kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam

30
Sumber dan Dalil Hukum Islam Disepakati Ulama Diperselisihkan Qiyas Al-Quran Sunnah Ijma’ Saddus Zari’ah ‘Uruf Istishab Istihsan Maslahah Mursalah Mazhab Shahabi Syar’u Man Qablana Sumber Hukum Dalil Hukum

Upload: tri-agustuti

Post on 16-Aug-2015

89 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Sumber dan Dalil Hukum Islam

Disepakati Ulama Diperselisihkan

Qiyas

Al-Quran

Sunnah

Ijma’ Saddus Zari’ah

‘Uruf

Istishab

Istihsan

Maslahah Mursalah

Mazhab Shahabi

Syar’u Man Qablana

SumberHukum

DalilHukum

Pengertian IjmaPengertian Ijma’’

Secara Etimologi

Kesepakatan/konsensus

Bermaksud/berniat untukMelaksanakan sesuatu

Yusuf12

به ذهبوا غيابة أجمعوا فلما في يجعلوه أن الجب

و أمرمكم فأجمعوا شركاءكم

Yunus71

Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya

ke dasar sumut

Bulatkanlah niat/keputusanmu dan kumpulkan sekutu2mu

Pengertian IjmaPengertian Ijma’’ secara terminologi secara terminologi

المجتهد جميع العصور يناتفاق من عصر في المسلمين منصلعم الله رسول وفاة بعد

شرعي حكم على

Kesepakatan semua mujtahid dari ummat MuhammadPada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah

terhadap suatu hukum syara’

Muhammad Abu Zahroh menambahkan di akhir definisi itu kata“yang bersifat amaliyah”

Simpulan dari Definisi :Simpulan dari Definisi :

Yang bersepakat adalah para Ulama MujtahidYang bersepakat adalah seluruh mujtahidPara Mujtahid harus Ummat Muhammad SawDilakukan setelah wafatnya Nabi SawKesepakatan itu berkaitan dengan hukum

syari’at.

Syarat-syarat IjmaSyarat-syarat Ijma’’

1. Yang terlibat dlm pembahasan hukumnya, semua mujtahid, Jika ada yang tidak setuju, maka hasilnya bukan ijma’

2. Semua Mujtahid hidup di masa tersebut dari seluruh dunia

3. Kesepakatan itu terwujud setelah masing-masing Mengemukakan pendapatnya

4. Hukum yang disepakati adalah hukum syara yang tidak ada hukumnya dalam Al-Quran

5. Sandaran hukum ijma’ tersebut adalah Al-Quran dan atau hadits Rasulullah

Syarat-Syarat IjmaSyarat-Syarat Ijma’…’…..lanjutan ..lanjutan

6. Kesepakataan itu muncul dari para mujtahid yang adil (berpendirian kuat terhadap agamanya)

7. Para mujtahid adalah mereka yang berusaha menghindarkanDiri dari ucapan dannperbuatan yang bid’ah

Semua syarat ini disepakati Ulama

Syarat IjmaSyarat Ijma’’ (yang diperselisihkan) (yang diperselisihkan)

1. Para Mujtahid itu adalah para sahabat

2. Para Mujtahid kerabat Rasulullah

3. Mujtahid itu adalah ulama Madinah

Tingkatan Ijma’

Sharih (jelas) Sukuti (Diam)

Semuaulama secara

jelas mengemukakan

pendapatnya

Sebagian Ulama diam

AtasPendapatMujtahid

lain

Macam-Macam IjmaMacam-Macam Ijma’’ dan dan TingkatannyaTingkatannya

Ijma’ Sharih, kesepakatan para mujtahid, baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap suatu masalah hukum yang dikemukaan dalam sidang ijma’ setelah masing-masing mujtahid mengemukakan pendapatnya terhadap masalah yang dibahas.

Ijma’ ini bisa dijadikan hujjah dan statusnya bersifat qath’iy (pasti)

IjmaIjma’’ Sukuti Sukuti

Kesepakatan mujtahid pada satu masa tentang hukum suatu masalah dan tersebar luas, tetapi sebagian mujtahid lainnya diam saja tentang masalah itu.

Kehujjahan IjmaKehujjahan Ijma’’ Jumhur Ulama Ushul Fiqh berpendapat : “apabila rukun ijma’ telah terpenuhi, maka ijma’

tersebut menjadi hujjah yang qath’iy, wajib diamalkan dan tidak boleh mengingkarinya, bahkan orang yang mengingkarinya diangap kafir

Masalah hukum yang telah disepakati dgn ijma’, tidak boleh lagi menjadi pembahasan ulama generasi berikutnya, dan karena itu pendapat yang berbeda dengan ijma’ tersebut tidak bisa membatalkan ijma’ yang telah terjadi. Alasan ketidakbolehan tersebut, dikarenakan hukum yang telah ditetapkan secara ijma’ bersifat qath’iy dan menempati urutan ketiga setelah Al-Quran,

Contoh Ijma’Contoh Ijma’ Ijma’ ulama tentang kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, haji bagi yang

mampu. Ijma’ Ulama tentang keharaman riba, judi dan maysir, makan babi, bangkai

dan darah. Ijma’ Ulama tentang kehalalan jual beli, kebolehan mudharabah, musyarakah,

wadi’ah, ijarah, dll. Ijma’ Ulama memilih Abu Bakar sebagai Khalifah I Ijma’ Ulama tentang larangan menjual makanan yang belum diterima Ijma’ Ulama tentang keharaman bay kali bi kali Ijmak Ulama tentang keharaman riba fadhal Ijmak Ulama tentang keharaman bay’ ma’dum Ijma’ Ulama tentang keharaman wanita muslimah kawin dengan lelaki non

muslim Bagaimana kedudukan Fatwa DSN yang merupakan reprsentasi dri seluruh

Ulama Indonesia

Menurut Al-Amidy, para ulama sepakat mengenai Menurut Al-Amidy, para ulama sepakat mengenai Ijma’ sebagai hujjah yang wajib diamalkan.Ijma’ sebagai hujjah yang wajib diamalkan.

Tetapi, Ibrahim Ibnu Siyar Al-Nazzam (tokoh Muktazilah), Khawarij dan Syi’ah berpendapat, “Ijma’ tidak bisa dijadikan hujjah. Menurut mereka Ijma’ seperti yang digambarkan Jumhur tidak mungkin terjadi, karena sulit mempertemukan seluruh ulama yang tersebar di berbagai belahan dunia. Selain itu masing-masing daerah mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda.

Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena pembuat hukuma adalah Imam yang mereka anggap ma’shum.(terhindar dari dosa)

Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum terjadinya aperpecahan politik di kalangan sahabat.

Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena pembuat hukum adalah Imam yang mereka anggap ma’shum.(terhindar dari dosa)

Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum terjadinya aperpecahan politik di kalangan sahabat.

Alasan Jumhur mengenai Ijma’Alasan Jumhur mengenai Ijma’

An-Nisak : 59 4ول س5 الر6 ِط7يع5وا

4 و4أ الله4 ِط7يع5وا4 أ 5وا ء4ام4ُن 6ِذ7ين4 ال ;ه4ا ي

4 4اأ ي7ل4ى ِإ ُّد;وه5 ف4ر5 ى?ء< ش4 ف7ي 5م? ع?ت 4اَز4 4ُن ت 7ن ف4ِإ 5م? م7ُنك م?ر7

4 ?َأل ا و?ل7ى5 و4أ

ر7 ِخ74 ?َأل ا 7 4و?ِم ?ي و4ال 7الله7 ب 5ون4 5ْؤ?م7ُن ت 5م? 5ُنت ك 7ن ِإ ول7 س5 و4الر6 الله7

F و7يًال? 4أ ت ن5 4ح?س4 و4أ ?ر55 ي ِخ4 7َك4 ذ4ل

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kamu.

Menurut jumhur, ulil amri bersifat umum mencakup

1.Pemimpin agama (mujtahid & pemberi

fatwa) 2. Pemimpin negara dan perangkatnya

Ibnu Abbas, “Ulil Amri=ulama”

An-Nisak 4:115 }4ر? غ4ي 7ع? 6ب 4ت و4ي ?ه5د4ى ال 4ه5 ل 6ن4 4ي 4ب م4ات 4ع?د7 ب م7ن س5ول4 الر6 اِق7ِق7 5َش4 ي و4م4ن

ا Fم4ص7ير آء4ْت? و4س4 6م4 ج4ه4ُن 7ه7 5ص?ل و4ُن 4و4ل6ى م4ات Pه7 5و4ل ُن 7ين4 ?م5ْؤ?م7ُن ال 7يِل7 ب س4 “Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas

kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasaianya itu dan Kami masukkan ke dalam Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat”

Menurut Al-Ghazali, Surah an-Nisa’ ayat 115, menunjukkan bahwa Allah menjadikan orang-orang yang tidak mengikuti cara-cara yang ditempuh umat Islam sebagai orang yang menentang Allah dan RasulNya, dan orang yang menentang Allah dan Rasulnya itu hukumnya haram.

Alasan dari hadits : الخطأ على تجتمع ال أمتى

Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap yang salah (H.R.At.Tarmizy)

ضًاللة على أمتى تجتمع ال Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan

فأعطاُنيها ضًاللة على أمتى تجتمع أال الله سألت و Saya mohon kepada Allah agar umatku tidak sepakat

melakukan kesesatan, lalu Allah mengabulkannya ((H.R.Ahamad dan Thabrani)

Menurut Abdul Wahab Khallaf : bahwa suatu hukum yang telah disepakati seluruh mujtahid sebenarnya merupakan hukum umat Islam seluruhnya. Apabila seluruh umat telah sepakat, maka tidak ada alasan menolaknya.

Rangkuman pendapat UlamaRangkuman pendapat Ulamatentang Ijmatentang Ijma’’ Sukuti Sukuti

Pendapat UlamaTtg Ijma’ Sukuti

Al-Juba’iyDari

Muktazilah

JumhurHanafiyah &

Ahmad

Malikiyah,Syafi’iyah

Al-Baqilani

Ijma’ sukuti bukan ijma,

Tdk bisaMenjadihujjah

Al-Amidi,Al-KharkhiIbnu Hajib

Bisa dijadikanHujjah

Yang Qath’iy

Ijma’ sukutibukan ijma’.tapi bisa jadi

hujjahYang zhanniy

Bisa jadi ijma’,Jika ulama-

ulamamasa itu

belum wafat

Pendapat Ulama ttg IjmaPendapat Ulama ttg Ijma’’ Sukuti Sukuti Malikiyah, Syafi’iyah dan Abu Bakar Al-Baqillani,

berpendapat, ijma’ sukuti bukanlah ijma’ dan tidak dapat dijadikan hujjah.

Pendapat itu sejalan dengan Al-Amidi, Ibnu Hajib, Al-Karkhi, Mereka berpendapat,ijma’ sukuti tidak bisa dikatakan ijma’, tetapi dapat dikatakan hujjah yang statusnya zhanniy.

Mayoritas ulama Hanafiyah Imam Ahmad : Ijma’ sukuti bisa dijadikan hujjah yang qath’iy.

Al-Juba’iy (dari Muktazilah), ijma’ sukuti bisa dikatakan ijma’ apabila semua mujtahid yang hidup di masa itu telah habis (meninggal semua), karena mungkin saja mujtahid (yang diam) dalam persoalan itu membantah hukum tsb.

Alasan Hanafi dan Hanabilah hanya melalui akal (logika).

1. Diamnya para ulama, setelah mengetahui hukum hasil ijtihad para ulama, adalah setelah mempelajari dan menganalisa hasil ijtihad itu dari berbagai segi.Para ulama ushul menyatakan :

Diam saja ketika suatu penjelasan diperlukan, dianggap sebagai penjelasan

2.Adalah tidak dapat diterima (tidak layak) jika para ahli fatwa diam saja ketika ada mendengar fatwa ulama lain.

Jumhur ulama yang menolak kehujjahan ijma’ sukuti mengatakan bahwa rukun dan syarat ijma’ adalah kesepakatn seluruh mujtahid yang hidup di zaman terjadinya ijma’ tersebut, dan masing-masing mereka terlibat membicarakan hukum yang ditetapkan. Sedangkan ijma’ sukuti merupakan pendapat pribadi yang disebarluaskan, sementara mujtahid lainya diam saja. Diamnya mujtahid tidak bisa dianggap sebagai suatu persetejuan. Maka status ijma’ sukuti hanyalah zhanniy.

Kemungkinan terjadinya IjmaKemungkinan terjadinya Ijma’’

Mayoritas Ulama,”Tidaklah sulit untuk melakukan ijma’, bahkan secara aktual ijma’ telah ada. Mereka mencontohkan pembagian waris bagi nenek sebesar 1/6 dari harta warisan dan larangan menjual makanan yang belum ada di tangan penjual, Tidak sahnya perempuan muslim menikah dengan pria non-muslim.

Tetapi Ulama : Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Siapa yang mengklaimadanya ijma’, dia sesunguhnya telah berdusta, karena mungkin saja ada mujtahid yang tidak setuju, karena itu sangat sulit mengetahui adanya ijma’ tersebut.

Ulama kontemporer (M.Abu Zahroh, A.Wahhab Khallaf dan Khudery Beik,”Ijma’ yang mungkin terjadi hanyalah di masa sahabat, adapun ijma’ di masa sesudahnya tidak mungkin terjadi, karena luasnya wilayah Islam dan tidak mungkin mengumpulkan seluruh ulama pada satu tempat

Bagaimana di era Bagaimana di era Globalisasi ?Globalisasi ?Dunia seperti Dunia seperti

Desa Kecil Desa Kecil karena teknologi karena teknologi

komunikasi & komunikasi & transportasi ?transportasi ?Mungkinkah Mungkinkah

terjaditerjadiijma’????ijma’????

Ijma’ Ulama tentang keharaman Ijma’ Ulama tentang keharaman Bunga BankBunga Bank

Prof.Dr. M Umer Chapra, “Ahli Ekonomi Islam dunia juga telah Ijma’ tentang keharaman Bunga Bank” (The Future of Islamic Economics)

Menurut penelitian Prof.Dr.M.Akram Khan Ahli Ekonomi Islam (Ulama yang pakar Ekonomi) telah Ijma’ tentang keharaman bunga bank. (The Massage of the Quran)

Prof.Dr.Dr.Yusuf Qardhawi menulis :

“Sebanyak 300 ulama dan pakar ekonomi dunia

telah ijma’ tentang keharaman bunga bank

Mereka terdiri dari ahli fikih ahli ekonomi dan keuangan dunia

Tak seorang pun yang membantahnya

Saya benar-benar menyaksikan, bahwa

para ahli ekonomi Islam,

Justru lebih bersemangat dari ahli fikih sendiri”

Pernyataan Al-Qardhawi tentang Ijma’ tersebut telah dikutip oleh Prof.Dr.Muhammad Ali Ash-Shobuni

dalam buku Jarimat ar-Riba

Pakar Ekonomi Islam DuniaPakar Ekonomi Islam Dunia Prof.Dr.Muhammad Abdul Mannan,MA Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ashiddiqy Prof.Dr.Masudul Alam Choudhury Prof.Dr.M.Umer Chapra SEMUA MEREKA Prof.Dr. Monzer Kahf SEPAKAT MENGHARAMKAN Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad BUNGA BANK Prof.Dr. Kursyid Ahmad Prof.Dr.M.Akram Khan Prof. Dr M.Sudin Harun Prof.Dr. Muhammad Muslehuddin Prof.Dr.Yusuf Qardhawi Prof.Dr.Afzalur Rahman Prof.Dr. Mustaq Ahmad Prof.Hasanuz Zaman Prof.Anwar Iqbal Quresyi Dll (masih banyak lagi)

1. Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,2. Prof.Dr.Muhammad Abdul Mannan,MA, 3.Prof.Dr.M.Umer Chapra, 4. Prof.Dr.Masudul Alam

Khudary, 5. Prof.Dr. Monzer Kahf, 6. Prof.Dr. M.Akram Khan, 7. Prof.Dr.Kursyid Ahmad, 8.Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad, 9. Prof.Dr.

Muhammad Muslehuddin, 10.Prof.Dr. Afzalur Rahman, 11. Prof.Dr. Munawar Iqbal Quraisy, 12. Prof.Dr.Hasanuz Zaman, 13. Prof.

Dr.M.Sudin Haroen, 14. M.Fahim Khan,.15. Prof.Dr.Volker Ninhaus, 16. Dr.Mustaq Ahmad. 17. Dr.Abbas Mirakhor, 18. Ausaf Ahmad, 19. Rauf

Ahmed Azhar, 20. Syed Nawab haidar Naqvi, 21. Baqir al-Sadr, 22. Ahmad Najjar, 23. Ahmad Shalah Janjum (Pakistan), 24. Muhammad

Ahmad Sakr, 25 .Kadim Al-Sadr, 26. Abdul Hadi Ghanameh, 27. Manzoor Ali, 28. Dr.Ali Ahmad Rusydi, 29. Dr.Muhammad Ariff, 30. Dr. Zubeir Hasan, 31.Prof.Dr Muhammad Iqbal Anjum, 32. Prof.Dr.Mazhar Islam,

33. Dr. Fariruddin Ahmad, 34. Dr.Syahadat Husein 35.Dr.Badruddin (Oman) 36. Dr.Mabid Ali Al-Jarhi, 37. Prof.Dr.Anas Zarqa, 38. Dr.Muhammad Uzei,

40. Dr.F.R Faridi, 41. Dr.Mahmud Abu Su’ud. 42. Dr.Ijaz Shafi Ghilani, 43. Dr.Sahabuddin Zain,

44. Mukhtar M.Metwally, 45. Dr.Hasan Abu Rukba, 46. Muhammad Hameedullah, 47. B.S Sharraf

48. Dr. Zubair Hasan, 49. Skharur Rafi Khan, 50. Prof. Dr. Mahmud Ahmad,