kemelimpahan satwa

14
I.PENDAHULUAN A. Judul Pendugaan Kemelimpahan Suatu Jenis Satwa B. Latar Belakang Kemelimpahan suatu jenis satwa merupakan bukti dari tingginya keanekaragaman hayati suatu habita atau ekosistem. Kemelimpahan dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan adaptasi dan dominasi suatu satwa di suatu habitat atau ekosistem. Pendugaan kelimpahan satwa adalah kegiatan yang biasa dalam manajemen kehidupan alam bebas dan perkiraan dampak lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dalam percobaan pendugaan kemelimpahan satwa ini yaitu menghitung populasi kancing hitam dalam wadah menggunakan metode Petersen, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui metode yang akurat dalam pendugaan kemelimpahan suatu jenis satwa C. Tujuan 1. Mampu menghitung estimasi populasi kancing hitam dengan menggnakan metode penandaan dan pelepasan ulang atau Mark, Capture, and Release.

Upload: krisna-dewantara

Post on 04-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ekologi

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. JudulPendugaan Kemelimpahan Suatu Jenis Satwa

B. Latar BelakangKemelimpahan suatu jenis satwa merupakan bukti dari tingginya keanekaragaman hayati suatu habita atau ekosistem. Kemelimpahan dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan adaptasi dan dominasi suatu satwa di suatu habitat atau ekosistem. Pendugaan kelimpahan satwa adalah kegiatan yang biasa dalam manajemen kehidupan alam bebas dan perkiraan dampak lingkungan.Kegiatan yang dilakukan dalam percobaan pendugaan kemelimpahan satwa ini yaitu menghitung populasi kancing hitam dalam wadah menggunakan metode Petersen, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui metode yang akurat dalam pendugaan kemelimpahan suatu jenis satwa

C. Tujuan1. Mampu menghitung estimasi populasi kancing hitam dengan menggnakan metode penandaan dan pelepasan ulang atau Mark, Capture, and Release.2. Mengetahui metode yang akurat digunakan dalam estimasi pendugaan kemelimpahan satwa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Metode Capture, Mark, and Release merupakan metode sederhana untuk menghitung atau memperkirakan junlah kemelimpahan suatu populasi selama asumsi pokok terpenuhi (Lettink dan Armstrong, 2003). Metode ini dikembangkan untuk menangani masalah penghitungan jumlah populasi pada hewan yang bergerak. Prinsip utama dari metode ini yaitu untuk menandai individu di tangkapan pertama dan kemudian mencatat proporsi individu-individu yang telah ditandai dalam penangkapan ulang berikutnya (Petit dan Valiere, 2006).Metode Capture, Mark, and Release dalam analisa perhitungannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu populasi tertutup dan populasi terbuka. Populasi tertutup merupakan jumlah dari populasi yang diamati konstan, sedangkan populasi terbuka jumlah populasi dapat berubah karena adanya hewan-hewan yang masuk atau keluar dari populasi melalui kelahiran, kematian, emigrasi, dan imigrasi. Meskipun semua hewan mengalami proses seperti yang disebutkan pada populasi terbuka, tetapi dapat ditutup kemungkinan proses-proses dengan melakukan pengamatan atau percobaan pada waktu yang singkat (Petit dan Valiere, 2006; Soetjipta, 1993).Dalam populasi tertutup, hasil percobaannya akan dapat digunakan apabila asumsi-asumsi berikut terpenuhi. Pertama, tidak adanya kelahiran, kematian atau emigrasi selama percobaan. Kedua, semua hewan-hewan memiliki probabilitas yang sama untuk ditangkap. Ketiga, hewan yang telah ditandai tidak hilang. Asumsi tersebut digunakan apabila hanya terdapat 2 kali penangkapan (Petit dan Valiere, 2006).Dalam penangkapan yang dilakukan lebih dari dua kali dalam populasi tertutup, maka asumsi yang harus terpenuhi sedikit berbeda. Pertama, tidak adanya kelahiran, kematian, imigrasi, atau emigrasi selama pengamatan. Kedua, hewan yang ditandai tidak hilang (Petit dan Valiere, 2006).Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pendugaan kemelimpahan satwa menurut Naughton dan Larry (1992) yaitu :1. Banyaknya populasi sebenarnya pada suatu tempat2. Luas area yang digunakan dalam penangkapan3. Kapasitas alat yang digunakan dalam penangkapan4. Frekuensi penangkapan sampel5. Aktifitas sampelTerdapat tiga metode penghitungan pendugaan kemelimpahan satwa menurut Krebs (1989), yaitu :1. Metode PetersenMetode yang dilakukan dengan satu kali penandaan dan satu kali penangkapan. Kelebihan metode ini yaitu waktu yang dilakukan cepat karena hanya terdapat satu kali pengulangan, sedangkan kelemahan metode ini adalah data yang hasilkan kurang akurat karena satu kali pengulangan tersebut. Rumus yang digunakan :

Keterangan :N = jumlah estimasiC = Captured, jumlah kancing yang tertangkap dalam sampelM = Marked, total kancung yang tertandai dalam wadahR = Recaptured, jumlah kancing yang ditangkap kembali dalam sampel

2. Metode SchnebelMerupakan pengembangan dari metode Petersen dengan cara pengulangan yang lebih dari satu kali. Kelebihan metode ini yaitu data yang dihasilkan lebih akurat dan sampel dapat mewakili seluruh populasi. Kelemahan metode ini adalah waktu yang diperlukan lebih lama karena pengulangannya yang lebih dari sekali. Rumus yang digunakan yaitu :

Keterangan :N = jumlah estimasiC = Captured, jumlah kancing yang tertangkap dalam sampelM = Marked, total kancung yang tertandai dalam wadahR = Recaptured, jumlah kancing yang ditangkap kembali dalam sampel

3. Metode Schumacher-EschmeyerMetode ini adalah pengembangan dari dua metode sebelumnya sehingga data yang dihasilkan lebih akurat dari dua metode sebelumnya dan secara matematis paling sempurna. Kelemahan yang terdapat pada metode ini yaitu perhitungannya yang cukup rumit. Rumus yang digunakan yaitu :

Keterangan :N = jumlah estimasiC = Captured, jumlah kancing yang tertangkap dalam sampelM = Marked, total kancung yang tertandai dalam wadahR = Recaptured, jumlah kancing yang ditangkap kembali dalam sampel

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahana. Alat1. Sendok plastik2. Toples3. Kantong plastikb. Bahan1. Kancing hitam2. Kancing putih

B. Cara KerjaDua wadah yang berisi kancing, masing-masing wadah A berisi kancing hitam yang digunakan sebagai populasi yang akan diestimasi, dan wadah B yang berisi kancing putih sebagai mark. Sampel pertama diambil dari wadah yang berisi kancing hitam menggunakan sendok plastik, kemudian jumlah kancing yang terambil dihitung sebagai captured dan uncaptured/unmark. Hasil tersebut dimasukkan dalam tabel sebagai pengulangan ke 0. Kancing hitam dikeluarkan dalam wadah A dan diganti dengan kancing putih sebagai mark (M), lalu diaduk rata. Sampel kedua diambil dari wadah A dengan ketentuan total kancing hitam sebagai uncapture (U) dalam pengulangan pertama dan jumlah kancing putih sebagai recapture ( R ). Nilai C ditentukan dengan recapture ( R ) ditambah uncaptured (U). Pengulangan dilakukan sebanyak 10 kali kemudian hitung C, M, dan R, lalu kancing hitam yang tersisa dihitung sebagai sisa atau left (L). Setelah itu, sensus dihitung dan bandingkan dengan estimasi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilGambar 1. Histogram EstimasiB. PembahasanDalam perocabaan pendugaan kemelimpahan satwa ini digunakan metode Capture, Mark, and Release yaitu metode sederhana untuk menghitung atau memperkirakan junlah kemelimpahan suatu populasi selama asumsi pokok terpenuhi. Prinsip utama dari metode ini yaitu untuk menandai individu di tangkapan pertama dan kemudian mencatat proporsi individu-individu yang telah ditandai dalam penangkapan ulang berikutnya Metode Capture, Mark, and Release ini menggunakan populasi tertutup yang pengulangannya dilakukan lebih dari 2 kali sehingga harus memenuhi asumsi dalam populasi tertutup. Kedua asumsi tersebut yaitu tidak adanya kelahiran, kematian, imigrasi, atau emigrasi selama pengamatan, dan hewan yang ditandai tidak hilang. Metode Capture, Mark, and Release dalam praktikum ini dilakukan dengan mengambil sampel populasi kancing dalam wadah. Dua wadah yang berisi kancing, masing-masing wadah A berisi kancing hitam yang digunakan sebagai populasi yang akan diestimasi, dan wadah B yang berisi kancing putih sebagai mark. Sampel pertama diambil dari wadah yang berisi kancing hitam menggunakan sendok plastik, kemudian jumlah kancing yang terambil dihitung sebagai captured dan uncaptured/unmark. Hasil tersebut dimasukkan dalam tabel sebagai pengulangan ke 0. Kancing hitam dikeluarkan dalam wadah A dan diganti dengan kancing putih sebagai mark (M), lalu diaduk rata. Sampel kedua diambil dari wadah A dengan ketentuan total kancing hitam sebagai uncapture (U) dalam pengulangan pertama dan jumlah kancing putih sebagai recapture ( R ). Nilai C ditentukan dengan recapture ( R ) ditambah uncaptured (U). Pengulangan dilakukan sebanyak 10 kali kemudian hitung C, M, dan R, lalu kancing hitam yang tersisa dihitung sebagai sisa atau left (L). Pada percobaan ini dilakukan penggantian kancing hitam dengan kancing putih yang betujuan sebagai Mark atau penanda kancing hitam yang diestimasi populasinya, dan berfungsi untuk tetap mempertahankan jumlah kancing dalam wadah.Berdasarkan hasil yang didapat dalam gambar 1, dapat dilihat hasil dari perhitungan populasi kancing hitam dengan sensus adalah 2.129, perhitungan dengan metode Petersen sebanyak 88, dengan metode Schnabel sebanyak 287,5 jika dibulatkan menjadi 288 dan dengan metode Schumacher Eschmeyer sebanyak 318,3 jika dibulatkan menjadi 318. Berdasarkan hasil tersebut dapat diihat jika metode yang hasilnya paling mendekati penghitungan dengan sensus adalah metode Schumacher-Eschmeyer. Hal tersebut sesuai dengan teori Krebs (1989), dimana metode Shumacher-Eschmeyer hasilnya lebih akurat dan secara matematis paling sempurna.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan seperti berikut :1. Hasil dari perhitungan estimasi populasi kancing hitam dengan sensus adalah 2.129, perhitungan dengan metode Petersen sebanyak 88, dengan metode Schnabel sebanyak 287,5 jika dibulatkan menjadi 288 dan dengan metode Schumacher Eschmeyer sebanyak 318,3 jika dibulatkan menjadi 318. Metode yang mendekati perhitungan dengan sensus adalah metode Schumacher-Eschmeyer.2. Metode yang paling akurat perhitungannya adalah metode Schumacher Eschemeyer, karena sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penghitungan dengan metode ini hasilnya lebih akurat dari metode Petersen dan Schnebel dan secara matematis paling sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publishing, New York.

Lettink, M.; Armstrong, D.P. 2003. An Introduction to Using Mark-Recapture Analysis for Monitoring Threatened Species. Department of Conservation Technical Series 28A : 5 - 32.

Mc Naughton, S. J. dan Larry, L.W. 1992. Ekologi Umum. Edisi Kedua. UGM Press, Yogyakarta

Petit, E. dan Valiere, N. 2006. Estimating Population Size with Noninvasive Capture-Mark-Recapture Data. Conservation Biology 20(4): 1062-1073.

Soetijpta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Yogyakarta.

PERHITUNGAN

Sensus Metode Petersen Metode Schnabel Metode Petersen