referat trauma tumpul oculi

27
BAB I PENDAHULUAN Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi. 1 Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata yaitu palpebra, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.. Kerusakan mata akan mengganggu fungsi penglihatan.. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata sehingga diperlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya kebutaan. 2 Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma radiasi. 3 1

Upload: yanti-manoy

Post on 06-Feb-2016

62 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Trauma Tumpul Oculi

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan

manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik

merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang

sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita,

bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah

dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan

masih sangat tinggi.1

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata yaitu palpebra,

konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.. Kerusakan

mata akan mengganggu fungsi penglihatan.. Trauma mata merupakan keadaan

gawat darurat pada mata sehingga diperlukan perawatan yang tepat untuk

mencegah terjadinya kebutaan.2

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada

mata dapat terjadi trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan

trauma radiasi.3

Trauma tumpul mata dapat merupakan penyebab kebutaan unilateral pada

anak dan dewasa muda. Berdasarkan studi Schein pada the Massachusetts eye

and ear infirmary, 8% dari populasi yang mengalami trauma tumpul mata

cukup berat adalah anak dibawah usia 15 tahun. Studi Israel menerangkan bahwa

47% dari 2500 kejadian trauma mata terjadi pada usia dibawah 17 tahun. Laporan

kasus kali ini menunjukkan bahwa para ahli mata harus lebih waspada terhadap

trauma yang tidak jelas dan adanya pergeseran bola mata.3

1

Page 2: Referat Trauma Tumpul Oculi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Gambar 1 Anatomi MataMata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan

mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada

objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang

dengan segera dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata.

Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya.

Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi

sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus,

serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya

sendiri.

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

2

Page 3: Referat Trauma Tumpul Oculi

Gambar 2 Histologi Mata

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus

yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen

anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea

sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam

3

Page 4: Referat Trauma Tumpul Oculi

keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati

pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui

saluran yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,

berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja

sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.

Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya,

yaitu :

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina

ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan

merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata

kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.

Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.4

2.2 DEFINISI

Trauma tumpul mata adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda

yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut

dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan

pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.3

2.3 Diagnosis

2.3.1 Anamnesa

Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi

trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda

yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan

4

Page 5: Referat Trauma Tumpul Oculi

bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa

besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari

kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan

apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan.

Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan

keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya.3

2.3.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1/3 hingga ½ kejadian

trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. Untuk itu perlu

pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental,

fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat

dimulai dengan:

1. Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi

dua titik dan defek pupil aferen.

2. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi untuk

mencari defek pada tepi tulang orbita.

3. Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi

4. Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak

5. Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan

6. Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan dengan mata

yang lain)

7. Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina.3

2.4 TRAUMA TUMPUL

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda

yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras

(kencang) ataupun lambat.3

A. PALPEBRA

5

Page 6: Referat Trauma Tumpul Oculi

Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga

kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva,

sklera, kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang (retina dan

persarafan). Karena palpebra merupakan pelindung bola mata maka saat terjadi

trauma akan melakukan refleks menutup. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

hematoma palpebra. Hematoma ini terjadi karena keluarnya darah dari

pembuluh darah yang rusak pada trauma tersebut.3

Gambar 3 Hematoma Palpebra

B. KONJUNGTIVA

Edema Konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik

pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak

terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat

mengedip,maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.3

Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak

menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. Pada edema

konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan

didalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat

dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi

tersebut.3

6

Page 7: Referat Trauma Tumpul Oculi

Gambar 4 Edema Konjungtiva

Hematoma Subkonjungtiva

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah

konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. 3

Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan

bahwa tidak terdapat robekan dibawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang-

kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk

seperti perforasi bola mata. Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap

penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola

mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan

hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk

mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.3

Pengobatan ini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres

hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu

tanpa diobati.3

Gambar 5 Hematoma Konjungtiva

7

Page 8: Referat Trauma Tumpul Oculi

C. KORNEA

Edema Kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat

mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membran descement. Edema kornea

akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola

lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji

placido yang positif.3

Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel

radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea.

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau

larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin. Bila terdapat

peninggian tekanan bola mata maka diberikan azetolamida3

Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan endotel

sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa

sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astimagtisme ireguler.3

Erosi Kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat

diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa

cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat

bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.3

Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea

yang mempunnyai serat sensibel yang banyak, mata berair, denagan kornea yang

keruh.3

Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi

perwanaan fluorescein akan berwarna hijau. Epitel yang terkelupas atau terlipat

sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan

antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol, dan sulfasetamide

tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan

siklopegik aksi pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila

dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya tertutup kembali setelah

48 jam.3

8

Page 9: Referat Trauma Tumpul Oculi

Gambar 6 Erosi Kornea

D. Uvea

Iridoplegia

Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter

pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.Pasien akan

sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan

pengaturan masuknya sinar pada pupil.Pupil terlihat tidak sama besar atau

anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil ini tidak bereaksi

terhadap sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai

beberapa minggu. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk

mencegah terjadinya kelelehan sfingter dan pemberian roboransia.3

Gambar 7 Iridoplegia

9

Page 10: Referat Trauma Tumpul Oculi

Iridodialisis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga

bentuk pupil menjadi berubah.Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.

Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi

bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada

pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris

yang terlepas.3

Gambar 8 Iridodialisis

Hifema

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.3

Gambar 9 Hifema

Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme.

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat

10

Page 11: Referat Trauma Tumpul Oculi

terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh

ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.3

Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang

ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak

yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi

penyulit glaukoma. Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalam

penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.3

Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan di lakukan

pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma

sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat

tanda-tanda hifema akan berkurang.3

Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat

terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang

pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.3

Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat

suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat

besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan

akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.3

Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukimia

dan retinoblastoma. Perdarahan sekunder dapat terjadi sesudah 5 sampai 7 hari

terjadinya trauma. Hifema biasanya akan mengalami penyerapan spontan. Bila

mana hifema penuh, dan penyerapannya sukar, dapat terjadi hemosiderosis kornea

(penimbunan pigmen darah dalam kornea), atau glaukoma sekunder.3

Apabila hifema tidak mengurang dalam 5 hari dan tekanan bola mata

meninggi, dilakukan tindakan pembedahan mengeluarkan darah dari bilik mata

depan (parasentesis).3

11

Page 12: Referat Trauma Tumpul Oculi

Gambar 10 Hifema

Bedah Pada Hifema

Parasentesis

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan

darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat

incisi kornea 2mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris.

Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik

mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan

dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka incisi kornea pada parasentesis

tidak perlu dijahit.

Iridosiklitis

Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga

menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. 3Pada uveitis anterior

diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat

maka dapat diberikan steroid sistemik. Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan

bola mata untuk persiapan memeriksa funduskopi dengan midriatika.3

12

Page 13: Referat Trauma Tumpul Oculi

E. LENSA

Dislokasi Lensa

Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan

kedudukan lensa terganggu.3

Gambar 11. Dislokasi Lensa

Subluksasi Lensa

Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa berpindah

tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita

kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca trauma

akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan

gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak

ada maka lensa yang elastic akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih

miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga

sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini

mudah terjadi glaucoma sekunder.3

Luksasi Lensa Anterior

Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa

dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak dalam bilik mata

depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata

sehingga akan timbul glaucoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. Pasien

akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat,

muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat,

13

Page 14: Referat Trauma Tumpul Oculi

edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan

pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.3

Luksasi Lensa Posterior

Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa

posterior akibat putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga

lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior

fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya

akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa

lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk

jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada

dalam polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa,

berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik3

Katarak Traumatik

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun

tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul

akan terlihat katarak subkapsular anterior  maupun posterior. Kontusio

lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk tercetak

(imprinting) yang cincin Vossius.3

Gambar 12. Vossius ring.

Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi

kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk

kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan

14

Page 15: Referat Trauma Tumpul Oculi

terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya massa lensa di

dalam bilik depan. 3

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik massa lensa yang akan

bercampur magrofag dengan cepatnya, yang dapat menyebabkan uveitis . Lensa

dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan

mengakibatkan apa yang disebut sebagi cincin Soemering atau bila epitel lensa

berploriferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.3

Pengobatan katarak traummatik tergantung pada saat terjadinya. Bila

terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya

ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra

okuler primer atau sekunder. 3

Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu

sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan

lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan

glaukoma sering dijumpai pada orang tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk

cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan.

Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasio retina, uveitis atau salah letak

lensa. 3

Gambar 13.. Katarak traumatik

F. Trauma tumpul Retina dan Koroid 

Edema Retina

Warna retina terlihat lebih abu – abu akibat sukarnya melihat jaringan

koroid melalui retina yang sembab ,terjadi edema makula sehingga tidak terdapat

15

Page 16: Referat Trauma Tumpul Oculi

cherry red spot, penglihatana akan sangat menurun. Pada trauma tumpul yang

paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema berlin. 2,3

Gambar 14.. Edema Berlin.

Ablasi Retina

Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi ablasio retina ini

seperti retina tipis akibat miopia dan proses degenerasi retina lainnya. Pada

pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu – abu, pembuluh

darah yang terlihat terangkat dan berkelok – kelok.2,3

Ruptur koroid

Terjadi perdarahan subretina, biasanya terletak di polus posterior bola

mata dan melingkar konsentris disekitar papilsaraf optik. Bila ruptur koroid ini

mengenai daerah makulalutea maka tajam penglihatan akan menurun dengan

cepat, ruptur bila tertutup oleh perdarahan subretina sukar dilihat tetapi bila darah

tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena

sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid. 2,3

16

Page 17: Referat Trauma Tumpul Oculi

Gambar 15.. Ruptur koroid

G. Saraf Optik

Avulsi Papil Saraf Optik

Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya

didalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan

mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan

kebutaan. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf

optiknya.3

Optik Neuropati Traumatik

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik,

demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.3

Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek

aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat

ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf

optik dapat normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi pucat.3

Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah

trauma retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan

pada khiasma optik.3

Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan

memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu

dipertimbangkan untuk pembedahan.3

17

Page 18: Referat Trauma Tumpul Oculi

BAB III

KESIMPULAN

Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma

mekanik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma fisik.

Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan

segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat

progesif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing

intraocular apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi

cahaya, diskriminasi dua-titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas

mata dan sensasi kulit periorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada

bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmus dapat

ditentukan dengan melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit-

lamp di ruang darurat, maka senter, kaca pembesar atau oftalmoskop langsung

pada + 10 ( nomor gelap ) dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera

dipermukaan tarsal kelopak mata dan segmen anterior.

Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan

abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya

perdarahan, benda asing atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior

dicatat. Ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan

dengan mata yang lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di

mata yang cedera. Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva

palpebra dan forniks dapat diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah

eversi kelopak mata atas. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan

untuk mengamati lensa, korpus vitreosus, diskus optikus, dan retina. Dokumentasi

foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada semua kasus trauma

18

Page 19: Referat Trauma Tumpul Oculi

eksternal. Pada semua kasus trauma mata, mata yang tampak tidak cedera juga

harus diperiksa dengan teliti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi

XVII. Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.

2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat FK-UI, Jakarta: 2012; 263-

81

4. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.

5. .James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:

Indonesia;2006. Halaman.176-185.

6. Djelantik, Sukartini, Andayani Ari, Widiana Raka. The Relation of Onset of

Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient.. Jurnal Oftalmologi

Indonesia 2010; 7 :85-90

7. Macewen CJ, Ocular injuries JR. Coll. Surg. Edinb. 4 Oktober 1999, 317-51

8. Vats S. Murthy GVS, Chandra M, Gupta SK, Vashist P, Gogoi M.

Epidemiological study of ocular trauma in an urban slum population in Delhi,

India. Indian J Ophtalmol 2008; 56: 313-6

9. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In

Sport. Available at: www.aafp.org. June 10, 2010.

19