kep 447-pj-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

14

Click here to load reader

Upload: nsmaldini

Post on 27-Jun-2015

599 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 447/PJ./2001

TENTANG

TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

Bahwa dalam rangka menciptakan kepastian hukum dan ketertiban dalam pemberian Surat Keterangan Fiskal, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Tatacara Pemberian Surat Keterangan Fiskal (SKF);

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3688) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 130; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3988);

6. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang 21 Pebruari 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang terkait dan berpartisipasi dalam pengadaan barang/jasa harus memenuhi persyaratan terdaftar sebagai Wajib Pajak dan sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Page 2: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA CARA PEMBARIAN SURAT KETERANGAN FISKAL

Pasal 1

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan :

1. Surat Keterangan Fiskal adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa dan tahun tertentu.

2. Wajib Pajak Bursa adalah Wajib Pajak yang sedang dalam proses untuk menjual sahamnya di Bursa Efek, Wajib Pajak yang sudah terdaftar di Bursa Efek, dan Wajib Pajak yang sedang dalam proses untuk melakukan penjualan obligasi.

3. Wajib Pajak Non Bursa adalah Wajib Pajak yang sedang dalam proses pengajuan tender untuk pengadaan barang/jasa untuk keperluan Instansi Pemerintah.

4. Surat Tanda Terima Setoran adalah bukti tanda terima pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. 5. Utang pajak adalah kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan (termasuk Pajak Penghasilan

Final). Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan baik oleh Kantor Pusat maupun Kantor Cabang yang sampai saat jatuh tempo pembayaran belum dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.

6. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian formulir permohonan Surat Keterangan Fiskal dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran pengisiannya.

7. Saat diterimanya permohonan adalah saat permohonan tersebut diterima secara lengkap oleh Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

8. Saham pendiri adalah saham yang telah dibayar lunas pada saat perusahaan didirikan dan saham dimiliki oleh pendiri perusahaan seperti yang tertera dalam Akte Pendirian.

Pasal 2

(1) Bagi Wajib Pajak Bursa, Surat Keterangan Fiskal dipergunakan untuk memenuhi persyaratan bagi yang bersangkutan pada saat hendak menjual saham perusahaan di Bursa Efek atau hendak menjual obligasi perusahaan melalui maupun tanpa melalui Bursa Efek.

(2) Bagi Wajib Pajak Non Bursa, Surat Keterangan Fiskal dipergunakan untuk memenuhi persyaratan bagi yang bersangkutan pada saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau jasa untuk keperluan pemerintah.

(3) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

(4) Wajib Pajak Bursa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) melalui Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya meneruskan permohonan tersebut ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak untuk kemudian diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Pasal 3

Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal wajib memenuhi persyaratan :

1. Tidak sedang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dan 2. Mengisi formulir permohonan sebagaimana contoh pada Lampiran I dan II Keputusan Direktur Jenderal

Pajak ini dengan dilampiri dokumen sebagai berikut:

Page 3: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

a. Fotocopy Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan beserta tanda terima penyerahan Surat Pemberitahuan tersebut. 1) Dalam hal Wajib Pajak Bursa, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dimaksud adalah untuk 3 (tiga) tahun terakhir; 2) Dalam hal Wajib Pajak Non Bursa, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dimaksud adalah untuk tahun terakhir;

b. Fotocopy Laporan Keuangan lengkap yang telah diaudit oleh Akuntan Publik untuk 3 (tiga) tahun terakhir khusus untuk Wajib Pajak Bursa;

c. Daftar pemegang saham pendiri khusus untuk Wajib Pajak yang hendak masuk bursa; d. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Surat Tanda Terima Setoran Pajak Bumi

dan Bangunan tahun terakhir; e. Fotocopy Surat Setoran Bea (SSB) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB), khusus untuk Wajib Pajak yang baru memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan baik karena pemindahan hak (antara lain : jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya), maupun pemberian hak baru. 3. Permohonan Surat Keterangan Fiskal yang diajukan oleh Wajib Pajak Bursa, oleh Kantor Pelayanan Pajak diteruskan untuk diselesaikan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan oleh Kantor Pelayanan Pajak.

Pasal 4

Apabila ternyata hasil penelitian atas permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak wajib segera menyampaikan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi dokumen-dokumen yang masih harus dilengkapi melalui faksimili atau sarana komunikasi lainnya.

Pasal 5

(1) Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Fiskal untuk Wajib Pajak Non Bursa yang telah memenuhi persyaratan sesuai dimaksud dalam Pasal 3 di atas, atau Surat Penolakan Pemberian Surat Keterangan Fiskal, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak saat diterimanya permohonan dari Wajib Pajak.

(2) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal wajib menerbitkan Surat Keterangan Fiskal untuk Wajib Pajak Bursa yang telah memenuhi persyaratan sesuai dimaksud dalam Pasal 3 di atas, atau Surat Penolakan Pemberian Surat Keterangan Fiskal, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak saat diterimanya permohonan dari Kantor Pelayanan Pajak.

Pasal 6

Formulir permohonan yang harus diisi oleh Wajib Pajak adalah sebagaimana contoh pada Lampiran I, serta Koreksi Positif dan Negatif untuk perhitungan fiskal sebagaimana contoh pada Lampiran II Keputusan ini.

Pasal 7

Permohonan Surat Keterangan Fiskal yang telah diterima sebelum berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dan belum diselesaikan oleh Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak tetap diselesaikan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.44/1998 tanggal 30 Juli 1998 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.44/2000tanggal 19 September 2000.

Page 4: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Pasal 8

Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 9 Juli 2001 DIREKTUR JENDERAL, ttd HADI POERNOMO

Page 5: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 69/PJ./2007

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-447/PJ./2001

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

a. bahwa BAPEPAM-LK telah mencabut kewajiban atau persyaratan Surat Keterangan Fiskal bagi Wajib Pajak Bursa dalam rangka penjualan saham perusahaan di Bursa Efek atau penjualan obligasi perusahaan melalui atau tanpa melalui Bursa Efek;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-447/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3035);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1933 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3936);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1085 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3688) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3988);

6. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120);

Page 6: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-447/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-447/PJ./2001 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL.

Pasal I

Mengubah beberapa ketentuan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-447/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 3 dan angka 7 diubah, serta angka 2 dan angka 8 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan:

1. Surat Keterangan Fiskal adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa dan tahun pajak tertentu.

2. Dihapus. 3. Wajib Pajak adalah Wajib Pajak yang sedang dalam proses pengajuan tender untuk

pengadaan barang/jasa untuk keperluan instansi Pemerintah. 4. Surat Tanda Terima Setoran adalah bukti tanda terima pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan. 5. Utang pajak adalah kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan (termasuk Pajak

Penghasilan Final), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan baik oleh Kantor Pusat maupun Kantor Cabang yang sampai saat jatuh tempo pembayaran belum dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.

6. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian formulir permohonan Surat Keterangan Fiskal dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran pengisiannya.

7. Saat diterimanya permohonan adalah saat permohonan tersebut diterima secara lengkap oleh Kantor Pelayanan Pajak.

8. Dihapus."

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) diubah, serta ayat (1) dan ayat (4) sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 2

(1) Dihapus.

Page 7: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

(2) Bagi Wajib Pajak, Surat Keterangan Fiskal dipergunakan untuk memenuhi persyaratan bagi yang bersangkutan pada saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau jasa untuk keperluan Pemerintah.

(3) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

(4) Dihapus."

3. Ketentuan Pasal 3 angka 2 dan angka 2 huruf a dan huruf d diubah, serta angka 2 huruf a butir 1) dan butir 2), huruf b, huruf c, dan angka 3 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 3

Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal wajib memenuhi persyaratan:

1. tidak sedang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dan 2. mengisi formulir permohonan sebagaimana contoh pada Lampiran I dan Koreksi Positif dan

Negatif untuk Penghitungan Fiskal sebagaimana contoh pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan dilampiri dokumen sebagai berikut:

a. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk tahun terakhir beserta tanda terima penyerahan Surat Pemberitahuan tersebut;

b. dihapus; c. dihapus; d. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Surat Tanda Terima Setoran Pajak

Bumi dan Bangunan tahun terakhir; dan e. fotokopi Surat Setoran Bea (SSB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB), khusus untuk Wajib Pajak yang baru memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan baik karena pemindahan hak (antara lain jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya), maupun pemberian hak baru.

3. Dihapus."

4. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 4

Apabila ternyata hasil penelitian atas permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam butir 3 angka 2, Kantor Pelayanan Pajak agar segera menyampaikan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi dokumen-dokumen yang masih harus dilengkapi melalui faksimili atau sarana komunikasi lainnya, dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran Ill Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini."

5. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 5

(1) Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Fiskal untuk Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 di atas dengan menggunakan

Page 8: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

formulir sebagaimana contoh pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini atau Surat Penolakan Pemberian Surat Keterangan Fiskal dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak saat diterimanya permohonan Wajib Pajak secara lengkap.

(2) Dihapus."

6. Ketentuan Pasal 6 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 6

Dihapus."

Pasal II

Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 9 April 2007

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd

DARMIN NASUTION NIP 130605098

Page 9: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69/PJ./2007 TANGGAL : 9 April 2007

Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Surat Keterangan Fiskal Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak..........(1) I. Identitas Wajib Pajak 1 Nama : .......... (2) 2. NPWP : .......... (3) 3. Alamat : .......... (4)

II. Laba/rugi Perusahaan Tahun Terakhir

Uraian Tahun Pajak 20… 1 2

1. Laba komersial Koreksi untuk menghitung PPh : + Jumlah koreksi positif - Jumlah koreksi negatif Penghasilan Kena Pajak 2. Tanggal SPT PPh dimasukkan

III. Pembayaran Pajak Tahun Berjalan

Bulan..........s.d. Bulan.......... Jenis Pajak

(PPh Pasal 21/22/23/25/26/4(2)/Final, PPN &

PPnBM)

Jumlah Pajak yang harus

Dibayar Tanggal Pembayaran Lunas

1 2 3

IV. Pembayaran Ketetapan Pajak

Tahun Pajak Jenis Pajak Jenis Ketetapan Pajak Jumlah Pajak Yang

Harus dibayar Tanggal

pembayaran Lunas 1 2 3 4 5

V. Pembayaran atas SPPT/STTS PBB Tahun Terakhir menurut Wajib Pajak (Semua Objek di Pusat atau

Cabang)

Tahun Pajak Alamat Objek PBB Jumlah PBB yang harus

Dibayar Tanggal Pembayaran Lunas

1 2 3 4

..........(5) ..........(6) ..........(7)

..........(8)

Page 10: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Petunjuk Pengisian Permohonan Surat Keterangan Fiskal 1. Formullir ini digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal

2. Penjelasan Pengisian : Angka (1) diisi dengan nama dan alamat Kantor Pelayanan Pajak di mana Wajib

Pajak terdaftar Angka (2) s.d. (4) diisi dengan nama Badan Usaha, NPWP, dan alamat pemohon Angka (5) diisi nama tempat dan tanggal permohonan dibuat Angka (6) diisi nama Badan Usaha permohonan dibuat Angka (7) diisi tanda tangan pemohon Angka (8) diisi nama jelas pemohon

Angka Romawi II Kolom 2 diisi dengan tahun pajak dan laba yang diperoleh maupun tanggal

pemasukan SPT Tahunan PPh untuk tahun terakhir sebelum saat

pengajuan permohonan. Jumlah koreksi positif adalah koreksi yang menambah Penghasilan Kena

Pajak, sedangkan yang dimaksud koreksi negatif ialah koreksi yang

mengurangi Penghasilan Kena Pajak sesuai dengan neraca rekonsiliasi

menurut laporan keuangan pemohon dibandingkan dengan penghitungan

menurut ketentuan UU Pajak Penghasilan. Baik koreksi positif maupun koreksi negatif dirinci untuk setiap tahun

pajak pada Lampiran II.

Angka Romawi III Kolom 1 diisi dengan PPh Pasal 21/22/23/25/26/4 (2)/Final, PPN & PPnBM Kolom 2 diisi dengan jumlah pembayaran pajak yang telah disetor untuk setiap

jenis pajak dalam tahun berjalan Kolom 3 cukup jelas

Angka Romawi IV Kolom 1 dan 2 cukup jelas Kolom 3 diisi dengan jenis ketetapan pajak, misalnya SKPKB, SKPKBT, dan STP Kolom 4 diisi dengan besarnya masing-masing pajak yang masih harus dibayar

yang tertera pada masing-masing jenis ketetapan pajak sebagaimana

dimaksud pada kolom 3 Kolom 5 cukup jelas

Angka Romawi V Kolom 1 cukup jelas Kolom 2 diisi dengan alamat Objek sesuai dengan SPPT Kolom 3 diisi dengan besarnya PBB yang harus dibayar sesuai dengan STTS Kolom 4 cukup jelas

Page 11: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Lampiran II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69/PJ./2007 TANGGAL : 9 April 2007

KOREKSI POSITIF DAN NEGATIF UNTUK PENGHITUNGAN FISKAL

Koreksi Fiskal Nomor

Urut Uraian Pos-Pos Laba/

Rugi Penghitungan

Komersial Penghitungan

Fiskal Positif Negatif 1 2 3 4 5 5

Jumlah

Koreksi omzet untuk menghitung DPP PPN : Penjualan menurut laporan Keuangan (L/ R) Rp.......... Penyerahan Januari s.d. Desember menurut SPT Masa PPN Rp.......... Selisih Rp.......... Penyebab dari selisih tersebut : 1. .......... 2. .......... 3. dst.

.........., .......... 20....

.............ttd............ Nama Wajib Pajak

Page 12: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Lampiran III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69/PJ./2007 TANGGAL : 9 April 2007

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH.......... KANTOR PELAYANAN PAJAK..........,

Jalan.......... Telepon : .......... .......... Faksimili : .......... Nomor : Hal : Kelengkapan Permohonan Surat Ketrangan Fiskal Yth. Nama : ......... NPWP : ......... Alamat : ......... Sehubungan dengan surat Saudara Nomor…..tanggal……perihal Permohonan Surat Keterangan Fiskal, dengan

ini diminta kepada Saudara untuk segera melengkapi dokumen sebagai berikut :

1. .........; 2. .........; 3. .........

Dokumen di atas dapat kami terima paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya surat ini

melalui faksimili dan atau sarana komunikasi lainnya.

Apabila kelengkapan dokumen tersebut tidak dipenuhi, maka permohonan Surat Keterangan Fiskal

Saudara tidak dapat diproses lebih lanjut.

Demikian untuk dimaklumi.

A.n Kepala Kantor Kasi.........,

........ NIP.........

Page 13: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Lampiran IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69/PJ./2007 TANGGAL : 9 April 2007

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH......... KANTOR PELAYANAN PAJAK.........

Jalan.......... Telepon : .......... .......... Faksimili : ..........

SURAT KETERANGAN FISKAL Nomor : ......... Tanggal : .........

Direktur Jenderal Pajak menerangkan bahwa kewajiban perpajakan dari wajib Pajak : Nama : ......... NPWP : ......... Alamat : ......... adalah sebagai berikut : 1. Tunggakan Pajak sampai saat ini :

PPh PPN & PPnBM PBB Nihil Nihil Nihil

2. SPT Tahunan PPh :

Tahun Pajak terakhir Penghasilan Kena Pajak

......... Rp ......... 3. PPh Pasal 4(2)/ Final :

Tahun Pajak terakhir Objek PPh Pasal 4 (2)/ Final*

......... ......... Rp ......... 4. PBB yang dibayar menurut Wajib Pajak :

Tahun Pajak Jumlah SPPT/STTS PBB yang dibayar

......... Rp .........

Surat keterangan ini diberikan untuk memenuhi permohonan Wajib Pajak dengan surat Nomor.........

tanggal......... perihal.........

A.n. Direktur Jenderal Pajak Kepala Kantor, ......... NIP.........

* Merupakan jumlah pelunasan tahun yang bersangkutan baik melalui pemotongan maupun pembayaran

sendiri.

Page 14: KEP 447-PJ-2001 ttg tata cara pembr surat keterangan fiskal

Lampiran V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69/PJ./2007 TANGGAL : 9 April 2007

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH......... KANTOR PELAYANAN PAJAK.........

Jalan.......... Telepon : .......... .......... Faksimili : ..........

SURAT PENOLAKAN PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL

Nomor : ......... Tanggal : .........

Direktur Jenderal Pajak menerangkan : Nama : ......... NPWP : ......... Alamat : .........

bahwa kepada Wajib Pajak tersebut tidak dapat diberikan Surat Keterangan Fiskal, karena :

□ tidak menyampaikan /memasukkan SPT Tahunan PPh tahun terakhir;

□ mempunyai tunggakan pajak atas ketetapan PPh, PPN & PPnBM dan atau PBB tahun-tahun sebelumnya;

□ mempunyai tunggakan pajak tahun berjalan untuk jenis PPh Pasal 21/22/23/25/26/4 (2)/Final, PPN &

PPnBM, dan atau PBB.

A.n. Direktur Jenderal Pajak Kepala Kantor, ......... NIP.........