kepemimpinan print
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang
lain. Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya
menggunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, ia perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun
sebutannya. Tidak setiap orang yang ditunjuk sebagai pemimpin bisa
menjalankan pekerjaan dengan baik. Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat
menjadi pemimpin yang baik.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari
perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk
diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua
belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk
melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar
ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan/pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang
efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga
bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan
perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada
akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kepemimpinan dalam keperawatan
1
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui konsep kepemimpinan yang berisikan pengertian, kriteria
Pemimpin, dan kepemimpinan keperawatan dalam menejemen keperawatan.
1.2.2.2 Mengetahui teori – teori kepemimpinan dalam menejemen pelayanan
kesehatan.
1.2.2.3 Mengetahui dan menjelaskan gaya kepemimpinan dalam manajemen
keperawatan.
1.2.2.4 Mengetahui dan menjelaskan cirri dan ketrampilan yang harus dikuasai
pemimpin yang efektif.
1.2.2.5 Mengetahui peran dan fungsi dari kepala ruang sebagai seorang pemimpin.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kepemimpinan
2.1.1 Definisi
Ada beberapa definisi tentang kepemimpinan, antara lain:
a. Stogdill
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan. ( Russel C Swansburg, 2000)
b. Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya.
c. Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
dalam suatu situasi tertentu. ( H. Zaidin Ali, 2000)
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan
muncul apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya
mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir,
bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada
fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi
bawahan.
3
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan
ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat -
perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas
dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi
yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari
sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.
2.1.2 Kriteria Pemimpin
Menurut R.L.Khan mengemukaaan bahwa seorang pemimpin menjalankan
pekerjaannya dengan baik bila :
a. Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya.
b. Menyusun jalur pencapaian tujuan.
c. Menghilangkan hambatan – hambatan pencapaian tujuan.
d. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
Menurut S.Suarli Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab.
b. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
c. Mempunyai kemampuan untuk menentukan priorotas.
d. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
2.1.3 Kepemimpinan dan Keperawatan
Menurut Milio perawat mempunyai kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi
kebijakan masyarakat dan menganjurkan untuk mempersiapkan langkah-
langkah berikut :
a. Mengatur.
b. Melakukan pekerjaan : belajar mengerti proses politik, kelompok-
kelompok penting, masyarakat, dan kejadian tertentu.
4
c. Menyusun perbedaan pendapat yang bersifat memancing untuk
mencocokan target peserta dengan mengajukan pembatalan biaya,
dukungan politik, kejujuran dan keadali.
d. Mendukung dan memperkuat kedudukan pembuat keputusan yang tidak
mantab.
e. Menghimpun kekuatan.
f. Merangsang perdebatan masyarakat.
g. Membuat kedudukan perawat dimedia massa.
h. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif.
i. Bertindak pada saat yang tepat.
j. Mempertahankan kegiatan.
k. Memelihara format desentralisasi organisasi.
l. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik untuk
menunjang posisi masing-masing.
m. Mempelajari pengalaman
n. Jangan menyerah tanpa mencoba.
Perawat dalam posisi kepemimpinan adalah paling berpengaruh.
2.2 Teori Kepemimpinan
2.2.1 Georgy R. Terry
a. Teori Keadaan
Kepemimpinan yang bersifat fleksibel, yang selalu menyesuaikan terhdap
situasi.
b. Teori Supportif/ Partisipatif/ Demokratik
Pimpinan memberikan support kepada bawahan untuk bekerja baik.
c. Teori Sosiologi
Pemimpin membantu aktivitas pengikut dan menyelesaikan konflik
organisasi dan pengikut.
d. Teori Psikologis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan meningkatkan motivasi
pengikut atau bawahan.
5
e. Teori Otokratis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan memberikan perintah,
paksaan dan tindakan (arbiater).
2.2.2 Ki Hajar Dewantara
Trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara :
a. Ing ngarso sung tulodo
Di depan memberi teladan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat
menjadikan dirinya sebagai anutan dan ikutan orang – orang yang
dipimpinnya.
b. Ing madya mangun karso
Ditengah menumbuhkan karsa atau kehendak ( inisiatif ),
membangkitkan semangat berswakarsa dan kreatifitas orang lain yang
dipimpinnya.
c. Tut wuri handayani
Mengikuti dari belakang dengan membimbing, bahwa seorang
pemimpin harus member kesempatan dan mendorong orang – orang
yang dipimpinnya agar berani berjalan didepan dan sanggup
bertanggung jawab.
2.2.3 Teori Sifat (The Traitist theory of leadership)
a. Ordway Tead
Ada 10 sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin :
1) Memiliki kekuatan fisik dan mental.
2) Paham arah dan tujuan.
3) Antuasiasme.
4) Ramah tamah dan efektif.
5) Memiliki integritas (terpercaya)
6) Memiliki keahlian tehnis.
7) Cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan.
8) Cerdas.
6
9) Cakap mengajar.
10) Setia.
b. Jhon D. Millet
Ada 4 sifat yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin:
1) Kemampuan melihat perusahaan (atau organisasi) secara keseluruhan.
2) Kemampuan mengambil keputusan.
3) Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang.
4) Kemampuan menanamkan kesetiaan pada perintah.
c. George R. Terry
1) Cerdas ( intelligence )
2) Inisiatif
3) Kekuatan atau pendorong ( energy or drive )
4) Kematangan emosi ( emotional maturity )
5) Meyakinkan ( persuasive )
6) Kemahiran berkomunikasi ( communicate skill )
7) Percaya diri ( self-assurance )
8) Cerdik ( perceptive )
9) Kreatif ( creativity )
10) Berperan serta dalam pergaulan social ( social participation ).
d. Shri Majapahit Gajah Mada
Panca dasa kepemimpinan Gajah Mada adalah :
1) Wijnanan- sikap bijaksana.
2) Mantra Wira – sebagai pembela Negara sejati.
3) Wicaksanang Naya – bijaksana – kemampuan menganalisan dan
mengambil keputusan.
4) Matanggwan – mendapat kepercayaan dari bawahan.
5) Satya Bakti Haprabhu – loyal pada atasan.
6) Wajnana – pandai berpidato dan berdiplomsi.
7) Sajjawopasama – tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
8) Dhirottsaha – bersifat rajin, kreatif.
9) Tan Lalana – bersifat gembira, periang.
7
10) Disyacitta- jujur, terbuka.
11) Tan Satrisna – tidak egois.
12) Masihi Samastha Bhuwana – bersifat penyayang, cinta alam.
13) Ginong Pratidina – tekun menegakkan kebenaran.
14) Sumantri- sebagai abdi Negara yang baik.
15) Anayakan Musuh – mampu membinasakan lawan.
e. H. Zaidin Ali, SKM.MBA.MM
1) Tegas ( Firm )
Selalu menegakkan peraturan dengan tegas, member hadiah ( reword )
bagi yang berpartisipasi dan hukuman ( pinishmat ) bagi yang bersalah
/ melanggar peraturan.
2) Adil ( Fair )
Selalu berlaku adil terhadap bawahan sesuai dengan beban kerja dan
beban tanggung jawabnya.
3) Sikap berteman ( Friendly )
4) Bersikap keterbukaan, kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban
antara pimpinan dan bawahan. ( H. Zaidin Ali, SKM, 2000)
2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik
khusus dari suatu bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan
yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire
(Gillies, 1996).
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri
semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi
bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan,
8
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan,
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan,
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan,
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat,
f. Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan,
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan
atau pendapat,
h. Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif,
i. Lebih banyak kritik daripada pujian,
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat,
k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat,
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman,
m. Kasar dalam bertindak,
n. Kaku dalam bersikap,
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasu hanya dipikul oleh pimpinan.
Keuntungan : kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.
Kerugian : suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat
berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi.Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan
kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak,
b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan,
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
9
e. Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar pimpinan dengan
bawahan maupun bawahan dengan bawahan,
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan
bawahan dilakukan secara wajar,
g. Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan,
h. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif,
i. Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
dar pada instruktif,
j. Pujian dan kritik seimbang,
k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam bats
kemampuan masing-masing,
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar,
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak,
n. Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat, menghormati dan saling
harga menghargai,
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan
bawahan.
Keuntungan : berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.
Kelemahan : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa
tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan yang
terbaik.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul
dan saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan
selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “ Liberal “
10
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya
“membebaskan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya.
Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan
bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.
Kepemimpinan Liberal antara lain berciri :
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan,
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya,
e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau
kegiata yang dilakukan para bawahan,
f. Prakarsa selalu dating dari bawahan,
g. Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
h. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
i. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok,
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa
efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya.
Menurut (Gillies, 1996) Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan
secara situasional meliputi:
1. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan,
2. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas,
3. Ukuran unit organisasi,
4. Pola komunikasi dalam organisasi
5. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai,
6. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin
Keuntungan : para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
11
Kelemahan : kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-
masing.
2.4 Ciri Dan Ketrampilan Yang Harus Dikuasai Pemimpin Yang Efektif
Menurut Kadarman & Udaya Seorang pemimpin yang efektif tidak akan
menggunakan kelebihannya untuk menaklukkan orang lain, namun justru
digunakan untuk mendorong bawahannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan
kemampuan yang ada.
1. Swanburg (2000) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif
adalah sebagai berikut:
a. Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
b. Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas
pribadi yang baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada
orang lain)
c. Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).
2. Fiedler (1977), dikutip dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan
dapat berjalan efektif bila:
a. Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari
satu gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi
kerja.
b. Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal
situasi kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding
anggota kelompok kerja lainnya.
3. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
c. Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
untuk mengenal orang lain dengan baik.
12
4. Merton, menguraikan kepemimpinan yang efekti dapat memenuhi 4 keadaan
yaitu :
a. Seseorang akan mengerti apabila menerima auatu komunikasi,
b. Mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh
komunikasi tadi,
c. Percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak
perorangan dengan nilai yang baik,
d. Sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi.
2.5 Peran Dan Fungsi Kepala Ruang Sebagai Pemimpin
Menutur Depkes RI 1994, “ Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat
profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola
kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat.”
1. Peran Kepala Ruang
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran
kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya
meliputi:
a. Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi,
orientasi, pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan
penyediaan ketenagaan staf keperawatan.
b. Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan
pengarahan dalam pelayanan keperawatan.
c. Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan
keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan
persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
d. Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan
keperawatan.
13
2. Fungsi Kepala Ruang
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut:
a. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, dan menetapkan metode
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan
dalam keperawatanmeliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih
luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti
keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka
perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik
sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset
keperawatan.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan.
Seorang pemimpin yang efektif tidak akan menggunakan kelebihannya
untuk menaklukkan orang lain, namun justru digunakan untuk mendorong
bawahannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada.
3.2 Saran
1. Seorang pemimpin hendaknya mampu membimbing, mengarahkan dan
mengayomi anggotanya tanpa membedakan antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain,
2. Dalam proses manajemen keperwatan seharusnya melibatkan seluruh personil
bukan hanya berpusat pada pemimpin atau manajer.
3. Segala keputusan yang dibuat harus dimusyawarahkan dan harus dapat
diterima oleh semua pihak dalam manajemen keperawatan.
4. Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan di masa yang akan
datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di
masyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Wiyono.1997. Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan.
Surabaya: Airlangga University Press.
La Monika Elaine L.1998 . Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta:
EGC.
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Prayitno Subur.1997. Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat.
Surabaya: Airlangga, University Press.
Swanburg Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan & manajemen
Keperawatan. Jakarta: EGC.
16