kelompok 5 s1-viib

Upload: aullyha-bisquit-monochrome-rd

Post on 06-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konsep penggunaan obat. terbagi atas konsep penggunaan obat yang rasional dan konsep penggunaan obat yang tidak rasional

TRANSCRIPT

Makalah FarmakoterapiKONSEP PENGGUNAAN OBAT

Nama Kelompok:RulianoMona YulianaRahmatina AuliaSandry Eka SaputriWulandariNanda Aprilliani

Kelas : S1-VIIB

Dosen Pembimbing :Husnawati, M.Si, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAUYAYASAN UNIVERSITAS RIAU2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Farmakoterapi tentang Konsep Penggunaan Obat. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang Farmakoterapi secara meluas.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Husnawati,M.Si, Apt selaku dosen Farmakoterapi yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 Tujuan Penulisan21.4 Metode Penelitian2

BAB II PEMBAHASAN2.1 Defenisi Obat32.2 Penggolongan Obat32.3 Penggunaan Obat yang Rasional4 2.3.1 Kriteria Penggunaan Obat yang Rasional5 2.3.2 Pentingnya Penggunaan Obat yang Rasional8 2.3.3 Kendala Untuk Mencapai Penggunaan Obat yang Rasional8 2.3.4 Pihak yang Bertanggung Jawab92.4 Penggunaan Obat yang Tidak Rasional9 2.4.1 Jenis-Jenis Penggunaan Obat yang Tidak Rasional9 2.4.2 Faktor-Faktor yang Mendasari Penggunaan Obat yang Tidak Rasional10 2.4.3 Dampak Merugikan Dari Penggunaan Obat yang Tidak Rasional13

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan153.2 Saran15

DAFTAR PUSTAKA16

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan dibidang obat meliputi : menjamin kebenaran khasiat, keamanan, mutu, keabsahan obat yang beredar, meningkatkan ketepatan, kerasionalan, dan efisiensi penggunaan obat. Jika tujuan diatas tercapai, masyarakat akan lebih banyak mendapatkan manfaat dari obat dari pada efek yang merugikan, baik dari segi kesehatan maupun finansial (Priyanto, 2009)Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana, 2007)Pada saat ini banyak sekali pengobatan yang diberikan oleh tenaga medis yang tidak sesuai dengan konsep penggunaan obat sebagaimana semestinya, yakni pengobatan yang rasional. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya.Penggunaan obat yang tidak rasional dapat terjadi di semua rumah sakit dalam masyarakat. Hal ini mencakup penulisan obat yang tidak perlu, obat yang salah, tidak efektif, atau obat yang tidak aman, obat yang efektif dan tersedia digunakan tidak cukup, dan obat yang digunakan secara tidak benar (Siregar Charles, 2006)

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:1. Bagaimana konsep penggunaan obat yang semestinya?2. Bagaimana penggunaan obat yang rasional?3. Bagaimana pula penggunaan obat yang tidak rasional?4. Apa kendala dalam mencapai pengobatan yang rasional?5. Siapa yang bertanggung jawab dalam tercapainya pengobatan yang rasional?6. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional?7. Apa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan obat yang tidak rasional?

1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :1. Menjelaskan konsep penggunaan obat yang benar dan semestinya.2. Menjelaskan hal yang mencakup penggunaan obat yang rasional.3. Menjelaskan hal yang mencakup penggunaan obat yang tidak rasional.4. Menjelaskan berbagai kendala mencapai pengobatan yang rasional.5. Menjelaskan siapa saja yang bertanggung jawab dalam mencapai penggunaan obat yang rasional.6. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional.7. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan obat yang tidak rasional.

1.4 Metode PenelitianMetode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari internet.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Defenisi ObatObat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana, 2007)Menurut undang-undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (Anonim, 2004)2.2 Penggolongan ObatMacam-macam penggolongan obat :1. Menurut kegunaannya obat dapat dibagi :a. Untuk menyembuhkan (therapeutic)b. Untuk mencegah (prophylactic)c. Untuk diagnose (diagnostic)2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi :a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah obat yang digunakan melalui oral.b. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah obat yang cara penggunaanya selain melalui oral dan diberi tanda etiket biru. Contohnya implantasi, injeksi, topical, membrane mukosa, rektal, vaginal, nasal, dan lain-lain.3. Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi :a. Lokal, adalah obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti obat-obat yang digunakan secara topical pada pemakaian topical. Contohnya salep, liniment dan cream.b. Sistemis, adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya tablet, kapsul, obat minum dan lain-lain.4. Menurut undang-undang kesehatan obat digolongkan dalam :a. Obat narkotika, merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan.b. Obat psikotropika, obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/ perasaan/ kelakuan orang.c. Obat keras adalah semua obat yang : Mempunyai takaran maksimum atau tercantum dalam daftar obat keras Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi Obat baru, kecuali dinyatakan departemen kesehatan tidak membahayakan Semua sediaan parenterald. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan (P1 s/d P6)e. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan tidak membahayakan bagi si pemakai dan diberi tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

2.3 Penggunaan Obat yang RasionalPenggunaan obat yang rasional yaitu : efektif, aman, dan dapat di terima dari segi mutu dan biaya serta di resepkan pada waktu yang tepat, dosis yang benar, cara pemakaian yang tepat dan jangka waktu yang benar.Menurut WHO : penggunaan obat yang efektif , aman, murah, tidak polifarmasi, drug combination (fixed), individualisasi, pemilihan obat atas dasar daftar obat yang telah di tentukan bersama. Contoh kombinasi yang termasuk dalam fixed yang artinya pemberian dalam kombinasi akan lebih menguntungkan karena beberapa alasan, seprti sinergiks, memperlambat timbulnya resistensu dan meningkatkan efektifitas.a. kombinasi fixed :sulfametoksazol + trimetorfin (5:1)INH + rifampisin (1:2)Penisilin + as. Clavulanat (500 mg:125 mg)Neomisin + basitrasin (salep, 5 mg:500 IU)Imipenem + cilastatin (250 mg+250 mg)Rifampisin + INH + pirazinamid (150 mg+75 mg+400 mg)Asam benzoat + asam salisilat (salep, 6 %+ 3%)Levodopa + carbidopa (100 mg+ 10 mg)Sulfadoksin + pirimetamin (500 mg: 25 mg)Ferro sulfat + asam folat ( 60 mg : 400 ug)b. polifarmasi Contoh polifarmasi terdapat pada obat flu yang isinya antara lain : antitusif, ekspektoran, antihistamin, analgesik, antiinflamasi, vitamin, bronkodiator, dan dekongestan.

2.3.1 Kriteria Penggunaan Obat yang RasionalPenggunaan obat yang rasional adalah pemberian obat yang mancakup 6 tepat atau benar yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis, tepat jalur pemberian dan tepat dokumentasi.a. Tepat pasien Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi, seperti pada ordernya lewat telepon, ada order tambahan, ada revisi order, padaa pasien yang masuk secara bersmaan dengan penyakit yang sama, pada kasus yang penyakitnya sama, suasana sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ruang ke ruang lainya. Untuk mengurangi kejadian tidak tepat pasien, pada saat memberikan obat dapat dilakukan anatara lain:1)Tanya nama pasien, dengan pertanyaan siapa namanya bukan pertanyaan namanya Bapak Surpardi?2)Cek indentifikasi pasien dalam bracelet dan 3)Cek pasien pada papan nama di ttempat tidur, dan di pintub. Tepat ObatUntuk menjamin obat yang di berikan benar label atauy etiket harus di baca dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti antara lain, nama obat, sedian, konsentrasi, dan cara pemberian serta expired date. Kesalahan pemberian obat sering terjadi jika pemberian obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan pada pasien.c. Tepat WaktuPemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan dosis atau frekuensi keduanya sangat berbahaya. Termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian obat melalui infus.Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus tepat waktu, pemberian terlalu cepat atau lambat dapat berakibat serius. Contoh, dopamin harus diberikan antara 2-10 ug/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus (cepat). Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan kematian, sedangkan pemberian atropin secara lambat akan memperparah brandikardi (perlambatan denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang mempunyai waktu paruh (t ) sangat pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.

d. Tepat WaktuDosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia atau pada orang obesitas. Pada pasien-pasien tersebut, paramedik harus mengerti cara mengkonversikan dosis dari orang dewasa normal. Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukan juga pada obat yang diberikan melalui infus, termasuk perhitungan kecepatan tetesan setiap menitnya.Kesalahan dosis juga dapat terjadi salah paham menulis atau membaca resep, misalnya .1 dengan mudah akan terbaca sebagai 1, berarti dosisnya sudah 10 kali lipat. Contoh lain 1,0 g terbaca 10 mg, 10 u terbaca 100, ug terbaca mg, tablet padahal umtuk tablet obat yang dimaksud ada lebih dari sediaan, 1 gr dibaca 1g, ini akan membingungkan bagi yang tahu bahwa 1 gr=0,065 g (gram) atau 65 mg.e. Tepat RuteJalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur pemberian obat yang salah dapat berakibat fatal atau minimal obat yang diberikan tidak efektif. Sebagai contoh efinefrin diberikan secara subkutan pada pasien asma karena diabsorbsi secara lambat dan efek timbul kira-kira 20 menit kemudian. Jika diberikan secara IM akan menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokontriksi berlebihan selain pasien juga juga tidak tidak akan mendapatkan manfaat dari cara pemberian ini.Ketika diminta memberikan efinefrin secara subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan oksigen jantung. Sebaliknya pemberian obat tertentu secara subkutan untuk pengurang rasa sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan perlambatan efek atau obat kurang efektif.

f. Tepat DokumentasiAspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan bagian dari pemberian obat yang rasional, yaitu aspek atau tepat yang ke 6. Dokumentasi pemberian obat yang harus dikerjakan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tepat pemberian, alasan kenapa obat diberikan, dan tanda tangan yang diberikan.2.3.2 Pentingnya Penggunaan Obat yang Rasional1. Mengurangi penggunaan obat yang tidak diperlukan2. Mengurangi bahaya dan biaya dari obat yang tidak diperlukan atau karena polifarmasi3. Meningkatkan manfaat dari obat secara maksimal4. Adanya ledakan jumlah obat yang ada dipasaran, jika tidak ada usaha penggunaan obat yang rasional dampaknya akan merugikan dan bahkan berbahaya5. Untuk mengurangi peningkatan timbulnya resistensi kuman terhadap antimikroba6. Peningkatan kesadaran konsumen, regulator, pelayanan kesehatan dan perlindungan konsumen.2.3.3 Kendala Untuk Mencapai Penggunaan Obat yang RasionalTerdapat beberapa kendala dalam mencapai pengobatan yang rasional, diantaranya :1. Kurangnya informasi yang objektif tentang obat, di Indonesia informasi obat kebanyakan datang dari industri farmasi yang objektifitasnya masih perlu dipertanyakan2. Kurangnya koordinasi dengan baik pada otoritas regulasi dan supali obat3. Jumlah obat yang berada di pasar sangat banyak, kurang lebih ada 13.500 an dari zat aktif yang hanya sekitar 500- 600an4. Metode promosi obat yang langsung ke profesional kesehatan Promosi dengan intensif (10-12% cost) Promosi ke prescriber, dengan discount 10-18% sehingga dapat mempengaruhi penulisan resep5. Monitoring Efek samping obat belum berjalan6. Pendidikan berkelanjutan belum memadai7. Obat yang dipasarkan oleh staff academic atau pakar8. Pemasaran obat selalu disertai dengan klaim obatanya : innovative, the best, and safe2.3.4 Pihak yang Bertanggung Jawab Dalam Mencapai Penggunaan Obat yang Rasional1. Produsen/ industri farmasi2. Profesional Kesehatan ( Dokter, Apoteker, Dokter gigi, dan Paramedis)3. Controllers ( yang merumuskan kebijakan dan regulasi tentang obat)4. Patients as consumer (konsumen)

2.4 Penggunaan Obat yang Tidak Rasional2.4.1 Jenis-Jenis Penggunaan Obat yang Tidak Rasional1. Over PrescribingYaitu menggunakan obat yang tidak diperlukan, dosis terlalu tinggi, pengobatan terlalu lama atau jumlah yang diberikan lebih dari yang diperlukan. Terdapat beberapa jenis obat yang banyak diberikan kepada pasien tanpa indikasi yang jelas dan tepat. Golongan obat tersebut adalah antibiotik, kortikostroid, obat penurun berat badan, antikolesterol, multivitamin, tonikum, vasodilator, obat untuk memperbaiki metabolisme otak, dan sediaan untuk dermatologi.Over Prescribing juga didefiniskan sebagai pemberian obat baru dan mahal padahal tersedia obat lama yang lama yang lebih murah yang sama efektif dan sama amannya, pengobatan simtomatik untuk keluhan ringan sehingga dana untuk penyakit yang berat tersedot, atau penggunaan obat dengan nama dagang walaupun tersedia obat generik yang sama baiknya.2. Under PrescribingYaitu tidak memberikan obat yang diperlukan, dosis tidak mencukupi, atau pengobatan yang terlalu singkat.3. Incorect PrescribingYaitu obat yang diberikan untuk diagnosis yang keliru, obat untuk suatu indikasi tertentu tidak tepat, penyediaan (diapotik, rumah sakut) salah, atau tidak sesuaikan dengan kondisi medis, genetik, lingkungan, faktor lain yang ada pada saat itu.4. Use of ineffective or Harmful drugsMisalnya lebih memilih ibuprofen dibandingkan parasetamol untuk antipiretik dan analgetik pada nyeri kepala.5. PolypharmacyYaitu menggunakan dua atau lebih obat padahal suatu obat sudah mencukupi atau pengobatan dari setiap gejala secara terpisah padahal pengobatan terhadap penyakit primernya sudah dapat mengatasi semua gejala.2.4.2 Faktor-Faktor yang Mendasari Penggunaan Obat yang Tidak RasionalBanyak faktor yang saling berhubungan mempengaruhi penggunaan obat. Sistem pelayanan kesehatan, dokter penulis resep, dispenser, pasien, dan masyarakat semua terlibat dalam proses terapi, serta semua dapat berkontribusi pada penggunaan yang irasional dalam berbagai cara.1. Sistem Pelayanan KesehatanBerbagai faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, antara lain suplai yang tidak dapat diandalkan, kekurangan obat, obat kadaluarsa, dan ketersediaan obat-obat yang tidak tepat. Sistem formularium yang belum diterapkan, PFT yang tidak berfungsi, formularium yang tidak akomodatif dan tidak pernah direvisi sehingga tidak digunakan oleh staf medik, IFRS yang belum melaksanakan fungsi yang seharusnya beroperasinya apotek swasta didalam rumah sakit pemerintah yang tidak dibawah kendali IFRS. Semua faktor tersebut , menyebabkan pengendalian pengelolaan dan penggunaan obat dirumah sakit tidak terlaksana, mengakibatkan terjadinya penggunaan obat-obatan yang irasional.Ketidak efisienan dalam sistem pelayanan kesehatan demikian menyebabkan pengadaan persediaan, penulisan resep/order, penyiapan pendistribusian, pemberian, dan mutu obat tidak terkendali sehingga penggunaan obat yang rasional tidak terlaksana terutama dirumah sakit pemerintah. Ketidak efisienan dalam sistem tersebut mengakibatkan kurangnya kepercayaan dokter dan pasien dalam sistem itu. Pasien meminta pengobatan dan dokter merasa wajib untuk memberi apa yang tersedia, bahkan jika obat tidak benar untuk mengobati kondisi itu.2. Dokter Penulis ResepDokter penulis resep dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Dokter mungkin menerima pelatihan yang kurang memadai atau praktik penulisan resep sudah kuno karena kurangnya mengikuti edukasi berkelanjutan. Kurangnya edukasi berkelanjutan tentang obat dirumah sakit karena kurang berfungsinya PFT, menyebabkan sistem formularium tidak dikenal atau belum diterapkan, sebab salah satu keuntungan dari penerapan sistem formularium adalah edukasi. Keuntungan edukasi yang berharga dapat terjadi apabila pengkajian gabungan obat dilakukan bersama dengan staf medik rumah sakit, melalui buletin informasi obat yang disponsori oleh PFT.Disamping itu, dokter kurang menerima informasi obat yang objektif, dan informasi yang diberikan oleh PPF (Perwakilan Perusahaan Farmasi) mungkin kurang dapat dipercaya. Pelayanan informasi obat yang formal dihampir seluruh rumah sakit dinegeri ini belum dilakukan karna kurangnya apoteker, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif untuk menangani Sentra Informasi Obat dirumah sakit.Secara eksternal, beban pelayanan pasien yang berat adalah tekanan sejawat senior, pasien, dan PPF, untuk penulisan obat semuanya itu menyulitkan keputusan pasien resep / order. Selain itu, keuntungan pribadi dapat mempengaruhi pilihan dokter jika penghasilan dokter penulis resep bergantung pada hasil pejualan obat.3. ApotekerApoteker memainkan suatu peranan penting sekali dalam proses penggunaan obat yang rasional. Untuk mencapai sasaran pengunaan obat yang rasional, berbagai peranan atau fungsi yang wajib di lakukan oleh IFRS / apoteker, antara lain :a. Membantu dokter dalam menyeleksi obat terbaik dan regimennya untuk pasien tertentu dalam proses penggunaan obat.b. Menginterpretasi resep / order obat dan pengadaan P3.c. Menyediakan dan menyampaikan informasi obat bagi profesional kesehatan, melalui menjawab pertanyaan, buletin, pendidikan in service d. Memberi edukasi dan konseling obat bagi pasien untuk meningkatka kepatuhannya.Selama ini, apoteker belum atau sangat sedikit melakukan fungsi tersebut diatas sehingga dapat terjadi penulisan resep atau order yang irasional. Mutu dispensing dapat dipengaruhi oleh pelatihan dan pengawasan yang di terima dispenser (apoteker) dan informasi obat yang teredia untuk dispenser (apoteker). kurangnya materi dispensing dan singkatnya waktu dispensing disebabkan banyaknya pasien, juga dapat mempunyai dampak merugikan pada dispensing.4. Pasien dan masyarakatKepatuhan pasien terhadap pengobatannya dipengaruhi oleh faktor, termasuk kepercayaan kultural, keterampilan, serta sikap berkomunikasi dokter penulis resep dan apoterker, waktu yang terbatas untuk konsultasi, ketidakcukupan informasi tercetak, dan kepercayaan masyarakat tentang kemanjuran obat atau rute pemberian tertentu. Misalnya, ada kemungkinan suatu kepercayaan bahwa obat injeksi lebih kuat daripad kapsul atau kapsul lebih efektif daripada tablet. Peranan IFRS sangat signifikan dalam peningkatan kepatuhan pasien terhadap obat dan regimennya. Interaksi apoteker dengan pasien secara individu harus dilakukan antara lain dalam pemberian informasi, konsultasi, dan edukasi tentan obatnya. Interaksi seperti itu akan meningkatkan pemahaman pasien tentng semua aspek obatnya terutama penggunaan obat yang benar, dengan demikian diharapkan kepatuhannya akan meningkat.Adalah jelas, walaupun pengetahuan serta pengalaman dokter penulis resep dan apoteker merupakan aspek penting dari interaksi dokter-apoteker, dokter-pasien, dan apoteker-pasien, tetapi faktor bukan itu saja. Seperti telah di uraikan diatas koma banyak penyebab penggunaan obat yang irasional dan banyak faktor terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Berbagai faktor itu berbeda-beda untuk setiap orang dan pasien. 2.4.3 Dampak Merugikan Dari Penggunaan Obat yang Tidak RasionalPenggunaan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan efek merugikan pada biaya perawatan kesehatan, demikian juga mutu terapi obat dan perawatan medic. Efek negative lainnya adalah meningkatnya kemungkinan reaksi merugikan dan kepercayaan pasien yang tidak tepat pada obat.1. Dampak mutu terapi obat dan perawatan medicPraktik penulisan obat yang tidak tepat, baik secara langsung maupun tidak, dapat membahayakan mutu perawatan pasien dan secara negative mempengaruhi hasil pengobatan. Misalnya, penggunaan oralit yang kurang untuk diare akut dapat menghalangi sasaran pengobatan, yakni untuk mencegah atau untuk menangani dehidrasi, jadi mencagah kematian anak- anak.Kemungkinan reaksi obat merugikan meningkat apabila obat ditulis tanpa guna. Misalnya, penyalahgunaan produk injeksi menyebabkan kejadian syok anafilatik yang tinggi. Antibiotic dan obat kemoterapi yang lewat dosis atau kurang dosis juga menimbulkan cepatnya terjadi resistensi bakteri atau parasite malaria. 2. Dampak pada biayaPenggunaaan obat yang berlebihan bahkan obat yang perlu, menyebabkan pembelanjaan sediaan obat yang berlebihan dan penghamburan sumber finansial , baik oleh pasien maupun system pelayanan kesehatan. Dalam banyak rumah sakit pembiayaan sedian obat yang nonessensial, seperti multivitamin atau obat batuk, memboroskan sumber finansial yang terbatas, sebaiknya dapat dialokasikan untuk produk yang lebih essensial dan vital, seperti vaksin atau antibiotic. Penggunaan obat yang kurang dan tidak tepat pada tahap dini suatu penyakit, juga dapat menghasilkan biaya berlebihan dengan peningkatan kemungkinan perpanjangan penyakit hospitalisasi pada akhirnya.3. Dampak psikologisPenulisan obat yang berlebihan mengkomunikasikan pada pasien bahwa mereka membutuhkan obat untuk setiap dan demua kondisi, bahkan untuk kondisi yang sepele pun. Konsep bahwa ada obat untuk setiap kesakitan adalah berbahaya. Pasien dating untuk mengandalkan diri pada obat dan kepercayaan ini meningkatkan permintaan obat. Pasien dapat meminta injeksiyang tidak perlu karena selama bertahun tahun berhubungan dengn pelayanan kesehatan modern, menjadikan mereka biasa menerima injeksi dari praktisi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Obat dapat digolongkan berdasarkan kegunaannya, cara penggunaan, cara kerja obat dan jenis-jenisnya berdasarkan undang-undang. Penggunaan obat yang benar adalah penggunaan obat yang rasional yaitu efektif, aman, dan dapat di terima dari segi mutu dan biaya serta di resepkan pada waktu yang tepat, dosis yang benar, cara pemakaian yang tepat dan jangka waktu yang benar. Penggunaan obat yang rasional amatlah penting agar tercapainya peningkatan kesehatan masyarakat. Adapun kendala-kendala dalam mencapainya harus diminimalisir sekecil mungkin dan hendaknya pihak-pihak yang bertanggung jawab lebih menekankan tercapainya penggunaan obat yang rasional. Jenis-jenis penggunaan obat yang tidak rasional diantaranya Over Prescribing, Under Prescribing, Incorect Prescribing, Use of ineffective or Harmful drugs dan Polypharmacy. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional dan hal ini lah yang menyebakan munculnya dampak mutu terapi obat, biaya dan psikologis pasien.

3.2 SaranDemi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya. Serta kami menyarankan kepada pembaca agar lebih memperhatikan bagaimana konsep penggunaan obat yang rasional serta menghindari penggunaan obat yang tidak rasional.DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Bakti HusadaDipiro, Joseph T., dkk. 2005. Pharmacotherapy. Texas : MC GRAW HILLPriyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jawa Barat : LeskonfiSiregar Charles. 2006. Farmasi Klinik. Jakarta : Buku Kedokteran EGCTjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo