kelompok 3 skenario e

Upload: azkaparobi

Post on 07-Apr-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    1/56

    Skenario E

    Halim is a 25 year old boy, went to see a doctor about two weeks after returning from a job in

    Bangka. According to his family, several days ago, he suffered from an abrupt onset of fever,

    chills, rigors, and profuse sweating accompanied by headache and nausea.

    Physical examination : Somnolence, BP : 100/60 mmHg, temperature : 39,50C, PR :

    110x/min, piliformis. Icterus : + ; RR : 28x/min. COr/pulmonal norml, Spleen : just palpable,

    liver : normal.

    Laboratory finding : Hb : 9,5 g/dl, WBC : 10.500 mm3, diff count : 0/2/10/55/25/8. Urine :

    Black in colour.

    Klarifikasi Istilah

    1. Rigor : dingin/kekakuan atau ketidakfleksibelan.

    2. Chills : Perasaan dingin disertai menggigilnya tubuh

    3. Nausea : Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada epigastrium

    dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah

    4. Somnolence : Perasaan mengantuk yang tidak normal

    5. Icterus : Warna kekuningan pada kulit, sclera, membrane mukosa, dan ekskresi akibat

    hiperbilirubinemia dan pengendapan pigmen empedu.

    6. Piliformis : Denyut nadi cepat dan lemah

    7. Headache : Nyeri di kepala

    8. Abrupt onset of fever : Munculnya demam yang tiba-tiba

    9. Profuse Sweating : Pengeluaran keringat yang berlebih

    Identifikasi Masalah

    1. Halim, 25 tahun beberapa hari yang lalu mengalami demam hilang timbul, menggigil,

    dingin dan kaku, banyak berkeringat disertai sakit kepala dan mual setelah pulang dari

    Bangka 2 minggu yang lalu.

    1

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    2/56

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    3/56

    sporulasi adalah 24 jam jadi demam yang dirasakan akan hilang timbul setiap 2 hari

    sekali.

    Demam yang dialami Halim adalah tipe :Intermittent (periodic) fevers: suhu tubuhnaik setiap 2 atau tiga hari yang hamper terjadi pada waktu yang sama. Suhu tubuh

    naik sampai 40o C selama beberapa jam dan selanjutnya kembali ke suhu normal.

    E. Apa kemungkinan dan bagaimana mekanisme gejala-gejala yang dialami Halim?

    Jawab :

    Mekanisme Demam:

    Infeksi parasit Reaksi imun (antigen-antibodi) Pirogen eksogen Merangsang

    pirogen endogen (leukosit) Produksi sitokin (IL 1, IL-6,TNF) Memacu pelepasan

    asam arakidonat sintesis prostaglandin E2 Mencapai hipotamalus set

    point pada termostat hipotalamus Penyimpanan panas tubuh dan pembentukan

    panas Suhu meningkat - Demam.

    Mekanisme mengigil :

    Jika terjadi perubahan Set-pointpusat pengatur suhu hipotalamus yang tiba-tiba dari

    nilai normal menjadi lebih tinggi dari normal ( akibat penghancuran jaringan, zat

    pirogen, atau dehidrasi ), biasanya dibutuhkan waktu beberapa jam agar suhu tubuh

    dapat mencapai set-point suhu yang baru. Pada saat ini suhu darah masih jauh lebih

    rendah dari Set-point pengatur suhu hipotalamus, oleh karena itu akan terjadi reaksi

    umum yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut

    akan mengigil dan merasa sangat kedinginan, walaupun suhu tubuhnya mungkin telah

    diatas normal. Mengigil dapat berlanjut sampai akhirnya suhu tubuh mncapai set-

    pointhipotalamus.

    *pengeluaran panas lebih besar daripada pemasukan termostat menyeimbangkan

    suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka untuk berkontraksi

    (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh menggigil

    Mekanisme dingin dan kaku:

    3

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    4/56

    Pada saat awal demam terjadi peningkatan set point pada hipotalamus sedangkan suhu

    tubuh pada daerah lain masih lebih rendah sehingga tubuh akan merasa kedinginan

    dan kaku.

    Mekanisme berkeringat :

    Berkeringat pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menurunkan suhu tubuh.

    Ketika tersmostat hipotalamus merasa telah cukup penaikan suhu tubuh, maka suhu

    inti akan dikembalikan pada sushu normal yaitu 370C, akan tetapi baru suhu pada

    hipotalamus yang kembali normal, belum pada anggota tubuh yang lain. Oleh karena

    itu, tubuh akan melakukan vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga panas dapatdikeluarkan dan suhu tubuh kembali normal.

    Sakit Kepala

    Sakit kepala dalam kasus ini disebabkan oleh sekresi mediator inflamasi seperti TNF

    yang berlebih akibat dari pengaktifan makrofag oleh pirogen eksogen - selanjutnya

    akan membentuk prostaglandin - mempengaruhi pusat simpatis pada hipotalamus

    posterior vasokontriksi pembuluh darah pada lapisan otak sakit kepala.

    Selain itu juga karena anemia yang menyebabkan anoksia jaringan sehingga transport

    oksigen ke otak menurun.

    Mual

    Infeksi plasmodium kompleks parasit-antibodi difagisitosis o/ makrofag dg

    opsonisasi Ab maktivasi Th produksi limfokin & IFN maktivasi

    monosit sekresi vasoaktifamin Histamin 2 ( H2) sekresi asam lambung>> nausea

    Splenomegalimenekan lambungrasa mualrasa tidak nyaman pada perut

    2. A. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?

    Jawab :

    Pemeriksaan Hasil Nilai/Kondisi Interpretasi

    4

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    5/56

    Normal

    Tingkat

    Kesadaran

    Somnolen Compos Mentis Terjadi penurunan kesadaran,

    penderita..

    Tek.Darah 10/80mmHg

    120/80 mmHg

    Suhu 39,5 0C 36,5 37,2 0 C Meningkat, febris

    Denyut nadi 110x/min 60 100 x/min

    piliformis

    Meningkat,

    Frek.Nafas 28x/min 16-24 x/min Meningkat

    Cor/pulmonal Normal Normal Normal

    Lien teraba Tidak teraba Splenomegali

    Liver normal normal Normal

    B. Apabila terdapat ketidaknormalan, apa penyebab dan mekanismenya?

    Jawab : (nela)

    Limpa : teraba Splenomegali : Limpa (organ RES) plasmodium

    dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit penambahan sel-sel radang

    limpa membesar.

    Ikterus : eritrosit yang dirombak oleh hepar dan limpa semakin banyak Hb

    difagositosis oleh makrofag limpa diredukasi menjadi globin dan heme

    globin masuk ke dalam kumpulan asam amino Fe dibebaskan dari heme

    5

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    6/56

    diangkut oleh protein transferin ke sumsum tulang untuk produksi SDM

    selanjutnya sisa bagian heme yaitu CO dan protoporfirin CO diangkut

    dalam bentuk oksihemoglobin utnuk dikeluarkan protoporfirin diubah

    menjadi pirol pirol diubah menjadi biliverdin biliverdin direduksimenjadi bilirubin bebas ikterus

    *normalnya, hati bisa mengekskresi bilirubin, namun karena terjadi

    peningkatan dekstruksi sel darah merah yang menyebabkan pengaliran

    bilirubin yang sangat cepat ke dalam darah menyebabkan hati yang sekalipun

    fungsinya masih normal tidak mampu lagi mengekskresikan bilirubin secepat

    proses pembentukannya. Sehingga biliriubin akan berada dalam sirkulasi dan

    mengendap pada jaringan. Ketika biliriubin mengendap pada sclera

    Hipotensi : Infeksi parasit respon imun memicu pelepasan amino

    vasokatif : histamin vasodilatasi pembuluh darah tekanan darah menurun

    Demam : Infeksi parasit Reaksi imun (antigen-antibodi) Pirogen eksogen

    Merangsang pirogen endogen (leukosit) Produksi sitokin (IL 1, IL-

    6,TNF) Memacu pelepasan asam arakidonat sintesis prostaglandin E2

    Mencapai hipotamalus set point pada termostat hipotalamus

    Penyimpanan panas tubuh dan pembentukan panas Suhu meningkat

    Demam

    Tachikardi :Tiap kenaikan suhu 1 derajat celcius disertai kenaikan frekuensi

    nadi 8-12x . Kompensasi tubuh untuk meningkatkan tekanan darah.

    Takipnea : Infeksi parasit respon imun memicu pelepasan amino vasokatif

    : histamine kontraksi otot polos bronkospame (penyempitan saluran napas) menurunkan ventilasi - kompensasi tubuh meningkatkan laju pernapasan

    3. A. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?

    Jawab :

    Nilai Normal HasanHemoglobin 13-16 g/dl 9,5 g/dl

    6

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    7/56

    Diff. CountBasofil 0-1 0Eosinofil 1-3 2

    Neutrofil Batang 2-6 10Neutrofil segmen 50-70 55

    Limfosit 20-40 25Monosit 2-8 8Leukosit 5000-10000/ uL 10500 /uL

    B. Apabila terdapat ketidaknormalan, apa penyebab dan mekanismenya? (aulia, lia)

    Jawab :

    Hemoglobin/Anemia : parasit malaria menginfeksi RBC

    eritrosit mudahlisis selain itu terjadi juga fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan

    yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia

    jaringan.

    Neutrofil Batang : menunjukkan adanya infeksi akut (shift to the left)

    Leukosit : menunjukkan adanya infeksi.

    Urine black in colour : terjadi karena proses hemolisis intravaskuler

    (pemecahan eritrosit di dalam pembuluh darah). Pemecahan eritrosit yang

    berlebihan akan membuat jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi

    seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan pembebasan

    Hb kedalam plasma, menyebabkan hemoglobinuria dan membuat warna yang

    abnormal pada urine dari merah, coklat sampai kehitaman

    4. A. Bagaimana DD penyakit Halim?

    Jawab :

    1. Malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)

    Demam tifoid

    Demam dengue

    ISPA

    Laeptospirosis/anikterik

    2. Malaria berat (malaria dengan komplikasi)

    Radang otak

    7

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    8/56

    Stroke

    Tifoid ensefelopati

    Hepatitis

    Leptospirosis berat Glomerulonefritis

    Sepsis

    Demam berdarah dengue

    B. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya?

    Jawab :

    1.Pemeriksaan darah tepi

    -Hapusan darah tebal untuk menemukan adanya parasit malaria

    -Hapusan darah tipis untuk menentukan jenis parasit yang menginfeksi

    2. Tes Antigen

    -HRP 2 (Histidin Rich Protein) yang diproduksi oleh trofozoit, skizon,dan

    gametosit muda P.Falciparum.

    -Enzym parasit lactate dehydrogenase (p-LDH) yang diproduksi oleh parasit

    bentuk aseksual atau seksual ( gametocyt).

    3.Tes Serologi

    Mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap parasit malaria dalam tubuh

    8

    demam Sakit

    Kepala

    Abdominal

    Discomfort

    Splenomegali Anemia Leukositosis

    DHF + + + + + _

    Demam Tifoid + + + + + +Leptospirosis + + + + - +Brucellosis + + + + _ +Common

    Cold

    + + _ _ _ _

    Malaria + + + + + +

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    9/56

    4.PCR (Polymerase Chain Reaction)

    C. Bagaimana diagnosis kerja penyakit Halim?

    Jawab : Diagnosis malaria falsiparum dapat dibuat dengan menemukan parasit

    stadium trofozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam

    sediaan darah tepi. Sediaan darah tebal jauh lebih sensitif daripada sediaan darah tipis

    pada infeksi dengan jumlah parasitemia rendah. Secara umum, semakin tinggi jumlah

    parasit dalam darah tipis, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya malaria berat.

    Hal ini terutama ditemukan pada penderita non-imun. Malaria berat dapat juga terjadi

    dengan parasit yang rendah dalam darah tepi. Walaupun sangat jarang, dapat juga

    ditemukan penderita tanpa parasitemia dalam darah tepi, tetapi pada autopsi terbukti

    adanya parasit dalam berbagai kapiler alat dalam.

    D. Bagaimana etiologi, pathogenesis, daur hidup pada penyakit Halim?

    Jawab :

    Etiologi

    Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu :Plasmodium vivax

    menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan).Plasmodium falcifarum

    menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa

    dan Blackwater faver.Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana,

    danPlasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.

    Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan

    membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang

    terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang

    terdapat di dalam sel parenkim hati.

    Daur hidup

    Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia

    dan nyamukanophelesbetina.

    o Siklus Pada Manusia

    9

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    10/56

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    11/56

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    12/56

    2. Mediator endotoksin-makrofag

    Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag

    yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin

    mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat

    melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin,

    ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit

    malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan

    sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.

    3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka

    Eritrosit yang terinfeksi olehPlasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan

    (knobs)pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan

    bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit

    yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga

    skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi

    menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung

    kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan

    E. Bagaimana tatalaksana penyakit Halim?

    Jawab :

    1. Tindakan suportif

    Pemberian cairan yang adekuat pada kasus malaria berat,mempertahankan fungsi

    organ vital dan monitoring pasien

    2. Pengobatan simptomatik

    Memberikan antipiretik untuk mencegah hipertermia : Parasetamol 15mg/kg bb setiap

    4 jam dan dilakukan kompres

    Bila pasien kejang berikan antikonvulsan : Diazepam 5-10mg IV

    3. Pemberian obat antimalaria

    Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria,maka obat malaria di

    bedakan menjadi:

    12

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    13/56

    skizontosida jaringan primer: proguanil,pirimetamin dapat membasmi parasit

    praeritrosit

    skizontosida jaringan skunder : primakuin, dapat membasmi parasit daur

    eksoeritrosit

    skizontosida darah: kina, klorokuin,amodiakuin, untuk membasmi parasit

    stadium eritrosit

    gametositosida:primakuin, menghancurkan semua bnetuk seksual termasuk

    stadium gametosit p.falcifarum

    sporontosida : primakuin, proguanil, mencegah atau menghambat gametosit

    dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozit dalam nyamuk anopheles

    F. Bagaimana tindakan preventif penyakit Halim?

    Jawab :

    Pencegahan infeksi malaria:

    1. Tidur dengan kelambu, sebaiknya kelambu sudah dicelup dalam peptisida

    2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk

    3. Memproteksi tempat tinggal dengan kawat anti nyamuk.

    4. Gunakan proteksi ( mis, baju lengan panjang atau lotion antinyamuk) bila berada

    di alam bebas yang rentan akan gigitan nyamuk.

    5. Kemoprofilaksis bila hendak mengunjungi daerah endemis malaria, dapat juga

    digunakan untuk wanita hamil di daerah endemis atau orang dengan imunitasrendah

    6. Vaksin malaria sekarang masih dalam tahap pengembangan.

    G. Bagaimana komplikasi penyakit Halim?

    Jawab :P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya

    digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi

    P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:

    13

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    14/56

    o Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.

    o Anemia berat (Hb

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    15/56

    Pada kasus ini prognosisnya baik apabila diagnosis, pengobatan, dan penanganan

    cepat dan tepat.

    Hipotesis

    Halim, 25 tahun menderita malaria berat akibat terinfeksiPlasmodium falciparum.

    15

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    16/56

    Kerangka Konsep

    Learning Issue

    Pokok BahasanWhat I

    Know

    What I don`t

    Know

    What I have to

    prove

    How I

    will

    Learn

    a. Malaria Definisi,

    macam-

    macam

    Patogenesis,

    tatalaksana,

    diagnosis

    banding,

    komplikasi

    Halim menderita

    malaria berat

    Text

    book

    dan

    jurnal

    b. Plasmodium Macam-

    macam

    Daur hidup,

    morfologi

    c. Obat-obat

    malaria

    Macam-macam,

    mekanisme

    kerja

    16

    Pemeriksaan

    penunjangMalaria

    Penurunan

    kesadaran

    Malaria

    berat

    Ikter

    us

    Black water

    fever

    Demam,

    menggigil,

    berkeringat

    Splenome

    gali

    Sakit

    kepalaMual

    Halim, 25

    tahun

    Pergi ke

    Bangka

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    17/56

    SINTESIS

    1. Malaria

    DEFENISI

    Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus

    Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anophelesdengan gambaran penyakit

    berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan

    gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.

    ETIOLOGI

    Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat

    empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria

    vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum

    (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae

    menimbulkan malaria kuartana, danPlasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.

    17

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    18/56

    Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan

    membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam

    darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim

    hati.

    EPIDEMOLOGI

    Spesies yagn terbanyak dijumpai adalah plasmodium falsiparum dan vivax. Plasmodium

    malariae dijumpai di Indonesia bagian timur, plasmodium ovale pernah ditemukan di irian

    jaya dan NTT.

    MANIFESTASI KLINIK

    Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang yang

    intermiten, anemia sekunder dan spenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih dari

    keadaan akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang

    intermiten. Selama stadium menahun berikutnya, terdapat masa laten yang diselingi oleh

    relaps beberapa kali. Relaps ini sangat mirip dengan serangan pertama.

    Masa tunas dapat berbeda beda, antara 9 sampai 40 hari, dan ini menggambarkan waktu

    antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan permulaan gejala klinis. Selain itu,masa tunas infeksiP. vivax dapat lebih panjang dari 6 sampai 12 bulan atau lebih. Infeksi P.

    malariae danP. ovale sampai bertahun tahun. Karena itu di daerah beriklim dingin infeksi

    P. vivax yang didapati pada musim panas atau musim gugur, mungkin tidak menimbulkan

    penyakit akut sampai musim semi berikutnya. Malaria klinis dapat terjadi berbulan bulan

    setelah obat obatan supresif dihentikan. Serangan pertama pada malaria akut terdiri atas

    beberapa serangan dalam waktu 2 minggu atau lebih yang diikuti oleh masa laten yang

    panjang, dan diselingi oleh relaps pada malaria menahun. Serangan demam ini berhubungan

    dengan penghancuran sel darah merah yang progresif, badan menjadi lemah , dan limpa

    membesar. Tipe jinak biasanya disebabkan oleh P. vivax, P. malariae atau P. ovale. Tipe

    ganas terutama disebabkan olehP. falcifarum.

    Dalam periode prodromal yang berlangsung satu minggu atau lebih, yaitu bila jumlah parasit

    di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus aseksual, tidak tampak

    manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa perasaan lemas,

    tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau tidak teratur, mungkinsudah ada. Di daerah non-endemi diagnosis pertama seringkali ialah influenza. Serangan

    18

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    19/56

    permulaan atau pertama sangat khas oleh karena adanya serangan demam intermiten yang

    berulang ulang pada waktu berlainan : 48 jam untukP. vivax, P. ovale, P falcifarum dan 72

    jam untukP. malariae. Waktu yang sebenarnya pada berbagaistrain P. vivax berbeda beda

    dari 43,6 jam sampai 45,1 jam. Serangan mulai dengan stadium dingin atau rigor yang

    berlangsung selama kurang lebih satu jam. Pada waktu itu penderita menggigil, walaupun

    suhu badannya lebih tinggi dari normal. Kemudian menyusul stadium panas yang

    berlangsung lebih lama dan kulit penderita manjadi kering serta panas, muka menjadi merah,

    suhu mencapai 39o 41oC, nadi cepat dan penuh, kepala pusing, mual, kadang kadang

    muntah, dan pada anak kecil timbul kejang kejang. Kemudian penderita berkeringat

    banyak, suhu badan turun, sakit kepala hilang, dan dalam waktu beberapa jam penderita

    menjadi lelah. Serangan demam biasanya berlangsung 8 sampai 12 jam, dan pada infeksi P.

    falcifarum berlangsung lebih lama.

    Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis sel darah merah atau disebabkan

    oleh syok karena adanya hemoglobin bebas atau adanya hasil metabolisme. Virulensi sering

    berhubungan dengan intensitas parasitemia.

    Periodisitas serangan berhubungan dengan berakhirnya skizogoni, bilamana skizon matang

    kemudian pecah, merozoit bersama dengan pigmen dan benda residu keluar dari sel darah

    merah memasuki aliran darah. Ini sebenarnya merupakan suatu infeksi protein asing. Pada

    infeksi akut terdapat leukositosis sedang dangan granulositosis, tetapi dengan turunnya suhu

    badan maka timbul leukopenia dengan monositosis relatif dan limfositosis. Jumlah sel darah

    putih sebesar 3000 sampai 45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan infeksi dapat terjadi

    trombositopenia jelas, tetapi hal ini bersifat sementara.

    Hanya pada beberapa penderita malaria tampak ada ikterus; hemoglobinuria hanya tampak

    bila kadar hemoglobin dalam plasma melampaui ambang ginjal. Pembesaran limpa akut

    terdapat pada kurang lebih seperempat jumlah penderita dengan malaria akut. Nyeri di

    kuadran kiri atas dan epigastrium mungkin disebabkan oleh meregangnya simpai limpa, atau

    infark kecil yang pecah, atau perdarahan dibawah simpai. Fungsi ginjal biasanya tidak

    terganggu pada penderita malaria biasa. Sebaliknya nefritis dengan oliguria, albuminuria

    hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah berkurang, hipertensi sedang,

    hematuria yang dapat dilihat dengan mata biasa atau dengan mikroskop dapat terjadi dan

    dapat menyulitkan diagnosis malaria. Albumin terdapat pada dalam urin pada kurang lebih 2

    persen penderita malaria akut. Kelainan pada mata yang hebat jarang ditemukan pada infeksi

    19

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    20/56

    malaria, tetapi pada serangan akut komplikasi yang sering terjadi ialah sakit kepala dan sakit

    di sekitar mata, keratitis dendritika atau herpetika dengan gangguan berupa fotofobia dan

    lakrimasi. Pada infeksi P. falcifarum terdapat perdarahan, uveitis alergik dan sering terjadi

    herpes labialis.

    PATOGENESIS

    Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua

    cara yaitu :

    1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria

    2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia, misalnya

    melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang

    terinfeksi (congenital).

    Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai

    berikut :

    1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

    -Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit

    -Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit

    Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler

    2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag

    Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator

    endotoksin.

    3. Pelepasan TNF

    Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung

    jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.

    4. Sekuetrasi eritrosit

    20

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    21/56

    Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung

    antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan

    menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi

    bendungan.

    1. Siklus Sporogoni (Di Dalam Tubuh Nyamuk)

    Siklus pertama adalah siklus seksual atau yang disebut juga dengan sporogoniterjadi dalam

    tubuh nyamuk.Siklus seksual dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk

    membentukookinetdalam perut nyamuk.Ookinetakan menembus dinding lambung nyamuk

    untuk membentuk kista (semacam gumpalan) di selaput luar lambung nyamuk. Waktu yang

    diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan

    jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuansporozoityang terlepas dan

    kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar

    ludah nyamuk inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan nyamuk menggigit

    manusia.

    2. Siklus Skizogoni (Di Dalam Tubuh Manusia)

    Siklus aseksual atau yang disebut juga denganskizogoni terjadi pada tubuh manusia. Manusiayang tergigit nyamuk yang telah berlangsung siklus pertama atau siklus sporogoniakan

    mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas Plasmodium, dan daya tahan

    tubuhnya. Selanjutnya Sporozoitakanmasuk ke sel hati, di hati sporozoit yang telah matang

    menjadiskizon yang akan pecah dan melepaskan jaringanmerozoit. Merozoitakan memasuki

    aliran darah dan menginfeksi eritrosit (sel darah merah) untuk memulai siklus

    eritrositer(siklus melalui aliran sel darah merah). Merozoit dalam sel darah merahakan

    mengalami perubahan morfologi (bentuk fisik) yaitu merozoit berubah ke dalam bentuk

    cincin menjadi trofozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari.

    Di antara merozoit-merozoittersebut akan ada yang berkembang membentukgametosituntuk

    kembali memulai siklus seksual (perkembangbiakan kawin) menjadi mikrogametjantan dan

    mikrogamet betina. Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah dan menimbulkan pada gejala

    pada tubuh. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit

    yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual

    pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.

    21

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    22/56

    Masa inkubasi (fase berkembangnya parasit dalam tubuh manusia) malaria berkisar antara 7-

    30 hari tergantung spesiesnya.P. falciparum memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P.

    ovale 8-14 hari, sedangkanP. malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat

    memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan yang diberikan.

    Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain melalui

    berbagai hal berikut diantaranya :

    1. Bawaan lahir dari ibu ke anak karena infeksi pada sawar plasenta.

    2. Melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering

    bertukar jarum secara tidak steril.

    Melalui transfusi darah. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa melalui metode ini, hanya

    akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang

    memerlukan siklus hati.

    LABORATORIUM

    Anemia pada malaria dapat terjadi akut maupun kronik, pada keadan akut terjadi penurunan

    yang cepat dari Hb. Penyebab anemia pada malaria adalah pengrusakan eritrosit oleh parasit,

    penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh proses imunologis.

    Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, tetapi bila

    parasitemia menghilang, sumsum tulang menjadi hiperemik, pigmentasi aktif dengan

    hyperplasia dari normoblast. Pada darah tepi dapat dijumpai poikilositosis, anisositosis,

    polikromasia dan bintik-bintik basofilik yang menyerupai anemia pernisioasa. Juga dapat

    dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses koagulasi.

    Pada malaria tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat menurun yang disebabkanpeningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya koagulasi intravskuler.

    Terjadi ikterus ringan dengan peningkatan bilirubin indirek yang lebih banyak dan tes fungsi

    hati yang abnormal seperti meningkatnya transaminase, tes flokulasi sefalin positif, kadar

    glukosa dan fosfatase alkali menurun. Plasma protein menurun terutama albumin, walupun

    globulin meningkat. Perubahan ini tidak hanya disebabkan oleh demam semata melainkan

    juga karena meningkatkan fungsi hati. Hipokolesterolemia juga dapat terjadi pada malaria.

    Glukosa penting untuk respirasi dari plasmodia dan peningkatan glukosa darah dijumpai pada

    22

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    23/56

    malaria tropika dan tertiana, mungkin berhubungan dengan kelenjar suprarenalis. Kalium

    dalam plasma meningkat pada waktu demam, mungkin karena destruksi dari sel-sel darah

    merah. LED meningkat pada malaria namun kembali normal setelah diberi pengobatan.

    Diagnosis Banding Penyakit dengan Gejala Demam

    Bila tubuh mengalami gangguan fisik atau psikis, seringkali dikeluhkan gejala demam yang

    di identikkan dengan istilah panas badan. Dalam dunia medis demam disebut juga fever

    atau febris. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme

    penyakit yang masuk kedalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat diatas 37,5

    derajat Celsius. Kondisi ini bisa diukur dengan termometer di daerah oral ( mulut ), axilla

    ( ketiak ) atau dubur ( rectal).

    Setiap penyakit yang disebabkan oleh invasi bakteri atau virus pada umumnya

    menimbulkan gejala demam pada tubuh kita. Dalam kondisi iklim pancaroba dan perubahan

    kualitas lingkungan pemukiman ada beberapa jenis penyakit yang mempunyai gejala demam

    yang hampir mirip sehingga perlu ditegakkan diagnosis pasti dengan bantuan pemeriksaan

    penujang laboratorium.

    Berikut ini 5 diagnosis banding penyakit dengan gejala demam :

    1. Demam Berdarah. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda perdarahan seperti:

    petekie (bintik merah pada kulit), epistaksis (mimisan), atau berak darah (melena).

    Hasil pemeriksaan laboratorium: jumlah trombosit menurun (trombositopenia), kadar

    hematokrit meningkat (hemokonsentrasi), hasil tes serologis positif antigen virus

    dengue.

    2. Demam Chikungunya. Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri otot, sakit

    kepala seperti rasa tegang, Dengan pemeriksaan serologis (tes darah) akan diketahui

    antigen penyebabnya dari strain golongan virus chikungunya

    3. Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2 hari, sakit

    kepala,dan gangguan saluran pernafasan lainnya seperti sesak nafas, hidung

    tersumbat, sakit menelan. Dari hasil pemeriksaan darah hanya ada sedikit peningkatan

    jumlah leukosit (sel darah putih), kriteris darah lengkap lainnya umumnya dalam

    batas normal.

    23

    http://www.sobatsehat.com/2009/12/07/kenali-10-gejala-gejala-penyakit-demam-berdarah/http://www.sobatsehat.com/2010/04/01/mengenal-penyakit-chikungunya-pencegahan-dan-pengobatanya/http://www.sobatsehat.com/2010/04/01/mengenal-penyakit-chikungunya-pencegahan-dan-pengobatanya/http://www.sobatsehat.com/2009/12/07/kenali-10-gejala-gejala-penyakit-demam-berdarah/
  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    24/56

    4. Demam Malaria. Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut, disertai keluhan

    nyeri

    kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan berkeringat dingin. Pemeriksaan darah

    lengkap khususnya tes darah tepi menunjukkan hasil positif terhadap salah satu

    parasit plasmodium yang menginfeksi.

    5. Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah, diare, dan

    gangguan pencernaan lainnya. Melalui tes darah Widal, diketahui titer antigen

    penyebab yakni Salmonella typhosa atau paratyphosa akan menunjukkan tanda

    peningkatan postitif.

    DIAGNOSIS

    Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal

    penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat

    pengobatan kuratip maupun preventip.

    a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

    Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting

    untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak

    mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative

    maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat

    dilakukan melalui :

    a. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria

    karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat

    khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk

    memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit(diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative

    bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak

    ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah

    parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit

    dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

    b. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila

    dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung

    24

    http://www.sobatsehat.com/2010/03/24/mengenal-penyakit-malaria-plasmodium-gejala-penularan-dan-pencegahannya/http://www.sobatsehat.com/2010/03/24/mengenal-penyakit-malaria-plasmodium-gejala-penularan-dan-pencegahannya/
  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    25/56

    parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit

    per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang

    berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan

    dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan juga Romanowsky.

    Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan

    pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.

    b. Tes Antigen : p-f test

    Yaitu mendeteksi antigen dariP.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat

    hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan

    alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT.

    Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara

    immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat

    mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum

    atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi

    HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

    c. Tes Serologi

    Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect

    fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap

    malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai

    alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes

    serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >

    1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes

    serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA

    test, radio-immunoassay.

    d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

    Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai

    cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun

    jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai

    sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

    KOMPLIKASI

    25

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    26/56

    Komplikasi malaria umumnya disebabkan karenaP.falciparum dan sering disebutpernicious

    manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi

    pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi

    terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan

    kasus yang fatal.

    Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang

    menurut WHO didefinisikan sebagai infeksiP.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi

    sebagai berikut :

    1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30

    menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan

    penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan

    keadaan klinis soporous.

    2. Acidemia/acidosis ; PH darah respiratory distress.

    3. Anemia berat (Hb 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus

    dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.

    4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg

    BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.

    5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).

    6. Hipoglikemi : gula darah

    7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik 10 C:8).

    8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan

    laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler

    9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam

    10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti

    malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)

    11.Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh

    kapiler pada jaringan otak.

    PENGOBATAN

    Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :

    1.kuinin (kina)

    2.mepakrin

    26

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    27/56

    3.klorokuin, amodiakuin

    4.proguanil, klorproguanil

    5.Primakuin

    6.pirimetamin

    7.sulfon dan sulfonamide

    8.kuinolin methanol

    9.antibiotic

    Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap obatantimalaria, maka obat antimalaria dapat juga dibagi dalam 5 golongan yaitu :

    o Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium praeritrositik

    dalam hati sehingga mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai

    obat profilaksis kausal. Obatnya adalah proguanil, pirimetamin.

    o Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus eksoeritrositikP. vivax

    dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps,obatnya adala primakuin.

    o Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang berhubungan

    dengan penyakit akut disertai gejala klinik. Obat ini digunakan untuk pengobatan

    supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium

    gametositP. vivax, P. malariae danP. ovale, tetapi tidak efektif untuk gametosit P.

    falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin; atau proguanil dan

    pirimetamin yang mempunyai efek terbatas.

    o Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit P.

    falcifarum. Obatnya adalah primakuin sebagai gametositosida untuk keempat spesies

    dan kuinin, klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untukP. vivax, P.

    malariae danP. ovale.

    o Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk

    membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamukAnopheles. Obat obat yangtermasuk golongan ini adalah primakuin dan proguanil.

    27

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    28/56

    Tindakan Umum pada penderita malaria berat (tindakan perawatan di ICU).

    1. Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, respirasi, kebutuhan cairan dan nutrisi.

    2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur.

    3. Hati-hati kompikasi : kateterisasi, defekasi, edema paru karena over hidrasi.

    4. Monitoring : temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap jam. Perhatikan timbulnya ikterus

    dan perdarahan.

    5. Monitoring : ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot.

    6. Baringkan/posisi tidur sesuai dengan kebutuhan.

    7. Sirkulasi : hipotensi posisi Trendenlenburgs, perhatikan warna dan temperatur kulit.

    8. Cegah hiperpireksi :

    o Tidak pernah memakai botol panas/selimut listrik

    o Kompres air/air es/akohol

    o

    Kipas dengan kipas angin/kertas

    o Baju yang tipis/terbuka

    o Cairan cukup

    9. Pemberian cairan : oral, sonde, infus, maksimal 1500 ml.

    Cairan masuk diukur jumlah per 24 jam

    Cairan keluar diukur per 24 jam

    Kurang cairan akan memperberat fungsi ginjal

    Kelebihan cairan menyebabkan edema paru

    10. Diet : porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat, dan garam.

    11. Perhatikan kebersihan mulut

    12. Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik kateterisasi

    28

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    29/56

    13. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan

    14. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain/gas lembab.

    15. Perawatan anak :

    Hati-hati aspirasi, hisap lendir sesering mungkin

    Letakkan posisi kepala sedikit rendah

    Posisi dirubah cukup sering

    Pemberian cairan dan obat harus hati-hati

    2. Plasmodium

    Plasmodium merupakan genusprotozoaparasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus

    ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini senantiasa mempunyai dua inang dalam siklus

    hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies

    menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan

    hewan pengerat.

    TAKSONOMI

    Kerajaan : Protista

    Filum : Apicomplexa

    Kelas : Aconoidasida

    Ordo : Haemosporida

    Famili : Plasmodidae

    Genus :Plasmodium

    SPESIES

    1. Plasmodium vivax

    2. Plasmodium malariae

    3. Plasmodium ovale

    29

    http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoahttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nyamukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Vertebrahttp://id.wikipedia.org/wiki/Protozoahttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nyamukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Vertebra
  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    30/56

    4. Plasmodium falciparum

    SIKLUS HIDUP PARASIT

    Daur Hidup Parasit Malaria Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)

    Fase jaringan.

    Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam

    kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk

    melalui mulut penusuk yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk

    dalam peredaran darah dan setelah jam sampai 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak

    30

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    31/56

    yang dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati dan

    berkembangbiak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri

    berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong,

    menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai oleh pembelahan

    sitoplasma yang mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit

    berinti satu dengan ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi

    tidak ada reaksi di sekitar jaringan hati. Fase ini berlangsung beberapa waktu,

    tergantung dari spesies parasit malaria.

    Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di

    peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di aliran darah hati

    tetapi beberapa difagositosis. PadaP. vivax danP. ovale sebagian sporozoit menjadihipnozozit setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun) menjadi aktif

    kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap

    sebagai penyebab timbulnya relaps jangka panjang (long term relapse) atau rekurens

    (recurrence). P. falciparum dan P. malariae tidak mempunyai fase eritrositik;

    relapsnya disebabkan oleh poliferasi stadium eritrositik dan dikenal sebagai

    rekrudensi ( short term relapse). Rekrudensi yang panjang kadang-kadang dijumpai

    pada P. malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalamsirkulasi mikrokapiler jaringan. Kenyataan berikut ini menunjang bahwa rekurens

    (long term relapse) tidak ada pada infeksi P. malariae: 1) infeksi P.malariae dapat

    disembuhkan dengan obat skizontosida darah saja; 2) tidak pernah ditemukan skizon

    eksoeritrosit dalam hati manusia atau simpanse setelah siklus praeritrositik; dan 3)

    parasit menetap dalam darah untuk jangka waktu panjang yang dapat dibuktikan pada

    beberapa kasus malaria transfusi.

    TABEL SKIZOGONI JARINGAN PADA MALARIA

    Spesies Fase praeritrosit Besar skizon Jumlah merozoit

    P. vivax 6-8 hari 45 mikron 10.000

    P. falciparum 5 - 7 hari 60 mikron 40.000

    P.malariae 12- 16 hari 45 mikron 2.000

    P. ovale 9 hari 70 mikron 15.000

    31

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    32/56

    Fase aseksual dalam darah

    Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalamdarah tepi disebut masa pra-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa

    tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit malaria.

    Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang eritrosit. Invasi

    merozoit tergantung pada interaksi reseptor pada eritrosit, glikoforin (suatu antigen

    glikoprotein) dan merozoit sendiri. Sisi anterior merozoit melekat pada membran

    eritrosit, kemudian membran merozoit menebal dan bergabung dengan membran

    plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi (penyerangan ke dalam suatu sel),

    membentuk vakuol dengan parasit berada di dalamnya. Pada saat merozoit masuk,

    selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini berlangsung selama

    kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat, kecil; beberapa

    diantaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti

    berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran, maka

    parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi

    tidak teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Parasit mencerna hemoglobin dalam

    eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin).

    Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir

    berwarna kuning tengguli hingga tengguli hitam yang makin jelas pada stadium

    lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembangbiak secara aseksual melalui

    proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah diri menjadi

    sejumlah inti yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma

    untuk membentuk skizon. Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil,

    terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit. Setelah proses skizogoni

    selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi).

    Kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara

    yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung secara berulang-ulang selama

    infeksi dan menimbulkan parasitemia (parasit yang dapat dideteksi di dalam darah)

    yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respon imun hospes.

    Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit,

    yaitu menjadi lebih besar, pucat dan bertitik-titik pada P. vivax. Perubahan ini khas

    32

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    33/56

    untuk spesies parasit. Periodisitas skizogoni berbeda-beda, tergantung dari spesiesnya.

    Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung 48 jam padaP. vivax danP. ovale, kurang

    dari 48 jam padaP. falciparum dan 72 jam padaP. malariae. Pada stadium permulaan

    infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broods) parasit yang tumbuh pada saat

    yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidak menunjukkan periodisitas yang khas.

    Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam memberi

    gambaran tersian atau kuartan.

    Fase seksual dalam darah.

    Setelah 2 atau 3 generasi (3 15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoittumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis).

    Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk

    yang berbeda pada berbagai spesies: pada P. falciparum bentuknya seperti

    sabit/pisang bila sudah matang; pada spesies lain bentuknya bulat. Pada semua spesies

    Plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina (makrogametosit) mempunyai

    sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit jantan

    (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besardan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.

    Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)

    a. Eksflagelasi.

    Bila nyamuk Anopheles betina mengisap darah hospes manusia yang

    mengandung parasit malaria, parasitaseksual dicernakan bersama dengan eritrosit,

    tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4

    sampai 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan

    ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar dan

    kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung beberapa

    menit pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan darah

    basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet;

    makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina

    33

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    34/56

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    35/56

    Eritrosit yang dihinggapiMuda &

    normosit

    Retikulosit &

    Normosit

    Retikulosit &

    Normosit mudaNormosit

    Titik-titik eritrosit Maurer Schuffner Schuffner

    (James)Ziemann

    Pigmen HitamKuning

    tengguliTengguli

    Tengguli

    hitamJumlah merozoit eritrosit 8024 12-18 8-10 8Daur dalam nyamuk pada

    27 C10 hari 8-9 hari 12-14 hari 20-28 hari

    Pembesaran eritrosit - ++ + -

    1. Plasmodium vivax

    Hospes dan Nama Penyakit

    35

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    36/56

    Manusia merupakan hospes perantara parasit ini, sedangkan hospes definitifnya

    adalah nyamuk Anopheles betina.Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivax

    yang juga disebut malaria tersiana.

    Distribusi Geografik

    P.vivax ditemukan di daerah subtropik, seperti Korea Selatan, Cina, Mediterania

    Timur, Turki, beberapa Negara Eropa pada waktu musim panas, Amerika Selatan dan Utara.

    Didaerah tropik dapat ditemukan di Asia Timur (Cina, daerah Mekong) dan Selatan (Srilanka

    dan India), Indonesia, Filipina serta di wilayah Pasifik seperti Papua Nuigini, kepulauan

    Solomon dan Vanuatu. Di Afrika terutama Afrika Barat dan Utara, spesies ini jarang

    ditemukan. Di Indonesia P.vivax diseluruh kepulauan dan pada musim kering umumnya di

    daerah endemi mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies yang lain.

    Morfologi dan Daur Hidup

    Dengan tusukan nyamuk Anopheles betina sporozoit masuk melalui kulit ke

    peredaran darah perifer manusia, setelah kurang lebih jam sporozoit masuk dalam sel hati

    dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Skizon hati berukuran 45

    mikron dan membentuk 10.000 merozoit. Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau

    daur eksoeritrosit primer yang berkembang secara aseksual dan prosesnya disebut skizogoni

    hati.

    Hipnozoit tetap beristirahat dalam sel hati selama beberapa waktu sampai aktif

    kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder. Merozoit dari skizon hati masuk ke

    peredaran dan menginfeksi eritrosit untuk mulai dengan daur eritrosit (skizogoni darah).

    Merozoit hati pada eritrosit tumbuh menjadi trozoit muda yang berbentuk cincin, besarnya

    1/3 eritrosit. Sitoplasmanya berwarna biru, inti merah, mempunyai vakuola yang besar.

    Eritrosit muda atau retikulosit yang dihinggapi parasit P.vivax ukurannya lebih besar dari

    eritrosit lainnya, berwarna pucat, tampak titik halus berwarna merah, yang bentuk dan

    besarnya sama disebut titik Schuffner. Kemudian trofozoit muda menjadi trofozoit stadium

    lanjut (trofozoit tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasmanya tampak berbentuk ameboid.

    Pigmen parasit menjadi makin nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari

    daur eritrosit mengandung 12-16 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen

    berkumpul di bagian tengah atau pinggir. Daur eritrosit padaP.vivax berlangsung 48 jam dan

    terjadi secara sinkron. Walaupun demikian, dalam darah tepi dapat ditemukan semua stadium

    parasit, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniform.

    36

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    37/56

    Sebagian merozoit tumbuh menjadi trofozoit yang dapat membentuk sel kelamin,

    yaitu makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong,

    mengisi hampir seluruh eritrosit dan masih tampak titik Schuffner disekitarnya.

    Makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti kecil, padat

    dan berwarna merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat,

    biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butir-

    butir pigmen, baik pada makrogametosit maupun mikrogametosit, jelas dan tersebar pada

    sitoplasma.

    Dalam nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama 16 hari

    pada suhu 200C dan 8-9 hari pada suhu 270C. Dibawah ini 150 perkembangbiakan secara

    seksual tidak mungkin berlangsung.

    Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30-40 butir pigmen berwarna kuning

    tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.

    Patologi dan Gejala Klinis

    Masa tunas intrinsik biasanya berlangsung 12-17 hari, tetapi pada beberapa strain

    P.vivax dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama dimulai dengan

    sindrom prodromal: sakit kepala, nyeri punggung, mual dan malaise umum. Pada relaps

    sindrom prodomal ringan atau tidak ada. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama,kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu

    meninggi kemudian turun menjadi normal. Kurva demam pada permulaan penyakit tidak

    teratur, disebabkan beberapa kelompok parasit yang masing-masing mempunyai sporulasi

    tersendiri, hingga demam tidak teratur. Kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu

    dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam terjadi pada siang atau sore hari dan mulai

    jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat

    mencapai 40,60 (1050) atau lebih. Mual dan muntah ,pusing, mengantuk atau gejala lain

    akibat iritasi serebral dapat terjadi tetapi hanya berlangsung sementara. Anemia pada

    serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat, tetapi pada malaria menahun menjadi

    lebih jelas . Trombositopenia sering ditemukan dan jumlah trombosit meningkat setelah

    pemberian obat antimalaria.

    Malaria vivax yang berat pernah dilaporkan di Uni Soviet, India, Pakistan, Turki,

    Afganistan dan Irak. Komplikasi dapat berupa gangguan pernafasan sampai acute respiratory

    distress syndrome, gagal ginjal, ikterus, anemia berat, rupture limpa, kejang yang disertai

    gangguan kesadaran. Pada penderita ini,P.vivax sebagai penyebab dibuktikan dengan teknik

    37

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    38/56

    PCR. P. falciparum tidak ditemukan baik dengan pemeriksaan konvensional, rapid test

    ataupun PCR. Walaupun jarang terjadi, komplikasi umumnya ditemukan pada orang

    nonimun, sehingga pada kelompok tertentu malaria vivax dapat membahayakan jiwa

    penderitanya, selain kelemahan yang disebabkan oleh relapsnya.

    Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai

    teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun limpa menjadi sangat besar, keras dan

    kenyal. kecil (misalnya pada suatu kecelakaan) dapat menyebabkan rupture limpa, tetapi hal

    ini jarang terjadi.

    Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit P. vivax sedikit dalam peredaran

    darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah banyak. Suatu

    serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa minggu dengan

    serangan demam yang berulang. Demam lama kelamaan berkurang dan dapat menghilang

    sendiri tanpa pengobatan karena sistem imun penderita.

    Selanjutnya, setelah periode tertentu (beberapa minggu-beberapa bulan), dapat terjadi

    relaps yang disebabkan oleh hipnozoit yang menjadi aktif kembali. Berdasarkan periode

    terjadinya relaps,P.vivax dibagi atas tropical strain dan temperate strain. Plasmodium vivax

    tropical strain akan relaps dalamjangka waktu yang pendek (setelah 35 hari) dan frekuensi

    terjadinya relaps lebih sering dibandingkan temperate strain. Hal ini dapat ditemukan pada

    infeksi P vivax di Indonesia yang tidak diobati secara radikal. Sebaliknya pada temperate

    strain yang ditemukan di Korea Selatan, Madagaskar, Eropa dan Rusia, relaps terjadi 6-10

    bulan setelah permulaan infeksi.

    Diagnosis

    Diagnosis malaria vivax ditetapkan dengan menemukan parasit P.vivax pada sediaan

    darah yang dipulas dengan Giemsa. Dengan rapid test dapat terlihat garis positif baik sebagai

    pan-LDH dan atau Pv-LDH. Rapid test sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan

    mikroskopik untuk menghindarifalse negative.

    Prognosis.

    Prognosis malaria vivax biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi

    pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria

    vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung

    lebih lama, terutama karena relapsnya.

    38

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    39/56

    2. Plasmodium malariae

    Nama Penyakit

    P.malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana, karena serangan

    demam berulang pada tiap hari keempat.

    Distribusi Geografik

    Penyakit malaria kuartana dapat ditemukan di daerah tropik, tetapi frekuensinya

    cenderung rendah. Di Afrika terutama ditemukan di bagian barat dan utara, sedangkan diIndonesia dilaporkan di Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (termasuk Timor Leste) dan

    Sumatra Selatan.

    Morfologi dan Daur Hidup

    Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit

    P.malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles membuktikan

    stadium praeritrosit P. malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang merupakan

    hospes reservoar yang potensial.

    39

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    40/56

    Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang,

    merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi. Plasmodium malariae hanya akan menginfeksi sel

    darah merah tua dan siklus eritrosit aseksual dimulai dengan periodisitas 72 jam. Stadium

    trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda banyak dengan P.vivax, meskipun

    sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan Giemsa tampak lebih gelap. Sel darah merah

    yang dihinggapi P.malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah merah

    dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua bila membulat

    besarnya kira-kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit dapat

    melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk pita, yaitu bentuk yang khas pada

    P.malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya besar,kasar dan berwarna gelap. Skizon muda

    membagi intinya dan akhirnya terbentuk skizon matang yang mengandung raat-rata 6 buah

    merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai

    susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau disebut juga rosette.

    Derajat parasitemia pada malaria kurtan lebih rendah daripada malaria yang disebabkan

    oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang melampaui 10.000 parasit per

    l darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya berlangsung sinkron dengan

    stadium parasit di dalam darah. Gametosit P.malariae dibentuk di darah perifer.

    Mikrogameosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua berinti kecil dan padat,

    mikrogametosit, sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan lebih besar. Pigmen

    tersebar pada sitoplasma.

    Daur sporogoni dalam nyamukAnopheles memerlukan waktu 26-28 hari. Pigmen di

    dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.

    Patologi dan Gejala Klinis

    Masa inkubasi pada infeksiP malariae berlangsung 18 hari dan kadang-kadang sampai

    30-40 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivax. Serangan demam

    lebih teratur dan terjadi pada sore hari. ParasitP.malariae cenderung menghinggapi eritrosit

    yang lebih tua yang jumlahnya hanya 1% dari total eritrosit.

    Akibatnya, anemia kurang jelas di bandingkan malaria vivax dan penyulit lain agak

    jarang. Splenomegali dapat mencapai ukuran yang besar. Parasitemia asimtomatik tidak

    jarang dan nenjadi masalah pada donor darah untuk tranfusi.

    P.malariae merupakan salah satu P. plasmodium yang dapat menyebabkan kelainan

    ginjal, selain P. falciparum. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh P. malariae biasanya

    bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk. Nefrosis

    40

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    41/56

    pada malaria kuartana sering terdapat pada anak di Afrika dan sangat jarang terjadi pada

    orang non-imun yang terinfeksi P. malariae. Gejala klinis bersifat non spesifik, biasanya

    ditemukan pada anak berumur 5 tahun. Proteinuria dapat ditemukan pada 46% penderita.

    Mikrohematuria hanya kadang-kadang ditemukan pada kelompok anak dengan usia yang

    lebih tua. Sindrom nefrotik dapat berkembang menjadi berat dengan hipertensi sebagai gejala

    akhir. Kadar kolesterol tidak meningkat karena penderita biasanya kurang gizi. Penyakit ini

    bersifat progresif, walaupun infeksi malarianya dapat diatasi. Sindrom nefrotik ini setelah 3-5

    tahun akan berakhir menjadi gagal ginjal kronik. Pemberian steroid tidak dianjurkan pada

    penderita sindroma nefrotik yang disebabkan P. malariae. Pada uji imunofluoresensi dapat

    ditemukan IgG (terutama IgC3), IgM,C3 dan antigen malaria pada 25%-35% penderita di

    endotel kapiler glomerulus. Pemeriksaan biopsy terlihat lesi mula-mula bersifat fokal yang

    dapat berakhir dengan sklerosis glomerulus yang fokal atau segmental. Pada sebagian besar

    kasus, kelainan ini dalam waktu singkat menjadi difus dan progresif sehingga menyebabkan

    sklerosis yang menyeluruh pada glomerulus ginjal.

    Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam peredaran darah tepi pada waktu yang

    bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira-kira 1% sel darah merah yang diinfeksi.

    Mekanisme rekurens pada malaria malariae oleh parasit dari daur eritrosit yang menjadi

    banyak, stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan di dalam badan. Parasit ini dilindungi

    oleh sistem pertahanan kekebalan selular dan humoral manusia. Faktor evasi yaitu parasit

    dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis, di samping itu bertahannya

    parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus menerus berubah dan menyebabkan

    rekurens.

    Diagnosis

    Diagnosis P .malariae dapat dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang

    dipulas dengan Giemsa.

    Hitung parasit pada P. malariae rendah, hingga memerlukan ketelitian untuk

    menemukan parasit ini. Seringkali parasit P.malariae ditemukan dalam sediaan darah tipis

    secara tidak sengaja,pada penderita tanpa gejala.

    Pemeriksaan dengan rapid testtidak selalu memperlihatkan hubungan antara pemeriksaan

    mikroskopik dengan enzim pan-LDH, mungkin disebabkan rendahnya P .malariae dalam

    darah.

    41

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    42/56

    Prognosis

    Tanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama dan rekurens

    pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.

    Epidemiologi

    Frekuensi malaria malariae di Indonesia sangat rendah hingga tidak merupakan

    masalah kesehatan masyarakat.

    3. Plasmodium ovale

    Nama Penyakit

    Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut malaria ovale.

    Distribusi Geografik

    P. ovale terutama terdapat di daerah tropik Afrika bagian Barat, Pasifik Barat dan di

    beberapa bagian lain di dunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah Selatan

    Biak di Irian Jaya dan di Pulau Timor.

    42

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    43/56

    Morfologi dan Daur Hidup

    MorfologiP. ovale mempunyai persamaan denganP.malariae tetapi perubahan pada

    eritrosit yang dihinggapi parasit miripP. vivax . Trofozoit muda berukuran kira-kira 2 mikron

    (1/3 eritrosit). Titik Schuffner (disebut juga titik James) terbentuk sangat dini dan tampakjelas. Stadium trofozoit berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar

    tetapi tidak sekasar pigmen P. malariae . Pada stadium ini eritrosit agak membesar dan

    sebagian besar berbentuk lonjong (oval) dan pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu

    ujungnya dengan titik Schuffner yang menjadi lebih banyak.

    Stadium Praeritrosit mempunyai periode prapaten 9 hari, skizon hati besarnya 70

    mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual pada P.

    ovale hampir sama dengan P. vivax dan berlangsung 50 jam. Stadium skizon berbentuk bulat

    dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit yang letaknya teratur di tepi mengelilingi

    granula pigmen yang berkelompok di tengah.

    Stadium gametosit betina (makrogametosit) bentuknya bulat mempunyai inti kecil,

    kompak dan sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan (mikrogametosi) mempunyai inti

    difus, sitoplasma berwarna pucat kemerah-merahan, berbentuk bulat. Pigmen dalam ookista

    berwarna coklat/tengguli tua dan granulanya mirip dengan yang tampak pada P.malariae.

    Siklus sporogoni dalam nyamukAnopheles memerlukan waktu 12-14 hari pada suhu 27 C

    Patologi dan Gejala Klinis

    Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivax. Serangannya sama hebat tetapi

    penyembuhannya sering secara spontan dan relapnya jarang. Parasit sering tetap berada

    dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen. P.ovale

    baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campurP. ovale sering terdapat

    pada orang yang tinggal di daerah tropik Afrika yang endemic malaria.

    Diagnosis

    Diagnosis malaria ovale dilakukan dengan menemukan parasitP.ovale dalam sediaan

    darah yang dipulas dengan Giemsa.

    Prognosis

    Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

    Epidemiologi

    43

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    44/56

    Malaria ovale di Indonesia tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena

    frekuensinya sangat rendah dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Di Pulau Owi, Irian

    Jaya, Flores dan Timor, parasit ini secara kebetulan ditemukan pada waktu di daerah tersebut

    dilakukan survei malaria.

    4. Plasmodium falciparum

    Nama penyakit

    P. falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria tropika.

    Distribusi geografik

    P.falciparum ditemukan di daerah tropik, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di

    Indonesia parasit ini tersebar di seluruh kepulauan.

    Morfologi dan daur hidup

    P. falciparum merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang

    ditimbulkannya dapat menjadi berat. Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut

    fase praeritrosit saja; tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps seperti pada

    infeksiP.vivax danP.ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.

    44

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    45/56

    Stadium dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran + 30

    mikron pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah merozoit pada skizon matang (matur) kira-

    kira 40.000 buah. Dalam darah bentuk cincin stadium trofozoit muda P.falciparum sangat

    kecil dan halus dengan ukuran kira-kira seperenam diameter eritrosit. Pada bentuk cincin

    dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering

    ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multiple).

    Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat

    juga ditemukan dalam eritrosit yang terinfeksi spesies Plasmodium lain tetapi sifat ini lebih

    sering ditemukan pada P.falciparum. Hal ini penting untuk membantu diagnosis spesies.

    Bentuk cincin P.falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan

    kadang-kadang hampir setengah diameter eritrosit dan mungkin dapat disangka P.malariae.

    Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan dasar

    aseksual berikut pada umumnya tidak berlangsung dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat

    (pernisiosa). Adanya skizon muda dan skizon matangP.falciparum dalam sediaan darah tepi

    berarti keadaan infeksi berat, sehingga merupakan indikasi untuk tindakan pengobatan cepat.

    Stadium skizon muda P.falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh adanya satu atau dua

    butir pigmen yang menggumpal. Pada spesies parasit lain terdapat 20 atau lebih butir pigmen

    pada stadium skizon yang lebih tua.

    Bentuk cincin dan trofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan

    tertahan di kapiler alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang, di

    tempat ini parasit berkembang lebih lanjut. Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler

    berkembang biak secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan mengisi kira-kira dua

    pertiga eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit, dengan jumlah rata-rata 16 buah

    merozoit. Skizon matang P.falciparum lebih kecil daripada skizon matang parasit matang

    yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari spesies lainnya, kadang-

    kadang melebihi 500.000/L darah. Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dikapiler alat dalam sehingga gejala klinis malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian

    besar kasus berat dan fatal disebabkan eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan

    menyumbat kapiler.

    Eritrosit yang mengandung trofosoit tua dan skizon mempunyai titik-titik kasar yang

    tampak jelas (titik Maurer) tersebar pada dua pertiga bagian eritrosit.

    Pembentukan gametosit juga berlangsung di kapiler alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium muda dapat ditemukan di daerah tepi. Gametosit muda mempunyai bentuk

    45

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    46/56

    agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai

    bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagi gametosit matang. Gametosit untuk pertama kali

    tampak di daerah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni; biasanya 10 hari

    setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosit betina atau makrogametosit

    biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantan atau mikrogametosit dan

    sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan Romanowsky/Giemsa. Intinya lebih kecil dan padat,

    berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametosit berbentuk

    lebih lebar seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya

    berwarna merah muda, besar dan tidak padat; butir-butir pigmen tersebar di sitoplasma

    sekitar inti. Jumlah gametosit pada infeksi P.falciparum berbeda-beda, kadang-kadang

    sampai 50.000-150.000 / L darah; jumlah ini tidak pernah dicapai oleh spesies Plasmodium

    lain pada manusia.

    Walaupun skizogoni eritrosit pada P.falciparum selesai dalam kurun waktu 48 jam

    dan periodisitasnya khas tersiana, sering kali terdapat dua atau lebih kelompok parasit,

    dengan sporulasi yang tidak sinkron, sehingga periodisitas gejala menjadi tidak teratur,

    terutama pada permulaan serangan malaria. Siklus seksual P.falciparum dalam nyamuk

    umumya sama seperti Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 200 C; 15

    sampai 17 hari pada suhu 250

    C dan 10 sampai 11 hari pada suhu 250

    -280

    C. Pigmen padaookista berwarna agak hitam dan butir-butirnya relatif besar, membentuk pola pada kista

    sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil di pusat

    atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari kedelapan pigmen tidak tampak, kecuali beberapa

    butir masih dapat dilihat.

    Patologi dan Gejala Klinis

    Masa tunas intrinsik malaria falsiparum berlangsung 9-14 hari. Penyakitnya mulaidengan nyeri kepala, punggung, perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam

    mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini

    tergantung dari anamnesis riwayat bepergian ke daerah endemic malaria.

    Penyakit berlangsung terus, nyeri kepala, punggung lebih hebat dan keadaan umum

    memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mental confusion).

    Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan periodisitas yang jelas. Keringat keluar banyak

    walaupun demamnya tidak tinggi. Nadi dan napas menjadi cepat. Mual, muntah dan diare

    46

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    47/56

    menjadi lebih hebat, kadang-kadang batuk oleh karena kelainan paru. Limpa membesar dan

    lembek pada perabaan. Hati membesar dan tampak ikterus ringan. Kadang-kadang dalam urin

    ditemukan albumin dan torak hialin atau torak granular. Ada anemia ringan dan leukopenia

    dengan monositosis serta trombositopenia. Bila stadium dini penyakit dapat didiagnosis dan

    diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Sebaliknya bila tidak segera ditangani,

    penderita dapat jatuh ke malaria berat.

    Penderita malaria falciparum berat biasanya datang dalam keadaan kebingungan atau

    mengantuk dalam keadaannya sangat lemah (tidak dapat duduk atau berdiri). Pada

    pemeriksaan darah ditemukan P.falciparum stadium aseksual (trofozoit dan/atau skizon)dan

    penyebab yang lain (infeksi bakteri atau virus) disingkirkan. Selain itu, dapat ditemukan satu

    atau lebih keadaan di bawah ini:

    Malaria otak dengan koma

    Anemia normositik berat

    Gagal ginjal akut

    Asidosis metabolic dengan gangguan pernapasan

    Hipoglikemia

    Edema paru akut

    Syok dan sepsis

    Perdarahan abnormal

    Kejang umum yang berulang

    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

    Haemoglobinuria

    Demam tinggi

    Hiperparasitemia

    47

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    48/56

    Mortalitas malaria berat masih cukup tinggi, yaitu 20-50% dan hal ini tergantung

    umur penderita, status imun, asal infeksi, fasilitas kesehatan serta kecepatan menegakkan

    diagnosis dan pengobatan. Prognosis penderita malaria falsiparum berat akan jauh lebih baik

    bila penderita sudah ditangani dalam 48 jam sejak masuk ke stadium malaria berat.

    Diagnosis

    Diagnosis malaria falsiparum dapat dibuat dengan menemukan parasit stadium

    trofozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan darah

    tepi. Sediaan darah tebal jauh lebih sensitif daripada sediaan darah tipis pada infeksi dengan

    jumlah parasitemia rendah. Secara umum, semakin tinggi jumlah parasit dalam darah tipis,

    semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya malaria berat. Hal ini terutama ditemukan pada

    penderita non-imun. Malaria berat dapat juga terjadi dengan parasit yang rendah dalam darah

    tepi. Walaupun sangat jarang, dapat juga ditemukan penderita tanpa parasitemia dalam darah

    tepi, tetapi pada autopsi terbukti adanya parasit dalam berbagai kapiler alat dalam.

    Data Epidemiologi

    Sekitar 49,7 % populasi atau 107.785.000 dari 217.328.000 penduduk Indonesia

    hidup di daerah yang beresiko menjadi tempat penyebaran penyakit malaria. Malaria masihmenjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, semua provinsi di Indonesia punya area

    yang beresiko tinggi menjadi daerah jangkitan penyakit malaria. Usai menerima bantuan obat

    antimalaria dari pemerintah Republik Rakyat China (RRC), hampir 70 % atau 309 dari 441

    kabupaten/kota di Indonesia punya area yang beresiko menjadi daerah penularan malaria.

    Masih ditemukan 300 ribu hingga 400 ribu kasus positif malaria setiap tahun.

    Data Departemen Kesehatan menunjukkan tahun 2007 jumlah populasi beresikoterjangkit malaria diperkirakan sebanyak 116 juta orang sementara jumlah kasus malaria

    klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus (Annual Malaria Incidence/AMI=15,3/1000

    penduduk). Dari jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan sebanyak 930 ribu diantaranya

    terjangkau pemeriksaan darah (cakupan pemeriksaan darah 52,4 %) dan jumlah kasus positif

    malaria sebanyak 311.790 kasus (Annual Parasite Incidence/API=2,6 per mil). Sementara

    angka temuan kasus positif malaria selama 2006 dilaporkan sebanyak 340.400 kasus.

    48

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    49/56

    Untuk mengendalikan vektor penular penyakit malaria, pemerintah melakukan

    manajemen vektor terpadu yang meliputi upaya pemberantasan nyamuk penular dengan

    berbagai metode dan memberikan bantuan kelambu berpestisida kepada masyarakat yang

    tinggal di daerah endemis malaria. Penyuluhan mengenai cara penularan malaria serta upaya

    pencegahan dan penanggulangannya, juga dilakukan secara berlanjut untuk meningkatkan

    partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit malaria. Penanggulangan

    malaria selanjutnya juga dilakukan dengan menyediakan obat anti-malaria, kelambu dan obat

    penyucihama di fasilitas kesehatan yang berada di daerah endemis malaria. Berbagai upaya

    juga dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat di daerah endemis terhadap sarana

    kesehatan dan tenaga kesehatan.

    Salah satu daerah epidemis yang diperoleh adalah Provinsi Jambi. 11 Kabupaten/Kota

    di Provinsi Jambi daerah endemisitas malaria dari 424 Kabupaten/Kota indemik malaria di

    Indonesia. Daerah ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu endemis tinggi (Kabupaten

    Batanghari), edemisitas menengah (Kabupaten Muaro Jambi, Tebo, Bungo, Merangin dan

    Kabupaten Sarolangun), sedangkan yang endemisitasnya rendah (Kabupaten Tanjungjabung

    Barat, Tanjungjabung Timur, Kerinci, Kota Sungai Penuh dan Kota Jambi). Kasus malaria di

    Jambi dalam kurun waktu tahun 2002-2008 jumlah penderita malaria di Jambi selalu

    berpluktuasi, dan dalam tiga terakhir dimana pada tahun 2006 ada 56.137 penderita atau(21,07 %), tahun 2007 menurun menjadi 47.510 penderita atau (17,02%, kemudian pada

    tahun 2008 kembali naik menjadi 52.927 penderita atau (18,63 %), dari data ini kemungkinan

    besar di lapangan bisa lebih tinggi lagi, karena yang terdata ini adalah yang mendapatkan

    pelayanan kesehatan di sarana-sarana kesehatan pemerintah.

    Kemudian pemerintah Provinsi Jambi juga berupaya untuk menemukan aktif

    penderita di daerah-daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan, mensurvei masyarakat

    di desa daerah indemis tinggi untuk melihat dan mengobati pada penderita yang dinyakanpositif, pemenegakkan diagnosis malaria melalui pemeriksaan mikroskopis yang bertujuan

    untuk memastikan penderita benar-benar menderita malaria, sehingga pengobatannya bisa

    cepat dan tepat, karena selama ini setiap orang yang mengalami demam tinggi, menggigil,

    yang berulang lantas diberikan obat malaria dan diberikan obat malaria, ternyata yang

    bersangkutan tidak menderita malaria tetapi menderita demam berdarah atau yang lainnya.

    3. Obat-obat Malaria

    OBAT-OBAT MALARIA

    49

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    50/56

    SEJARAH

    Obat tertua untuk mengobati demam malaria adalah kulit pohon kina dan alkaloida

    yang dikandungnya. Baru pada tahun 1932 ditemukan obat yang sama khasiatnya, yaitumepakrin, yang terutama banyak digunakan selama Perang Dunia ke-II sewaktu tentara

    Sekutu tidak menerima kinin lagi dari Indonesia.

    Pada tahun 1944, klorokuin yang leih ringan efek sampingnya, menggantikan

    mepakrin yang agak toksis, juga lebih cepat efek kuratifnya. Pada tahun 1946 diintroduksi

    proguanil sebagai obat yang tidak hanya aktif terhadap bentuk darah (trofozoit) sebagaimana

    ketiga obat yang terdahulu, melainkan juga terhadap bentuk hati, khusunya untuk bentuk EE

    primer dari Plasmodium falciparum. Primakuin yang ditemukan pada tahun 1948 terutama

    berkhasiat kuat terhadap bentuk EE dariPlasmodium vivax atau ovale.

    Dengan demikian proguanil dan primakuin sangat ampuh sebagai obat pencegah

    malaria. Kemudian dipasarkan pula derivat klorokuin yaitu amodiakuin (1950), pirimetamin

    (1952), meflokuin (1981) dan halofantrin (1985). Pada tahun 1990, WHO telah mengeluarkan

    amodiakuin dari obat-obatan terapi malaria, karena dilaporkan timbulnya efek samping serius

    pada penggunaan profilaksis.

    Artemeter (1991) adalah suatu derivat semisintesis dari artemisin yang terdapat dalam

    tumbuhan Cina qinghaosu (nama Latin Artemisia annua). Obat tradisional ini sudah sejak

    tahun 1970-an banyak digunakan dengan sukses di Cina Selatan (Hainan) dan Thailand

    terhadap Plasmodium falciparum (malaria otak) yang multiresisten. Efeknya lebih cepat

    daripada kinin dan obat-obatan lain dengan efek samping ringan.

    Pyronaridin adalah obat eksperimentil terbaru yang sangat efektif terhadap

    Plasmodium falciparum multiresisten. Derivat akridin ini berasal dari Cina dan telah

    dibuktikan efektivitasnya pada malaria, begitu pula di Kamerun. Harganya juga lebih murah

    daripada halofantrin hingga layak digunakan di negara-negara miskin, walaupun sering

    menimbulkan gangguan lambung.

    MEKANISME KERJA

    Klorokuin mencegah dimakannya hemoglobin (zat warna darah merah) oleh parasit,

    sehingga timbul kekurangan asam amino esensial untuk sintesa DNA dari parasit.

    Meflokuin diperkirakan sama mekanisme kerjanya dengan klorokuin.

    50

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    51/56

    Kinin dan artemeter menghambat sintesa protein dengan jalam membentuk kompleks

    dengan DNA parasit, disamping merintangi banyak system enzimnya.

    Proguanil dan Pirimethamin adalah antagonis folat yang merintangi enzim yang

    mengubah asam folat menjadi asam folinat sehingga sintesis DNA/RNA terganggu. Trimetropim adalah derivat pirimethamin yang berkhasiat lebih kuat terhadap enzim

    bakteri daripada enzim Plasmodium. Oleh karenanya senyawa ini tidak digunakan pada

    malaria, tetapi sebagai obat antibakteri. Contohnya: Kotrimoksazol.

    Primakuin juga dapat mengikat DNA dan diperkirakan dalam tubuh nyamuk dirombak

    menjadi metabolit yang bersifat oksidan dan lebih aktif terhadap parasit.

    PENGGOLONGAN

    Berdasarkan titik kerjanya dalam tubuh (eritrosit atau hati), obat malaria dapat

    dikelompokkan

    sebagai berikut:

    a. Obat Schizontizid Darah.

    Kinin, klorokuin, halofantrin, meflokuin, pirimetamin+sulfadoxin, atovaquon+proguanil,

    dan artemeter.

    Obat-obat diatas berkhasiat mematikan bentuk darah (schizont) dan digunakan pada

    serangan demam, juga untuk pencegahan (kecuali halofantrin). Senyawa ini tidak

    menghalangi infeksi eritrosit, namun menekan timbulnya gejala klinis (profilaksis

    supresif).

    b. Obat Schizontizid Hati.

    Proguanil, primakuin, dan doksisiklin.

    Obat-obat diatas khusus digunakan sebagai profilaksis kausal karena memusnahkan

    bentuk EE (merozoit dan hipnozoit) dalam sel parenkim hati. Obat ini menghindari

    penetrasi ke dalam eritrosit dan demikian menghalangi serangan.

    Penggolongan lain bertolak dari titik kerja obat pada siklus hidup parasit serta tujuan

    terapi yang dikehendaki, terdiri dari empat kelompok berikut:

    a. Obat Pencegah (profilaktika kausal).

    Proguanil dan pirimetamin.

    51

  • 8/6/2019 Kelompok 3 skenario E

    52/56

    Berkhasiat terhadap bentuk EE primer dalam hati dari Plasmodium falciparum dan

    Plasmodium vivax sedangkan Plasmodium malariae hanya peka untuk sebagian.

    Primakuin juga aktif terhadap bentuk ini, tetapi terlalu toksis untu digunakan dalam jangka

    waktu lama sebagai obat pencegah.

    b. Obat Penyembuh atau Pencegah Demam (Kurativa atau Supressiva).

    Berkhasiat terhadap siklus darah, mematikan tropozoit serta schizont (schizontisid) dan

    dengan demikian menghentikan atau pencegah gejala klinis. Kinin bekerja lambat,

    artemeter dan klorokuin cepat dan kuat, maka banyak digunakan sebagai obat pencegah.

    Tetapi, berhubung meningkatnya resistensi terhadap klorokuin, obat ini telah terdesak oleh

    meflokuin yang di Amerika Serikat dianggap sebagai obat malaria paling unggul dan

    aman. Lagipula meflokuin ampuh terhadap malaria tropika tanpa komplikasi. Namun pada

    tahun-tahun terakhir dilaporkan efek samping seperti depresi, sukar tidur, mimpi buruk,

    dan hilangnya konsentrasi. Selain itu wanita hamil tidak boleh meminumn