kelompok6 - muh. ihsan h

7
TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI III “SEPTIS DAN SHOCKSEPTIS” OLEH: NAMA : MUH. IHSAN H NIM : 70100113030 KELOMPOK : IV (EMPAT) KELAS : FARMASI B JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA – GOWA

Upload: ihsan

Post on 10-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TUGAS FARTOKS 3

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok6 - Muh. Ihsan H

TUGAS

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI III

“SEPTIS DAN SHOCKSEPTIS”

OLEH:

NAMA : MUH. IHSAN H

NIM : 70100113030

KELOMPOK : IV (EMPAT)

KELAS : FARMASI B

JURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2015

Page 2: Kelompok6 - Muh. Ihsan H

4.

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110,

Basa = 28-30 mEq/l.

Kemasan : 500, 1000 ml.

Mekanisme Kerja Obat : larutan Ringer Laktat memiliki komposisi elektrolit

dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan

ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan

menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma

darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi

untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk

menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik

termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi

dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena

menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan

menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme

anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis

laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar,

biasanya paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”.

Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart

failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

Page 3: Kelompok6 - Muh. Ihsan H

Cairan Kristaloid

Kristaloid disebutkan dapat menahan perpindahan cairan dengan cara mempertahankan tekanan osmotik yang disebabkan oleh partikel elektrolit yang terkandung, sedangkan cairan koloid memiliki kekuatan yang berasal dari gradien tekanan onkotik yang ditimbulkan dari pemberian cairan koloid. Sehingga, efek volume expansion dari darah disebabkan oleh tonisitas larutan dan juga kekuatan tekanan onkotik.

Cairan kristaloid yang umumnya digunakan sebagai volume expansinon terbagi dalam golongan cairan isotonik dan hipertonik dan juga dikategorikan menjadi cairan nonbuffered (seperti isotonik saline/NaCl 0,9%) dan buffered (seperti RL, RA). Sedangkan untuk cairan koloid dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipoonkotik (seperti gelatin dan albumin 4%/5%) dan hiperonkotik (seperti, dextran, HES, dan albumin 20%/25%). Secara umum, cairan koloid dikatakan lebih efisien dibandingkan cairan kristaloid dalam hal jumlah cairan yang dapat bertahan di dalam ruang intravaskuler, sehingga jumlah cairan yang diperlukan lebih sedikit pada cairan koloid vs cairan kristaloid untuk mencapai goal hemodinamik yang sama. Selain daripada itu, terdapat kekhawatiran akan penggunaan HES yang dapat meningkatkan risiko kematian dan juga kejadian AKI (acute kidney injury).

Kristaloid Selain RL

Dekstrosa

ndikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk

keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan

oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat

menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

Page 4: Kelompok6 - Muh. Ihsan H

Ringer asetat

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.

Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).

Page 5: Kelompok6 - Muh. Ihsan H

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).

Solusi

Menurut kami penggunaan cairan RL disini belum sesuai, Kami anjurkan penggunaan RA sebagai cairan kristaloidnya. Dikarenakan metabolisme RA dilakukan pada otot sedangkan RL pada hati. Sedangkan pada pasien mengalami masalah pada bagian metabolism dihati, buktinya setelah penggunaan RL 3 liter pasien masih tampak seperti semula, dengan tanda dan gejala masih kebingungan, untuk itu dianjurkanlah penggunaan RA, selain itu RA lebih cepat.