kementerian kesehatan republik indonesia politeknik kesehatan...
TRANSCRIPT
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PECANDU KOPI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KECAMATAN POASIA
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
Oleh :
DIAN RAHMAYANI A.
NIM P00320013107
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
v
RIWAYAT HIDUP PENELITI
A. Identitas Diri
Nama : Dian Rahmayani A.
NIM : P00320013107
Tempat, Tanggal Lahir : Kombeli, 29 Januari 1995
Suku / Bangsa : Cia – cia / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Lapanda, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Pasarwajo, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Pasarwajo, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
vi
MOTTO
Sebelum kita bisa berdiri, berjalan dan berlari
Kita pernah terjatuh
Terjatuh sekali, dua kali, tiga kali bahkan ribuan kali
Sama halnya hidup
Tidak ada hal dalam hidup ini dilewati tanpa suatu proses
Baik itu proses sulit, menyakitkan, hingga proses yang membuat kita ingin menyerah
Kita hanya perlu memeluk semua rasa sakit itu
Menerima, dan mengikhlaskannya
Merengkuh semua proses tersebut
Serahkan semuanya kepada Maha Pengatur proses
Suatu saat, proses yang sulit pasti akan membuahkan hasil yang indah
Sebab, kekuatan hari ini adalah harapan esok hari
Suatu hal yang luarbiasa hanya akan dapat dicapai dengan ilmu.
Maka, jadilah orang berilmu.
Karya Tulis Ini Kupersembahkan Kepada
Orangtuaku Tercinta
Saudara-Saudaraku Tercinta
Sahabat-Sahabatku Tersayang
Agama, Bangsa Dan Negara
Serta Almamaterku
vii
ABSTRAK
Dian Rahmayani A. (P00320013107) Gambaran Kadar Kolesterol Total pada
Pecandu Kopi di Wilayah Keja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh ibu Anita Rosanty dan
Satya Darmayani (xiv + 4 Daftar Tabel + 1 Daftar Gambar + 11 Daftar Lampiran +
40 Halaman). Salah satu efek konsumsi kopi yang masih dipertanyakan yaitu
terhadap peningkatan kadar kolesterol total. Kandungan kafestol di dalam biji kopi
diduga dapat menghambat proses β-oksidasi kolesterol sehingga meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar
kolesterol total yang normal dan kadar kolesterol total yang tinggi pada pecandu kopi
di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia. Sampel penelitian ini
berjumlah 38 orang yang diambil secara Purposive Sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pecandu kopi
diperoleh sebanyak 14 orang (36,84%) memliki kadar kolesterol total normal, dan
sebanyak 24 orang (63,16%) memiliki kadar kolesterol total tinggi, namun dari 24
pecandu kopi tersebut terdapat 4 diantaranya berusia muda yang kemungkinan terjadi
peningkatan kadar kolesterol menjadi lebih cepat yang disebabkan oleh genetik, pola
hidup serta pola makan yang tidak baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 38
pecandu kopi yang diperiksa kadar kolesterol jumlah pecandu kopi dengan kadar
kolesterol total tinggi lebih banyak dibandingkan pecandu kopi dengan kadar
kolesterol total normal. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat agar
mengurangi mengonsumsi kopi terkhusus bagi pecandu kopi.
Kata Kunci : Kopi, Kafestol, Kolesterol
Daftar Pustaka : 28 buah (1987 – 2015)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Gambaran Kadar Kolesterol Total pada Pecandu Kopi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak ternilai
serta sembah sujud penulis ucapkan kepada kedua orangtua yang amat kucintai,
Ayahanda La Alisa dan Ibunda Wa Juriana atas bantuan moril maupun materil,
motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi
yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Terimakasih pula kepada saudara-saudaraku tercinta Muhammad Bandungi Aljur
dan Lisna Nurul Aljur yang telah mendukung peneliti hingga saat ini.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan penulis
banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis juga menghanturkan rasa terimakasih kepada ibu Anita
Rosanty, SST., M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Satya Darmayani, S.Si., M.Eng
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam
membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun
karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Camat Poasia yang telah memberi kemudahan dalam penelitian.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
5. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji, Ibu Hj. St. Nurhayani, S.Kep.,Ns.,
M.Kep, Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns., M.Sc., dan Ibu Tuty Yuniarty,
S.Si., M.Kes yang telah memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
ix
6. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
7. Sahabatku Linda Ayu, Nilu, Winda Melya, Istiqomah, Rezky, Arni, Rani, Nuzul,
Putri, Devi, Cindy, Rita, Asirudin, Erwan, Ofar, Mardilla, Nilla, Jumi Gerhana,
Yaftahul. Terimakasih atas dukungan yang kalian berikan kepadaku selama ini.
Semoga persahabatan kita merupakan persahabatan yang diridhoi Allah swt.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa jurusan Analis Kesehatan angkatan tahun
2013, terimakasih atas 3 tahun ini, satu hal yang membanggakan telah mengenal
kalian.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang
ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.Akhir kata, semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Kendari, Juli 2016
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................... 3
D. Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pecandu ............................................... 5
B. Tinjauan Umum Tentang Kopi ...................................................... 5
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol ............................................. 14
BAB III : KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ........................................................................... 23
B. Kerangka Pikir .............................................................................. 24
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 24
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................. 24
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 26
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 26
D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 28
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 28
F. Prosedur Kerja ............................................................................... 28
G. Jenis Data ...................................................................................... 29
H. Pengolahan Data ........................................................................... 29
xi
I. Analisa Data .................................................................................. 29
J. Penyajian Data ............................................................................... 30
K. Etika Penelitian .............................................................................. 30
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................... 31
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 33
C. Pembahasan ................................................................................... 35
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan
Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016 ..................................................................................... 33
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok
Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016 ..................................................................... 34
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa
Tubuh di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016 ..................................................................... 34
Tabel 5.4 : Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total di Wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 .......................... 35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 : Peta Wilayah Kecamatan Poasia ................................................ 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuisioner Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Hasil Pemeriksaan
Lampiran 5 : Tabulasi Data
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bulan Februari 2016 ekspor kopi dunia mencapai 9.210.000 karung
dibandingkan bulan Februari 2015 yaitu 9.050.000 karung. Ekspor kopi terus
meningkat tiap tahunnya di seluruh dunia. Ekspor kopi dari Bulan Oktober
hingga Februari 2016 telah meningkat sebesar 2,0% (International Coffea
Organization, 2016). Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak
dikonsumsi di dunia. Sejak beberapa abad yang lalu, kopi telah menjadi bahan
perdagangan, karena kopi dapat diolah sebagai penyegar badan dan pikiran
(AAK, 1988).
Konsumsi kopi masyarakat Indonesia per kapita pada tahun 2013 sekitar
1,03 kilogram per tahun dan Indonesia pada tahun 2013 merupakan negara
penghasil kopi ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam
(AEKI, 2014). Dengan melihat perkembangan permintaan kopi tersebut dapat
diketahui bahwa pertumbuhan permintaan kopi di Indonesia sangat besar tiap
tahunnya, dan tanpa disadari kopi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat dimulai dari remaja hingga orang dewasa yang menikmati kopi
sebagai minuman untuk memulai hari maupun sebagai penahan rasa kantuk.
Kopi mengandung lebih dari 500 senyawa kimia lainnya, salah satu
diantaranya adalah kafestol. Kafestol adalah konstituen utama dari reaksi
penyabunan minyak kopi yaitu sekitar 0,2-0,6% dari berat kopi. Zat ini bersifat
anti kanker dan hepatoprotektif. Hasil berbeda didapatkan bila zat kafestol ini
dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Kafestol yang dikonsumsi dalam jumlah
berlebihan dapat meningkatkan asam lemak bebas dan kolesterol dalam darah
yang dapat menimbulkan endapan-endapan lemak dan plak yang menempel dan
menyumbat dinding arteri (Yuliana, 2015). Penelitian menunjukkan bahwa
penambahan 10 mg kafestol perhari selama 4 minggu akan meningkatkan
kolesterol total 0,13 mmol/L atau setara dengan 5,02 mg/dl (Salma, 2010).
Kafestol meningkatkan kadar kolesterol dengan cara menghambat mekanisme
beta oksidasi sehingga mencegah pemecahan kolesterol menjadi energi.
2
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang beredar di dalam
aliran darah, berwarna kekuningan yang diproduksi di hati dan sangat diperlukan
oleh tubuh. Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, 80% diproduksi
oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi (Kirana, 2011). Kolesterol yang yang berlebihan di dalam darah
akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Kadar
kolesterol dalam tubuh pada dasarnya dapat dikontrol dengan pola hidup yang
sehat serta menghindari jenis makanan atau minuman yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol contohnya teh dan kopi (Ruslianti, 2014).
Di Sulawesi Tenggara, tingkat produksi kopi terus meningkat tiap tahunnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, pada tahun 2014
produksi kopi mencapai 6.729 ton, produksi kopi mengalami kenaikan yang
semula hanya 3.685 ton pada tahun 2013. Data menunjukkan produksi kopi
berbanding lurus dengan tingkat konsumsi kopi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tingkat konsumsi kopi di Sulawesi Tenggara dari tahun ke
tahun semakin meningkat (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara,
2015).
Di Kota Kendari khususnya Kecamatan Poasia merupakan salah satu
kecamatan yang terdiri dari 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Rahandouna,
Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Anggoeya, dan Kelurahan Matabubu.
Penelitian ini dilakukan berfokus di Kecamatan Poasia karena tingkat konsumsi
kopi masyarakat di Kecamatan Poasia sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena
banyaknya masyarakat yang bekerja pada industri rumahan seperti industri kayu,
logam, anyaman, dan lain-lain, serta pekerjaan dengan aktifitas fisik yang berat,
yang kemudian membutuhkan kopi sebagai penahan kantuk dan penyegar badan
saat bekerja, dan berdasarkan observasi yang dilakukan langsung di Kecamatan
Poasia dengan melakukan kuisioner sebanyak 400 kuisioner kepada masyarakat
yang tinggal di Kecamatan Poasia didapatkan 254 orang yang mengonsumsi
kopi secara berlebihan.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya tentang Pengaruh Pemberian Kopi
terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida pada Tikus Wistar (Rattus
3
novergiccus) oleh Millah Fithriyah Zindany, Husnil Kadri, dan Almurdi, yang
dilakukan pada tahun 2014 dimana hasilnya didapatkan kadar kolesterol dan
trigliserida yang normal pada Tikus Wistar yang tidak diberi kopi sedangkan
pada Tikus Wistar yang diberi kopi didapatkan peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserida.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Kadar Kolesterol Total pada Pecandu Kopi di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kadar kolesterol total pada pecandu kopi di wilayah
kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar kolesterol total pada pecandu kopi
di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar kolesterol total yang normal pada pecandu
kopi;
b. Untuk mengetahui kadar kolesterol total yang tinggi pada pecandu kopi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumbangan ilmiah terhadap almamater Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari. Serta
bahan informasi dan masukan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan bagi calon pranata laboratorium kesehatan terutama di
bidang laboratorium klinik.
4
b. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat terkait pengaruh kopi
terhadap kadar kolesterol total dalam darah.
2. Manfaat Praktisi
Memberikan dasar bagi peneliti selanjutnya terkait kadar kolesterol
total pada pecandu Kopi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pecandu
Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan
parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik.
Seseorang disebut pecandu bila memiliki ketergantungan fisik dan
ketergantungan psikologis terhadap zat psikoaktif, contohnya alkohol, tembakau,
heroin, kafein, nikotin. Zat psikoaktif ini akan melintasi sawar darah otak setelah
dicerna, sehingga mengubah kondisi kimia di otak secara sementara.
Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan
sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi
negatif. Saat kecanduan sesuatu, seseorang bisa sakit jika mereka tak
mendapatkan sesuatu yang membuat mereka kecanduan, namun kelebihan
sesuatu itu bisa menyebabkan kesehatan mereka menurun.
B. Tinjauan Umum Tentang Kopi
1. Pengertian Kopi
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh
dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan
temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang
tidak cocok bagi kehidupan tanaman (AAK, 1988).
Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komiditas di dunia
yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang
dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi
Arabika (Coffea arabica) (Rahardjo, 2012).
Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu
dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun
dengan tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan
sebelum menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian
dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi
digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.
6
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat
dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di
Benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus
berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di
dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
2. Taksonomi Kopi
Tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan Famili Rubiaceae.
Famili tersebut memiliki banyak genus, yaitu Gardenia, Ixora, Cinchora,
dan Rubia.
Taksonomi Tanaman kopi secara lengkap, yaitu :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp (Rahardjo, 2012).
3. Jenis-jenis Kopi
Ada 4 jenis kopi yang dikenal, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi
liberika, dan kopi ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai
ekonomis dan diperdagangkan secara komersial yaitu kopi arabika dan kopi
robusta. Sementara itu, kelompok kopi liberika dan ekselsa kurang
ekonomis dan kurang komersial. Kopi arabika dan robusta memasok
sebagian besar perdagangan kopi dunia. Jenis kopi arabika memiliki kualitas
cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan kopi
robusta sehingga harganya lebih mahal. Kualitas cita rasa kopi robusta di
bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap penyakit karat daun
(Rahardjo, 2012).
7
a. Kopi Robusta
Jenis-jenis kopi Robusta adalah Quilou, Uganda dan Canephora.
Kopi Robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan
dengan cita rasa kopi Arabika. Hampir seluruh produksi kopi Robusta
di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa
lugas tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi.
Kopi Robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna
yang kuat (Najiyati, 1997).
b. Kopi Arabika
Kopi Arabika adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya,
tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-
ombak. Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan Arabika adalah
Abesinia, Pasumah, Marago dan Congensis (AAK, 1988).
c. Kopi Liberika
Kopi Liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak
tahun 1965. Meskipun sudah cukup lama penyebarannya tetapi hingga
saat ini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah yang kurang
bagus dan rendemennya rendah.
Jenis Liberika antara lain : kopi Abeokutae, kopi Klainei, kopi
Dewevrei, Kopi Excelsa dan kopi Dybrowskii. Diantara jenis-jenis
tersebut pernah dicoba di Indonesia tetapi hanya satu jenis saja yang
diharapkan ialah jenis Excelsa (AAK, 1988).
4. Pemanfaatan Kopi
a. Kopi Bubuk
Kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling
sederhana. Dimana biji kopi yang telah disangrai kemudian
dihancurkan dan dikemas, pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan
oleh petani, pedagang pengecer, industri kecil dan pabrik. Pembuatan
kopi bubuk oleh petani biasany hanya dilakukan secara tradisional dan
alat-alat sederhana. Pembutan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam dua
tahap yaitu tahap penyangraian dan tahap penggilingan (Najiyati, 1997).
8
b. Kopi Celup
Kopi celup sama halnya seperti teh celup. Pada kopi celup biji kopi
yang telah dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu kemasan
yang berbentuk seperti filter (saringan) dengan adanya kopi celup maka
ampas yang biasanya dihasilkan pada waktu kopi diseduh dengan air
panas akan berkurang atau bahkan Universitas Sumatera Utara tidak
ada sama sekali karena kopi celup merupakan kelanjutan dari proses
pembuatan kopi instan (Najiyati, 1997).
c. Kopi Blending (Kopi Campuran)
Blending merupakan suatu proses penambah bahan-bahan lain ke
dalam kopi yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dari kopi yang
dihasilkan. Blending memungkinkan penggantian perubahan selera
dalam biji kopi dan penggantian jenis kopi jika ada kesulitan dalam
pewarna/harga. Proses pencampuran sering dilakukan pada waktu bijii
kopi disangrai, contoh bahan-bahan yang sering dicampurkan pada kopi
adalah jagung, gandum, rye dan sebagainya (Belitz, 1987).
d. Kopi Instan (Soluble coffee)
Kopi instan dibuat dengan cara mengambil ekstrak dari kopi yang
telah mengalami proses penyangraian. Metoda ini pertama kali
diperkenalkan oleh Morgenthaler di Switzerland pada tahun 1938. Kopi
yang telah digiling diekstrak dengan menggunakan tekanan tertentu dan
alat pengekstrak. Temperatur air yang digunakan pada waktu
mengambil ekstrak adalah 200o C. Komponen kering yang terdapat
pada kopi hasil ekstraksi adalah 15%. Kemudian hasil ekstraksi
dikeringkan dengan menggunakan spray dried atau freeze dried
(Najiyati, 1997).
5. Kandungan Kopi
Kopi mengandung senyawa antara lain air, karbohidrat/serat, protein,
asam amino bebas, lipid, mineral, organic acids, chlorogenic acids,
trinogellin, kafestol, kahweol dan kafein. Dari senyawa yang terdapat di
9
dalam biji kopi tersebut, senyawa aktif yang memiliki pengaruh terhadap
kesehatan, yaitu:
a. Kafein
Kafein dengan struktur kimia 1,3,7-trimethilxanthin merupakan
alkaloid murni yang terkandung dalam biji kopi. Kafein memiliki sifat
antagonism reseptor adenosin subtipe A1 dan A2A. Pengaruh fisiologis
dari kafein diantaranya menstimulasi sistem saraf pusat, mempengaruhi
secara akut kardiovaskular termasuk peningkatan tekanan darah dan
sirkulasi katekolamin, kekakuan arteri, dan endhothelium-dependent
vasodilatasi. Kafein juga berdampak pada peningkatan laju
metabolisme dan diuresis yang diasosiasikan dengan perkembangan
penyakit kardivaskular (Yuliana, 2015).
Kandungan kafein dalam kopi memiliki efek yang beragam pada
setiap manusia. Beberapa orang akan mengalami efeknya secara
langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali. Hal
ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu
terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafein
(Yuliana, 2015).
Konsumsi kafein kadar rendah hingga sedang secara umum
memberikan pengaruh peningkatan kewaspadaan, kapasitas belajar,
prestasi berlatih, dan memperbaiki kondisi mood. Sedangkan, konsumsi
kafein dalam dosis tinggi dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi
beberapa individu yang sensitif seperti cemas, takikardi, dan insomnia
yang timbul 2-6 jam setelah pengkonsumsia kafein (Yuliana, 2015).
Sebagian besar kafein diserap dalam lambung dan usus halus
kemudian didistribusikan ke seluruh jaringa termasuk otak.
Metabolisme kafein terjadi di liver dengan aktivitas dari sitokrom P450
isoform CYP1A2 (Yuliana, 2015).
b. Kafestol dan Kahweol
Kafestol dan kahweol merupakan pentalik diterpene alkohol.
Senyawa bioaktif dan turunannya sebagian besar adalah garam atau
10
ester dari asam lemak yang tersaturasi dan nonsaturasi, mewakili 20%
dari fraksi lipid kopi (Yuliana, 2015).
Kafestol adalah konstituen utama dari reaksi penyabunan minyak
kopi yaitu sekitar 0,2-0,6% dari berat kopi. Zat ini bersifat anti kanker
dan hepatoprotektif. Hasil berbeda didapatkan bila zat kafestol ini
dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Kafestol yang dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan dapat meningkatkan asam lemak bebas dan LDL
kolesterol dalam darah yang dapat menimbulkan endapan-endapan
lemak dan plak yang menempel dan menyumbat dinding arteri,
sehingga mengakibatkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga
pembuluh darah menyempit (Yuliana, 2015).
Kafestol adalah zat pemicu kolesterol yang paling kuat dalam
makanan kita. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan 10mg
kafestol per hari selama 4 minggu meningkatkan kolesterol total 0,13
mmol/L atau setara dengan 5,02 mg/dl. Dengan rata-rata kolesterol
darah 5,5 mmol / l maka ada peningkatan sekitar 2%. Peningkatan
terutama pada kolesterol buruk (LDL), sedangkan kolesterol baik
(HDL) cenderung konstan. Efek meningkatkan kolesterol ini bersifat
sementara: setelah menghentikan minum kopi kolesterol akan kembali
normal.
Jumlah cafestol dalam kopi sangat tergantung pada cara penyiapan
dan jenis kopinya. Ketika menyiapkan kopi dengan disaring, misalnya
dengan saringan kertas, cafestol dan kahweol sebagian besar tersaring.
Secangkir kopi saring hanya mengandung rata-rata 0,1
mg cafestol. Padahal, kopi tubruk (yang disiapkan dengan menuang
kopi bubuk ke dalam air mendidih tanpa penyaringan) mengandung 4-6
mg cafestol per cangkir. Kopi instan yang dibuat dari konsentrat kopi
hasil pengolahan mesin hampir tidak mengandung diterpenes cafestol
dan tidak atau sedikit sekali berpengaruh terhadap kadar kolesterol.
Kopi Turki dan Yunani mengandung konsentrasi cafestol dan
kahweol yang relatif tinggi (4-5 mg cafestol per cangkir). Biji kopi
11
Arabika berisi lebih banyak cafestol dari biji Robusta. Tidak ada
pengaruhnya beralih ke kopi bebas kafein karena kafein tidak
berpengaruh pada kadar kolesterol. Bahkan, menurut penelitian tahun
2005 oleh US National Institute of Health, peminum kopi tanpa kafein
(rata-rata 6 cangkir sehari selama 3 bulan) memiliki kolesterol buruk
(LDL) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak atau
jarang minum kopi.
Secara teoritis diketahui bahwa peningkatan kolesterol (total)
sebesar 1% dapat meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar
2%. Seseorang yang mengkonsumsi 10 mg cafestol per hari (sekitar 3
cangkir kopi tubruk atau 5-6 cangkir kopi saring), kolesterolnya naik
sebesar 2% sehingga 4% lebih berisiko terkena penyakit jantung. Jika
kita berasumsi bahwa 8% orang terkena penyakit jantung sebelum usia
65 tahun, maka risiko pada peminum kopi berat adalah 8,32% (104% x
8%). Untuk pasien diabetes yang memiliki 40% risiko serangan jantung
sebelum ulang tahunnya yang ke-70 berarti pada peminum kopi berat
risikonya meningkat menjadi 41,6% (104% x 40%). Kenaikan risiko
karena minum kopi ini tentu saja lebih kecil dibandingkan, misalnya,
mengkonsumsi makanan yang kaya lemak jenuh.
Beberapa studi menunjukkan risiko kematian yang lebih rendah
akibat penyakit kardiovaskular pada peminum kopi. Kemungkinan,
antioksidan dalam kopi dapat menghambat peradangan dan menekan
risiko penyakit jantung. Juga ada bukti bahwa diabetes tipe 2 – yang
merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular – kurang
umum pada peminum kopi reguler. Meminum kopi sampai 4 atau 5
cangkir sehari tidak meningkatkan risiko penyakit jantung pada orang
yang sehat. Namun, penderita gangguan metabolisme lemak atau
penderita kadar kolesterol tinggi sebaiknya tidak terlalu banyak
meminum kopi tubruk dan menggantinya dengan kopi saring atau
instan (Salma, 2010). Kafestol meningkatkan kadar kolesterol dengan
cara menghambat mekanisme beta oksidasi, mencegah pemecahan
12
kolesterol menjadi energi sehingga kadar kolesterol dalam darah
meningkat (Wahyani, 2012).
c. Chlorogenic Acids
Chlorogenic acids merupakan mayor kelas dari senyawa fenol yang
diturunkan dari esterifikasi trans-cinamic acids dengan quinic acids.
Kopi mengandung konsentrasi polifenol tertinggi diantara jenis
minuman lainnya dan dan Chlogenic acids adalah polifenol yang
banyak terkandung di kopi. Chlogenic acids mampu mencegah
kerusakan stress oksidatif pada sel epitel manusia, menstabilkan
membran dan meningkatkan status energi sel. Chlogenic acids ini
memiliki antioksidan yang aktif secara in vitro. Di dalam 200 ml kopi
dilaporkan mengandung 70-350 mg Chlogenic acids (Yuliana, 2015).
d. Mikronutrien
Beberapa mikronutrien ditemukan di dalam kopi, termasuk
magnesium, potassium, niasin, dan vitamin E yang dapat berkontribusi
terhadap kesehatan pengkonsumsian kopi yang diobservasi. Menurut
data USDA Nutrient di Institute of Medicine secangkir kopi dapat
menyediakan 1-5% magnesium, 6-8% niasin, dan 0,1% vitamin E dari
diet yang dianjurkan untuk dewasa. Selain itu kopi menyediakan 1-2%
pemasukan adekuat potassium untuk dewasa (Yuliana, 2015).
6. Manfaat Kopi Terhadap Kesehatan
Manfaat Kopi terhadap kesehatan, yaitu :
a. Mampu meningkatkan Kesuburan
Pria yang meminum kopi ternyata dapat meningkatkan kesuburan.
Kandungan kafein dalam kopi dapat membantu pergerakan sperma
menjadi lebih cepat, hal ini dikarenakan hiperaktivitas sperma
dibutuhkan untuk membuahi sel telur ketika sperma mendekati sel telur,
apabila hiperaktivitas itu terjadi lebih awal, maka akan membuat
sperma mati lebih cepat sehingga dapat mengurangi kemampuan
sperma membuahi sel telur (Bennet, 2002).
13
b. Membantu Mengurangi Risiko Nyeri Otot
Meminum kopi sebelum olahraga dapat mencegah rasa sakit saat
berolahraga. Kafein didalam kopi bekerja membatasi nyeri otot dengan
menghambat aktivitas unsur kimia bernama adenosin (Bennet, 2002).
c. Baik Untuk Merawat Kecantikan
Kafein dapat memacu kulit untuk membunuh sel-sel prakanker, dan
juga menghentikan pertumbuhan tumor. Ada juga yng memanfaatkan
kopi untuk sebagai pembasmi selulit. Selulit adalah gumpalan lemak
yang menyembul dari jaringan ikat yang seharusnya menyelubunginya.
Biasanya lemak berada di bawah jaringan ikat tersebut, tetapi karena
suatu penyebab, jaringan menjadi agak longgar dan lemak menyembul.
Akibatnya ada tampilan kurang indah yang menghiasi tubuh. Dan bahan
kafein yang terkandung dalam kopi dapat memberikan efek kulit
menjadi lembut. Selain itu menurut Bennet (2002), kopi juga baik untuk
merawat kulit, diantaranya:
1) Dapat mengangkat sel kulit mati dan memperbaiki kulit yang rusak.
2) Mampu menetralkan kulit yang teriritasi sekaligus memberi nutrisi
pada kulit.
3) Bisa menghilangkan bau badan.
4) Berkhasiat merevitalisasi sel kulit baru dan menjaga kelembapan
kulit.
5) Bermanfaat menghilangkan bekas jerawat, flek dan noda hitam.
6) Dapat menghilangkan selulit dan strechmark jika dilakukan secara
teratur.
7) Mampu memperbaiki sirkulasi darah dan memecah lemak di tubuh
yang dapat menimbulkan selulit.
8) Berfungsi sebagai astrigent/penyegar karena kandungan pH – nya
sama dengan kulit (4,5), sehingga mampu mengurangi dan
menghilangkan jerawat atau noda pada kulit.
9) Memberi proteksi ringan terhadap sinar UVA atau UVB.
14
7. Dampak Negatif Kopi Terhadap Kesehatan
Dampak negatif kopi terhadap kesehatan, yaitu:
a. Meningkatkan aliran darah dalam Ginjal
Kafein lebih cepat merangsang jantung dan mengurangi pertahanan
pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah ke berbagai organ
tubuh, salah satunya adalah ginjal. Peningkatan aliran darah ke ginjal
tersebut dapat menyebabkan produksi urin bertambah, sehingga
kandung kemih lebih cepat penuh (Samsuridjal, 2006).
b. Menyebabkan Penyakit Maag
Kafein dan chlorogenic acids didalam kopi dapat meningkatkan
produksi asam di lambung, dikarenakan adanya proses relaksasi atau
melemahnya otot-otot dibawah saluran esofagus yang disebut
esophageal sphincter. Asam lambung yang berlebihan ini kemudian
akan naik ke bagian esofagus, yaitu saluran yang menghubungkan
kerongkongan dengan lambung (Kirana, 2007).
c. Kebiasaan Minum Kopi
Konsumsi kopi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, hal ini dikarenakan kandungan kafestol didalam
kopi yang akan mengganggu kestabilan kerja tubuh dan mempengaruhi
metabolisme kolesterol didalam tubuh (Graha, 2010).
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol
1. Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah,
bewarna kekuningan yang diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh
tubuh. Tubuh manusia menggunakan kolesterol untuk menghasilkan :
a. Hormon seks, yang sangat penting bagi perkembangan dan fungsi organ
seksual;
b. Hormon korteks adrenal, yang penting bagi metabolisme dan
keseimbangan garam di dalam tubuh;
c. Vitamin D, yang berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium dalam
tubuh;
15
d. Garam empedu, yang membantu usus menyerap lemak (Kirana, 2011).
2. Jenis-jenis Kolesterol
Kolesterol yang diproduksi oleh tubuh dibedakan menjadi High Density
Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL). Kolesterol HDL
adalah kolesterol baik yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh
darah dari kolesterol LDLyang berlebihan. Sedangkan kolesterol LDL
adalah kolesterol jahat yang bila jumlahnya berlebih di dalam darah, akan
diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang
dapat menyumbat pembuluh darah. Akibatnya jantung kesulitan untuk
memompa darah dan akhirnya berlanjut ke gejala serangan jantung
mendadak. Bila penyumbatan itu terjadi diotak, maka akan menyebabkan
stroke dan kelumpuhan (Kirana, 2011).
Kolesterol HDL sering dijumpai pada tubuh seseorang yang
kegemukan, merokok, malas melakukan aktivitas fisik, penderita diabetes
melitus. Selain itu, hormon testosteron yaitu hormon seks pada pria, steroid
anabolik yaitu hormon yang memicu pertumbuhan jaringan dengan
menciptakan protein untuk meningkatkan pertumbuhan otot pada laki-laki,
dapat menurunkan kadar HDL. Hormon seks progesteron pada wanita dapat
menurunkan kolesterol HDL, tetapi hormon estrogen justru menaikkan
kolesterol HDL (Marewa, 2015).
Banyak penelitian membuktikkan bahwa semakin tinggi kadar
kolesterol HDL, akan semakin kecil kemungkinan terkena penyakit atau
melindungi tubuh dari penyakit yang disebut sebagai proteksi terhadap
penyakit, misalnya penyakit jantung, kencing manis, dan stroke. Aktivitas
fisik yang teratur akan mempermudah terjadinya metabolisme di dalam
tubuh.
Kolesterol total merupakan susunan dari banyak zat, termasuk
Trigliserida, LDL Kolesterol, dan HDL kolesterol. Kadar kolesterol total di
dalam darah yang tinggi akan memberikan resiko terjadinya penyakit
jantung koroner, semakin tinggi kadar kolesterol maka semakin tinggi risiko
menderita penyakit jantung koroner.
16
Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus
setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma
dalam dua bentuk, yaitu sebagai klomikron yang berasal dari penyerapan
usus setelah makan lemak dan sebagai Very Low Density Lipoprotein
(VLDL) yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Trigliserida
tersebut di dalam jaringan di luar hepar (pembuluh darah, otot, jaringan
lemak) akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (Dewanti, 2010).
Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau
lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke, serta cenderung mengalami
gangguan dalam tekanan darah dan resiko diabetes.
3. Metabolisme Kolesterol
Sekitar 80% kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis dalam
liver, sedangkan sisanya merupakan asupan dari makanan (Kirana 2011).
Selama jumlah kolesterol baik hasil sintesis maupun yang bersumber dari
makanan, masih seimbang dengan tingkat kebutuhan maka tubuh akan tetap
sehat. Namun, dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang
cenderung banyak mengonsumsi makanan berlemak maka tingkat asupan
kolesterol menjadi lebih tinggi dari tingkat kebutuhannya
(Tisnadjaja, 2006).
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan
merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel. Kolesterol
diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di
dalam mukosa usus. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di
jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati.
Hati dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol
empedu direabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati digabungkan
ke dalam VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks lipoprotein
(Ganong, 2008).
17
Kolesterol memberikan umpan balik untuk menghambat sintesisnya
sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim yang mengubah
3-hidroksi-3-metilglutarit-Koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam
mevalonat. Dengan demikian, jika asupan kolesterol dari makanan tinggi,
sintesis kolesterol oleh hati menurun, dan demikian juga sebaliknya.
Namun, kompensasi umpan-balik ini tidak sempurna. Karena diet yang
rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya akan menyebabkan penurunan
kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah sedang.
Kadar kolesterol plasma akan menurun oleh hormon tiroid dan estrogen.
Kedua hormon ini meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati. Estrogen juga
meningkatkan kadar HDL plasma (Ganong, 2008).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko suatu penyakit adalah faktor – faktor yang diyakini akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyait tertentu. Beberapa faktor
yang menyebabkan kolesterol menjadi abnormal, yaitu:
a. Pola Hidup
Meskipun pola yang lebih besar dari kolesterol darah merupakan
hasil sintesis di liver dan hanya sekitar 30% yang berasal dari asupan
makanan kaya lemak, tetapi pola hidup seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap resiko terjadinya atheroklerosis. Seseorang akan
mendapat kondisi HDL kolesterol yang lebih baik bila tidak gemuk, dan
aktif berolahraga (Tisnadjaja, 2006).
Pola makan merupakan salah satu faktor yang selalu dianggap
sebagai penyebab utama hiperkolesterolemia. Dari beberapa makanan,
lemak merupakan penyebab terjadinya peningkatan kadar kolesterol,
karena asupan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah (Kirana, 2011).
b. Obesitas atau kegemukan
Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan untuk
menunjukkan adanya penumpukkan lemak tubuh (body fat) yang
melebihi batas normal.
18
Pada dasarnya, kegemukan merupakan penimbunan lemak yang
berlebihan di dalam tubuh. Jumlah lemak normal pada laki-laki dewasa
rata-rata berkisar 15-20% dari berat badan total dan perempuan sekitar
20-25%. Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia, terutama disebabkan melambatnya
metabolisme dan berkurangnya aktifitas fisik.
Umumnya, laki-laki sehat memiliki proporsi otot yang besar dan
lemak rendah dibandingkan perempuan. Orang gemuk sebagian besar
menyimpan lemaknya di bagian perut dan selebihnya di bagian pinggul
atau paha. Pada umumnya orang gemuk memiliki kadar trigliserida
tinggi dan disimpan di bawah kulit. Walaupun trigiserida banyak
disimpan di bawah kulit, kadang – kadang kadarnya di dalam darah
tidak terlalu tinggi. Namun, simpanan trigliserida itu merupakan bahan
utama pembentukan VDLD (Very Low Density Lipoprotein) dan LDL
di Liver yang akan masuk ke dalam cairan darah. Berkaitan dengan hal
tersebut maka kegemukan cenderung menjadi penyebab meningkatkan
kadar kolesterol total, VLDL, dan LDL (Tisnadjaja, 2006).
c. Keturunan (Genetik)
Pada sebagian orang, walaupun pola makannya tidak terlalu baik,
banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak, dan kurang sehat,
tetapi tidak mengalami masalah dengan kadar kolesterol maupun
atheroklerosis. Namun, pada sebagian orang lain yang justru rajin
berolahraga, pola makannya kaya serat, jarang mengonsumsi lemak
hewani, dan tidak merokok justru mengalami masalah kadar kolesterol
yang selalu di ambang batas normal. Bahkan, bila tidak mengkonsumsi
obat kadar kolesterol total bisa naik sampai di atas 300 mg/dl pada usia
relatif muda (Tisnadjaja, 2006).
d. Usia
Seiring bertambahnya usia, aktifitas fisik seseorang cenderung
berkurang dan laju metabolisme juga secara alami akan berjalan
19
semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan semakin melemahnya organ-
organ tubuh.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kenaikan LDL seiring
bertambahnya usia berhubungan dengan makin berkurangnya
kemampuan atau aktifitas LDL reseptor menjadi penyebab naiknya
LDL dalam darah dan secara otomatis akan meningkatkan resiko
atheroklerosis atau pembentukan plak pada arteri. Sebagian ahli lain
mengaitkan kenaikan LDL dan kolesterol total pada usia lanjut ini
dengan faktor kegemukan atau obesitas yang meningkatkan persentase
lemak tubuh (Tisnadjaja, 2006).
5. Kadar Kolesterol
Tidak ada garis batas yang absolut mengenai angka dan ambang batas
kadar kolesterol dan lemak dalam darah. Namun, dari hasil penelitian yang
intensif dan dalam waktu yang cukup lama dan mewakili sejumlah besar
populasi atau yang lebih dikenal dengan “Longitudinal Study”, para peneliti
ilmu kedokteran telah meletakkan pedoman besaran angka-angka yang
sebaiknya digunakan sebagai ambang batas kadar kolesterol dalam darah.
Penelitian ini juga mengidentifikasikan dampak-dampak yang mungkin
timbul bila angka-angka atau ambang batas tersebut terlampaui.
Beberapa institusi yang telah merumuskan angka kadar kolesterol
dalam darah, yaitu :
a. National Institute of Health (NIH) USA
Institusi tersebut menganjurkan kadar kolesterol dalam darah
sebagai berikut :
1) Kadar kolesterol darah yang diinginkan = 200 mg/dl atau kurang.
2) Kadar kolesterol darah sedang atau ambang batas tinggi
(Borderline High) = 200 – 239 mg/dl.
3) Kadar Kolesterol Tinggi jika lebih dari 240 mg/dl.
Kadar kolesterol dari National Institute of Health (NIH) digunakan
sebagai acuan diberbagai instansi kesehatan di banyak negara. NIH juga
menyimpulkan telah cukup bukti bahwa menurunkan total kolesterol
20
dan LDL dengan diet, olahraga, atau obat bisa mengurangi resiko
terjadinya Penyakit Jantung Koroner (Nilawati, 2008).
b. Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) – USA
Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) meneliti
hubungan antara total kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Resiko
akibat Penyakit Jantung Koroner mulai terlihat meningkat secara
perlahan-lahan pada kadar kolesterol 180 mg/dl. Resiko ini uga akan
meningkat pada level kolesterol 200 mg/dl dan menjadi tiga kali lipat
pada kadar 245 mg/dl (Nilawati, 2008).
6. Gangguan Kesehatan Akibat Peningkatan Kadar Kolesterol
Ada dua jenis gangguan kesehatan yang bersumber langsung dari
peningkatan kadar kolesterol, yakni hiperkolesterolemia bawaan dan
hiperlipidemia.
a. Hiperkolesterolemia Bawaan
Hiperkolesterolemia bawaan merupakan bentuk gangguan
keturunan yang relatif umum. Kadar kolesterol dalam darah sudah
tinggi sejak lahir dan pada masa dewasa biasanya sangat tinggi.
Gangguan ini kerap kali diturunkan oleh salah satu orang tua yang
biasanya membawa gen hiperkolesterolemia (Nilawati, 2008).
b. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia berarti kelebihan lemak dalam darah. Kadar
kolesterol maupun trigliserida biasanya tinggi. Arteri koroner, arteri
yang mengalirkan darah ke kaki dan terkadang mengalirkan darah ke
otak, akan menyempit. Keadaan ini memerlukan perawatan dengan obat
dan diet (Nilawati, 2008).
Penyakit yang terjadi akibat dari Hiperlidemia, yaitu:
1) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri
koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.
21
Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan
ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal ini
sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada (Price, 1995).
Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah
yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat
sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan
kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung (Price, 1995).
2) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan penyakit arteri besar, tempat
endapan lipid yang dinamakan plak ateroma terdapat dalam lapisan
subintima arteri. Plak khususnya mengandung kolesterol dalam
jumlah besar dan sering dinamakan endapan kolesterol, biasanya
juga dihubungkan dengan perubahan degenerasi pada dinding
arteri. Pada stadium lanjut penyakit, fibroblas menginfiltrasi daerah
degenerasi dan menyebabkan sklerosis progresif pada arteri. Selain
itu, kalsium seringkali mengendap bersama lipid untuk membentuk
plak kalsifikasi. Bila kedua proses ini terjadi, arteri menjadi sangat
keras, dan kemudian dinamakan arteriklerosis atau pengerasan
arteri (Guyton, 1996).
Arteri yang mengalami arteriosklerosis kehilangan sebagian
besar distensibilitasnya, dan karena daerah-daerah degenerasi,
mereka mudah pecah. Plak ateroma juga sering menonjol melalui
intima masuk aliran darah, dan permukaan plak yang kasar
menyebabkan terbentuknya bekuan darah, dengan akibat terjadinya
trombus atau embolus (Guyton, 1996).
Hampir separuh manusia mati karena arterioklerosis, kira-kira
dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis dari satu arteria
koronia atau lebih dan sisanya yang satu pertiga oleh trombosis
atau perdarahan pembuluh pada organ tubuh lain, khususnya otak,
22
ginjal, hati, saluran pencernaan, anggota gerak, dan sebagainya
(Guyton, 1996).
Perkembangan arteriosklerosis berawal dari sel-sel darah putih
yang secara normal terdapat dalam sistim peredaran darah. Sel-sel
darah putih ini menembus lapisan dalam pembuluh darah dan mulai
menyerap tetes-tetes lemak, terutama kolesterol. Ketika mati, sel-
sel darah putih meninggalkan kolesterol di bagian dasar dinding
arteri, karena tidak mampu “mencerna” kolesterol yang diserapnya
itu. Akibatnya lapisan di bawah garis pelindung arteri berangsur-
angsur mulai menebal dan jumlah sel otot meningkat, kemudian
jaringan parut yang menutupi bagian tersebut terpengaruh oleh
sklerosis. Apabila jaringan parut itu pecah, sel-sel darah yang
beredar mulai melekat ke bagian dalam yang terpengaruh. Tahap
berikutnya gumpalan darah dengan cepat terbentuk pada
permukaan lapisan arteri yang robek. Kondisi ini dengan cepat
mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan arteri secra total,
apabila darah mengandung kolesterol secara berlebihan, ada
kemungkinan kolesterol tersebut mengendap dalam arteri yang
memasok darah ke dalam jantung (arteri koroner). Akibat yang
dapat terjadi ada bagian otot jantung (myocardium) yang mati dan
selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut. Jaringan parut ini
tidak dapat berkontraksi seperti otot jantung. Hilangnya daya
pompa jantung tergantung pada banyaknya otot jantung yang rusak
(Anis, 2006).
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang beredar di dalam aliran darah
yang diproduksi di hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Namun, apabila
kolesterol dalam tubuh berlebih akan tertimbun di dalam dinding pembuluh
darah dan menimbulkan terjadinya penyempitan atau pengerasan pembuluh
darah. Kolesterol yang dibutuhkan tersebut secara normal diproduksi sendiri
oleh tubuh dalam jumlah tepat. Tetapi kolesterol akan meningkatkan jumlahnya
karena beberapa faktor, yaitu pola hidup, obesitas, genetik, dan usia.
Kolesterol akan meningkat karena pola hidup yang sering mengonsumsi
makanan dan minuman yang dapat memicu terjadinya peningkatan kolesterol
dalam darah. Salah satunya yaitu kebiasaan mengonsumsi kopi secara
berlebihan. Mengonsumsi kopi secara berlebihan dapat memicu terjadinya
peningkatan kadar kolesterol dalam darah karena kopi mengandung Kafestol.
Kafestol yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan asam
lemak bebas dan kolesterol dalam darah yang dapat menimbulkan endapan-
endapan lemak dan plak yang menempel dan menyumbat dinding arteri,
sehingga mengakibatkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh
darah menyempit. Penambahan 10mg kafestol perhari selama 4 minggu akan
meningkatkan kolesterol total sebanyak 5,02 mg/dl. Kadar kolesterol total
dikatakan normal dalam darah jika 154 – 231 mg/dl, dan dikatakan mengalami
peningkatan kadar kolesterol total apabila kadar kolesterol total ≥ 231 mg/dl.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti efek konsumsi kopi yang
berlebihan oleh pecandu kopi terhadap kadar kolesterol total dalam darah.
24
B. Kerangka Pikir
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu kadar kolesterol total pada
pecandu kopi.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pecandu adalah seseorang yang ketergantungan baik psikis maupun
psikologis terhadap kopi dan mampu menjawab kuisioner dengan benar
sebanyak 70%.
2. Kopi adalah minuman berwarna hitam hasil seduhan biji kopi yang telah
diolah dan dihaluskan menjadi bubuk.
3. Kolesterol adalah zat lemak yang beredar di dalam aliran darah yang sangat
diperlukan oleh tubuh, namun menjadi sesuatu yang berbahaya bagi tubuh
jika jumlahnya melebihi ambang batas yang ditentukan.
Pecandu kopi
Pemeriksaan kadar
kolesterol total
Hasil pemeriksaan kadar
kolesterol total normal
Hasil pemeriksaan kadar
kolesterol total tinggi
25
4. Kadar kolesterol total pecandu kopi adalah hasil pemeriksaan kolesterol total
yang dilakukan pada pecandu kopi.
Kriteria Objektif :
Kadar Kolesterol Total Normal : 154-231 mg/dl;
Kadar Kolesterol Total Tinggi : > 231 mg/dl.
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu untuk
memperoleh gambaran hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pecandu
kopi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Poasia
yaitu di Kecamatan Poasia yang terdiri dari Kelurahan Rahandouna,
Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Anggoeya, dan Kelurahan Matabubu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 sampai 30
Juni 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-
cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Poasia yang
mengonsumsi kopi secara berlebihan sebanyak 254 orang, yang terdiri dari
67 orang di Kelurahan Rahandouna, 84 orang di Kelurahan Anduonohu, 47
orang di Kelurahan Anggoeya, dan 56 orang di Kelurahan Matabubu.
Jumlah populasi diperoleh dari 400 kuisioner yang dibagikan kepada
masyarakat di Kecamatan Poasia.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya diungkapkan dan
akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi (Nasir, 2011). Besar
sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 15% karena jumlah populasi
> 100.
27
Pada Kelurahan Rahandouna :
𝑛 = 𝑁 × 15%
𝑛 = 67 𝑥 15
100
𝑛 = 10,05 → 10
Pada Kelurahan Anduonohu :
𝑛 = 𝑁 × 15%
𝑛 = 84 𝑥 15
100
𝑛 = 12,6 → 13
Pada Kelurahan Anggoeya:
𝑛 = 𝑁 × 15%
𝑛 = 56 𝑥 15
100
𝑛 = 8,4 → 8
Pada Kelurahan Matabubu :
𝑛 = 𝑁 × 15%
𝑛 = 47 𝑥 15
100
𝑛 = 7,06 → 7
Maka, besar sampel dalam penelitian ini yaitu 38 sampel dan teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling
(pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan).
Kriteria Inklusi yang akan diteliti, yaitu :
a. Usia di atas 25 tahun;
b. Konsumsi kopi lebih dari 2 gelas perhari;
c. Konsumsi kopi lebih dari 5 tahun.
Kriteria Eksklusi dari sampel yang akan diteliti, yaitu:
a. Perempuan;
b. Sedang mengonsumsi obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol;
c. Mengalami Obesitas.
28
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan mulai dari observasi awal,
pengumpulan jurnal, study literature hingga pencatatan hasil pemeriksaan kadar
kolesterol total.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner,
lembar permintaan persetujuan responden serta lembar hasil pemeriksaan.
F. Prosedur Kerja
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien : Menjelaskan kepada pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan.
b. Persiapan Sampel : Tidak memerlukan persiapan khusus.
c. Persiapkan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Autoklik (Nesco);
2) Alat pengukur kadar kolesterol (Nesco);
3) Strip Kolesterol (Nesco);
4) Kapas alkohol 70%;
5) Lanset;
6) Mikropipet;
7) Tips Kuning.
2. Analitik
a. Pasang lanset pada autoklik. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan;
b. Pasang strip kolesterol pada alat. Maka alat akan on;
c. Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan nomor kode kalibrasi yang
muncul di layar dengan yang tertera di tabung harus sama;
d. Usap ujung jari menggunakan kapas alkohol 70% dan tunggu hingga
kering;
e. Tusuk ujung jari tersebut dengan menggunakan autoklik;
f. Pipet dengan menggunakan mikropipet sebanyak 15μL darah;
29
g. Masukkan darah tersebut ke dalam bantalan strip kolesterol sampai
terisi penuh;
h. Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar.
3. Pasca Analitik
a. Pembacaan hasil pemeriksaan.
Interpertasi hasil kadar pemeriksaan kolesterol total dalam darah,
yaitu:
1) Normal : 154-231 mg/dl.
2) Tinggi : > 231 mg/dl.
b. Pencatatan hasil pemeriksaan
G. Jenis Data
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
nilai hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pecandu kopi di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
H. Pengolahan Data
1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.
2. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasikan data menurut kategori dan jenis
masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan data maka setiap
kategori diberi kode.
3. Scoring, yaitu setelah melakukan pengkodean, maka dilanjutkan dengan
tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang digunakan dalam
bentuk angka.
4. Tabulating, yaitu untuk meringkas data yang diperlukan dalam bentuk tabel
yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan
diproses dengan menggunakan tabel menurut kategorinya masing-masing.
I. Analisa Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑋 =𝑓
𝑛 × 𝑘
Keterangan :
X : Jumlah presentase variabel yang diteliti
30
f : Jumlah responden berdasarkan variable
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstanta (100%)
J. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian
dijelaskan dalam bentuk narasi.
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk meindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Ananomiti (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar
alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek menolak, maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
31
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Kecamatan Poasia merupakan sebuah kecamatan yang terdiri dari 4
kelurahan, yaitu Kelurahan Rahandouna, Kelurahan Anduonohu, Keurahan
Anggoeya, dan Kelurahan Matabubu. Luas wilayah daratan Kecamatan
Poasia sebesar 37,74 km2 atau 14,12 persen dari luas daratan Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut kelurahan sangat beragam,
Kelurahan Rahandouna merupakan wilayah kelurahan yang paling luas,
kemudian menyusul Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Anduonohu dan
Kelurahan Matabubu.
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kecamatan Poasia
Batas-batas wilayah Kecamatan Poasia, yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.
32
2. Kependudukan
Penduduk Kecamatan Poasia berdasarkan data terakhir pada tahun 2013
mencapai 27.054 jiwa. Luas wilayah Kecamatan Poasia adalah 38,54 km2.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kepadatan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk Kecamatan Poasia
pada tahun 2013 adalah 702 jiwa per km2.
Persebaran penduduk Kecamatan Poasia tahun 2013 terpusat di
Kelurahan Rahandouna dan Anduonohu, dimana masing-masing berjumlah
10.852 jiwa untuk wilayah Rahandouna dan 10.000 jiwa di wilayah
Andounohu. Penyebab utama terjadinya persebaran penduduk di dua
kelurahan ini dibandingkan dengan dua kelurahan lainnya, karena semakin
pesatnya kegiatan perekonomian penduduk dan banyaknya pembangunan
sarana perekonomian. Untuk penduduk Kelurahan Anggoeya 4.945 jiwa dan
Matabubu 1.261 jiwa.
Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di Kecamatan Poasia tahun
2013 adalah 16.518 jiwa penduduk usia dewasa yang terdiri atas 8.309 jiwa
laki-laki dan 8.209 jiwa perempuan. Untuk usia anak-anak 9.191 jiwa terdiri
dari 4.830 jiwa anak laki-laki dan 4.361 jiwa anak perempuan. Sedangkan
usia lansia 1.349 jiwa terdiri dari 662 jiwa laki-laki dan 687 jiwa
perempuanµ
3. Perindustrian
Di wilayah Kecamatan Poasia, terdapat beberapa industri kecil atau
kerajinan rumah tangga yaitu industri kayu, logam, anyaman dan makanan.
Industri makanan menempati urutan teratas yaitu 77 buah, disusul industri
kayu 71 buah, industri keramik 62 buah, industri dari kain/tenun 45 buah
dan industri logam 44 buah dan industri Anyaman 10 buah.
33
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan tentang
gambaran kadar kolesterol total pada pecandu kopi, maka akan disajikan
karakteristik responden dalam penelitian ini yang terdiri dari distribusi
kelompok umur, distribusi kelompok berat badan, distribusi kelompok
tinggi badan dan distribusi pekerjaan.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
No. Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 26-35 17 44,74
2. 36-45 11 28,95
3. 46-55 6 15,79
4. 56-65 2 5,26
5. > 65 2 5,26
Jumlah 38 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pecandu kopi dengan kelompok
umur 26-35 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 44,74%,
kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 11 orang dengan persentase
28,95%, kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 6 orang dengan
persentase 15,79%, kelompok umur 56-65 tahun sebanyak 2 orang
dengan persentase 5,26%, dan kelompok umur > 56 tahun sebanyak 2
orang dengan persentase 5,26%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pecandu kopi dengan kelompok umur 26-35 tahun merupakan
kelompok umur dengan persentase tertinggi, dan kelompok umur > 65
merupakan kelompok umur dengan persentase terendah.
34
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
No. Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 1 2,63
2. Wiraswasta 22 57,89
3. Swasta 10 26,32
4. Petani 5 13,16
Jumlah 38 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pecandu kopi dengan pekerjaan
sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 1 orang dengan persentase
2,63%, Wiraswasta sebanyak 22 orang dengan persentase 57,89%,
Swasta sebanyak 10 orang dengan persentase 26,32%, dan Petani
sebanyak 5 dengan persentase 13,16%. Hal ini menunjukkan bahwa
pecandu kopi dengan pekerjaan sebagai wiraswasta merupakan
pekerjaan dengan persentase tertinggi, dan pekerjaan sebagai pegawai
negeri sipil merupakan pekerjaan dengan persentase terendah.
c. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
No. Indeks Massa Tubuh Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Kurus 3 7,89
2. Normal 21 55,27
3. Gemuk 14 36,84
Jumlah 38 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pecandu kopi dengan indeks massa
tubuh yang kurus sebanyak 3 orang dengan persentase 7,89%, pecandu
kopi dengan indeks massa tubuh yang normal sebanyak 21 orang
dengan persentase 55,27%, dan pecandu kopi dengan indeks massa
35
tubuh yang gemuk sebanyak 14 orang dengan persentase 36,84%. Hal
ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh yang normal merupakan
indeks massa tubuh dengan persentase tertinggi, dan indeks massa
tubuh yang kurus merupakan indeks massa tubuh dengan persentase
terendah.
2. Variabel Penelitian
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016
No. Hasil Pemeriksaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Normal 14 36,84
2. Tinggi 24 63,16
Jumlah 38 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pecandu kopi yang memiliki kadar
kolesterol total yang normal yaitu 14 orang dengan persentase sebanyak
36,84%, dan pecandu kopi yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi
yaitu 24 orang dengan persentase sebanyak 63,16%. Hal ini menunjukkan
bahwa pecandu kopi yang memiliki kadar kolsterol total yang tinggi
memiliki persentase lebih tinggi.
C. Pembahasan
1. Kadar Kolesterol Total Tinggi
Pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poasia
Kecamatan Poasia tahun 2016, tentang gambaran kadar kolesterol total pada
pecandu kopi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia,
menggunakan metode Strip diperoleh dari hasil penelitian yaitu dari 38
pecandu kopi yang diperiksa saat penelitian diperoleh 24 (63,16%) pecandu
kopi yang telah mengkonsumsi kopi lebih dari 5 tahun memiliki kadar
kolesterol total yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa konsumsi kopi dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol total dalam tubuh, hal ini dikarenakan kopi
36
mengandung kafestol yang mengganggu kestabilan kerja tubuh dan
mempengaruhi metabolisme kolesterol di dalam tubuh (Graha, 2010).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan 10 mg kafestol
perhari selama 4 minggu akan meningkatkan kolesterol total sebanyak 5,02
mg/dl (Salma, 2010).
Kafestol meningkatkan kolesterol dalam tubuh dengan menghambat
mekanisme β-oksidasi. Pada proses pembentukan energi trigliserida akan
tersimpan di jaringan adipose serta di dalam sel-sel otot, melalui proses
yang dinamakan lipolisis, trigliserida yang tersimpan ini akan dikonversi
menjadi asam lemak (Fatty Acid), dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap
1 molekul trigliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul
gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan dalam proses ini kemudian akan
mengalami jalur metabolisme dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan
masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa dan
asam piruvat. Sedangkan asam lemak bebas yang terbentuk akan dipecah
menjadi unit-unit kecil melalui proses β-oksidase untuk kemudian
menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel.
Asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri
dari ±16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk
dari 2 atom karbon. Tiap 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat
mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul
asetil KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam
sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi. Pada seorang yang
mengkonsumsi kopi senyawa kafestol mencegah pemecahan kolesterol
menjadi energi sehingga terjadi penumpukkan kolesterol total dalam darah
dan pembuluh darah, dan menyebabkan kolesterol total dalam darah
meningkat.
Peningkatan kadar kolesterol total dalam darah banyak terjadi pada
pecandu kopi yang memiliki usia di atas 36 tahun. Pada seorang pecandu
kopi dengan usia di atas 36 tahun, laju metabolisme dalam tubuh melambat,
dan semakin melemahnya organ-organ dalam tubuh sehingga dapat
37
menyebabkan kemampuan atau aktivitas reseptor kolesterol menjadi
berkurang dan peningkatan kadar kolesterol total dalam darah semakin
cepat. Peningkatan kadar kolesterol total dalam darah juga disebabkan
karena aktivitas tubuh yang kurang sementara tingkat konsumsi kopi terus
meningkat yang disebabkan oleh pekerjaan yang membutuhkan kopi untuk
menahan rasa kantuk, seperti pekerja pada industri rumahan yang berada di
Kecamatan Poasia. Sebagaimana diketahui bahwa Kecamatan Poasia
merupakan daerah yan memiliki banyak industri rumahan, seperti industri
kayu, keramik, kain tenun, dan lain-lain.
Dari 24 orang pecandu kopi yang memiliki kadar koleterol tinggi
ditemukan 4 (16,67%) diantaranya pecandu kopi yang berusia kurang dari
36 tahun, hal ini dapat disebabkan oleh kadar kolesterol total meningkat
lebih cepat. Nilawati (2008) menyatakan bahwa peningkatan kadar
kolesterol total menjadi lebih cepat pada usia muda yang dapat disebabkan
oleh pola hidup yang tidak baik, seperti merokok, genetik serta pola makan.
Yang dimana merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah
untuk menggumpal di dalam pembuluh darah dan melekat pada lapisan
dalam pembuluh darah, yang karena rokok tersebut dapat menurunkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Dimana HDL berfungsi untuk
membersihkan pembuluh darah dari kolesterol Low Density Lipoprotein
(LDL) yang berlebihan dalam darah.
Kirana (2011) juga menyatakan peningkatan kolesterol total pada usia
muda menjadi lebih cepat juga dapat disebabkan oleh faktor genetik. Yakni
seseorang yang memiliki riwayat keturunan kolesterol tinggi akan cepat
mengalami kenaikan kolesterol dalam darahnya setelah mengkonsumsi
makanan dan minuman yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Selain
itu, seseorang dengan pola makan yang tidak baik dan banyak
mengkonsumsi makanan yang dapat memicu peningkatan kadar kolesterol
akan memiliki kadar kolesterol total yang tinggi.
Peningkatan kolesterol total juga banyak terjadi pada pecandu kopi
yang memiliki indeks massa tubuh yang gemuk dan normal. Dari 14
38
(36,84%) pecandu kopi yang memiliki indeks massa tubuh yang gemuk 9
(64,29%) diantaranya memiliki kadar kolesterol total yang tinggi. Dan dari
21 (55,27%) pecandu kopi yang memiliki indeks massa tubuh yang normal
14 (66,67%) diantaranya memiliki kadar kolesterol total yang tinggi. Denke
(2006) menyatakan bahwa hubungan kuat terjadi antara perubahan serum
kolesterol dengan berat badan sejak dewasa muda hingga usia pertengahan.
Terjadinya penambahan berat badan pada usia dewasa kebanyakan antara
usia 20-50 tahun. Pada waktu yang bersamaan, serum kolesterol juga
meningkat. Setiap peningkatan 1 kg/m2
indeks massa tubuh berhubungan
dengan peningkatan kolesterol total sebesar 7,7 mg/dl dan penurunan
tingkat HDL sebesar 0,8 mg/dl.
2. Kadar Kolesterol Total Normal
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 38 pecandu kopi
yang diperiksa saat penelitian diperoleh 14 (36,84%) pecandu kopi yang
memiliki kadar kolesterol total yang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
faktor usia dari pecandu kopi, serta aktivitas fisik yang berat. Seseorang
dengan usia muda masih memiliki organ-organ tubuh yang baik, dan
memiliki aktivitas tubuh yang padat, sehingga proses metabolisme
kolesterol yang terjadi dalam tubuh berjalan dengan baik. Diduga aktivitas
tubuh yang berat mampu mengkonversi kolesterol menjadi sterol yang
kemudian dikonversi lagi menjadi hormon reproduksi sehingga
menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh menjadi normal.
Marewa (2015) menyatakan bahwa seseorang dengan aktivitas yang
berat dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, aktivitas tubuh
memberikan pengaruh yang baik pada profil lipid plasma. Konsentrasi
kolesterol total diturunkan sebagai akibat menurunnya LDL dan trigliserida,
sedangkan HDL meningkat. Demikian pula dengan hasil penelitian Anwar
(2004) aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah dan
memperbaiki kolateral koroner sehingga menurunkan kadar kolesterol total.
Selain itu aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan sehingga lemak
yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
39
kolesterol. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa aktivitas tubuh yang
berat dapat meningkatkan kadar HDL, menurunkan kadar trigliserida dan
LDL serta menurunkan resistensi insulin.
Kadar kolesterol total normal pada pecandu kopi dapat disebabkan pula
oleh pola makan yang baik, seperti banyak mengkonsumsi makanan atau
minuman yang dapat membuat kadar kolesterol dalam darah menurun.
Kirana (2011) menyatakan bahwa mengatur pola makan, dan mengurangi
makanan yang mengandung lemak tinggi akan menurunkan kadar kolesterol
dalam darah, seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung omega-3.
Omega-3 dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol dan menurunkan
kadar LDL dalam darah dan meningkatkan kadar HDL, serta menurunkan
resiko terjadinya pembekuan pada pembuluh darah.
40
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari penelitian yang dilakukan tentang gambaran kadar kolesterol total pada
pecandu kopi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia dari 38
orang pecandu kopi yang telah mengkonsumsi kopi lebih dari 5 tahun
diperoleh hasil pecandu kopi yang memiliki kadar kolesterol total tinggi
lebih banyak dengan persentase 63,16% dibanding pecandu kopi dengan
kadar kolesterol total normal dengan persentase 36,84%.
2. Dari 38 pecandu kopi terdapat 14 orang pecandu kopi yang telah
mengonsumsi kopi lebih dari 5 tahun dengan persentase 36,84% memiliki
kadar kolesterol total yang normal, dengan rata-rata berumur kurang dari 36
tahun.
3. Dari 38 pecandu kopi terdapat 24 orang pecandu kopi yang telah
mengonsumsi kopi lebih dari 5 tahun dengan persentase 63,16% memiliki
kadar kolesterol total yang tinggi, dengan rata-rata berumur 36 tahun ke
atas.
B. Saran
1. Diharapkan kepada institusi pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan
bahan bacaan atau tambahan kepustakaan.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar mengurangi mengonsumsi kopi
terkhusus bagi pecandu kopi.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian ini
terkait dengan kadar kolesterol pada pecandu kopi khususnya LDL dan
trigliserida, memperhatikan pola makan pecandu kopi, pola hidup pecandu
kopi serta melihat dari segi pendidikan pecandu kopi yang akan diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Penerbit Kanidius.
AEKI. 2014. Konsumsi Kopi Domestik. Jakarta.
Anis. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Solusi Pencegahan dari
Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Anwar. TB, 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Bagian Ilmu Gizi Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 2015. Sulawesi Tenggara dalam
Angka 2015. Kendari: CV Metro Graphia.
Belitz, H.D., and W. Grosch. 1987. Food Chemistry. Springer-Verlag Berlin,
Heidelberg.
Bennett, Alan Weinberg & Bonnie K Bealer. 2002. The Miracle of caffeine. Bandung:
Mizan Pustaka.
Dewanti, Sri. 2010. Kolesterol, Diabetes Mellitus dan Asam Urat. Bekasi: PT. Kawan
Kita.
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Graha, C K. 2010. 100 Question & Answer Kolesterol. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Guyton, Arthur C. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (3rd ed.).
Jakarta: EGC.
International Coffea Organization. 2016. Coffea Trade Statistics – Februari 2016.
Inggris.
Kirana, Lisa. 2011. Awas, Diaskol. Bantul: Syura Media Utama.
Kirana, Rahardja & Tan Hoan Tjay. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
dan Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Marewa, Lukman Waris. 2015. Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi
Selatan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Najiyati, S., & Danarti. 1997. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nasir, Abdul., dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nilawati, Sri., dkk. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Bogor: Penebar Plus+.
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi. Bogor: PT. Penebar Swadaya.
Rikang, Raymundus & Prasetyo Dharma. 2014. Orang Indonesia Makin Gemar
Minum Kopi. Jakarta.
Salma. 2010. Kopi Meningkatkan Kadar Kolesterol. Jurnal Kesehatan.
Samsuridjal, Djauzi. 2006. Mencegah Berbagai Penyakit Hidup Sehat Untuk
Keluarga. Jakarta: Penerbit Kompas.
Tisnadjaja, Djajat. 2006. Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah dengan Angkak.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Wahyani, Anggray Duvita & Apoina Kartini. 2012. Perbedaan Kadar Trigliserida
Serum Tikus Srague Dawley Pada Pemberian Kopi Robusta Filter dan Tanpa
Filter.
Yuliana, Erlimia Eka Noor. 2015. Hubungan Konsumsi Kopi dan Hipertensi pada
Usia Lanjut. Surakarta.
Yuliandari, Widyanti. 2015. Food Combining Pola Makan Sehat, Enak, dan Mudah.
Jakarta: PT. Kawan Pustaka.
Zindany, Millah Fithriyah., dkk. 2014. Pengaruh Pemberian Kopi terhadap Kadar
Kolesterol dan Trigliserida pada Tikus Wistar (Rattus novergiccus). Padang.
LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth, Bapak Responden
di
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Dian Rahmayani A.
NIM : P00320013107
Sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul “Gambaran Kadar
Kolesterol Total pada Pecandu Kopi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Sehubungan dengan hal itu, saya mohon bapak untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau menolak menjadi
responden. Apabila bapak setujui, maka disilahkan untuk menandatangi surat
persetujuan responden berikut ini. Atas partisipasinya dan kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Dian Rahmayani A.
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Analis Kesehatan dengan judul : “Gambaran Kadar Kolesterol Total pada
Pecandu Kopi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikianlah surat persetujuan
ini dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun semoga dapat dipergunakan
seperlunya.
Kendari, Juni 2016
Responden
(Nama Lengkap)
Lampiran 3
LEMBAR KUISIONER
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PECANDU KOPI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KECAMATAN POASIA
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Pekerjaan :
B. PertanyaanpadaPecandu Kopi
Pilihlah jawaban yang paling tepat menurut anda dengan memberikan Tanda
Silang (X) pada kolom yang tersedia.
1. Apakah anda sering mengonsumsi kopi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah kopi yang sering anda konsumsi adalah kopi bubuk?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengonsumsi kopi lebih dari 2 gelas perhari?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda baru mengonsumsi kopi?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda telah mengonsumsi kopi lebih dari 5 tahun?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda telah mengonsumsi kopi lebih dari 10 tahun?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda minum kopi setiap selesai sarapan pagi, makan siang, dan
makan malam setiap hari?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda menambahkan gula saat membuat segelas kopi?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda merasa sakit kepala, mengantuk, dan kurang bertenaga jika
tidak mengonsumsi kopi?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda memiliki penyakit maag dan penyakit jantung?
a. Ya
b. Tidak
PEMERINTAH KOTA KENDARI
KECAMATAN POASIA
Sekretariat Jalan Badak No. : Telp. 0401-3005339 Rahandauna Kode Pos 93232
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN
Judul : Gambaran Kadar Kolesterol Total pada Pecandu Kopi di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Nama : Dian Rahmayani A.
NIM : P00320013107
No Inisial Umur Berat
Badan
Tinggi
Badan Alamat Pekerjaan
Hasil
Pemeriksaan
1. Tn. An 42 52 kg 167 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 256
2. Tn. Iw 27 53 kg 165 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 195
3. Tn. Ru 69 60 kg 160 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 335
4. Tn. On 41 75 kg 165 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 267
5. Tn. Er 39 55 kg 155 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 246
6. Tn. Sa 56 60 kg 171 cm Kelurahan
Rahandouna Swasta 279
7. Tn. Si 39 52 kg 175 cm Kelurahan
Rahandouna Swasta 228
8. Tn. Di 68 68 kg 179 cm Kelurahan
Rahandouna Petani 286
9. Tn. Ab 49 57 kg 159 cm Kelurahan
Rahandouna Petani 264
10. Tn. Ah 32 55 kg 163 cm Kelurahan
Rahandouna Wiraswasta 221
11. Tn. Us 32 70 kg 160 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 246
12 Tn. Yo 39 65 kg 160 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 329
13. Tn. Fr 33 70 kg 175 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 191
14. Tn. Um 38 51 kg 158 cm Kelurahan
Anduonohu Swasta 275
15. Tn. Ri 28 70 kg 170 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 239
16. Tn. Ha 50 60 kg 168 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 293
17. Tn. Su 46 55 kg 160 cm Kelurahan
Anduonohu Swasta 281
18. Tn. Ul 56 47 kg 168 cm Kelurahan
Anduonohu Petani 309
19. Tn. Sa 30 45 kg 160 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 211
20. Tn. Ru 28 56 kg 170 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 232
21. Tn. At 29 69 kg 170 cm Kelurahan
Anduonohu Wiraswasta 229
22. Tn. An 27 68 kg 167 cm Kelurahan
Anduonohu Swasta 206
23. Tn. Ti 50 60 kg 165 cm Kelurahan
Anduonohu Petani 250
24. Tn. El 40 70 kg 170 cm Kelurahan
Anggoeya Wiraswasta 254
25. Tn. Th 30 67 kg 169 cm Kelurahan
Anggoeya Swasta 257
26. Tn. Ob 40 70 kg 160 cm Kelurahan
Anggoeya Wiraswasta 300
27. Tn. Am 33 67 kg 167 cm Kelurahan
Anggoeya PNS 175
28. Tn. Hb 45 60 kg 165 cm Kelurahan
Anggoeya Petani 251
29. Tn. Ya 31 57 kg 160 cm Kelurahan
Anggoeya Swasta 201
30. Tn. Dm 28 55 kg 160 cm Kelurahan
Anggoeya Swasta 183
31. Tn. Rh 32 67 kg 170 cm Kelurahan
Anggoeya Swasta 198
32. Tn. Az 47 65 kg 165 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 247
33. Tn. Fa 29 55 kg 160 cm Kelurahan
Matabubu Swasta 194
34. Tn. Ug 35 70 kg 175 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 211
35. Tn. Ri 51 55 kg 155 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 287
36. Tn. Sa 40 68 kg 175 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 253
37. Tn. Uk 36 70 kg 170 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 246
38. Tn. Am 27 65 kg 167 cm Kelurahan
Matabubu Wiraswasta 195
TABULASI DATA
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PECANDU KOPI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KECAMATAN POASIA
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
No. Inisial Umur Alamat
(Kelurahan) Pekerjaan
Indeks Mas sa Tubuh Kategori Responden Variabel Penelitian
Berat
Badan
Tinggi
Badan Kategori P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 % Kategori
Hasil
Pemeriksaan
(mg/dl)
Kategori
(N : 154-231
mg/dl)
1. Tn. An 42 Thn Rahandouna Wiraswasta 52 kg 167 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 256 Tinggi
2. Tn. Iw 27 Thn Rahandouna Wiraswasta 53 kg 165 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 195 Normal
3. Tn. Ru 69 Thn Rahandouna Wiraswasta 60 kg 160 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 335 Tinggi
4. Tn. On 41 Thn Rahandouna Wiraswasta 55 kg 165 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 267 Tinggi
5. Tn. Er 39 Thn Rahandouna Wiraswasta 55 kg 155 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 246 Tinggi
6. Tn. Sa 56 Thn Rahandouna Swasta 60 kg 171 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 279 Tinggi
7. Tn. Si 39 Thn Rahandouna Swasta 52 kg 175 cm Kurus 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 228 Normal
8. Tn. Di 68 Thn Rahandouna Petani 68 kg 172 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 286 Tinggi
9. Tn. Ab 49 Thn Rahandouna Petani 57 kg 159 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 264 Tinggi
10. Tn. Ah 32 Thn Rahandouna Wiraswasta 55 kg 163 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 221 Normal
11. Tn. Us 32 Thn Anduonohu Wiraswasta 70 kg 160 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 246 Tinggi
12 Tn. Yo 39 Thn Anduonohu Wiraswasta 65 kg 160 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 329 Tinggi
13. Tn. Fr 33 Thn Anduonohu Wiraswasta 70 kg 175 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 191 Normal
14. Tn. Um 38 Thn Anduonohu Swasta 51 kg 158 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 275 Tinggi
15. Tn. Ri 28 Thn Anduonohu Wiraswasta 70 kg 170 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 239 Tinggi
16. Tn. Ha 50 Thn Anduonohu Wiraswasta 60 kg 168 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 293 Tinggi
17. Tn. Su 46 Thn Anduonohu Swasta 55 kg 160 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 281 Tinggi
18. Tn. Ul 56 Thn Anduonohu Petani 47 kg 168 cm Kurus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 309 Tinggi
19. Tn. Sa 30 Thn Anduonohu Wiraswasta 45 kg 160 cm Kurus 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 211 Normal
20. Tn. Ru 28 Thn Anduonohu Wiraswasta 56 kg 170 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 232 Tinggi
21. Tn. At 29 Thn Anduonohu Wiraswasta 69 kg 170 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 229 Normal
22. Tn. An 27 Thn Anduonohu Swasta 68 kg 167 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 206 Normal
23. Tn. Ti 50 Thn Anduonohu Petani 60 kg 165 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 250 Tinggi
24. Tn. El 40 Thn Anggoeya Wiraswasta 70 kg 170 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 254 Tinggi
25. Tn. Th 30 Thn Anggoeya Swasta 67 kg 169 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 257 Tinggi
26. Tn. Ob 40 Thn Anggoeya Wiraswasta 70 kg 160 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 300 Tinggi
27. Tn. Am 33 Thn Anggoeya PNS 67 kg 167 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 175 Normal
28. Tn. Hb 45 Thn Anggoeya Petani 60 kg 165 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 251 Tinggi
29. Tn. Ya 31 Thn Anggoeya Swasta 57 kg 160 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 201 Normal
30. Tn. Dm 28 Thn Anggoeya Swasta 55 kg 160 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 183 Normal
31. Tn. Rh 32 Thn Anggoeya Swasta 67 kg 170 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 198 Normal
32. Tn. Az 47 Thn Matabubu Wiraswasta 65 kg 165 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 247 Tinggi
33. Tn. Fa 29 Thn Matabubu Swasta 55 kg 160 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 194 Normal
34. Tn. Ug 35 Thn Matabubu Wiraswasta 70 kg 175 cm Normal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 211 Normal
35. Tn. Ri 51 Thn Matabubu Wiraswasta 55 kg 155 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 287 Tinggi
36. Tn. Sa 40 Thn Matabubu Wiraswasta 68 kg 175 cm Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 253 Tinggi
37. Tn. Uk 36 Thn Matabubu Wiraswasta 70 kg 170 cm Gemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100,0 Pecandu 246 Tinggi
38. Tn. Am 27 Thn Matabubu Wiraswasta 65 kg 167 cm Gemuk 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90,0 Pecandu 195 Normal
MASTER TABEL
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PECANDU KOPI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KECAMATAN POASIA
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
No. Inisial Umur (Tahun) Pekerjaan Indeks Massa Tubuh Hasil Pemeriksaan
26-35 36-45 46-55 56-65 ˃ 65 PNS Wiraswasta Swasta Petani Kurus Normal Gemuk Normal Tinggi
1. Tn. An
2. Tn. Iw
3. Tn. Ru
4. Tn. On
5. Tn. Er
6. Tn. Sa
7. Tn. Si
8. Tn. Di
9. Tn. Ab
10. Tn. Ah
11. Tn. Us
12 Tn. Yo
13. Tn. Fr
14. Tn. Um
15. Tn. Ri
16. Tn. Ha
17. Tn. Su
18. Tn. Ul
19. Tn. Sa
20. Tn. Ru
21. Tn. At
22. Tn. An
23. Tn. Ti
24. Tn. El
25. Tn. Th
26. Tn. Ob
27. Tn. Am
28. Tn. Hb
29. Tn. Ya
30. Tn. Dm
31. Tn. Rh
32. Tn. Az
33. Tn. Fa
34. Tn. Ug
35. Tn. Ri
36. Tn. Sa
37. Tn. Uk
38. Tn. Am
Frekuensi 17 11 6 2 2 1 22 10 5 3 21 14 14 24
Jumlah 38 38 38 38
Lampiran 10
DOKUMENTASI PENELITIAN
Responden Menandatangi Surat Persetujuan Responden
Melakukan Control pada Alat Pemasangan Strip Kolesterol ke alat
Ujung jari diusap dengan Tusuk ujung jari dengan menggunakan
Kapas Alkohol autoklik
Pipet darah dengan menggunakan Darah yang telah dipipet
Mikropipet dimasukkan ke dalam bantalan strip
kolesterol
Tunggu proses pemeriksaan Hasil Pemeriksaan