kepadatan pemukiman studi kelurahan kampung dalam kota pekanbaru

Upload: rbpainris

Post on 09-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah kepadatan pemukiman

TRANSCRIPT

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemukiman yang tidak layak huni banyak dijumpai di lingkungan padat penduduk

    seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Pemukiman yang tidak layak huni ini semakin

    meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin meningkat, sehingga pemukiman ini

    terkesan kumuh dan menimbulkan berbagai masalah diantaranya yaitu sampah dan banjir.

    Permasalahan pemukiman penduduk seperti sampah dan banjir harus segera dicari solusinya

    agar masalah ini tidak bertambah kompleks. Pengaturan tata ruang kota yang baik setidaknya

    bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk sehingga permasalahan seperti di

    Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia tidak terjadi di kota Pekanbaru. Pembangunan yang

    dilaksanakan juga harus memperhatikan aspek-aspek ekologis agar pembangunan yang

    dilakukan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi

    penduduk.

    Berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan oleh pemukiman padat penduduk

    perlu dikaji ulang dan ditata kembali, sehingga kami melakukan penelitian tentang

    pemukiman penduduk. Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui sejauh mana masalah

    pemukiman penduduk yang terjadi di kota Pekanbaru, Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang dikemukakan pada praktikum ini adalah:

    a. Mengidentifikasi keadaan pemukiman dan penduduk di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    b. Mengidentifikasi keadaan fisik dan lingkungan di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    c. Mengidentifikasi keadaan sarana yang tersedia di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    d. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    2

    1.3 Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini adalah:

    a. Mengetahui keadaan pemukiman dan penduduk di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    b. Mengetahui keadaan fisik dan lingkungan di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    c. Mengetahui keadaan sarana yang tersedia di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    d. Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kampung Dalam

    Kecamatan Senapelan.

    1.4 Manfaat Praktikum

    Manfaat yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah:

    a. Untuk mengetahui berbagai masalah tentang pemukiman penduduk serta faktor-faktor

    penyebab munculnya pemukiman padat penduduk.

    b. Untuk meningkatkan wawasan dan kecintaan dengan lingkungan sehingga timbul

    kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sekitar.

    c. Sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam menata ruang kota serta mengatur

    pemukiman sehingga keputusan yang diambil bisa memberi pengaruh yang baik

    terhadap perkembangan kota Pekanbaru.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kepadatan

    2.1.1 Pengertian Kepadatan

    Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan

    yang digunakan adalah satuan/luas daerah.

    Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia

    dalam setiap unit ruangan.

    Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik

    (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).

    Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang

    tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

    2.1.2 Kategori Kepadatan

    Kategori Kepadatan Menurut Halohan

    a. Kepadatan Spasial (Spasial Density) Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah

    menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.

    b. KepadatanSosial (Social Density) Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa

    diiringi penambahan luas ruang.

    Kategori Kepadatan Menurut Altman

    a. Kepadatan Altman (Inside Density)

    Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.

    b. Kepadatan Luar (Outside Density)

    Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu

    2.2 Penduduk

    2.2.1 Pengertian Penduduk

    Penduduk adalah orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu

    dan terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi satu sama lain secara

    terus menerus atau kontinyu. Pengertian penduduk dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan

    manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

    2.2.2 Kepadatan Penduduk

    Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Kepadatan

    penduduk ini terkait dengan jumlah penduduk dan luas daerah, sedangkan jumlah penduduk

    itu sendiri dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang datang dan pergi dari suatu daerah, serta

    tingkat kelahiran dan kematian.

    Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk diantaranya yaitu:

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    4

    1. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman dan topografi yang relatif landai

    menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.

    2. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam

    dan tersedianya lapangan kerja.

    3. Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah kesempatan untuk

    meneruskan pendidikan dan keterbukaan masyarakat, selain itu daerah yang relatif

    aman akan selalu jadi pemukiman yang padat.

    2.3 Permukiman

    2.3.1 Pengertian Permukiman

    Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa

    kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

    lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan

    (UU No.4 Tahun 1992). Permukiman diartikan sebagai perumahan atau kumpulan tempat

    tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.

    Kalau kita menyebut perumahan harus diartikan sebagai wadah fisiknya, sedangkan

    pemukiman harus kita bayangkan sebagai paduan antara wadah dengan isinya, yaitu manusia

    yang hidup bermasyarakat dan berbudava. Sedangkan Prasarana lingkungan adalah

    kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat

    berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana dapat diartikan sebagai infrastruktur. Pemukiman

    pada garis besarnya terdiri dari berbagai komponen yaitu :

    Lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk pemukiman itu dimana kondisi tanah

    akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang dibangun diatas lahan itu.

    Prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran drainase, saluran air kotor, saluran air

    bersih, persampahan, serta jaringan listrik dan telepon, yang semuanya merupakan

    komponen infrastruktur yang turut menentukan kualitas pemukiman yang dibangun.

    Perumahan (tempat tinggal) yang dibangun.

    Fasilitas umum dan fasilitas sosial, yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,

    lapangan bermain dan lain-lain dalam lingkungan pemukiman itu.

    2.3.2 Kepadatan Permukiman

    Kepadatan pemukiman adalah perbandingan antara jumlah rumah tangga dengan luasannya

    di suatu wilayah pemukiman, dimana penduduknya mengelompok membentuk suatu pola

    tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :

    Pertumbuhan penduduk.

    Kondisi alam suatu wilavah.

    Sosial ekonomi penduduk.

    Sarana dan prasaruna yang tersedia.

    Penggunaan ruang

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    5

    2.4 Hubungan Kepadatan Pemukiman dengan Kepadatan Penduduk

    Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya jumlah tempat

    untuk bermukim (pemukiman). Pertumbuhan pemukiman yang sangat pesat sedangkan luas

    lahan yang tersedia terbatas maka menyebabkan tumbuhnya permukiman padat penduduk di

    pusat kota, selain itu kurangnya ketersediaan ruang tersebut mengakibatkan pertumbuhan

    kawasan permukiman yang tidak tertata dan tidak terkendali sehingga terkesan kumuh dan

    tidak layak huni.

    Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas penduduk itu sendiri, terlebih lagi

    jika wilayah pemukiman tersebut tidak mampu memberikan daya dukung baik bagi

    penghuninya. Permasalahan yang dihadapi oleh pemukiman padat penduduk adalah masalah

    yang berhubungan dengan ketersediaan air bersih, udara bersih, bahan pangan, lahan,

    lingkungan, sosial ekonomi, kesehatan dan ruang gerak.

    2.6 Ciri-ciri permukiman kumuh

    Menurut Sinulingga (2005) ciri-ciri permukiman kumuh terdiri dari:

    1. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Pendapat para ahli perkotaan

    menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/Ha maka

    timbul masalah akibat kepadatan ini.

    2. Jalan-jalan sempit sehingga tidak bisa dilalui kendraan roda empat, jalan tersebut

    sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang bersinggungan satu sama lain.

    3. Fasalitas drainase tidak memadai, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah

    tergenang oleh air.

    4. Faslitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim. Bahkan ada yang langsung

    membuang tinja ke saluran dekat rumah.

    5. Fasalitas penyedia air bersih sangat minim. Hanya memamfaatkan sumur dangkal, air

    hujan dan membeli air kalengan.

    6. Tata bangunan sangat tidak teratur dan pada umumnya tidak permanen.

    7. Status kepemilikan lahan biasanya ilegal.

    2.6 Kriteria Pemukiman yang Layak Huni

    Suatu patokan atau standar penilaian rumah yang sehat dan ekologis dapat digunakan untuk

    menentukan kualitas dan kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan

    khususnya pada pemukiman padat penduduk. Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar

    penilaian yang dapat digunakan dalam pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah

    sebagai berikut:

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    6

    1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-

    paru hijau.

    2. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.

    3. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan

    4. Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.

    5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan

    uap air.

    6. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan

    bangunan dan struktur bangunan.

    7. Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.

    8. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.

    Menurut Tim Dosen Mata Kuliah TPB (2010: 109) pemukiman manusia yang layak, pada

    dasarnya memiliki 4 (empat) unsur penting berikut yaitu:

    a. Wisma

    Wisma adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk

    tempat tinggal maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

    b. Marga

    Marga berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia dalam

    mencari nafkah serta dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya.

    c. Karya

    Karya berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi kebutuhan

    hidup masyarakat atau penduduk setempat, selain itu juga untuk mengembangkan

    bakat.

    d. Suka

    Suka berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina

    perkembangan kebudayaan manusia dalam arti yang luas.

    Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Surtiani (2010: 41), lokasi kawasan

    perumahan yang layak adalah sebagai berikut:

    1. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)

    2. Tersedia air bersih

    3. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya

    4. Mempunyai aksesibilitas yang baik

    5. Mudah dan aman mencapai tempat kerja

    6. Tidak berada di bawah permukaan air

    7. Mempunyai kemiringan rata-rata

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    7

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Praktikum

    Metode praktikum yang dilaksanakan adalah metode pengumpulan data statistik dan

    observasi lapangan serta wawancara dengan penduduk setempat.

    3.2 Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 27 mei 2014 pukul 15.00 WIBSelesai. Tempat

    pelaksanaan praktikum adalah di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan

    3.3 Alat dan Bahan Praktikum

    Alat tulis dan lembar pengamatan

    3.4 Prosedur Praktikum

    Prosedur praktikum terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:

    1. Pengamatan Kepadatan Pemukiman dan kepadatan penduduk

    Melakukan pengamatan tentang kepadatan pemukiman dan kepadatan penduduk di

    Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan, dengan mengamati jumlah

    Rumah tangga, rata-rata jiwa per rumah tangga, jumlah penduduk, kepadatan

    penduduk, dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin

    2. Pengamatan Kondisi Fisik dan Lingkungan

    a. Kondisi Jalan

    b. Kondisi Drainase

    c. Kondisi Perumahan

    Kondisi fisik perumahan yang diamati meliputi jumlah rumah menurut jenis

    dinding, menurut jenis atap, dan menurut jenis lantai.

    d. Kondisi Lingkungan

    Kondisi lingkungan yang diamati meliputi sumber air, tempat pembuangan

    sampah, dan pembungan limbah serta MCK.

    3. Pengamatan Sarana lainnya

    Sarana lain yang diamati meliputi saranan pendidikan, peridabatan, sarana

    perekonomian dan fasalitas sosial.

    4. Pengamatan kondisi sosial ekonomi masyarakat

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Data diperoleh dengan mengumpilkan data dari BPS dan hasil pengamatan langsung ke

    lapangan dengan mewawancarai penduduk.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    8

    3.6 Teknik Analisa Data

    Data dianalisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara

    mendeskripsikan data hasil pengamatan yang diperoleh dari BPS dan observasi lapangan dan

    wawancara dengan penduduk setempat.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    9

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Pengamatan Kepadatan Permukiman dan kepadatan penduduk

    Kelurahan Kampung Dalam merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan

    Senapelan dengan luas daerah 0,68 kilometer persegi atau 680 Hektar. Kelurahan Kampung

    dalam memiliki jumlah penduduk 2.850 jiwa yang terdiri dari 1.363 jiwa penduduk laki-laki

    dan 1.487 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 4,191 jiwa per kilometer

    persegi. Tata bangunan di Kelurahan Kampung Dalam sangat teratur dan jarak antara rumah

    sangat dekat.

    4.2. Hasil Pengamatan Kondisi Fisik dan Lingkungan

    a. Kondisi Fisik Perumahan

    Jumlah tempat tinggal menurut jenis dinding yang terdiri dari 126 unit dinding

    tembok, 94 unit dinding setengah tembok, dan 411 unit dinding lainya (papan,

    triplek, dll).

    Jumlah tempat tinggal menurut jenis atap yang terdiri dari 535 unit atap seng

    dan 94 unit atap lainnya (sirap, multirap dll).

    Jumlah tempat tinggal menurut jenis lantai yang terdiri dari 530 unit lantai

    ubin/plester dan 101 unit lantai lainya (papan, dll).

    Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah di Kelurahan

    Kampung Dalam adalah bangunan semi permanen.

    b. Kondisi Jalan

    Jalan di Kelurahan Kampung Dalam sudah diaspal dan semenisasi, karena sebagian

    besar lebar jalan kurang dari 2 meter sehingga tidak bisa dilewati kendraan roda

    empat.

    c. Kondisi Fisik Drainase

    Kondisi drainase di Kelurahan Kampung Dalam tidak memadai karena sebgian besar

    jalan tidak memiliki jaringan drainase sehingga apabila hujan air akan mengenangi

    sebagian kawasan Kelurahan Kampung Dalam.

    d. Kondisi Lingkungan

    Penduduk Kelurahan Kampung Dalam memperoleh air bersih dari PDAM

    yang di sediakan pemerintah kota dan perigi dan sumur pompa yang dibuat

    oleh masyarakat. Perigi dan sumur pompa yang dibangun masyarakat tidak

    memenuhi standar kesehatan yaitu berjarak 10 meter dari septicktank.

    Sampah di Kelurahan Kampung Dalam biasanya diangkut oleh petugas ke

    TPS, tetapi karena tidak semua penduduk mampu membayar retribusi sampah

    perbulannya sehingga banyak penduduk membuang sampah ke sungai

    sehingga sungai di Kelurahan Kampung Dalam akan mengalami pendangkalan

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    10

    Limbah runah tangga yang dihasilkan penduduk Kelurahan Kampung Dalam

    seperti sisa cuci pakaian dan piring biasanya di buang kesungai yang berada

    di belakang rumah sehingga sungai tercemar.

    Penduduk Kelurahan Kampung Dalam sebagian besar memiliki MCK sendiri,

    tetapi ada juga diantara penduduk menggunakan sarana MCK umum untuk

    digunakan sehari-hari.

    4.3. Hasil Pengamatan Ketersedian Sarana Lainnya

    Kelurahan Kampung Dalam hanya memiliki 1 buah sekolah yaitu SMK swasta,

    sehingga anak-anak harus keluar untuk menuntut ilmu. Seharusnya tingkat TK dan

    SD harus berada di sekitar lingkungan pemukiman penduduk.

    Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit mesjid dan 2 unit mushllah. Dengan

    jumlah penduduk yang begitu banyak mesjid dan mushallah tersebut tidak akan bisa

    menampung jamaah melakukan ibadah.

    Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit pasar, 4 unit bank, 55 unit toko dan 39

    unit kios untuk mendukung perekonomian masyarakat sekitar.

    Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit puskesmas pembantu dan 2 unit poli

    klinik untuk melayani masyarakat. Pustu tersebut melaksanakan posyandu satu bulan

    sekali.

    Kelurahan Kampung Dalam hanya memiliki 1 buah lapangan volly yang dijadikan

    masyarakat sebagai sarana hiburan. Kondisi tersebut membuat anak-anak bermain di

    jalan karena tidak ada lahan yang bisa dijadikan tempat bermain.

    4.4. Hasil Pengamatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masyarakat Kelurahan Kampung Dalam sebagian

    besar masyarakat bekerja sebagai pedagang dan buruh. Karena adanya persaingan dalam

    pekerjaan sehingga timbul dinamika sosial dimana masyarakat menjadi saling cuek dan tidak

    peduli satu sama lainnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Kampung Dalam tidak mempunyai

    skil untuk mendapatkan pekerjaan sehingga banyak masyarakat menjadi pengangguran,

    akibat dari banyaknya pengangguran tersebut adalah banyak timbul tindak kriminal seperti

    pencurian, perampokan dan pengedaran narkoba.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    11

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Keadaan pemukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan setelah diamati

    termasuk pemukiman padat penduduk, hal itu terlihat dari luas daerah yang kecil tetapi

    jumlah penduduk tinggi, tata bangunan yang tidak beraturan, dan jarak antar rumah yang satu

    dengan rumah yang lainnya sangat berdekatan. Kondisi fisik perumahan sebagian besar semi

    permanen, jalan-jalan yang ada tergolong sempit dengan lebar kurang dari dua meter,

    jaringan drainase tidak memadai dan keadaan lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan

    karena sumber air dan tempat pembuangan limbah berdekatan serta sungai sudah tercemar

    oleh sampah dan limbah rumah tangga. Selain itu, sarana pendidikan, peridabatan dan

    fasilitas sosial yang tidak mampu melayani masyarakat. Kemudian dengan adanya persaingan

    dalam pekerjaan membuat masyarakat menjadi tidak peduli satu sama lainnya dan kurangnya

    skil masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan layak sehingga banyak masyarakat menjadi

    pengangguran yang memaksanya melakukan tindak kriminal.

    5.2 Saran

    Tata ruang kota di Pekanbaru perlu dikaji ulang kembali agar pemukiman padat penduduk

    tidak bertambah banyak. Meningkatnya pemukiman padat penduduk di kota Pekanbaru

    disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk yang lebih berpusat di tengah kota.

    Pendirian bangunan atau rumah juga harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan standar

    ekologis agar nantinya tidak berdampak buruk bagi penduduk yang tinggal di pemukiman

    tersebut.

  • Fisikologi Lingkungan 2014

    12

    Daftar Pustaka

    Amalia. 2008. Pertambahan Penduduk di Desa dan di Kota. Diakses pada tanggal 18 Mei

    2014, dari http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/pkn1.pdf.

    Anonim. 2010. Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Lingkungan. Diakses pada tanggal 19

    Mei 2014, dari http://biologi-go.blogspot.com/2010/07/e-pengaruh-kepadatan-populasi-

    terhadap.html.

    Krista. 2009. Makalah Pemukiman Kumuh. Diakses apda tanggal 19 Mei 2014, dari

    http://kristaneh.blogspot.com/.

    Kurniasih, S. 2007. Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara-Jakarta

    Selatan. Diakses pada tanggal 25 mei 2014 dari http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-

    content/uploads/2007/06/srikurniasih-sna2007.pdf.

    Putri, G. H. 2011. Kepadatan Penduduk. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari

    http://hutami-putri.blogspot.com/2011/03/kepadatan-penduduk.html.

    Surtiani, E.E. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Pemukiman

    Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga).Diakses pada

    tanggal 25 Mei 2014, dari http://eprints.undip.ac.id/15530/1/Eni_Surtiani.pdf.

    Tim Dosen Mata Kuliah TPB. 2010. Pengantar Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan.

    Palangka Raya: Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Palangkaraya.

    Wasis. 2010. Manusia dan Lingkungannya. Diaskses pada tanggal 18 Mei 2011, dari

    http://www.crayonpedia.org/mw/Manusia_dan_Lingkungannya_-_wasis.