kementerian koordinator bidang perekonomian · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran...

54
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Upload: phamtuyen

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN

INDUSTRI

Page 2: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata
Page 3: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

DAFTAR ISI Halaman

Ii

Kata Pengantar …………………………………………………………………………..………………....... i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………...... ii

Ringkasan Eksekutif ………………………………………………………………………………….......... iii

Bab. I Pendahuluan

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………... 1

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………………….. 3

C. Aspek Strategis ………………………………………………………………………... 4 D. Isu Strategis …………………………………………………………………………….. 5

Bab. II Perencanaan Kinerja

A. Rencana Strategi ………………………………………………………………………. 6 B. Rencana Kerja Tahun 2017 ……………………………………………………...... 9 C. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ………………………………………………….. 9 D. Pengukuran Kinerja Tahun 2017 ……………................................................. 12

Bab. III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017

A. Capaian Kinerja Organisasi .........................……………………………………. 19

1. Analisis Capaian Kinerja Organisasi ......................................................... 21

2. Analisis Capaian Kinerja Output ............................................................... 24 3. Analisis Capaian Kinerja Outcome ............................................................... 37 B. Analisis Capaian Kinerja Dari Waktu ke Waktu ........................................ 38

C. Realisasi Anggaran …………………………………………………………………….. 38

Bab. IV Penutup ………………………………………………………………………………………………. 43

Lampiran :

1. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 2. Manual Indikator Kinerja Utama 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2018

Page 4: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

EKSEKUTIF SUMMARY

Indonesia memiliki potensi ekonomi yang tinggi, dan sejumlah karakteristik yang

menempatkan negara ini dalam posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan

ekonomi yang pesat. Serta adanya dukungan yang kuat dari pemerintah pusat untuk

mengekang ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus

meningkatkan peran industri manufaktur.

Meski kita ingin mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah dan

meningkatkan peran industri manufaktur, namun itu masih sulit untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, terutama karena sektor swasta masih tetap ragu-ragu untuk

berinvestasi. Komsumsi masyarakat yang menurun serta biaya logistik yang masih tinggi,

sehingga diperlukan suatu terobosan kebijakan yang dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi diantaranya : (1) pengembangan investasi; (2) peningkatan ekspor; (3)

pengembangan logistik nasional; (4) penguatan pasar dalam negeri, dan (5) peningkatan

daya saing industri,

Aspek strategis Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator, dengan tugas pokok dan fungsi melaksanakan

Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan Pengendalian pelaksanaan kebijakan serta

peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar intenasional, hal tersebut diperkuat

dengan Instruksi Presiden Nomor 7/2017 tentang Pengambilan, Pengawasan, dan penetapan dan

pelaksanaan kebijakan di tingkat kementerian dan lembaga.

Adapun isu strategis pada Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

sebagai berikut: (1) Penguatan dan pengembangan investasi, menyangkut

penyederhanaan proses perijinan, penyederhanaan perijinan dan prosedur perijinan,

percepatan fasilitasi penyelesaian masalah ekspor dan investasi daerah, peningkatan daya

saing investasi untuk meningkatakan peringkat Ease of Doing Business (EoDB), dan

Peningkatan daya saing investasi di kawasan industri, (2) Peningkatan Ekspor dan

Fasilitasi Perdagangan Internasional, menyangkut optimalisasi penerapan Sistem

National Single Window (NSW) dan Penguatan kelembagaan PP-INSW. Peningkatan

keanekaragaman Produk ekspor baru dan Perluasan pasar Ekspor, serta peningkatan

ekspor produk manufaktur, (3) Pengembangan Logistik nasional, menyangkut

konektivitas ekonomi desa ke kota dan pasar global dan peningkatan kopetensi SDM

logistik bersertifikat standar internasional, (4) Penguatan Pasar Dalam Negeri dan

Tertib Usaha, menyangkut penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha. Dan perluasan

pasar produk dalam negeri melalui e-commerce, dan (5) Pengembangan dan

Peningkatan Daya Saing Industri, menyangkut pengembangan industri di kawasan

industri/KEK dan Peguatan peran industri pengolahan non migas yang bernilai tambah.

iii

Page 5: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Rencana Strategis merupakan arah bagi organisasi dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya dalam merumuskan kebijakan, sedangkan kebijakan sifatnya dinamis

dan terus berkembang, maka dengan pertimbangan tersebut Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri akan melakukan revisi Rencana Strategi, dalam rangka

mewujudkan misi Penguatan Daya Saing dalam rangka mencapai tujuan Meningkatkan

Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian melalui pencapaian Sasaran Strategis

Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim usaha dan efektifitas kerjasama ekonomi dan

kesepakatan internasional, sebagaimana dibawah ini:

Perjanjian Kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk

mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan

mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Dengan tujuan untuk meningkatkan

akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima

amanah dengan pemberi amanah; serta sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi

kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2017

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan

perniagaan dan industri

Persentase rumusan

peraturan bidang

perniagaan dan industri

yang diselesaikan

100%

Terwujudnya Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan

Perniagaan dan Industri

Persentase kebijakan bidang

perniagaan dan industri

yang ditindaklanjuti

100%

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan

peningkatan daya saing nasional

Persentase kebijakan

peningkatan daya saing

nasional yang

ditindaklanjuti

100%

iv

Page 6: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Dengan Indikator Kinerja Utama target sebanyak 16 Rekomendasi dan 1 (satu) Laporan

telah tercapai sebanyak 16 Rekomendasi dan 1 (satu) Laporan, sehingga capaian kinerja output

tercapai 100%, denagn rincian output sebagai berikut:

1. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan investasi dengan diterbitkannya Peraturan Presiden

Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha.

2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan investasi dengan disusunnya Draft Rancangan

Peraturan Presiden (RPP) tentang Pengalihan Saham dan Batasan Luasan Dalam

Pemanfaatan Pulau-Pulau Terpencil dan pemanfaatan Perairan di Sekitarnya Dalam Rangka

Penananaman Modal.

3. Rekomendasi Kebijakan Penguatan Pasar Dalam Negeri dengan disusunnya Draft Revisi

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

4. Rekomendasi Kebijakan Fasilitasi Perdagangan internasional dengan disusunnya Draft Revisi

Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014 tentang Pengelola Portal Indonesia National

Single Window (PP-INSW).

5. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri Non Migas dengan diterbitkannya Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri

Farmasi dan Alat Kesehatan.

6. Rekomendasi Kebijakan konektifitas desa, kota dan pasar global dengan diterbitkannya

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 29/M-DAG/PER/5/2017 tentang Perdagangan Antar

Pulau, Standardisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang dalam Negeri Berbasis Elektronik

7. Rekomendasi Kebijakan konektifitas desa, kota dan pasar global dengan diterbitkannya Surat

Menko Perekonomian kepada Menteri Dalam Negeri Nomor S-87/M.EKON/04/2017 tentang

Pembentukan Tim Sistem Logistik Daerah (SISLOGDA).

8. Rekomendasi Kebijakan konektifitas desa, kota dan pasar global dengan diterbitkannya Surat

Keputusan Menko Perekonomian Nomor 92 Tahun 2017 Tentang Implementasi Master Plan

on ASEAN Connectivity 2015

9. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dengan diterbitkannya Putusan Rapat

koordinasi tentang Penyederhanaan tata niaga impor terkait pengurangan Lartas impor dari

48,3% menjadi 20,8% melalui pergeseran pengawasan border ke post border dan simplifikasi

lartas ekspor

10. Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing investasi dengan disusunnya Laporan Kajian

Peningkatan Daya Saing Investasi di Kawasan Industri.

v

Page 7: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

11. Rekomendasi kebijakan perluasan pasar produk dalam negeri melalui E-Commerce

12. Rekomendasi kebijakan perluasan pasar produk dalam negeri melalui Competition check

list

13. Rekomendasi kebijakan kopetensi SDM bidang logistik ditindaklanjuti dengan

implementasikannya Program Pengembangan "Urban Logistics and Land Transportastion

Management"

14. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan investasi dengan tersusunnya buku Live Dokument

"Daftar kebijakan Pro Kontra Daerah terhadap Ekspor, Investasi dan Pariwisata

Indonesia"

15. Rekomendasi Kebijakan peningkatan ekspor dengan tersusunnya 1 (satu) buku Live

Dokument "Hambatan Perdagangan Negara Lain terhadap terhadap Ekspor, Investasi

dan Pariwisata Indonesia"

16. Rekomendasi Kebijakan fasilitasi perdagangan internasional dengan tersusunnya buku Live

Dokument "Daftar Permasalahan dan Penyelesaian terhadap Ekspor, Investasi dan

Pariwisata Indonesia" dan

17. Laporan dukungan program dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri yang dilaksnakan

Capaian kinerja Organisasi sebesar 100% sejak tahun 2015 sampai dengan tahun

2017, kesinambungan capaian ini sangat penting untuk mengukur dampak dari kebijakan

yang telah dihasilkan, apakah ada manfaatnya atau tidak bagi kesejahteraan masyarakat,

sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi dampak dari kebijakan ekonomi yang telah

ditetapkan oleh kementerian/lembaga dibawah koordinasi Kemenko Perekonomian,

khususnya Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Pagu anggaran sebesar Rp.16.700.000.000,- (enam belas miliar tujuh ratus juta

rupiah), dengan adanya kebijakan penghematan anggaran sebesar 10% dan instruksi

Kementerian Keuangan untuk melakukan self blocking, sehingga pagu akhir anggaran

menjadi sebesar Rp. 15.700.000.000,- (lima belas miliar tujuh ratus juta rupiah). Dengan

Realisasi anggaran per 31 Desember 2017 sebesar Rp. 14.810.544.509,- (empat belas

miliar delapan ratus sepuluh juta lima ratus empat puluh empat ribu lima ratus Sembilan

rupiah) atau sebesar 93,71%, Realisasi ini lebih besar dibandingkan realisasi tahun 2016

yang sebesar 91.85%,

Jakarta, Maret 2018

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Page 8: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan, Pemerintah mengurangi ketergantungan ekspor komoditas

barang mentah dengan meningkatkan peran industri manufaktur, namun itu

masih sulit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama sektor swasta

masih tetap ragu untuk berinvestasi, komsumsi masyarakat yang menurun dan

biaya logistik yang masih tinggi, sehingga diperlukan suatu terobosan kebijakan

yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, diantaranya dengan :

Penguatan investasi dapat melalui kebijakan-kebijakan di bidang

investasi seperti pemberian kemudahan memulai berusaha, pemberian insentif,

perluasan investasi, promosi dan kerjasama investasi, dengan reformulasi

regulasi di berbagai kementerian dan lembaga, tingkat pusat dan daerah

akan memberikan keyakinan dan dampak signifikan pada minat berinvestasi.

Dan dengan integrasi sistem perizinan dan kemudahan berusaha akan

mempermudah aktivitas ekonomi. Melalui kebijakan-kebijakan tersebut

diharapkan dapat menarik investor baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pada tahun 2017 perekonomian Indonesia tumbuh 0,5% yoy, stabil dan

masih berada diatas tren global. Perekonomian domestik masih terjaga dikisaran

target Pemerintah dan Bank Indonesia lebih kurang 4,1%. Selama 2 tahun

terakhir telah berhasil meng-implementasikan 14 reformasi. Reformasi pada

area yang masuk pada survey doing bussiness dan secara signifikan

berpengaruh terhadap keseluruhan ranking doing bussiness Indonesia

Untuk mengatasi permasalahan pengembangan produk ekspor,

pemerintah akan melaksanakan penguatan pasar komoditi unggulan, penetrasi

pasar komoditi baru (industri dan ekonomi kreatif), peningkatan peranan

daerah dalam pengembangan komoditi ekspor, pengembangan industri

berorientasi ekspor, serta peningkatan daya saing komoditi (branding, mutu dan

packaging).

Setelah mengalami defisit perdagangan selama 3 tahun terakahir, pada

2015 neraca perdagangan Indonesia mulai surplus dan terus berlanjut. Startegi

pemerintah dalam meningkatan kinerja ekspor melalui

- Peningkatan daya saing dan produktifitas melalui biaya infrastruktur

- Pendidikan dan pelatihan para pekerja

- Pengembangan pasar baru yang potensial

- Pengembangan ekspor dari sektor UMKM

- Peningkatan kerjasama bilateral untuk ekspor produk bernilai tambah tinggi

Page 9: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

2

Terkait dengan permasalahan perluasan pasar ekspor, pemerintah akan

melaksanakan kebijakan membuka hubungan dagang yang lebih intensif ke

negara-negara non tradisional melalui percepatan perundingan perdagangan

bilateral dalam bentuk PTA, FTA ataupun CEPA. Serta revisi sejumlah peraturan

di K/L terkait dengan penyederhanaan tata niaga ekspor/impor khususnya

terkait pengurangan larangan dan pembatasan (lartas) impor melalui

pergeseran pengawasan border ke post border dan simplifikas (penyederhanaan)

larangan dan Pembatasan (Lartas) ekspor.

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pengembangan

sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan

nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata dan

industri manufaktur serta pembangunan 14 Kawasan Industri di Luar Pulau

Jawa.

Industri non migas berperan penting dalam mendorong pembangunan

ekonomi di Indonesia karena menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan

ekonomi nasional dibandingkan dengan sektor lainnya. Kontribusi industri non

migas mampu membuat multiplier effect terhadap penyerapan tenaga kerja,

peningkatan nilai tambah dan penerimaan devisa.

Guna meningkatkan laju pertumbuhan industri khususnya industri non

migas, serta untuk meningkatkan saya saing industri nasional, maka hal yang

akan dilakukan adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif serta

memudahkan para pelaku usaha untuk berusaha di Indonesia, melalui : (i)

pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI), kawasan

peruntukan industri, kawasan industri, KEK dan sentra industri kecil dan

menengah (ii) perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan

pemberian fasilitas kepada IKM (iii) pemberian fasilitas kemudahan bahan baku

dan perlindungan impor barang jadi (iv) pemberian fasilitas perpajakan dan non

perpajakan (v) penataan kembali kebijakan-kebijakan yang dapat menghambat

pertumbuhan dan daya saing industri.

Kondisi pasar rakyat yang identik dengan kumuh, becek, dan tidak

nyaman, membuatnya kalah bersaing dengan toko ritel yang ber-AC, nyaman

dan lebih bersih, sehingga perlu adanya revitalisasi pasar rakyat terutama pasar-

pasar yang berada di Daerah Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan

Selain mengembangkan sarana perdagangan, Pemerintah juga

meningkatkan pasar produk dalam negeri melalui e-commerce, memungkinkan

barang/produk lebih mudah untuk diperdagangkan. dengan jumlah penduduk

Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dan pengguna internet yang mencapai

60%, menunjukkan potensi yang luar biasa dalam mengembangkan

perdagangan melalui e-commerce.

Page 10: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

3

Dalam mewujudkan Sistem Logistik yang terintegrasi secara lokal, dan

terhubung secara global untuk meningkatkan daya saing Nasional dan

kesejahteraan rakyat dilakukan dengan perbaikan kebijakan antara lain: (1)

deregulasi kebijakan melalui Paket Kebijakan Ekonomi XV untuk pengembangan

usaha dan peningkatan daya saing penyedia jasa logistik nasional; (2)

peningkatan peran serta pemerintah daerah dalam mengembangkan Sistem

Logistik Daerah (SISLOGDA) untuk menjamin ketersediaan barang dan

pengembangan ekonomi lokal; (3) dalam bidang Sumber Daya Manusia di

Bidang Logistik untuk meningkatan kapasitas dan kompetensi SDM dilakukan

melalui Penyusunan Standar Kompetensi Kinerja Nasional Indonesia (SKKNI)

Bidang Logistik, Pengembangan Akademi Komunitas Logistik (AKL) di

Kabupaten Batu Bara dan Kota Bitung, serta penyelenggaraan program “Urban

Logistics and Land Transportation Management”, yang bekerja sama dengan The

Logistics Institute Asia Pacific, National University of Singapura (TLIAP-NUS);

(4) dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan

penyusunan rencana aksi implementasi Perpres Nomor 74 Tahun 2017 [peta

Jalan e-Commerce] terkait dengan Pilar Logistik dan (5) kerjasama regional

tingkat ASEAN dengan berperan dalam implementasi Master Plan on ASEAN

Connectivity (MPAC) 2025 dan Integrasi Sub Sektor Jasa Logistik dan

Transportasi ASEAN.

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5

Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata

kerja Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan

a. Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

b. Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dipimpin oleh

Deputi.

2. Tugas Pokok Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/

Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri menyelenggarakan fungsi:

Page 11: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

4

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri;

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri;

c. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar intenasional;

d. Pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar intenasional;

e. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan daya saing konektivitas nasional;

f. Pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan konektivitas nasional;

g. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan pasar tradisional;

h. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pelayanan terpadu satu pintu;

i. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang perniagaan dan industri; dan

j. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

C. Aspek Strategis

Sesuai dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 7/2017 tentang Pengambilan,

Pengawasan, dan penetapan dan pelaksanaan kebijakan di tingkat kementerian

dan lembaga, maka, posisi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

memiliki aspek strategis, demikian juga halnya dengan Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan

sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian

pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

perniagaan dan industri.

Page 12: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

5

D. Isu Strategis Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, memfokuskan penanganan isu-isu strategis dan menyampaikan rumusan kebijakan kepada Menteri Koordinator, yang terkait dengan bidang perniagaan dan industri, meliputi: (1) pengembangan investasi; (2) peningkatan ekspor dan fasilitasi perdagangan internasional; (3) pengembangan logistik nasional ; (4) penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha. (5) pengembangan dan peningkatan daya saing industri, Adapun isu strategis pada Industri dan perdagangan, sebagai berikut:

1. Pengembangan investasi, menyangkut penyederhanaan proses perijinan,

penyederhanaan perijinan dan prosedur perijinan, percepatan fasilitasi

penyelesaian masalah ekspor dan investasi daerah, peningkatan daya saing

investasi untuk meningkatakan peringkat Ease of Doing Business (EoDB),

dan Peningkatan daya saing investasi di kawasan industri.

2. Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional,

menyangkut optimalisasi penerapan Sistem Indonesia National Single

Window (INSW) dan Penguatan kelembagaan PP-INSW. Peningkatan

keanekaragaman Produk ekspor baru dan Perluasan pasar Ekspor, serta

peningkatan ekspor produk manufaktur dan tata niaga ekspor/impor.

3. Pengembangan logistik nasional, menyangkut konektivitas ekonomi desa

ke kota dan pasar global dan peningkatan kopetensi SDM logistik

bersertifikat standar internasional

4. Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha, menyangkut

penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha, dan perluasan pasar

produk dalam negeri melalui e-commerce.

5. Pengembangan dan Peningkatan Daya Saing Industri, menyangkut

pengembangan industri di kawasan industri/KEK dan Peguatan peran

industri pengolahan non migas yang bernilai tambah.

Page 13: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

6

BAB II Perencanaan Kinerja

A. RENCANA STRATEGIS

Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Tahun

2015-2019 disusun dalam rangka mewujudkan Misi Pertumbuhan Ekonomi

yang inklusif dan berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan Pertumbuhan

dan Daya Saing, dibidang perniagaan dan tranformasi industri yang

formulasikan dalam Perpective Stekholder, yang merupakan indikator kinerja

kementerian yaitu Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi pada level 5.1%, dan

Peningkatan Daya Saing melalui meningkatnya level EoDB pada level 70, untuk

mencapai pertumbuhan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri mendukung melalui kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang efektif dibidang Peningkatan Ekspor

dan Daya saing di Pasar Internasional guna mencapai target pertubuhan ekspor

non migas sebesar 11,9% pada tahun 2017, Pengembangan Investasi dalam

rangka mencapai target peningkatan nilai realisasi investasi sebesar Rp. 678,9

Triliun pada tahun 2017, Pengembangan Pasar Tradisional dalam rangka

mencapai target Revitalisasi Pasar Rakyat sebanyak 1000 pasar pada tahun

2017 dan Penguatan Konektivitas Nasional melalui peningkatan konektivitas

desa, kota dan pasar global, Maka disusunlah suatu Peta Strategi Deputi Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri Tahun 2017, sebagaimana tersebut

dibawah.

Visi: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan dibidang Perniagaan dan Industri

Misi: Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan bidang Perniagaan dan Industri yang efektif dan berkelanjutan

TUJUAN : Meningkatnya Pertumbuhan di Bidang Perniagaan dan Industri yang Inklusif dan Berkelanjutan

SS.1

Terwujudnya Koordinasi

dan Sinkronisasi

Kebijakan Perniagaan dan Industri

SS.2.

Tewujudnya Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan

Perniagaan dan Industri

SS.3 Terwujudnya Koordinasi

dan Sinkronisasi Peningkatan

Daya Saing Nasional

Perencanaan &

Penyusunan

Pengendalian

Daya Saing

Melaksanakan Pengendalian pelaksanaan kebijakan yang efektif

Melakukan Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan

penyusunan kebijakan yang efektif

Melaksanakan Koordinasi dan Sinkronisasi Peningkatan Daya Saing

Nasional

Membangun

organisasi tepat

guna

Gedung dan

Fasillitas yang

memadai

Mengembangkan

sistem informasi

yang terintegrasi

Mewujudkan tata

kelola

pemerintahan yang

baik

SDM Organisasi Data dan Sistem Informasi Tata Kelola Prima

Me

me

nu

hi H

ara

pa

n S

take

ho

lde

r:

Str

ate

gic

Ou

tco

me

Str

ate

gic

Dri

ver:

Sin

kro

nis

asi d

an K

oo

rdin

asi

Ke

bija

ka

n

Dukun

ga

n D

asar

(In

pu

t)

PETA STRATEGI KINERJA DEPUTI BIDANG PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Bid

an

g K

oo

rdin

asi

Pe

ng

em

ba

ng

an

Iklim

In

ve

sta

si

Bid

an

g K

oo

rdin

asi P

en

ing

ka

tan

Ekp

so

r d

an

Fa

silitasi P

erd

ag

an

ga

n

Inte

rna

sio

na

l

Bid

an

g K

oo

rdin

asi P

en

ge

mb

an

ga

n

Sis

tem

Lo

gis

tik

Bid

an

g K

oo

rdin

asi P

en

gu

ata

n P

asa

r

Da

lam

Ne

ge

ri d

an

Te

rtib

Usa

ha

Bid

an

g K

oo

rdin

asi P

en

ge

mb

an

ga

n

Ind

ustr

i

SS. 4 SS.5 SS.6 SS.7 SS.8

Peningkatan Daya Saing

Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi

Transformasi Industri

Daya Saing

Ekspor dan

Industri di Pasar

Internasional

Konektivitas

Nasional;

Pengembangan

Pasar Tradisional;

Pengembangan

Investasi

Mengembangkan

kualitas SDM berbasis

kompetensi

Fasilitas

Page 14: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

7

Peta Strategis, merupakan arah bagi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi,

pengendalian, monitoring dan evaluasi, pelaksanaan kebijakan dan program di

bidang perniagaan dan industri dalam rangka mendukung pencapaian program

prioritas nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

berkualitas, dan berkelanjutan.

Mengingat kebijakan sifatnya dinamis dan terus berkembang, maka dengan

pertimbangan tersebut Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri akan

melakukan revisi Peta Strategi Kedeputian pada Tahun 2018 menjadi

sebagaimana dibawah ini:

REVISI PETA STRATEGI

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI TAHUN 2018

Revisi Peta Strategis Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Tahun

2015-2019 disusun dalam rangka mewujudkan Misi Penguatan Daya Saing dan

dalam rangka mencapai tujuan Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian

Perekonomian melalui pencapaian Sasaran Strategis Peningkatan Iklim

Investasi dan Iklim usaha dan efektifitas kerjasama ekonomi dan kesepakatan

internasional, dengan uraian Sasaran Srategis dan Indikator Kinerja Utama

sebagai berikut:

Page 15: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

8

1. Sasaran Strategi Deputi (SS-1): Perbaikan Iklim Berusaha dengan

indikator kinerja :

a. Peningkatan nilai realisasi investasi,

b. Pembangunan/revitali pasar rakyat

c. Peningkatan Produk dalam negeri yang dijual di Toko Swalayan.

d. Kontribusi Industri Pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB)

2. Sasaran Strategi Deputi (SS-2): Peningkatan Ekspor dan fasilitasi

Perdagangan Internasional dengan indikator kinerja:

a. Peningkatan Pertumbuhan Ekspor produk Non Migas (%),

b. Rasio Ekspor Jasa terhadap PDB (%),

3. Sasaran Strategi Deputi (SS-3) Penguatan Konektifitas Nasional dengan

indikator kinerja:

a. Beroperasinya Terminal Multiporpose,

b. Peningkatan peran Pusat Logistik berikat (PLB) sebagai Hub Logistik

Regional,

Adapun Strategy Map dan Prespective Stakeholder yang akan di capai oleh

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui dukungan dari Deputi

Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri adalah sebagai berikut:

Page 16: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

9

B. RENCANA KERJA (Renja) Tahun 2017

Pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019

yang dijabarkan dalam Sasaran Strategis Kementerian yang berupa

Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim usaha, diukur dengan indikator

Peningkatan Peringkat EoDB pada level dibawah 40 pada tahun 2019, akan

dilaksanakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dengan

menyelenggarakan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,

dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan

industri, fokus kebijakan pada :

1. Penyederhanaan proses, prosedur dan jenis perijinan, 2. Percepatan fasilitasi penyelesaian masalah ekspor dan investasi daerah, 3. Peningkatan daya saing investasi di kawasan industri. 4. penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha, 5. perluasan pasar produk dalam negeri melalui e-commerce. 6. pengembangan industri di kawasan industri/KEK dan 7. Peguatan peran industri pengolahan non migas yang bernilai tambah. Sedangkan untuk mendukung tercapainya Sasaran Strategis dibidang efektifitas kerjasama ekonomi dan kesepakatan internasional, yang diukur dengan indikator peningkatan nilai ekspor sebesar 11,9% pada tahun 2017. akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dengan menyelenggarakan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri, fokus kebijakan pada : 1. Optimalisasi penerapan Sistem Indonesia National Single Window (INSW)

dan Penguatan kelembagaan PP-INSW.

2. Peningkatan keanekaragaman Produk ekspor baru dan Perluasan pasar

Ekspor,

3. peningkatan ekspor produk manufaktur dan

4. tata niaga ekspor/impor. rekomendasi kebijakan tata niaga ekspor dan impor

5. menyangkut konektivitas ekonomi desa ke kota dan pasar global dan

6. peningkatan kopetensi SDM logistik bersertifikat standar internasional

C. PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2017

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan

dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, perlu disusun Dokumen Perjanjian

Kinerja. Dokumen Perjanjian Kinerja adalah pernyataan komitmen yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan

sumber daya yang dikelolanya.

Page 17: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

10

Tujuan khusus perjanjian kinerja antara lain adalah: untuk meningkatkan

akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata

komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar

penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;

menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Adapun

Perjanjian Kinerja (PK) Deputi Bidang Koordinasi Per niagaan dan Industri

Tahun 2017 adalah sebagaimana tabel terlampir:

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Sasaran Program Indikator Kinerja Target 2017

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perniagaan dan industri

Persentase rumusan peraturan bidang perniagaan dan industri yang diselesaikan

100%

Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perniagaan dan Industri

Persentase kebijakan bidang perniagaan dan industri yang ditindaklanjuti

100%

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing nasional

Persentase kebijakan peningkatan daya saing nasional yang ditindaklanjuti

100%

Program : Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Anggaran : Rp16.700.000.000,-

Jakarta, Januari 2017 Menteri Koordinator Bidang Deputi Bidang Koordinasi Perekonomian Perniagaan dan Industri Darmin Nasution Edy Putra Irawady

Disamping Penetapan Kinerja (PK) dalam rangka mendukung tercapainya

kinerja kementerian, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri juga

menyelenggarakan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait

dengan prioritas kementerian dibidang perniagaan dan industri, yang

dijabarkan dalam rencana kegiatan yang terinci serta target, sehingga dapat

menjelaskan peran dan kontribusinya masing-masing unit kerja dalam

pencapaian Output dan outcome sebagaimana tabel dibawah ini:

Page 18: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

11

Rincian Kegiatan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Tahun 2017

No Rencana Kinerja Deputi Rincian Kegiatan Asisten Deputi Target Output

1 Menetapkan usulan rekomendasi dan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait pengembangan investasi

Merumuskan rekomendasi Kebijakan Penyederhanaan Proses Perijinan Investasi yang berorientasi ekspor

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Penyederhanaan Perijinan dan Prosedur Perijinan

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Timnas PEPI dalam rangka Percepatan Fasilitasi Penyelesian Kemudahan Ekspor dan Investasi

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Investasi untuk Meningkatkan Peringkat Ease of Doing Business 40

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Perningkatan Daya Saing Investasi di Kawasan Industri

1 (satu) Rekomendasi

Layanan Dukungan Program dan Tata Kelola pada Kedeputian Perniagaan dan Industri

1 (satu) Laporan

2 Menetapkan usulan rekomendasi dan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait peningkatan ekspor dan fasilitasi perdagangan internasional

Merumuskan Rekomendasi kebijakan Optimalisasi Penerapan Sistem national Single Window (NSW)

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Penguatan Kelembagaan PP-INSW

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Keanekaragaman Produk Ekspor Baru serta Perluasan Pasar Ekspor

1 (satu) Rekomendasi

Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produk manufaktur

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan rekomendasi kebijakan tata niaga ekspor/impor

1 (satu) Rekomendasi

3 Menetapkan usulan rekomendasi dan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait pengembangan logistik nasional

Merumuskan Rekomendasi kebijakan konektifitas Ekonomi Desa-Kota dan Pasar Global

2 (dua) Rekomendasi

Merumuskan Rekomendasi Kebijakan Kopetensi SDM Logistik Bersertifikat Standar Internasional

1 (satu) Rekomendasi

4 Menetapkan usulan rekomendasi dan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha

Merumuskan rekomendasi kebijakan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan rekomendasi kebijakan pengembangan pasar dalam negeri

1 (satu) Rekomendasi

5 Menetapkan usulan rekomendasi dan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait pengembangan industri

Merumuskan rekomendasi kebijakan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan industri

1 (satu) Rekomendasi

Merumuskan rekomendasi kebijakan keterpaduan sector industri

1 (satu) Rekomendasi

JUMLAH

17 Rekomendasi

Page 19: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

12

D. PENGUKURAN KINERJA

1. Manual Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka evaluasi Kinerja Internal dan untuk menghitung

rancangan/rumusan kebijakan yang ditindaklanjuti dalam bentuk

prosentase dilakukan dengan menyusun Manual Indikator Kinerja Utama.

Definisi dari Evaluasi Internal adalah Implementasi fungsi koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang menghasilkan

Rancangan Peraturan Perundangan Baru bidang perniagaan dan industri

yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri

Untuk menghitung besarnya Presentase (%) Rancangan/rumusan

peraturan Bidang Perniagaan dan Industri yang diselesaikan dilakukan

dengan tehnik menghitung dimana realisasi hasil koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan perniagaan dan industri dibandingkan dengan

target yang merupakan rancangan peraturan perundang-undangan baru

dibidang perniagaan dan industri, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi dinilai capaian outputnya sebesar 25% dari setiap

rekomendasi yang disusun.

Dengan demikian apabila target 1 rekomendasi, dan realisasi 1

rekomendasi, namun pada tahap ini nilainya capaian kinerjanya

sebesar 25%.

b. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi dan ditindaklanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan

rapat koordinasi dengan kementerian/lembaga dinilai sebesar 50%;

untuk setiap rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh Menteri

Koordinator.

Dengan demikian apabila target 1 rekomendasi, dan realisasi 1

rekomendasi, namun pada tahap ini nilainya capaian kinerjanya

sebesar 50%.

c. Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan

ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek dinilai sebesar

75%; untuk setiap rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh Menteri

Koordinator dengan mengadakan Rakor/rakortek.

Dengan demikian apabila target 1 rekomendasi, dan realisasi 1

rekomendasi, namun pada tahap ini nilainya capaian kinerjanya

sebesar 75%.

Page 20: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

13

d. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan

penyusunan Rancangan Peraturan/perundangan bernilai 100%, untuk

setiap rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh kementerian/lembaga

dengan menyusun rancangan kebijakan baru atau usulan revisi.

Dengan demikian apabila target 1 rekomendasi, dan realisasi 1

rekomendasi, namun pada tahap ini nilainya capaian kinerjanya

sebesar 100%.

Sifat capaian adalah Maximize, dimana makin besar prosentasenya, berarti

makin baik tingkat capaiannya.

Periode laporan adalah setiap 6 bulan atau semesteran, sedangkan untuk

menghitung dampak dari kebijakan yang dihasilkan dilakukan melalui Analisis

dampak outcome yang diharapkan, meliputi Kondisi sebelum adanya

peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit.

2. Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja

Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja sebagaimana tercantum dalam

Surat Keputusan Menteri koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5.

Tahun 2005 dapat disimpulan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data kinerja yang mendukung peraturan perundang-

undangan/putusan strategis presiden. penyusunan dilakukan

melalui mekanisme, sebagai berikut:

Arahan presiden dalam suatu acara atau dalam sidang cabinet

dijabarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian untuk tindak lanjutnya.

Untuk menindaklajuti arahan presiden dilaksanakan Rapat

Koordinasi tingkat Menteri untuk menyimpulkan kebijakan apa

yang akan dibuat, apakah merevisi kebijakan yang ada atau

membuat kebijakan baru berupa Perpres atau Inpres.

Apabila telah disepakati kebijakan apa yang akan disusun, maka

dilalaksanakan FGD/workshop untuk menjaring masukan dari

masyarakat. Serta dilaksanakan suatu kajian atau telaahan

dampak yang akan ditimbulkan apabila kebijakan itu

diterbitkan, baik dampak positif maupun dampak negatifnya.

Rekomendasi disampaikan kepada Menko Perekonomian, baik

usulan dari kementerian/lembaga maupun dari intern kemenko.

Apabila rekomendasi tersebut disetujui maka dilaksanakan

rapat tingkat eselon I.

Apabila dalam rapat koordinasi tingkat eselon I tidak terdapat

titik temu atau kesepakatan,

Page 21: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

14

maka rancangan/rumusan kebijakan itu dibawa ketingkat

menteri. (kinerja tercapai 100%, karena rekomendasi yang

diusulkan di tindaklanjuti oleh Menteri)

Apabila dalam rapat koordinasi terbatas tingkat menteri,

apabila belum mendapatkan titik temu. maka

rancangan/rumusan kebijakan itu dibawa presiden dalam

sidang Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui dalam sidang

Kabinet.

b. Pengumpulan data kinerja hasil koordinasi dan sinkronisasi penyusunan

rancangan/rumusan kebijakan dilakukan melalui mekanisme, sebagai

berikut:

Usulan untuk menyusun suatu kebijakan baru diajukan oleh

kementerian/lembaga kepada Menko Perekonomian, usulan

dimaksud bisa berbentuk rancangan keputusan presiden,

menteri atau rancangan undang-undang.

Usulan tersebut di teruskan kepada Deputi yang menangani

bidang bersangkutan, kemudian di evaluasi dan di telaah oleh

asisten deputi dengan mengumpulkan data dan kebijakan-

kebijakan yang terkait.

Asisten Deputi mengundang rapat koordinasi tingkat eselon II

dengan kementerian/lembaga dan instansi terkait lainnya untuk

membahas dan meminta masukan dari para peserta rapat

terhadap rancangan/rumusan kebijakan dimaksud.

Rekomendasi hasil rapat disampaikan kepada Eselon I dan

dirumuskan kembali kebijakan yang lebih tepat dengan

mengundang unit eselon I Kementerian/lembaga terkait untuk

mendapatkan putusan atau rekomendasi terhadap kebijakan

dimaksud.

Apabila dalam rapat koordinasi tingkat eselon I tidak terdapat

titik temu atau kesepakatan, maka rancangan/rumusan

kebijakan itu dibawa ketingkat menteri. (kinerja tercapai 100%,

karena rekomendasi yang diusulkan di tindaklanjuti oleh

Menteri)

Apabila dalam rapat koordinasi terbatas tingkat menteri, belum

mendapatkan titik temu. maka rancangan/rumusan kebijakan itu

dibawa presiden dalam sidang Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui dalam sidang

cabinet.

Page 22: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

15

c. Pengumpulan data kinerja hasil pengendalian pelaksanaan kebijakan

penyusunan dilakukan melalui mekanisme, sebagai berikut:

Usulan revisi suatu peraturan di peroleh dari usulan

kementerian/lembaga, atau usulan dari asosiasi usaha, kadin

atau instansi terkait lainnya. Melalui pelaksanaan

seminar/workshop ataupun FGD ataupun laporan dari

masyarakat.

Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti oleh unit eselon I, dan

dilakukan pengumpulan data dan kebijakan-kebijakann yang

terkait, dengan melakukan monitoring dan evaluasi untuk

mendukung rekomendasi tersebut.

Kemudian rekomendasi tersebut disampaikan kepada menteri

Koordinator bidang perekonomian, dan apabila mendapat

persetujuan dari Menko Perekonomian, selanjutnya di bahas

dengan kementerian/lembaga terkait.

Apabila dalam rapat koordinasi tingkat eselon I tidak terdapat

titik temu atau kesepakatan, maka rancangan/rumusan

kebijakan itu dibawa ketingkat menteri. (kinerja tercapai 100%,

karena rekomendasi yang diusulkan di tindaklanjuti oleh

Menteri)

Apabila dalam rapat koordinasi terbatas tingkat menteri, belum

mendapatkan titik temu. maka rancangan/rumusan kebijakan

itu dibawa presiden dalam sidang Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui dalam sidang

Kabinet,

3. Pengukuran Kinerja

Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran keberhasilan atau kegagalan

dari Kinerja Utama organisasi dalam periode jangka waktu tertentu,

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri sebagai berikut:

1. Indikator Kinerja Outcome 1:

Persentase (%) rancangan/rumusan peraturan perundang-undangan/

keputusan strategis baru hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

bidang perniagaan dan industri yang ditindaklanjuti.

Target Kinerja Outcome :

100% atau 1 (satu) paket rekoemndasi yang terdiri dari 2 (dua)

rancangan/rumusan peraturan perundang-undangan/keputusan

strategis baru yang mendukung Peraturan /Keputusan Strategis

Presidensil

Page 23: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

16

Indikator Kinerja Output :

Jumlah rancangan/rumusan peraturan perundang-undangan/

keputusan strategis baru hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

bidang perniagaan dan industri yang ditindaklanjuti.

Target Kinerja Output :

Target 5 (lima) rekomendasi rancangan /rumusan kebijakan yang

dihasilkan oleh masing–masing asisten deputi hasil koordinasi,

sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan kebijakan yang efektif,,

dirumuskan menjadi 2 (dua) rumusan rancangan kebijakan baru yang

mendukung Peraturan /Keputusan Strategis Presidensil. Sehingga

capaian kinerjanya sebesar 100%.

2. Indikator Kinerja Outcome-2

Persentase (%) rancangan/rumusan revisi peraturan perundang-

undangan/keputusan strategis hasil koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan bidang perniagaan dan industri yang

ditidaklanjuti.

Target Kinerja Outcome :

100% atau 1 (satu) paket rekomendasi yang terdiri dari 2 (dua)

rancangan/rumusan revisi peraturan perundang-

undangan/keputusan strategis yang mendukung Peraturan

/Keputusan Strategis Presidensil

Indikator Kinerja Output :

Jumlah rancangan/rumusan revisi peraturan perundang-

undangan/keputusan strategis hasil koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan bidang perniagaan dan industri yang

ditidaklanjuti.

Target Kinerja Outcome :

Target 5 (lima) rekomendasi rancangan/rumusan revisi peraturan

perundang-undangan/keputusan strategis hasil koordinasi,

sinkronisasi dan pengendalian kebijakan yang efektif, dihasilkan oleh

masing–masing asisten deputi, akan dirumuskan menjadi 2 (dua)

rumusan/rancangan kebijakan yang mendukung Peraturan/

Keputusan Strategis Presidensil. Sehingga capaian kinerjanya sebesar

100%.

Page 24: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

17

d. Indikator Kinerja Utama (IKU-3)

Persentase (%) rancangan/rumusan peraturan/Keputusan bidang perniagaan

dan industri yang ditindaklanjuti oleh kementerian/lembaga.

Target 100% atau 5 (lima) rekomendasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang ditindaklanjuti oleh kementerian/lembaga. Dari 5 (lima) rekomendasi kebijakan bidang perniagaan dan industri

yang ditindaklanjuti oleh kementerian/lembaga yang dihasilkan oleh

masing–masing asisten deputi hasil koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang efektif, akan dirumuskan

menjadi 5 (lima) rumusan rancangan kebijakan baru atau merevisi

kebijakan yang telah ada. Sehingga capaian kinerjanya sebesar 100%.

Adapun Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Tahun 2017 adalah sebagaimana tabel terlampir:

4. Mekamisme Penyusunan Laporan Kinerja Intansi Pemerintah

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dilakukan oleh Asisten Deputi Pengembangan Investasi yang membawahi Kepala Bidang Program dan Tata Kelola selaku unit yang berfungsi dalam pengumpulan data kinerja. Masing-masing unit di menyampaikan data kinerja beserta lampirannya kepada Unit Program dan Tata Kelola melalu mekanisme penmgumbulan laporan capaian kinerja bulanan, untuk didokumentasikan yang selanjutnya disusun draft Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Draft LAKIP), selanjutnya draft dimaksud dibahas dengan para perwakilan dari unit yang

Page 25: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

18

bersangkutan untuk memastikan dan keadalam dokumen laporan kinerja dari masing-masing unit dan disampaikan kepada masing-masing penanggung Jawab kegiatan. Setelah mendapatkan masukan para penangung jawab kegiatan dan arahan dari Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, maka disusunlah Final Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), untuk selanjutnya ditetapkan olehn Deputi.

Page 26: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

19

BAB III

Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dalam rangka memenuhi Misi Peningkatan Daya Saing dan mencapai tujuan

Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian, melalui sasaran

Strategis Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim usaha dan efektifitas kerjasama

ekonomi dan kesepakatan internasional Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, maka Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri,

memfokuskan penanganan isu-isu strategis dan menyampaikan rumusan

kebijakan kepada Menteri Koordinator Perekonomian, yang terkait dengan isu

dibidang perniagaan dan industri, Dengan Indikator Kinerja Utama target

sebanyak 16 Rekomendasi dan 1 (satu) Laporan telah tercapai sebanyak 16

Rekomendasi dan 1 (satu) Laporan, sehingga capaian kinerja organisasi mencapai

100%. Sebagaimana terlampir dalam tabel :

Target dan Realisasi Kinerja Output Tahun 2017.

No Kode Kegiatan Nama Kegiatan Target

(volume) Realisasi (volume)

Capaian Output

1

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan dan Penerapan Sistem Nasional Single Windows dan Integrasi ke dalam Sistem ASW

2495

2495.001 Rekomendasi Kebijakan Optimalisasi Penerapan Sistem National Single Window (NSW) (Rekomendasi)

1 1 100%

2495.002 Rekomendasi Kebijakan Penguatan Kelembagaan PP-INSW (Rekomendasi)

1 1 100%

Total 2 2 100%

2

Kegiatan Koordinasi Bidang Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha

2499

2499.001 Rekomendasi kebijakan Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha (Rekomendasi)

1 1 100%

2499.002 Rekomendasi Perluasan Pasar Produk Dalam Negeri Melalui e-Commerce (Rekomendasi)

1 1 100%

Total 2 2 100%

3

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Logistik Nasional

2500 2500.001 Rekomendasi kebijakan Penguatan Konektifitas Ekonomi Desa-Kota-Pasar Global (Rekomendasi)

2 2 100%

Page 27: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

20

2500.002 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Kompetensi SDM Logistik Bersertifikat Standar Internasional (Rekomendasi)

1 1 100%

Total 3 3 100%

4

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Industri

2519

2519.001 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri di Kawasan Industri/KEK (Rekomendasi)

1 1 100%

2519.002 Rekomendasi Kebijakan Penguatan Peran Industri Pengolahan Non Migas yang Bernilai Tambah (Rekomendasi)

1 1 100%

Total 2 2 100%

4

Kegiatan Koordinasi Bidang Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional

2521

2521.001 Rekomendasi kebijakan Peningkatan Keanekaragaman Produk Ekspor Baru Serta Perluasan Pasar Ekspor (Rekomendasi)

1 1 100%

2521.002 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Produk Manufaktur (Rekomendasi)

1 1 100%

Total 2 2 100%

5

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Investasi

2522

2522.001 Rekomendasi kebijakan Penyederhanaan Proses Perijinan Investasi yang Berorientasi Ekspor (Rekomendasi)

1 1 100%

2522.002 Rekomendasi Kebijakan Penyederhanaan Perijinan dan Prosedur Perijinan (Rekomendasi)

1 1 100%

2522.003 Rekomendasi Kebijakan Timnas PEPI dalam Rangka Percepatan Fasilitasi Penyelesaian Masalah Ekspor dan Investasi (Rekomendasi)

1 1 100%

2522.004 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Investasi untuk Meningkatkan Peringkat Indeks Ease of Doing Business <40 (Rekomendasi)

1 1 100%

2522.005 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Investasi di Kawasan Industri (Rekomendasi)

1 1 100%

2522.006 Layanan Dukungan Program dan Tata Kelola pada Kedeputian Perniagaan dan Industri (Laporan)

1 1 100%

Total 6 6 100%

Total Deputi V 17 17 100%

Page 28: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

21

1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI TAHUN 2017

Melalui penajaman sasaran strategis dari Perjanjian Kinerja Tahun 2017

analis capaian kinerja organisasi tahun 2017 dapat diuraiak sebagai berikut:

a. Capaian kinerja berupa rumusan kebijakan/peraturan baru yang

mendukung putusan strategis presiden terkait Perbaikan Iklim Usaha,

Penguatan Konektifitas nasional dan Peningkatan Eklspor dan

Fasilitasi Pedagangan Internasional penyusunan dilakukan melalui

mekanisme, sebagai berikut:

Arahan presiden dalam suatu acara atau dalam sidang kabinet

dijabarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

untuk tindak lanjutnya.

Untuk menindaklajuti arahan presiden dilaksanakan Rapat

Koordinasi tingkat Menteri untuk menentukan bentuk kebijakan itu.

Selanjutnya dilaksanakan rapat tingkat eselon I kementerian/

Lembaga.

Rekomendasi rapat tingkat eselon I dibahas dalam rapat koordinasi

terbatas tingkat menteri.

dilaksanakan FGD/workshop untuk menjaring masukan dari

masyarakat. Serta dilaksanakan suatu kajian atau telaahan dampak

yang akan ditimbulkan apabila kebijakan itu diterbitkan, baik dampak

positif maupun dampak negatifnya.

Rekomendasi disampaikan kepada Menko Perekonomian, baik usulan

dari kementerian/lembaga dalam Rapat Terbatas Tingkat Menteri.

rancangan/rumusan kebijakan itu dibawa presiden dalam sidang

Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui, tinggal menunggu

penetapannya dari Presiden.

b. Capaian kinerja berupa revisi kebijakan/peraturan yang mendukung

putusan strategis presiden terkait Perbaikan Iklim Usaha, Penguatan

Konektifitas nasional dan Peningkatan Eklspor dan Fasilitasi

Pedagangan Internasional penyusunan dilakukan melalui mekanisme,

sebagai berikut:

Arahan presiden dalam suatu acara atau dalam sidang kabinet

dijabarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

untuk tindak lanjutnya.

Untuk menindaklajuti arahan presiden dilaksanakan Rapat

Koordinasi tingkat Menteri untuk menentukan kebijakan yang akan

direvisi.

Page 29: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

22

Selanjutnya dilaksanakan rapat tingkat eselon I kementerian/

Lembaga.

Rekomendasi rapat tingkat eselon I dibahas dalam rapat koordinasi

terbatas tingkat menteri.

dilaksanakan FGD/workshop untuk menjaring masukan dari

masyarakat. Serta dilaksanakan suatu kajian atau telaahan dampak

yang akan ditimbulkan apabila revisi kebijakan itu diterbitkan, baik

dampak positif maupun dampak negatifnya.

Rekomendasi disampaikan kepada Menko Perekonomian, baik usulan

dari kementerian/lembaga dalam Rapat Terbatas Tingkat Menteri.

rancangan/rumusan kebijakan itu dibawa presiden dalam sidang

Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui, tinggal menunggu

penetapannya dari Presiden.

c. Capaian kinerja berupa rumusan/rancangan kebijakan maupun revisi

peraturan oleh Kementerian/Lembaga terkait Perbaikan Iklim Usaha,

Penguatan Konektifitas nasional dan Peningkatan Eklspor dan

Fasilitasi Pedagangan Internasional penyusunan dilakukan melalui

mekanisme, sebagai berikut:

Draft usulan kebijakan diajukan oleh kementerian/lembaga kepada

Menko Perekonomian, usulan dimaksud bisa berbentuk rancangan

keputusan menteri atau revisi keputusan menteri yang berupa usulan

kementerian/lembaga, atau usulan dari asosiasi usaha, kadin atau

instansi terkait lainnya. Melalui pelaksanaan seminar/workshop

ataupun FGD ataupun laporan dari masyarakat.

Usulan tersebut di teruskan kepada Deputi yang menangani bidang

bersangkutan, kemudian di evaluasi dan di telaah oleh asisten deputi

dengan mengumpulkan data dan kebijakan-kebijakan yang terkait.

Asisten Deputi mengundang rapat koordinasi tingkat eselon II dengan

kementerian/lembaga dan instansi terkait lainnya untuk membahas

dan meminta masukan dari para peserta rapat terhadap

rancangan/rumusan kebijakan dimaksud.

Rekomendasi hasil rapat disampaikan kepada Eselon I dan

dirumuskan kembali kebijakan yang lebih tepat dengan mengundang

unit eselon I Kementerian/lembaga terkait untuk mendapatkan

putusan atau rekomendasi terhadap kebijakan dimaksud.

Apabila dalam rapat koordinasi tingkat eselon I tidak terdapat titik

temu atau kesepakatan, maka rancangan/rumusan kebijakan itu

dibawa ketingkat menteri.

Page 30: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

23

Apabila dalam rapat koordinasi terbatas tingkat menteri, belum

mendapatkan titik temu. maka rancangan/rumusan kebijakan itu

dibawa presiden dalam sidang Kabinet.

Apabila rumusan/rancangan tersebut disetujui dalam sidang cabinet,

selanjutnya ditetapkan oleh Menteri yang bersangkutan untuk

diundangkan.

Tabel Penajaman Perjanjian Kinerja dalam Renstra 2018

SS Penajaman Renstra

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 SS-1

Perbaikan Iklim Berusaha

SS-2 Penguatan

Konektifitas Nasional

SS-3 Peningkatan Ekspor

dan Fasilitasi Perdagangan Internasional

Peraturan terkait Perbaikan Iklim Usaha (Keputusan Strategi Baru)

Peraturan terkait Penguatan konektifitas Nasional (Keputusan Strategi Baru)

Peraturan terkait Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional (Keputusan Strategi Baru)

SS-1 Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perniagaan dan Industri

Peraturan terkait Perbaikan Iklim Usaha (Keputusan Strategi Revisi)

Peraturan terkait Penguatan konektifitas Nasional (Keputusan Strategi Revisi)

Peraturan terkait Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional (Keputusan Strategi Revisi)

Terwujudnya Pengendalian pelaksanaan Kebijakan Perniagaan dan Industri

Peraturan K/L terkait Perbaikan Iklim Usaha

Peraturan K/L terkait penguatan konektifitas Nasional

Peraturan K/L terkait Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing

Page 31: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

24

2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA OUTPUT TAHUN 2017

a. Dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan, meningkatkan daya saing

industri dan investasi di daerah, yang perlu dilakukan adalah dengan

menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memudahkan para

pelaku industri untuk berusaha di Indonesia. Sehingga perlu ditata

kembali perizinan berusaha oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

Daerah baik untuk memulai, melaksanakan maupun mengembangkan

kegiatan usaha.

peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi

bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan

koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi,

tujuan dan arah kebijakan, serta mensikronkan kebijakan yang ada di

kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah agar tidak saling tumpang

tindih. Hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan

investasi diterbitkannya :

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan

Pelaksanaan Berusaha.

Dampak yang diharapkan:

Kebijakan penyederhaan perizinan diharapkan dapat memberikan

kepastian hukum bagi investor dan peningkatan pelayanan investasi baik

perizinan dan non perizinan. Selain itu kebijakan ini diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan industri yang akan menimbulkan dampak

positif bagi masyarakat

Dengan adanya penyederhanaan standar pelayanan perijinan untuk

memulai berusaha pada Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah

Daerah, diharapkan kegiatan berusaha dalam rangka mendorong

peningkatan investasi yang dapat meningkatkan kinerja ekspor,

pertumbuhan industri baik di Kawasan Industri maupun di Kawasan

Ekonomi Khusus guna penciptaan lapangan pekerjaan sehingga target

pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

b. Untuk mewujudkan peningkatan investasi, tumbuhnya industri dan peningkatan ekspor perlu adanya upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi dan memberikan kemudahan ekspor bagi produk-produk unggulan daerah (PUD) dan meningkatkan daya saing guna mendorong peningkatan ekspor dan peningkatan investasi daerah (PEPIDA). Peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri adalah menjembatani kepentingan-kepentingan sektoral demi kepentingan nasional yang lebih tinggi, untuk itu diperlukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan,

Page 32: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

25

sehingga dihasilkan rumusan kebijakan pengembangan investasi dengan disusunnya: Draft Rancangan Peraturan Presiden (RPP) tentang Pengalihan

Saham dan Batasan Luasan Dalam Pemanfaatan Pulau-Pulau

Terpencil dan pemanfaatan Perairan di Sekitarnya Dalam Rangka

Penananaman Modal.

Dampak yang diharapkan:

Dengan memberikan saran dan paraf pada Draft Rancangan Peraturan

Presiden tersebut, diharapkan tahun 2018 Peraturan Presiden tersebut

dapat diterbitkan sehingga dampaknya dapat segera dinikmati oleh

masyarakat.

Penerapan kebijakan Timnas PEPI dan PEPIDA dalam rangka

percepatan fasilitas penyelesaian masalah Ekspor dan Investasi melalui

Pengalihan Saham dan Batasan Luasan Dalam Pemanfaatan Pulau-

Pulau Terpencil dan pemanfaatan Perairan di Sekitarnya Dalam

Rangka Penananaman Modal. diharapkan dapat mendukung

keberhasilan program Pemerintah guna : (i) peningkatan pertumbuhan

ekonomi nasional sesuai target yang telah ditentukan pada tahun 2017;

(ii) peningkatan ekspor dan peningkatan investasi untuk produk-

produk unggulan dapat terealisasikan; (iii) permasalahan investasi dan

ekspor dapat diselesaikan melalui terobosan kebijakan agar kepastian

hukum; dan (iv) peringkat EoDB Indonesia pada tahun 2018/2019

dapat meningkat menjadi peringkat 40 dari semula peringkat 72 pada

periode tahun 2017.

c. Arahan Presiden yang menginginkan adanya revitalisasi pasar rakyat

seperti tertuang dalam RPJMN tahun 2015-2019, yaitu sebanyak 5000

pasar rakyat yang didukung oleh pemberdayaan secara terpadu.

Penyaluran dana revitalisasi pasar rakyat melalui Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan Tugas Pembantuan (TP). Prioritas pasar rakyat yang

direvitalisasi adalah pasar-pasar yang berada di Daerah Tertinggal,

Terluar, dan Perbatasan.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan derah maka diperlukan peran

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi

bidang Kaoordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan

koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi,

tujuan dan arah kebijakan revitalisasi pasar rakyat, serta mensikronisasi

kebijakan-kebijakan yang telah ada di masing-masing

kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah agar tidak saling

Page 33: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

26

tumpang tindih. sehingga dihasilkan rumusan kebijakan penguatan

pasar dalam negeri dengan disusunnya:

Draft Revisi Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang

Penataan dan pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

dan Toko Modern.

Dampak yang diharapkan:

Dengan diterbitkannya kebijakan Penataan dan pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, diharapkan :

Perbaikan dan peningkatan kualitas pasar rakyat meliputi kondisi

fisik bangunan yang mengacu pada SNI Pasar Rakyat 8152:2015 dan

manajemen pengelolaan pasar.

Adanya kemitraan toko swalayan dengan toko eceran tradisional

dalam hal pasokan barang sehingga terjadi pemerataan ekonomi

d. Teknis operasional pengelolaan portal INSW dilakukan oleh satuan kerja

Pengelola Portal Indonesia National Single Windows (PP INSW),

Kementerian Keuangan khususnya dalam mengawal penanganan

dokumen kepabeanan, perizinan, dan dokumen lainnya yang berkaitan

dengan kegiatan ekspor, impor dan logistik secara elektronik. Namun

dengan kewenangan PP INSW yang dimiliki, PP INSW tidak memiliki

otoritas cukup untuk melaksanakan fungsi koordinasi, simplifikasi,

standarirasi dan harmonisasi regulasi antar K/L terkait ekspor-impor.

Oleh karena itu, penguatan kelembagaan PP INSW perlu dilakukan.

Salah satu upaya kebijakan penguatan kelembagaan PP INSW yaitu

melalui usulan revisi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014 tentang

Pengelola Portal Indonesia National Single Windows (PP INSW).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Pengarah Badan

Pengelola Portal Indonesia National Single Windows (PP INSW).

Sehingga semua kebijakan yang akan diambil perlu di koordinasikan

dengan Kemenko Perekonomian khususnya Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri karena Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun

2014 tentang Pengelola Portal Indonesia National Single Windows (PP

INSW) merupakan rekomendasi dari Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri, sehinga dalam pengajuan revisi perlu

berkoordinasi dengan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri. sehingga dihasilkan rumusan Rekomendasi kebijakan

pengembangan NSW dengan disusunnya:

Page 34: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

27

Draft Revisi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014 tentang

Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP-INSW).

Dampak yang diharapkan:

Melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014 diharapkan

dapat memperkuat kewenangan Pengelola Portal INSW selaku otoritas

tunggal pelayanan dan pengawasan perizinan/nonperizinan yang

berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor, kepabeanan, maupun

pelabuhan. Diharapkan melalui penguatan kewenangan PP INSW

tersebut, Pengelolaan portal INSW akan lebih optimal, baik dari sisi

sistem maupun organisasi secara fisik.

e. Mengingat masih rendahnya daya tarik Kawasan Industri bagi para

investor untuk berinvestasi di Kawasan Industri, disebabkan

diantaranya : (i) sebagian besar Kawasan Industri masih belum

memenuhi syarat sebagai Kawasan Industri, misal belum dilengkapi

dengan pengolahan limbah, kualitas ketersediaan listrik yang belum

baik bagi mendukung kelangsung proses produksi, dsb; (ii) harga lahan

yang mahal apabila dibandingkan dengan negara tetangga; (iii) belum

didukung oleh akses jalan ke pelabuhan dan bandara guna mendukung

kelancaran transportasi, transportasi masih belum lancar,

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi bidang Kaoordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah kebijakan peningkatan daya saing investasi di kawasan industri, serta mensikronisasi kebijakan-kebijakan yang telah ada di masing-masing kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah agar tidak saling tumpang tindih. sehingga dihasilkan rumusan Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing investasi dengan disusunnya: Rekomendasi kebijakan dan Laporan hasil kajian peningkatan daya saing investasi di kawasan industri.

Dampak yang diharapkan: Rekomendasi disampaikan kepada Pimpinan untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam menyiapkan kebijakan bagi peningkatan daya tarik

investasi, khususnya dalam penyediaan fasilitas infrastruktur

dasar/utama, diantaranya : listrik, gas, air baku, pengolahan limbah,

akses jalan, keamanan, tenaga kerja, yang diperlukan bagi pemenuhan

kebutuhan beroperasinya industri.

Page 35: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

28

f. Telah ditingkatkannya kompetensi sebanyak ± 350 orang pejabat

Pemerintah, BUMN dan BUMD, serta Peneliti Senior melalui

penyelenggaraan serangkaian workshop sebanyak 4 (empat) kali

kegiatan di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar.

Peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri adalah menjembatani

kepentingan pihak donor dengan kepentingan Pemerintah demi

kepentingan nasional yang lebih tinggi, untuk itu diperlukan koordinasi

dengan Temasek Foundation International –National University of

Singapore (NUS) dalam rangka kerjasama dan implementasi Program

Pengembangan "Urban Logistics and Land Transportastion

Management" Dengan memberikan saran dan arahan sehingga

dampaknya dapat segera dinikmati oleh masyarakat, sehingga

dirumuskan menyusun rekomendasi kebijakan peningkatan kopetensi

Sumber Daya Manusia Logistik yang ditindaklanjuti dengan :

Rekomendasi kebijakan melalui Iimplementasikannya Program Pengembangan "Urban Logistics and Land Transportastion Management"

Dampak yang diharapkan:

Meningkatnya pemahaman dan kompetensi para pejabat tingkat

menengah/senior di kalangan Pemerintah Pusat dan Daerah, BUMN dan

BUMD, serta Peneliti Senior dari Lembaga Perguruan Tinggi mengenai

manajemen rantai pasok, logistik perkotaan, dan manajemen

transportasi perkotaan yang efektif dan efisien.

g. Industri non migas berperan penting dalam mendorong pembangunan

ekonomi di Indonesia karena menjadi kontributor terbesar bagi

pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan dengan sektor lainnya.

Kontribusi industri non migas mampu membuat multiplier effect

terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah dan

penerimaan devisa.

Untuk terus memacu pertumbuhan industri pengolahan non migas terutama dalam sektor kimia, farmasi dan obat tradisional, diperlukan suatu kebijakan sebagai pendukung dari amanat Inpres No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

Page 36: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

29

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi bidang Kaoordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah kebijakan dalam Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Dengan disusunnya rekomendasi Kebijakan penguatan peran industri pengolahan non migas yang berniali tambah, ditindaklanjuti :

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Dampak yang diharapkan:

Dengan adanya kebijakan Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi

dan Alat Kesehatan, diharapkan dapat meningkatkan kemandirian

industri farmasi dan alat kesehatan untuk menghasilkan obat, bahan

baku obat dan alat kesehatan baik

untuk kebutuhan nasional maupun ekspor, sehingga pada akhirnya

dapat menguatkan peran industri non migas yang bernilai tambah

khususnya dalam sektor kimia, farmasi dan obat tradisional terhadap

perekonomian nasional.

h. Belum tersedianya informasi pergerakan arus barang domestik (melalui

darat, laut, dan udara) secara elektronik dan terpadu menyulitkan

koordinasi dan pengawasan pelaksanaan kebijakan terkait pergerakan

barang antar pulau, antara lain untuk komoditi pokok dan komoditi

penting.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah kebijakan Perdagangan Antar Pulau, Standardisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang dalam Negeri Berbasis Elektronik, maka disusunlah rekomendasi kebijakan standardisasi Pergerakan Arus Barang Dalam negeri (manifes domestik) berbasis eklektronik melalui integrasi dengan sistem INSW yang dtindaklanjuti dengan

diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 29/M-

DAG/PER/5/2017 tentang Perdagangan Antar Pulau, Standardisasi

Dokumen Pergerakan Arus Barang dalam Negeri Berbasis

Elektronik

Page 37: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

30

Dampak yang diharapkan:

Tersedia informasi pergerakan arus barang domestik (melalui darat,

laut, dan udara) secara elektronik untuk pengawasan pergerakan barang

antar pulau baik sebagai basis stock controler maupun pencegahan

penyelundupan

i. Paket Kebijakan Ekonomi XV tentang Pengembangan Usaha dan Daya

Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional meminta kepada Kepala Daerah di

setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengembangkan Sistem

Logistik Daerah (SISLOGDA) dalam rangka efisiensi rantai pasok

komoditi pokok/penting/unggulan ekspor untuk mendorong

pengendalian inflasi daerah dan pengembangan ekonomi lokal.

Mengingat kebijakan ini dianggap sangat penting dalam rangka efisiensi

rantai pasok komoditi pokok/penting/unggulan ekspor untuk

mendorong pengendalian inflasi daerah dan pengembangan ekonomi

lokal maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri menyusun draft

kebijakan melalui rekomendasi kebijakan konektifitas ekonomi desa-

kota dan pasar global yang ditindaklanjuti dengan

Surat Menko Perekonomian kepada Menteri Dalam Negeri Nomor

S-87/M.EKON/04/2017 tentang Pembentukan Tim Sistem Logistik

Daerah (SISLOGDA).

Dampak yang diharapkan: Dengan keluarnya surat Menko Perekonomian kepada Menteri Dalam Negeri diharapkan dapat: Meningkatkan kelancaran, ketersedian, kemudahan, keterjangkauan

harga untuk mendapatkan komoditi pokok/penting/unggulan, serta menjaga ketahan dan stabilitas pangan.

Kelancaran Distribusi komoditi pokok/penting/unggulan. Pengendalian inflasi & memperkuat SISLOGNAS.

j. Sebagai tindaklanjut dari penandatanganan MPAC 2025 oleh para

Kepala Negara/Kepala Pemerintahan Negara Anggota ASEAN pada

Konverensi Tingkat Tinggi ke-28 ASEAN di Laos bulan September 2016,

perlu disusun surat keputusan Menko Perekonomian yang menugaskan

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri sebagai Ketua Tim

Koordinasi Nasional Implementasi Master Plan on ASEAN Connectivity

2025 untuk mengoordinasikan implementasi MPAC dimaksud. Maka

disusunlah rekomendasi kebijakan pengembangan logistik nasional

dengan diterbitkannya:

Page 38: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

31

Surat Keputusan Menko Perekonomian Nomor 92 Tahun 2017

Tentang Implementasi Master Plan on ASEAN Connectivity 2015

Dampak yang diharapkan:

Terciptanya konektivitas physical, institutional dan people to people di

kawasan ASEAN

k. Permasalahan ekspor Indonesia antara lain disebabkan: (1) belum

berkembangnya jenis produk ekspor Indonesia; (2) banyak produk

eskpor Indonesia berdaya saing lemah disebabkan tingginya biaya

produksi dan biaya pemasaran, struktur industri yang ketergantungan

input impor, rendahnya produktivitas/teknologi dan inovasi,

penyebaran industri terpusat di Jawa, dominasi perilaku prinsipal

industri/investasi dsb; (3) belum mapannya ekspor sebagian komoditi

andalan Indonesia ke beberapa negara; (4) pasar tujuan ekspor

Indonesia belum menyeluruh ke pasar utama dunia,

dimana Indonesia mengekspor ke 212 negara diantara 231 negara di

dunia; (5) kurangnya peranan daerah dalam mendorong ekspor produk

unggulan masing-masing; (6) kurangnya ketersediaan listrik dan

infrastruktur yang mendukung kegiatan produksi; (7) lemahnya

ketersediaan bahan baku dalam negeri; (8) tingginya biaya logistik dan

belum terbangunnya konektivitas antar mata rantai kegiatan ekonomi;

(9) masalah kepastian hukum/kepastian usaha; (10) ketersediaan dan

kemudahan pembiayaan ekspor; (11) cakupan dan kemudahan

pemberian insentif; (12) kurangnya promosi dan komunikasi antar

pemangku kepentingan; (13) pembinaan ekspor tidak terpadu karena

Kementerian Perdagangan hanya bertanggung jawab terhadap

pengembangan ekspor non migas dan ekspor jasa; dan (14) belum

adanya kebijakan peningkatan ekspor yang komprehensif dan holistik.

Pertumbuhan ekspor Indonesia sejak tahun 2014 s/d 2016 selalu

berada dibawah pertumbuhan ekspor dunia, Advanced Economies

maupun Emerging and Developing Economies yaitu dibawah 0,00 %,

namun sejak diluncurkannya Paket Kebijakan Ekonomi pada September

2015 (Paket I) sampai dengan Paket XVI (Agustus 2017), pertumbuhan

ekspor Indonesia mulai bergerak naik sejak 2016 hingga 2017. Adapun

Paket Kebijakan Ekonomi XVI yaitu Peraturan Presiden tentang

Percepatan Pelaksanaan Berusaha, di antaranya mengatur terkait

penyederhanaan tata niaga untuk mendukung kelancaran arus barang

ekspor impor.

Page 39: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

32

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek

maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, khususnya Deputi bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan

instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah

kebijakan penyederhanaan tata niaga ekspor impor khususnya terkait

pengurangan larangan dan pembatasan (lartas) impor

Pemerintah saat ini telah melakukan beberapa revisi sejumlah

peraturan di K/L terkait dengan penyederhanaan tata niaga ekspor

impor khususnya terkait pengurangan larangan dan pembatasan

(lartas) impor Maka disusunlah Rekomendasi kebijakan fasilitasi

ekspor produk manufaktur dengan:

Keputusan Rapat koordinasi tentang Penyederhanaan tata niaga

impor terkait pengurangan Lartas impor dari 48,3% menjadi

20,8% melalui pergeseran pengawasan border ke post border dan

simplifikasi lartas ekspor dan disusunnya buku Live Dokument "Daftar

Permasalahan dan Penyelesaian terhadap Ekspor, Investasi dan

pariwisata Indonesia"

Dampak yang diharapkan:

Melalui penyederhanaan tata niaga ekspor/impor diharapkan dapat

mengurangi waktu dan biaya ekspor/impor yang dikenakan kepada

para pelaku usaha, serta percepatan pelayanan birokrasi melalui

penyederahaan regulasi, sehingga pada tahap lanjutan pengawasan

border hanya untuk lartas K3L atau paling tidak 17% dan sisanya

dilakukan perlindungan tarif, standar, dan SPS

l. Nawa Cita mengamanatkan agar Indonesia dapat menjadi bangsa yang

mandiri secara ekonomi dan berdaya saing. Untuk mencapai amanat

Nawa Cita tersebut, Pemerintah melakukan upaya untuk mempermudah

memulai usaha bagi UMKM. Pemerintah Indonesia menargetkan untuk

meningkatkan peringkat Ease of Doing Business dari 109 menjadi 40.

Iklim usaha akan mempengaruhi secara langsung kualitas kehidupan

masyarakat. Pemerintah saat ini berusaha sungguh-sungguh untuk

mewujudkan iklim usaha yang lebih baik di Indonesia guna untuk

menyejahterakan kehidupan bangsa.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek

Page 40: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

33

maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, khususnya Deputi bidang Kaoordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam

rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah kebijakan peningkatan

daya saing investasi, serta mensikronisasi kebijakan-kebijakan yang

telah ada di masing-masing kementerian/lembaga dan Pemerintah

Daerah agar tidak saling tumpang tindih. sehingga dihasilkan rumusan

Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perbaikan

peringkat indeks Ease of Doing Business Indonesia (EODB)<40 yang

ditindaklanjuti dengan :

Terbitkannya buku Live Dokument "Daftar kebijakan Pro Kontra

Daerah terhadap Ekspor, Investasi dan pariwisata Indonesia"

Dampak yang diharapkan:

Penerapan kebijakan peningkatan indeks Ease of Doing Business

diharapkan akan mendorong peningkatan investasi yang dapat

meningkatkan kinerja ekspor, pertumbuhan industri dan penciptaan

lapangan pekerjaan serta target pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

Bagi pelaku usaha kebijakan penyederhaan perizinan diharapkan dapat

memberikan kepastian hukum bagi investor dan peningkatan pelayanan

investasi baik perizinan dan non perizinan. Selain itu kebijakan ini

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan industri yang akan

menimbulkan dampak positif bagi masyarakat

m. Salah satu permasalahan utama ekspor Indonesia adalah belum

berkembangnya jenis produk ekspor Indonesia dan pasar tujuan

Indonesia belum menyeluruh ke pasar utama dunia, di mana Indonesia

mengekspor ke 212 negara di antara 231 negara di dunia. Untuk

mengatasi permasalahan pengembangan produk ekspor Indonesia

tersebut, pemerintah saat ini melaksanakan penguatan pasar komoditi

unggulan, penetrasi pasar komoditi baru (industri dan ekonomi kreatif),

peningkatan peranan daerah dalam pengembangan komoditi ekspor,

pengembangan pusat logistik berikat untuk produk hortikultura dan

perikanan, pengembangan industri berorientasi ekspor, serta

peningkatan daya saing komoditi (branding, mutu dan packaging).

Sedangkan terkait dengan permasalahan perluasan pasar ekspor,

pemerintah saat ini melaksanakan kebijakan membuka hubungan

dagang yang lebih intensif ke negara-negara non tradisional melalui

percepatan perundingan perdagangan bilateral dalam bentuk PTA, FTA

ataupun CEPA. Terdapat 12 negara dan/atau custom union yang telah

Page 41: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

34

diidentifikasi dan ditetapkan untuk dijajaki kerja sama dalam

preferential trade agreement, yaitu:

Wilayah Afrika: Kenya/EAC, Nigeria/ECOWAS, Mozambik, Mesir dan

Southern African Customs Union (SACU), yang beranggotakan Afrika

Selatan, Botswana, Lesotho, Namibia dan Swaziland;

Wilayah Timur Tengah: Gulf Cooperation Council (GCC) yang

beranggotakan Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar dan Uni

Emirat Arab;

Wilayah Asia Selatan: Bangladesh dan Sri Lanka;

Wilayah Asia Timur: Taiwan;

Wilayah Eurasia: Turki dan Eurasian Economic Union (EAEU) yang

beranggotakan Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan

Rusia; dan

Wilayah Amerika Selatan: Peru.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek

maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, khususnya Deputi bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan

instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah

kebijakan peningkatan keanekaragaman produk ekspor baru serta

perluasan pasar ekspor yang ditindaklanjuti dengan disusunnya buku

Tersusunnya 1 (satu) buku Live Dokument "Hambatan Perdagangan

Negara Lain terhadap terhadap Ekspor, Investasi dan pariwisata

Indonesia"

Dampak Outcome yang diharapkan:

Keanekaragaman produk ekspor baru yang bernilai tambah diharapkan

dapat menjadi komoditas unggulan dan penetrasi komoditi baru

Indonesia (industri dan ekonomi kreatif) yang dapat memperluas dan

meningkatkan kerja sama perdagangan dengan mitra non-tradisional di

wilayah Afrika dan Timur Tengah, bahkan untuk saat ini sudah mulai

dilakukan perundingan ke negara-negara Uni Eropa.

n. Industri merupakan penggerak utama laju perekonomian nasional.

Guna meningkatkan laju pertumbuhan industri di Indonesia, hal yang

dilakukan adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif

serta memudahkan para pelaku industri untuk berusaha di Indonesia.

Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dibangun

diantaranya untuk meningkatkan daya saing industri dan investasi,

mempercepat pertumbuhan industri di daerah, dan memberikan

Page 42: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

35

kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur

yang terkoordinasi antar sektor terkait.

Dalam rangka percepatan pelaksanaan berusaha di Kawasan Industri

maupun KEK, maka perlu ditata kembali perizinan berusaha oleh

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah baik untuk memulai,

melaksanakan maupun mengembangkan kegiatan usaha agar menjadi

pendukung dalam perkembangan kegiatan usaha.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek

maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, khususnya Deputi bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan

instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah

kebijakan pengembangan industri di Kawasan Industri / KEK yang

ditindaklanjuti dengan:

Terbitnya Peraturan Presiden No. 91 Tahun 2017 tentang

Percepatan Pelaksanaan Berusaha.

Dampak Outcome yang diharapkan:

Dengan adanya penyederhanaan standar pelayanan pada

Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah, diharapkan

kegiatan berusaha dalam rangka pengembangan industri dapat

meningkat baik di Kawasan Industri maupun di Kawasan Ekonomi

Khusus

o. Permasalahan kartel sebagian besar bersumber dari kebijakan

pemerintah yang tidak pro persaingan sehat.

Pemanfaatan penilaian persaingan usaha (competition checklist) yang

diadopsi dan dikembangkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) dari Competition Assessment Toolkit OECD harus terus dilakukan

dan disosialisasikan.

Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah maka diperlukan peran

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi

bidang Kaoordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan

koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi,

tujuan dan arah kebijakan revitalisasi pasar rakyat, serta mensikronisasi

kebijakan-kebijakan yang telah ada di masing-masing kementerian/

lembaga dan Pemerintah Daerah agar tidak saling tumpang tindih.

sehingga dihasilkan rumusan kebijakan tertib usaha dengan

ditindaklanjuti dengan:

Page 43: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

36

Laporan Pemahaman K/L tentang pentingnya Competition

Checklist dalam penyusunan kebijakan.

Dampak yang diharapkan:

Panduan penilaian persaingan usaha tersebut membantu pemerintah

untuk menghilangkan hambatan dalam persaingan. Pengarusutamaan

kebijakan persaingan usaha ke dalam berbagai kebijakan ekonomi

p. Perkembangan perdagangan secara nasional pada khususnya telah

menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat

digunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen. Dengan adanya kemajuan

perdagangan melalui e-commerce, memungkinkan barang/produk lebih

mudah untuk diperdagangkan.

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dan penggunaan internet yang mencapai 60%, menunjukkan potensi kita yang luar biasa dalam mengembangkan perdagangan melalui e-commerce.

.Mengingat kebijakan ini menyangkut berbagai sektor, baik sektor

swasta maupun pemerintah pusat dan daerah, dan sifatnya komplek

maka diperlukan peran Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, khususnya Deputi bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan

instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi, tujuan dan arah

kebijakan dan penguatan pelaku usaha dalam menjalankan bisnis e-

commerce. Penguatan tersebut termasuk juga meningkatkan kualitas

produk dan perlindungan konsumen, maka disusunlah :

Rekomendasi kebijakan perluasan pasar produk dalam negeri

melalui e-commerce

Dampak yang diharapkan: Produk dalam negeri semakin murah ,mudah diperoleh dan menyebar

ke wilayah Indonesia.

q. Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian sebagaimana tercantum dalam pasal

334, bahwa Asisten Deputi Pengembangan Investasi membawahi Bidang

Program dan Tata Kelola dengan tugas pokok adalah melaksanakan

peberian dukungan administrasi kegiatan dan tata kelola di lingkungan

Deputi Bidang kaoordinasi Perniagaan dan Industri. Maka disusunlah :

Page 44: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

37

laporan dukungan program dan tata kelola pada Deputi Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri yang dilaksnakan.

Dampak yang diharapkan:

Dengan terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan tata kelola

pada Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri,

diharapkan penyusunan rencana kerja dan anggaran , pelaksanaan

program kerja dan output yang diharapkan dapat tercapai sesuai

dengan perjanjian kinerja yang telah ditetapkan.

3. ANALISIS CAPAIAN KINERJA OUTCOME TAHUN 2017

Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Tahun

2015-2019 disusun dalam rangka mewujudkan Misi Penguatan Daya Saing

dan dalam rangka mencapai tujuan Meningkatkan Daya Saing dan

Kemandirian Perekonomian melalui pencapaian Sasaran Strategis

Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim usaha dan efektifitas kerjasama

ekonomi dan kesepakatan internasional, dengan uraian Sasaran Srategis dan

Indikator Kinerja Utama sebagai berikut:

1. Sasaran Strategi (SS-1): Perbaikan Iklim Berusaha dengan indikator

kinerja :

a. Peningkatan nilai realisasi investasi dari target Rp. 678,9 triliun

terealisasi sebesar Rp 692,8 triliun atau capaian outcome sebesar

102%

b. Pembangunan/revitali pasar rakyat, dari target 1000 unit pasar rakyat

terrealisasi sebanyak 909 unit pasar, atau capaian outcome sebesar

90,9%

c. Peningkatan Produk dalam negeri yang dijual di Toko Swalayan dari

target sebesar 70%, terealisasi sebesar 83,6%, atau capaian outcome

sebesar 119%

d. Kontribusi Industri Pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB), dari target 21,1%, terealisasi sebesar 20,16%, atau sebesar

95.5%

2. Sasaran Strategi (SS-2): Peningkatan Ekspor dan fasilitasi Perdagangan

Internasional dengan indikator kinerja:

a. Peningkatan Pertumbuhan Ekspor produk Non Migas dari target 11,9%

terealisasi sebesar 15,89% atau sebesar 133%

b. Rasio Ekspor Jasa terhadap PDB dari target 2,9% terealisasi sebesar

2,43%. atau sebesar 82.7%

3. Sasaran Strategi (SS-3) Penguatan Konektifitas Nasional dengan

indikator kinerja:

Page 45: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

38

a. Beroperasinya Terminal Multiporpose, telah terealisasi dengan

beroperasinya terminal Multiporpose. atau sebesar 100%

b. Peningkatan peran Pusat Logistik berikat (PLB) sebagai Hub Logistik

Regional, telah terealisasi dengan beroperasi PLB di Bitung. atau

sebesar 100%

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU

Tahun 2017 merupakan pelaksanaan Renstra tahun ketiga, walaupun terdapat

perbedaan indikator capaian dengan tahun sebelumnya, namun pada dasarnya

indikator tersebut tetap selaras dengan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri. Perbandingan capaian kinerja Deputi Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri tahun 2016 dan tahun 2017 dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini.

C. REALISASI ANGGARAN Akuntabilitas Kinerja Anggaran sebagai suatu pertanggung jawaban atas

penggunaan anggaran kepada masyarakat dapat disampaikan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Pagu awal tahun 2017 sebesar Rp.16.700.000.000,- (enam belas miliar tujuh

ratus juta rupiah), dengan adanya kebijakan penghematan anggaran sebesar

10% dan instruksi Kementerian Keuangan untuk melakukan self blocking,

sehingga pagu akhir anggaran Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri menjadi sebesar Rp. 15.700.000.000,- (lima belas miliar tujuh ratus

juta rupiah).

Page 46: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

39

b. Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 adalah sebesar

Rp. 14.810.544.509,- (empat belas miliar delapan ratus sepuluh juta lima ratus

empat puluh empat ribu lima ratus Sembilan rupiah) atau sebesar 94% atau

tepatnya 93,71%, Realisasi ini lebih besar dibandingkan realisasi tahun

2016 yang sebesar 91.85%,

c. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya dapat dilihat dalam table

dibawah ini.

Analisis capaian realisasi anggaran tahun 2017, pada umumnya realisasi

anggaran tahun ini rata-rata cukup baik atau sebesar 93,71%, namun ada

beberapa sub output yang realisasi anggarannya dirasa kurang, karena masih

di bawah 90%, hal ini disebabkan adanya revisi DIPA pada akhir tahun yang

mengakibatkan terlambatnya realisasi pengadaan Tenaga Ahli/Konsultan

Independen untuk Tim Online Single Submission (OSS), dan pengadaan ini

tidak dapat terealisasi karena adanya kendala teknis dan administrasi,

sehingga anggaran tidak terserap.

Disamping kendala yang bersifat temporer, ada juga hambatan yang bersifat

reguler, seperti lambatnya pencairan anggaran atau melebihi proses normal

paling lama 17 hari kerja, ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya,

seperti :

pelaksana kegiatan menyampaikan bukti perjalanan, dan kegiatan

lainnya melebihi batas waktu, yaitu 5 (lima) hari kerja, dan berkas

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

2495

.001

2499

2499

.002

2500

.001

2519

2519

.002

2521

.001

2522

2522

.002

2522

.004

2522

.006

PAGU DI BANDING TARGET

PAGU ANGGARAN

TARGET

Page 47: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

40

kurang lengkap, sehingga menghambat proses pencairan anggaran,

karena memerlukan Dispensasi dari KPA.

Petugas Pengadministrasi keuangan tidak di tempat, atau sedang

melaksanakan tugas lain, sehingga proses pengadministrasi melebihi

proses normal 5 hari kerja sehingga dapat menghambat pencairan

anggaran.

Kurangnya petugas bagian verifikasi berkas pertanggung jawaban

keuangan di Bagian Keuangan, mengakibatkan lamanya proses

verifikasi, melebihi 5 hari kerja sehingga dapat menghambat proses

pencairan anggaran.

Kedepan karena proses pencairan anggaran merupakan suatu sistem rantai

distribusi, apabila terlambat di suatu bagian, maka akan menghambat di

bagian lain, untuk itu kita perlu kerjasama agar proses pencairan dapat

berjalan lancar sesuai dengan batas waktu prosedur pencairan anggaran yaitu

17 hari kerja. Maka kita perlu memperhatikan batas waktu proses di masing-

masing unit.

Tabel Realisasi Anggaran Per Output dan Per Kegiatan

No Kode

Kegiatan Nama Kegiatan

Target (volume)

Realisasi (volume)

Capaian Output

Progres ( % )

% Realisa

si Anggar

an

Tingkat Efisiensi

1

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan dan Penerapan Sistem Nasional Single Windows dan Integrasi ke dalam Sistem ASW

2495

2495.001 Rekomendasi Kebijakan Optimalisasi Penerapan Sistem National Single Window (NSW) (Rekomendasi)

1 1 100% 100 92,82% 7,18%

2495.002 Rekomendasi Kebijakan Penguatan Kelembagaan PP-INSW (Rekomendasi)

1 1 100% 100 99,33% 0,67%

Total 2 2 100% 100 93,60% 6,40%

2

Kegiatan Koordinasi Bidang Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha

2499

2499.001 Rekomendasi kebijakan Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha (Rekomendasi)

1 1 100% 100 96,15% 3,85%

2499.002 Rekomendasi Perluasan Pasar Produk Dalam Negeri Melalui e-Commerce (Rekomendasi)

1 1 100% 100 95,00% 5,00%

Total 2 2 100% 100 95,59% 4,41%

3 Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Logistik Nasional

Page 48: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

41

2500

2500.001 Rekomendasi kebijakan Penguatan Konektifitas Ekonomi Desa-Kota-Pasar Global (Rekomendasi)

2 2 100% 100 92,38% 7,62%

2500.002 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Kompetensi SDM Logistik Bersertifikat Standar Internasional (Rekomendasi)

1 1 100% 100 91,55% 8,45%

Total 3 3 100% 100 92,18% 7,82%

4

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Industri

2519

2519.001 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri di Kawasan Industri/KEK (Rekomendasi)

1 1 100% 100 96,49% 3,51%

2519.002 Rekomendasi Kebijakan Penguatan Peran Industri Pengolahan Non Migas yang Bernilai Tambah (Rekomendasi)

1 1 100% 100 88,45% 11,55%

Total 2 2 100% 100 93,27% 6,73%

4

Kegiatan Koordinasi Bidang Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional

2521

2521.001 Rekomendasi kebijakan Peningkatan Keanekaragaman Produk Ekspor Baru Serta Perluasan Pasar Ekspor (Rekomendasi)

1 1 100% 100 96,95% 3,05%

2521.002 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Produk Manufaktur (Rekomendasi)

1 1 100% 100 98,16% 1,84%

Total 2 2 100% 100 97,42% 2,58%

5

Kegiatan Koordinasi Bidang Pengembangan Investasi

2522

2522.001 Rekomendasi kebijakan Penyederhanaan Proses Perijinan Investasi yang Berorientasi Ekspor (Rekomendasi)

1 1 100% 100 90,40% 9,60%

2522.002 Rekomendasi Kebijakan Penyederhanaan Perijinan dan Prosedur Perijinan (Rekomendasi)

1 1 100% 100 90,85% 9,15%

2522.003 Rekomendasi Kebijakan Timnas PEPI dalam Rangka Percepatan Fasilitasi Penyelesaian Masalah Ekspor dan Investasi (Rekomendasi)

1 1 100% 100 88,98% 11,02%

2522.004 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Investasi untuk Meningkatkan Peringkat Indeks Ease of Doing Business <40 (Rekomendasi)

1 1 100% 100 88,13% 11,87%

2522.005 Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Investasi di Kawasan Industri (Rekomendasi)

1 1 100% 100 91,86% 8,14%

2522.006 Layanan Dukungan Program dan Tata Kelola pada Kedeputian Perniagaan dan Industri (Laporan)

1 1 100% 100 93,51% 6,49%

Page 49: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

42

Total 6 6 100% 100 90,20% 9,80%

Total Deputi V 17 17 100% 100% 93,71% 0,73%

2. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri, selalu mengutamakan azas efisiensi, efektivitas, dan

akuntabel . Hal ini, sejalan dengan arahan Presiden yaitu dengan membatasi

kegiatan-kegiatan yang berupa perjalan dinas, workshop, seminar/sosialissi

dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak mendukung langsung terhadap

pencapaian output kegiatan.

Dalam rangka efisiensi dan optimalisasi sumber daya, Deputi Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri melakukan pengurangan kegiatan dan

anggaran pada pos-pos honorarium, Perjalanan Dinas (Dalam dan Luar

Negeri) dan Seminar/Workshop yang tidak berdampak terhadap pencapaian

kinerja utama dan prioritas. Kebijakan efisiensi dan optimalisasi tersebut,

diperkuat dengan kebijakan Kementerian Keuangan untuk melakukan

pemotongan anggaran dan selfblocking, namun masih tetap memaksimalkan

pencapaian kinerja utama.

Keberhasilan pencapaian kinerja Deputi bidang Koordinasi Perniagaan

dan Industri, tentunya tidak terlepas dari koordinasi, sinkronisasi, dan kerja

sama dengan kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dan stakeholder

terkait yang berada di bawah koordinasi Deputi Koordinasi Perniagaan dan

Industri. Sehingga, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Deputi V baik dalam

penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi, rapat koordinasi teknis terbatas,

rapat pimpinan terbatas, rapat koordinasi tingkat menteri, focus group

discussion (FGD), workshop, sosialisasi, dan pertemuan informal, pelaksanaan

monitoring dan evaluasi dapat berjalan secara optimal dan menghasilkan

output rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan.

Page 50: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

43

BAB IV

Penutup

Hirarkhi penyusunan kebijakan dimulai dari Nawa Cita yang merupakan janji

Presiden, dan Program Prioritas Presiden, selanjutnya disusun Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM), kemudian di Rencana Strategis 2014-2019

kementerian/lembaga yang merujuk kepada RPJM, untuk menjabaran RPJM disusulah

Rencana Kerja Pemerintah (RKP), maka disusunlah suatu Visi, Misi, Tujuan dan

Sasaran Kementerian yang kemudian dijabarkan dalam Peta Strategis oleh unit

organisasi tingkat Eselon I, demikian halnya dengan Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja

yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, difokuskan pada peningkatan daya

saing, terkait dengan bidang perniagaan dan industri, meliputi: (1) pengembangan

dan peningkatan daya saing industri; (2) penguatan dan pengembangan investasi; (3)

peningkatan ekspor dan fasilitasi perdagangan; (4) pengembangan logistik

(konektivitas ekonomi desa ke kota dan pasar global), serta (5) penguatan pasar

dalam negeri dan tertib usaha.

Kesinambungan capaian kinerja dari tahun ke tahun sangat penting untuk

mengukur dampak dari kebijakan yang telah dihasilkan, apakah ada manfaatnya atau

tidak bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi

dampak dari kebijakan ekonomi yang telah ditetapkan oleh kementerian/lembaga

dibawah koordinasi Kemenko Perekonomian, khususnya Deputi Bidang Koordinasi

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

TARGET DIBANDINGKAN REALISASI

TARGET REALISASI

Page 51: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2017 | DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

44

Perniagaan dan Industri. Kebijakan sifatnya dinamis dan terus berkembang, dengan

pertimbangan tersebut Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri akan

melakukan revisi Peta Strategi Kedeputian pada Tahun 2018 agar lebih sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan harapan dunia usaha (perpective stakeholder).

Dalam penggunaan anggaran dan sumber daya, Deputi Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri telah berusaha untuk menggunakan anggaran dan sumber

daya mengutamakan azas efisiensi, efektivitas, dan akuntabel, sejalan dengan arahan

Presiden yaitu dengan membatasi penggunaan pada kegiatan yang bertujuan untuk

pencapaian outcome.

Kedepan, upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi

terkait baik pusat maupun daerah akan dilakukan dengan lebih intensif, mengingat

berbagai target capaian indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan

dengan melibatkan segenap instansi pemeintah pusat dan daerah, masyarakat, dunia

usaha dan civil society.

Sinergitas antara Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan sebagai satu kesatuan,

sehingga realisasi anggaran yang digunakan utuk melakukan kegiatan berbanding

lurus dengan Output maupun outcome. Dengan sinergitas tersebut kinerja organisasi

dari Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, benar-benar terukur,

bermanfaat dan akuntable.

------00000-----

Page 52: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DEPUTI BIDANG PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

Manual

Perhitungan

Presentase Rancangan/rumusan peraturan Bidang Perniagaan dan Industri yang diselesaikan

IKU Deputi V 1

Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang menghasilkan Rancangan Peraturan Perundangan Baru bidang perniagaan dan industri yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Satuan : %

Tehnik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perniagaan

dan industri = realisasi dibandingkan dengan target rancangan/rumusan peraturan/perundang-undangan baru dibidang perniagaan dan industri realisasi x 100% target

Target 2017 : 1 Paket Rancangan Peraturan Baru

Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi, maka kinerja outcome dinilai sebesar 25% 2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi dan ditindalanjuti ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga , maka kinerja outcome dinilai sebesar 50%

3. Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek, maka kinerja outcome dinilai sebesar 75%

4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Rancangan Peraturan/perundangan , maka kinerja outcome bernilai 100%.

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Kementerian/Lembaga/Stakeholder

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit.

Page 53: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Manual Perhitungan

Presentase Kebijakan Bidang Perniagaan dan Industri yang terimplementasikan

IKU Deputi V 2

Definisi : Implementasi fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan bidang perniagaan dan industri oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi pada perubahan peraturan perundangan yang ada dibidang perniagaan dan industri

Satuan : %

Tehnik Menghitung : Implementasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang perniagaan dan industri = realisasi dibandingkan dengan target rancangan perubahan/revisi peraturan perundangan yang ada dibidang perniagaan dan industri realisasi x 100% target

Target 2017 : 1 paket Rancangan Perubahan /revisi

Peraturan

Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil

monitoring dan evaluasi, maka kinerja outcome dinilai sebesar 25%

2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil monitoring dan evaluasi dan ditindalanjuti ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga, maka kinerja outcome dinilai sebesar 50%

3. Rekomendasi kebijakan dari hasil monitoring dan evaluasi dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek, maka kinerja outcome dinilai sebesar 75%

4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Rancangan Peraturan/perundangan , maka kinerja outcome bernilai 100%.

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Kementerian/Lembaga/Stakeholder

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit.

Page 54: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN · sektor industri dengan menetapkan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui pembangunan pariwisata

Manual Perhitungan

Presentase Kebijakan Peningkatan Daya Saing Nasional yang terimplementasikan

IKU Deputi V 3

Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi pada usulan rancangan peraturan perundangan baru atau merevisi/mencabut suatu kebijakan (peraturan perundangan) dalam rangka peningkatan daya saing bidang perniagaan dan industri yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Satuan : %

Tehnik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing bidang perniagaan dan industri = realisasi dibandingkan dengan target usulan rancangan peraturan perundangan baru atau merevisi/mencabut suatu kebijakan (peraturan perundangan) dalam rangka peningkatan daya saing dibidang perniagaan dan industri realisasi x 100% target

Target 2017 : 14 Rekomendasi usulan atau

revisi Rancangan kebijakan/ Peraturan K/L Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil

kajian/FGD/Workshop, maka kinerja outcome dinilai sebesar 25%

2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil kajian/FGD/Workshop dan ditindalanjuti ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga, maka kinerja outcome dinilai sebesar 50%

3. Rekomendasi kebijakan dari hasil kajian/FGD/Workshop dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek, maka kinerja outcome dinilai sebesar 75%

4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Rancangan Peraturan/perundangan, maka kinerja outcome bernilai 100%.

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Kementerian/Lembaga/Stakeholder

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit.