kepentingan tiongkok dalam pemberian pinjaman...
TRANSCRIPT
KEPENTINGAN TIONGKOK DALAM PEMBERIAN
PINJAMAN PEMBANGUNAN KE GHANA
2007-2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Rina Munawaroh
(1111113000097)
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang Berjudul :
“Kepentingan Tiongkok Dalam Pemberian Pinjaman Pembangunan ke
Ghana 2007-2010”
1. Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Mei 2018
Rina Munawaroh
v
ABSTRAK
Penelitian ini akan membahas tentang kepentingan Tiongkok dalam
memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana di Afrika pada tahun 2007
hingga 2010. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Tiongkok merupakan salah
satu negara yang berhasil mencapai tingkat pertumbuhan perekonomian tertinggi
di dunia yang kemudian berupaya mengembangkan pencapaian kepentingannya di
berbagai wilayah dunia, termasuk wilayah Afrika Barat, khususnya Ghana.
Dalam menganalisa pinjaman pembangunan Tiongkok terhadap Ghana,
penelitian ini menggunakan teori dependensia dan konsep pinjaman luar negeri.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data sekunder.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kepentingan Tiongkok dalam
memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana di Afrika pada tahun 2007
adalah untuk menciptakan ketergantungan sebagai penyedia bahan baku dan
pangsa pasar atas produk-produk ekspor Tiongkok di Ghana dan negara-negara
Afrika Barat lainnya, serta sebagai pendekatan untuk mengembangkan sektor
swasta dan perusahaan Multi National Corporation (MNC) Tiongkok di Ghana.
Sedangkan kepentingan bidang politik adalah untuk menciptakan ketergantungan
sebagai penyedia alutsista bagi angkatan bersenjata Ghana, serta untuk
mendukung agenda new silk road.
Kata kunci : Tiongkok-Ghana, kepentingan Tiongkok, rise of China, dependensia Ghana
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan ridho-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk melengkapi gelar Sarjana
Sosial di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita
mendapat syafa’at-nya di yaumil akhir kelak. Aamiin. Penulis sangat menyadari
bahwa keberhasilan skripsi dan gelar sarjana ini tidak terlepas dari motivasi dan
doa dari berbagai pihak yang dengan tulus memberikan segenap dukungan baik
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan segenap
terima kasih kepada:
1. My inspiration, Uma Hj. Umi Kulsum dan Abah H. Djalil Terima kasih karena
telah memotivasi/menyediakan Rina kesempatan untuk mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya. Keberhasilan dan gelar S.Sos ini Rina persembahkan untuk
Uma dan Abah.
2. My brothers and sisters: H. Saleh, Hj. Eka Safitri, H. Ade Saefullah, Maria
Ulfah dan Hj. Putri Handayani. Semoga kita semua bisa tetap kompak dan saling
mendukung dalam kebaikan. Aamiin.
3. My academic tutors, yang sangat berjasa mendukung dan membantu dalam
proses penyelesaian skripsi:
Bapak Taufiq Rahman, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar membantu kelancaran proses penulisan skripsi ini. Terima
vii
kasih atas saran dan bimbingan Bapak hingga terselesaikannya skripsi ini.
Bapak Muhamad Adian Firnas, S. IP, M. Si dan Ibu Inggrid Galuh
Mustikawati, MHSPS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan demi perbaikan penelitian kearah yang lebih baik. Terimakasih
Bapak dan Ibu atas saran dan bimbingannya.
Bapak Ahmad Alfajri, MA., selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional
dan Ibu Eva Mushoffa, MA., selaku Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional. Terima kasih atas masukan dan dukungan yang Bapak dan
Ibu berikan, sehingga saya dapat mengikuti alur prosedural akademis FISIP
dengan lancar dan tuntas.
Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas segala saran Bapak dalam rangkaian proses akademis.
Seluruh jajaran dosen FISIP UIN Jakarta, khususnya untuk Ibu Debby
Affianty, yang bersedia memberikan motivasi dan membantu mengoreksi
proposal skripsi saya. Terima kasih, semoga Ibu sehat-sehat selalu ya.
Bagian TU, administrasi, dan Perpustakaan FISIP yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuannya.
4. My partner in crime, hari-hari penulis hampa tanpa mu: Ken Anggara Caesar.
Terimakasih sudah banyak memberikan bantuan dan saran yang membangun
untuk kemajuan penulis.
5. My beloved friends, yang memberikan rangkaian momen tak terlupakan.
Hubungan Internasional Angkatan 2011, khususnya HI-C; Najmah Azzahra,
Unaesah, Farah Dina, Shabrina, Zhahrah, Windy, Dicky, Arya, Rifat, Faisal,
viii
Mahar, Taufik, Rizka, Rani, Suci, Izzat, dan Fida. Terima kasih atas
keceriaan dan perjuangan selama 4 tahun yang kita lalui bersama.
LDK FISIP UIN Jakarta yang selalu menemani perjuangan kuliah di FISIP.
Penghuni Kostan Griya Aini, khususnya Amaliah dan Yayan. Terimakasih
sudah menjadi teman sekamar yang pengertian banget dikala suka dan duka.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya mahasiswa Hubungan Internasional, baik sebagai referensi maupun
sebagai bahan literatur lainnya.
Rina Munawaroh
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SIDANG ....................................................... iv
ABSTRAKSI ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
E. Kerangka Pemikiran ................................................................. 11
F. Metode Penelitian ..................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 18
BAB II GAMBARAN UMUM TIONGKOK (SEMI PERIPHERY)
DAN GHANA (PERIPHERY)
x
A. Gambaran Umum Tiongkok ................................................. 20
A.1. Kondisi Politik dan Ekonomi Tiongkok ....................... 21
A.2. The Rise Of China ......................................................... 24
B. Gambaran Umum Ghana ...................................................... 27
B.1. Kondisi Politik Dan Ekonomi Ghana ............................ 29
B.2. Potensi Ekonomi Ghana ................................................ 30
BAB III HUBUNGAN BILATERAL TIONGKOK-GHANA
A. Sekilas Hubungan Tiongkok Dan Ghana .............................. 33
B. Sejarah Pinjaman Pembangunan Tiongkok Dan Ghana ....... 34
C. Proyek Pembangunan Shino-Ghana ...................................... 39
BAB IV ANALISA KEPENTINGAN TIONGKOK DALAM
PEMBERIAN PINJAMAN PEMBANGUNAN KE GHANA
2007-2010 DAN KETERGANTUNGAN GHANA TERHADAP
TIONGKOK
A. Kepentingan Tiongkok Terhadap Ghana 2007-2010 ............ 43
A.1. Penyedia Bahan Baku dan Pangsa Pasar bagi
Perusahaan Tiongkok ............................................................ 44
A.2. Menciptakan Ketergantungan Terhadap Sektor
Swasta dan Perusahaan Multinasional Tiongkok .................. 46
A.3. Menguatkan Posisi Politik Tiongkok di Afrika ............. 49
B. Dampak Pinjaman Pembangunan Tiongkok Terhadap
Ghana ..................................................................................... 51
B.1. Dependensi (Ketergantungan) Ghana Terhadap
xi
Tiongkok ............................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan .......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xvi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penghasil Emas Di Afrika (Rata-rata Antara 2005 dan 2009) ..................... 2
Tabel 2 Penghasil coklat terbesar di dunia 2000-2009 ............................................. 2
Tabel 3 Persentase Kebebasan Bersuara dan Akuntabilitas Politik di Ghana .......... 3
Grafik 2.1. Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian Tiongkok 1952-2005 ........... 23
Tabel 2.1. Pertumbuhan GDP Tiongkok Tahun 1980-2010 (Dalam US Dollar) ...... 26
Grafik 2.2. Perkembangan Gross Domestic Product Ghana Periode 2008-2016 ..... 30
Tabel 3.1. Perkembangan Bantuan Luar Negeri Tiongkok ke Ghana 1980-2015 .... 40
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Ghana dan Afrika Barat Tahun 2000-2015 ................ 45
Tabel 4.2. Kerjasama dan Ekspor China dengan Negara-negara Afrika Periode
2007-2010 ................................................................................................................. 48
Skema 4.1. Proporsi Pembagian Anggaran Pertahanan Cina ................................... 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Wilayah Geografis Tiongkok ........................................................... 21
Gambar 2.1. Wilayah Geografis Ghana ................................................................ 28
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
MCC Millenium Challenge Corporation
WGI World Governance Indicators
SIPRI Stockholm International Peace Reseach Studies
SDA Sumber Daya Alam
SDM Sumber Daya Manusia
US United States
ZTE Zhong Xing Telecommunication Equipment Company Limited
AVIC Aviation Industry Corporation of China
MNC Multi National Corporation
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi Bidang Militer Dan Pertahanan Ghana
Lampiran 2 Deskripsi Bidang Militer Dan Pertahanan Tiongkok
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Beck, Roger B., The History of South Africa, ABC Clio, California, 2012.
Backston, John, We Visit to Ghana, Michel Lane Publisher, London and New
Yoerk, 2012.
Bridden, Allan, Learning of West African Experience Security Sectors Goverment,
Ubiquity Press, London, 2015.
Chow, Gregory C. China Economic Transformation, John Willey and Son
Publishing, Oxford, 2008.
Chu, Yin Wah and Alvin Y. Co, The Global Rise of China, Pramedia and Willey
Publishing, London and New york, 2015.
Freimpong, Nicholas, Research of Relationship Between China and Ghana,
Wuhan School of Economic, Wuhan, 2016.
Masrshia Joe and Wiliam Lang, The New Age of World Economy, Pearson
Publishing, New York, 2012, .
Mustofa, Ahmded Badawi, The China Factor in Ghana : Textile and Manufacture
Industries, Lambert Academy Publishing, London, 2011.
Revves, Jeffery, China Foreign Relations With Weak Peripheral States
Asymetrical Economy and Insecurity, Routledge Publishing, New York,
2015.
Shasha, Deng, Beyond of the African-China Relationship, Nanyang University
Publishing, Singapore, 2016.
Wibowo, I, Belajar Dari Cina : Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam Era
Globalisasi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2004.
Creswell, John. terjemahan Research Design Qualitative, Quantitative,and Mixed
Methods Approaches. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Ikbar, Yanuar. Ekonomi Politik Internasional 2: Implementasi Konsep dan Teori.
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
xvii
Jurnal dan Laporan
Anonim, “Case Study Ghana”, SIPRI Publication, Stockholm, 2016.
EK Akeampyong, “China and The West African Development”, ECOWAS Paper
Report, Johanesburg, 2012.
Amanor, KS. 2013. Expanding Agribusiness: China and Brazil in Ghanaian
Agriculture. Future Agriculture IDS Bulletin, 44.4
Calhoun, Craig (1989). 2013. Revolution and repression in Tiananmen square.
LSE Research
Frontani, Heidi Glaesel and Anna McCracken. 2012. China’s Development
Initiatives In Ghana, 1961-2011. Journal of Sustainable Development in
Africa Volume 14 No.8
Gajigo, Ousman, Emelly Mutambatsere, dan Guirane Ndiaye. 2012. Gold Mining
In Africa: Maximizing Economic Returns For Countries. African
Development Bank Group Working Paper No. 147
Giles Mohan. China in Ghana: Easing the Shift from Aid Dependency to Oil
Economy?. 2009. Real Instituto Elcano(ARI)149, Sub-Saharan Africa
Santos, Dos. 1970. The Structure of Dependence. American Economic
Assosiation Vol. 60 No. 2.
Sanuri. 2005. Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (Loan Agreement hingga
Restrukturisasi). Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor Dan Impor, Bank
Indonesia.
Tsikata, Dela, Ama Pokuaa Fenny, dan Ernest Aryeetey. 2008. China – Africa
Relations:A Case Study of Ghana. A Draft Scoping Study Prepared for the
African Economic Research Consortium. University of Ghana.
Skripsi/ Tesis/ Disertasi
Habia, James K. The Bui Dam Impact On Ghana-China Relations: Transparency,
Accountability, And Development Outcomes From China’s Sino Hydro Dam
xviii
Project In Ghana. Tesis S2 Department of Urban Studies and Planning,
Massachusetts Institute Of Technology, 2009.
Thompson, Reagen. Assessing the Chinese Influence in Ghana, Angola, and
Zimbabwe: The Impact of Politics, Partners, and Petro. Sanford University
Center for International Security and Cooperation (CISAC), 2012.
Surat Kabar
I Wibowo, “Cina Dalam Pusaran Globalisasi”, Kompas, 30 Juni 2010.
“China Berhasil Bangun Pelabuhan di Kenya”, Kompas, 8 Agustus 2016.
Internet (website)
“Ghana : Constitution and Politic”,dalam http://thecommonwealth.org/our-
member-countries/ghana/constitution-politics, diakses pada tanggal 10
Maret 2018.
“Ghana : Economy and Indutry”, dalam http://www.our-
africa.org/ghana/economy-industry, diakses pada tanggal 12 Maret 2018.
“China Country Profile”, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-
13017877, diakses pada tanggal 9 Maret 2018.
“BBC News, “China : Country Profile Overview”, dalam
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-13017877, diakses pada
tanggal 9 Maret 2018.
“China Economy”, dalam http://www.heritage.org/index/country/china, diakses
pada tanggal 9 Maret 2018.
“Africa : Physical Geography”, dalam
https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/africa-physical-
geography/, diakses pada tanggal 9 Maret 2018.
Chengdu International Education, “Study Abroad Loan Assistance Consultant
Agent in China”, dalam http://www.uniagents.com/en/consultant-bank-
loan-assistance/china-4.htm, diakses pada tanggal 9 Maret 2018.
Zhongping, Feng and Jing, Huang. 2014. “China’s Strategic Partnership
Diplomacy: Engaging with a Changing World”. Madrid : FRIDE, dalam
WP8_China_strategic_partnership_diplomacy-fride.org, diakses pada
tanggal 9 Maret 2018.
“Hauling New Treasure Along the Silk Road”, dalam
http://www.nytimes.com/2013/07/21/business/global/hauling-new-
treasure-along-the-silk-
road.html?pagewanted=all&ref=general&src=me&_r=0, diakses pada
tanggal 11 Maret 2018.
xix
“One Belt, One Road”, dalam http://www.cbbc.org/cbbc/media/cbbc_media/One-
Belt-One-Road-main-body.pdf, diakses pada tanggal 12 Maret 2018.
“China Economic : GDP, CPI, Inflation”, dalam https://www.focus-
economics.com/countries/china, diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
“China Economy and Overview”, dalam
http://www.worldbank.org/en/country/china/overview, diakses pada
tanggal 20 Maret 2018.
“China Economy : South China Morning Post”, dalam
http://www.scmp.com/topics/china-economy, diakses pada tanggal 20
Maret 2018.
“Ghana Population 2018 : Demographic, Maps and Graph”, dalam
http://worldpopulationreview.com/countries/ghana-population/, diakses
pada tanggal 28 Maret 2018.
“Ghana Economic Outlook : African Development Bank”, dalam
https://www.afdb.org/en/countries/west-africa/ghana/ghana-economic-
outlook/, diakses pada tanggal 29 Maret 2018.
“The Fourth Office of China-Africa Development Fund Inaguration on Ghana”,
dalam http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/, diakses pada tanggal 3 April
2018.
“China Investment in Africa : The New Colonialism”, dalam
http://harvardpolitics.com/world/chinas-investment-in-africa-the-new-
colonialism/, diakses pada tanggal 3 April 2018.
“China Development Finance to Africa”, dalam http://dashboard.aiddata.org/,
diakses pada tanggal 3 April 2018.
“China-Ghana Relations”, dalam http://gh.china-embassy.org/eng/zjgx/, diakses
pada tanggal 3 April 2018.
“China Fullfils Promise to Help Ghana Military”, dalam
https://www.ghanabusinessnews.com/2017/07/14/china-fulfills-promise-
to-help-ghanas-military/, diakses pada tanggal 8 April 2018.
African Union, “Country Profile: Ghana”, Ethiopia. Diakses pada 18 Desember
2014.
Fairtrade Foundation, “Fairtrade and Cocoa 2011”. Diakses pada 15 Januari 2015.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini fokus untuk menganalisa tentang kepentingan Tiongkok dalam
pemberian pinjaman luar negeri terhadap Republik Ghana tahun 2007 hingga
tahun 2010. Republik Rakyat Tiongkok (RRT) adalah sebuah negara yang terletak
di wilayah Asia Timur dengan luas 9.564.500 km2 atau 3.692.000 mil
2, negara
terluas ketiga setelah Rusia dan Kanada (Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia 2014). Sementara itu, Republik Ghana merupakan salah satu negara di
Afrika Barat yang digambarkan sebagai model negara Afrika yang demokratis.
Ghana berbatasan dengan Cote D’lvoire di Barat, Togo di Timur, Burkina Faso di
Utara dan Samudera Atlantik di Selatan, dengan luas wilayah 238.537 km2 dan
populasi 25.241.998 jiwa (African Union 2014: 1).
Pada tahun 1957, Ghana merdeka dari Inggris. Bagi Benua Afrika,
kemerdekaan Ghana memberikan harapan bahwa kolonialisme tidak menghambat
prospek untuk mengalami pertumbuhan (Reagen 2012: 34). Ghana merupakan
negara penghasil emas terbesar kedua di benua Afrika dan penghasil coklat
terbesar kedua di dunia (Reagen 2012: 34). Hal ini ditunjukan dari tabel di bawah
ini:
2
Tabel 1 Penghasil Emas Di Afrika (Rata-rata Antara 2005 dan 2009)
Rata-rata Total Produksi Antara 2005 dan 2009 adalah 482.000kg
Sumber: The US Geological Survey 2010
Sumber World Cocoa Foundation, Cocoa market update 2010
Pemerintahan Ghana beralih ke sistem demokrasi dari sistem otoriter sejak
tahun 2000. Hal ini ditunjukkan melalui tabel di bawah ini mengenai perubahan
politik Ghana secara bertahap dalam kebebasan bersuara dan akuntabilitas di
Ghana (Reagen 2012: 57).
3
Tabel 3. Persentase Kebebasan Bersuara dan Akuntabilitas Politik di Ghana
Sumber World Bank 2010
Tiongkok meningkatkan hubungan diplomatik dengan Ghana sebagian
besar melalui bantuan pembangunan. Bantuan Tiongkok kepada Ghana dibagi
dalam tiga bentuk: pinjaman, hibah dan bantuan teknis. Menurut Presiden Ghana,
John Evans Atta Mills, hubungan ekonomi Tiongkok dan Ghana berjalan baik,
Tiongkok telah mempromosikan pertumbuhan ekonomi Ghana dan membantu
dalam pembangunan sosial (Reagen 2012: 37). Pada tahun 1992, Tiongkok
membangun Teater Nasional Ghana sebagai hadiah untuk dukungan diplomatik
Ghana selama protes Lapangan Tiananmen 1989 terhadap Pemerintah Beijing
(Reagen 2012: 37). Protes lapangan Tiananmen 1989 merupakan sebuah
rangkaian demonstrasi yang dipimpin mahasiswa di lapangan Tiananmen yang
ditujukan terhadap ketidakstabilan ekonomi dan korupsi politik pemerintahan
Beijing untuk mengganti sistem pemerintahan Beijing menjadi demokrasi
(Calhoun 2013: 44).
4
Pada tahun 2010, Tiongkok dan Ghana merayakan ulang tahun ke-50
hubungan diplomatik mereka. Selama kunjungan Wakil Ketua Komite Nasional
Rakyat Tiongkok, Li Zhaozhuo, Presiden Ghana menyatakan bahwa Tiongkok
adalah sahabat Ghana karena bantuan, proyek, dan pinjamannya (Reagen 2012:
37).
Di bidang perdagangan hubungan Ghana dan Tiongkok telah berkembang
pesat. Tiongkok merupakan mitra perdagangan terbesar kedua Ghana setelah Uni
Eropa, dengan perdagangan bilateral mencapai sekitar 2 miliar Dollar AS di tahun
2010 (Amanor 2010: 2).
Hubungan ekonomi antara Ghana dan Tiongkok pada mulanya ditandai
dengan pinjaman jangka panjang. Bentuk pinjamannya yaitu, pinjaman
preferensial bebas bunga atau bunga yang disubsidi (pinjaman lunak) yang
diberikan oleh pemerintah Tiongkok melalui Kementerian Perdagangan (Dela dkk
2008: 24). Selain itu, Ghana menerima bantuan dari Tiongkok dengan mayoritas
pinjaman yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur (Dela dkk 2008: 24).
Terdapat empat proyek Tiongkok di Ghana yang terkenal dengan pinjaman
pembangunan Tiongkok, sehingga menunjukan hubungan khas Sino-Ghana, yaitu
Bui Dam, Essipon Stadium, Perjanjian telekomunikasi dengan Ghana Telecom,
dan Rumah Sakit Teshie (Reagen 2012: 44). Dari empat proyek itu, proyek Bui
Dam merupakan proyek terbesar antara Tiongkok dan Ghana.
Proyek Bui Dam merupakan usaha terbesar Tiongkok di Ghana dalam
bentuk pinjaman lunak dan pinjaman komersial dari Exim Bank Tiongkok
(Reagen 2012: 44). Pada tahun 2005, Pemerintah Ghana memberitakan, setelah
5
ditolak oleh beberapa pemberi pinjaman dari Barat, Tiongkok menawarkan Ghana
pinjaman 622 juta Dollar AS terhadap proyek Bui Dam, pembangunan bendungan
air di Sungai Volta yang memiliki dampak lingkungan yang negatif dan
membutuhkan pengungsian rakyat dari Bui Gorge (Davies, 2008 Dalam Heidi dan
Anna 2012: 279).
Pada pertemuan FOCAC 2009, Perdana Menteri Tiongkok, Wen Jiabao,
mengumumkan bahwa bantuan dan pinjaman Tiongkok akan fokus pada
peningkatan kesejahteraan Afrika melalui proyek-proyek pengembangan sumber
daya manusia, penguatan infrastruktur, pertanian, dan perubahan iklim (ACET,
2009 dalam Heidi dan Anna 2012: 279). Oleh karena itu, Ghana diberi pinjaman
bebas bunga 99 juta Dollar AS untuk membangun pelabuhan bagi nelayan,
memberikan pelayanan sosial, membangun sekolah, rumah sakit, dan pendidikan
(ACET, 2009 dalam Heidi dan Anna 2012: 279). Selain Tiongkok memberi
pinjaman terhadap Ghana, Tiongkok juga memberikan penghapusan pinjaman
pada Ghana. Pada tahun 2003 Tiongkok menghapus hutang Ghana sebesar 66
juta Dollar AS dan 24 juta Dollar AS pada tahun 2007 (Heidi dan Anna 2012:
279).
Pinjaman Tiongkok terhadap Ghana ini sangat menarik untuk diteliti,
karena Ghana dan Tiongkok tidak memiliki kedekatan goegrafis, sehingga
membuat hubungan Ghana dan Tiongkok perlu untuk diteliti lebih dalam.
Dalam banyak sektor, perusahaan-perusahaan Tiongkok bersaing di
Ghana, terutama dalam sektor industri tekstil. Sebagai contoh setiap tahun 250
Juta Dollar AS pakaian Afrika terjual di Ghana, hanya seperempat permintaan
6
dari produksi lokal Hal ini menunjukan, walau adanya persaingan pasar yang
cukup ketat, Tiongkok tetap memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana
dan Ghana menerima pinjaman pembangunan yang diberikan oleh Tiongkok.
(Taylor 2009 dalam Reagen 2012: 41).
Pinjaman pembangunan serta perdagangan Tiongkok dan Ghana telah
meningkat secara signifikan tahun 2007, namun terjadi penurunan di tahun 2008
dan naik tajam di tahun 2010 (Reagen 2012: 58). Berdasarkan paparan diatas,
penelitian untuk tahun-tahun inilah yang membutuhkan penelitian mendalam
mengenai hubungan antara Ghana dan Tiongkok saat tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010, khususnya mengenai motif terjadinya fluktuasi pinjaman
pembangunan Tiongkok terhadap Ghana.
B. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan: “Bagaimana kepentingan
Tiongkok dalam memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana di Afrika
pada tahun 2007 hingga 2010 ?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pembahasan mengenai kepentingan Tiongkok dalam pemberian pinjaman
pembangunan terhadap Ghana tahun 2007-2010 memiliki tujuan dan manfaat
sebagai berikut:
7
1. Menganalisa alasan Tiongkok memberi pinjaman pembangunan terhadap
Ghana.
2. Mengaplikasikan konsep pinjaman luar negeri dan teori dependensia
dalam menganalisa tentang kepentingan Tiongkok dalam pemberian
pinjaman terhadap Ghana.
3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang terkait dengan pinjaman pembangunan Tiongkok
terhadap Ghana.
D. Tinjauan Pustaka
Dari berbagai literatur, penulis menemukan beberapa pembahasan
mengenai hubungan Tiongkok dan Ghana, dalam tesis yang ditulis Reagen
Thompson, Assessing the Chinese Influence in Ghana, Angola, and Zimbabwe:
The Impact of Politics, Partners, and Petro yang diterbitkan oleh Stanford
University Center for International Security and Cooperation (CISAC) (2012)
menjelaskan hubungan Tiongkok dan Ghana dengan pola hubungan berbasis
sumber daya. Argumen konvensional mengatakan bahwa Tiongkok akan
melakukan segala sesuatu atau mengabaikan apapun proses dalam
mempertahankan kepentingannya. Selain itu Reagen membahas pengaruh
Tiongkok di Ghana. Dalam hal ini reagen menggunakan analisa Kastner dan
model Brautigam dan data dari World Governance Indicators (WGI) dan
Millenium Challenge Corporation (MCC). Selain itu Reagen memberikan sejarah
singkat hubungan Tiongkok dengan Ghana, dan ringkasan investasi, bantuan,
8
pinjaman pembangunan yang diberikan oleh Tiongkok. Berbeda dengan penelitian
Thompson, dalam penelitian ini akan membahas mengenai kepentingan Tiongkok
dalam pemberian pinjaman pembangunan terhadap Ghana, mengapa bantuan yang
diberikan naik turun dimulai tahun 2007 hingga tahun 2010 dengan menggunakan
analisa kualitatif dan teori dependensia.
Tesis James K. Habia yang berjudul The Bui Dam Impact On Ghana-
China Relations: Transparency, Accountability, And Development Outcomes
From China’s Sino Hydro Dam Project In Ghana yang diterbitkan oleh
Massachusetts Institute Of Technology (2009) membahas mengenai dampak
proyek Bui Dam terhadap transparansi, akuntabilitas dan akibat pembangunan dari
perusahaan Tiongkok terhadap Pemerintah Ghana. Penelitian ini juga menjelaskan
secara rinci mengenai proyek Bui Dam dan dampaknya terhadap hubungan Ghana
dan Tiongkok, serta membandingkannya dengan proyek Akosombo Dam.
Penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif dan kualitatif. Berbeda dari tulisan
di atas, penelitian ini akan membahas mengenai pinjaman pembangunan
Tiongkok terhadap Ghana pada tahun 2007 hingga 2010 dengan menggunakan
analisa kualitatif dan teori dependensia sehingga dalam penelitian ini
menguraikan motif politik Tiongkok dalam pemberian pinjaman pembangunan
terhadap Ghana tahun 2007 hingga tahun 2010.
Dalam artikel Heidi Glaesel Frontani and Anna McCracken yang berjudul
China’s Development Initiatives In Ghana, 1961-2011 dalam Journal of
Sustainable Development in Africa Volume 14 No.8 (2012) membahas 50 tahun
bantuan pembangunan Tiongkok terhadap Ghana dan memberikan kritik terhadap
9
bantuan yang diberikan. Kritik ini menggunakan analisa media, didasarkan pada
berita-berita dari surat kabar, dan sumber-sumber berita independen Ghana.
Menurut Heidi dan Anna kerjasama ekonomi dan teknik (ETC) Tiongkok
menunjukkan: 1) bervariasi oleh stabilitas internal Tiongkok dan Ghana, 2)
dipandang lebih menguntungkan hubungan Ghana dan Tiongkok daripada Barat,
dan 3) tipe hubungan yang tidak saling menguntungkan dan diragukan secara etis
sejak tahun 2003. Berbeda dari penelitian Heidi dan Anna, dalam penelitian ini
akan menguraikan berbagai hal yang terjadi dibalik pinjaman pembangunan
Tiongkok terhadap Ghana dengan menggunakan analisa kualitatif, teori
dependensia dan konsep pinjaman luar negeri.
Artikel yang ditulis oleh Kojo Sebastian Amanor yang berjudul Expanding
Agribusiness: China and Brazil in Ghanaian Agriculture dalam Future
Agriculture IDS Bulletin, 44.4 (2013) membahas framing dan struktur investasi
Tiongkok dan Brazil di Ghana dalam konteks liberalisasi pasar dan kebangkitan
agribisnis. Lebih jauh lagi, artikel ini membahas kekhususan investasi pertanian
Tiongkok di Ghana dalam kaitannya dengan investasi yang lebih luas dan
kepentingan Tiongkok di Ghana. Amanor juga meneliti investasi Brazil dalam
sektor pertanian Ghana terkait dengan perluasan agribisnis dan integrasi ke dalam
ekonomi global. Berbeda dari penelitian Amanor, penelitian ini akan menjelaskan
mengenai pinjaman pembangunan Tiongkok terhadap Ghana pada tahun 2007
hingga 2010, meneliti motif dibalik pinjaman tersebut dengan menggunakan
analisa kualitatif dan teori dependensia.
10
Dalam artikel Giles Mohan yang berjudul China in Ghana: Easing the
Shift from Aid Dependency to Oil Economy?dalam Real Instituto Elcano(ARI)149
meneliti perubahan dalam bantuan dan investasi yang diberikan Tiongkok
terhadap Ghana, penemuan sumber daya minyak mengubah skenario bantuan
Tiongkok terhadap Ghana, bantuan Tiongkok dan Ghana didasarkan pada sumber
daya minyak. Ketegangan ini menunjukkan perbedaan yang lebih luas dalam
pendekatan pembangunan internasional. Berbeda dengan artikel Mohan,
penelitian ini akan menguraikan mengenai motif pinjaman pembangunan
Tiongkok terhadap Ghana di tahun 2007 hingga tahun 2010 dengan menggunakan
analisa kualitatif dan menitikberatkan hubungan pada pola ketergantungan
Marxisme.
Artikel Dela Tsikata, Ama Pokuaa Fenny, dan Ernest Aryeetey yang
berjudul China – Africa Relations:A Case Study of Ghana dalam A Draft Scoping
Study Prepared for the African Economic Research Consortium (2008) membahas
review kerjasama antara Tiongkok dan Ghana serta investasi Tiongkok dan Ghana
yang mencakup ekspor dan impor arus perdagangan antara Ghana dan Tiongkok
serta dampak bantuan Tiongkok terhadap Ghana. Tujuan utama penelitian ini
adalah untuk menentukan ukuran, komposisi dan pentingnya ekspor dan impor
antara Ghana dan Tiongkok dan untuk menentukan ukuran, komposisi dan
pentingnya investasi dan bantuan Tiongkok untuk Ghana. Berbeda dengan
penelitian Dela, Ama dan Ernest, penelitian ini akan menjelaskan mengenai
pinjaman pembangunan Tiongkok terhadap Ghana, meneliti motif dibalik
11
pinjaman tersebut dengan menggunakan analisa kualitatif, teori dependensia dan
konsep pinjaman luar negeri.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisa pinjaman pembangunan Tiongkok terhadap Ghana,
penelitian ini menggunakan teori dependensia dan konsep pinjaman luar negeri.
1. Teori Dependensia
Neo-Marxis berpendapat bahwa perekonomian kapitalis global yang
dikendalikan oleh negara kapitalis kaya dipergunakan untuk memiskinkan negara-
negara terbelakang (Jackon & Sorensen 2005: 75). Lebih lanjut mereka
menyatakan negara-negara dunia ketiga miskin karena secara aktif ditelantarkan
oleh negara-negara kapitalis kaya (Jackon & Sorensen 2005: 75). Dapat diketahui
bahwa kepentingan Tiongkok sebagai negara kapitalis memberi pinjaman kepada
Ghana untuk membuat Ghana menjadi lebih terbelakang, sehingga Ghana akan
lebih tergantung pada Tiongkok yang merupakan negara kapitalis kaya.
Menurut Theotonio Dos Santos, dependensi adalah keadaan aktivitas
ekonomi negara-negara tertentu yang dipengaruhi oleh perkembangan dan
ekspansi dari ekonomi negara-negara lain, di mana negara-negara tertentu ini
hanya berperan sebagai penerima akibat saja (Dos Santos 1970: 231).
Dos Santos (1970) membagi tiga bentuk ketergantungan sebagai berikut:
pertama, ketergantungan kolonial, terjadinya penjajahan dari negara pusat ke
negara pinggiran. Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang mentah
12
yang dibutuhkan negara pusat, sementara negara periferi menjadi pasar dari
barang-barang jadi negara-negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk sekitar
bersifat eksploitatif (Dos Santos 1970: 231).
Kedua, ketergantungan finansial-industrial, yaitu negara pinggiran
merdeka tetapi kekuatan finansialnya masih dikuasai oleh negara-negara pusat.
Ekspor masih berupa barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara
periferi dijanjikan akan penanaman modal bagi keberlangsungan industri yang
pada akhirnya hanya menguntungkan negara-negara pusat (Dos Santos 1970:
231).
Ketiga ketergantungan teknologi-industrial, yaitu bentuk ketergantungan baru.
Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah
untuk negara pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di
negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran. Meskipun
demikian teknologi dan patennya masih dikuasai oleh negara pusat (Dos Santos
1970: 231).
Wallerstein mendeskripsikan sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga
jenis, yaitu negara core atau pusat, semi-periferi atau setengah pinggiran, dan
negara periferi atau pinggiran (Jackson & Sorensen 2005: 242). Perbedaan bagi
ketiga jenis negara ini adalah kekuatan ekonomi dan politik dari masing-masing
kelompok. Kelompok negara-negara kuat (pusat) mengambil keuntungan yang
paling banyak, karena kelompok ini dapat memanipulasi sistem dunia sampai
batas-batas tertentu dengan kekuatan dominasi yang dimilikinya. Kemudian
negara setengah pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran
13
yang merupakan pihak yang paling dieksploitasi (Hobden & Jones dalam Baylis
2005: 206). Ciri-ciri dari negara periphery antara lain bersifat non-demokratis,
memiliki tingkat pendapatan yang rendah, menjadi eksportir barang-barang
mentah, serta mengimpor barang jadi. (Jackson & Sorensen 2005: 242)
Cardoso juga menjelaskan bentuk ketergantungan berubah seiring dengan
kemajuan teknologi dan kebijakan proteksionisme. Sehingga negara maju
menanamkan investasi melalui perusahaan multinasional (MNC) untuk masuk ke
pasar domestik (Budiman 1996: 75).
Dalam kasus pinjaman Tiongkok terhadap Ghana, Tiongkok adalah negara
setengah pinggiran (semi periferi) dan Ghana adalah negara pinggiran (periferi).
Hubungan Tiongkok (semi periferi) dan Ghana (periferi) merupakan suatu bentuk
ketergantungan teknologi-industrial, dimana perusahaan-perusahaan Tiongkok
datang ke Ghana untuk membantu membangun Ghana membangun negaranya,
namun Tiongkok tetap menguasai seluruh teknologi dan pusat industri Ghana,
sehingga Ghana tidak memiliki hak paten dalam memberdayakan aset yang
dimilikinya.
2. Konsep Hegemoni
Teori hegemoni merupakan teori yang sangat penting pada abad XX.
Dalam Neo-Marxis salah satu pemikiran yang dianggap sangat penting setelah
Marx adalah Antonio Gramci. Antonio Gramci (1891-1937) menjelaskan bahwa
hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan
maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi
14
doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang
didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh
kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang
seharusnya terjadi. (Sugiono, 1999:31)
Hal ini yang terjadi dalam hubungan antara Tiongkok dan Ghana, Ghana
mendukung banyak keputusan Tiongkok seperti dalam protes lapangan
Tiananmen, Ghana memberikan dukungan diplomatik pada pemerintah Tiongkok,
yang sedang di tuntut atas ketidakstabilan ekonomi dan korupsi politik yang
terjadi dalam pemerintahan Tiongkok.
3. Konsep Pinjaman Luar Negeri
Secara umum bantuan luar negeri diartikan sebagai tindakan-tindakan
negara, masyarakat (penduduk), atau lembaga-lembaga masyarakat atau lembaga-
lembaga lainnya yang berada pada suatu negara tertentu ataupun pasar tertentu di
luar negeri, memberikan bantuan berupa pinjaman, memberi hibah atau pula
penanaman modal mereka kepada pihak tertentu di negara lainnya (Yanuar 2007:
187-188). Bantuan pembangunan Tiongkok terhadap Ghana merupakan suatu
tindakan pinjaman, hibah dan penanaman modal dari pemerintah Tiongkok
terhadap pemerintah Ghana.
Pinjaman luar negeri adalah aktivitas ekonomi yang menimbulkan
kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri dalam valuta asing.
Termasuk dalam pengertian pinjaman luar negeri adalah pinjaman dalam negeri
15
yang menimbulkan kewajiban membayar kembali kepada pihak luar negeri
(Sanuri 2005: 1).
Sanuri (2005) membagi pinjaman luar negeri menurut segi persyaratannya,
yaitu: Pertama, pinjaman lunak (concessional loan), yaitu pinjaman luar negeri
Pemerintah dalam rangka pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Kedua,
pinjaman setengah lunak (semi concessional loan), yaitu pinjaman yang
penggunaannya hampir sama dengan penggunaan pinjaman lunak, namun
persyaratannya lebih berat dari pinjaman lunak tetapi lebih ringan daripada
pinjaman komersial. Ketiga, pinjaman komersial (commercial loan), yaitu
pinjaman yang diterima dengan syarat-syarat yang ditetapkan berdasarkan kondisi
pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman Tiongkok terhadap Ghana
merupakan pinjaman lunak dan komersial.
Fernando Hendrique Cardoso (1982) menjelaskan ketergantungan dan
pembangunan dengan teori Associated-Dependent Development, pemilikan
industri tidak penting, apakah dimiliki pihak asing, berbentuk perusahaan bersama
atau perusahaan domestik yang bergabung dengan perusahaan-perusahaan asing,
tetapi penekanan justru pada siapa yang mengambil keputusan, umumnya berada
di luar negeri. Dalam hal efek yang ditimbulkan dari pinjaman Tiongkok terhadap
Ghana mengakibatkan banyak munculnya perusahaan-perusahaan milik
pemerintah Tiongkok di Ghana yang mengeksplorasi sumber daya milik
pemerintah Ghana, namun perusahaan-perusahaan itu diberi keleluasaan penuh
dalam setiap keputusan yang dikeluarkan, Pemerintah Ghana hanya mendapat
bagian yang sedikit dari hasil eksplorasi itu, sehingga yang terjadi Pemerintah
16
Ghana membiarkan perusahaan milik Tiongkok mengekploitasi sumber daya yang
dimiliki Ghana, sehingga perkembangan pembangunan menjadi terhambat.
Cardoso (1982) menambahkan hal yang menjadi hambatan dari
pembangunan bukanlah ketiadaan modal, melainkan pembagian kerja
internasional yang diuraikan menjadi dua kawasan, yakni pusat dan pinggiran,
terjadi pengalihan surplus dari negara pinggiran ke pusat. Dengan demikian
pinjaman pembangunan Tiongkok di Ghana memiliki efek yang spillover yang
menyebabkan terjadi keterbelakangan, dengan pinjaman-pinjaman yang diberikan
Tiongkok, Tiongkok dapat mempengaruhi politik di Ghana dan mengambil
keuntungan ekonomi di Ghana, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya
perusahaan-perusahaan Tiongkok di Ghana
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti suatu objek dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif dan
hasil lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2014: 1). Dalam
penelitian ini akan menganalisa peristiwa dengan menggunakan penggambaran
yang dideskripsikan kata-kata secara jelas dan terperinci.
Penelitian ini menggunakan studi kasus, yang menyelidiki secara cermat
suatu program, peristiwa, aktivitas ataupun proses (John W. Creswell, 2009: 20).
17
Penelitian ini akan membahas mengenai suatu kasus secara mendalam, yaitu
mengenai Tiongkok yang memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana.
Sumber pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara sekunder.
Data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara langsung (Sugiyono
2009: 225). Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
dapat berupa laporan kantor, buku, koran, dan lain-lain (John W. Creswell 2009:
269). Dalam penelitian ini, data sekunder didapatkan dari studi pustaka dengan
mengumpulkan referensi-referensi dari perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan
Universitas Indonesia maupun media online, seperti buku-buku, skripsi, laporan
resmi, tesis, dan jurnal.
Penelitian ini akan mengumpulkan data mengenai latar belakang Tiongkok
memberikan pinjaman pembangunan terhadap Ghana, kepentingan nasional
Tiongkok di Ghana, serta dampak pinjaman pembangunan Tiongkok terhadap
Ghana. Data-data tersebut akan dieksplorasi melalui studi kepustakaan dan
wawancara.
Setelah proses pengumpulan data, akan dilakukan proses analisa data.
Bogdan mendefinisikan analisa data kualitatif adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono 2014: 88). Menurut Jhon W.
Creswell analisa data kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data, membuat
18
interpretasi, dan menulis laporan penelitian (Jhon W. Creswell 2009: 274). Jadi,
data yang diperoleh akan dikelompokkan sesuai materi pembahasannya lalu
dianalisa dengan menggunakan teori yang relevan sehingga dapat menemukan
jawaban atas permasalahan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian yang berjudul “Kepentingan Tiongkok Dalam Pemberian
Pinjaman Pembangunan Ke Ghana 2007-2010” akan dibagi dalam lima bab,
masing-masing adalah sebagai berikut :
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan gambaran umum Tiongkok berkaitan dengan posisinya
sebagai negara semi periphery dan Ghana sebagai negara periphery meliputi
kondisi politik dan ekonomi Tiongkok, serta fenomena the rise of China dan
gambaran umum Ghana meliputi kondisi ekonomi dan politik, serta potensi
ekonomi negara Afrika ini.
Bab III berisi hubungan bilateral Tiongkok-Ghana meliputi tinjauan
(sekilas) hubungan kedua negara, sejarah pinjaman pembangunan Tiongkok ke
Ghana dan apa saja proyek pembangunan Shino-Ghana.
Bab IV merupakan bab analisa penelitian ini yang membahas tentang
19
kepentingan Tiongkok dalam pemberian pinjaman pembangunan ke Ghana pada
periode tahun 2007-2010 meliputi kepentingan bidang ekonomi yaitu untuk
menciptakan ketergantungan sebagai penyedia bahan baku dan pangsa pasar atas
produk-produk ekspor Tiongkok di Ghana dan negara-negara Afrika Barat
lainnya, serta sebagai pendekatan untuk mengembangkan sektor swasta dan
perusahaan MNC Tiongkok di Ghana. Sedangkan kepentingan bidang politik
adalah untuk menciptakan ketergantungan sebagai penyedia alutsista bagi
angkatan bersenjata Ghana dan menguatkan posisi Tiongkok di Afrika.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh
penelitian yang telah dilakukan.
20
BAB II
GAMBARAN UMUM TIONGKOK (SEMI PERIPHERY)
DAN GHANA (PERIPHERY)
A. Gambaran Umum Tiongkok
Tiongkok merupakan negara terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia,
setelah Rusia dan Kanada. Tiongkok memiliki penduduk lebih dari 1,3 miliyar
orang. Angka itu membentuk hampir 23 persen dari populasi dunia. Sebagian
besar orang Tiongkok tinggal di bagian timur negara -di sepanjang pantai, di
dataran, dan dalam lembah yang dialiri oleh sungai-sungai besar. Sebagian besar
berada di kawasan yang membentang ke utara dari Sungai besar Yangtze (Chang)
sampai ke Beijing. Tiongkok adalah negara yang luas yang mencakup berbagai
bagian. Bagian ini dapat dipecah menjadi beberapa daerah umum. (bbc.co.uk)
Tiongkok merupakan negara yang terletak di Wilayah Asia yang
berbatasan dengan 14 negara sekaligus karena luasnya wilayah yang dimiliki oleh
negara ini. Keempat belas negara ini adalah Afghanistan, Bhutan, Myanmar,
India, Kazakstan, Kirgisistan, Korea Utara, Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan,
Rusia, Tajikistan dan Vietnam. Gambaran mengenai wilayah geografis Tiongkok
lihat di gambar 2.1 sebagai berikut : (bbc.co.uk)
21
Gambar 2.1.
Wilayah Geografis Tiongkok
Sumber : “The Maps of China”, dalam http://beijing-travels.com/china_tour/map.html, diakses
pada tanggal 8 Maret 2013.
A.1. Kondisi Politik dan Ekonomi Tiongkok
Republik Rakyat Tiongkok merupakan negara yang terletak di wilayah
Asia Timur sekaligus Asia Tengah yang berbatasan dengan Laut Kuning dan Laut
Tiongkok Timur di sebelah Timur, Birma dan Vietnam di sebelah Selatan, Nepal
dan India di sebalah Barat, Mongolia, serta Rusia dan Kazakhtan di sebelah utara.
Tiongkok menjadi negara yang begitu populer dalam dinamika politik
internasional karena negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia,
22
yaitu sekitar 1,3 milyar jiwa, memiliki wilayah terluas keempat di dunia dan
merupakan negara yang memiliki hak veto dalam keanggotaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Maka dari itulah negara Tiongkok memanfaatkan berbagai
dimensi – dimensi untuk memperluas kerjasamanya dengan tujuan pertumbuhan
ekonomi negara Tiongkok.(bbc.com)
Pada periode tahun 1978-2004 mengalami tingkat progresifitas yang luar
biasa. Periode tersebut Tiongkok telah berhasil menjadikan kemajuan Tiongkok
sebagai negara adikuasa baru di Asia, bahkan di dunia. Tingkat GDP (gross
domestic product) sebagai indikator kemajuan ekonomi suatu negara dari tahun ke
tahun semakin meningkat pesat, sebagai gambaran pada tahun 1980 tingkat GDP
Tiongkok hanya sebesar 460.906 US Dollar, kemudian pada tahun 1985
meningkat tajam sebesar 896.440 US Dollar, pada tahun 1990 sebesar 1.854.790
US Dollar, tahun 1995 sebesar 6.079.400 US Dollar, tahun 2000 sebesar
9.921.500 US Dolar dan pada awal tahun 2005 sebesar 18.308.500 US
Dollar.(focus-economic.com)
Kemajuan perekonomian Tiongkok tersebut ditopang oleh sektor pertanian
(agrikultur) sebesar 11,7 persen, industri sebesar 48,9 persen, pelayanan jasa
sebesar 39,3 persen dan sektor-sektor minoritas lainnya sebesar 5,5 persen.
Kemajuan perekonomian Tiongkok tersebut akhirnya membawa negara ini ke
swasembada di berbagai bidang, bahkan hingga pada tahun 2005 Tiongkok tidak
lagi tergantung pada hutang luar negeri sebagai modal
pembangunan.(heritage.org)
23
Melihat data dalam tabel diatas, maka dapat ditarik sebuah gambaran
bahwa Tiongkok merupakan satu-satunya negara di dunia yang tingkat
pertumbuhan perekonomiannya tidak pernah mengalami penurunan. Gambaran
tentang hal ini juga dapat dilihat melalui grafik 2.1. berikut ini.
Grafik 2.1.
Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian Tiongkok
tahun 1952-2005
Sumber : “China Economy”, dalam http://www.heritage.org/index/country/china, diakses pada
tanggal 7 September 2015.
Kemajuan perekonomian yang dicapai Tiongkok, tidak lepas dari
sumbangan industri-industri yang memproduksi barang-barang secara massal,
yang berorientasi pada kemandirian masyarakat yang bekerja pada industri-
industri yang menjadi bagian dari investasi asing di negara ini. Nilai inflasi pada
24
perekonomian makro Tiongkok juga berjalan terkendali dengan rata-rata kurang
dari tiga persen pertahun.
Dalam kurun waktu kurang dari dua dekade, Tiongkok telah menjadi
negara baru raksasa industri. Berbagai industri baik pada skala kecil-menengah,
hingga industri besar, semakin marak di negara ini. Kemajuan ini juga didukung
oleh tenaga ahli yang siap pakai lulusan dalam dan luar negeri. Pada tahun 2004
saja, Tiongkok telah memiliki 127.311 lulusan sarjana dan magister, serta 23.446
orang telah bergelar doktor, dimana lebih dari 31 persen merupakan wanita.
(Beck, 2012 : 86)
A.2. The Rise Of China
Rise of China atau kecermelangan Tiongkok sebenarnya telah ada jauh
sebelum negara ini berbentuk republik. Pada abad VII banyak saudagar atau
pedagang Tiongkok yang mengadakan pelayaran hingga ke Samudera Hindia
melewati Persia (Iran) dan beberapa negara Timur-Tengah lainnya. Menurut Chief
Karell seorang budayawan, sekaligus sejarawan dari University of Cambridge
Amerika Serikat menyatakan bahwa :
“...pada abad VII telah ada pelayaran niaga dengan kapal-kapal
berukuran besar pada masa itu. Dalam kapal tersebut terdapat orang-
orang tiongkok dengan pengawal dari kerajaan seperti dinasti Han dan
Dinasti-dinasti sebelumnya. Di ujung pelabuhan Afrika Selatan mereka
bermukim dalam waktu cukup lama dengan menjual dan mengumpulkan
barang.” (Beck, 2012 : 86)
25
Kemudian pada periode-prode selanjutnya, para pedagang Tiongkok
semakin sering singgah di wilayah Afrika Selatan, bahkan pada abad ke IX
muncul gagasan perdagangan Tiongkok yang dikenal dengan jalur sutera. Jalur
perdagangan ini meliputi tiga bagian, antara lain :
a. Jalur dari Tiongkok menuju ke Selat Malaka melewati Srilanka, Timur-
Tengah dan kemudian menuju ke pantai Timur Afrika dan masuk ke
wilayah afrika Selatan. (Wibowo, 2004 : 2)
b. Jalur dari Tiongkok menuju ke wilayah Afrika dan masuk ke wilayah
Afrika Selatan melewati Samudera Atlantik. (Wibowo, 2004 : 2)
c. Jalur dari Tiongkok menuju ke Selat Malaka melewati Srilanka, Timur-
tengah dan kemudian masuk ke wilayah Eropa. Sekembalinya dari Eropa
para saudagar Tiongkok masuk ke wilayah Eropa melewati Terusan Suez
dan masuk ke wilayah Afrika Selatan.(Wibowo, 2004 : 2)
Kemajuan perekonomian Tiongkok pada periode tahun 1978-2014 tidak
lepas dari program reformasi negara yang menitik-beratkan pada upaya untuk
membuka diri dari pergaulan internasional (open door policy) atau yang disebut
sebagai “gaige kaifang” (reformasi dan membuka diri). Pasca program reformasi
bidang perekonomian tersebut, tingkat pertumbuhan GDP (gross domestic
product) negara ini semakin mengalami peningakatan secara gradual. Gambaran
tentang hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut : .(Wibowo, 2004 : 2-
3)
26
Tabel 2.1.
Pertumbuhan GDP Tiongkok Tahun 1980-2010
(Dalam US Dollar)
No Tahun Tingkat Pertumbuhan GDP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2011
2012
2013
2014
460.906
896.440
1.854.790
6.079.400
9.921.500
18.308.500
29.886.100
75.722.211
85.602.118
96,821.000
104.354.000
Sumber : “China Economy”, dalam http://www.heritage.org/index/country/china, diakses pada
tanggal 12 Maret 2018.
Dari tabel di atas maka dapat dipahami bahwa pada tahun 1980 hingga
2014 perekonomian Tiongkok terus berkembang dengan pesat, bahkan trend
perkembangan ini belum pernah sekalipun mengalami penurunan. Inilah yang
kemudian dapat dianggap sebagai Rise of China, dimana pencapaian ini nantinya
dapat menjadi modal pembangunan dalam negeri dan kerjasama
internasional.(Alvin and Chu, 2015:29)
Menurut kajian yang dilakukan oleh SIPRI (Stockholm International
Peace Reseach Studies) pencapaian Tiongkok berkaitan dengan Rise of China
dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu :
a. Tiongkok bersama-sama dengan Korea Selatan merupakan negara yang
27
mengalami pertumbuhan perekonomian terpesat selama dua dekade dan
belum pernah mengalami penurunan. (SIPRI, 2016 : iii)
b. Tiongkok merupakan negara yang berhasil mengembangkan sistem
pertahanan moderen terbesar di dunia, meliputi swasembada alutsista
hingga personel militer dengan jumlah yang sangat besar untuk
mendukung blue water navy. (SIPRI, 2016 : iii)
c. Tiongkok merupakan negara yang berhasil mengembangkan investasi
terpesat di dunia dalam lima benua sekaligus, baik Asia, Afrika, Amerika,
Eropa dan Australia.(SIPRI, 2016 : iii)
B. Gambaran Umum Ghana
Ghana merupakan negara di Afrika Barat yang terletak di pantai selatan
„tonjolan‟ barat Afrika dan berbatasan dengan Teluk Guinea di Samudera
Atlantik. Ghana memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1957. Negara
ini dibentuk dari koloni Inggris Gold Coast dan British Togoland dan dinamai
Ghana sesuai nama sebuah kerajaan kuno Afrika, yaitu Ghana. (Backston, 2012 :
41)
Secara geografis Ghana berbatasan langsung dengan Benin, Pantai Gading
(Cap de Ivory), Togo dan Burkina Faso. Negara ini memiliki posisi yang strategis
karena memiliki akses ke wilayah perairan secara langsung, yaitu Teluk Guinea
yang terhubung dengan Samudera Atlantik. Gambaran mengenai posisi geografis
Ghana lihat peta 2.1. sebagai berikut :
28
Peta 2.1.
Wilayah Geografis Ghana
Sumber : “Maps of Ghana”, dalam https://www.lonelyplanet.com/maps/africa/ghana/, diakses
pada tanggal 23 Maret 2018.
Penduduk Ghana yang mencapai 25 juta orang meliputi lebih dari belasan
kelompok etnis utama. Kelompok utama di tengah dan selatan adalah Ashanti,
Brong-Ahafo, Fanti, Ewe, dan Ga. Etnis Dagomba dan Mamprusi tinggal di utara.
Bahasa Inggris adalah bahasa resmi. Tetapi orang-orang dari Ghana juga berbicara
dalam bahasa asli mereka, seperti bahasa Akan, Moshi-Dagomba, Ewe, dan Ga.
Lebih dari 60 persen penduduk Ghana memeluk Kristen. 21 persen lainnya
menganut agama-agama tradisional Afrika, dan 16 persennya adalah pemeluk
Islam.(globalsecurity.org)
29
B.1. Kondisi Politik dan Ekonomi Ghana
Ghana merupakan negara di wilayah Afrika Barat yang merupakan bekas
jajahan Portugis dan Inggris. Negara ini menggunakan sistem presidensil yang
dipilih secara langsung melalui penyelenggaraan pemilu. Presiden dan wakil
presiden Ghana dipilih setiap empat tahun oleh rakyat. Ada juga Dewan Menteri.
Anggotanya dicalonkan oleh presiden dan tunduk pada persetujuan Parlemen.
Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih oleh suara terbanyak untuk masa
tugas 4 tahun. Di bagian teratas dari sistem peradilan adalah Mahkamah Agung
yang memiliki kekuatan untuk menyatakan produk hukum Parlemen
inkonstitusional. (thecommonwealth.org)
Ghana adalah negara miskin. Hampir setengah anggaran pemerintah
datang sebagai bantuan dari negara-negara kaya. Namun banyak benih untuk
kemakmuran Ghana di masa depan. Negara ini telah mengadakan empat pemilu
multipartai berturut-turut sejak tahun 1992, tanda stabilitas politik. Ghana
memiliki sistem pendidikan yang baik dan layanan sipil yang efisien. Ghana juga
memiliki tenaga kerja yang lebih produktif daripada negara-negara miskin Afrika
Barat lainnya. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Ghana akan menjadi kekuatan
ekonomi yang penting di Afrika. (thecommonwealth.org)
Ghana pada tahun 1957 hingga 1960 pernah menjadi negara protektorat
Inggris dan kemudian dipimpin secara langsung oleh Ratu Elizabeth II. Kemudian
pasca kemerdekannya pada 1 Juli 1960, kepemimpinan Ghana kemudian dipimpin
oleh presiden yang terpilih melalui pemilu. Beberapa nama diantaranya Kwame
Nikrumah, Akwasi Amankwa Afrifa, Jerry John Rwaling hingga John Evans Atta
30
Mils yang memimpin Ghana sejak 7 Januari 2009 hingga tahun 2016.
(thecommonwealth.org)
B.2. Potensi Ekonomi Ghana
Ghana merupakan negara yang memiliki perekonomian yang relatif
tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain di wilayah Afrika Barat, seperti
halnya Pantai Gading, Senegal, dan beberapa negara lainnya. Meskipun demikian
di tahun 2012-2013 perekonomian negara ini berhasil mencapai titik tertinggi
selama satu dekade terakhir, meskipun kemudian kembali menurun pada tahun
2014. (afdb.org) Gambaran tentang hal ini lihat grafik 2.2. seagai berikut :
Grafik 2.2.
Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) Ghana
Periode 2008-2016
Sumber : “Ghana GDP”, dalam https://tradingeconomics.com/ghana/gdp?embed?embed, diakses
pada tanggal 23 Maret 2018.
31
Ghana merupakan negara yang memiliki geo-politik dan geo-ekonomi
yang strategis. Ini disebabkan karena Ghana memiliki akses secara langsung ke
wilayah perairan yaitu Samudera Atlantik, sehingga diperkirakan pada masa yang
akan datang akan menjadi negara ini akan menjadi pusat pelabuhan terbesar di
wilayah Afrika Barat, khususnya di sekitar Cape Cost dan Acra. Hanya saja
karena keterbasan ekonomi membuat pengembangan pelabuhan belum dapat
berjalan secara optimal. (afdb.org)
Ghana merupakan kelompok negara dunia ketiga di wilayah Afrika.
Meskipun perekonomian negara ini cenderung terbelakang, namun berbagai
potensi masih terbuka luas untuk dapat dikembangkan. Beberapa diantaranya
adalah :
a. Potensi, Jasa, yaitu bidang pariwisata adalah sumber pendapatan asing
terbesar ketiga Ghana. Pekerjaan jasa di hotel, toko-toko, bank, dan
transportasi mempekerjakan lebih sedikit orang daripada sektor pertanian.
Tapi jasa memberikan kontribusi lebih terhadap perekonomian Ghana
dibandingkan pertanian. (our-africa.org)
b. Potensi Manufaktur, yaitu industri tradisional Ghana adalah kehutanan,
perikanan, dan kerajinan. Berbagai barang-barang konsumsi dasar juga
diproduksi. Produksi industri rendah. Pemilik pabrik sering kesulitan
untuk mendapatkan suku cadang dan bahan baku impor yang mereka
butuhkan untuk menjaga mesin tetap bekerja. (our-africa.org)
c. Potensi Pertanian, yaitu setengah dari angkatan kerja Ghana terdiri atas
petani dan buruh tani sewaan. Mereka menanam singkong, padi, jagung,
32
dan kacang-kacangan untuk mereka gunakan sendiri. Mereka juga
memproduksi tanaman ekspor utama negara itu, biji kakao, yang
digunakan untuk membuat cokelat. (our-africa.org)
d. Pertambangan dan Perdagangan, negara ini memiliki emas, mangaan, dan
berlian, Ghana menambang bauksit. Mineral ini dilebur menjadi
aluminium sebelum dijual ke luar negeri. Kemudian pada bidang
perdagangan selain biji kakao, Ghana mengekspor emas semi-pabrikan
(termasuk emas berlapis platinum), bijih mangaan dan konsentratnya,
makanan olahan, dan kayu. Negara ini juga mengimpor peralatan, minyak
bumi, dan makanan. Mitra dagang utamanya adalah Inggris, Jerman,
Amerika Serikat, Nigeria, Togo, Prancis, Belanda, dan Spanyol.(our-
africa.org)
Pada periode 2007-2010 upaya pembangunan dan pengembangan potensi
Ghana dihadapkan pada agenda hubungan kerjasama dengan Tiongkok. Selama
tiga tahun tersebut, memang bantuan pinjaman lunak Tiongkok ke Ghana terus
menunjukkan peningkatan. Pada bab berikutnya (bab III) akan diuraikan lebih
lanjut tentang dinamika hubungan Tiongkok dan Ghana meliputi sejarah pinjaman
pembangunan Tiongkok ke Ghana dan proyek pembangunan Shino-Ghana.
33
BAB III
HUBUNGAN BILATERAL TIONGKOK-GHANA
A. Sekilas Hubungan Tiongkok dan Ghana
Kerjasama luar negeri memiliki peranan penting bagi pencapaian
kepentingan nasional. Ini disebabkan karena pada dasarnya tingkat kebutuhan
suatu negara sifatnya adalah tidak terbatas, sedangkan sumber daya, baik alam,
manusia dan lain-lainnya sifatnya adalah terbatas. Konsep ini ternyata juga
berlaku bagi hubungan kerjasama antara Tiongkok dan Ghana. (Revves,2015:64)
Hubungan Tiongkok dan Ghana telah berawal sejak tahun 1960-an.
Hubungan ini berawal dari dukungan pemerintah Ghana di bawah kepemimpinan
Kwamne Nikrumah pada Tiongkok pada perang Sino India yang terjadi dalam
kurun waktu sebulan sejak 20 Oktober hingga 21 November 1962. Ketika itu,
pemerintah Ghana berhasil mendukung bantuan pangan dan obat-obatan kepada
pihak tiongkok yang banyak mengalami korban jiwa pada perang tersebut, dimana
sekitar 700 personel Tiongkok tewas. (Badawo, 2011:18-19)
Dalam perkembangannya, hubungan antara Tiongkok dan Ghana berjalan
secara intenstif ketika pada tahun 1990, pemerintah Ghana meminta untuk
mendukung pembangunan Stadion Theater Ghana yang menghabiskan anggaran
sekitar 2,4 juta US Dollar. (Badawi, 2011:18-19) Kemudian hubungan antara
Tiongkok dan Ghana semakin erat yang ditanda dengan kunjungan kenegaraan
kedua negara, diantaranya :
a. Kunjungan Perdana Menteri Zhou Enlai ke Ghana pada tahun 2002 untuk
34
membicarakan kerjasama bidang sosial, ekonomi, industri dan
pembangunan infrastruktur.
b. Kunjungan Presiden John Kofour ke Beijing China pada tahun 2003 untuk
menindaklanjuti pembicaraan kerjasama bidang sosial, ekonomi, industri
dan pembangunan infrastruktur dan lawatan tahunan.
c. Kunjungan Presiden John Evan atta Mill ke Beijing China pada tahun
2010 untuk menindaklanjuti pembicaraan pembangunan infrastruktur dan
lawatan tahunan.
d. Kunjungan Anggkota Komite Kongres Nasional Tiongkok, Zhou tienong
pada tahun 2012 untuk menindaklanjuti pembicaraan pembangunan
infrastruktur dan lawatan tahunan.
e. Kunjungan Wakil Presiden John Dramani Mahama ke Beijing China pada
tahun 2012 untuk menindaklanjuti pembicaraan pembangunan
infrastruktur dan lawatan tahunan. (Badawi, 2011:18-19)
B. Sejarah Pinjaman Pembangunan Tiongkok dan Ghana
Dinamika dan perkembangan pinjaman pembangunan Tiongkok di Ghana
merupakan skema long shot Tiongkok atas negara-negara Afrika. Bagi Tiongkok
Benua Hitam ini memiliki arti yang sangat potensial untuk mengembangkan
kerjasama ekonomi yang dalam jangka pendek dapat memberikan keuntungan
dalam mendukung pembangunan negara-negara Afrika, namun dalam jangka
panjang dapat memberikan keuntungan bagi Tiongkok, termasuk melalui
kebijakan bantuan luar negeri bagi Ghana.(harvardpolitic.com)
35
Sejarah pinjaman bantuan luar negeri Tiongkok ke Ghana telah ada sejak
tahun 1964, dimana pemerintah Tiongkok berhasil mengalokasikan bantuan
pembangunan bendungan sebagai pembangkit listrik tenaga air di wilayah Bui
dengan mengelola sumber air dari aliran sungai Black Volta. Bantuan Tiongkok
ini sekitar 622 juta US Dollar.(fmprc.com)
Kemudian dalam perkembangan sejarah beberapa bantuan luar negeri
Tiongkok terhadap Ghana tercapai pada beberapa program, diantaranya :
a. Bantuan luar negeri sekitar 212,8 juta US Dollar untuk pengembangan
jalan trans yang menghubungkan Bimbika, Yendi Nalerigu pada tahun
1986. Bantuan ini merupakan pengalokasian kerjasama luar negeri
pertama kali yang dijalankan oleh pemerintah Tiongkok di wilayah Afrika
Barat yang diharapkan dapat membuka wilayah rural serta mendukung
pemerataan pembangunan di Ghana.
b. Bantuan ekonomi sebesar 70,8 juta US Dollar sebagai stimulus bidang
perbankan Ghana pada tahumn 1994. Bantuan ini dijalankan pemerintah
Tiongkok untuk memperkuat sektor moneter dan pembiayaan dalam
negeri Ghana, sehingga nantinya dalam jangka panjang akan memperkuat
perekonomian makro Ghana. (Shaha,2016:40)
Di seluruh wilayah Afrika Barat pada tahun 2007, Ghana menduduki
peringkat ketiga dari total jumlah pinjaman luar negeri Tiongkok setelah Nigeria
dan Pantai Gading yaitu sebesar 334 juta US Dollar. Kemudian di tahun 2010
Ghana berhasil menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan 429 juta US
36
Dollar. Pencapaian ini sekaligus berhasil memposisikan Ghana sebagai negara
utama bagi pengalokasian bantuan luar negeri Tiongkok.(Shaha,2016:25-26)
Pemerintah Tiongkok telah menyepakati beberapa ketentuan dengan
pemerintah Ghana berkaitan dengan alokasi bantuan luar negeri yang disetujui
oleh Menteri Keuangan Ghana, Ken Affari Atta dengan Menteri Keuangan
Tiongkok, Xiao Jie pada tahun 2014 terkait dengan empat hal, yaitu :
a. Bantuan luar negeri Tiongkok ke Ghana dijalankan dengan azas
transparansi dan akuntabilitas.
b. Bantuan luar negeri Tiongkok ke Ghana dijalankan untuk merangsang dan
menggerakan infrastruktur di Ghana sebagai kepentingan jangka panjang.
c. Bantuan luar negeri Tiongkok ke Ghana akan menjadi orientasi kerjasama
di berbagai bidang dalam konteks yang lebih luas.
d. Berbagai kendala bantuan luar negeri Tiongkok ke Ghana akan
dibicarakan dalam forum bilateral ataupun regional dengan sikap saling
menghormati. (Revves,2015:70-71)
Konstelasi ekonomi-politik internasional yang semakin kompleks
menyebabkan negara-negara dunia berlomba-lomba untuk memperluas
kepentingan ekonomi dan ekspansi perdagangan luar negerinya. Bersamaan
dengan berkembangnya era globalisasi ternyata terdapat negara-negara adikuasa
baru pada bidang perekonomian internasional yang memiliki posisi tawar
(bargain position) strategis dalam dinamika ekonomi-politik internasional. Ini
37
juga berlaku bagi wilayah Afrika Barat, khususnya Ghana yang begitu tergantung
dengan negara-negara donor.(national-geographic.com)
Keberadaan Tiongkok sebagai negara dengan pertumbuhan perekonomian
luar biasa (miracle economic growth) menjadikan negara ini berupaya
mengembangkan pencapaian kepentingan, antara lain melalui kerjasama
internasional. Dalam memperlancar hubungan internasionalnya kemudian salah
satu strategi yang diterapkan oleh Tiongkok adalah dengan memberikan bantuan
dana. Menurut Chen Deming yang menjabat sebagai Deputi Khusus Perdagangan
dan Investasi Luar Negeri, Kementarian Perdagangan Tiongkok menyatakan
bahwa terdapat tiga alasan mengenai kepentingan Tiongkok dalam pemberian
bantuan dana luar negeri, yaitu :
a. Bantuan luar negeri yang dialokasikan pemerintah Tiongkok ditujukan
untuk membangun opini internasional bahwa Tiongkok ikut berkontribusi
dan bertanggung-jawab atas perkebangnan internasional. Bantuan ini
teralokasikan melalui “The Loan of Relationship of South African and
China 2013” yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Tiongkok pada
Maret 2013.
b. Bantuan luar negeri yang dialokasikan pemerintah Tiongkok ditujukan
untuk menandingi dominasi kepentingan negara-negara adikuasa atas
bantuan luar negerinya yang seringkali menerapkan standar ganda, seperti
halnya Amerika Serikat, Jepang, Australia ataupun Uni Eropa.
38
c. Bantuan luar negeri yang dialokasikan pemerintah Tiongkok ditujukan
untuk membangun sikap kesepahaman antara Tiongkok dengan negara-
negara kerjasama, sehingga nantinya akan mendukung kerjasama yang
lebih luas melalui sikap politik (political will) ataupun kebijakan-kebijakan
lainnya.(uniagents.com)
Presiden Hu Jintao dihadapan Kongres PKC (Partai Komunis Cina) pada
29 Juni 2010 menyatakan bahwa : “Tiongkok bukan semata-mata akan
mengembangkan kerjasama perekonomian dengan negara-negara dunia, namun
juga akan membantu permasalahan yang dihadapinya.” (Kompas, 30 Juni 2010)
Jika dikaitkan dengan faktor sejarah bantuan luar negeri Tiongkok sebagai
bagian dari kerjasama internasional memiliki porsi yang penting dalam ikut
mendukung kemajuan perekonomian Tiongkok. Pada periode tahun 1978-2004
Tiongkok telah berhasil mengadakan kontak perdagangan dengan negara lain.
Inilah yang kemudian merepresentasikan sebuah kondisi bahwa Tiongkok tidak
lagi berorintasi dogmatis, namun telah berubah menjadi prsgamatis. (Kompas, 30
Juni 2010)
Seiring dengan berkembangnya waktu, pada tahun 2010-2014 Tiongkok
berupaya mengembangkan pengaruhnya sebagai negara adikuasa baru. Berbagai
organisasi internasional diikuti Tiongkok, antara lain World Trade Organization
(WTO), Konsorsium Bank Dunia, Asia-Pacific Economic Forum (APEC) dan
lain-lainnya. Selain itu, Tiongkok juga menjalankan perluasan kerjasama luar
negeri (enlarging of foreign relations) dengan negara-negara dunia. Konsep
„partnership‟ muncul dan digagas dalam Chinese Diplomacy setelah akhir perang
39
dingin. Tiongkok membangun kemitraan strategis pertamanya dengan Brazil pada
tahun 1993. (wps.org)
Sejak saat itu, pembangunan kemitraan strategis telah menjadi salah satu
dimensi yang paling menonjol dari diplomasi Tiongkok. Sebagai contoh,
Tiongkok telah membangun sebuah „strategic partnership of equality, mutual
confidence and mutual co-ordination in the 21st century‟ dengan Rusia pada tahun
1996; „a collaborative partnership for the 21st century‟ dengan Korea Selatan
pada 1998; dan „a strategic and cooperative for peace and prosperity‟ dengan
India pada 2005. (wps.org)
C. Proyek Pembangunan Shino-Ghana
Proyek pembangunan Shino Ghana merupakan agenda prestisius dari
pemerintah Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Afrika Barat
dengan menjadikan Ghana sebagai porosnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Menteri Keuangan Tiongkok, Lou Jiwei bahwa :
“...Melalui Ghana nantinya Tiongkok dapat lebih mudah
mengembangkan kepentingannya di Afrika Barat. Kepentingan ini bukan
saja menguntungkan bagi Tiongkok, namun juga negara-negara yang
menjadi patner kerjasama, Untuk membangun cita-cita bersama,
mewujudkan masa depan bersama sebagau negara yang maju dan
berdaulat.”(Revves,2015:43)
Keberadaan Ghana sebagai salah satu negara yang menjadi pilot proyek
kerjasama luar negeri Tiongkok di wilayah Afrika ternyata jumlahnya terus
menunjukkan trend peningkatan. Gambaran tentang hal ini lihat tabel 3.1.sebagai
berikut :
40
Tabel 3.1.
Perkembangan Bantuan Luar Negeri Tiongkok ke Ghana
Periode 1980-2015
No. Tahun Nilai Kontrak
(Milyar US Dollar)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
38,8
49,1
84,2
118.6
226.2
301,7
429,0
468,2
Sumber : Anonim, “African Region : Trade and International Investment 2012”, The Ministry of
Trade of South African Republic Report, Cape Town, 2012, chapter iii.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kontrak investasi
dan kerjasama dari tahun 1980 hingga 2010 menunjukkan perkembangan yang
pesat. Pada periode 1980-1990, kerjasama ini hanya berorientasi pada bidang
perdagangan komoditas tertentu, diantaranya minyak bumi, tekstil dan produk
olahan tekstil, makanan, rempah hingga biji-bijian. Kemudian pada pada tahun
2000 hingga 2010 kerjasama ini semakin berkembang, bukan hanya semata-mata
pada perdagangan komoditas, namun juga pembangunan dalam negeri, konstruksi
dan investasi langsung (FDI) (Kompas, 8 Agustus 2006).
Beberapa proyek pembangunan Sino-Ghana yang berhasil diwujudkan
oleh kedua negara diantaranya pada periode 2007-2010 adalah :
a. Dukungan bantuan luar negeri Tiongkok kepada Ghana adalah
pengalokasian bantuan luar negeri sebesar 28 juta US Dollar untuk
41
mendanai pembangunan jalan trans Onwakor-Nsawam yang dimulai pada
akhir tahun 2008 dan selesai di tahun 2009. Melalui proyek ini nantinya
akan dapat memperlancar transportasi komoditas dan mobilitas antar
daerah di Ghana (aiddatachina).
b. Dukungan bantuan luar negeri Tiongkok kepada Ghana adalah
pengalokasian bantuan luar negeri tanpa bunga sebesar 99 juta US Dollar
yang diberikan kepada masyarakat petani padi dan para nelayan di Ghana
pada tahun 2009. Bantuan ini diharapkan dapat memicu kemandirian kaum
marginal di Ghana (aiddatachina).
c. Dukungan bantuan luar negeri Tiongkok kepada Ghana adalah
pengalokasian bantuan luar negeri sebesar 34 juta US Dollar pada tahun
2010 untuk mendukung program pelatihan para enginer (teknisi),
kontraktor hingga penyelenggara negara akan dapat menciptakan sebuah
sistem kerja yang transparan dan akuntabel. (aiddatachina)
d. Dukungan hibah anggaran sebesar 7,5 juta US Dollar untuk
pengembangkan Kementerian Pertahanan Ghana pada tahun 2010 (china-
embassy.org).
Dari uraian di aras maka dapat difahami bahwa hubungan Tiongkok dan
Ghana telah melalui rangkaian sejarah yang panjang yang berawal dari hubungan
politik atas dukungan terhadap Tiongkok, ketika negara ini masih menjadi
kelompok negara dunia ketiga. Berkembangnya Tiongkok menjadi negara raksasa
pada bidang ekonomi, sosial dan pertahanan kemudian terbangun hubungan
emosional yang dipengaruhi oleh faktor sejarah. Ghana kemudian menjadi pilot
42
proyek atas perluasan kerjasama Tiongkok di wilayah Afrika, khususnya Afrika
Barat. (The Ministry of Trade of South African Republic Report, Cape Town,
2012)
Meskipun pemberian bantuan luar negeri menunjukkan bagian penting
dari kerjasama bilateral Tiongkok dan Ghana, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa terdapat kepentingan yang begitu kuat dari Tiongkok terhadap negara
Afrika Barat tersebut meliputi ekonomi, politik ataupun pertahanan. Gambaran
tentang hal ini akan diuraikan pada bab selanjutnya.
43
BAB IV
`ANALISA KEPENTINGAN TIONGKOK DALAM PEMBERIAN
PINJAMAN PEMBANGUNAN KE GHANA 2007-2010 DAN
KETERGANTUNGAN GHANA TERHADAP TIONGKOK
A. Kepentingan Tiongkok Terhadap Ghana 2007-2010
Keberadaan wilayah Afrika memiliki peranan penting dalam pencapaian
kepentingan nasional Tiongkok berkaitan dengan pengembangan kerjasama dan
pemberikan bantuan luar negeri Tiongkok. Karakteristik demografi dan
kependudukan yang di dominasi oleh ras Negorid dan Kaukasoid menjadi
pertimbangan sendiri bagi Tiongkok dalam mengembangkan kerjasama luar
negeri tersebut. Hal seperti yang diungkapkan Menteri Keuangan Tiongkok, Xiao
Jie bahwa :
“...masyarakat Afrika menjadi salah satu pertimbangan penting
bagi pengembangan kerjasama China atas wilayah ini. Dalam kerjasama
dan pemberikan bantuan luar negeri masyarakat Afrika dapat berperan
sebagai pangasa pasar, sekaligus pelaksana kerjasama yang dapat saling
melengkapi sumber daya Tiongkok.” (newsweek.com)
Melalui pernyataan menteri keuangan di atas menunjukkan bahwa wilayah
Afrika, khususnya wilayah Afrika Barat memiliki peranan penting bagi masa
depan pencapaian kepentingan Tiongkok. Meskipun dalam jangka pendek
bantuan luar negeri Tiongkok terhadap Ghana belum menunjukkan keuntungan
bagi Tiongkok, namun dalam jangka panjang ini akan memberikan pengaruh
positif bagi masa depan Tiongkok dalam memperluas kepentingan pada konstelasi
44
internasional. (newsweek.com)
Jika dikaitkan dengan teori dependensia maka di era globalisasi kemajuan
perekonomian suatu negara sangat berkaitan dengan efektifitas kerjasama luar
negeri karena pada prinsipnya kebutuhan suatu negara sifatnya adalah tidak
terbatas, sedangkan sumber daya suatu negara, baik SDM, SDA, alih teknologi
dan lain-lainnya sifatnya adalah terbatas. Melihat hubungan antara Ghana dan
Tiongkok dalam kerjasama bidang ekonomi, khususnya pemberian bantuan luar
negeri maka ini menunjukkan fenomena ketergantungan negara dunia ketiga
terhadap negara kapitalis. (newsweek.com)
A.1. Penyedia Bahan Baku dan Pangsa Pasar bagi Perusahaan Tiongkok
Ghana merupakan salah satu negara di wilayah Afrika Barat yang menjadi
pertimbangan penting bagi Tiongkok dibalik kerjasama bidang perekonomian,
khususnya pemberian bantuan luar negeri. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk
Ghana terus meningkat dan ini menjadi penting sebagai pangsa pasar produk-
produk Tiongkok. Di tahun 2005 jumlah penduduk Ghana sekitar 27,1 juta jiwa
kemudian pada tahun 2015 mencapai 28,10 juta jiwa. (globalsecurity.org)
Kemudian dalam lingkup regional Afrika Barat merupakan salah satu
wilayah penting bagi benua Afrika. Berbeda dengan wilayah Afrika lainnya,
misalnya Afrika Utara (sebagian timur-tengah), ataupun wilayah Afrika Timur,
wilayah Afrika Barat yang terdiri dari 17 negara meliputi Benin, Burkina Faso,
Cape Verde, Pantai Gading, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bisau, Liberia, Mali,
45
Mauritania, Niger, Nigeria. Saint Helena, Senegal, Sierra Leone dan Togo. Secara
demografis penduduk Afrika Barat memiliki jumlah penduduk yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Gambaran tentang hal ini lihat tabel 4.1. sebagai
berikut :
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk Ghana dan Afrika Barat
Tahun 2000-2015
No Tahun Jumlah Penduduk
Ghana
Jumlah Penduduk
Afrika Barat
1.
2.
3.
4.
2000
2005
2010
2015
26,88
27,21
27,85
28,16
358,10
358,98
359,71
362.16
Sumber : “Population of Western Africa”, dalam https://www.populationpyramid.net/western-
africa/2016/, diakses pada tanggal 23 Maret 2018.
Dari tabel di atas maka jumlah penduduk wilayah Afrika Barat, khususnya
Ghana ternyata berkembang secara progresif. Ini tentunya akan menjadi
pertimbangan bagi Tiongkok untuk menjadikan negara dan wilayah ini sebagai
pangsa pasar. Jumlah penduduk yang cukup besar dan masih berada pada
kelompok dunia ketiga akan membutuhkan berbagai fasilitas dalam berbagai
aktifitas. Untuk itulah, kedekatan hubungan antara Ghana dan Tiongkok yang
dapat dilihat oleh publik negara Afrika Barat ini akan menumbuhkan sifat
emosional, sehingga produk-produk ekspor Tiongkok ke Ghana akan lebih mudah
diterima. (Frimpong,2016:viii)
Income perkapita Ghana meningkat dari tahun ke tahun rata-rata 4 hingga
7%. Di tahun 2007 income perkapita masyarakat negara ini sekitar 1,2 hingga 1,9
46
US Dollar perhari. Meskipun ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kelompok
negara maju, namun angka ini menjadi relatif besar jika dilihat dari lingkup
negara-negara Afrika Barat. Inilah yang kemudian menjadi salah satu
pertimbangan bagi Tiongkok untuk membangun kerjasama ekonomi, khusunya
pengalokasian bantuan luar negeri kepada Ghana. (Frimpong,2016:viii)
Pertimbangan selanjutnya bagi Tiongkok dalam memberikan bantuan luar
negeri kepada Ghana adalah untuk mendukung ketersediaan bahan baku. Aktivitas
pertanian di sebagian besar wilayah Afrika didominasi oleh pertanian. Pertanian
di Afrika umumnya digiatkan di sekitar daerah aliran sungai seperti Sungai Nil.
Benua Afrika memiliki barang tambang yang berlimpah dengan hasil utamanya
antara lain intan, yang memasok 98% dari hasil dunia, emas (35%) mangan
(25%), tembaga (20%), dan minyak bumi yang banyak terdapat di Afrika Utara
dan Afrika Barat. (Rusell, 2013:17)
Ghana memiliki cadangan energi, khususnya minyak bumi yang cukup
besar. Di tahun 2007 total produksi mencapai 126 juta barrel pertahun. Komoditas
ini tentunya menjadi pertimbangan penting bagi Tiongkok yang nantinya dapat
membangun kerjasama dalam pengelolaan minyak bumi. (Rusell, 2013:17)
A.2. Menciptakan Ketergantungan Terhadap Sektor Swasta dan
Perusahaan Multinasional Tiongkok
Wilayah Afrika memang memiliki daya tarik bagi perusahaan-perusahaan
dan sektor swasta Tiongkok. Untuk memperkuat kapasitas kerjasama dan
47
pengembangan new silk road beberapa perusahaan yang telah sukses dalam
mengembangkan investasi di Afrika, khususnya di negara-negara wilayah Afrika
Barat diantaranya :
a. ZTE sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi yang
sukses berinvestasi di Burkina Faso, Ghana, Benin, Pantai Gading, Mali
dan Senegal.
b. AVIC sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang sukses.
c. Shandong Taixan Sunlight sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
energi yang sukses berinvestasi di Burkina Faso, Ghana, Benin, Pantai
Gading, Mali dan Senegal..
d. Sinopec sebuah perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi energi
yang sukses berinvestasi di Burkina Faso, Ghana, Benin, Pantai Gading,
Mali dan Senegal.(cbbc.org)
Wilayah Afrika merupakan area ketiga bagi pengembangan kerjasama
bidang ekonomi melalui bantuan luar negeri Tiongkok, selain wilayah perbatasan
dan negara Asia. Afrika menjadi penting ketika banyak negara ini, diantaranya
Nigeria, Mesir, Libya, Republik Afrika Tengah dan Selatan, Kongo, Tunisia,
Ghana, Pantai Gading dan beberapa negara lainnya yang berhasil membangun
kerjasama bidang ekonomi dan sosial. Beberapa pencapaian pemerintah China
dalam kebijakan new slik road dengan beberapa negara Afrika dapat dilihat pada
tabel 4.2. sebagai berikut :
48
Tabel 4.2.
Kerjasama dan Ekspor China dengan Negara-negara Afrika
Periode 2007-2010
No. Negara Ekspor Kerjasama Keterangan 1.
Senegal
$2,387,646,821
Pengembangan
infrastruktur jalan raya
dan pengembangan
energi minyak bumi
sejak tahun 2006.
Sektor real estate
menjadi
penyumbang
ekspor terbanyak
ke Senegal
2.
Sudan
$2,129,730,001
Pengembangan
infrastruktur jalan raya,
industrialisasi semi
konduktor, investasi
asing langsung (FDI)
dan pengembangan
energi minyak bumi
sejak tahun 2007.
Sektor energy
menjadi
penyumbang
ekspor terbanyak
ke Sudan
3.
Pantai
Gading
$2,849,507,644
Pengembangan
infrastruktur jalan raya
dan pengembangan
energi minyak bumi
sejak tahun 2006.
Sektor transportasi
menjadi
penyumbang
terbanyak ke
Pantao Gading
4.
Tunisia
$1,295,839,939
Pengembangan
infrastruktur jalan raya
dan pengembangan
energi minyak bumi
sejak tahun 2006.
Sektor transportasi
menjadi
penyumbang
ekspor terbanyak
ke Tunisia
5. Ghana $2,436,255,851 Pengembangan
infrastruktur jalan raya,
pariwisata (tourism) dan
pengembangan energi
minyak bumi sejak tahun
2008.
Sektor energy
menjadi
penyumbang
ekspor terbanyak
ke Ghana
Sumber : Diolah dari “One Belt, One Road”, dalam
http://www.cbbc.org/cbbc/media/cbbc_media/One-Belt-One-Road-main-body.pdf, diakses pada
tanggal 23 Maret 2018.
Melihat tabel di atas maka dapat dipahami bahwa periode 2007-2010
merupakan masa penting bagi orientasi kerjasama luar negeri Tiongkok di
wilayah Afrika, khususnya Afrika Barat. Melalui kerjasama dengan Ghana
diharapkan jadi awal mula (mile stone) sebagai tonggak sejarah perluasan misi
49
dan kerjasama Tiongkok yang nantinya dapat mendukung pencapaian kepentingan
nasional pada bidang ekonomi dalam jangka panjang.
Dalam perkembangannya, Tiongkok juga berhasil semakin memperluas
pengaruhnya di negara-negara Afrika. Itu terlihat dari volume perdagangan antara
Negara-negara di Afrika dan Tiongkok yang semakin mengalami peningkatan
atau tumbuh 10 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun dari $10,6 bn Tahun 2000
menjadi $160 bn di Tahun 2011 dengan investasi mencapai $13 bn.(cbbc.org)
Dalam pemberitaan itu juga disebutkan bahwa Tiongkok semakin
mengintensifkan hubungannya dengan negara-negara di Afrika tersebut melalui
serangkaian program pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, gedung sekolah,
serta pembangunan gedung olahraga dan pusat teknologi pertanian yang masih
sedang berjalan. Tiongkok mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan
serangkaian kerjasama yang mampu menyerap ratusan tenaga kerja lokal untuk
bekerja dalam proyek-proyek negara-negara tersebut.(cbbc.org)
A.3. Menguatkan Posisi Politik Tiongkok di Afrika
Dalam perkembangan globalisasi yang semakin kompleks bantuan luar
negeri memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan kelompok
negara dunia ketiga. Pasca berakhirnya perang dingin (cold war) Amerika Serikat
dan sekutunya berhasil menjadi hegemoni dalam konstelasi politik internasional,
namun memasuki dekade 2000-an sebagai periode yang merepresentasikan era
globalisasi muncul beberapa negara dengan kekuatan ekonomi baru yang dapat
50
menjadi alternatif bagi penyedia bantuan luar negeri kelompok negara
berkembang.
Selama ini wilayah Afrika, khususnya negara-negara di wilayah Afrika
Barat sangat bergantung terhadap bantuan luar negeri negara-negara Barat dan
berbagai afiliasinya, diantaranya dengan IMF (International Monetary Fund),
Bank Dunia hingga USAID (United States Agency of International Development).
Hal ini kemudian menyebabkan lemahnya posisi tawar Tiongkok di Afrika Barat.
Munculnya Tiongkok yang berhasil menjalankan kerjasama ekonomi
melalui pemberian bantuan luar negeri berupa kredit lunak terhadap Ghana
mampu menjadi solusi bagi negara-negara Afrika Barat, khususnya Ghana. Hal ini
dikuatkan dengan pernyataan Presiden Ghana, John Evans Atta Mills ketika
bertemu dengan perdana menteri Tiongkok Wen Jiao Bo ketika lawatan ke Acra
pada tahun 2009 bahwa :
“...Tiongkok adalah saudara lama. Kemajuan yang dicapai
Tiongkok sangat menakjubkan, pada bidang politik, militer, dan tentunya
ekonomi dan perdagangan. Kehadiran Tiongkok akan membuka babak
baru setelah dua tahun sebelumnya hubungan kerjasama menunjukkan
kemajuan yang pesat. Kami juga sepakat untuk menjadikan Tiongkok
untuk dapat membangun kerjasama yang lebih luas, termasuk dalam
kerangka ECOWAS (Economic Community of West African State).”(EK
Akeampyong, 2012:24)
Di sisi lain Tiongkok memiliki kepentingan jangka panjang yaitu untuk
menciptakan ketergantungan atas Ghana, khususnya berkaitan dengan bidang
pertahanan dan alutsista, dimana Ghana pada tahun 2007-2010 berupaya
membangun sistem pertahanan yang moderen.
51
Kemajuan perekonomian yang dicapai Tiongkok, tidak lepas dari
sumbangan industri-industri yang memproduksi barang-barang secara massal,
yang berorientasi pada kemandirian masyarakat yang bekerja pada industri-
industri yang menjadi bagian dari investasi asing di negara ini. Nilai inflasi pada
perekonomian makro Tiongkok juga berjalan terkendali dengan rata-rata kurang
dari tiga persen pertahun.(Paul, 2017:8)
B. Dampak Pinjaman Pembangunan Tiongkok Terhadap Ghana
Eksistensi perekonomian nasional suatu negara pada era globalisasi
sekarang ini telah menjadi bagian integral yang menentukan tingkat kemajuan
suatu negara, disamping faktor masyarakat, kedaulatan wilayah, sistem
pertahanan dan lain-lainnya. Perkembangan perekonomian secara optimal juga
akan mendukung tingkat superioritas negara dan sangat menentukan posisi tawar
(bargaining position) sebuah negara dalam percaturan politik internasional.
(Shaha,2016:69)
Kemudian kepentingan selanjutnya berkaitan dengan upaya untuk
memperluas ekonomi-politik praktis dari Tiongkok. Sejak lama Tiongkok
berkembang sebagai negara tertutup dengan sistem ekonomi sosialis, kemudian
pasca reformasi ekonomi yang dijalankan oleh Deng Xiaoping Tiongkok berhasil
berkembang sebagai negara moderen yang lebih liberalis. (Shaha,2016:69)
Pada periode tahun 2010-2014 dinamika perekonomian Tiongkok
dihadapkan pada berbagai persoalan, masing-masing yaitu:
52
a. Pertama, keterbatasan Tiongkok dalam memperoleh akses bahan baku dan
energi dari lingkup domestik Tiongkok sendiri,
b. Kedua, agenda percepatan pembangunan Tiongkok pasca modernisasi di
bawah kepemimpinan Deng Xiaping mampu memberikan motivasi dan
transformasi bagi rezim-rezim selanjutnya untuk dapat memajukan
perekonomian tiongkok di berbagai lini.
c. Ketiga, perekonomian Tiongkok sejak tahun 2000-an telah berkembang
menjadi socio-manufacture yang bukan hanya menjadi penopang
perekonomian nasional, namun juga penpoang perekonomian masyarakat
atau yang dikenal dengan societal corporatism welfare.(Chow, 2008 : 9)
Sehingga Tiongkok memerlukan sebuah negara untuk menopang
kebutuhan bahan bakunya, oleh karenanya Tiongkok menjadikan Ghana
sebagai salah satu penyedia bahan bakunya, dan sebagai balasannya Tiongkok
memberikan banyak bantuan terutama terhadap Ghana. Dengan adanya
bantuan tersebut membuat Ghana menjadi lebih tergantung pada Tiongkok dan
membuat Ghana mau tidak mau memenuhi segala kepentingan Tiongkok.
B.1. Dependensi (Ketergantungan) Ghana Terhadap Tiongkok
Dependensi Ghana terhadap Tiongkok menunjukkan bahwa Ghana tidak
dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya untuk mendukung pencapaian
kepentingan nasional, sehingga membuatnya bergantung pada Tiongkok.
Dependensi Ghana terhadap Tiongkok menunjukkan hubungan antara
kepemimpinan dan akomodasi. Dalam proposisi Marxisme hubungan antara
53
kedua negara dapat berjalan karena Tiongkok memiliki modal (capital) yang
cukup besar, bahkan pada periode 2007-2010 dengan tingkat GDP sebesar 23,57
triliun US Dollar maka Tiongkok akan dapat memiliki kekuatan ekonomi yang
hampir dapat disetarakan dengan Amerika Serikat, Uni Eropa ataupun Bank
Dunia.(EK Akeampyong, 2012:25-26)
Posisi Tiongkok memang menjadi negara yang istimewa di mata Ghana,
karena pada masa lalu Ghana pernah mendukung negara ini dalam konflik Sino-
India. Terbentuknya kerjasama kedua negara juga tidak lepas dari orientasi kedua
kepemimpinan. Tiongkok sebagai negara donor tidak serta-merta bersikap
impresif, namun tetap menjaga kehormatan dan kedaulatan Ghana. Hal ini
merupakan cara Tiongkok agar dapat memperluas hegemoninya di Afrika Barat.
Bantuan luar negeri Tiongkok terhadap Ghana dan juga negara-negara
ECOWAS memiliki karakter yang pragmatis sehingga dapat dengan mudah
diterima oleh negara-negara Afrika Barat, diantaranya :
a. Tingkat suku bunga (revenue) yang rendah, bahkan pada beberapa kasus
tidak diterapkan sistem bunga.
b. Bantuan luar negeri Tiongkok tidak terkait dengan aspek politis ataupun
HAM, dimana kedua hal ini seringkali digunakan oleh negara Barat,
diantaranya Amerika Serikat ataupun Uni Eropa untuk menekan negara
penerima bantuan, seperti halnya embargo. (Shaha,2016:46)
Hubungan antara Tiongkok dan Ghana memang terlihat harmonis, namun
termyata pemberian pinjaman ini menciptakan suatu ketergantungan, yaitu
ketergantungan teknologi-industrial, Ghana sangat membutuhkan bantuan
54
Tiongkok untuk komoditas persenjataan dan pertahanan. Kebijakan ini ternyata
tidak lepas dari inisiatif dari Presiden John Atta Mills untuk mewujudkan
stabilitas keamanan dalam negeri Ghana yang kondusif. Keamanan menjadi
prioritas utama bagi Ghana karena adanya dua pertimbangan, pertama, kondisi
stabilitas dalam negeri Ghana ternyata mampu berjalan secara linier dengan angka
pertumbuhan ekonomi dan kedua, posisi geo-strategis Ghana terletak di wilayah
yang rawan konflik sebagaimana Pantai Gading yang pernah mengalami kudeta
ataupun pemberontakan/perang sipil di Nigeria dan beberapa kasus
lainnuya.(Allan,2015:52)
Pada masa kepemimpinan Atta Mills berhasil mengadakan beberapa
kerjasama pengadan alutsista. Ini tentunya berbeda dengan era dekade 1980 -
1990-an, dimana Ghana banyak tergantung dengan alutsista Eropa, Rusia dan
Amerika Serikat. Pencapaian ini ternyata tidak lepas dari kemajuan militer
Tiongkok yang mendorong kepercayaan pemerintah Ghana untuk membangun
kerjasama bidang pertahanan. (Allan,2015:52)
Realisasi “arms build up” dijalankan pada era kepemimpinan Presiden
Jiang Zeming, yang kemudian terus bertransformasi pada era kepemimpinan
Presiden Hu Jintau, seolah-olah menjadi tuntutan dari rezim-rezim kepemimpinan
di Cina. Salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari modernisasi bidang
pertahanan (arms build up) adalah peningkatan anggaran dalam skala yang besar.
Dari keseluruhan anggaran pertahanan tersebut, sebagian besar dari jumlah total
anggaran pertahanan Cina tersebut dialokasikan pada 3 bidang, yang dapat dilihat
pada skema 4.1. berikut ini.
55
Skema 4.1.
Proporsi Pembagian Anggaran Pertahanan Cina
Sumber : “China’s Military Spending Increase by 11,2 %”,
http://www.theguardian.com/world/2012/mar/04/china-increases-defence-spending-11-2, diakses
pada tanggal 9 April 2018.
Kemajuan bidang militer Tiongkok kemudian menjadi orientasi dan
pertimbangan bagi pemerintah Ghana. Terlebih lagi di tahun 2010, Pemerintah
tiongkok telah memberikan hibah anggaran sebesar 7,5 juta US Dollar untuk
pengembangkan Kementerian Pertahanan Ghana.(ghanabussinessnew.com)
Di negara-negara Afrika Barat, khususnya Ghana persenjataan buatan Cina
semakin populer di pasar internasional. Liu Song, wakil general manager
penelitian dan pengembangan Industries Corp menuturkan, bahwa pendapatan
perusahaan mereka terus meningkat dari tahun ke tahun. Industries Group Corp
sebagai sayap ekspor Cina, pengembang senjata terbesar di negara. Perusahaan
Liu pada tahun 2010 berencana membawa 44 jenis senjata ke Ghana dalam enam
56
kategori, termasuk kendaraan lapis baja, rudal anti-tank dan roket.
(ghanabussinessnew.com)
Pemerintrah Tiongkok juga akan menawarkan MBT (mian battel tank) ke
Ghana yang berjenis VT-4 ini dilengkapi dengan mesin diesel elektronik yang
dikendalikan dengan 1.200 tenaga kuda, memberikan tangki kecepatan jelajah dari
68 kilo meter per jam. Meriam utama adalah 125-mm smoothbore yang dapat
menembakkan berbagai peluru, termasuk penetrator energi kinetik dan hulu ledak
anti-tank. Selain itu, juga dapat menembakkan rudal anti-tank dengan jangkauan
maksimum 5,000 meters. (ghanabussinessnew.com)
Dari tahun 2007-2010 nilai kontrak kerjasama pengadaan alutsista dan
bidang pertahanan terus menunjukkan peningkatan, sekaligus menjadi bukti
bahwa Ghana semakin bergantung pada Tiongkok pada sektor ini. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada tahun 2007 nilai kontrak impor persenjataan dan bidang pertahanan
Ghana atas Tiongkok mencapai 687 juta US Dollar dengan perincian
untuk melengkapi senjata ringan (small arms), sistem pendidikan infanteri
dan artileri dan kendaraan taktis lapis baja.
b. Pada tahun 2008 nilai kontrak impor persenjataan dan bidang pertahanan
Ghana atas Tiongkok mencapai 881 juta US Dollar dengan perincian
untuk melengkapi senjata ringan (small arms), sistem pendidikan
infranteri, demolisi, penanggulangan teror, manajemen pengamanan
wilayah perbatasan, kendaraan taktis, mobilisasi udara, artileri ringan.
57
c. Pada tahun 2009 nilai kontrak impor persenjataan dan bidang pertahanan
Ghana atas Tiongkok mencapai 904 juta US Dollar dengan perincian
untuk melengkapi senjata ringan (small arms), sistem pendidikan dan
kendaraan taktis, serta alih teknologi.
Pada tahun 2010 nilai kontrak impor persenjataan dan bidang pertahanan
Ghana atas Tiongkok mencapai 1.019 juta US Dollar dengan perincian untuk
melengkapi senjata ringan (small arms), sistem pendidikan dan kendaraan taktis
armada flotila laut dan misil udara ke darat, serta angkut personel.
58
58
BAB V
KESIMPULAN
Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa Tiongkok merupakan salah satu negara dunia yang berhasil
mencapai tingkat pertumbuhan perekonomian tertinggi di dunia, bahkan dari
dekade 1950-an, perkembangan perekonomian Tiongkok ini terus berkembang
secara progresif tanpa pernah sekalipun mengalami depresiasi dengan tajam.
Kemajuan perekonomian ini ditopang oleh sektor manufaktur, jasa, perbankan
dan sektor-sektor lainnya yang didukung oleh peran aktif pemerintah Tiongkok
kepada sektor swasta sebagai transformasi politik pintu terbuka (open door policy)
yang dicanangkan oleh pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping.
Kemudian negara yang menjadi patner kerjasama Tiongkok adalah Ghana.
Negara ini terletak di wilayah Afrika Barat dan merupakan negara bekas jajahan
Inggris. Meskipun Ghana termasuk dalam kelompok negara dunia ketiga, namun
negara ini memiliki sistem politik-pemerintahan yang moderen yaitu adanya
perimbangan kekuasaan meliputi legislatif (parlemen), eksekutif (pemerintah) dan
yudikatif (lembaga penegakan hukum).
Dari aspek ekonomi, Ghana merupakan negara yang tergolong miskin
dengan tingkat GDP yang relatif rendah. Meskipun demikian potensi ekonomi
Ghana masih terbuka luas, diantaranya pada bidang pariwisata yang belum
dikelola secara maksimal dan sebagian diantaranya terkendala intrstruktur atau
59
fasilitas yang memadai. Kemudian potensi lainnya adalah pada bidang pertanian
dan manufaktur.
Potensi Ghana yang relatif besar kemudian dihadapkan pada kerjasama
dengan Tiongkok. Pada dasarnya hubungan kedua negara telah terjalin sejak
dekade 1960-an, ketika pemerintah Ghana di bawah kepemimpinan Kwamne
Nikrumah berhasil mendukung Tiongkok dalam perang Sino-India. Hubungan
kedua negara kemudian berjalan semakin intensif melalui kunjungan kepala
negara antara Tiongkok dan Ghana secara bergantingan dan berkesinambungan.
Kemudian dalam aspek ekonomi antara Tiongkok dan Ghana berhasil
membangun kerjasama bidang ekonomi yang belum menunjukkan adanya pola
mutual relationship. Artinya pihak Tiongkok begitu memegang peranan penting
sebagai donor dengan mengalokasikan bantuan luar negeri yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Dengan demikian dalam kerjasama ini Tiongkok memiliki
kepentingan yang besar, meskipun pencapaiannya atas Ghana belum dapat dicapai
dalam waktu dekat,
Kepentingan ekonomi Tiongkok dibalik kerjasama dalam memberikan
pinjaman bantuan luar negeri terhadap Ghana adalah sebagai strategi dan pilot
proyek (pilot project) untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Afrika. Jika
hubungan Ghana dan Tiongkok dapat berjalan secara efektif maka hubungan
dengan negara-negara lain akan dapat dengan mudah tercapai, khususnya pada
kelompok negara-neara Afrika Barat.
60
Kemudian kepentingan politik Tiongkok dibalik kerjasama dalam
memberikan pinjaman bantuan luar negeri terhadap Ghana adalah untuk
menandingi hegemoni negara-negara barat di Afrika Barat, menguatkan posisi
politiknya di Afrika Barat. Kepentingan yang lebih penting dibalik pemberian
bantuan Tiongkok terhadap Ghana adalah menciptakan ketergantungan Ghana
terhadap Tiongkok sehingga Ghana akan semakin menjadi negara terbelakang.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
DESKRIPSI BIDANG MILITER DAN PERTAHANAN GHANA
Personel :
As of 2013 there were approximately 15,500 military personnel in Ghana. In 1994 armed
forces totaled about 6,850 active personnel, consisting of army, 5,000; air force, 1,000;
and navy, 850. Missions are to protect against foreign aggression and to maintain internal
security.
Struktur dan Kekuatan Alutsista :
The Ghana army is divided into three (3) brigade sized "commands":
Northern Command (Tamale)
o 6th Battalion, Ghana Regiment
o Airborne Force (One company sized formation each in Upper West
and Upper East regions respectively).
Central Command (Kumasi)
o 3rd Battalion, Ghana Regiment (Sunyani)
o 4th Battalion, Ghana Regiment (Kumasi)
o 2nd Reconnaissance Armoured Squadron (Sunyani)
o 2nd Signal Squadron (Kumasi)
o 2nd Field Workshop (Kumasi)
o 49th Engineer Regiment (Kumasi)
o 2nd Field Ambulance (Kumasi)
o 2nd Transport Company (Kumasi)
o 2nd Field Operations Center (Kumasi)
Southern Command (Accra)
o 1st Battalion, Ghana Regiment (Tema)
o 2nd Battalion, Ghana Regiment (Takoradi)
o 5th Battalion, Ghana Regiment (Accra)
o 64th Infantry Regiment (Accra)
o 1st Reconnaissance Armoured Squadron and Reconnaissance
Armoured Regiment HQ (Accra)
o 66th Artillery Regiment (Ho)
o 48th Engineer Regiment (Teshie)
o 1st Field Workshop (Accra)
o 1 Motor Transport Battalion (Accra)
Aircraft Origin Type Variant In
service Notes
Combat
EMB 314 Super
Tucano
Brazil
light attack /
COIN
5 on
order[3]
Reconnaissance
Diamond DA42 Austria surveillance
2[4]
Transport
EADS CASA C-295 Spain
utility /
transport 3
[4]
Fokker F27 Netherlands transport
1[4]
Helicopters
Bell 412
United
States
Utility
1[4]
Mil Mi-17 Russia
utility /
transport
Mi-
17/171
7 6 on
order[4]
Harbin Z-9 China Utility
4[4]
AgustaWestland
AW109
Italy light utility
2[4]
Trainer Aircraft
Hongdu K-8 China jet trainer
4[4]
Diamond DA42 Austria
multi engine
trainer 1
[4]
Retired aircraft
Aircraft Origin Type In
service Notes
Combat Aircraft
Aermacchi
MB-339
Italy light attack 4[5]
placed in storage
Transport
Short Skyvan
United
Kingdom
Transport 2[5]
overhaul in 2004, later
retired from service
BN-2T Islander
United
Kingdom
Transport 4[5]
retired from service
Cessna 172 United States
liaison /
utility 3
[5] retired from service
Helicopters
Bell 212
United
Kingdom
Utility 2[5]
placed in storage
Alouette III France light utility 5[5]
retired from service
Trainer Aircraft
Aero L-39ZO
Czech
Republic
jet trainer 2[5]
retired from service
Snake Class Patrol Vessels
46.8m patrol vessels ordered from China's Poly Technologies subsidiary of China
Poly Group Corporation in 2011 and delivered to GN (Ghana Navy) in October
2011. The boats were commissioned 21 February 2012.[3]
Name Pennant Builder Launched Commissioned Status
GNS
Blika P34
Qingdao Qianjin
Shipyard, China
1 April
2011? 21 Feb 2012 Active
GNS
Garinga P35
Qingdao Qianjin
Shipyard, China
1 April
2011? 21 Feb 2012 Active
GNS
Chemle P36
Qingdao Qianjin
Shipyard, China
1 April
2011? 21 Feb 2012 Active
GNS
Ehwor P37
Qingdao Qianjin
Shipyard, China
1 April
2011? 21 Feb 2012 Active
Balsam Class Patrol Ships
Name Pennan
t
Builde
r
Launche
d
Commission
ed
Transferr
ed
Statu
s ex
GNS
Anzon
e
(~shark
)
P30
Marine
Iron &
Ship
Builder
s
28 April
1944
22 September
1944 2001 Active
USCGC
Woodrus
h (WLB-
407)
GNS
Bonsu
(~whal
e)
P31
Marine
Iron &
Ship
Builder
s
31
Decembe
r 1943
26 July 1944 2001 Active
USCGC
Sweetbri
er
(WLB-
401)
Chamsuri Class Patrol Boat
Republic of Korea Navy vessels. Chamsuri means 'Sea Dolphin'.
Name
Pennan
t Builder
Launche
d
Commissione
d
Transferre
d
Statu
s ex
GNS
Stephe
n Otu
P33
Korea
Tacoma,
Hyundai
Heavy
Industrie
s, Hanjin
Heavy
Industrie
s
July 1980
21 January
2011 Active
PK
M
237
Sumber : Diolah dari “Ghana Military Pesonel, Equipment and Defense”,
https://www.globalsecurity.org/military/world/africa/gh-army.htm, diakses pda tanggal 19 Mei
2018.
Lampiran 2.
DESKRIPSI BIDANG MILITER DAN PERTAHANAN TIONGKOK
Military age 20+
Conscription Compulsory by law, but usually
not enforced
Active
personnel 2,000,000 active (2018)
Reserve
personnel 2,300,000 reserve (2018
Budget
US$175 billion(2018) (official
budget)
US$228 billion(2018) (according to
SIPRI)
Percent of
GDP 1.9% (2018)
PERSENJATAAN DARAT
Heavy machine guns
QJG-06 CS/LM6 - 12.7 mm
[6]
QJG-02 - 14.5 mm[7]
W95 - 12.7 mm[8]
QJG-05 - 12.7 mm
QJZ-89 - 12.7 mm[9]
QJC-88 - 12.7 mm[10]
W77 - 12.7 mm[11]
W85 - 12.7 mm[12]
Type 85 - 12.7×108mm[13]
Type 77 - 12.7×108mm[14]
Multi-barrel Machine Guns
Hua Qing Minigun - 7.62 mm
CS/LM5 - 12.7 mm
CS/LM12 - 7.62mm
Sniper rifles
Anti-personnel rifles
XY - 8.6 mm (temporary designation)
CS/LR17 - 5.56 mm or 7.62 mm
CN500 - 7.62 mm
CS/LR4 - 5.8mm rifle[15]
FY-JS - 5.8mm rifle
CS/LR3 - 5.8mm rifle
CS/LR19 - 7.62mm
JS 7.62 - Serving only in Police Sniper Division
QBU-88 - Standard service designated marksmen rifle
Type 85 - Upgraded Type 79
Type 79 - Standard service designated marksmen rifle Dragunov SVD
Anti-material rifles
QBU-10 - Anti-material sniper rifle[16]
NSG-145 - 14.5 mm
CS/LR12 - 12.7 mm
NSG-127 - 12.7 mm
CS/LR5 - 12.7 mm[17]
LR2 - 12.7mm
AMR-2 - Anti-material sniper rifle
NSG50 - 12.7 mm
LR2A - 12.7 mm[18]
Anti-armor sniper rifle
M06 - Anti-material sniper rifle[19]
M99 - Anti-material sniper rifle[20]
W-03 - Anti-material sniper rifle
JS 12.7 - Anti-material sniper rifle
JS 05 - Anti-material sniper rifle
Shoulder fired weapons
HJ-12 Sabre-SR/MR/ER/NLOS
[21]
Saggittar
TS-01 PF-98 - 120 mm Anti-tank rocket launcher
PF-11 - 93 mm
PF-97 - 93 mm fuel air explosive rocket launcher
AFP-LCDI WPF-89 - 80 mm rocket launcher
DZJ-08 - Multipurpose recoilless gun specialized for combat in urban area and
confined space, replacing PF-89 and Type 69 RPG[22]
PF-89 - 80 mm Lightweight Anti-tank rocket launcher, replacing the Type 69-1
RPG
FHJ-84 - 2 × 62 mm Rocket launcher
Type 78
Type 65
Type 79 Type 70 - 62 mm
[23]
Type 69 RPG - 40 mm RPG launcher, derivative of RPG-7
Type 56 RPG Type 65
[24]
Type 52[24]
Type 36[24]
Type 91 grenade launcher
Automatic/semi-automatic grenade launchers
LG6
LG5
LG4
LG3
QLB-06
QLZ-04
QLZ-87
Type 87
Under-barrel grenade launchers
LG2
LG1
QLG-91B
QLT-80
QLT-89
Type 91
Hand grenades
WY-91
JYS-1
JYB-1
JYD-1 SC-2 - lachrymatory/smoke
SC-2 - lachrymatory
Type 86
Type 82-2 Type 79 - rocket-propelled
Type 79
Type 77-1
Type 73
Type 67
Type 59
Type 42
Type 3
Type 1
Mortars
Type 93 - 60 mm
Type 90 - 60 mm
Type 84 - 82 mm
Type 87 - 82 mm
W-99 - 82 mm
Type 80 - 100 mm
Type 89 - 100 mm
Type 86 - 120 mm
WX-90 - 60 mm
WW-90-60M - 60 mm
WW-90-60L - 60 mm
W-91 - 81 mm
W-87 - 81 mm
Type 71 - 100 mm
Type 83 - 60 mm
Type 67 - 82 mm
Type 64 - 120 mm
Type 63 - 60 mm
Type 56 - 160 mm
Type 55 - 120 mm
Type 53 - 82 mm
Flamethrowers
Type 74
Type 58
Anti-aircraft guns
QJC-88 - 12.7 mm[10]
W77 - 12.7 mm[11]
QJG-02 - 14.5 mm
QJZ-89 - 12.7 mm
Type 85 - 12.7 mm
Type 80 - 14.5 mm
Type 77 - 12.7 mm
Type 75 - 14.5 mm
Type 59 - 12.7 mm
Type 58 - 2 × 14.5 mm
Type 54 - 12.7 mm
Anti-tank rockets and missiles
CM-501G
AFT-10
PA02-MA
PA01-GA
Sabre-ER
HJ-12
Sagittar
TS-01
GAM-102
GAM-100
HJ-11
HJ-9
HJ-8
HJ-73
DZJ-08
PF-98
PF-97
PF-89
FHJ-84
Type 79
Type 78 Type 70
[25]
Type 69
Type 65
Type 52
Type 36
Vehicles
Tanks
Name Type Quantity Origin Photo Notes
ZTZ 99A
Main battle
tank
Type
99A:
124[26]
People's
Republic of
China
ZTZ 99
Main battle
tank
Type 99:
496[27]
People's
Republic of
China
16 battalions of Type
99, 4 battalions of Type
99A as of December
2015.[27]
Type 96
Main battle
tank
All
models
type 96,
a total of
more
than
2500
People's
Republic of
China
Type 96A
Main battle
tank
Type
96A:
1,116[27]
People's
Republic of
China
31 battalions of Type 96
and 36 battalions of
Type 96A as of
December 2015.[27]
Type 96B
Main battle
tank
1000 in
service. [28]
People's
Republic of
China
ZTQ-15 Light tank
People's
Republic of
China
Type 79
Main battle
tank
300
(2012)[29]
People's
Republic of
China
It is used by Reserve
Forces and training
units.
Type 59/-
I/-II/-
IIA/D/G
Main battle
tank
Type
59/Type
59-I:
1300[30]
Type 59-
II: 510[30]
Type
59D:
550[30]
People's
Republic of
China
One of the first Chinese
battle tanks in PLA
service.[31]
36 battalions
of Type 59/Type 59-I,
16 battalions of Type
59-II, 17 battalions of
Type 59D, with a total
of 2,360 units in service
in December 2015.[30]
Based on the T-55.
ZTD-05
Amphibious
light tank
People's
Republic of
China
Type
63/A
Amphibious
light tank
Type
63/-I/-II:
500+[31]
Type
63A/A-
I/A-II
(2012):
300+[32]
People's
Republic of
China
Based on the PT-76.
Retired tanks
Name Type Quantity Origin Photo Notes
Type 85/-
III
Main battle
tank 500
People's
Republic of
China
It is no longer in service
as of 2012.[29]
Type 80
Main battle
tank 500
People's
Republic of
China
It is no longer in service
as of 2012.[29]
Type 69/-
II
Main battle
tank
People's
Republic of
China
It is no longer in service
as of 2012.[29]
Based on
the T-62.
Infantry fighting vehicles
CS/AA5 – Specialized IFV variant based on Type 08.
ZBL-08 – IFV variant of Type 08 modular infantry fighting vehicle.
ZBD-05 – amphibious infantry fighting vehicle
ZBD-04A – infantry fighting vehicle
ZBD-03 – airborne infantry fighting vehicle
ZSD-89-II– IFV based on Type 89 APC.[33]
Type 86 – Chinese copy of Russian BMP-1, around 1,000 in service with
reserved forces.
Armored personnel carriers
ZFB-05 – 4x4 light-weight armored personnel carrier in service.
ZSL-92 – 6x6 light-weight armored personnel carrier in service.
ZFB-91 – 6x6 light-weight armored personnel carrier in service.
Type 90 – Export Armored personnel carrier based on Type 85. Limited services
within PLAGF.
Type 89 – Armored Personnel Carrier in service with large numbers.
Type 85 – Export Armored personnel carrier developed alongside with Type 89
Armored Fighting Vehicle. Limited services within PLAGF.
Type 81 – Export variant of Type 63 Armored personnel carrier [34]
Type 77 – Amphibious Armored Personnel Carrier
Type 63 – Armored Personnel Carrier
Armored Car and MRAPs
CSK-131 – 4x4 light-weight tactical vehicle/armored personnel carrier in service.
Chinese equivalent of the armored-plated reinforced HMMWV.
CSK-141 – 4x4 light-weight long wheelbase tactical vehicle/armored personnel
carrier in service. Chinese equivalent of the armored-plated reinforced HMMWV.
CSK-181 – 4x4 light-weight tactical vehicle/MRAP in service. Chinese
equivalent of the armored-plated reinforced JLTV.
CS/VP4 – (In service) All Terran Vehicle of the motorized infantries.
CS/VP3 – (In service) Wheeled mine resistant, ambush protected vehicle
developed by Poly Technologies.[35]
- Wheeled mine resistant, ambush protected
vehicle developed by Poly Technologies.[36][37]
8M – Wheeled mine resistant, ambush protected vehicle jointly developed by
Norinco and South African firm EWI2 for China,[38]
first revealed in mid-
2012.[39][40]
CS/VN3 – Scout car, small quantity were produced for testing within PLAGF.
CS/VN3C – Scout car, small quantity were produced for testing within PLAGF.
VN4 – 4x4 APC/Armored Car small quantity were produced for testing
within PLAGF.
ATGM carriers
ZBL-08 – China's wheeled IFV that can mount HJ-73 and HJ-8 ATGM on turret.
(In service)
ZBD-04A AT – Modified as HJ-10 ATGM platform. (In service)
ZBD-05 – Carrying HJ-73C/D on the turret. (In service)
ZBD-04A – Carrying HJ-73D on the turret. (In service)
ZBD-03 – Carrying HJ-73D on the turret. (In service)
WZ551 – Modified as HJ-9 ATGM platform. (In service)[41]
Type 89 – Modified as HJ-8 ATGM platform.
Type 63 – Carrying HJ-73B and later, HJ-8 ATGM.
Tank destroyer and Assault guns
ZTL-11 - 105 mm assault gun variant of Type 08 modular infantry fighting
vehicle.
PTL-02 - 100 mm assault gun.
PTZ-89 - 120 mm tank destroyer.
Self-propelled anti-aircraft guns
Type 09 AARV - single barrel 35 mm anti-air recon vehicle.
CS/SA5 - 30 mm Wheeled CIWS.
Type 09 SPAAA (PGZ-09) – 2 X 35 mm and 4 X fire-and-forget FN-6
missiles.[42]
Type 95 SPAAA (PGZ-95) – 4 X 25 mm and 4 X fire-and-forget QW-2
missiles.[43][44]
Type 92 Yitian – Wheeled mobile SAM system.
PGZ-88 (PGZ-88) – 2 X 37 mm
Type 80 – 2 X 57 mm, self-propelled anti-aircraft equivalent to the ZSU-57-2 but
using the Type 69 tank chassis.
Type 85 (WZ554) – 2 X 23 mm
LD-2000 – 30 mm CIWS.
SA2 – 76mm
BK1060 – 35mm
CS/SA-1 – 35mm[45]
Gun artillery
Self-propelled
PLL-09 – 120 mm gun-mortar variant of Type 08 modular infantry fighting
vehicle.
PLZ-09 - 122 mm self-propelled howitzer variant of Type 08 modular infantry
fighting vehicle.
PLZ-07 – 122 mm self-propelled howitzer.
PLZ-05 – 155 mm self-propelled howitzer.
PLZ-89 – amphibious capable 122 mm self-propelled howitzer, replacing Type
70.
PLL05 – 120 mm gun-mortar.[46]
Type 96 – Modified howitzer[47]
Type 83 – 152 mm self-propelled howitzer.[48]
W90 SPG – 203 mm self-propelled howitzer.
Type 70 – 122 mm self-propelled howitzer.
Export
PLZ-04 – 54 calibre 155 mm self-propelled howitzer.
PLZ-52 – 155 mm self-propelled howitzer.
PLZ-45 – 155 mm self-propelled howitzer.
SH9 - 120 mm mortar-howitzer
CS/SM10 - 120 mm mortar-howitzer
Norinco SH1 – 155 mm
SH3 – 122 mm
SH2 – 122 mm
SP-3 – 122mm SP howitzer
CS/SH4 – 122mm SP howitzer
CS/SH1 – 122mm SP howitzer
CS/SH2 – 105mm SP howitzer
CS/AH2 – 105mm
CS/SS6 – 81 mm
CS/SM4 – 81 mm
CS/SM1 – 81 mm
SH-5 – 105 mm self-propelled howitzer
Towed
AH4 - 155 mm
AHS4 - 155 mm
AH2 - 155 mm
AH1 - 155 mm
PLL01 – 155 mm
Type 86 – 152 mm
Type 83 – 152 mm
Type 66 – 152 mm
Type 59 and Type 59-1 – copy of the Soviet M46 130 mm towed field gun
Type 96 – 122 mm
Type 86 – 122 mm
Type 83 – 122 mm
Type 60 – 122 mm
Rocket artillery
SY400 - strategic MLRS, first unveiled at the 2008 Zhuhai Airshow [49]
SY300 – strategic MLRS, first unveiled at the 2008 Zhuhai Airshow [49]
A-300 - 300 mm
A-200 - 300 mm
SR-5/SR-7 AR3 – 300 mm
PHL03 - 300 mm
AR2 – 300 mm [50]
AR1A – 300 mm [50]
WS-3[51]
WS-2 WS-1 and WS-1B – an 8 and 4 tube 320 mm multiple launch rocket system by
Sichuan Aerospace Industry Corporation (SCAIC, also known as Base 062)
WS-6
WS-15
WS-22
WS-32
WS-33
WS-35
WS-43
WS-63
WS-64 A-100 MRL – 10 tube 300 mm Multiple Rocket Launcher System
Type 81 - 122 mm[52]
PR50 - 122 mm
SR-4 - 122 mm
WM-80 – 273 mm Multiple Rocket Launcher Systems
WM-40 – 273 mm
PHZ89 – 40×122 mm
Type 90 – 30×130 mm
Type 85/YW 306 a 23 mm rocket artillery guns (copy of Russian ZU-23-2) on a
YW 531H chassis and Type 82 artillery (on a Yanan SX250 6×6 truck) – 30
tube 130 mm multiple rocket launcher replacing the 19 tube 130 mm multiple
rocket launcher of the Type 70 (on a YW 531C) and Type 63 (on a 4×4 truck)
Type 90 – 40 × 122 mm rockets
Type 81 – 40 × 122 mm rockets
Type 82 – 30 × 130 mm rockets
Type 82 – 130 × 130 mm rockets
Type 70 – 122 mm
Type 762 – 284 mm
Type 74 – 284 mm
Type 70 – 19 × 130 mm
Type 65 – rocket system [53]
Type 63 – 130 mm
Type 63 – 107 mm
Anti-aircraft autocannons
SW1
CS/AA3 Type 90 – 2 X 35 mm, copy of Swiss Oerlikon 35 mm twin cannon.
[54]
SG ADS – 23mm towed
Type 85 – 2 X 23 mm, copy of the Soviet ZU-23-2.[55]
Type 87 – 2 X 25 mm, improved version of the Type 85.[56]
Type 87 – 2 X 37mm
Type 80 – 2 X 25mm
Type 88 – 37mm
Type 63 – 37mm
Type 90 – 35mm
Type 99 – 35mm[57]
Type 87 – 25 mm[58]
Type 85 – 25 mm Type 72 – 85 mm, reported to be the Chinese copy of Soviet M1939 (52-K)
Type 59 – 57 mm, copy of the Soviet 57 mm AZP S-60.[59]
Type 65/74 – 2 X 37 mm, twin barrel copy of the Soviet 37 mm automatic air
defense gun M1939.[60]
Type 59 – 100 mm, copy of the Soviet KS-19 gun.[61]
Type 80 – 23 mm
Type 87 – 25 mm
Trucks
VP22 - MRAP transport truck similar to Kamaz Typhoon.
FAW MV3 - Standard tactical truck of PLAGF since 2011.[62]
Shaanxi SX2190 - Standard tactical truck of PLAGF in 1980s.[63]
Shaanxi SX2110 - Standard tactical truck of PLAGF in 1980s.[64]
Taian TA4360 [65]
Shaanxi SX2300 [66]
Taian TA5380 [67]
Taian TA5450 [68]
Wanshan WS2300 [69]
Wanshan WS2400 [70]
Wanshan WS2600 [71]
ALUTSISTA UDARA
Aircraft Origin Type Variant In
service Notes
Combat Aircraft
Xian H-6 China
strategic
bomber 120
[21]
licensed variant of the
Tupolev Tu-16
Xian JH-7 China
fighter
bomber 70
[21]
Chengdu J-7 China fighter
388[21]
licensed variant of the
MiG-21
Sukhoi Su-
30
Russia air superiority
Su-
30MKK
76[22]
Sukhoi Su-
35
Russia air superiority Su-35S 24[23]
Shenyang J-
8
China Interceptor
96
[21]
Chengdu J-
10
China multirole
236
[21]
Shenyang J-
11
China air superiority
276
licensed variant of the Su-
27 - 20 on order[21]
Chengdu J-
20
China multirole
20
[21] stealth aircraft
Nanchang
Q-5
China Attack
118[21]
AWACS
Ilyushin Il-
76
China AEW KJ-2000 4[21]
Chinese radar installed on a
Ilyushin Il-76 airframe
Shaanxi Y-8 China AEW KJ-200 7[21]
Reconnaissance
Challenger
850
Canada SIGINT
5
[21]
Electronic Warfare
Shaanxi Y-8 China
electronic
jamming
Y-8EW 17[21]
Antonov
An-30
Ukraine
electronic
warfare 3
[21]
Tupolev Tu-
154
Russia
electronic
warfare 7
[21]
Maritime patrol
Boeing 737
United
States
patrol /
transport 2
[21]
Tanker
Ilyushin Il-
78
Russia
aerial
refueling Il-78MP 3
[21]
Transport
Xian Y-7 China transport
43[21]
Xian Y-20 China
strategic
airlifter 2
[21]
Xian MA60 China transport
9[21]
Shaanxi Y-8 China transport
60[21]
Shaanxi Y-9 China transport
7[21]
Ilyushin Il-
76
Russia
strategic
airlifter 22
[21]
Tupolev Tu-
154
Russia transport
2[21]
Helicopter
Mil Mi-8 Russia utility
Mi-
8/17/171
16[21]
Harbin Z-9 China utility / CSAR
20[21]
licensed built variant of the
AS365 Dauphin
Changhe Z-
8
China
transport /
utility 34
[21]
licensed built Aérospatiale
SA 321
Trainer aircraft
Xian Y-7 China
multi-engine
trainer [21]
Chengdu J-7 China
conversion
trainer JJ-7 35
[21]
Hongdu JL-
8
China /
Pakistan jet trainer K-8 170
[21]
Hongdu L-
15
China jet trainer
2[21]
ALUTISTA LAUT
Escort Task
Group/Task
Group
Sailors
(including
Navy and
Marine or
special
forces
personnel)
Ships Departure
Date
Starting
Date End Reference
1st Escort
Task
Group/Task
Group 169
869
DDG-169
Wuhan (Type
052B
destroyer),
DDG-171
Haikou (Type
052C
destroyer),
AOR-887
Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
26
December
2008
26 January
2009
15 April
2009 [82]
2nd Escort
Task
Group/Task
Group 167
866
DDG-167
Shenzhen
(Type 051B
destroyer),
FFG-570
Huangshan
(Type 054A
frigate), AOR-
887 Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
2 April
2009
15 April
2009
1 August
2009
3rd Escort
Task
Group/Task
Group 529
806
FFG-529
Zhoushan
(Type 054A
frigate), FFG-
530 Xuzhou
(Type 054A
frigate), AOR-
886 Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
16 July
2009
1 August
2009
November
2009
4th Escort
Task
Group/Task
Group 525
788
FFG-525
Ma'anshan
(Type 054
frigate), FFG-
526 Wenzhou
(Type 054
frigate), FFG-
568 Chaohu
(Type 054A
frigate), AOG-
886 Qiandaohu
(Type 903
replenishment
30 October
2009
27
November
2009
18 March
2010
ship)
5th Escort
Task
Group/Task
Group 168
825
DDG-168
Guangzhou
(Type 052B
destroyer),
FFG-568
Chaohu (Type
054A frigate),
AOR-887
Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
4 March
2010
(FFG-568
Chaohu on
2
December
2009)
18 March
2010
(FFG-568
Chaohu on
21
December
2009)
20 July
2010
6th Escort
Task
Group/Task
Group 998
981
LPD-998
Kunlun Shan
(Type 071
amphibious
transport
dock), DDG-
171 Lanzhou
(Type 052C
destroyer),
AOR-887
Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
30 June
2010
14 July
2010
20
November
2010
7th Escort
Task
Group/Task
Group 530
788
FFG-529
Zhoushan
(Type 054A
frigate), FFG-
530 Xuzhou
(Type 054A
frigate), AOR-
886 Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
2
November
2010
23
November
2010
11
November
2010
8th Escort
Task
Group/Task
Group 526
796
FFG-525
Ma'anshan
(Type 054
frigate), FFG-
526 Wenzhou
(Type 054
frigate), AOR-
886 Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
21
February
2011
18 March
2011
21 July
2011
9th Escort
Task
Group/Task
Group 169
878
DDG-169
Wuhan (Type
052B
destroyer),
FFG-569 Yulin
(Type 054A
frigate), AOR-
885 Qinghaihu
(Type 908
replenishment
ship)
2 July
2011
23 July
2011
15
November
2011
10th Escort
Task
Group/Task
Group 171
875
DDG-171
Haikou (Type
052C
destroyer),
FFG-571
Yuncheng
(Type 054A
frigate), AOR-
885 Qinghaihu
(Type 908
replenishment
ship)
2
November
2011
19
November
2011
17 March
2012
11th Escort
Task
Group/Task
Group 113
779
DDG-113
Qingdao (Type
052 destroyer),
FFG-538
Yantai (Type
054A frigate),
AOR-887
Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
27
February
2012
17 March
2012
18 July
2012
12th Escort
Task
Group/Task
Group 548
788
FFG-548
Yiyang (Type
054A frigate),
FFG-549
Changzhou
(Type 054A
frigate), AOR-
886 Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
3 July
2012
18 July
2012
23
November
2012
13th Escort
Task
Group/Task
Group 570
787
FFG-568
Hengyang (Ex-
Chaohu, Type
054A frigate),
9
November
2012
23
November
2012
13 March
2013
FFG-570
Huangshan
(Type 054A
frigate), AOR-
885 Qinghaihu
(Type 908
replenishment
ship)
14th Escort
Task
Group/Task
Group 112
736
DDG-112
Harbin (Type
052 destroyer),
FFG-528
Mianyang
(Type 053H3
frigate), AOR-
887 Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
16
February
2013
13 March
2013
22 August
2013(FFG-
528
Mianyang
on 25
August
2013)
15th Escort
Task
Group/Task
Group 999
853
LPD-999
Jinggang Shan
(Type 071
amphibious
transport
dock), FFG-
572 Hengshui
(Type 054A
frigate), AOR-
889 Taihu
(Type 903
replenishment
ship)
8 August
2013
22 August
2013
20
December
2013
16th Escort
Task
Group/Task
Group 546
660
FFG-527
Luoyang (Type
053H3 frigate),
FFG-546
Yancheng
(Type 054A
frigate), AOR-
889 Taihu
(Type 903
replenishment
ship)
11
November
2013
20
December
2013
18 April
2014
17th Escort
Task
Group/Task
Group 150
810
DDG-150
Changchun
(Type 052C
destroyer),
FFG-549
Changzhou
25 March
2014
18 April
2014
23 August
2014
(Type 054A
frigate), AOR-
890 Chaohu
(Type 903
replenishment
ship)
18th Escort
Task
Group/Task
Group 989
1200
LPD-989
Changbai Shan
(Type 071
amphibious
transport
dock), FFG-
571 Yuncheng
(Type 054A
frigate), AOR-
890 Chaohu
(Type 903
replenishment
ship)
2 August
2014
23 August
2014
24
December
2014
19th Escort
Task
Group/Task
Group 547
780
FFG-547 Linyi
(Type 054A
frigate), FFG-
550 Weifang
(Type 054A
frigate), AOR-
887 Weishanhu
(Type 903
replenishment
ship)
2
December
2014
24
December
2014
24 April
2015
20th Escort
Task
Group/Task
Group 152
~800
DDG-152
Jinan (Type
052C
destroyer),
FFG-528
Yiyang (Type
054A frigate),
AOR-886
Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
3 April
2015
24 April
2015
22 August
2015
21st Escort
Task
Group/Task
Group 573
~700
FFG-573
Liuzhou (Type
054A frigate),
FFG-574
Sanya (Type
054A frigate),
AOR-885
Qinghaihu
4 August
2015
22 August
2015
3 January
2016
(Type 908
replenishment
ship)
22nd Escort
Task
Group/Task
Group 576
~700
FFG-576
Daqing (Type
054A frigate),
DDG-112
Harbin (Type
052 destroyer),
AOR-889
Taihu (Type
903
replenishment
ship)
6
December
2015
3 January
2016
29 April
2016
23rd Escort
Task
Group/Task
Group 531
~700
FFG-531
Xiangtan (Type
054A frigate),
FFG-529
Zhoushan
(Type 054A
frigate), AOR-
890 Chaohu
(Type 903
replenishment
ship)
7 April
2014
29 April
2016
4
September
2016
24st Escort
Task
Group/Task
Group 112
~700
DDG-112
Harbin (Type
052 destroyer),
FFG-579
Handan (Type
054A frigate),
AOR-960
Dongpinghu
(Type 903
replenishment
ship)
10 August
2014
2
September
2016
5 January
2017
25st Escort
Task
Group/Task
Group 568
~700
FFG-568
Hengyang
(Type 054A
frigate), FFG-
569 Yulin
(Type 054A
frigate), AOR-
963 Honghu
(Type 903
replenishment
ship)
17
December
2016
2 January
2017
21 April
2017
26st Escort
Task ~700
FFG-577
Huanggang
1 April
2017
21 April
2017
23 August
2017
Group/Task
Group 577
(Type 054A
frigate), FFG-
578 Yangzhou
(Type 054A
frigate), AOR-
966 Gaoyouhu
(Type 903
replenishment
ship)
27st Escort
Task
Group/Task
Group 171
~700
DDG-171
Haikou (Type
052C
destroyer),
FFG-575
Yueyang (Type
054A frigate),
AOR-885
Qinghaihu
(Type 908
replenishment
ship)
1 August
2017
23 August
2017
26
December
2017
28st Escort
Task
Group/Task
Group 546
~700
FFG-546
Yancheng
(Type 054A
frigate), FFG-
550 Weifang
(Type 054A
frigate), AOR-
889 Taihu
(Type 903
replenishment
ship)
3
December
2017
26
December
2017
1 May
2018
29st Escort
Task
Group/Task
Group 515
~700
FFG-515
Binzhou (Type
054A frigate),
FFG-530
Xuzhou (Type
054A frigate),
AOR-886
Qiandaohu
(Type 903
replenishment
ship)
4 April
2018
3 May
2018 TBD
Sumber : Diolah dari “China Military Guide”,
https://www.globalsecurity.org/military/world/china/index.html, diakses pada tanggal 19
Mei 2018.