upaya meningkatkan pemahaman dan minat belajar … filedi kelas viib smp negeri 2 sukoharjo tahun...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
DI KELAS VIIB SMP NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh:
ANNISA PRIMA EXACTA
K1308076
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Maret 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
DI KELAS VIIB SMP NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
ANNISA PRIMA EXACTA
K1308076
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematikan dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Maret 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 28 Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003
Drs. Suyono, M.Si
NIP. 19500301 197603 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Annisa Prima Exacta. UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT
BELAJARMATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS VIIB SMP
NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.Skripsi, Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan minat belajar
matematikadengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) di kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus.
Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek
penelitian adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 38 siswa. Sumber data penelitian diperoleh dari guru dan siswa. Teknik
pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes dan dokumen atau arsip. Teknik
analisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif. Validasi data dari minat belajar siswa
dan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian menyimpulkan dengan pelaksanaan tindakan kelas melalui
penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada sub pokok bahasan
bilangan pecahan dan bentuk aljabar dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar
siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada hasil tes dan observasi.
Data hasil tes, persentase siswa yang tuntas pada siklus I 65,79%, pada siklus II
persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan sebesar 21,05% menjadi 86,84% dan pada
siklus III persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan sebesar 2,63% menjadi 89,47%.
Sedangkan hasil observasi dua observer terhadap minat belajar siswa, rata-rata persentase
pada siklus I 88,89%, pada siklus II 100% dan pada siklus III 100% dimana tidak mengalami
peningkatan minat belajar siswa.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman dan minat
belajar pada siswa kelas VIIBSMP Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2012/2013.
Kata kunci: pemahaman, minat belajar, matematika, Numbered Heads Together
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Annisa Prima Exacta. THE EFFORTS TO IMPROVE COMPREHENSION AND
INTEREST OF LEARNING WITHCOOPERATIVE LEARNING TYPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) IN CLASS VIIB SMP NEGERI 2 SUKOHARJO AT
THE ACADEMIC YEAR OF 2012/2013. Thesis, Mathematics Education of Sebelas Maret
University Surakarta. February 2013.
This study aims to improve understanding and interest of learning in maths to use
cooperative learning types Numbered Heads Together (NHT) in the class VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo at the academic year of 2012/2013
This study is a classroom action research carried out in 3 cycles. Each cycle consists
of four phases: planning, action, observation, and reflection. Subjects were class VIIB of
SMP Negeri 2 Sukoharjo at thhe academic year of 2012/2013, with 38 students. Sources of
research data obtained from teachers and students. Data collection techniques are observation,
interviews, tests and documents or records. The data analysis technique is descriptive analysis
techniques. Validation data from student interest and learning process by using triangulation
techniques sources.
The research concludes with the implementation of a class action through the use of
learning model Numbered Heads Together (NHT) on the subject of sub-fractions and
algebraic forms can improve student comprehension and interest of learning in mathematics.
It is based on test results and observations.
The result is the percentage of students who completed the first cycle of 65,79%, in
the second cycle the precentage increase 21,05% to 86,84% and the third cycle the precentage
increase 2,63% to 89,47%. While the observation of two observers on student interest, the
average percentage of 88,89% in the first cycle, the second cycle of 100% and 100% in the
third cycle in which no improve student interest because it has reached the maximum score.
Based on these results it can be concluded that the use of the learning model
Numbered Heads Together (NHT) can improve thecomprehension and interest of learning in
class VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo at academic year of 2012/2013 in mathematics lesson.
Keywords: comprehension, interest of learning, maths, Numbered Heads Together
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“ Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah
bagaikan tak seorang pun sedang menonton. “
(Mark Twain)
“ Jangan lihat saya sekarang, lihat saya beberapa tahun lagi .”
(Penulis)
“Never the perfect,but I am a complete package .”
(Penulis)
“sucsess is not based on the mark.”
(penulis)
“nichts ist unmöglich.”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan Sederhana Ini Ku Persembahkan Kepada:
Allah SWT
Alhamdulillah ucapkan syukur Pada-Mu Ya Allah yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya.
Bapak dan Ibuku Tercinta
Terima kasih atas segala doa, kasih sayang, perhatian dan perjuangan yang telah
diberikan kepada penulis.
Adik-adikku tersayang, Annisa Sigma Exacta dan Aziz Lambda Exacta
Doa, kebersamaan, kasih sayang dan semua yang kalian berikan selama ini untukku!
Semoga kita menjadi anak yang sukses!!!
Diky Purwanto, dankeschön für die unterstützung und liebe
Teman-teman P. Matematika 08, special thanks to Heri, Anggit,&Peka
Terima kasih segala bantuan dan kebersamaannya. Semoga kebersamaan ini tidak
hilang begitu saja... Good Luck!
Almamater yang ku banggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT Dzat yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di bumi ini. Betapa tidak,
atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul “UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS VIIB SMP NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN
PELAJARAN 2012/2013" dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan kripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini . Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak
antara lain:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah memberikan
ijin menyusun skripsi ini.
2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan
ijin menyusun skripsi ini.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan
skripsi ini.
5. Drs. Suyono, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan,
dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Drs. Yanto, M.Pd, Kepala SMP Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian.
7. Dwi Agus Sri K., S.Pd, Guru bidang studi matematika SMP Negeri 2 Sukoharjo yang
telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama
melakukan penelitian .
8. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan dukungan yang
tak ternominalkan.
9. Adik-adikku, terima kasih untuk pengertian, dorongan, dan kekompakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Meine liebe, terima kasih atas dorongan semangat yang telah diberikan dan telah
menemaniku sampai saat ini.
11. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo yang telah membantu dalam
terlaksananya penelitian ini.
12. Mahasiswa P. Math ’08, atas kebersamaan dalam setiap langkah menapaki luasnya ilmu
matematika.
13. Semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang tak dapat saya
sebutkan satu per satu, terima kasih semuanya.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,
bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI.................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO.................. ........................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 7
1. Belajar................................................................................................... 7
a. Pengertian Belajar............................................................................ 7
b. Prinsip-Prinsip Belajar.....................................................................
c. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar...............................................
8
9
2. Pembelajaran........................................................................................
a. Pengertian Pembelajaran.................................................................
b. Model Pembelajaran........................................................................
c. Model Pembelajaran Kooperatif......................................................
d. Numbered Heads Together (NHT)..................................................
3. Pemahaman...........................................................................................
11
11
11
12
14
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4. Minat Belajar........................................................................................
5. Pembelajaran Matematika....................................................................
a. Pengertian Matematika....................................................................
b. Matematika Sekolah........................................................................
18
20
20
22
6. Hasil Penelitian yang Relevan..............................................................
B. Kerangka Berpikir.....................................................................................
24
25
C. Hipotesis Tindakan................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 28
A. Setting Penelitian ..................................................................................... 28
B. Subyek Penelitian .................................................................................... 29
C. Data dan Sumber Data.............................................................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 30
E. Validitas Data........................................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 33
G. Indikator Kinerja/ Keberhasilan................................................................ 35
H. Prosedur Penelitian................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 41
A. Deskripsi Pratindakan............................................................................... 41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus...................................................... 44
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus............................................. 64
D. Pembahasan.............................................................................................. 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 76
A. Simpulan .................................................................................................. 76
B. Implikasi................................................................................................... 76
C. Saran ........................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif................................................ 13
2 Kegiatan Penelitian....................................................................................... 29
3 Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi........................................................... 34
4 Skor Capaian Nilai PraSiklus........................................................................ 41
5 Skor Capaian Hasil Minat Belajar Siswa Pada Prasiklus.............................. 42
6 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................................................... 45
7 Skor Capaian Nilai pada Siklus I................................................................. 48
8 Skor Capaian Hasil Minat Belajar Siswa pada Siklus I................................ 48
9 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II................................................. 52
10 Skor Capaian Nilai pada Siklus II................................................................ 55
11 Skor Capaian Hasil Minat Belajar Siswa pada Siklus II .............................. 56
12 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III................................................ 59
13 Skor Capaian Nilai pada Siklus III................................................................ 61
14
15
16
17
18
19
20
Skor Capaian Hasil Minat Belajar Siswa pada Siklus III.............................
Peningkatan Nilai Tes Siklus I......................................................................
Peningkatan Nilai Tes Siklus II.....................................................................
Peningkatan Nilai Tes Siklus III...................................................................
Peningkatan Minat Belajar Siswa pada Siklus I...........................................
Peningkatan Minat Belajar Siswa pada Siklus II..........................................
Peningkatan Minat Belajar Siswa pada Siklus III.........................................
62
64
67
69
71
72
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Alur kerangka berpikir.................................................................................. 27
2
3
Siklus Penelitian Tindakan Kelas..................................................................
Bagan Prosedur Penelitian............................................................................
36
40
4 Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Prasiklus
Dan Siklus I................................................................................................... 66
5 Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II................................................................................... 68
6
7
8
9
Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Prasiklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III...................................................................
Diagram Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus I..................................
Diagram Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus II.................................
Diagram Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus III................................
70
71
72
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Instrumen Pembelajaran
1. Silabus..................................................................................................................
2. KKM....................................................................................................................
L-1
L-11
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus..................................................... L-15
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I....................................................... L-21
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...................................................... L-32
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III.................................................... L-39
7. Ringaksan Materi Siklus I.................................................................................... L-48
8. Ringkasan Materi Siklus III................................................................................. L-50
9. Lembar Kerja Siklus I.......................................................................................... L-51
10. Tes Formatif Siklus I............................................................................................ L-55
11. Lembar Kerja Siklus II......................................................................................... L-56
12. Tes Formatif Siklus II.......................................................................................... L-59
13. Lembar Kerja Siklus III....................................................................................... L-60
14. Tes Formatif Siklus III......................................................................................... L-62
15. Daftar Kelompok Siswa....................................................................................... L-63
Lampiran II. Instrumen Penelitian
16. Pedoman Wawancara Awal................................................................................. L-64
17. Pedoman Observasi Proses Pembelajaran............................................................ L-65
18. Instrumen Monitoring Observasi Kelas Siklus I.................................................
19. Instrument Observasi Proses Pembelajaran Siklus I............................................
L-66
L-68
20. Instrumen Monitoring Obsevasi Kelas Siklus II..................................................
21. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran Siklus II............................................
22. Instrumen Monitoring Observasi Kelas Siklus III...............................................
23. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran..........................................................
L-70
L-72
L-74
L-76
24. Prasiklus............................................................................................................... L-78
25. Pedoman Penilaian Tes Prasiklus......................................................................... L-79
26. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I.................................................................................... L-81
27. Lembar Validasi Soal Tes Siklus.. I..................................................................... L-83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
28. Tes Siklus I........................................................................................................... L-87
29. Pedoman Penilaian Tes Siklus I........................................................................... L-88
30. Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II.................................................................................. L-90
31. Lembar Validasi Soal Tes Siklus II..................................................................... L-91
32. Tes Siklus II........ ................................................................................................ L-101
33. Pedoman Penilaian Tes Siklus II.......................................................................... L-102
34. Kisi-kisi Soal Tes Siklus III................................................................................. L-104
35. Lembar Validasi Soal Tes Siklus III.................................................................... L-105
36. Tes Siklus III........................................................................................................ L-111
37. Pedoman Penilaian Tes Siklus III........................................................................ L-112
38. Pedoman Observasi Minat belajar Siswa............................................................. L-113
39. Validasi Pedoman Observasi Minat belajar Siswa............................................... L-114
40. Lembar Observasi Minat belajar Siswa pada Pra Siklus..................................... L-117
41. Lembar Observasi Minat belajar Siswa pada Siklus I......................................... L-118
42. Lembar Observasi Minat belajar Siswa pada Siklus II........................................
43. Lembar Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus III......................................
Lampiran III. Hasil Penelitian
L-119
L-120
44. Wawancara awal..................................................................................................
45. Catatan lapangan..................................................................................................
46. Daftar Nilai Tes Prasiklus....................................................................................
L-121
L-123
L-125
47. Daftar Nilai Tes Siklus I...................................................................................... L-127
48. Daftar Nilai Tes Siklus II..................................................................................... L-129
49. Daftar Nilai Tes Siklus III.................................................................................... L-131
50. Daftar Hadir Siswa ..............................................................................................
51. Observasi Proses Pembelajaran Siklus I.............................................................
52. Observasi Proses Pembelajaran Siklus II............................................................
53. Observasi Proses Pembelajaran Siklis III............................................................
54. Monitoring Observasi Kelas Siklus I...................................................................
55. Monitoring Observasi Kelas Siklus II..................................................................
56. Monitoring Observasi Kelas Siklus III................................................................
L-133
L-139
L-147
L-155
L-163
L-171
L-179
57. Penskoran Minat belajar Siswa pada Prasiklus.................................................... L-187
58. Penskoran Minat belajar Siswa pada Siklus I...................................................... L-189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
59. Penskoran Minat belajar Siswa pada Siklus II.....................................................
60. Penskoran Minat belajar Siswa pada Siklus III....................................................
61. Perhitungan Minat Belajar siswa pada siklus I....................................................
62. Perhitungan Minat Belajar siswa pada siklus II...................................................
63. Perhitungan Minat Belajar siswa pada siklus III..................................................
L-193
L-197
L-201
L-205
L-209
64. Dokumentasi Proses Pembelajaran ..................................................................... L-213
Lampiran IV Hasil Pekerjaan Siswa L-216
Lampiran V Perizinan
Surat Ijin Penelitian..............................................................................................
Surat Pengantar Ijin Menyusun Skripsi...............................................................
Surat Ijin Menyusun Skripsi...............................................................................
Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................................................
L-223
L-225
L-226
L-227
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan berpotensi. Melalui pendidikan akan terjadi proses
pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap
suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang
besar. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan
perilaku belajar.
Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini
menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya
masyarakat Indonesia yang berkualitas. Untuk meningkatkan sumber daya
manusia dapat dilakukan perbaikan mutu pendidikan yang dimulai dengan
memperbaiki proses pembelajaran. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari kompetensi belajar yang dicapai oleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Kompetensi belajar merupakan pencerminan prestasi
belajar yang dicapai siswa setelah melakukan usaha belajar.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas.
Matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis. Oleh karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan prestasi
belajar matematika siswa di sekolah.
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang
bervariasi. Model pembelajaran yang dipilih sebaiknya model pembelajaran yang
dapat mendorong siswa agar lebih termotivasi dan aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, dengan begitu siswa lebih mudah dalam menerima dan memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
materi yang disampaikan guru. Namun pada kenyataannya, pembelajaran
konvensional dewasa ini masih mendominasi dunia pendidikan termasuk dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dwi Agus Sri
Kuncoro, S.Pd (guru matematika kelas VII SMP Negeri 2 Sukoharjo), bahwa
pemahaman siswa terhadap materi mata pelajaran matematika tergolong rendah
yang diukur dari rata-rata hasil belajar matematika berdasarkan dari batasan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 75. Beliau
menginformasikan bahwa hasil ulangan materi bab I kelas VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013 paling rendah diantara kelas VII yang
lainnya yaitu hanya sekitar 45% siswa yang nilainya di atas KKM. Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi awal, rendahnya hasil belajar matematika siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah model pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Kasus ini juga dibuktikan dengan hasil ulangan akhir
prasiklus yang dilakukan peneliti pada materi bilangan pecahan sub pokok
bahasan pecahan desimal, persen, dan permil hanya 55,26% siswa yang nilainya
di atas KKM.
Berdasarkan hasil observasi awal dapat disimpulkan bahwa terdapat
kelemahan siswa saat proses pembelajaran konvensional di kelas VIIB SMP N 2
Sukoharjo adalah sebagai berikut.
1. Minat belajar matematika siswa yang masih rendah dalam proses
pembelajaran. Hal ini didasarkan pengamatan peneliti bahwa masih ada
siswa yang mengerjakan tugas lain pada saat pembelajaran matematika
berlangsung, sering ijin ke kamar kecil, cenderung diam dan pasif.
2. Prestasi belajar siswa yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM terbukti
dari hasil ulangan akhir prasiklus pada materi bilangan pecahan sub
pokok bahasan pecahan desimal, persen, dan permil hanya 55,26% siswa
yang mendapatkan nilai di atas KKM.
3. Kesadaran belajar siswa secara kelompok dan berdiskusi masih rendah,
hal ini dikarenakan sering menggunakan pembelajaran dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ceramah.
4. Siswa kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka tidak mau
bertanya kepada guru atau menyampaikan pendapat.
Melihat fenomena tersebut, peneliti mempunyai gagasan bahwa perlu
diterapkannya suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar
matematika disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika
karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan
menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman
serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.
Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling
bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang
mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji
dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT). Dengan model pembelajaran kooperatif,
khususnya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan minat belajar
matematika. Numbered Heads Together (NHT) merupakan pembelajaran yang
cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam proses
pembelajaran tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep
matematika. Model Numbered Heads Together (NHT) ini sebagai variasi dalam
pembelajaran matematika sehingga siswa tidak jenuh dan bersemangat dalam
belajar matematika karena siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses
pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya
adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap
materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-
masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Dengan demikian, model Numbered Heads Together (NHT) merupakan
salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika pada
siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo, selain itu agar siswa dapat belajar
kelompok dan mengembangkan ketrampilan. Dari pernyataan-pernyataan di atas,
peneliti menjadikan alasan menerapkan pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (NHT) untuk meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika
siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika pada siswa
kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini adalah : meningkatkan
pemahaman dan minat belajar matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VIIB
SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia
pendidikan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dengan
Numbered Heads Together (NHT) untuk peningkatan hasil belajar siswa.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori
pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi
peneliti di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan yang
sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Dapat memberikan semangat guru sebagai pembimbing siswa
untuk selalu kritis dalam menemui masalah-masalah dalam proses
belajar mengajar
2) Dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di
kelas
b. Bagi siswa
1) Dengan pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk belajar
bekerja sama dengan siswa lain
2) Dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dapat mendidik siswa untuk bersikap bertanggungjawab
dan mengahargai pendapat orang lain
3) Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika
c. Bagi sekolah
Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini menjadi inovasi
baru tentang suatu alternatif model pembelajaran yang dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas,
sehingga permasalahan yang dihadapi baik oleh siswa maupun guru
sedikit demi sedikit dapat teratasi sehingga dapat meningkatkan mutu
dan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
d. Bagi peneliti
1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan Numbered
Heads Together (NHT)
2) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru
matematika sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Dalam aktivitas sehari-hari, manusia hampir tidak pernah terlepas dari
kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan aktifitas sendiri maupun di
dalam suatu kelompok. Tanpa disadari segala sesuatu yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Terlebih keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaiaan tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
anak didik.
Beberapa ahli mengemukakan definisi belajar, salah satunya Gagne
dalam Agus Suprijono (2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara
alamiah. Burton dalam Aunurrahman (2008:35), dalam sebuah buku “The
Guidance of Learning Activities”, merumuskan pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu, James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah
berpendapat, “belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman” (2002:12). Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto,2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Dapat disimpulkan dari beberapa pandangan ahli dan definisi tentang
pengertian belajar adalah suatu proses, kegiatan dan usaha sadar yang dilakukan
oleh seseorang sehingga menyebabkan perubahan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, sikap sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
b. Prinsip belajar
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu
mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk
mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut merupakan
proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu. Agar aktivitas
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah, maka pembelajaran
harus dikembangkan sesuai prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari
kebutuhan internal siswa. Slameto (2003) menjelaskan prinsip-prinsip dalam
belajar yaitu :
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.
b) Belajar harus menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat untuk siswa mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
d) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, ekplorasi dan
discovery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c) Belajar adalah proses kontingitas (hubungan antara
pengertian yang diharapkan dengan pengertian yang lain)
sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus
yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat megembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa
(hlm.27-28).
c. Faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan sekitar. Perubahan tingkah laku yang terjadi adalah hasil yang dicapai
dalam proses belajar dimana harus memalui proses yang dipengaruhi oleh faktor
dari dalam diri individu dan di luar individu.
Menurut Aunurrahman (2010), faktor dari dalam diri individu (faktor
internal) dan faktor dari luar individu (faktor internal) sebagai berikut:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu
saat sedang melakuka kegiatan belajar. Faktor-faktor internal antara
lain :
a) Ciri khas / karakteristik siswa
b) Sikap terhadap belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c) Motivasi belajar
d) Konsentrasi belajar
e) Mengolah bahan ajar
f) Menggali hasil belajar
g) Rasa percaya diri
h) Kebiasaan belajar
2) Faktor Eksternal
Faktor ini dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam
aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi
dengan lingkungan. Faktor-faktor eksternal antara lain :
a) Faktor guru
b) Lingkungan sosial terutama teman sebaya
c) Kurikulum sekolah
d) Sarana dan prasarana (hlm.177).
Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar
yaitu gaya belajar. Secara umum gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan siswa dalam merespon dan menangkap informasi, mengingat, berpikir,
dan memecahkan soal.
Beberapa ahli mengemukakan definisi gaya belajar, salah satunya Aaron
S. Richmond & Rhoda Cummings (2005:45) yang menjelaskan “learning style
was correlated with students perceptions of class enjoyment” yang artinya gaya
belajar berhubungan dengan persepsi siswa tentang kesenangan dalam belajar.
Endang Nugraheni (2006) juga berpendapat bahwa gaya belajar adalah
kecenderungan atau cara mahasiswa menyerap dan mengkomunikasikan informasi
dengan efektif yang direpresentasikan pada pola bicara, cara belajar, cara
mengerjakan tugas, cara merespons orang lain, dan kegiatan lain yang disukai.
Sedangkan De Porter dan Hernacki (1999: 110-112) merumuskan bahwa
“Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Sehingga dapat dikatakan bahwa
gaya belajar siswa merupakan kombinasi cara siswa dalam menangkap informasi,
mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai pengertian gaya belajar di
atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara belajar siswa yang khas
dan konsisten dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
2. Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Knirk dan Gustafson dalam
Saiful Sagala (2005) berpendapat, ”pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi” (hal.64). Lebih
lanjut Saiful Sagala (2005: 61) menyatakan bahwa ”pembelajaran mengandung
arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari
sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru”.
Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga
mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan
baik. Arifin yang dikutip oleh Muhhibbin Syah (2006: 181-182), mendefinisikan
mengajar sebagai ”...suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran
kepada murid agar dapat menerima, menggapai, menguasai, dan mengembangkan
bahan pelajaran itu.”
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang secara
sistematis oleh guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam menemukan
pengalaman baru dan mempelajari bagaimana siswa belajar sesuatu.
b. Model pembelajaran
Pada dasarnya tidak ada satupun model pembelajaran yang dapat
dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam
setiap bidang studi, karena setiap model pembelajaran pasti memiliki
karakteristik serta memiliki keunggulan dan kelemahan yang khas. Huitt dalam
Aunurrahman (2009:141) mengemukakan rasionalitas pengembangan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pembelajaran. Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari
adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa
memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan, modalitas belajar siswa
yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran
guru selayaknya bervariasi dengan tidak terpaku pada satu model pembelajaran
tertentu.
Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan
berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Itulah sebabnya di dalam menetukan
model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki
pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuan, motivasi,
minat dan karakteristik pribadi lainnya.
c. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah bahwa manusia
adalah mahluk sosial. Oleh karena itu, model pembelajaran ini tidak mengenal
kompetisi antar individu. Model ini juga tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Sebaliknya, model
ini menekankan kerjasama atau gotong royong sesama siswa dalam mempelajari
materi pelajaran (Anita Lie:2004)
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang terdiri dari siswa yang
heterogen ditinjau dari jenis kelamin, kemampuan, dan ras/suku. Menurut Eggen
dan Kauchak dalam Trianto (2007:42), pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Saling ketergantungan positif
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling
memberi motivasi sehingga keberhasilan kelompok dapat tercapai
2) Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab masing-
masing dalam mengerjakan tugas. Setiap anggota kelompok akan
menuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat
yang lain.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Pada intinya kegiatan ini bertujuan untuk mengahrgai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mangisi kekurangan masing-
masing.
4) Komunikasi antar anggota
Keberhasilan kelompok bergantung pada kesediaan anggota untuk
saling mendengarkan dan kemampuan meraka untuk mengutarakan
pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Guru mengadakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efekif.
Menurut Ibrahim dalam Trianto (2007:49), terdapat enam langkah utama
atau tahapan menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, tapi
terdapat beberaapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat 4 pendekatan
yang seharusmya merupakan bagian dari strategi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division (STAD),
Teams-Games-Tournament (TGT), Jigsaw II, dan pendekatan struktural yang
meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT).
d. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Numbered Heads
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Maheady, Michielli-pendl, Harper dan Mallette (2006) mengemukakan:
“ a clear and consistent finding of educational research has been theimportance of active student responding. During lectures and discussion,active responding most often takes the form of student responses to teacherquestion. This whole group responding to question, however, does notpermit every student to respond and does not assure that all student areactively engaged. Previous research has shown that Numbered HeadsTogether is an efficient and effective instructional technique to increasestudent responding and to improve achievement.” Artinya: temuan yangjelas dan konsisten dari penelitian pendidikan tentang pentingnya siswayang aktif merespon. Saat ceramah dan diskusi, tanggapan aktif palingsering muncul dalam bentuk respon siswa terhadap pertanyaan guru.Seluruh kelompok menanggapi pertanyaan tetapi setiap siswa tidakdiijinkan untuk merespon dan tidak pula dijamin bahwa semua siswa secaraaktif terlibat. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa NumberedHeads Together adalah suatu teknik pembelajaran yang efisien dan efektifuntuk meningkatkan respond an prestasi belajar siswa. Kesamaan denganpenelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together ( NHT).
Ibrahim (2000:28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1) Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kelompok dan sebagainya.
Menurut Trianto (2007:62), dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks dari NHT
sebagai berikut :
1) Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor
yang berbeda antara 1 sampai 5.
2) Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dimana pernyataan ini
dapat bervariasi dengan pertanyaan yang amat spesifik maupun dalam
bentuk kalimat tanya. Misal, “ Berapakah jumlah gigi orang dewasa?”
atau berbentuk arahan, misalnya “ Pastikan setiap orang mengetahui 5
buah ibu kota propinsi yang terletak di pulau Sumatra.”
3) Fase 3 : Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang
diajaukan guru dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim tersebut.
4) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang memiliki
nomor tersebut mengangkat tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan pada seluruh kelas.
Berdasarkan langkah di atas dapat disimpulkan bahwa ciri khas dari model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah guru
hanya menunjukkan seorang siswa dengan menyebut salah satu nomor yang
mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan kelompoknya itu.
NHT dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan
praktis dari sistem pengajaran individual sebagai berikut:
1) Antar siswa terjadi interaksi dengan saling berdiskusi dan
menyelesaikan suatu permasalahan secara berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk
mengajar kelompok-kelompok kecil.
3) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin.
4) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
5) Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa
jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah
mereka kuasai atau mengahadapi kesulitan serius yang membutuhkan
bantuan guru.
Tim terdiri atas 3-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan
bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Kuis
diberikan setelah tahap persentasi dan praktik tim telah selesai. Para siswa tidak
boleh saling membantu selama mengerjakan kuis.
3. Pemahaman
Pemahaman adalah “abilitet” untuk menguasai pengertian. Pemahaman
tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran dan
memperkirakan. Contoh : memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan lisan,
menafsirkan bahan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika (Hamalik,
Kurikulum dan Pembelajaran.2001:80).
Proses belajar mengajar siswa memahami sesuatu dari pengalaman yang
di dapat dari mengetahui seperti definisi, peristiwa, fakta yang disusun kembali
dalam struktur kognitif. Sehingga dapat dikatakan bahwa anak memahami
lingkungan berkat struktur kognitif yang ada pada dirinya yang berdasarkan
pengalaman. Struktur yang ada ia tidak dapat memahami sesuatu dalam
lingkungannya maka harus diadakan rekonstruksi kognitif, yaitu mengubah atau
mengakomodasikan struktur itu sehingga lingkungan dapat dikenalnya dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diasimilasinya. Anak yang memiliki pemahaman terhadap sesuatu, dipelajarinya
bila ia mampu menyusun sendiri jawaban secara bebas dengan menggunakan
gagasan, pikiran dan tanggapan yang telah terbentuk pada waktu belajar pertama
kali (Hamalik, 2001:84).
Pemahaman suatu konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkkan
siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat. Adapun indikator yang menunjukkan
pemahaman konsep antara lain adalah :
1.) Menyatakan ulang sebuah konsep
2.) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya)
3.) Memberi contoh dan non-contoh suatu konsep
4.) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematis
5.) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
6.) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
7.) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHO1a
a/9f9eeb17.dir/doc.pdf)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dan menggunakannya pada
penerapan situasi lain yang relevan karena adanya latihan yang dapat dilihat dari
hasil belajar dengan berdasar indikator pencapaian pemahaman konsep.
4. Minat belajar
Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi dalam
proses belajar. Reber dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2007:24)
berpendapat, “minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
adanya ketergantungannya terhadap faktor lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, tetapi dapat juga
diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Seseorang
yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas itu secara
konsisten. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Syaiful Bahri Djamarah (2008) mengemukakan minat adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktifitas (hlm.123). Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Minat
terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan mendukung aktifitas belajar
selanjutnya. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik.
Untuk menganalisa minat belajar matematika pada siswa terdapat
beberapa indikator seperti yang dikemukakan Sukartini (2001:26) bahwa analisa
terhadap minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu
2) Objek-objek atau kegiatan yang disenangi
3) Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi
4) Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap
sesuatu.
Selain itu, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:132) mengemukakan bahwa
minat dapat diekspresikan oleh siswa melalui:
1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain
2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan
3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat
belajar siswa, antara lain :
1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa sehingga
siswa rela belajar anpa adanya paksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa mudah menerima materi pelajaran.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif dan kondusif.
4) Menggunakan berbagai bentuk dan teknik mengajar yang bervariasi.
Berdasarkan uraian tentang minat belajar, pada intinya minat belajar
merupakan aspek psikologi seseorang yang didasarkan pada keinginan, rasa suka,
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas yang meliputi mencari pengetahuan dan
pengalaman tanpa ada yang menyuruh. Indikator minat yaitu meliputi keinginan
untuk mengetahui sesuatu, kegiatan yang disenangi, jenis kegiatan dan usaha
untuk merealisasikannya. Dalam penelitian ini indikator pencapaian minat belajar
siswa yaitu:
1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain.
2) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).
3) Keinginan untuk mengetahui sesuatu.
4) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan.
5. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi merupakan
operasi dasar matematikan. Namun, matematika bukan sekedar segala sesuatu
yang berhubungan dengan angka dan bilangan. Beberapa ahli seprti
Poerwadiminta (2002) mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu tentang
bilangan yaitu hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan (hlm.723).
Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaiam masalah
mengenai bilangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007). Dari pengertian ini,
matematika hanya dipandang berdasarkan salah satu objeknya, yaitu bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut Freudenthal dalam Agung Prabowo (2010:508), “matematika
adalah aktifitas manusia”. Seorang ahli lain, Sumarmo dalam Agung Prabowo
(2010:508) mengemukakan bahwa setiap manusia dalam aktifitas hidupnya akan
selalu memiliki keterlibatan dengan matematika, mulai dari bentuk yang
sederhana dan rutin sampai pada bentuk yang kompleks.
Sedangkan Soejadi (2000:11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Proses belajar mengajar untuk mata pelajaran matematika harus
memperhatikan karakteristik matematika. Ada 6 (enam) karakteristik matematika
menurut Soedjadi (2000), yaitu :
1) Memiliki objek kajian abstrak
Objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah abstrak. Objek
ini meliputi :
a) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu
b) Konsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengelompokkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek
c) Operasi ataupun relasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan
aljabar dan pengerjaan matematika lain
d) Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, dapat terdiri
dari beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu
relasi ataupun operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan dalam matematika yang mendasar adalah aksioma dan
konsep primitive (pengertian pangkal yang tidak perlu didefinisikan).
3) Berpola pikir deduktif
Matematika hanya menerima pola pikir deduktif.Secara sederhana,
pola pikir deduktif adalah pemikiran yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat
khusus.
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu
model matematika.Makna huruf dan tanda tergantung dari
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya suatu model.
5) Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol menunjukkan bahwa
dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup
apa model dipakai. Lingkup pembicaraan inilah yang disebut semesta
pembicaraan.Benar atau salah, ataupun ada tidaknya penyelesaian
suatu model matematika tergantung pada semesta pembicaraannya.
6) Konsisten dalam sistemnya
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis dan berhubungan
dengan bilangan, konsep dan simbol serta memiliki aturan yang logik, ketat dan
terorganisir secara sistematik yang berfungsi untuk memudahkan berpikir.
b. Matematika Sekolah
Matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai
ilmu. Menurut Soedjadi (2000:37), bahwa Matematika sekolah merupakan unsur-
unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau
berorientasi kepada kepentingan dan perkembangan IPTEK. Penyajian atau
pengungkapan butir-butir matematika yang disampaikan disesuaikan dengan
perkiraan perkembangan intelektual siswa. Hal ini dikarenakan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) Dalam proses pembelajaran dapat digunakan pola pikir induktif,
meskipun pada akhirnya siswa diharapkan dapat berfikir deduktif.
Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
2) Katerbatasan semesta, dimana pengertian semesta pembicaraan tetap
diperhatikan namun sering kali dipersempit.
3) Sifat abstrak objek matematika tetap ada, tetapi kadarnya lebih rendah.
Lebih lanjut, Noraini Idris (2009) menyatakan “mathematics learning is a
complex and dynamic process”, yaitu pembelajaran matematika merupakan suatu
proses yang kompleks dan dinamis.
Demikian pula yang diungkapkan oleh Suherman dalam Depdiknas
(2007:4) mengungkapkan mengenai karakteristik pembelajaran matematika di
sekolah yaitu :
1) Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap)
Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu
dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau
konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
2) Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral
Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau
bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Pengulangan konsep dalam
bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu
dalam pembelajaran matematika.
3) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian
dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan
deduktif, disesuaikan dengan kondisi siswa.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran-kebenaran dalam matematika merupakan kebenaran
konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep
dengan yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika sekolah merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis dimana
materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal
konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah ke
konsep yang lebih sukar.
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Nidia Sahara (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1 Batuatas pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua peubah melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT”, menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa dari hasil tes awal, siswa yang memperoleh nilai minimal
6,0 sebanyak 25,71% meningkat pada siklus I menjadi 42,86%; siswa yang
memperoleh nilai minimal 6,0 pada siklus II meningkat pula menjadi 65,71% dan
siklus III siswa yang memperoleh nilai minimal 6,0 meningkat lagi menjadi
82,86%. Dari data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan
sistem persamaan linear dua peubah pada siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1
Batuatas prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.
Kristiani (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Konsentrasi Belajar pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Matesih Tahun Pelajaran
2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Heads
Together) mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi
himpunan mata pelajaran matematika siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 terbukti dari hasil tes
akhir siklus I dan tes akhir siklus II mengalami peningkatan sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan mencapai kriteria yang
diharapkan.
2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) mampu meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 terbukti dari hasil observasi
siklus I dan hasil observasi siklus II, data konsentrasi belajar mengalami
peningkatan sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
Dian Novi Purnamasari (2011), dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
meningkatkan minat belajar matematika pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variable melalui pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas
VIIIB SMP Negeri 5 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011”, menyimpulkan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:
1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat
meningkatkan minat belajar matematika kelas VIIIB SMP Negeri 5
Sukoharjo pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variable
dengan presentase 88%.
2) Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat
meningkatkan aktifitas siswa, semangat belajar siswa, dan dapat
mengembangkan potensi siswa sehingga dapat meningkatkan minat
belajar matematika di kelas VIIIB SMP Negeri 5 Sukoharjo.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir adalah arahan penalaran untuk sampai pada jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan. Selaras dengan judul penelitian yang
diambil oleh peneliti, yaitu “Upaya Meningkatkan Pemahaman Dan Minat Belajar
Matematika Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) di Kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2012/2013”, maka dapat diidentifikasi bahwa permasalahan yang menjadi fokus
kinerja peneliti adalah bahwa guru belum menemukan model pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa terhadap mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
matematika karena berdasarkan observasi awal minat dan hasil belajar matematika
siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013 masih
rendah. Hal tersebut menjadi indikator pencapaian kompetensi belajar matematika
khususnya pemahaman dan minat belajar matematika siswa belum optimal.
Untuk meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika siswa
peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dengan tujuan agar para siswa dapat bekerja secara kooperatif
namun tetap bertanggungjawab secara individu. Dalam pembelajaran NHT
terdapat penomoran dalam anggota kelompok, dengan adanya tanggung jawab
secara individu berdasarkan hasil kerja kelompok, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan minat belajar siswa saat mengikuti proses
pembelajaran. Pada pembelajaran tipe NHT ini terdapat diskusi dalam kelompok
sehingga dapat meminimalisir kesalahan pemahaman konsep karena materi
didiskusikan bersama
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dapat bekerja
secara kooperatif dan lebih bertanggung jawab dalam belajar, saling mendukung
dan melengkapi sehingga permasalahan individu setiap kelompok dapat
terselesaikan. Selain itu terdapat latihan individual dan tes formatif secara
bertahap untuk mengasah kemampuan siswa sehingga prestasi belajar siswa
meningkat.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berperan dalam
meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika siswa. Secara skematis
alur penelitian dari sebelum tindakan sampai pada siklus I , siklus II, siklus III,
dan seterusnya dapat digambarkan pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 1. Alur kerangka berpikir
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan model pembelajaran
koopeartif tipe NHT. Hali ini mengakibatkan pemahaman terhadap materi kurang
dan minat belajar matematika rendah sehingga mengakibatkan rata-rata prestasi
belajar siswa di bawah KKM. Selanjutnya, peneliti mengadakan tindakan pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
NHT pada siklus I, siklus II, siklus III, dan selanjutnya. Pada akhirnya dapat
dilihat dari kondisi akhir, penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan pemahaman dan minat belajar matematika siswa.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian, yang masih harus diuji kebenarannya melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka
peneliti merumuskan hipotesis yaitu bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
pemahaman dan minat belajar matematika siswa kelas VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013.
Kond i s i akh i r
Pemahaman dan minat belajar siswa meningkat
t i n d a k a n
Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan diadakan
siklus I, siklus II, siklus III, dan seterusnya.
K o n d i s i a w a l
Pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, prestasi belajar siswa rata-rata di
bawah KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sukoharjo
tahun ajaran 2012/2013. Alasan pemilihan tempat tersebut karena peneliti
berasumsi bahwa SMP Negeri 2 Sukoharjo memenuhi persyaratan untuk
dijadikan obyek penelitian terkait dengan permasalahan yang akan diteliti yakni
pemahaman dan minat belajar matematika siswa kelas VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo berdasarkan hasil observasi awal peneliti. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2012 sampai Januari 2013.
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu
persiapan penelitian yang berlangsung pada bulan Juni 2012 hingga September
2012. Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan yang berlangsung pada bulan
September sampai Oktober 2012. Tahap ketiga yaitu analisis data dan pelaporan
yang dilaksanakan pada bulan September sampai Januari 2013. Adapun jadwal
pelaksanaan penelitian tersebut secara terperinci tersaji dalam Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 2. Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian BulanJuni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan
1. Persiapan Penelitian
a. Permohonan pembimbingb. Surveyc. penyusunan proposal penelitiand. pembuatan permohonan ijin
penelitiane. penyiapkan perangkat pembelajaran2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I- perencanaan- pelaksanaan tindakan- observasi- refleksi
b. Siklus II- perencanaan- pelaksanaan tindakan- observasi- refleksi
c. Siklus III- perencanaan- pelaksanaan tindakan- observasi- refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporana. Analisis datab. Menyusun laporan / skripsic. Ujian dan revisid. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo
tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 38 siswa.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) diperoleh dari nilai ulangan/tes siswa dan hasil
pengamatan/observasi selama proses tindakan. Sedangkan sumber data pada
penelitian ini diperoleh dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berlangsungnya proses pembelajaran, dokumentasi atau arsip berupa silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data yang digunakan, ada tiga macam metode yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti (orang
yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian
hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati (Budiyono, 2003:53).
Observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) di kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo serta mengamati
minat belajar matematika siswa pada saat proses pembelajaran matematika
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh dua observer yaitu guru
matematika kelas VIIB dan salah satu mahasiswa pendidikan matematika.
Observasi ini ditekankan pada minat siswa dan kegiatan guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Pada tindakan kelas, kegiatan yang diamati
sebagai penilaian dari minat belajar matematika siswa adalah kegiatan fisik atau
aktifitas siswa selama pembelajaran. Pada pelaksanaan observasi, observer
mengamati tingkah laku siswa selama proses pembelajaran termasuk hal-hal apa
yang dilakukan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan ketrampilan
kegiatan peneliti sebagai guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
Instrumen bantu yang digunakan pada saat observasi adalah pedoman
observasi. Pedoman observasi dibuat dengan tujuan mempermudah pengamatan
pada saat observasi. Langkah-langkah menyusun pedoman observasi sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Menyusun tujuan observasi
b. Menyusun butir-butir yang perlu diamati bardasar tujuan observasi
c. Melakukan validasi pedoman observasi
d. Melakukan revisi jika memang ada yang perlu direvisi.
Pedoman observasi minat belajar siswa adalah sebagai berikut.
Observer memberi tanda (√) pada kolom “ya” jika minimal ada 75% siswa dari
seluruh siswa dalam satu kelas yang memenuhi kriteria yang diamati. Sedangkan,
observer memberi tanda (√) pada kolom “tidak” jika kurang dari 75% siswa dari
seluruh siswa dalam satu kelas yang tidak memenuhi kriteria yang diamati.
2. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54), ”metode tes adalah cara pengumpulan data
yang menghadapkan sejumlah pertanyaan–pertanyaan atau suruhan–suruhan
kepada subjek penelitian”.
Pengumpulan instrumen utama penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data peneliti untuk mengetahui tingkat perkembangan atau
keberhasilan pelaksanaan tindakan, mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran
siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan, mengukur kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal matematika melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Dengan kata lain
dapat diketahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan tindakan. Butir-butir soal
yang akan diujikan terlebih dahulu diuji validitasnya sebelum diujikan. Suatu
instrument disebut valid jika mengukur apa yang seharusnya diukur (Budiyono,
2003:55).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian tertulis.
Tes diberikan pada akhir tindakan setiap siklus yang digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa dari setiap langkah penyelesaian yang dikerjakan oleh siswa.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat tes pada
penelitian ini adalah :
a. Melakukan spesifikasi materi yang pernah diajarkan
b. Menyusun kisi–kisi tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Menyusun soal–soal tes
d. Melakukan validasi butir–butir soal oleh validator
e. Melakukan revisi soal–soal tes jika ada yang perlu direvisi
Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan
pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan (tapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada
waktu yang berlainan.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
dan sebagainya (Supardi dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2007: 130). Dalam
penelitian ini data-data yang dikaji berupa silabus pembelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran, buku ajar yang digunakan, hasil tes siswa, hasil
observasi selama proses pembelajaran, pengambilan gambar dan dokumen selama
proses pembelajaran.
E. Validasi Data
Validitas data dilakukan untuk menguji keabsahan data. Validitas data
dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. “Triangulasi adalah proses
memastikan sesuatu (getting a ‘fix’) dari berbagai sudut pandang untuk
meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam
pengumpulan data” (Supardi dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2007 : 128 ).
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan (Sarwiji Suwandi,
2009 : 60). Dari hasil tes setiap akhir siklus digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman konsep matematika siswa. Untuk menguji validitas data dari hasil
pemahaman konsep siswa dilakukan validitas butir soal sebelum digunakan.
Sedangkan dari minat belajar siswa digunakan triangulasi sumber, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Lexy J. Moleong, 1999 :178 ).
Triangulasi sumber disini dengan membandingkan hasil observasi dari
dua observer yaitu guru matematika kelas VIIB dan mahasiswa. Data hasil
observasi yang digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa dan
pengumpulan data didapatkan selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
berlangsung. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan membandingkan data
hasil pengamatan antara dua observer. Data yang didapat dikatakan valid apabila
menghasilkan hasil yang sama. Apabila data tidak valid maka dilakukan dengan
membandingkan hasil pengamatan dengan isi dokumentasi yang berkaitan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang,
menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasikan data
untuk menjawab pertanyaan pokok: (1) Tema apa yang dapat ditemukan pada
data, (2) Seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/tujuan penelitian
(Supardi dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2007:132).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi proses
pembelajaran, hasil wawancara dengan siswa dan guru serta tes hasil belajar.
Berikut ini teknik analisis yang digunakan :
a.) Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dianalisis dengan mengamati aktivitas siswa dan
guru selama pembelajaran berlangsung. Analisis hasil observasi minat
belajar siswa akan dianalisis yaitu untuk jawaban “ya” akan diberi skor 1
dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Selanjutnya dihitung persentase
keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui model Numbered
Heads Together (NHT) dan persentase hasil observasi minat belajar
siswa tiap pertemuan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan:
p = presentase minat belajar siswa
skor capaian = jumlah skor amatan jawaban ‘ya’ dalam satu siklus
skor maksimal = jumlah skor maksimal amatan dalam satu siklus
Selanjutnya, persentase tersebut dikategorikan sesuai dengan kualifikasi
hasil persentase observasi seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi
Presentase Kategori
%33,33%0 p
%67,66%34,33 p
%100%67,66 p
Rendah
Sedang
Tinggi
(Puspitasari, Winda Dewi. 2010: 42-43)
b.) Analisis Data Hasil Tes
Hasil tes siklus I, siklus II, maupun siklus III mencerminkan tingkat
pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Indikator yang menunjukkan
bahwa pemahaman konsep siswa meningkat dapat diketahui dengan cara
membandingkan analisis hasil tes pada tiap-tiap siklus. Dari analisis tes
akhir siklus, dapat diketahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan
tindakan yang telah ditatapkan. Untuk mengetahui perubahan hasil
tindakan, jenis data yang bersifat kuantitatif dianalisis menggunakan
rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas (Gugus,
1999/2000 :1) yaitu
P = x 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Keterangan :
P = Persentase peningkatan
Post Rate = nilai rata-rata sesudah tindakan
Base Rate = nilai rata-rata sebelum tindakan
G. Indikator Capaian Penelitian
Indikator kinerja/keberhasilan penelitian adalah indikator ketercapaian
pemahaman dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
yang dapat dinyatakan dalam bentuk presentase. Presentase indikator target
keberhasilan penelitian menurut E.Mulyasa (2004) adalah 75%. Indikator
keberhasilan penelitian ini sebagai berikut :
1) Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 75% dari jumlah total siswa dalam kelas telah
mencapai ketuntasan belajar individu yaitu ≥ 75.
2) Sebanyak ≥ 75% dari jumlah total siswa mencapai kategori minat belajar
tinggi terhadap matematika.
H. Prosedur penelitian
Bentuk penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian tindakan
kelas (class action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2007:3) “penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh siswa”.
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
pemahaman dan minat belajar matematika siswa melalui penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Setiap tindakan upaya
peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus.
Pelaksana tindakan adalah peneliti sendiri sementara peran pengamat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
oleh guru matematika kelas VIIB dan salah satu mahasiswa pendidikan
matematika.
Siklus pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi tindakan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Sapardi. 2007: 74)
Keempat komponen tersebut adalah tahapan-tahapan yang harus ditempuh
setiap peneliti yang akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam
penelitian tindakan sekurang-kurangnya terdapat 2 (dua) siklus, mulai dari
perencanaan sampai dengan refleksi. Tahapan tersebut diulang sampai sekurang-
kurangnya dua kali, dengan catatan bahwa perencanaan pada siklus berikutnya
harus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya, dengan menunjukkan apa
saja kelemahan siklus tersebut, kemudian penjelasan tentang bagaimana hal
tersebut akan diperbaiki.
Siklus I
Siklus II
Permasalahan
Permasalahan baru
hasil refleksi
Perencanaan
Tindakan I
Perencanaan
Tindakan II
Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan
I
Pengamatan/
Pengumpulan Data I
Pelaksanaan Tindakan
II
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan Data II
Apabila permasalahan
belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak 2 siklus melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
Rancangan Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini meliputi :
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai pelaksanaan
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT)
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang akan digunakan
merupakan lembar kegiatan siswa untuk membantu proses pembelajaran
yang dilengkapi dengan latihan soal-soal untuk siswa. LKS disusun oleh
peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru yang
mengampu pelajaran matematika kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo
d) Dalam siklus I ini siswa akan belajar bersama dalam kelompok yang telah
dipilih oleh guru berdasar kemampuan akademik.
2) Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan, dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran yang telah
direncanakan yaitu pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut :
a) Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok terdiri dari 4-5
siswa. Siswa dikelompokkan menurut prosedur NHT.
b) Penyampaian materi pelajaran, meliputi hal-hal sebagai berikut :
(1) Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan
apersepsi dan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Selain itu guru bersama siswa membahas PR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(2) Kegiatan Inti
(a) Menyampaikan Informasi
Pada tahap ini guru menyampaikan materi kepada siswa.
(b) Siswa Belajar dalam kelompok
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal
LKS, dalam diskusi ini siswa diharapkan untuk saling
membantu apabila teman satu kelompoknya ada yang belum
menguasai materi. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai
fasilitator dan akan memberi penjelasan apabila dalam suatu
kelompok tidak ada satupun siswa yang dapat mejelaskan
materi tersebut. Setelah LKS selesai dikerjakan maka salah
satu anggota kelompok dipersilakan untuk menulis hasil
diskusi kelompoknya di papan tulis, siswa dengan jawaban
berbeda akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
di depan kelas. Selanjutnya siswa menarik kesimpulan dari
materi yang telah diperoleh dalam diskusi dan guru
menguatkan hasil kesimpulan yang diperoleh siswa.
(c) Kuis Individu
Siswa mengerjakan tes formatif (kuis), kuis ini dilakukan
selama 15 menit secara mandiri. Dengan adanya kuis ini
menunjukkan pada siswa apa yang telah mereka pelajari
selama bekerja dalam kelompok.
(d) Penugasan
Guru memberikan tugas rumah.
(3) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mendapatkan skor tertinggi. Pemberian penghargaan tiap
kelompok ini dapat ditentukan berdasarkan jumlah soal yang
dapat dijawab.
(4) Tes Siklus
Pada akhir materi pembelajaran, guru mengadakan tes siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.) Tahap observasi (pengamatan)
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung bagaimana aktivitas
siswa maupun guru selama proses belajar mengajar. Pada saat observasi
dilakukan peneliti telah mempersiapkan lembar observasi, guna mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dalam hal ini di dalam
kelas. Setiap aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar
berlangsung diusahakan untuk dicatat seperti apa adanya agar diperoleh
informasi lapangan yang sebenarnya.
4.) Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini menganalisis hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan
bagian mana yang perlu diperbaiki/disempurnakan dan bagian mana yang
telah memenuhi target. Peneliti bersama-sama dengan guru mata pelajaran
matematika mengadakan pertemuan guna melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi dilakukan setelah akhir siklus.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang
terjadi, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan
yang dilakukan. Setelah itu peneliti merumuskan tindakan berikutnya dan
apabila berdasarkan refleksi perlu dilaksanakan pengulangan siklus maka
dapat diulang lagi sampai dirasa pembelajaran telah optimal.
Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dengan hasil yang telah dicapai pada
tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi
pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran matematika. Pelaksanaan
siklus kedua tahapannya mengacu pada tahapan siklus pertama, yaitu: tahap
perencanaan, observasi, refleksi.
Dari keempat tahapan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dibuat
contoh skematik kegiatan inti penelitian sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
?
Identifikasi Masalah
Kegiatan Lapangan 1
1. Perencanaan
a. RPPb. Lembar Observasic. LKSd. Tes Akhir Siklus (Tes Unit)
3. observasi
a. Kesesuaian dengan RPPb. Kendala yang dihadapic. Aktifitas siswa
4. Refleksi
a. Tes unit siklus 1b. Hasil observasi
1. Perencanaan:a. RPPb. LKSc. Tes akhir siklus (Tes Unit)
3. Pengamatan oleh gurua. Kesesuaian dengan
RPPb. Kendala yang dihadapic. Aktifitas siswa
4. Refleksia. Tes unit siklus 2b. Hasil observasi
2. Pelaksanaan
SIKLUS I
2. Pelaksanaan
SIKLUS II
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Dilihat pada kondisi awal kelas sebelum diadakannya tindakan, peneliti
yang bertindak sebagai guru menggunakan model pembelajaran konvensional.
Kondisi awal tingkat pemahaman siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo
diukur dengan hasil tes prasiklus yaitu pada materi fungsi sub pokok bahasan
pecahan desimal, persen dan permil. Berikut persentase capaian nilai prasiklus
siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo, sebelum digunakan model
pembelajaran NHT. (daftar nilai terlampir)
Tabel 4. Skor Capaian Nilai Prasiklus
Indikator
Nilai
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 21 55,26
< KKM 17 44,74
Jumlah 38 100
Tabel 4 menunjukkan nilai ulangan matematika siswa sebelum
diterapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) pada materi bilangan pecahan subpokok bahasan pecahan
desimal, persen, dan permil. Pada tes prasiklus ini rata-rata nilai ulangan
matematika siswa adalah 73,62. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang
memiliki nilai dibawah KKM mencapai 44,74%. Siswa dikatakan paham jika
perolehan hasil belajarnya ≥ KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Maka,
berdasarkan Tabel 4 dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa yang diukur dari
KKM yang ditetapkan masih rendah, maka perlu dilakukan suatu tindakan untuk
mengatasi kondisi tersebut.
Sedangkan minat belajar siswa terhadap matematika dilihat dari hasil
observasi (terlampir) dengan cara melihat kondisi minat belajar siswa secara
keseluruhan pada Tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 5. Skor Capaian Minat belajar siswa pada Prasiklus
Berdasarkan Tabel 5 hasil observasi dari observer 1 didapat skor capaian
adalah 2 dan hasil observasi dari observer 2 adalah 2. Maka didapat kesimpulan
skor capaian adalah 2 dimana skor capaian maksimum adalah 9. Sehingga
persentase hasil observasi minat belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dari
observer 1 dan 2 adalah
ݏ ݎ
ݏ ݎ ݏ ݑ%100ݔ =
2
9%100ݔ
= 22,22%
Berdasarkan Tabel 5 maka persentase hasil observasi minat belajar siswa
termasuk dalam kategori rendah. Sehingga perlu diadakan tindakan agar kategori
minat belajar siswa terhadap matematika meningkat.
Tindakan yang diterapkan pada setiap siklus digunakan untuk
menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di kelas VIIB SMP
Negeri 2 Sukoharjo berdasar hasil observasi awal. Pada pelaksanaan setiap siklus
diterapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kegiatan
selanjutnya setelah observasi awal adalah merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan mengevaluasi, menganalisis serta merefleksi kegiatan yang
telah berlangsung. Berikut adalah proses pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) :
1. Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari
3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor yang
Hari, Tanggal Observer 1 Observer 2Kesimpulan
skor Capaian
Senin,
17 September 2012
2 2 2
Jumlah skor capaian 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
berbeda antara 1 sampai 5. Pembentukan kelompok secara heterogen
berdasarkan kemampuan akademik.
2. Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dimana pernyataan ini dapat
bervariasi dengan pertanyaan yang amat spesifik maupun dalam bentuk
kalimat tanya. Selain pertanyaan yang disampaikan secara lisan, dalam
penelitian ini guru juga menggunakan bantuan LKS dalam kegiatan
mengajukan pertanyaan.
3. Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan yang diberikan
oleh guru dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui
jawaban tersebut.
4. Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan.
Pertanyaan yang terdapat di dalam LKS siswa menjawab dengan cara
mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
5. Penghargaan Kelompok
Guru melakukan penilaian terhadap kelompok siswa dan mengumumkan
pada siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok mempunyai
skor tertinggi. Penilaian didasarkan pada hasil diskusi lembar kerja siswa.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa siklus dan penelitian
diakhiri sampai indikator tingkat pemahaman dan minat belajar siswa mencapai
target yang telah ditentukan. Indikator pencapaian pemahaman siswa yaitu
Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) 75% dari jumlah total siswa dalam kelas telah mencapai
ketuntasan belajar individu yaitu ≥ 75 dan indikator pencapaian minat belajar
siswa adalah minat belajar siswa terhadap matematika mencapai kategori tinggi.
Pembahasan masing-masing siklus dapat dilihat seperti di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) terdiri dari 3 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri atas
4 tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berikut
adalah paparan hasil penelitian untuk masing-masing siklus.
1. Siklus I
a) Perencanaan Tindakan I
Siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Perencanaan tindakan untuk
siklus I meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan
1, 2, dan 3 dengan indikator belajar yang meliputi siswa dapat menentukan
operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
bilangan pecahan. (RPP terlampir)
2) Penyusunan bahan ajar berupa lembar kerja siswa, tes formatif dan tes
unit sebagai tes akhir siklus.
3) Penyusunan lembar observasi proses pembelajaran.
4) Penyusunan lembar observasi minat belajar siswa.
b) Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan pertama terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu hari
Jumat 21 September 2012, Senin 24 September 2012, dan Jumat 28 September
2012 di ruang kelas VIIB. Pertemuan dilaksanakan 3x selama 6 x 40 menit sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (terlampir). Pada pertemuan
sebelumnya yaitu pada saat prasiklus, guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok
berdasarkan kemampuan akademik. Pada pertemuan siklus I ini materi
pembelajaran mengenai bilangan pecahan.
Berikut adalah Tabel tentang jadwal pelaksanaan pembelajaran
matematika selama kegiatan penelitian pada siklus I di kelas VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
Pertemuan
ke -
Ruang
kelasHari/ tanggal Pukul Indikator
1 VIIB
Jumat,
21 September
2012
09.15 -
10.35
-Menentukan hasil operasi
hitung penjumlahan pada
bilangan pecahan
-Menentukan hasil operasi
hitung pengurangan pada
bilangan pecahan.
2 VIIB
Senin,
24 September
2012
10.50 –
12.10
-Menentukan hasil operasi
hitung perkalian pada
bilangan pecahan
-Menentukan hasil operasi
hitung pembagian pada
bilangan pecahan
3 VIIB
Jumat,
28 September
2012
09.15 -
10.35-Ujian tes siklus I
Pada pertemuan pertama guru menjelaskan materi tentang operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan, kemudian guru memberikan
lembar kerja kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok sesuai dengan
pembagian kelompok yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya. Setelah
semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja beserta soal latihan yang ada
di lembar kerja tersebut, kelompok yang ditunjuk mempresentasikan hasil diskusi
dan mengerjakan soal latihan di depan kelas. Pemilihan kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusi kelompok yaitu guru menyebutkan sebarang
nomor dan warna kelompok. Siswa yang bernomor sama pada kelompok lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
memperhatikan pada saat siswa yang ditunjuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi dan mengerjakan soal
latihan yang ada pada lembar kerja selanjutnya siswa mengerjakan tes formatif
(kuis 1) secara individu dalam kelompok mereka masing- masing dengan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut. Tes formatif merupakan tes yang
dikerjakan setelah siswa menerima informasi materi pelajaran. Tes formatif ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kelebihan dan kelemahan siswa
setelah menerima informasi materi pelajaran dalam satu pertemuan tersebut.
Diakhir pelajaran guru membahas soal pada tes formatif setelah seluruh siswa
menyelesaikan tes formatif. Selain itu, guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mempunyai skor tertinggi dalam mengerjakan lembar kerja
dengan memberikan sticker dimana pada akhir pertemuan siklus terakhir, sticker
tersebut dijumlahkan dan kelompok yang mempunyai sticker terbanyak
mendapatkan hadiah dari guru.
Selanjutnya pada pertemuan kedua, guru menjelaskan materi tentang
operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan pecahan. Pada pertemuan
kedua kali ini, proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan pertama yaitu
membagi siswa menjadi ke dalam kelompok-kelompok yang selanjutnya
mengerjakan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru. Tes formatif (kuis 2)
juga diadakan setelah beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Diakhir pelajaran guru membahas soal pada tes formatif setelah
seluruh siswa menyelesaikan tes formatif. Diadakannya pembahasan pada tes
formatif bertujuan agar siswa mengetahui kesalahan saat mengerjakan dan
mengetahui jawaban dan cara mengerjakan yang benar. Diharapkan siswa dapat
mengerjakan dengan benar tes unit 1 (tes siklus 1) yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya. Pada saat tes unit 1, siswa mengerjakan secara individu
dengan waktu pelaksanaan 40 menit.
c) Observasi dan Evaluasi Tindakan I
Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan penilaian dan
observasi terhadap tingkat pemahaman siswa dan minat belajar siswa oleh 2
obsever. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
lembar observasi yang diisi oleh observer untuk memantau kegiatan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dan hasil tes siklus siswa sebagai tes akhir siklus I untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan hasil laporan pengamatan dari
observer, penerapan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran matematika di kelas VIIB berjalan dengan baik, hanya saja pada
awal pembelajaran di pertemuan pertama siswa kelas VIIB baru saja selesai
melakukan pemotretan untuk kartu pelajar sehingga banyak waktu yang terbuang
karena siswa melakukan pemotretan pada saat jam pelajaran sebelum pelajaran
matematika. Selain itu, pada saat penerapan pembelajaran NHT masih ada
beberapa kelompok yang bekerja sendiri-sendiri dalam artian mereka tidak saling
berdiskusi ketika menyelesaikan pekerjaan kelompok. Hal ini dikarenakan mereka
belum terbiasa belajar secara berkelompok. (Hasil observasi terlampir)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat
diketahui nilai sebagai berikut.
Hasil Tes Siklus I
Hasil tes siklus I dalam persentase hasil capaian skor tes siklus I siswa
setelah penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
sub materi pokok operasi hitung penjumlahan pengurangan, perkalian dan
pembagian bilangan pecahan pada siklus I seperti pada Tabel 7. (daftar nilai
terlampir)
Tabel 7. Skor Capaian Nilai Pada Siklus I
Indikator NilaiJumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 25 65,79
< KKM 13 34,21
Jumlah 38 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kompetensi dasar dari tes akhir siklus 1 (tes unit) adalah melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan KKM dari kompetensi dasar ini
adalah 75. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai
tes siklus dibawah KKM mencapai 34,21%. Siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM setelah adanya tindakan siklus I mengalami penurunan sebesar 10,53%
menjadi 34,21% dari sebelum ada tindakan yaitu sebesar 44,74%. Sedangkan dari
nilai prasiklus dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM
meningkat 10,53% setelah adanya tindakan pembelajaran dengan model
pembelajaran NHT. Siswa yang memiliki nilai di atas KKM sebelum adanya
tindakan mencapai 55,26%, setelah adanya tindakan siswa yang memiliki nilai
diatas KKM mencapai 65,79%.
Hasil Observasi Minat belajar Siswa pada Siklus I
Observasi juga dilakukan untuk mengamati minat belajar siswa yang
dilakukan oleh observer. Berikut penskoran hasil minat belajar siswa setelah
adanya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT). (Perhitungan skor capian terlampir)
Tabel 8. Skor Capaian Hasil Minat belajar siswa pada Siklus I
Pertemuan
ke-Hari, Tanggal Observer 1 Observer 2
Kesimpulan
Skor Capaian
1
Jumat,
21 September
2012
8 8 8
2
Senin,
24 September
2012
8 8 8
Jumlah skor capaian 16
Berdasarkan Tabel 8 hasil observasi dari observer 1 didapat skor capaian
adalah 8 dan hasil observasi dari observer 2 adalah 8. Maka didapat kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
skor capaian adalah 8 dimana skor capaian maksimal adalah 18. Sehingga
persentase hasil observasi minat belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada
siklus I dari observer 1 dan 2 adalah
ݏ ݎ
ݏ ݎ ݏ ݑ%100ݔ =
16
18%100ݔ
= 88,89%
Berdasarkan data pada Tabel 8 maka persentase hasil observasi minat belajar
siswa termasuk dalam kualifikasi kategori tinggi.
d) Analisis dan Refleksi Tindakan I
Berdasarkan data hasil ujian tes unit 1 pada siklus I dapat dilihat nilai
ulangan siswa berkisar antara 35-100, rata-rata kelas 81,09. Nilai tersebut
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
pada prasiklus yaitu 73,62.
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat persentase minat belajar
siswa yang menunjukkan kenaikan kategori minat belajar siswa selama siklus I.
Setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran menggunakan model NHT
kategori minat belajar siswa mencapai kategori tinggi. Dalam hal ini kategori
minat belajar siswa yang dicapai siswa telah mencapai target yang telah
ditentukan yaitu kategori tinggi.
Tingkat pemahaman siswa pada siklus I belum mencapai target yang
telah ditentukan yaitu ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75% dari jumlah total siswa dalam kelas telah
mencapai ketuntasan belajar individu yaitu ≥ 75 pada materi operasi hitung
penjumlahan pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan. meskipun
terdapat kenaikan sebanyak 10,53% dari prasiklus. Dengan belum tercapainya
target, maka dilakukan tindakan selanjutnya yaitu siklus II. Dilaksanakannya
siklus II dengan tujuan meningkatkan nilai sehingga target yang ditentukan yaitu
sebesar 75% nilai siswa dalam satu kelas ≥ KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Setelah dilakukan analisis dapat disimpulkan bahwa saat proses
pembelajaran siklus I, masih terjadi hambatan – hambatan antara lain :
1) Dari hasil tes unit I (tes siklus I), ada 13 siswa yang nilainya masih rendah
dan berada dibawah nilai KKM yaitu < 75.
2) Berdasarkan hasil observasi, minat belajar siswa sudah termasuk kategori
tinggi.
3) Berdasarkan hasil pengamatan, masih ada siswa dalam kelompok yang tidak
saling berdiskusi satu sama lain dalam mengerjakan lembar kerja siswa.
Beberapa kekurangan yang terdapat pada tindakan siklus I akan
diperbaiki dalam tindakan selanjutnya yaitu siklus II.
2. Siklus II
a) Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan I, maka perencanaan
tindakan untuk siklus II berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan motivasi dengan cara pengulangan materi maupun
memberikan dorongan kepada siswa agar lebih aktif.
2) Memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
menjawab, menyampaikan pendapatnya, dan guru hanya bertindak sebagai
fasilitator.
3) Pada siklus I keheterogenannya dalam pembentukan kelompok kurang
merata, sehingga pada tindakan silus II dibentuk kelompok baru
berdasarkan nilai tes unit siklus I. Daftar kelompok baru pada siklus II
terlampir.
4) Memantau lebih intensif kepada setiap kelompok agar masing-masing
anggota kelompok saling berdiskusi dan bekerja sama.
Kegiatan pada siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Perencanaan
tindakan untuk siklus II meliputi hal-hal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan
1, 2, dan 3 dengan indikator belajar yang meliputi siswa dapat menentukan
operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
bilangan pecahan dalam penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
(RPP terlampir)
2) Penyusunan bahan ajar berupa lembar kerja siswa, tes formatif dan tes
unit sebagai tes akhir siklus.
3) Penyusunan lembar observasi proses pembelajaran.
4) Penyusunan lembar observasi minat belajar siswa.
b) Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti dengan pelaksanaan
tindakan siklus I, yaitu dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) dalam proses pembelajaran, akan tetapi ada
sedikit perbedaan dengan tindakan pertama yaitu guru merubah kelompok
berdasarkan nilai dari tes unit I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan
hasil refleksi dari siklus I.
Pelaksanaan tindakan kedua terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu hari
Jumat 12 September 2012, Senin 15 September 2012, dan Jumat 19 September
2012 di ruang kelas VIIB. Pertemuan dilaksanakan 3x selama 6 x 40 menit sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (terlampir). Pada pertemuan
sebelumnya yaitu pada saat siklus I, guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok
berdasarkan kemampuan akademik. Pada pertemuan siklus II ini, guru merubah
kelompok sesuai dengan hasil nilai tes unit I.
Berikut adalah Tabel tentang jadwal pelaksanaan pembelajaran
matematika selama kegiatan penelitian pada siklus II di kelas VIIB SMP Negeri 2
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II
Pertemuan
ke -Ruang Hari, Tanggal Pukul Indikator
1 VIIB
Jumat,
12 Oktober
2012
09.15 -
10.35
-Menentukan hasil operasi
hitung penjumlahan pada
bilangan pecahan dalam
penggunaannya pada
kehidupan sehari-hari
-Menentukan hasil operasi
hitung pengurangan pada
bilangan pecahan dalam
penggunaannya pada
kehidupan sehari-hari
2 VIIB
Senin,
15 Oktober
2012
10.50 –
12.10
-Menentukan hasil operasi
hitung perkalian pada bilangan
pecahan dalam penggunaannya
pada kehidupan sehari-hari
-Menentukan hasil operasi
hitung pembagian pada
bilangan pecahan dalam
penggunaannya pada
kehidupan sehari-hari
3 VIIB
Jumat,
19 oktober
2012
09.15 -
10.35-Ujian tes siklus II
Pada awal pertemuan siklus II guru mengulas kembali materi sebelumnya
secara singkat tentang operasi hitung bilangan pecahan dan memberikan beberapa
pertanyaan serta membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Saat
menjawab, guru meminta siswa untuk memberikan alasan dari setiap jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang mereka berikan. Kemudian guru memberikan beberapa kasus tentang operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam penggunaannya
pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guuru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok yang baru dengan jumlah kelompok 8 dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Guru memberikan lembar kerja siswa
untuk dikerjakan dengan berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi guru berperan
menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk berdiskusi, memantau diskusi
setiap kelompok agar diskusi berjalan dengan baik, serta membantu siswa dalam
menarik kesimpulan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja
beserta soal latihan yang ada di lembar kerja tersebut, kelompok yang ditunjuk
mempresentasikan hasil diskusi dan mengerjakan soal latihan di depan kelas.
Pemilihan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok yaitu guru
menyebutkan sebarang nomor dan warna kelompok. Siswa yang bernomor sama
pada kelompok lain memperhatikan pada saat siswa yang ditunjuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil
diskusi dan mengerjakan soal latihan yang ada pada lembar kerja selanjutnya
siswa mengerjakan tes formatif (kuis 3) secara individu dalam kelompok mereka
masing- masing dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.
Sama seperti pada siklus I, diakhir pelajaran guru membahas soal pada tes
formatif setelah seluruh siswa menyelesaikan tes formatif. Selain itu, guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai skor tertinggi
dalam mengerjakan lembar kerja dengan memberikan sticker dimana pada akhir
pertemuan siklus terakhir, sticker tersebut dijumlahkan dan kelompok yang
mempunyai sticker terbanyak mendapatkan hadiah dari guru.
Selanjutnya pada pertemuan kedua untuk siklus II ini, guru menjelaskan
materi tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan pecahan
dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan kedua kali ini,
proses pembelajran sama seperti pada pertemuan pertama yaitu membagi siswa
menjadi ke dalam kelompok-kelompok yang selanjutnya mengerjakan lembar
kerja siswa yang diberikan oleh guru. Tes formatif (kuis 4) juga diadakan setelah
beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diakhir pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
guru membahas soal pada tes formatif setelah seluruh siswa menyelesaikan tes
formatif. Tes unit 2 (tes siklus 2) dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dimana
siswa mengerjakan secara individu dengan waktu pelaksanaan 40 menit.
c.) Observasi dan Evaluasi Tindakan II
Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan penilaian dan
observasi terhadap tingkat pemahaman siswa dan minat belajar siswa oleh 2
obsever. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung menggunakan
lembar observasi yang diisi oleh observer untuk memantau kegiatan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dan hasil tes siklus siswa sebagai tes akhir siklus II untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan hasil laporan pengamatan dari
observer, penerapan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran matematika di kelas VIIB berjalan dengan lancar karena materi ini
merupakan pengembangan dari materi pada siklus I. Hal ini berdampak pula saat
mengerjakan lembar kerja siswa, siswa mengerjakannya dengan cepat dan
mengerjakan dengan saling berdiskusi.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat
diketahui nilai sebagai berikut.
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II dalam persentase skor capaian siklus II siswa setelah
penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
subpokok operasi hitung bilangan pecahan dalam penggunaannya pada
kehidupan sehari-hari pada Tabel 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 10. Skor Capaian Nilai Pada Siklus II
Indikator NilaiJumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 33 86,84
< KKM 5 13,16
Jumlah 38 100
Kompetensi dasar dari tes akhir siklus II (tes unit) adalah melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan KKM dari kompetensi dasar ini
adalah 75. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai
tes siklus dibawah KKM mencapai 13,16%. Siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM setelah adanya tindakan siklus II mengalami penurunan sebesar 21,05%
menjadi 13,16% dari siklus I yaitu sebesar 34,21%. Sedangkan dari nilai tes siklus
I dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM meningkat
21,05% setelah adanya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT.
Siswa yang memiliki nilai diatas KKM pada silus I mencapai 65,79%, setelah
dilakukan tindakan pada siklus II siswa yang memiliki nilai diatas KKM
mencapai 86,84%.
Hasil Observasi Minat belajar Siswa pada Siklus II
Observasi juga dilakukan untuk mengamati minat belajar siswa yang
dilakukan oleh observer. Berikut penskoran hasil minat belajar siswa setelah
adanya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT. (perhitungan
skor capaian terlampir)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 11. Skor Capaian Hasil Minat belajar Siswa di Siklus II
Pertemuan
ke-Hari, Tanggal Observer 1 Observer 2
Kesimpulan
Skor Capaian
1
Jumat,
12 september
2012
9 9 9
2
Senin,
15 september
2012
9 9 9
Jumlah skor capaian 18
Berdasarkan Tabel 11 hasil observasi dari observer 1 didapat skor
capaian adalah 9 dan hasil observasi dari observer 2 adalah 9. Maka didapat
kesimpulan skor capaian adalah 9 dimana skor capaian maksimal adalah 18.
Sehingga persentase hasil observasi minat belajar siswa setelah dilakukan
tindakan pada siklus I dari observer 1 dan 2 adalah
ݏ ݎ
ݏ ݎ ݏ %100ݔ =
18
18%100ݔ
= 100%
Berdasarkan data pada Tabel 11 maka persentase hasil observasi minat belajar
siswa termasuk dalam kualifikasi kategori tinggi.
d) Analisis dan Refleksi Tindakan II
Berdasarkan nilai tes siklus II siswa dalam proses pembelajaran pada
siklus II berkisar antara 42-100, dengan nilai rata-rata kelas 83,98. Nilai tersebut
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
pada pada siklus I.
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat persentase minat belajar
siswa yang menunjukkan kategori minat belajar siswa selama siklus II. Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
minat belajar siswa meningkat dibandingkan pada prasiklus maupun siklus I.
Dalam hal ini kategori minat belajar siswa yang dicapai siswa telah mencapai
target yang telah ditentukan yaitu kategori tinggi.
Setelah adanya tindakan siklus II dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Head Together) dengan beberapa perbaikan, tingkat
pemahaman siswa pada siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan
yaitu sebesar 75% diatas nilai KKM yakni 75 dimana terdapat kenaikan sebanyak
21,05% dari siklus I. Dengan tercapainya target, maka penggunaan model
pembelajaran NHT berhasil. Meskipun, tingkat pemahaman siswa pada siklus II
telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu sebesar 75% diatas nilai KKM
yakni 75, tindakan selanjutnya yaitu siklus III tetap dilaksanakan.
Dilaksanakannya siklus III dengan alasan karena antara siklus I dan II berbeda
dalam pembentukan kelompok, sehingga peneliti tidak bisa menyimpulkan secara
langsung bahwa siklus II berhasil mencapai target yang ditentukan karena adanya
perubahan dalam pembentukan kelompok yang benar-benar heterogen. Oleh
karena itu, pada siklus III akan dilaksanakan kembali model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan kondisi kelompok yang sama seperti pada siklus II.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah komposisi kelompok pada
siklus II merupakan komposisi kelompok yang baik sehingga target yang
ditentukan dapat tercapai dan lebih baik dari sebelumnya.
Setelah dilakukan analisis dapat disimpulkan bahwa saat proses
pembelajaran siklus II, masih terjadi hambatan – hambatan antara lain :
1) Dari hasil tes unit 2 (tes siklus II), ada 5 siswa yang nilainya masih rendah
dan berada dibawah nilai KKM yaitu < 75.
2) Berdasarkan hasil observasi, masih ada kelompok yang tidak saling
berdiskusi satu sama lain dalam kegiatan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Siklus III
a) Perencanaan Tindakan III
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan II, maka
perencanaan tindakan untuk siklus III berdasarkan refleksi yang dilakukan pada
siklus I meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan motivasi yang lebih dengan cara pengulangan materi maupun
memberi lebih banyak pertanyaan ke pada siswa.
2) Memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
menjawab, menyampaikan pendapatnya, dan guru hanya bertindak sebagai
fasilitator.
3) Guru lebih mendalam membahas PR.
Kegiatan pada siklus III dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Perencanaan
tindakan untuk siklus III meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan 1,
2, dan 3 dengan indikator belajar yang meliputi siswa dapat menentukan
hasil operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
pada bentuk aljabar (RPP terlampir).
2) Penyusunan bahan ajar berupa lembar kerja siswa, tes formatif dan tes unit
sebagai tes akhir siklus.
3) Penyusunan lembar observasi proses pembelajaran.
4) Penyusunan lembar observasi minat belajar siswa.
b) Pelaksanaan Tindakan III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III sama seperti dengan pelaksanaan
tindakan siklus I dan II, yaitu dengan menerapkan penggunaan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam proses pembelajaran
dengan pembagian kelompok yang sama seperti pada siklus II akan tetapi, di sini
ada sedikit perbedaan dengan tindakan pada siklus I dan II yaitu guru membahas
PR bersama-sama dengan siswa dimana guru memberikan kesempatan lebih
banyak kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, menyampaikan
pendapatnya, dan menanggapi pendapat teman,.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pelaksanaan tindakan kedua terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu hari
Senin 22 Oktober 2012, Kamis 25 Oktober 2012, dan Senin 29 Oktober 2012 di
ruang kelas VIIB. Pertemuan dilaksanakan 3x selama 6 x 40 menit sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (terlampir)..
Berikut adalah Tabel tentang jadwal pelaksanaan pembelajaran
matematika selama kegiatan penelitian pada siklus III di kelas VIIB SMP Negeri
2 Sukoharjo.
Tabel 12. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus III
Pertemuan
ke -Ruang Hari, Tanggal Pukul Indikator
1 VIIBSenin 22
Oktober 2012
10.50 –
12.10
- Menentukan hasil operasi
hitung penjumlahan pada
bentuk aljabar
- Menentukan hasil operasi
hitung pengurangan pada
bentuk aljabar
2 VIIB
Kamis 25
Oktober
20122012
10.50 –
12.10
- Menentukan hasil operasi
hitung perkalian pada
bentuk aljabar
- Menentukan hasil operasi
hitung pembagian pada
bentuk aljabar
3 VIIBSenin 29
Oktober 2012
10.50 –
12.10-Ujian tes siklus III
Pada awal pertemuan siklus III guru menjelaskan materi baru tentang
bentuk aljabar serta membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Guru lebih menekankan materi dan menyampaikannya dengan berulang-ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
serta memberikan latihan soal. Hal ini dikarenakan materi tentang bentuk aljabar
merupakan materi baru bagi siswa. Kemudian guru memberikan beberapa kasus
tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bentuk pecahan.
Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang sama
seperti pada siklus II. Selanjutnya, guru memberikan lembar kerja siswa untuk
dikerjakan dengan berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi guru berperan menciptakan
suasana kelas yang kondusif untuk berdiskusi, memantau diskusi setiap kelompok
agar diskusi berjalan dengan baik, serta membantu siswa dalam menarik
kesimpulan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja beserta
soal latihan yang ada di lembar kerja tersebut, kelompok yang ditunjuk. Setelah
siswa mempresentasikan hasil diskusi dan mengerjakan soal latihan yang ada pada
lembar kerja selanjutnya siswa mengerjakan tes formatif (kuis 5) secara individu
dalam kelompok mereka masing- masing dengan materi yang telah dipelajari pada
pertemuan tersebut. Selain itu, guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang mempunyai skor tertinggi dalam mengerjakan lembar kerja dengan
memberikan sticker dimana pada akhir pertemuan siklus terakhir, sticker tersebut
dijumlahkan dan kelompok yang mempunyai sticker terbanyak mendapatkan
hadiah dari guru.
Selanjutnya pada pertemuan kedua untuk siklus III ini, guru menjelaskan
materi tentang operasi hitung perkalian, pembagian, dan pangkat bentuk pecahan.
Pada pertemuan kedua kali ini, proses pembelajran sama seperti pada pertemuan
pertama yaitu membagi siswa menjadi ke dalam kelompok-kelompok yang
selanjutnya mengerjakan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru. Tes
formatif (kuis 6) juga diadakan setelah beberapa kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Diakhir pelajaran guru membahas soal pada tes formatif
setelah seluruh siswa menyelesaikan tes formatif. Guru meminta setiap kelompok
menghitung perolehan sticker selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran NHT berlangsung. Kelompok yang mempunyai jumlah
sticker terbanyak adalah kelompok yang mendapatkan hadiah dari guru. Tes unit 3
(tes siklus 3) dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dimana siswa mengerjakan
secara individu dengan waktu pelaksanaan 40 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c.) Observasi dan Evaluasi Tindakan III
Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan penilaian dan
observasi terhadap tingkat pemahaman siswa dan minat belajar siswa oleh 2
obsever. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung menggunakan
lembar observasi yang diisi oleh observer untuk memantau kegiatan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dan hasil tes siklus siswa sebagai tes akhir siklus III untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan hasil laporan pengamatan dari
observer, penerapan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran matematika di kelas VIIB berjalan dengan baik meskipun materi
yang diajarkan merupakan materi baru. Namun, siswa dapat menerima materi
dengan baik dan dapat berdiskusi dalam kelompok dengan lancar.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat
diketahui nilai sebagai berikut.
Hasil Tes Siklus III
Hasil tes siklus III dalam persentase capaian skor siklus III siswa pada
Tabel 13 setelah penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) pada subpokok operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan pangkat pada bentuk pecahan. (daftar nilai terlampir)
Tabel 13. Skor Capaian Tes Unit 3 Pada Siklus III
Indikator NilaiJumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 34 89,47
< KKM 4 10,53
Jumlah 38 100
Kompetensi dasar dari tes akhir siklus III (tes unit 3) adalah melakukan
operasi pada bentuk aljabar dengan KKM dari kompetensi dasar ini adalah 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai tes siklus
dibawah KKM mencapai 10,53%. Siswa yang memiliki nilai dibawah KKM
setelah adanya tindakan siklus III mengalami penurunan sebesar 2,63% menjadi
10,53% dari siklus II yaitu sebesar 13,16%. Sedangkan dari nilai tes siklus III
dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM meningkat 2,63%
dengan siswa yang memiliki nilai diatas KKM pada silus II mencapai 86,84%,
setelah dilakukan tindakan pada siklus III siswa yang memiliki nilai diatas KKM
mencapai 89,47%.
Hasil Observasi Minat belajar Siswa pada Siklus III
Observasi juga dilakukan untuk mengamati minat belajar siswa yang
dilakukan oleh observer. Berikut penskoran hasil minat belajar siswa setelah
adanya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT. (Perhitungan
skor capaian terlampir)
Tabel 14. Skor Capaian Hasil Minat belajar Siswa di Siklus III
Pertemuan
ke-Hari, Tanggal Observer 1 Observer 2
Kesimpulan
Skor Capaian
1
Senin,
22 Oktober
20129 9 9
2
Kamis,
25 Oktober
20129 9 9
Jumlah skor capaian 18
Berdasarkan Tabel 14 hasil observasi dari observer 1 didapat skor
capaian adalah 9 dan hasil observasi dari observer 2 adalah 9. Maka didapat
kesimpulan skor capaian adalah 9 dimana skor capaian maksimal adalah 18.
Sehingga persentase hasil observasi minat belajar siswa setelah dilakukan
tindakan pada siklus I dari observer 1 dan 2 adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ݏ ݎ
ݏ ݎ ݏ %100ݔ =
18
18%100ݔ
= 100%
Berdasarkan Tabel 14 maka persentase hasil observasi minat belajar siswa
termasuk dalam kualifikasi kategori tinggi.
d) Analisis dan Refleksi Tindakan III
Berdasarkan nilai tes siklus III siswa dalam proses pembelajaran pada
siklus III berkisar antara 67-98 dengan nilai rata-rata kelas 84,01. Nilai tersebut
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
pada pada siklus I maupun pada siklus II.
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat persentase minat belajar
siswa yang menunjukkan kategori minat belajar siswa selama siklus III.
Persentase minat belajar siswa tidak mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus II. Namun, masih mencapai katagori tinggi setelah dilakukan tindakan pada
siklus III. Dalam hal ini kategori minat belajar siswa yang dicapai siswa telah
mencapai target yang telah ditentukan yaitu kategori tinggi.
Meningkatnya nilai semua indikator kegiatan yang diamati pada siklus III
ini karena penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
dalam proses pembelajaran matematika lebih optimal dibandingkan pada silus I
dan II. Penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok
sekaligus bekerja secara individual, lebih menghargai keberadaan orang lain,
berani mengemukakan jawaban dan mengajukan pertanyaan, berperan serta secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran, membangun kerjasama dengan siswa lain,
serta berusaha menjawab soal yang diberikan guru. Seperti halnya pada siklus II,
adanya kegiatan diskusi dan kerjasama pada kelompok kecil yang baik dalam
menyelesaikan latihan soal secara rutin dan kemauan setiap siswa untuk tanya
jawab dalam kelompok ternyata mampu meringankan permasalahan individual
yang dialami siswa dalam memahami materi dan memecahkan soal latihan. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
siklus III, siswa dengan nilai ≥ KKM terdapat kenaikan persentase sebesar 2,63%
dibandingkan pada siklus II.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Setiap siklus dilakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT), tindakan ini dilakukan agar pemahaman dan
minat belajar siswa terhadap matematika meningkat dan mencapai target.
Tindakan setiap siklus telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, untuk melihat
perbandingan hasil tindakan antar siklus dapat dilihat pada paparan di bawah ini.
1. Pemahaman
Pemahaman siswa pada materi bilangan pecahan dan bentuk aljabar
diukur melalui tes uraian di setiap akhir siklus. Siwa yang nilai tes akhir siklusnya
mencapai KKM dikatakan memahami materi pada siklus tersebut. Peningkatan
nilai siswa pada tes akhir siklus I dapat diperoleh dengan cara membandingkan
nilai akhir siklus I dengan nilai siswa sebelum dilakukan tindakan (prasiklus).
Berikut peningkatan nilai siswa pada siklus I.
Tabel 15. Peningkatan Nilai Tes Siklus I
Indikator
nilai
Prasiklus Siklus I
Selisih (%)Jumlah
siswa
Persentase
(%)
Jumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 21 55,26 25 65,79 10,53
< KKM 17 44,74 13 34,21 -10,53
Jumlah 38 100 38 100
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai tes
siklus I dibawah KKM mencapai 34,21%. Siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM setelah adanya tindakan siklus I mengalami penurunan sebesar 10,53%
menjadi 34,21% dari sebelum ada tindakan yaitu sebesar 44,74%. Sedangkan dari
nilai prasiklus dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
meningkat 10,53% setelah adanya tindakan pembelajaran dengan model
pembelajaran NHT. Siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebelum adanya
tindakan mencapai 55,26%, setelah adanya tindakan siswa yang memiliki nilai
diatas KKM mencapai 65,79%.
Berdasarkan nilai tes siklus siswa dalam proses pembelajaran pada
siklus I berkisar antara 35-100, dengan nilai rata-rata kelas 81,09 (terlampir). Nilai
tersebut menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-
rata kelas pada prasiklus. Peningkatan nilai rata-rata dari nilai tes awal (prasiklus)
dan nilai hasil tes akhir siklus I, dapat dianalisis menggunakan rumus data
kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas) yaitu:
=ݐݐݏ − ݏܤ ݐ
ݏܤ ݐ%100ݔ
%21,9%10009,81
62,7309,81
xP
Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 9,21% setelah dilaksanakan
siklus I.
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat tingkat kenaikan nilai tes siswa yang
menunjukkan tingkat pemahaman siswa dapat disajikan dalam bentuk diagram
pada Gambar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 4: Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada
Prasiklus dan Siklus I
Berdasarkan diagram pada gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase nilai
tes siswa pada siklus I mengalami kenaikan. Sebesar 65,79% dari jumlah yang
mengikuti tes memperoleh nilai di atas KKM yang ditentukan. Namun demikian
persentase ketuntasan yang dicapai siswa belum mencapai target yang telah
ditentukan yaitu sebesar 75% nilai siswa diatas KKM.
Setelah dilakukan tindakan siklus I selanjutnya dilanjutkan tindakan pada
siklus II. Terdapat beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka
berdasarkan hasil refleksi dilakukan diperbaiki pada tindakan siklus II. Sehingga
permasalahan yang muncul saat pembelajaran pada siklus I mampu diperbaiki saat
tindakan pada siklus II. Hasil pembelajaran pada siklus II pun diharapkan lebih
baik dari pada hasil pembelajaran pada siklus I dalam hal ini pemahaman.
Pemahaman siswa pada siklus II juga diukur melalui tes uraian yang
diadakan di akhir siklus. Peningkatan nilai siswa pada tes akhir siklus II dapat
diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai akhir siklus II dengan nilai
siswa pada siklus I. Berikut peningkatan nilai siswa pada siklus II.
0
10
20
30
40
50
60
70
Nilai di bawahKKM
Nilai di atasKKM
Nila
i
Siswa
Capaian Persentase (%)
Pra Siklus
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 16. Peningkatan Nilai Tes Siklus II
Indikator
nilai
Siklus I Siklus II
Selisih (%)Jumlah
siswa
Persentase
(%)
Jumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 25 65,79 33 86,84 21,05
< KKM 13 34,21 5 13,16 -21,05
Jumlah 38 100 38 100
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai tes
siklus II dibawah KKM sebesar 13,16%. Siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM setelah adanya tindakan siklus II mengalami penurunan sebesar 21,05%
menjadi 13,16% dari siklus I yaitu sebesar 34,21%. Sedangkan dari nilai siklus II
dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebesar 86,84%
meningkat 21,05% setelah adanya tindakan pada siklus II.
Peningkatan nilai rata-rata dari nilai hasil tes akhir siklus II dan nilai
hasil tes siklus II, dapat dianalisis menggunakan rumus data kuantitatif dalam
penelitian tindakan kelas yaitu:
=ݐݐݏ − ݏܤ ݐ
ݏܤ ݐ%100ݔ
=83,98 − 81,09
83,98%100ݔ = 3,44%
Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 3,44% setelah dilaksanakan
tindakan pada siklus II.
Berdasarkan Tabel 15 dan 16 dapat dilihat tingkat kenaikan nilai tes
siswa yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa pada kegiatan prasiklus,
siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 5: Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan diagram pada gambar 5 dapat dilihat bahwa persentase nilai
tes siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengalami kenaikan dari
kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II. Persentase tingkat pemahaman siswa
siklus I sebesar 86,84%, setelah adanya tindakan siklus II tingkat pemahaman
siswa meningkat 21,05% menjadi 86,84%. Pada siklus II ini, tingkat pemahaman
siswa telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu sebesar 75% diatas nilai
KKM yakni 75. Namun, untuk lebih memastikan keberhasilan penggunaan model
pembelajaran NHT pada siklus II maka dilaksanakannya siklus III.
Pemahaman siswa pada siklus III juga diukur melalui tes uraian yang
diadakan di akhir siklus. Peningkatan nilai siswa pada tes akhir siklus III dapat
diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai akhir siklus III dengan nilai
siswa pada siklus II. Berikut peningkatan nilai siswa pada siklus III yang tersaji
dalam Tabel 17.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai di bawah KKM Nilai di atas KKM
Pe
rse
nta
se
Siswa
Capaian Persentase (%)
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 17. Peningkatan Nilai Tes Siklus III
Indikator
nilai
Siklus II Siklus III
Selisih (%)Jumlah
siswa
Persentase
(%)
Jumlah
siswa
Persentase
(%)
≥ KKM 33 86,84 34 89,47 2,63
< KKM 5 13,16 4 10,53 -2,63
Jumlah 38 100 38 100
Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai tes
siklus III dibawah KKM sebesar 10,53%. Siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM setelah adanya tindakan siklus III mengalami penurunan sebesar 2,63%
menjadi 10,53% dari siklus II yaitu sebesar 13,16%. Sedangkan dari nilai siklus
III dapat dilihat juga bahwa siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebesar
89,47% meningkat 2,63% setelah adanya tindakan pada siklus III.
Peningkatan nilai rata-rata dari nilai hasil tes akhir siklus III dan nilai
hasil tes siklus II, dapat dianalisis menggunakan rumus data kuantitatif dalam
penelitian tindakan kelas yaitu:
=ݐݐݏ − ݏܤ ݐ
ݏܤ ݐ%100ݔ
=84,01 − 83,98
84,01%100ݔ = 0,04%
Nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 0,04% setelah dilaksanakan
tindakan pada siklus III.
Berdasarkan Tabel 15, 16, dan 17 dapat dilihat tingkat kenaikan nilai tes
siswa yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa pada kegiatan prasiklus,
siklus I, siklus II, dan siklus III dapat disajikan dalam bentuk diagram pada
Gambar 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 6: Diagram Kenaikan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Prasiklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan diagram pada gambar 6 dapat dilihat bahwa persentase nilai
tes siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengalami kenaikan dari
kegiatan prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Persentase tingkat pemahaman
siswa siklus III sebesar 89,47%, setelah adanya tindakan siklus III tingkat
pemahaman siswa meningkat 2,63% menjadi 89,47%. Pada siklus III ini, tingkat
pemahaman siswa telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu sebesar 75%
diatas nilai KKM yakni 75.
2. Minat belajar Siswa Terhadap Matematika
Minat belajar siswa terhadap matematika diukur melalui observasi minat
belajar siswa selama pembelajaran matematika berlangsung. Observasi ini
dilakukan oleh dua orang observer. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung jika 75% siswa dalam kelas memenuhi kriteria yang
tertulis dalam lembar observasi maka observer akan memberi tanda (√) pada
kolom “ya”. Sedangkan jika hanya 25% siswa yang memenuhi kriteria yang
tertulis dalam lembar observasi maka observer akan memberi tanda (√) pada
kolom “tidak”.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai di bawah KKM Nilai di atas KKM
Pe
rse
nta
se
Siswa
Capaian Persentase (%)
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Peningkatan minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus 1 dapat
dilihat dengan cara membandingkan rata-rata persentase skor capaian prasiklus
dengan rata-rata persentase skor capaian pada siklus I. Berikut tabel peningkatan
minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus 1.
Tabel 18. Peningkatan Minat belajar siswa pada Siklus I
Prasiklus Siklus I Peningkatan
Rata-rata Persentase
skor capaian22,22% 88,89% 66,67%
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat kenaikan rata-rata persentase skor
capaian minat belajar siswa pada pembelajaran siklus I dimana rata-rata
persentase skor capaian minat belajar siswa selama prasiklus termasuk kualifikasi
kategori rendah dan rata-rata persentase skor capaian minat belajar siswa selama
siklus I termasuk kualifikasi kategori tinggi. Capaian minat belajar siswa dapat
disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 7.
Gambar 7: Diagram Capaian Minat belajar Siswa pada Siklus I
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%90,00%
100,00%
Pe
rse
nta
se
Kegiatan Pembelajaran
Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus I
prasiklus
siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Peningkatan minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus II
dapat dilihat dengan cara membandingkan rata-rata persentase skor capaian siklus
I dengan rata-rata persentase skor capaian pada siklus II. Berikut Tabel
peningkatan minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus II.
Tabel 19. Peningkatan Minat belajar siswa pada Siklus II
Siklus I Siklus II Peningkatan
Rata-rata Persentase
skor capaian88,89% 100% 11,11%
Berdasarkan Tabel 19 maka rata-rata persentase skor capaian minat
belajar siswa selama siklus I termasuk kualifikasi kategori tinggi dan rata-rata
persentase persentase skor capaian minat belajar siswa selama siklus II juga
termasuk kualifikasi kategori tinggi. Capaian minat belajar siswa dapat disajikan
dalam bentuk diagram pada Gambar 8.
Gambar 8: Diagram Capaian Minat belajar Siswa pada Siklus II
Peningkatan minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus III
dapat dilihat dengan cara membandingkan rata-rata persentase skor capaian siklus
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
105,00%
Pe
rse
nta
se
Kegiatan Pembelajaran
Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus II
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
II dengan rata-rata persentase skor capaian pada siklus III. Berikut Tabel
peningkatan minat belajar siswa terhadap matematika pada siklus III.
Tabel 20. Peningkatan Minat belajar siswa pada Siklus III
Siklus II Siklus III Peningkatan
Rata-rata Persentase
skor capaian100% 100% 0%
Berdasarkan Tabel 20 maka rata-rata persentase skor capaian minat
belajar siswa selama siklus II termasuk kualifikasi kategori tinggi dan rata-rata
persentase persentase skor capaian minat belajar siswa selama siklus III juga
termasuk kualifikasi kategori tinggi. Namun, tidak ada peningkatan minat belajar
siswa karena pada siklus II dan siklus III telah mencapai skor capaian maksimal.
Capaian minat belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar
9.
Gambar 9: Diagram Capaian Minat belajar Siswa pada Siklus III
D. Pembahasan
Pada kegiatan prasiklus, rata-rata nilai ulangan siswa adalah 73,62
dimana siswa yang memiliki nilai di atas KKM sebanyak 21 siswa dengan
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
Pe
rse
nta
se
Kegiatan Pembelajaran
Capaian Minat Belajar Siswa pada Siklus III
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
persentase 55,26% dan siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 17 siswa
atau persentase 44,74%, sedangkan minat belajar siswa masih termasuk dalam
kategori rendah. Dari hasil observasi kegiatan prasiklus, maka dilaksanakan
tindakan siklus I dengan penerapan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) dan didapatkan hasil tes siklus I yakni rata-rata nilai ulangan
siswa adalah 81,09 dimana 25 siswa memiliki nilai di atas KKM dengan
persentase 65,79%, sedangkan minat belajar siswa mencapai kategori tinggi. Jika
dibandingkan dengan hasil kegiatan prasiklus, nilai rata-rata siswa dan banyaknya
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat Akan tetapi peningkatan
nilai siswa belum menunjukkan persentase keberhasilan dari setiap indikator
yakni setidaknya 75% siswa lulus dengan nilai diatas KKM serta minat belajar
siswa telah mencapai kategori tinggi sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan
yakni siklus II dengan melihat refleksi dari beberapa hambatan dari siklus I dan
menindaklanjuti hasil refleksi dengan perbaikan dari tindakan siklus I.
Tindakan siklus II dilakukan dengan melihat refleksi dari hambatan-
hambatan pada siklus I. Oleh karena itu, pada siklus II akan dilaksanakan kembali
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) tetapi dilakukan
perubahan pada susunan keanggotaan kelompok. Setelah adanya tindakan siklus II
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), didapatkan hasil
siklus II yakni rata-rata nilai ulangan siswa adalah 83,98 dengan siswa yang
memiliki nilai di atas KKM sebanyak 33 orang atau persentase mencapai 86,84%
dan siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 5 orang atau persentase
mencapai 13,16% dan minat belajar siswa tetap berada dalam kategori tinggi. Jika
dibandingkan dengan hasil kegiatan siklus II, nilai rata-rata siswa dan banyaknya
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat. Demikian juga dengan
persentase capaian nilai siswa yang mempunyai nilai diatas KKM meningkat
sebaesar 21,05%.
Tindakan siklus III ini dilakukan karena antara siklus I dan II berbeda
perlakuan pada saat penerapan NHT yaitu dalam pembentukan kelompok,
sehingga peneliti tidak bisa menyimpulkan secara langsung bahwa tindakan siklus
II berhasil mencapai target yang ditentukan karena adanya perubahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pembentukan kelompok yang benar-benar heterogen. Oleh karena itu, pada siklus
III akan dilaksanakan kembali model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
kondisi kelompok yang sama seperti pada siklus II dan perlakuan terhadap
pembahasan PR yang lebih mendalam. Setelah adanya tindakan siklus III dengan
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan refleksi siklus II,
didapatkan hasil siklus III yakni rata-rata nilai ulangan siswa adalah 84,01
dengan siswa yang memiliki nilai di atas KKM sebanyak 34 orang atau persentase
mencapai 89,47% dan siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 4 orang atau
persentase mencapai 10,53% dan minat belajar siswa tetap berada dalam kategori
tinggi. Jika dibandingkan dengan hasil kegiatan siklus II, nilai rata-rata siswa dan
banyaknya siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat. Demikian juga
dengan persentase capaian nilai siswa yang mempunyai nilai diatas KKM
meningkat sebaesar 2,63%.
Berdasarkan perubahan ketuntasan hasil belajar siswa belajar siswa dari
setiap tindakan dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) yang diterapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa
dan minat belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian
pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bilangan
pecahan dan bentuk aljabar siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012 terbukti dari hasil tes akhir siklus I tes akhir
siklus II, dan tes akhir siklus III mengalami peningkatan dan mencapai
target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 terbukti hasil observasi siklus I, hasil observasi siklus II, dan
hasil observasi siklus III dari data minat belajar mengalami peningkatan
dan mencapai target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
yaitu kategori minat belajar tinggi.
B. IMPLIKASI
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru mempunyai yang peran penting
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat
memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran dan
menjadi fasilitator dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Oleh karena itu, guru harus berusaha memperbaiki tindakan dalam mengajar,
menguasai materi pembelajaran, dan tepat dalam memilih dan menentukan
metode dan model pembelajaran agar materi yang disampaikan oleh guru dapat
diterima dan dipahami siswa dengan baik,
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran seperti tanya jawab, menyampaikan pendapat, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
berdiskusi dalam kelompok. Karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) menuntut siswa untuk menguasai materi secara
berkelompok untuk bekerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok dan saling
membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, guru lebih mudah dalam
memantau perkembangan setiap siswa pada setiap kelompok. Selain itu,
memberikan implikasi antara guru dan siswa melalui kegiatan diskusi sehingga
guru menjadi fasilitator bagi setiap kelompok dan individu.
C. SARAN
1. Kepada Siswa
a. Siswa sebaiknya meningkatkan kreativitas dalam belajar dengan
melakukan banyak latihan soal sehingga dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa serta dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Siswa lebih banyak berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok
sehingga dapat menumbuhkan sikap berani dalam menyampaikan
pendapat, berdiskusi, atau bertanya.
2. Kepada pihak sekolah
Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang digunakan di SMP
Negeri 2 Sukoharjo dan dapat digunakan secara bergantian dengan tipe
pembelajaran kooperatif lainnnya. Karena pembelajaran dengan model
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan
pemahaman dan minat belajar belajar.
3. Kepada peneliti lain
Kepada peneliti lain yang tertarik dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat menggunakan model ini pada
tingkat dan materi yang berbeda dengan sudut pandang peninjauan yang sama
atau sudut pandang peninjauan yang lain. Model ini juga dapat digunakan pada
mata pelajaran yang berbeda atau di luar matematika.