-
Fisikologi Lingkungan 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemukiman yang tidak layak huni banyak dijumpai di lingkungan padat penduduk
seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Pemukiman yang tidak layak huni ini semakin
meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin meningkat, sehingga pemukiman ini
terkesan kumuh dan menimbulkan berbagai masalah diantaranya yaitu sampah dan banjir.
Permasalahan pemukiman penduduk seperti sampah dan banjir harus segera dicari solusinya
agar masalah ini tidak bertambah kompleks. Pengaturan tata ruang kota yang baik setidaknya
bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk sehingga permasalahan seperti di
Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia tidak terjadi di kota Pekanbaru. Pembangunan yang
dilaksanakan juga harus memperhatikan aspek-aspek ekologis agar pembangunan yang
dilakukan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi
penduduk.
Berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan oleh pemukiman padat penduduk
perlu dikaji ulang dan ditata kembali, sehingga kami melakukan penelitian tentang
pemukiman penduduk. Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui sejauh mana masalah
pemukiman penduduk yang terjadi di kota Pekanbaru, Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan pada praktikum ini adalah:
a. Mengidentifikasi keadaan pemukiman dan penduduk di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
b. Mengidentifikasi keadaan fisik dan lingkungan di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
c. Mengidentifikasi keadaan sarana yang tersedia di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
d. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
2
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mengetahui keadaan pemukiman dan penduduk di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
b. Mengetahui keadaan fisik dan lingkungan di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
c. Mengetahui keadaan sarana yang tersedia di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
d. Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kampung Dalam
Kecamatan Senapelan.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah:
a. Untuk mengetahui berbagai masalah tentang pemukiman penduduk serta faktor-faktor
penyebab munculnya pemukiman padat penduduk.
b. Untuk meningkatkan wawasan dan kecintaan dengan lingkungan sehingga timbul
kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
c. Sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam menata ruang kota serta mengatur
pemukiman sehingga keputusan yang diambil bisa memberi pengaruh yang baik
terhadap perkembangan kota Pekanbaru.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepadatan
2.1.1 Pengertian Kepadatan
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan
yang digunakan adalah satuan/luas daerah.
Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia
dalam setiap unit ruangan.
Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik
(Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang
tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
2.1.2 Kategori Kepadatan
Kategori Kepadatan Menurut Halohan
a. Kepadatan Spasial (Spasial Density) Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah
menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
b. KepadatanSosial (Social Density) Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa
diiringi penambahan luas ruang.
Kategori Kepadatan Menurut Altman
a. Kepadatan Altman (Inside Density)
Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.
b. Kepadatan Luar (Outside Density)
Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu
2.2 Penduduk
2.2.1 Pengertian Penduduk
Penduduk adalah orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu
dan terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi satu sama lain secara
terus menerus atau kontinyu. Pengertian penduduk dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan
manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
2.2.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Kepadatan
penduduk ini terkait dengan jumlah penduduk dan luas daerah, sedangkan jumlah penduduk
itu sendiri dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang datang dan pergi dari suatu daerah, serta
tingkat kelahiran dan kematian.
Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk diantaranya yaitu:
-
Fisikologi Lingkungan 2014
4
1. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman dan topografi yang relatif landai
menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.
2. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam
dan tersedianya lapangan kerja.
3. Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah kesempatan untuk
meneruskan pendidikan dan keterbukaan masyarakat, selain itu daerah yang relatif
aman akan selalu jadi pemukiman yang padat.
2.3 Permukiman
2.3.1 Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan
(UU No.4 Tahun 1992). Permukiman diartikan sebagai perumahan atau kumpulan tempat
tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.
Kalau kita menyebut perumahan harus diartikan sebagai wadah fisiknya, sedangkan
pemukiman harus kita bayangkan sebagai paduan antara wadah dengan isinya, yaitu manusia
yang hidup bermasyarakat dan berbudava. Sedangkan Prasarana lingkungan adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana dapat diartikan sebagai infrastruktur. Pemukiman
pada garis besarnya terdiri dari berbagai komponen yaitu :
Lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk pemukiman itu dimana kondisi tanah
akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang dibangun diatas lahan itu.
Prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran drainase, saluran air kotor, saluran air
bersih, persampahan, serta jaringan listrik dan telepon, yang semuanya merupakan
komponen infrastruktur yang turut menentukan kualitas pemukiman yang dibangun.
Perumahan (tempat tinggal) yang dibangun.
Fasilitas umum dan fasilitas sosial, yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
lapangan bermain dan lain-lain dalam lingkungan pemukiman itu.
2.3.2 Kepadatan Permukiman
Kepadatan pemukiman adalah perbandingan antara jumlah rumah tangga dengan luasannya
di suatu wilayah pemukiman, dimana penduduknya mengelompok membentuk suatu pola
tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :
Pertumbuhan penduduk.
Kondisi alam suatu wilavah.
Sosial ekonomi penduduk.
Sarana dan prasaruna yang tersedia.
Penggunaan ruang
-
Fisikologi Lingkungan 2014
5
2.4 Hubungan Kepadatan Pemukiman dengan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya jumlah tempat
untuk bermukim (pemukiman). Pertumbuhan pemukiman yang sangat pesat sedangkan luas
lahan yang tersedia terbatas maka menyebabkan tumbuhnya permukiman padat penduduk di
pusat kota, selain itu kurangnya ketersediaan ruang tersebut mengakibatkan pertumbuhan
kawasan permukiman yang tidak tertata dan tidak terkendali sehingga terkesan kumuh dan
tidak layak huni.
Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas penduduk itu sendiri, terlebih lagi
jika wilayah pemukiman tersebut tidak mampu memberikan daya dukung baik bagi
penghuninya. Permasalahan yang dihadapi oleh pemukiman padat penduduk adalah masalah
yang berhubungan dengan ketersediaan air bersih, udara bersih, bahan pangan, lahan,
lingkungan, sosial ekonomi, kesehatan dan ruang gerak.
2.6 Ciri-ciri permukiman kumuh
Menurut Sinulingga (2005) ciri-ciri permukiman kumuh terdiri dari:
1. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Pendapat para ahli perkotaan
menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/Ha maka
timbul masalah akibat kepadatan ini.
2. Jalan-jalan sempit sehingga tidak bisa dilalui kendraan roda empat, jalan tersebut
sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang bersinggungan satu sama lain.
3. Fasalitas drainase tidak memadai, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah
tergenang oleh air.
4. Faslitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim. Bahkan ada yang langsung
membuang tinja ke saluran dekat rumah.
5. Fasalitas penyedia air bersih sangat minim. Hanya memamfaatkan sumur dangkal, air
hujan dan membeli air kalengan.
6. Tata bangunan sangat tidak teratur dan pada umumnya tidak permanen.
7. Status kepemilikan lahan biasanya ilegal.
2.6 Kriteria Pemukiman yang Layak Huni
Suatu patokan atau standar penilaian rumah yang sehat dan ekologis dapat digunakan untuk
menentukan kualitas dan kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan
khususnya pada pemukiman padat penduduk. Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar
penilaian yang dapat digunakan dalam pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah
sebagai berikut:
-
Fisikologi Lingkungan 2014
6
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-
paru hijau.
2. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.
3. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan
4. Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.
5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan
uap air.
6. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan
bangunan dan struktur bangunan.
7. Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.
8. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.
Menurut Tim Dosen Mata Kuliah TPB (2010: 109) pemukiman manusia yang layak, pada
dasarnya memiliki 4 (empat) unsur penting berikut yaitu:
a. Wisma
Wisma adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk
tempat tinggal maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Marga
Marga berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia dalam
mencari nafkah serta dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya.
c. Karya
Karya berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi kebutuhan
hidup masyarakat atau penduduk setempat, selain itu juga untuk mengembangkan
bakat.
d. Suka
Suka berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina
perkembangan kebudayaan manusia dalam arti yang luas.
Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Surtiani (2010: 41), lokasi kawasan
perumahan yang layak adalah sebagai berikut:
1. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)
2. Tersedia air bersih
3. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya
4. Mempunyai aksesibilitas yang baik
5. Mudah dan aman mencapai tempat kerja
6. Tidak berada di bawah permukaan air
7. Mempunyai kemiringan rata-rata
-
Fisikologi Lingkungan 2014
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Praktikum
Metode praktikum yang dilaksanakan adalah metode pengumpulan data statistik dan
observasi lapangan serta wawancara dengan penduduk setempat.
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 27 mei 2014 pukul 15.00 WIBSelesai. Tempat
pelaksanaan praktikum adalah di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan
3.3 Alat dan Bahan Praktikum
Alat tulis dan lembar pengamatan
3.4 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengamatan Kepadatan Pemukiman dan kepadatan penduduk
Melakukan pengamatan tentang kepadatan pemukiman dan kepadatan penduduk di
Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan, dengan mengamati jumlah
Rumah tangga, rata-rata jiwa per rumah tangga, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin
2. Pengamatan Kondisi Fisik dan Lingkungan
a. Kondisi Jalan
b. Kondisi Drainase
c. Kondisi Perumahan
Kondisi fisik perumahan yang diamati meliputi jumlah rumah menurut jenis
dinding, menurut jenis atap, dan menurut jenis lantai.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang diamati meliputi sumber air, tempat pembuangan
sampah, dan pembungan limbah serta MCK.
3. Pengamatan Sarana lainnya
Sarana lain yang diamati meliputi saranan pendidikan, peridabatan, sarana
perekonomian dan fasalitas sosial.
4. Pengamatan kondisi sosial ekonomi masyarakat
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan mengumpilkan data dari BPS dan hasil pengamatan langsung ke
lapangan dengan mewawancarai penduduk.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
8
3.6 Teknik Analisa Data
Data dianalisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara
mendeskripsikan data hasil pengamatan yang diperoleh dari BPS dan observasi lapangan dan
wawancara dengan penduduk setempat.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan Kepadatan Permukiman dan kepadatan penduduk
Kelurahan Kampung Dalam merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan
Senapelan dengan luas daerah 0,68 kilometer persegi atau 680 Hektar. Kelurahan Kampung
dalam memiliki jumlah penduduk 2.850 jiwa yang terdiri dari 1.363 jiwa penduduk laki-laki
dan 1.487 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 4,191 jiwa per kilometer
persegi. Tata bangunan di Kelurahan Kampung Dalam sangat teratur dan jarak antara rumah
sangat dekat.
4.2. Hasil Pengamatan Kondisi Fisik dan Lingkungan
a. Kondisi Fisik Perumahan
Jumlah tempat tinggal menurut jenis dinding yang terdiri dari 126 unit dinding
tembok, 94 unit dinding setengah tembok, dan 411 unit dinding lainya (papan,
triplek, dll).
Jumlah tempat tinggal menurut jenis atap yang terdiri dari 535 unit atap seng
dan 94 unit atap lainnya (sirap, multirap dll).
Jumlah tempat tinggal menurut jenis lantai yang terdiri dari 530 unit lantai
ubin/plester dan 101 unit lantai lainya (papan, dll).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah di Kelurahan
Kampung Dalam adalah bangunan semi permanen.
b. Kondisi Jalan
Jalan di Kelurahan Kampung Dalam sudah diaspal dan semenisasi, karena sebagian
besar lebar jalan kurang dari 2 meter sehingga tidak bisa dilewati kendraan roda
empat.
c. Kondisi Fisik Drainase
Kondisi drainase di Kelurahan Kampung Dalam tidak memadai karena sebgian besar
jalan tidak memiliki jaringan drainase sehingga apabila hujan air akan mengenangi
sebagian kawasan Kelurahan Kampung Dalam.
d. Kondisi Lingkungan
Penduduk Kelurahan Kampung Dalam memperoleh air bersih dari PDAM
yang di sediakan pemerintah kota dan perigi dan sumur pompa yang dibuat
oleh masyarakat. Perigi dan sumur pompa yang dibangun masyarakat tidak
memenuhi standar kesehatan yaitu berjarak 10 meter dari septicktank.
Sampah di Kelurahan Kampung Dalam biasanya diangkut oleh petugas ke
TPS, tetapi karena tidak semua penduduk mampu membayar retribusi sampah
perbulannya sehingga banyak penduduk membuang sampah ke sungai
sehingga sungai di Kelurahan Kampung Dalam akan mengalami pendangkalan
-
Fisikologi Lingkungan 2014
10
Limbah runah tangga yang dihasilkan penduduk Kelurahan Kampung Dalam
seperti sisa cuci pakaian dan piring biasanya di buang kesungai yang berada
di belakang rumah sehingga sungai tercemar.
Penduduk Kelurahan Kampung Dalam sebagian besar memiliki MCK sendiri,
tetapi ada juga diantara penduduk menggunakan sarana MCK umum untuk
digunakan sehari-hari.
4.3. Hasil Pengamatan Ketersedian Sarana Lainnya
Kelurahan Kampung Dalam hanya memiliki 1 buah sekolah yaitu SMK swasta,
sehingga anak-anak harus keluar untuk menuntut ilmu. Seharusnya tingkat TK dan
SD harus berada di sekitar lingkungan pemukiman penduduk.
Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit mesjid dan 2 unit mushllah. Dengan
jumlah penduduk yang begitu banyak mesjid dan mushallah tersebut tidak akan bisa
menampung jamaah melakukan ibadah.
Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit pasar, 4 unit bank, 55 unit toko dan 39
unit kios untuk mendukung perekonomian masyarakat sekitar.
Kelurahan Kampung Dalam memiliki 1 unit puskesmas pembantu dan 2 unit poli
klinik untuk melayani masyarakat. Pustu tersebut melaksanakan posyandu satu bulan
sekali.
Kelurahan Kampung Dalam hanya memiliki 1 buah lapangan volly yang dijadikan
masyarakat sebagai sarana hiburan. Kondisi tersebut membuat anak-anak bermain di
jalan karena tidak ada lahan yang bisa dijadikan tempat bermain.
4.4. Hasil Pengamatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masyarakat Kelurahan Kampung Dalam sebagian
besar masyarakat bekerja sebagai pedagang dan buruh. Karena adanya persaingan dalam
pekerjaan sehingga timbul dinamika sosial dimana masyarakat menjadi saling cuek dan tidak
peduli satu sama lainnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Kampung Dalam tidak mempunyai
skil untuk mendapatkan pekerjaan sehingga banyak masyarakat menjadi pengangguran,
akibat dari banyaknya pengangguran tersebut adalah banyak timbul tindak kriminal seperti
pencurian, perampokan dan pengedaran narkoba.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keadaan pemukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan setelah diamati
termasuk pemukiman padat penduduk, hal itu terlihat dari luas daerah yang kecil tetapi
jumlah penduduk tinggi, tata bangunan yang tidak beraturan, dan jarak antar rumah yang satu
dengan rumah yang lainnya sangat berdekatan. Kondisi fisik perumahan sebagian besar semi
permanen, jalan-jalan yang ada tergolong sempit dengan lebar kurang dari dua meter,
jaringan drainase tidak memadai dan keadaan lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
karena sumber air dan tempat pembuangan limbah berdekatan serta sungai sudah tercemar
oleh sampah dan limbah rumah tangga. Selain itu, sarana pendidikan, peridabatan dan
fasilitas sosial yang tidak mampu melayani masyarakat. Kemudian dengan adanya persaingan
dalam pekerjaan membuat masyarakat menjadi tidak peduli satu sama lainnya dan kurangnya
skil masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan layak sehingga banyak masyarakat menjadi
pengangguran yang memaksanya melakukan tindak kriminal.
5.2 Saran
Tata ruang kota di Pekanbaru perlu dikaji ulang kembali agar pemukiman padat penduduk
tidak bertambah banyak. Meningkatnya pemukiman padat penduduk di kota Pekanbaru
disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk yang lebih berpusat di tengah kota.
Pendirian bangunan atau rumah juga harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan standar
ekologis agar nantinya tidak berdampak buruk bagi penduduk yang tinggal di pemukiman
tersebut.
-
Fisikologi Lingkungan 2014
12
Daftar Pustaka
Amalia. 2008. Pertambahan Penduduk di Desa dan di Kota. Diakses pada tanggal 18 Mei
2014, dari http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/pkn1.pdf.
Anonim. 2010. Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Lingkungan. Diakses pada tanggal 19
Mei 2014, dari http://biologi-go.blogspot.com/2010/07/e-pengaruh-kepadatan-populasi-
terhadap.html.
Krista. 2009. Makalah Pemukiman Kumuh. Diakses apda tanggal 19 Mei 2014, dari
http://kristaneh.blogspot.com/.
Kurniasih, S. 2007. Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara-Jakarta
Selatan. Diakses pada tanggal 25 mei 2014 dari http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-
content/uploads/2007/06/srikurniasih-sna2007.pdf.
Putri, G. H. 2011. Kepadatan Penduduk. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari
http://hutami-putri.blogspot.com/2011/03/kepadatan-penduduk.html.
Surtiani, E.E. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Pemukiman
Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga).Diakses pada
tanggal 25 Mei 2014, dari http://eprints.undip.ac.id/15530/1/Eni_Surtiani.pdf.
Tim Dosen Mata Kuliah TPB. 2010. Pengantar Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan.
Palangka Raya: Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Palangkaraya.
Wasis. 2010. Manusia dan Lingkungannya. Diaskses pada tanggal 18 Mei 2011, dari
http://www.crayonpedia.org/mw/Manusia_dan_Lingkungannya_-_wasis.