kematian akibat kekerasan tumpul di kepala
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
Kematian Akibat Kekerasan Tumpul di Kepala
Makalah Pleno
Kelompok F3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
__________________________________________________________________________________
Pendahuluan
Apabila terjadi tindak pidana yang mengancam tubuh dan jiwa seseorang, dokter adalah ahli
tentang tubuh manusia yang diharapkan untuk membantu proses peradilan dengan ilmu yang ada
padanya. Dokter apabila diminta untuk melakukan pemeriksaan terhadap seorang korban mati, harus
menjelaskan sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian yang bersangkutan. Ini adalah
termasuk kewajiban seorang dokter menurut undang-undang. Keterangan dokter bersangkutan yang
ditulis dalam laporan yang dikenal sebagai visum et repertum berguna sebagai bahan bukti untuk
menegakkan keadilan untuk kasus tindak pidana, khususnya berkaitan pembunuhan dan kekerasan.
Aspek Medikolegal
Terdapat dua kitab undang-undang yang sering digunakan sebagai panduan proses
medikolegal dan hukum terkait tindakan pidana. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) terdapat pasal-pasal yang menjelaskan tentang prosedur medikolegal. Sedangkan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) menjelaskan tentang sanksi yang dikenakan pada orang yang
terbukti melakukan tindakan pidana. Ada juga pasal-pasal dalam KUHP yang menjelaskan tentang
sanksi bagi mereka yang tidak bekerjasama dalam proses peradilan. Seorang dokter, baik spesialis
forensik maupun tidak, wajib membuat visum et repertum (pasal 179 KUHAP) apabila diminta oleh
penyidik secara tertulis (pasal 133 ayat 1 dan 2 KUHAP) yang disebut surat permintaan pembuatan
visum et repertum (SPV) untuk kepentingan peradilan. Jika dokter tersebut menolak untuk melakukan
visum et repertum apabila diminta secara tertulis oleh penyidik, dokter tersebut dapat dikenakan
pidana penjara selama-lamanya 9 bulan (pasal 224 ayat 1 KUHP). Jenazah yang dikirim untuk
pemeriksaan kedokteran forensik harus diperlakukan dengan hormat (pasal 133 ayat 3 KUHAP).
Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan bedah mayat forensik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (pasal 122 UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Untuk
melakukan bedah mayat forensik, harus dipastikan bahwa mayat tersebut telah dinyatakan mati secara
klinis yaitu terhentinya sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernafasan
(pasal 117 UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan).1,2
Aspek Hukum
Dalam skenario yang ditugaskan kepada kami, dinyatakan bahwa sesosok mayat yang dikirim
untuk diperiksa mati karena gantung diri. Ironinya, terdapat beberapa perlukaan yang tidak sesuai
1
dengan gambaran gantung diri yang seharusnya. Jadi, harus diketahui beberapa hukum dari KUHP
yang menyentuh tentang sanksi terhadap pelaku kekerasan seperti berikut.
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
yang menimbulkan bahaya maut;
2) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
3) Kehilangan salah satu pancaindra;
4) Mendapat cacat berat;
5) Menderita sakit lumpuh;
6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
7) Gugur atau matinya andungan seorang perempuan.
Pasal 170 KUHP
1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
2) Yang bersalah diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan
barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. Dengan pidana penjara paling lama sembulan tahun, jika kekerasan mengakibatkan
luka berat;
3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan
maut.
3) Pasal 89 tidak diterapkan
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan
maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri
2
sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan
penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.
Pasal 344 KUHP
Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan
dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 345 KUHP
Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau
memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau
orang itu jadi bunuh diri.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352 KUHP
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam sebagai
penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
3
Pasal 353 KUHP
1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 354 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15
tahun.
Pasal 356 KUHP
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
1) Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau
anaknya;
2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah;
3) Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan untuk dimakan atau diminum.1,2
Autopsi Forensik
Autopsi forensik/medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan
undang-undang, dengan tujuan membantu dalam hal penentuan identitas mayat, menentukan sebab
pasti kematian, memperkirakan cara kematian, memperkirakan saat kematian, mengumpulkan dan
mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku
kejahatan, membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum, melindungi orang yang tidak bersalah, serta membantu dalam penuntutan terhadap orang
yanng bersalah. Dalam melakukan autopsi forensik, mutlak dilakukan pememeriksaan yang lengkap,
meliputi pemeriksaan tubuh bagian luar, pembukaan rongga tengkorak, rongga dada, dan rongga
4
perut/panggul. Autopsi forensik harus dilakukan oleh dokter. Sebelum autopsi dimulai, pastikan surat
permintaan pembuatan visum et repertum (SPV) telah ditandatangani oleh pihak penyidik yang
berwenang. Pastikan mayat yang diautopsi benar-benar adalah mayat yang dimaksudkan dalam SPV.
Kumpulkan keterangan berhubungan terjadinya kematian selengkap mungkin. Pastikan alat-alat yang
diperlukan tersedia.3-5
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan harus
dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik terhadap
benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dan lain-lain, dan yang paling penting,
terhadap tubuh mayat itu sendiri.3-5 Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan baik, pemeriksaan
harus mengikuti sistematika yang telah ditentukan, misalnya seperti berikut:
1. Label mayat: Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label polisi dari karton berwarna putih
diikat pada ibu jari kaki mayat, dengan meterai lak berwarna merah dengan cap dari kantor
kepolisian. Isi dari label mayat berupa identitas mayat seperti pada Surat Permintaan Visum
bernomor polisi 007/SPV/I/2015.
2. Tutup dan bungkus mayat: Mayat tidak ditutup. Mayat terbungkus dengan plastik berwarna
hitam. Tidak ada kotoran pada plastik pembungkus mayat tersebut.
3. Pakaian: Mayat memakai baju tahanan lengan pendek, tidak berkerah, berwarna jingga
terang, tanpa merek, ukuran L, tanpa saku. Pada daerah punggung, 30 cm dibawah bahu pada
garis pertengahan terdapat robekan lurus dengan tepi rata berukuran 10 cm. Celana panjang
berwarna jingga terang, tanpa saku. Pada bagian depan atas sebelah kanan celana ini terdapat
tiga robekan tepi tidak rata dengan pinggiran hitam berbentuk bundar, masing-masing
berdiameter 1 cm. Pada bagian depan atas sebelah kiri celana ini terdapat dua robekan dengan
tepi tidak rata berwarna hitam berbentuk bundar, masing-masing berdiameter 1 cm. Pada
bagian depan tengah celana ini terdapat satu garis lurus kehitaman seperti kesan terbakar.
Celana dalam dari kaus warna hitam dengan karet warna hitam pada pinggang dengan label
merek X berwarna putih. Terdapat sedikit kesan seperti terbakar pada bagian tengah celana
dalam ini.
4. Perhiasan: Mayat tidak memakai perhiasan sama sekali.
5. Benda di samping mayat: Mayat ditemukan dengan tali gantung berwarna kuning dengan
simpul hidup berukuran 1 m, tidak ada kotoran atau darah.
6. Tanda pasti kematian/tanatologi: Lihat Tabel 1 di bagian Tanatologi.
7. Identifikasi umum: Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur 35 tahun, kulit
berwarna sawo matang, status gizi sedang, panjang badan 160 cm, berat badan 56 kg, dan
zakarnya disirkumsisi.
5
8. Identifikasi khusus: Tidak ada rajah/tatoo, parut, atau kapalan (callus).
9. Kulit: Terdapat Tardieu’s spot di seluruh lapang dada. Terdapat sianosis pada kedua bibir,
ujung-ujung jari kaki dan tangan.
10. Anomali dan cacat pada tubuh: tidak ditemukan.
11. Rambut: Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang 3 cm. Alis berwarna
hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang 6 mm. Kumis
berwarna hitam, tumbuh jarang, panjang 2 mm. Jenggot berwarna hitam, tumbuh jarang
dengan panjang 4 mm.
12. Mata: Kedua mata terbuka masing-masing 5 mm. Tidak ada kelainan pada palpebra. Terdapat
injeksi dan pelebaran pembuluh darah pada konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi.
Kornea keruh, yang menetap pada tetesan air. Iris berwarna coklat. Kedua pupil kanan dan
kiri berbentuk bundar masing-masing berdiameter 4 mm. Kedua pupil berdistorsi pada
penekanan bola mata. Lensa jernih.
13. Hidung: berbentuk biasa dan tidak ada kelainan. Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari
lubang hidung.
14. Daun telinga: berbentuk biasa dan tidak ada kelainan. Tidak ada darah atau cairan yang keluar
dari lubang telinga.
15. Mulut dan rongga mulut: Mulut terbuka 5 mm. Terdapat sianosis pada kedua bibir. Gigi geligi
lengkap, tidak ada gigi patah, tidak ada yang ditambal, dan tidak ada kelainan letak.
16. Genitalia eksterna: Terdapat luka bakar sesuai dengan jejas listrik pada ujung penis. Ada
cairan mani yang keluar dari lubang kemaluan.
17. Anus: berbentuk biasa, tidak menunjukkan kelainan.
18. Ikterus: tidak ada.
19. Edema: tidak ada.
20. Bekas pengobatan: Tidak ada bekas kerokan, trakeotomi, suntikan, dan pungsi lumbal.
21. Pengotoran pada tubuh: Tidak ada.
22. Tanda-tanda kekerasan/luka: Lihat Tabel 2 dan 3 di bagian Traumatologi.
23. Fraktur tulang: Tidak ada.
Pemeriksaan Alat Dalam (Bedah Mayat)
1. Lidah: Berwarna kelabu. Tidak ada kelainan, ekstravasasi (-), bekas gigitan (-).
2. Tonsil: T0-T0. Selaput (-), gambaran infeksi (-), nanah (-).
3. Kelenjar tiroid: Berwarna coklat merah, permukaan rata, ada bintik perdarahan dan
ekstravasasi. Penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Berat 20 g.
4. Esofagus: Kosong, benda asing (-). Selaput lendir berwarna putih. Tidak ada kelainan.
5. Trakea/batang tenggorok: Benda asing (-). Terdapat sedikit busa halus dan darah. Selaput
lendir berwarna kemerahan.
6
6. Os hyoid: Patah tulang (-), ekstravasasi (-).
7. Cartilago thyroidea: Ekstravasasi (+), patah ujung sinistra.
8. Cartilago cricoidea: Ekstravasasi (+).
9. Arteria carotis communis et interna: Terdapat kerusakan pada intima, Ekstravasasi (+).
10. Thymus: Bintik perdarahan (-).
11. Pulmo: Paru kanan terdiri dari 3 lobus, paru kiri terdiri dari 2 lobus. Keduanya berwarna
kelabu kemerahan, teraba seperti spons/karet busa, bintik-bintik perdarahan (+), edema (+).
Penampang kedua paru tampak gelap. Pada irisan kedua paru keluar banyak darah.
12. Cor: Tampak sebesar tinju kanan mayat. Perbendungan (+), bintik-bintik perdarahan (+).
Perikardium tampak licin. Katup jantung tidak menunjukkan kelainan. Lingkaran katup
trikuspidalis 11 cm. Lingkaran katup mitral 9,5 cm. Lingkaran katup pulmonal 7 cm.
Lingkaran katup aorta 6.5 cm. Tebal otot ventrikel kanan 4 cm. Tebal otot ventrikel kiri 14
cm. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya sedikit menebal. Tidak ada
kelainan pada septum. Berat 300 g.
13. Aortae thoracalis et abdominalis: Tidak ada kelainan.
14. Anak ginjal: Anak ginjal kanan berbentuk trapesium yang tipis dan anak ginjal kiri berbentuk
bulan sabit yang tipis. Gambaran korteks dan medulla jelas. Berat anak ginjal kanan 8 g dan
yang kiri 9 g.
15. Pielum dan ureter: Batu (-), tanda peradangan (-), dan nanah (-).
16. Hepar: Berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam, dan teraba kenyal padat. Penampang hati
berwarna merah kecoklatan. Gambaran hati tampak jelas. Berat 1200 g.
17. Kandung empedu: Berisi cairan hijau kecoklatan. Selaput lendirnya berwarna hijau seperti
beludru. Saluran empedu tidak tersumbat.
18. Lien: Berwarna ungu kelabu, permukaannya keriput, dan teraba kenyal. Penampang berwarna
merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa 110 g.
19. Gaster: Berisi makanan setengah padat terdiri dari nasi dan ikan. Selaput lendirnya berwarna
putih dan menunjukkan rugae yang biasa. Tidak terdapat kelainan.
20. Usus: duodenum, usus halus, dan usus besar tidak menunjukkan kelainan.
21. Ren: Kedua ginjal kanan dan kiri berkapsul lemak tipis yang tampak rata dan licin, berwarna
coklat dan mudah dilepas. Penampang ginjal menunjukkan gambaran korteks dan medulla
yang jelas tidak menunjukkan ekstravasasi, luka, dan kista retensi. Batu (-), tanda peradangan
(-), dan nanah (-).
22. Vesika urinaria: Berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna putih,
tidak menunjukkan kelainan.
23. Permukaan luar otak: Terdapat ekstravasasi yang luas di kulit kepala. Adanya perdarahan
subdural yang tipis. Girus otak tampak mendatar dan sulkus otak menyempit, yang
menandakan terdapat oedema cerebri. Tulang tengkorak utuh.
7
24. Cerebrum: Sirkulus Willisi pecah, yang menyebabkan perdarahan hebat. Pada penampangnya
terdapat perdarahan pada korteks serebri yang diakibatkan oleh contusio cerebri.
25. Cerebellum: Bagian bawah cerebellum tampak menonjol menandakan terjadinya herniasi
cerebellum ke arah foramen magnum akibat oedema cerebri. Pada penampangnya terdapat
sedikit perdarahan.
26. Medulla oblongata: Pada permukaannya terdapat sedikit perdarahan. Penampangnya bersih.
Tanatologi
Untuk menegakkan diagnosis kematian yang pasti, diperiksalah tanda-tanda pasti kematian.
Pada kasus dinyatakan bahwa mayat diperiksa pada keesokan harinya. Maka, makalah ini hanya
membahas perubahan yang seharusnya terjadi pada tubuh mayat tersebut dalam kurun waktu 24 jam,
yang dijadikan sebagai hasil temuan seperti dalam Tabel 1 di bawah. Mumifikasi hanya terjadi pada
keadaan panas dan kering, sedangkan adiposera biasanya terjadi pada mayat yang terendam dalam air
atau keaadan yang panas dan lembab. Mayat dalam kasus tersebut diamsusikan berada dalam suhu
kamar (di penjara dan rumah sakit). Jadi, mumifikasi dan adiposera tidak disertakan disini.
Tabel 1. Perubahan Tanda Pasti Kematian serta Interpretasinya.
Tanda pasti
kematian
Temuan Interpretasi
Llivor mortis Livide, menetap, tidak memucat pada penekanan.
Terdapat di skapula dan regio lumbal.
Mayat diperkirakan mati >12 jam. Mayat
dalam posisi telentang/supine saat
kematian, dan bukan dalam posisi
tergantung karena seharusnya lebam mayat
terdapat di kaki, tangan, dan penis pada
kasus gantung diri.
Rigor mortis Lengkap (seluruh tubuh), sukar dilawan. Mayat diperkirakan mati ±12-24 jam.
Algor mortis ±27oC. Mayat diperkirakan mati ±24 jam.
Pembusukan Warna kehijauan pada daerah caecum. Mayat diperkirakan mati ±24 jam.
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi,
mengisi vena dan venula, membentuk bercak darah berwarna ungu (livide) pada bagian terbawah
tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas
fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak pada 20-
8
30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah
8-12 jam. Sebelum waktu itu, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat
berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam mayat akan lebih cepat dan lebih sempurna
apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati
klinis. Tetapi walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih
dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang dijumpai bercak
perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam disebabkan
oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu
kekauan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut. Lebam mayat yang
belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam
sebelum saat pemeriksaan. Mengingat pada lebam mayat darah terdapat didalam pembuluh darah,
maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasi).
Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah
akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak menghilang.
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler
masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasikan energi. Energi ini
digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan
miosin tetap lentur. Bia cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin
dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa
persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati kilnis, dimulai dari bagian luar
tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini
menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama
12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai
pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang,
maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda
yang lebih dingin, melalul cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Grafik penurunan suhu
tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan penurunan suhu
dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian.
Selain itu suhu saat mati perlu diketahul untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu
tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban
rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada
umumnya orang tua serta anak kecil.
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan kerja bakteri.
Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis timbul
akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah dengan
pembekuan jaringan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan
9
pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta
terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin.
Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun
mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau
kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan
berbau busuk.5,6
Traumatologi
Sebelum melakukan autopsi forensik untuk memeriksa tanda-tanda trauma, keterangan yang
berhubungan dengan terjadinya kematian dikumpulkan selengkap mungkin. Pada kasus, mayat yang
dikirim adalah seorang laki-laki tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang remaja putri yang
kebetulan anak dari seorang pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan di dalam SPV adalah bahwa
laki-laki tersebut mati karena gantung diri di dalam sel tahanan Polsek. Keterangan ini berbau
mencurigakan karena timbul pertanyaan: bagaimanakah seseorang mendapatkan alat untuk
menggantungkan diri sedangkan dirinya adalah tahanan Polsek yang dikurung di dalam sel?
Kecurigaan ini mengarahkan pembahasan makalah ini ke arah perlunya pemeriksaan luar dan alat
dalam mayat untuk mengetahui adanya tindakan kekerasan atau tidak, kekerasan (jika ada) terjadi
ante mortem/a.m. (sebelum mati) atau post mortem/p.m. (pasca mati), dan kemungkinan penyebab
kematian laki-laki tersebut menurut ilmu kedokteran forensik.
Tabel 2. Hasil dan Interpretasi Tanda-tanda Kekerasan pada Pemeriksaan Luar.
Temuan Interpretasi
Wajah mayat terdapat bengkak dan
hematom. Hematom berwarna merah ungu.
Apabila disayat, penampangnya tetap
berwarna merah ungu.
Hematom terjadi a.m. Perdarahan dalam jaringan bawah
kulit akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan
oleh kekerasan benda tumpul. Hematom berwarna ungu
menandakan umur hematom tersebut < 4 hari.
Jejas jerat yang melingkari leher dengan
simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas. Kulit mencekung
ke dalam sesuai bahan penjerat, berwarna
coklat, teraba kaku, dan ditemukan luka lecet
pada tepi jejas.
Penjeratan menyebabkan kematian akibat asfiksia. Simpul
di daerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas
adalah tanda gantung diri.
Punggung mayat terdapat railway hematome. Perdarahan tepi/marginal hemorrhage. Benda tumpul
dipakai untuk memukul korban.
10
Beberapa luka bakar berbentuk bundar
berukuran diameter 1 cm pada daerah paha
di sekitar kemaluan.
Luka akibat suhu panas.
Luka bakar yang sesuai jejas listrik di ujung
penis, yaitu kerusakan stratum korneum kulit
sebagai luka bakar dengan tepi yang
menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang
pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi.
Sengatan listrik.
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka akibat kekerasan tumpul
adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar
(kontusio,hematom), luka lecet (eksoriasi, abrasi) dan luka terbuka/ robek (vulnus laseratum). Memar
adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang
disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberikan petunjuk tentang
bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban atau rotan yang sebenarnya adalah suatu perdaran tepi
(marginal haemorrhage). Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah kemudian berubah menjadi ungu atau hitam,
setelah empat sampai lima hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning
dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan
hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan
waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin jelas.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan menunjukkan
pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan
cara melakukan penyayatan pada kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir
keluar dari pembuluh darah tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih,
sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwana merah kehitaman. Tetapi harus diingat
bahwa pada pembusukan juga terjadi ektravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.5,6
11
Tabel 3. Hasil dan Interpretasi Tanda-tanda Kekerasan pada Pemeriksaan Alat Dalam (Bedah Mayat).
Temuan Interpretasi
Resapan darah yang luas di daerah kepala,
perdarahan yang tipis di bawah dura mater,
edema serebri.
Trauma kapitis oleh benda tumpul.
Sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri. Perdarahan yang menyertai fraktur ujung cartilago
thyroidea.
Patah ujung rawan gondok sisi kiri. Patah dikarenakan penjeratan, bukan gantung diri.
Busa halus di dalam saluran nafas, bintik
perdarahan di kedua paru dan jantung.
Tanda-tanda terjadinya asfiksia.
Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindung oleh kulit hanya mampu menahan
benturan sampai 40 puond/inch2, tetapi bila terlindungi oleh kulit maka dapat menahan sampai
425.900 pound/inch2. Selain kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala
dapat pula mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan epidural, subdural
dan subarachnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak. Perdarahan epidural sering terjadi pada
usia dewasa sampai usia pertengahan, dan sering dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah
pelipis (kurang lebih 50 %) dan belakang kepala (10-15%), akibat garis patah yang melewati sulkus
arteria meningea, tetapi perdarahan epidural tidak selalu disertai patah tulang. Perdarahan subdural
terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri basilaris atau berasal dari
perdarahan subaraknoid.5,6
Visum et Repertum
BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM)
Nomor : 007/VER/I/2015 Jakarta, 15 Desember 2015
Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------------
Atas jenazah Tn. Mayat-------------------------------------------------------------------------
12
Lampiran : -----------------------------------------------------------------------------------------------------
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Dr. Pemeriksa, dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menerangkan
bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Tanjung Duren tertanggal 13
Desember 2015 No. Pol.: 007/SPV/I/2015, maka pada tanggal empat belas Desember dua ribu lima
belas, pukul dua belas Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah dengan no. regristrasi 007007, yang
menurut surat tersebut adalah:--------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Mayat----------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : 35 tahun-------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------------------------
Bangsa : Indonesia------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pengangguran------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Kelaut no. 10.000----------------------------------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label polisi dari karton berwarna putih diikat pada
ibu jari kaki mayat, dengan meterai lak berwarna merah dengan cap dari kantor kepolisian. Isi dari
label mayat berupa identitas mayat seperti yang tertera di atas.------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mayat tidak ditutup.----------------------------------------------------------------------------------------
2. Mayat terbungkus dengan plastik berwarna hitam. Tidak ada kotoran pada plastik
pembungkus mayat tersebut.------------------------------------------------------------------------------
3. Mayat memakai baju tahanan lengan pendek, tidak berkerah, berwarna jingga terang, tanpa
merek, ukuran L, tanpa saku. Pada daerah punggung, tiga puluh sentimeter dibawah bahu
pada garis pertengahan terdapat robekan lurus dengan tepi rata berukuran sepuluh sentimeter.
4. Celana panjang berwarna jingga terang, tanpa saku. Pada bagian depan atas sebelah kanan
celana ini terdapat tiga robekan tepi tidak rata dengan pinggiran hitam berbentuk bundar,
masing-masing bergaris tengah satu sentimeter. Pada bagian depan atas sebelah kiri celana ini
terdapat dua robekan dengan tepi tidak rata berwarna hitam berbentuk bundar, masing-masing
bergaris tengah satu sentimeter. Pada bagian depan tengah celana ini terdapat satu garis lurus
kehitaman seperti kesan terbakar.-------------------------------------------------------------------------
13
5. Celana dalam dari kaus warna hitam dengan karet warna hitam pada pinggang dengan label
merek X berwarna putih. Terdapat sedikit kesan seperti terbakar pada bagian tengah celana
dalam ini.-----------------------------------------------------------------------------------------------------
6. Mayat tidak memakai perhiasan sama sekali.-----------------------------------------------------------
7. Mayat ditemukan dengan tali gantung berwarna kuning dengan simpul hidup berukuran satu
meter, tidak ada kotoran atau darah.----------------------------------------------------------------------
8. Lebam mayat berwarna merah ungu, menetap, tidak memucat pada penekanan. Terdapat di
belikat dan daerah sekitar punggung bawah.------------------------------------------------------------
9. Kaku mayat terdapat di seluruh tubuh, sukar dilawan.-------------------------------------------------
10. Suhu tubuh 27oC.------------------------------------------------------------
11. Terdapat tanda pembusukan berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah.-------------------
12. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur tiga puluh lima tahun, kulit berwarna
sawo matang, status gizi sedang, panjang badan seratus enam puluh sentimeter, berat badan
lima puluh enam kilogram, dan zakarnya disirkumsisi.-----------------------------------------------
13. Tidak ada rajah/tatoo, parut, atau kapalan.--------------------------------------------------------------
14. Terdapat bintik-bintik perdarahan di seluruh lapang dada. Terdapat kebiruan pada kedua bibir,
ujung-ujung jari kaki dan tangan.-------------------------------------------------------------------------
15. Tidak ditemukan kelainan dan cacat pada tubuh.-------------------------------------------------------
16. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang tiga sentimeter. Alis berwarna
hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam milimeter.
Kumis berwarna hitam, tumbuh jarang, panjang dua milimeter. Jenggot berwarna hitam,
tumbuh jarang dengan panjang empat
milimeter.-------------------------------------------------------
17. Kedua mata terbuka masing-masing lima milimeter. Tidak ada kelainan pada palpebra.
Terdapat bintik-bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah pada selaput kelopak mata
dan selaput bola mata. Selaput bening mata keruh, yang menetap pada tetesan air. Tirai mata
berwarna coklat. Kedua pupil kanan dan kiri berbentuk bundar masing-masing berdiameter
empat milimeter. Kedua teleng mata berdistorsi pada penekanan bola mata. Lensa jernih.------
18. Hidung berbentuk biasa dan tidak ada kelainan. Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari
lubang hidung.-----------------------------------------------------------------------------------------------
19. Daun telinga berbentuk biasa dan tidak ada kelainan. Tidak ada darah atau cairan yang keluar
dari lubang telinga.------------------------------------------------------------------------------------------
20. Mulut terbuka lima milimeter. Terdapat kebiruan pada kedua bibir. Gigi geligi lengkap, tidak
ada gigi patah, tidak ada yang ditambal, dan tidak ada kelainan letak.------------------------------
21. Terdapat luka bakar sesuai dengan jejas listrik pada ujung penis. Ada cairan mani yang keluar
dari lubang kemaluan.--------------------------------------------------------------------------------------
22. Lubang dubur berbentuk biasa, tidak menunjukkan kelainan.----------------------------------------
14
23. Tidak ada bekas kerokan, trakeotomi, suntikan, dan pungsi lumbal.--------------------------------
24. Tidak ada pengotoran pada tubuh.------------------------------------------------------------------------
25. Wajah mayat terdapat bengkak dan memar. Memar berwarna merah ungu. Apabila disayat,
penampangnya tetap berwarna merah ungu.------------------------------------------------------------
26. Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas. Kulit mencekung ke dalam sesuai bahan penjerat, berwarna coklat,
teraba kaku, dan ditemukan luka lecet pada tepi jejas.-------------------------------------------------
27. Punggung mayat terdapat memar berbentuk dua garis sejajar.---------------------------------------
28. Terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran garis tengah satu sentimeter pada
daerah paha di sekitar kemaluan.-------------------------------------------------------------------------
27. Terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik di ujung penis, yaitu kerusakan lapisan tanduk
kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat
dikelilingi oleh kulit yang kemerahan.-------------------------------------------------------------------
28. Tidak ada patah tulang.-------------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Alat Dalam (Bedah Jenazah)----------------------------------------------------------
29. Lidah berwarna kelabu. Tidak ada kelainan, resapan darah, dan bekas gigitan.-------------------
30. Tonsil kanan dan kiri tidak membesar. Tidak ada selaput, gambaran infeksi, dan nanah.--------
31. Kelenjar gondok berwarna coklat merah, permukaan rata, ada bintik perdarahan dan resapan
darah. Ujung rawan gondok sisi kiri patah. Penampangnya tidak menunjukkan kelainan.
Beratnya dua puluh gram.----------------------------------------------------------------------------------
32. Kerongkongan: Kosong, tidak ada benda asing. Selaput lendir berwarna putih. Tidak ada
kelainan.------------------------------------------------------------------------------------------------------
33. Batang tenggorok tidak ada benda asing. Terdapat sedikit busa halus dan darah. Selaput lendir
berwarna kemerahan.---------------------------------------------------------------------------------------
34. Tulang lidah tidak patah. Tidak ada resapan darah.----------------------------------------------------
35. Rawan gondok terdapat resapan darah dan patah pada ujung sisi kiri.------------------------------
36. Rawan cincin terdapat sedikit resapan darah.-----------------------------------------------------------
37. Pembuluh darah leher terdapat kerusakan pada lapisan dalam dan resapan darah.----------------
38. Kelenjar kacangan tidak ada bintik perdarahan dan kelainan lain.-----------------------------------
39. Paru kanan terdiri dari tiga baga, paru kiri terdiri dari dua baga. Keduanya berwarna kelabu
kemerahan, teraba seperti spons/karet busa, terdapat sedikit bintik-bintik perdarahan dan
sembab. Penampang kedua paru tampak gelap. Pada irisan kedua paru keluar banyak darah.---
40. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Ada perbendungan dan sedikit bintik-bintik
perdarahan. Selaput jantung tampak licin. Katup jantung tidak menunjukkan kelainan.
Lingkaran katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter. Lingkaran katup serambi bilik kiri
sembilan setengah sentimeter. Lingkaran katup nadi paru tujuh sentimeter. Lingkaran katup
15
batang nadi enam setengah sentimeter. Tebal otot bilik kanan empat sentimeter. Tebal otot
bilik kiri empat belas sentimeter. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya
sedikit menebal. Tidak ada kelainan pada sekat jantung. Berat jantung tiga ratus gram.---------
41. Anak ginjal: Anak ginjal kanan berbentuk trapesium yang tipis dan anak ginjal kiri berbentuk
bulan sabit yang tipis. Gambaran kulit dan sumsum jelas. Berat anak ginjal kanan delapan
gram dan yang kiri sembilan gram.-----------------------------------------------------------------------
42. Piala ginjal dan saluran kemih tidak ada batu, tanda peradangan, dan nanah.----------------------
43. Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam, dan teraba kenyal padat. Penampang hati
berwarna merah kecoklatan. Gambaran hati tampak jelas. Berat hati seribu dua ratus gram.----
44. Kandung empedu berisi cairan hijau kecoklatan. Selaput lendirnya berwarna hijau seperti
beludru. Saluran empedu tidak tersumbat.---------------------------------------------------------------
45. Limpa berwarna ungu kelabu, permukaannya keriput, dan teraba kenyal. Penampangnya
berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram.--------
46. Lambung berisi makanan setengah padat terdiri dari nasi dan ikan. Selaput lendirnya
berwarna putih dan menunjukkan lipatan yang biasa. Tidak terdapat kelainan.--------------------
47. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar tidak menunjukkan kelainan.----------------------
48. Kedua ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis yang tampak rata dan licin, berwarna coklat
dan mudah dilepas. Penampang ginjal menunjukkan gambaran kulit dan sumsum yang jelas
tidak menunjukkan resapan darah, luka, dan kista retensi. Tidak ada batu ginjal, tanda
peradangan, dan
nanah.-------------------------------------------------------------------------------------
49. Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna putih,
tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------------------
50. Terdapat resapan darah yang luas di kulit kepala. Adanya perdarahan dibawah selaput keras
otak yang tipis. Lipatan otak tampak mendatar dan lekuk otak menyempit. Tulang tengkorak
utuh.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
51. Otak besar: Pembuluh darah otak pecah, yang menyebabkan perdarahan hebat. Pada
penampangnya terdapat perdarahan pada permukaan otak besar yang diakibatkan oleh cedera
otak.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
29. Bagian bawah otak kecil tampak menonjol. Pada penampangnya terdapat sedikit perdarahan.-
30. Pada permukaan batang otak terdapat sedikit perdarahan. Penampangnya bersih.----------------
KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada mayat laki-laki berusia tiga puluh lima tahun ini, ditemukan memar pada wajah dan
punggung serta cedera kepala akibat kekerasan tumpul, luka bakar di paha akibat suhu panas, luka
bakar di ujung zakar akibat trauma listrik, serta patah ujung rawan gondok disebabkan penjeratan.-----
16
Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul di kepala yang menyebabkan perdarahan di
dalam kepala yang menekan pusat pernafasan di batang otak sehingga mengakibatkan udara terhalang
memasuki saluran pernafasan.--------------------------------------------------------------------------------------
Mayat diperkirakan telah mati selama dua puluh empat jam sebelum diperiksa.------------------
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan
yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa
Dr. Pemeriksa
17
Daftar Pustaka
1. Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran.
Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
2. A Hamzah. KUHP dan KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
3. Teknik Autopsi Forensik.
4. Dolinak D & Matshes E. The forensic autopsy. In D Dolinak, E Matshes & EO Lew
editors. Forensic pathology: Principles and practice. London: Elsevier; 2005. pp.65-7.
5. Biswas G. Review of forensic medicine and toxicology. New Delhi: Jaypee Brothers;
2012.
6. Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, et al. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Indonesia; 1997.
18