individu perlu mengembangkan koping untuk menghadapi stressor yang

muncul. Self-esteem juga dipengaruhi oleh sejumlah koping yang mereka

miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang dengan

harga diri tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya

sebagai kualitas dan upaya diri.

14

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

5. Fungsi Self-esteemPerasaan self-esteem terbagi atas perasaan self-esteem positif dan

perasaan self-esteem negatif. Dikatakan sebagai perasaan self-esteem positif

apabila individu dapat menghargai diri sendiri dengan baik. Sebaliknya,

dikatakan perasaan self-esteem negatif apabila seseorang tidak dapat

menghargai dirinya sendiri secara baik (Walgito, 2004).Pendapat Dodgson & Wood (dalam Baron, 2004) menyatakan bahwa

pengalaman kegagalan mendorong mereka dengan self-esteem negatif untuk

memfokuskan diri pada kelemahan mereka, tetapi bagi mereka dengan self-

esteem positif, mereka memfokuskan diri pada kekuatan mereka. Pendapat dari

ahli tersebut menguatkan bahwa pengalaman kegagalan memperoleh keturunan

serta tekanan batin akibat komentar negatif yang dialami wanita kondisi infertil

dengan self-esteem negatif dapat berakibat pada ketidakpuasan dalam

kehidupan perkawinan yang dijalani sehingga akan memunculkan bentuk-

bentuk ketidakpuasan dan kekecewaan.Pada lain sisi, self-esteem juga memiliki fungsi penting sebagai

perlindungan diri terhadap kondisi yang dialami individu. Ketika ada

gangguan-gangguan dalam kehidupan perkawinannya, wanita dengan self-

esteem positif mampu memegang kendali atas kondisi emosinya dan berupaya

mempertahankan komitmen perkawinan dengan suaminya sehingga

memperolah kepuasan dalam kehidupan perkawinannya. Segala bentuk

komentar dan cibiran dari masyarakat yang diterima wanita dengan kondisi

infertil, apabila dari dalam dirinya sendiri sudah memiliki self-esteem negatif

maka wanita ini akan menerima komentar tersebut begitu saja dan membiarkan

15

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

kehidupannya ‘dilumpuhkan’ oleh komentar dan cibiran tersebut. Dalam hal

inilah self-esteem berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan yang dijalani

wanita dengan kondisi infertil.Jadi kesimpulan fungsi self-esteem yang pertama sebagai fokus

pandang seseorang menghadapi permasalahan kehidupannya, apakah berfokus

pada masalah dan cibiran orang lain sehingga akan memunculkan bentuk-

bentuk ketidakpuasan menjalani kehidupan atau berfokus pada solusi dan

kekuatan yang dimiliki sehingga terwujud kepuasan dan kebahagiaan. Fungsi

yang kedua adalah sebagai perlindungan diri terhadap kondisi yang dialami,

sehingga wanita dengan infertil primer mampu memegang kendali atas kondisi

emosinya.

6. Sumber-sumber Self-esteemMichener dkk (2004) mengungkapkan terdapat tiga sumber utama self-

esteem, yakni:a. Family experience

Hubungan orang tua-anak dikatakan penting untuk perkembangan self-

esteem. Pengaruh keluarga terhadap self-esteem menunjukkan konsep diri

yang dibangun mencerminkan gambaran diri yang dikomunikasikan atau

disampaikan oleh orang-orang yang terpenting dalam hidup (significant

others).b. Performance feedback

Umpan balik (feedback) yang terus menerus terhadap kualitas performa

kita seperti kesuksesan dan kegagalan dapat mempengaruhi self-esteem.

c. Social comparison

16

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Perasaan memiliki kompetensi tertentu didasarkan pada hasil performa

yang dibandingkan baik dengan hasil yang diharapkan diri sendiri maupun

hasil performa orang lain.

C. Penghargaan Suami1. Pengertian Penghargaan Suami

Menurut Dixon (2009), secara singkat penghargaan (respect) dapat

disebut sebagai “the single most powerful ingredient in nourishing

relationships and creating a just society”, atau dengan kata lain dapat diartikan

bahwa respect adalah faktor dasar yang paling inti atau paling besar

pengaruhnya untuk menjalani sebuah relasi intim. Ini dapat diartikan juga

bahwa penghargaan yang diberikan oleh suami ini, hendak menyampaikan

besar nilai (value) pasangan bagi dirinya selama menjalani sebuah relasi intim.Blader dan Tyler (2009), menjelaskan respect adalah evaluasi suami

yang berupa pengertian dan penerimaan terhadap kondisi pasangan sehingga

berpengaruh terhadap penilaian terhadap pasangannya. Kutipan teori mengenai

respect tersebut oleh Blader dan Tyler (2009) adalah sebagai berikut:Respect refers to evaluations by people of their standing and

accaptance within their group (it is an intragroup evaluative

judgement). The core premise underlying the importance of respect

is that someone’s standing whithin their group shapes the social

identity they form around the group as well as the implications of

group membership on their self-concept.

Sarafino (1994) menambahkan definisi penghargaan pasangan

merupakan penilaian positif pada pasangan, setuju dengan ide dan

17

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

perasaan pasangan, umpan balik, bantuan benda, dan waktu untuk

meringankan beban pasangannya.Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

mengenai penghargaan suami tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

penghargaan suami adalah pemberian nilai (value) berupa pengertian dan

penerimaan terhadap kondisi pasangan untuk menunjukkan betapa

berharganya pasangan tersebut bagi dirinya.

2. Aspek-aspek Penghargaan SuamiAspek penghargaan oleh suami dikaitkan dengan penerimaan, perhatian,

dan afeksi yang ditunjukkan oleh suami (Maslow dalam Schultz, 1991).

a. Penerimaan merupakan suatu keadaan dimana pasangan memiliki penilaian

positif terhadap pasangannya, serta mengakui segala kelebihan maupun

kekurangan yang ada dalam diri pasangan dan dapat menyesuaikan diri

dengannya. Hjelle & Zeigler (1992) menambahkan penerimaan sebagai

sikap menerima pasangan dengan keterbatasan, kelemahan dan kerapuhan

pasangannya, bebas dari rasa menyalahkan, malu, dan juga dari kecemasan

akan penilaian orang lain terhadap pasangannya.b. Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis oleh pasangan yang

menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan

fokus sehingga mengabaikan hal-hal lain diluar perasaan pasangannya.c. Afeksi diartikan sebagai dorongan kasih sayang, perasaan yang kuat,

suasana hati, dan perasaan-perasaan yang menyertai kesadaran. Menurut

kamus psikologi, afeksi merupakan cinta kasih, perasaan-perasaan, dan

emosi yang dibedakan dengan aspek pengenalan (cognitive) dan

penerangan (conotative) kepribadian.

18

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Coopersmith (dalam Dewi, 2014) menambahkan beberapa aspek-aspek

penghargaan pasangan yang meliputi:

a. AcceptanceSuami tidak bereaksi menolak apapun kondisi istri baik secara verbal

maupun non-verbal.b. Understanding

Suami memahami kondisi istri serta hal-hal yang menyangkut kebutuhan

istri lahir batin. c. Communication

Terjalin komunikasi yang hangat antara suami dan istri dalam kehidupan

berumah tangga.d. Attitude

Suami tidak menunjukkan perbedaan perlakuan yang ekstrem terhadap

istri terkait kondisi yang sedang dialami.

e. TreatmentSuami mengupayakan penanganan khusus bagi istri agar kondisi yang

dialami istri tidak membahayakan bagi dirinya sendiri.

Jadi yang dimaksud dengan penghargaan (respect) oleh suami adalah

bagaimana seorang suami menghargai istrinya (respecting others) dengan

memberikan penerimaan, perhatian, dan afeksi terhadap apapun kondisi istri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghargaan SuamiBeberapa faktor berikut dapat mempengaruhi penghargaan (respect):

(Dixon, Graber, & Brooks-Gunn, 2008)a. Kesesuaian tingkah laku dan nilai-nilai yang positif

Respect hanya dapat dicapai apabila ada kesesuaian atau kongruensi antara

tingkah laku dan nilai-nilai positif. Nilai-nilai positif adalah suatu

kebiasaan dalam berpikir yang dimiliki oleh individu, nilai-nilai tersebut

antara lain adalah: cinta kasih, kerendahan hati, kebersamaan, kejujuran,

19

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

toleransi, dan kesederhanaan. Tingkah laku yang mengarah pada nilai-nilai

positif tersebut akan membawa individu mengarahkan tindakannya kepada

respect.b. Tingkatan perkembangan moral

Tingkatan respect yang dimiliki seorang individu sejalan dengan

perkembangan moral yang ada pada dirinya. Perkembangan moral yang

dimaksud adalah perkembangan moral menurut Kohlberg yang terdiri dari

tahapan pre-conventional, conventional, dan post-conventional. Pada

tahapan perkembangan moral pertama (pre-conventional), individu

cenderung memandang respect sebagai sebuah kepatuhan semata. Pada

tahapan conventional, respect dipandang sebagai suatu kesepakatan

bersama, artinya seorang individu menaruh respect terhadap seseorang

karena lingkungan masyarakat juga umumnya respect terhadap seseorang

tersebut. Pada tahapan post-conventional, respect dipandang sebagai suatu

kesadaran pribadi.c. Budaya

Budaya berpengaruh terhadap cara pandang mengenai respect, maksudnya

bahwa ada perbedaan cara pandang terhadap respect berdasarkan latar

belakang budaya. Misalkan saja, masyarakat Afrika-Amerika memandang

respect sebagai susuatu yang harus dimiliki individu yang lebih muda

kepada individu yang lebih senior. Lain halnya dengan masyarakat Eropa

yang memandang respect sebagai sesuatu yang harus dilakukan terhadap

anak atau seseorang yang lebih muda dengan memperhatikan kebutuhan

dan aspirasi mereka.

D. Infertilitas1. Pengertian Infertilitas

20

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi dimana pasangan

suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan

seksual sebanyak dua sampai tiga kali seminggu dalam kurun waktu satu tahun

dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun

(Purwoastusti, 2014). Definisi infertilitas menurut WHO (dalam Lisnawati,

2013) ialah tidak hamilnya pasutri yang berhubungan secara teratur selama satu

tahun dan tanpa memakai alat kontrasepsi. Irianto (2014) menambahkan bahwa

infertilitas merupakan ketidakmampuan biologis seseorang untuk memberikan

kontribusi terhadap konsepsi (pembuahan).Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang disebut infertilitas ialah

apabila seorang istri tak kunjung hamil dalam waktu satu tahun padahal

melakukan hubungan seksual rutin dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi

apapun.

2. Jenis-jenis InfertilitasJenis-jenis infertilitas terbagi menjadi tiga yaitu : (Jacoeb, 1993)

a. Infertilitas primerJika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-

turut.b. Infertilitas sekunder

Jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil lagi walaupun

bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan berturut-turut.c. Infertilitas idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya

Bentuk infertilitas yang setelah pemeriksaan lengkap kedua pasangan

dinyatakan normal dan ditangani selama 2 tahun tidak juga berhasil hamil.

21

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi InfertilitasVan Noord-Zaadstra et al menyebutkan penyebab infertilitas pada

perempuan adalah kegagalan untuk memproduksi ovum; mucus di serviks yang

mencegah sperma dari penetrasi atau penyakit pada saluran uterus yang

mencegah implantasi dari ovum subur (dalam Papalia, 2009).Menurut Purwoastuti (2014) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

infertilitas, yaitu:

a. UmurFase reproduksi wanita dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase

menopause, akan tetapi kemampuan reproduksi wanita menurun drastis

setelah umur 35 tahun. Ini dikarenakan, pada umur 35 tahun simpanan sel

telur wanita menipis, mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon dan

kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun.b. Lama infertilitas

Pasangan infertilitas yang terlambat ditangani semakin mempersukar

harapan memiliki keturunan. Terlambat dalam artian umur makin tua,

penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya

jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.c. Stres

Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi

pengaturan hormon reproduksi.d. Lingkungan

Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah

menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan

obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem

reproduksi.e. Hubungan seksual

22

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi:

frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

f. FrekuensiHubungan intim (koitus) atau onani (masturbasi) yang dilakukan setiap

hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang

dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis

memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.g. Posisi

Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat

dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang ‘menunggu’ di

saluran telur wanita. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi

pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita

diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan setelah wanita

menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam

bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur

untuk bertemu sel telur.

h. Masa suburSatu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu

14 hari sebelum menstruasi berikutnya, peristiwa itu disebut ovulasi. Sel

telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama

kurang lebih 48 jam, masa inilah yang disebut sebagai masa subur.i. Kondisi reproduksi wanita

Kelainan terbanyak pada organ reprodusi wanita penyebab infertilitas

adalah endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya

yang lebih jarang kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran

telur tersumbat (bisa satu atau dua yang tersumbat).j. Kondisi reproduksi pria

23

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang

memiliki bulu cambuk, berbentuk menyerupai kecebong, dan membawa

sifat dari bapak. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan

berbau khas yang disebut semen. Kualitas sperma menjadi faktor penting

dalam kehamilan.

Irianto (2014) menambahkan, terdapat 11 faktor yang meningkatkan

penyebab infertilitas:

a. UsiaKesuburan seorang wanita mulai menurun setelah berumur sekitar 32

tahun dan terus berlanjut, sedangkan pada laki-laki kesuburannya akan

menurun setelah usia 40 tahun.

b. MerokokMerokok secara signifikan dapat meningkatkan resiko kemandulan, baik

pada pria maupun wanita. Merokok juga dapat merusak efek dari

pengobatan kesuburan. Bahkan saat wanita sedang dalam keadaan hamil,

merokok memiliki resiko lebih besar mengalami keguguran.

c. Konsumsi alkoholKehamilan pada wanita dipengaruhi oleh besarnya jumlah konsumsi

alkohol. Kecanduan alkohol juga dapat menurunkan kesuburan dan jumlah

sperma pada pria.d. Obesitas (kelebihan berat badan)

Di negara maju, kelebihan berat badan (obesitas) dan gaya hidup

“sedentary” ditemukan sebagai penyebab utama infertilitas pada wanita.

24

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Sedangkan seorang pria dengan berat badan lebih memiliki resiko

mengalami produksi sperma yang tidak normal.e. Gangguan pola makan

Wanita dengan berat badan berlebih sering diakibatkan oleh gangguan pola

makan tidak teratur yang berpengaruh langsung terhadap kesuburan.f. Vegetarian

Seorang vegetarian “tulen” harus memastikan asupan zat besi, asam folat,

zinc dan vitamin B-12 cukup memadahi untuk menghindari masalah

kesuburan.g. Olahraga berlebih

Seorang wanita yang melakukan latihan “berat” selama lebih dari tujuh

jam setiap minggunya dapat mengalami masalah ovulasi.h. Kurang olahraga

Pola hidup “sedentari” atau kurang aktivitas fisik dihubungkan langsung

dengan kesuburan yang rendah baik untuk pria maupun wanita.

i. Infeksi menular seksual (IMS)Penyakit menular seksual dapat merusak tuba falopii serta membuat buah

zakar pria mengalami peradangan yang menyebabkan infertilitas.j. Bahan kimia

Sejumlah pestisida, herbisida, logam berat (timah) dan bahan pelarut

buatan telah dikaitkan dengan masalah kesuburan baik pada pria maupun

wanita.k. Stres

Studi penunjukkan bahwa ovulasi pada wanita dan produksi sperma pada

pria dapat dipengaruhi oleh tekanan mental (stres). Jika setidaknya satu

pasangan mengalami stres, akan berdampak pada kurangnya frekuensi

hubungan seksual pasangan, sehingga kesempatan terjadinya konsepsi juga

sangat rendah.

Alam dan Hadibroto (2007) memberikan beberapa faktor penyebab

infertil yang mendukung pendapat sebelumnya, yaitu :

25

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

a. Penyakit menahun, terutama kelainan hormonal dan infeksi yang cukup

parah, dapat mempengaruhi kesuburan.b. Kurang seringnya berhubungan seks, pada hubungan seks yang dilakukan

kurang dari tiga kali seminggu, sperma kurang mendapat kesempatan

untuk bertemu sel telur di dalam saluran telur.c. Gangguan pada alat reproduksi.

E. Hubungan antara Self Esteem dan Penghargaan Suami dengan Kepuasan

Perkawinan pada Wanita dengan Infertil primerWanita secara kodrati merupakan pemangku keturunan atau sebagai

penerus generasi keluarga. Data penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan

wanita yang memutuskan untuk menikah sering kali didasarkan pada rasa cinta

dengan pasangannya dan mengharapkan memperoleh keturunan dari laki-laki

yang dicintainya. Studi mengenai ibu-ibu rumah tangga menunjukkan bahwa

jumlah paling besar dari ibu-ibu tersebut menyatakan bahwa fungsi keibuan

merupakan submber kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Hanya

sedikit dari ibu-ibu yang menyatakan bahwa fungsi istri yang menjdi sumber

kepuasan bagi hidupnya. Tampaknya menjadi seorang ibu lebih membanggakan

daripada menjadi seorang istri. Hal inilah yang membuat seorang wanita yang

sudah menikah namun belum juga dikaruniai anak dihadapkan pada kondisi yang

stresful. Infertilitas merupakan suatu kondisi dimana seorang wanita tidak mampu

menghasilkan keturunan setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan

hubungan seksual. Kondisi infertil bukan tergolong sebagai penyakit yang

berbahaya atau penyakit yang mematikan, namun kondisi infertil ini

mengakibatkan dampak psikologis yang sangat berat. Ryff (1995) menjelaskan

dampak psikologis yang muncul akibat kondisi infertil adalah rasa bersalah

26

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

terhadap pasangan, frustasi, tidak berguna, serta rendah diri, dan hal itu

berdampak sangat buruk terhadap hubungan suami-istri yang mengakibatkan

hubungan pasangan ini menjadi kurang harmonis dan tidak lagi mesra dan hangat.Perkawinan dipandang sebagai langkah penyatuan kedua individu dengan

tujuan mencapai kepuasan terhadap kehidupan perkawinannya. Kasdu (2001) juga

menambahkan bahwa tujuan sebuah perkawinan tidak terlepas dari keinginan

memperoleh keturunan. Keturunan itu sendiri dipandang Herrick (1998) sebagai

tolok ukur sebuah kepuasan perkawinan yang dijalani pasangan suami-istri.

Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara menyeluruh mengenai segala

sesuatu yang berhubungan dengan kondisi perkawinan. Kepuasan perkawinan

merupakan evaluasi subjektif, yang artinya setiap orang bahkan antara suami

maupun istri yang sama-sama menjalani sebuah perkawinan yang sama, belum

tentu mengungkapkan hal yang serupa mengenai perkawinan mereka. Perjalanan

dalam perkawinan tidak selalu berjalan indah, ada saat-saat perkawinan harus

menghadapi konflik di dalamnya. Sawitri Sadarjoen, seorang psikolog perkawinan

menerangkan bahwa sumber konflik penyebab ketidakharmonisan keluarga tidak

lepas dari masalah uang dan hubungan seksual. Badai perkawinan pada tahun-

tahun awal pernikahan menurut Prof.dr. Marlina, SpKJ., mencakup 2 tahap yakni

tahap penyesuaian diri, dimulai pada tahun 2 sampai tahun ke-3 dan tahap

penemuan peran diri pada tahun ke 6 sampai tahun ke-7 pernikahan. Jika

demikian, tidaklah heran apabila keturunan menjadi penyebab konflik yang besar

dalam kehidupan rumah tangga, karena pada tahun-tahun awal perkawinan

seorang wanita belajar menyesuaikan diri dan menemukan peran baru selain

menjadi seorang wanita dan istri.

27

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

Salah satu faktor dasar kebutuhan yang berpengaruh terhadap penilaian

kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif seorang wanita itu sendiri terhadap

dirinya. Evaluasi subjektif mengenai diri sendiri adalah istilah untuk menyebut

self-esteem. Harga diri (self-esteem) sangat penting bagi seseorang terutama bagi

wanita dengan kondisi infertil. Harga diri disebut-sebut sebagai salah satu hal

terpenting karena harga diri berperan dalam perkembangan kepribadian seseorang

dalam menjalani kehidupannya. Harga diri telah terbentuk pada awal kehidupan

seseorang, dimulai dari hubungan dengan keluarga, bagaimana orang-orang

terpenting dalam hidup seseorang membangun gambaran dirinya. Selain itu

umpan balik (feed back) dari lingkungan terhadap kualitas performa seseorang,

seperti kesuksesan maupun kegagalan dalam kehidupan sangat berpengaruh

terhadap perkembangan harga diri (dalam Michener dkk, 2004). Tanpa harga diri

yang tinggi, seseorang akan lebih mudah merasa tertekan dan takut dalam

menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan. Tidak hanya sebatas

mempengaruhi perasaan, harga diri juga berpengaruh besar terhadap perilaku.Wanita dengan kondisi infertil yang memiliki harga diri tinggi, tidak akan

melakukan hal-hal negatif dan menerima keadaan dirinya dengan

mengembangkan perasaan positif. Selain itu, harga diri tinggi dapat menuntun

wanita dengan kondisi infertil ke arah keputusan-keputusan untuk berperilaku

rasional. Lain halnya dengan pengalaman kegagalan memperoleh keturunan yang

dialami oleh wanita infertil dengan harga diri rendah dapat berakibat pada

ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinannya seperti pendapat Dodgson &

Wood (dalam Baron, 2004) yang menyatakan bahwa pengalaman kegagalan

28

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

mendorong mereka dengan self-esteem yang rendah untuk memfokuskan diri

hanya pada kelemahan mereka.Kebutuhan dasar setiap individu adalah dicintai dan dihargai oleh orang

lain. Penghargaan akan dianggap biasa oleh seseorang apabila seseorang tersebut

menunjukan performa atau prestasi yang luar biasa. Akan tetapi, penghargaan oleh

orang lain akan dianggap sangat berarti ketika seseorang merasa keadaannya tidak

seberuntung orang-orang disekitarnya. Hal ini juga berlaku bagi wanita dengan

kondisi infertil, disaat dirinya merasa tidak seberuntung orang-orang disekitarnya

dibutuhkan pasangan yang memberikan penghargaan bagi dirinya. Penghargaan

(respect) yang diberikan oleh suami berkaitan dengan penerimaan, perhatian, dan

afeksi yang ditunjukan oleh pasangan. Dengan adanya penghargaan oleh suami

akan mendorong sang istri untuk dapat menerima kondisinya sendiri dan

mengembangkan harga diri yang tinggi sehingga akan berpengaruh pada kepuasan

perkawinan yang dijalaninya. Penelitian sebelumnya yang mendukung pendapat

bahwa ada korelasi antara kepuasan perkawinan dengan stres infertil yaitu hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2012) pada wanita yang mengalami

infertilitas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres

infertil dan kepuasan perkawinan.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita dengan

kondisi infertil primer yang memiliki harga diri (self-esteem) yang tinggi disertai

juga dengan pemberian penghargaan (respect) oleh suami akan dapat mancapai

kepuasan perkawinan yang menjadi harapan besar dalam pernikahan. Hal ini

ditandai dengan kebahagiaan yang dapat dirasakan kedua belah pihak dan

29

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

keberhasilan dalam menghadapi setiap problematika perkawinan dengan tetap

pada keputusan yang sejalan antara suami-istri.

E. Kerangka Berpikir

Maslow (dalam Schultz, 1991) mengungkapkan melalui hierarki

kebutuhan bahwa penghargaan terbagi menjadi 2 yakni penghargaan atas diri

sendiri (self-esteem) dan penghargaan dari orang lain. Kedua unsur penghargaan

ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena satu unsur bekerja dari

dalam dan lainnya dari luar. Atas dasar teori inilah, penulis berasumsi bahwa

kepuasan perkawinan dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel

penghargaan yang bergerak dari dalam (self-esteem) dan variabel penghargaan

dari luar dalam hal ini ialah penghargaan suami.

Pola hubungan antara variabel-variabel penelitian tersebut dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Pola Hubungan antar Variabel PenelitianKeterangan:H1 = Hubungan antara self-esteem dan penghargaan suami dengan

kepuasan perkawinan pada wanita dengan infertil primer.

G. Hipotesis PenelitianBerdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, rumusan hipotesis penelitian

disajikan berikut ini.Ada hubungan yang positif Self-esteem dan Penghargaan Suami dengan

Kepuasan Perkawinan pada Wanita dengan Infertil Primer.

30

Penghargaan Suami

Kepuasan Perkawinan pada Wanita dengan Infertil Primer

H1

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Clayton (1975) menjelaskan bahwa kepuasan

31