ver tumpul

21

Click here to load reader

Upload: erha-masja

Post on 24-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ver tumpul

TRANSCRIPT

Page 1: VER Tumpul

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik.

Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan

dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain

kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.

Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu

jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang

menyebabkan trauma.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa

penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di

dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun

mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu

mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang

dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk

mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar

sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan

suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan

dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal

Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan

material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.

Page 2: VER Tumpul

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Korban

Nama : Tn. H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 24 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jalan Krakatau I No 222, Way Halim, Kota Bandar Lampung

Riwayat

Seorang laki-laki berinisial H, dewasa, datang ke RS DKT pada tanggal 24 Januari

2015 sekitar pukul 17.00 WIB. Korban mengaku telah mengalami penganiayaan oleh 2 orang

yang tidak dikenal.

Menurut keterangan korban yang berprofesi sebagai petugas penjaga keamanan,

korban dipukul dibagian kepala oleh 2 orang yang tidak dikenal ketika sedang mengendarai

sepeda motor sewaktu pulang bekerja sekitar pukul 18.30 WIB.

Korban mengeluh sakit pada kepala terutama pada daerah yang mengalami luka, yaitu

pada daerah kepala bagian belakang serta pada kaki kanan pada saat berjalan.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,2 °C

Kepala Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, refleks pupil isokor

Telinga : sekret -/-

Hidung : sekret -/- epistaksis (-)

Page 3: VER Tumpul

Mulut : mukosa bibir lembab

Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thoraks I : bentuk simetris

Pa : fremitus vokal simetris

Pr : Pulmo : sonor

Cor : batas jantung normal

A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-

Cor : S1S2 tunggal, bising (-)

Abdomen I : cembung asimetris

P : hepar/lien/massa tidak teraba

P : timpani

A : BU (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat+/+, parese -/-, tremor -/-

Inferior : akral hangat+/+, parese -/-, tremor -/-

Pemeriksaan Visum

1. Kepala :

Dijumpai luka pada kepala belakang sebelah kiri dengan panjang 5 cm, jarak dari

belakang telinga kiri 7 cm, jarak dari garis tengah tubuh 13,5 cm. Bentuk luka

tidak teratur, permukaan luka berwarna coklat kekuningan, sekitar luka dijumpai

memar, dan pada perabaan teraba kasar serta sekeliling luka meninggi.

Dijumpai memar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kiri, panjang 3,5

cm, lebar 4,5 cm, garis batas memar tidak begitu tegas, bentuk tidak teratur,

warna merah kecoklatan.

2. Anggota gerak bawah :

Dijumpai luka terbuka pada sela jari ke-4 dan ke-5 bagian punggung kaki kanan,

panjang 5 cm, lebar 0,3 cm, jarak dari ujung jari ke-5 kaki kanan 3 cm, jarak dari

pergelangan kaki kanan 13,5 cm. Bentuk luka tidak teratur, tepi luka tidak rata,

sekitar luka dijumpai memar berwarna merah kecoklatan, dan pada perabaan

teraba kasar.

Pemeriksaan Tambahan

Rontgen Kepala : tulang tengkorak intak

Page 4: VER Tumpul

Kesimpulan Visum

Dari fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan luar, dijumpai luka pada kepala

belakang sebelah kiri dan sela jari ke-4 dan ke-5 bagian punggung kaki kanan, memar pada

kelopak mata luar atas dan bawah mata kiri disebabkan persentuhan dengan benda tumpul

yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan mata

pencahariannya sebagai petugas keamanan untuk sementara waktu.

Page 5: VER Tumpul

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilaporkan seorang laki-laki yang bekerja sebagai petugas keamanan,

korban mengalami penganiayaan oleh orang yang tidak dikenal, akibatnya korban

mengalami luka dikepala dan kaki serta memar pada mata sebelah kiri. Berdasarkan

pemeriksaan yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa korban mengalami trauma tumpul

dengan dijumpai :

- Luka robek pada bagian kepala dan kaki yang ditandai dengan bentuk luka tidak teratur, tepi

luka tidak rata, dan pada perabaan teraba kasar, bahwa luka tersebut diakibatkan trauma

tumpul.

- Luka memar pada kelopak mata berwarna kecoklatan menunjukkan bahwa luka timbul

akibat trauma tumpul.

- Luka yang dijumpai pada kepala, kaki, dan mata korban merupakan derajad kualifikasi luka

sedang, karena menimbulkan penyakit/halangan menjalankan pekerjaanya/pencahariannya

untuk sementara waktu sebagai peugas penjaga keamanan.

Page 6: VER Tumpul

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Secara definisi, trauma tumpul (blunt force trauma) adalah suatu ruda paksa yang

diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh dan mengakibatkan luka. Trauma

tumpul ini, disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti batu,

kayu, martil, kepalan tinju dan sebagainya, dimana termasuk juga jatuh dari tempat yang

tinggi, kecelakaan lalu lintas, luka tembak (dengan peluru karet/ bukan peluru tajam) dan

lain-lain.

Sebuah luka karena kekuatan mekanik (benda tumpul) dapat berakibat pada keadaan

seperti :

1. Abrasion (luka lecet/ luka kikis)

2. Laceration (luka robek)

3. Contusion or rupture (luka memar atau patah/ pecah)

4. Fracture (patah)

5. Compression (tertekan)

6. Bleeding (perdarahan)

Terkikis, abrasion) Luka lecet

Hilangnya atau rusaknya permukaan epitel sel pembungkus kulit (epidermis) atau

membrana mukosa yang diakibatkan oleh tekanan pada benda keras, benda tumpul, benda

kasar ataupun senjata dengan peluru tumpul.

Ciri-ciri lainnya :

1. Bentuk tidak teratur.

2. Batas luka tidak jelas.

3. Tepi luka tidak rata.

Page 7: VER Tumpul

4. Kadang-kadang ditemukan perdarahan kecil.

5. Permukaan tertutup oleh krusta (serum yang telah mengering).

6. Warna kemerahan atau kecoklatan.

7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih

ditutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi).

TIPE LUKA LECET

1. Luka lecet garukan atau goresan

Disebabkan berbagai faktor, seperti :

Goresan horizontal/ mendatar atau miring (dari segala benda yang berujung agak

runcing).

Gesekan tegak lurus/ sejajar dengan didahului oeleh tekanan miring (seperti

cakaran kuku).

2. Luka lecet gesekan

Terjadi karena gesekan secara sejajar/ miring antara epidermis dan bagian

kasar sebuah benda tumpul/ permukaan benda (terjatuh dan terseret di aspal pada

kecelakaan lalu lintas).

3. Luka lecet tekanan (luka lecet cetak)

Terjadi akibat tekanan yang tegak lurus mengarah pada permukaan tubuh.

Ukuran dan bentuk dari luka lecet ini tergantung pada bagian/ jenis senjata/ alat yang

mengenai tubuh, (pada kasus gantung diri/ dicekik/ terjerat) atau dipukul benda yang

mencetak gambar dan bentuk benda tersebut seperti cincin.

Perkiraaan waktu terjadinya luka lecet

Baru (1-2 jam) : luka masih segar, warna merah dan ditemukan sedikit

darah dan serum.

8-24 jam : luka mengering dengan warna merah tua

Page 8: VER Tumpul

Hari ke 2 dan ke 3 : luka berwarna kecoklatan

Hari ke 4 dan ke 5 : luka warna coklat tua

Hari ke 6 : luka warna hitam dan luka yang kering mulai

mengelupas.

Untuk luka yang luas, memerlukan beberapa hari lagi agar kudis/ keropeng

lepas dari luka.

(Kontusi, Hematom, Bruise, Contusion) Luka memar

Luka yang mengakibatkan perdarahan pada jaringan di bawah kulit (sub kutis),

dimana pembuluh darah pecah dan memasuki jaringan ikat yang diakibatkan oleh

kekerasan benda tumpul.

WARNA DAN PERUBAHAN W A K T U

Merah (bengkak) Baru (1-2 jam)

Kebiru-biruan Beberapa jam sampai 3 hari

Kecoklatan (karena pigmen hemosiderin) Hari ke-4 atau hari ke-5

Kehijauan (karena pigmen hematoidin) Hari ke-5 atau hari ke-6

Kekuningan (karena bilirubin) Hari ke-6 sampai hari ke-12

Normal 2 minggu

Laceration Luka robek

Merupakan keadaan luka dimana permukaan tubuh yang terkena benda tumpul

No. Penilaian atas Antemortem Postmortem

01. Letak Setiap tubuh Bagian tertentu

02. Getah kelenjar

lymph

Ada Tidak ada

03. Kudis /

keropeng

Ada Tidak ada

04. Perubahan

warna

Ada Tidak ada, umumnya

agak kekuningan tanpa

perubahan warna berarti

05 Kulit ari Ada Tidak ada

Page 9: VER Tumpul

mengalami kondisi tertarik dan tegang, hingga melampaui batas elastisitasnya dan tekanan

benda tersebut menyebabkan ke dasar kulit (bahkan ke otot) dan akan robek tepat dimulai

pada daerah yang tergenting.

Tipe-Tipe Dari Pada Luka Robek :

1. Luka robek terbelah

Hancurnya/ robeknya jaringan, dengan dasar biasanya tulang dan membentuk luka

pada kulit biasanya berbentuk pecah/ terbelah, karena benturan dengan benda keras

2. Luka Robek Tercabik

Tipe ini diakibatkan gesekan dengan benda yang kasar dan menyebabkan

tercabiknya jaringan dari kulit, sering dijumpai jembatan luka.

3. Luka Robek Meluas Dan Meregang

Luka robek ini akibat tekanan yang sangat keras pada kulit. (Pada kasus leher

tergantung atau tangan tergantung/ terikat kuat dengan tali.

4. Luka Robek Lepas

Luka ini merupakan yang lebih dalam lagi yang menyebabkan jaringan di bawah kulit

otot bahkan lemak dapat ikut terlepas.

5. Luka Robek Potong

Jenis robekan seperti ini dikarenakan benda yang tidak terlalu tajam dengan tepi

sedikit bergerigi yang memotong jaringan. Luka sering kelihatan seperti luka sayatan

namun sebenarnya tepi luka tidak rata (sebaiknya gunakan kaca pembesar/ lup

/suryakanta) dan ada ditemukan luka lecet dari luka robek tersebut.

Kwalifikasi Luka

Pada pembuatan kesimpulan luka yang bersifat subjektif, sebaiknya dokter juga

menentukan derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut derajat kwalifikasi luka.

Ini sebagai usaha untuk membantu “yudex facti” dalam menegakkan keadilan. Perlu diigat

Page 10: VER Tumpul

bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian medis yang

dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan sebelumnya.

Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis dalam visum

oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter tidak mungkin menentukan

apakah itu karena perbuatan penganiayaan atau tidak, apalagi menentukan penganiayaan

ringan atau berat. Ini adalah istilah hukum artinya, yang dapat menentukan itu penganiayaan

atau bukan, adalah hakim dengan menghubungkannya dengan alat bukti yang lain.

Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter dapat

membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami korban pada waktu

atau selama perawatan yang dilakukannya. Kualifikasi luka yang dapat dibuat dokter adalah

menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka

ringan (pasal 351dan pasal 352) adalah luka yang tidak menimbulkan halangan dalam

menjalankan mata pencaharian, tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Sedangkan luka berat

harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang yaitu yang diatur dalam KUHP

pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat. Ketentuan

hukum ini perlu dipahami dengan baik oleh dokter, karena ini merupakan jembatan untuk

menyampaikan derajat kwalifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum.

Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan bahaya

maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka seperti tikaman di perut yang mengenai

hati, yang menyebabkan perdaraan hebat sehingga dapat mengancam jiwanya. Walaupun

pasien akhirnya sembuh tetapi didalam VeR dokter dapat menggambarkan keadaan ini dalam

kata- kata:” korban mengalami luka tikam di perut mengenai jaringan yang menyebabkan

perdarahan banyak yang dapat mengancam jiwa pasien”. Ungkapan ini akan mengingatkan

para penegak hukum bahwa korban telah mengalami luka berat.

Demikian juga penerapannya dengan cacat berat, gugur atau matinya kandungan

seorang perempuan, gangguan ingatan, tidak dapat lagi melihat dan lain-lain. Seorang

penyanyi yang rusak kerongkongannya sehingga tidak dapat menyanyi selama-lamanya itu

termasuk luka berat. Suatu hal yang penting diingat di dalam menentuka ada atau tidaknya

luka akibat kekerasan, adalah bahwa pada kenyataan tidak selamanya kekerasan itu akan

meninggalkan bekas atau luka. Oleh karena itu di dalam kesimpulan VeR sebaiknya ditulis

”tidak ditemukan tanda- tanda kekerasan”. Usaha menjembatani kedua aspek inilah yang

dapat dilakukan dokter.

Page 11: VER Tumpul

Aspek Medikolegal Dan Undang-Undang

Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat

kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari

permasalahan sebagai berikut :

a) Jenis luka apakah yang terjadi.

b) Jenis kekerasan/ senjata apakah yang menyebabkan luka.

c) Bagaimanakah kualifikasi luka itu.

d) Bagaimana membedakan luka tersebut merupakan upaya bunuh diri,

pembunuhan atau kecelakaan.

e) Berapa lama usia luka tersebut.

f) Bagaimanakah membedakan luka tersebut sewaktu masih hidup atau

setelah mati.

Pengertian kualifikasi luka sangat diperlukan dalam ilmu kedokteran forensik yang

dapat dipahami setelah melihat kitab undang-undang hukum pidana pasal 90 (tentang luka

berat) dan pasal 351 (tentang penganiayaan luka sedang), pasal 352 (tentang luka ringan).

Pasal 351

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau denda paling banyak 4.500 rupiah.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan penganiayaan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau denda paling banyak 4.500 rupiah.

Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kegiatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.

Page 12: VER Tumpul

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90

Luka berat berarti :

1. Jika sakit atau mendapat luka, yang tidak memberi harapan atau sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atas pekerjaan

pencaharian.

3. Kehilangan salah satu panca indra.

4. Mendapat cacat berat.

5. Menderita sakit lumpuh.

6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.

7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Sedangkan sangsi hukuman dari tindak pidana berdasarkan klasifikasi luka (rngan/

sedang/ berat) yang direncanakan atau suatu kealpaan atau yang mendatangkan akibat

kematian diatur pada KUHP BAB XX pasal 351- pasal 358. Dari pasal-pasal tersebut dapat

dibedakan empat jenis tindak pidana yaitu :

1. Penganiayaan ringan.

2. Penganiayaan.

3. Penganiayaan yang menyebabkan luka berat.

4. Penganiayaan yang menyebabkan kematian.

Oleh karena istilah ”penganiayaan” merupakan istilah hukum, yaitu: dengan sengaja

melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang maka didalam VeR yang dibuat

dokter tida boleh mencantumkan istilah penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak

itu merupakan urusan Hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar

sekali untuk dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter dalam membuat VeR

hanyalah menentukan secara objektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus

menentukan derajatnya. Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga

Page 13: VER Tumpul

jenis tindak pidana yang telah disebutkan tadi, yaitu :

1. Penganiayaan ringan.

2. Penganiayaan.

3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat.

Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian di dalam ilmu Kedokteran

Forensik pengertiannya menjadi ; ”luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.” Luka ini dinamakan Luka derajat pertama.

Bila sebagai akibat penganiayaan seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan penyakit

atau halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, aka tetapi hanya

untuk sementara waktu saja, maka luka ini dinamakan ”luka derajat kedua.” Apabila

penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud dalam pasal 90

KUHP, luka tersebut dinamakan ”luka derajat ketiga.” Dengan demikian didalam penulisan

kesimpulan VeR kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifilasi luka adalah sebagai berikut:

1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan atau jabatan (luka ringan).

2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (luka sedang).

Luka yang termasuk dalam pengertian hukum (luka berat) penjelasan pada pasal 90 KUHP.

Page 14: VER Tumpul

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan S, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum,

Cetakan Ke 3, Universitas Diponegoro Semarang 2000. Hal 67-92

2. Amir. A. Kapita Selekta Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, Medan, 1995. Hal.101-9.

3. Gani MH. Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Pertama, Bagian

Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, 1997, Hal.

46-60.

4. Petty Cs, Death by trauma : Blunt and sharp instruments and firearms. In : Currtan

WJ, Mc.Garry AL, Petty Cs (Eds). Modern Legal Medicine, Psychiatry and forensic

science., F.A. Davis Company, Philadelphia, 1980 : 363-75.

5. Nandy A, Principles of Forensic Medicine, New Central Book Agency (P). Ltd,

Calcuta, 1996. p. 204-20.

6. Hamdani N. Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi II, PT. Gramedia, Jakarta, 1992.

Hal. 102-8.

7. Franklin CA ( Ed ). Modi’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, 21st

edition, NM.Tripathi Private Limited Bombay, 1988 : Hal 250-4.

8. Alpatih Muhammad II . Luka memar (contusio). Available from: URL Google

http://www.klinikindonesia.com/forensik-lukatusuk.php

9. Purba DM, Syarif HN. Trauma tumpul dan trauma tajam. Dalam : Amri A. (Ed). Ilmu

Kedokteran Kehakiman, Edisi II, Balai Penerbit Universitas Sumatera Utara Press,

Medan, 1989. Hal. 29-35.

10. Alpatih Muhammad II . Luka lecet (abration). Available from: URL Google

http://www.klinikindonesia.com/forensik-lukalecet .php

http://www.freewebs.com/traumatologi2/traumatologi.htm

11. Knight B, Simpson’s Forensic Medicine, 11th edition, Oxford University Press. Inc,

New York, 1977. p. 104-14.

12. Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V, alih bahasa

J.Hutauruk, Widya Medika, Jakarta, 1995. Hal. 66-70.