kel 4 penisiln n sefalosforin

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Sumber Antibiotik (L. anti= lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat tersebut, yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk kelompok ini; begitu pula senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika. Pada tahun 1928 di London, fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillum notatum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin semisintetik. Penisislin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintetis dari inti penisilin yaitu asam 6-aminopenisilanat (6-APA), sebagai bahan dasar untuk penisilin semisintetik, 6-APA dapat pula diperoleh dengan memecah rantai samping. Para peneliti di dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Akan tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin Page 1

Upload: dyah-putri-ayu-dinastyar

Post on 11-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

antibiotik

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah dan Sumber

Antibiotik (L. anti= lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi

dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat tersebut, yang dibuat secara

semi-sintetis, termasuk kelompok ini; begitu pula senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri

lazimnya disebut antibiotika.

Pada tahun 1928 di London, fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang

satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillum notatum untuk

penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih

banyak.

Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin

semisintetik. Penisislin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin

alam atau dengan cara sintetis dari inti penisilin yaitu asam 6-aminopenisilanat (6-APA), sebagai

bahan dasar untuk penisilin semisintetik, 6-APA dapat pula diperoleh dengan memecah rantai

samping.

Para peneliti di dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Akan

tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat

digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin (1944), kloramfenikol

(1947), tetrasiklin (1948), eritromisin (1952), rifampisin (1960), bleomisin (1965) dan

doksorubisin (1969), minosiklin (1972), dan tobramisin (1974).

1.2 Mekanisme Kerja

Cara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga kuman musnah

atau tidak berkembang lagi, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan

linkomisin. Selain itu beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan

sefalosporin) atau membrane sel (polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol).

Page 1

Page 2: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

Dinding sel bakteri adalah struktur yang kompleks dan berfungsi terutama sebagai

selubung untuk melindungi protoplasma dam memberikan bentuk karakteristik bakteri.

Komposisi struktur polimer dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan bakteri Gram

negative.

Peptidoglikan merupakan makromolekul penting untuk kehidupan bakteri, yang

terdapat pada dinding sel bakteri gram positif dan Gram negatif . Peptidoglikan mempunyai

peran penting dalam memelihara keutuhan dinding dan bentuk sel karena mempunyai kisi-kisi

struktur melintang dan berhubungan sangat erat. Dinding sel bakteri gram positif dan gram

negatif hanya terdiri dari 1-2 lapisan. Penghambatan biosintesis peptidoglikan menyebabkan

hilangnya kekuatan dan kekakuan dinding sel sehingga sel mengalami kematian. Kekuatan dan

kekakuan peptidoglikan disebabkan oleh rangka dasar struktur, ditulangpunggungi oleh rantai

oligosakarida yang dihubungkan bersama-sama melalui rantai cabang peptide pendek. Rantai

glikan mengandung residu yang dapat dipergantikan yaitu N-asetilglukosamin dan asam N-

asetilmuramat. Residu muramil diganti dengan rantai peptide yang mengandung residu

pengganti, yaitu L dan D asam-asam amino. Rangkaian asam amino dari salah satu peptide

adalah L-alanin-D-asam glutamat-L-alanin-D-alanin.

Antibiotik tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak

memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari proses tuan-

rumah.

1.3 Aktivitasnya

Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dengan satuan berat (mg), kecuali zat-zat yang

belum dapat diperoleh 100% murni yang terdiri dari campuran beberapa zat. Misalnya,

polimiksin B, basitrasin, dan nistatin, yang aktivitasnya selalu dinyatakan dengan Satuan

internasional (I.U). Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin, yakni prokain- dan benzatin-

penisilin.

1.4 Penggunaan

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga

untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaksis juga diberikan pada

pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.

Page 2

Page 3: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

Penggunaan penting non-terapeutis adalah sebagai stimulans pertumbuhan dalam

peternakan sapi, babi, dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan pada tahun 1940-an,

tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja

setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman- kuman “buruk” yang merugikan

dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik.

Pertumbuhan dapat distimulasi dengan rata-rata 10%. Yang digunakan adalah terutama

makrolida dan glikopeptida dalam makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat sampai

lebih dari 3 kali daripada penggunaannya sebagai obat manusia.

Page 3

Page 4: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

BAB II

ISI

PENISILIN

Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum dari berbagai macam jenis yang

dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja. Benzilpenisilin (pen-G)

ternyata paling aktif. Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephalorium acremonium yang berasal

dari Sicilia (1943). Kedua kelompok antibiotika ini memiliki rumus bangun serupa, keduanya

memiliki cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. Jika cincin ini

dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase atau sefalosporinase), maka zat

menjadi inaktif. Pada umumnya penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin dan tidak

sefalosforin, kebalikannya berlaku untuk sefalosporinase.

Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai

samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam yang dapat mengikat

berbagai jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut

diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya penisilin G, radikalnya adalah gugus benzil.

2.1 Aktivitas Antimikroba

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis

dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek

bakterisida pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan yang metabolik

tidak aktif (tidak membelah), yang disebut sebagai persisters, praktis tidak dipengaruhi oleh

penisilin kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik.

Mekanisme kerja antibiotik betalaktam dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut:

Obat bergabung dengan penicillin –binding protein (PBPs) pada kuman.

Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai

peptidoglikan terganggu.

Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.

Diantara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terhadap kuman gram positif

yang sensitif. Kelompok ampisilin, walaupun spektrum Antimikrobanya lebar, aktivitasnya

Page 4

Page 5: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

terhadap mikroba gram postif tidak sekuat penisilin G, tetapi efektif terhadap beberapa

mikroba gram-negatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.

2.2 Spektrum antimikroba

Penisilin G efektif terutama terhadap mikroba gram positif dan Spirochaeta, selain itu

beberapa mikroba gram negatif juga sangat sensitif terhadap penisilin G misalnya gonokokus

yang tidak menghasilkan penisilanase.

Diantara kokus gram positif, enterokokus yang terendah sensitifitasnya. Hampir semua

infeksi oleh staphylococcus disebabkan oleh kuman penghasil penisilanase dan karena itu harus

diobati dengan penisilin yang tahan penisilanase. Staphylococcus yang resisten terhadap

metisilin (methicilin-resistent S. aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vancomisin atau

siprofloksasin. Gonokokus yang dahulu sangat sensitive terhadap penisilin G, juga sudah banyak

yang resisten. Obat yang terpilih sekarang adalah seftriakson. Meningokokus cukup sensitive

terhadap penisilin G.

Dari kuman gram-positif , C. diphtheriase dan B. anthracis bersifat sensitif, sedangkan

clostridia dan listeria sensitifitasnya cukup memadai. Diantara kuman gram negative dan hanya

Str.moniliformis (haverrhillia) dan P. multocida yang cukup sensitif, sedangkan yang lain

(enterobactericeae) kurang atau sama sekali tidak sensitif.

Penisilin V memiliki spektrum AM yang sama dengan Penisilin G. Metisilin spektrumnya

lebih sempit daripada penisilin G, karena tidak efektif sama sekali terhadap mikroba gram

negative. Indikasinya hanya untuk mengatasi infeksi stafilokokus penghasil penisilanase.

Aktivitasnya terhadap mikroba gram- positif lainnya juga kurang dari penisilin G.

Ampisilin merupakan prototif golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi

aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang dari penisilin G. semua penisilin golongan ini

dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh kuman gram positif maupun gram negative.

Bakampisilin dan hetasilin memiliki speektrum AM yang sama dengan ampisilin, karena

dalam tubuh membebaskan ampisilin sebagai hasilhidrolisis. Perbedaan amoksisilin dari

ampisilin ialah kurangnya efektifitas terhadap sigelosis.

Yang termasuk dalam kelompok penissilin anti pseudomonas ialah golongan

karboksipenisilin (karbenisilin, natrium indanil karbenisilin dan tikarsilin), dan ureidopenisilin

(azlosilin, mezlosilin, dan piperasilin).

Page 5

Page 6: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

2.3 Resistensi

Sejak penisilin mulai digunakan, jenis mikroba yang tadinya sensitive makin banyak yang

menjadi resisten. Mekanisme resistensi terhadap penisilin ialah :

a. Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S.aureus, H. influenza,

gonokokus, dan berbagai gram negatif. Dewasa ini dikenal sekitar 50 jenis

betalaktamase. Pada umumnya kuman Gram positif mensekresi betalaktamase

ekstraseluler dalam jumlah relative besar. Kuman gram negative hanya sedikit

menghasilkan betalaktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga periplasmik

di antara membrane sitoplasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan jenis

betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetic oleh plasmid.

b. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap

obat.

c. Kuman tidak mempunyai dinding sel (mikoplasma)

d. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP

2.4 Farmakokinetik

Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (pH 2). Cairan lambung dengan pH 4 tidak

terlalu merusak penisilin. Bila dibandingkan dosis oral terhadap IM, maka untuk mendapatkan

kadar efektif dalam darah, dosis penisilin G harus 4 sampai 5 kali lebih besar daripada dosis IM.

Oleh karena itu penisilin G tidak dianjurkan untuk diberikan secara oral. Untuk memperlambat

absorbsinya penisilin G dapat diberikan dalam bentuk repository, umpamanya penisilin G

benzatin, penisilin G prokain sebagai suspense dalam air atau minyak.

Jumlah ampisilin dan senyawa sejenisnya yang diabsorbsi pada pemberian oral

dipengaruhi oleh besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan dosis

kecil presentase yang diabsorbsi relative lebih besar. Absorbs penisilin oral tidak lebih baik

daripada penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat

proses absorbsi obat.

Absorbs amoksisilin dalam saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan

dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali

lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin, sedang masa paruh kedua obat ini hampir

Page 6

Page 7: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya penyerapan makanan di lambung,

sedangkan amoksisilin tidak.

Penisilin G terdistribusi luas dalam tubuh. Kadar yang memadai dapat tercapai dalam

hati, empedu, ginjal, usus, limfa, dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai. Distribusi

fenoksimetil penisilin, penisilin isoksazolil dan metisilin pada umumnya sama dengan penisilin G.

dengan dosis yang sama, kada puncak dalam serum tertinggi dicapai oleh diklosasilin, sedangkan

jadar tertinggi obat bebas dalam serum dicapai oleh fluklosasilin. Perbedaan nyata terlihat

antara lain adalah dalam hal pengikatan oleh proterin plasma.

Ampisilin juga didistribusi luas dalam tubuh dan pengikatanya oleh protein plasma

sekitar 20%. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi

jumlah yang diekskresi bersama tinja cukup tinggi. Pada bayi prematurdan neonatus,

pemberian ampisilin menghasilkan kadar dalam darah yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama

dalam darah.

Distribusi amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Karbenisilin pada

umumnya memperlihatkan sifat distribusi yang sama dengan penisilin lainnya termasuk

distribusi ke dalam empedu, dan dapat mencapai CSS pada meningitis.

Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh

enzim penisilinase dan amidase. Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin

betalaktam dengan kehilangan seluruh aktivitas antimikroba.

Diantara semua penisilin, hanya penisilin isoksazolil dan metisilin yang tahan terhadap

pengaruh penisilinase, sedangkan amidase dapat mempengaruhi semua penisilin tanpa

terkecuali. Untungnya tidak banyak mikroba yang dapat menghasilkan enzim amidase.

Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat dihambat

oleh probenesid. Masa paruh eleminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh probenesid

menjadi 2-3 kali lebih lama. Selain probenesid, obat lain yang dapat meningkatkan masa paruh

eleminasi penisilin dalam darah, antara lain fenilbutazon, asetosal, indometasin.

2.5 Efek Samping

Efek samping dari penisilin alam maupun sintetik dapat terjadi pada semua cara

pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara terpisah maupun bersama-

sama dan dapat muncul dalam bentuk yang ringan hingga fatal. Frekuensi kejadian efek

Page 7

Page 8: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

samping bervariasi, tergantung dari sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian

oral jarang menimbulkan reaksi efek samping dari pada parenteral.

1. Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada

golongan penisilin. Terjadinya alergi didahului oleh adanya sensitasi. Namun

mereka yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi

alergi. Diduga sensitisasi terjadi akibat pencemaran lingkungan oleh penisilin.

Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi ialah menghentikan pemberian obat

dan member terapi simtomatik dengan adrenalin. Bila perlu diberikan tambahan

antihistamin dan kortikosteroid sesuai dengan kebutuhan. Pemberian antihistamin

sebelum atau bersama-sama dengan pemberian penisilin tidak bermanfaat untuk

mencegah reaksi alergi yang berat, sebab reaksi ini diperantarai oleh berbagai zat,

termasuk histamine, serotonin, dan bradikinin.

2. Reaksi toksik dan iritasi lokal. Pada manusia penisilin umumnya tidak toksik banyak

diantara reaksi yang digolongkan sebagai efek toksik terjadi berdasarkan sifat iritatif

penisilin dalam kadar tinggi. Batas dosis tertinggi penisilin yang dapat diberikan

secara aman belum dapat dipastikan. Sejumlah orang pernah diberi penisilin G IV

40-80 juta unit perhari selama 4 minggu tanpa memperlihatkan efek samping. Pada

pasien tertentu, kandungan natrium dalam sediaan ini mungkin menyebabkan

gangguan keseimbangan elektrolit.

Suntikan IM dapat menyebabkan rasa nyeri dan reaksi peradangan steril di tempat

suntikan, sedangkan suntikan IV dapat menyebabkan flebitis atau tromboflebitis.

Iritasi saluran cerna yang terjadi pada orang tertentu dapat menyebabkan mual,

muntah, dan diare. Suntikan intratekal atau intrasisternal dapat menyebabkan

araknoiditis ataupun ensefalopati berat sampai fatal.

Efek toksik penisilin terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi grand mal

dan ini dapat ditimbulkan dengan pemberian penisilin IV dalam dosis besar. Dasar

kejadiannya diperkirakan akibat depolarisasi parsial dan peningkatan eksitabilitas

membrane neuron.

3. Perubahan biologic. Perubahan biologic oleh penisilin terjadi akibat gangguan flora

bakteri di berbagai bagian tubuh. Abses dapat terjadi pada tempat suntikan dengan

penyebab stafilokokus atau bakteri gram-negatif. Gejala pellagra terutama pada

Page 8

Page 9: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

daerah selangkang dan skrotum, mungkin berhubungan dengan flora usus yang

mengakibatkan defisiensi asam nikotinat.

4. Lain-lain. Pada pasien sfilis yang diberi penisilin dapat terjadi reaksi Jarisch-

Herxheimer yang berat. Reaksi ini diduga akibat reaksi tubuh hospes terhadap

antigen Spirochaeta.

2.6 Sediaan dan Posologi

Penisilin G (Benzil penisilin)

Biasanya digunakan secara parenteral. Sediaan terdapat dalam bentuk

penisilin G larut air dan lepas lambat untuk suntikan IM. Sediaan penisilin G

repositor adalah penisilin G prokain, penisilin G benzatin, penisilin G prokain

dengan suspense aluminium monostearat dalam minyak. Dengan sediaan lepas

lambat ini masa kerja penisilin dapat diperpanjang, karena absorpsinya dari tempat

suntikan terjadi berangsur-angsur.

Penisilin V (fenoksimetil penisilin)

Tersedia sebagai garam kalium, dalam bentuk tablet 250 mg dan 625 mg dan

sirup 125 mg/5mL.

Ampisilin

Amoksisilin

Karbenisilin

Tikarsilin

Terutama diindikasikan untuk infeksi oleh P. aeruginosa. Dapat digunakan untuk

septisemia, infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran napas, saluran kemih, dan intra

abdominal untuk terapi P. aeruginosa sistemik, dianjurkan agar tikarsilin

dikombinasikan dengan aminoglikosida, karena kombinasi ini mempunyai efek

sinergistik.

2.7 Penggunaan Klinik

Infeksi kokus Gram Positif

Infeksi Pneumokokus

Penisilin G sampai sekarang masih tetap efektif terhadap semua jenis infeksi

pneumokokus, seperti:

Page 9

Page 10: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

Pneumononia

Meningitis

Endokarditis, dan lain-lain

Infeksi Streptokokus

Yang paling sering terjadi pada manusia (95%) disebabkan oleh S. pyogenes grup

A (Streptokokus β-hemolitik), streptokokus α-hemolitik dan streptokokus

nonhemolitik. Sensitivitasnya terhadap penisilin G bervariatif, tetapi sebagian

besar strain sensitif terhadap konsentrasi yang rendah. Streptokokus anaerobik

dan enterokokus pada umumnya sukar diatasi dengan penisilin, tetapi cukup

sensitif bila penisilin digabung dengan antibiotik aminoglikosida. Ampisilin

merupakan obat terpilih terhadap S. faecalis.

Faringitis dan skarlatina

Demam rematik

Meningitis

Pneumonia

Otitis media akut dan mastoidis

Endokarditis

Infeksi Stafilokokus

Pada waktu penisilin G mulai digunakan, hasil terapi terhadap stafilokokus

sangat memuaskan. Setelah itu kegagalan terapi terus meningkat karena

meningkatnya jumlah turunan stafilokokus sebagai penisilinase.

Infeksi Kokus Gram Negatif

Infeksi Meningokokus

Penisilin G merupakan obat terpilih, karena sangat efektif tidak saja terhadap

meningitis dan meningokoksemia tetapi juga untuk arthritis supuratif dan

endokarditis akut oleh meningokokus.

Infeksi Gonokokus

Sipilis

Aktinomikosis

Infeksi Batang Gram-Positif

Klostridia

Page 10

Page 11: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

Antraks

Listeria

Erisipeloid

Infeksi Batang Gram-Negatif

Salmonella dan Shigella

Haemophilus influenza

Fuso Spirochaeta

Pasteurela

Rat-Bite Fever

Page 11

Page 12: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

BAB III

ISI

SEFALOSFORIN

3.1 Kimia dan Klasifikasi

Sefalosporin berasal dari Fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun

1948 oleh Brotzu.

Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA : 7

aminochepalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin

betalaktam. Sefalosporin resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosforinase.

Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi

berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam

dihubungkan dengan aktivitas antimikrobanya, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin

dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Sefamisin mempunyai

struktur kimia yang mirip sefalosporin, tetapi mempunyai gugus metoksi pada 7 cincin

betalaktam.

Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang

secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatanya. Dewasa sefalosporin yang

lazin digunakan dalam pengobatan telah mencapai generasi ke empat.

3.2 Aktivitas Antimikroba

Seperti halnya antibiotik betalkatam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosforin

ialah menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap

ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negative tetapi spektrum

masing-masing derivat bervariasi.

a. Sefalosporin Generasi Pertama (SG I)

In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang

terutama aktif terhadap kuman Gram positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya

Page 12

Page 13: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S.

aureus dan Streptococcus termasuk S. pyogenes, S. viridians dan S. pneumonia. Bakteri Gram

Positif yang juga sensitif ialah S. anaerob, Clostridium perfringers, Listeria monocytogenes

dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai jenis sefalosporin generasi

pertama satu dengan yang lain, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap S. aureus.

Mikroba yang resisten antara lain ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan

S. faecalis.

b. Sefalosporin Generasi Kedua (SG II)

Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan generasi

pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif; misalnya H. influenza, P. mirabilis,

E. coli, dan Klebsiella. Terhadap P. aeruginosa dan enterokokus golongan ini tidak

dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi.

Sefoksitin aktif terhadap anaerob.

c. Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)

Golongan ini umumnya kurang aktifdibandingkan dengan generasi pertama terhadap

kokus Gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobactericeae, termasuk strain

penghasil penisilinase. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P. aeruginosa.

d. Sefalosporin Generasi Keempat (SG IV)

Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefirom) mempunyai spektrum aktivitas

lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase.

Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap

generasi ketiga.

3.3 Sifat Umum

a. Farmakokinetik

Dari sifat farmakokinetiknya sefalosporin dibedakan dalam 2 golongan. Sefaleksin,

sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefrozil, sefiksim, sefpodoksim proksetil,

seftibuten, dan sefuroksim aksetil yang dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui

Page 13

Page 14: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

saluran cerna. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara IV karena menyebabkan

iritasi lokal dan nyeri pada pemberian IM.

Sefalosporin lain yang diberikan secara suntik IM atau IV. Beberapa sefalosporin

generasi ketiga misalnya sefuroksim, seftriakson, sefepim, sefotaksim, dan seftizoksim

mencapai kadar yang tinggi di cairan serebrospinal (CSS), sehingga dapat bermanfaat untuk

pengobatan meningitis purulenta. Selain itu sefalosporin juga melewati sawar darah uri,

mencapai kadar tinggi di cairan synovial dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik,

kadar sefalosporin generasi ketiga dicairan mata relatif tinggi, tetapi tidak mencapai vitreus.

Kadar sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon.

Kebanyakan sefaloporin disekresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses

sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Karena

itu dosis sefalosporin umumnya harus dikurangi pada pasien insufiensi ginjal. Probonesid

mengurangi ekskresi sefalosporin, kecuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin,

sefapirin, dan sefotaksim mengalami deasetilasi metabolit yang aktivitas antimikrobanya

lebih rendah juga diekskresi melalui ginjal.

b. Efek Samping

Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi, gejalanya mirip dengan

reaksi alergi yang ditimbulkan penisilin. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme

bronkus dan urtikaria yang terjadi. Reaksi silang umumnya terjadi pada pasien dengan

alergi penisilin berat, sedangkan pada penisilin alergi ringan atau sedang kemungkinannya

kecil. Dengan demikian pada pasien alergi penisilin berat, tidak dianjurkan penggunaan

sefalosporin atau kalau sangat diperlukan harus diawasi dengan sungguh-sungguh. Reaksi

coombs sering timbul pada penggunaan sefalosporin dosis tinggi. Depresi sumsum tulang

terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang.

Sefalosporin bersifat nefrotoksik, meskipun jauh lebih ringan dibandingkan dengan

aminoglikosida dan polimiksin. Neksrosis ginjal dapat terjadi pada pemberian sefaloridin 4

g/hari (obat ini tidak beredar di Indonesia).

Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena ekskresinya

terutama melalui empedu, sehingga mengganggu flora normal usus. Pemberian

sefamandol, moksalaktam, dan sefoperazon bersama dengan minuman beralkohol dapat

menimbulkan reaksi seperti yang ditimbulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi

Page 14

Page 15: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

pendarahan hebat karena hipoprotrombinemia, dan/atau disfungsi trombosit, khususnya

pada pemebrian moksalaktam.

3.4 Indikasi Klinik

Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak oleh

S. aureus dan S. pyogenes. Pada tindakan bedah untuk mencegah kontaminasi bakteri yang

berasal dari flora kulit, pemberian tunggal sefazolinsesaat sebelum tindakan dilakukan

merupakan terapi profilaksis dengan hasil baik. Obat ini juga sangat efektif untuk mengatasi

infeksi oleh K. pneumonia. Perlu mendapat perhatian bahwa SG I tidak dianjurkan utnuk

mengatasi infeksi sistemik yang berat.

Sefalosporin generasi II umumnya sudah digeser oleh SG III untuk mengatasi berbagai

infeksi. Sefoksitin dan sefotetan memberikan hasil yang baik untuk mengatasi berbagai infeksi

yang melibatkan bakteri Gram-negatif dan aerob, seperti pada infeksi intra-abdominal, penyakit

radang pelvis dan pada diabetic foot

Sefalosporin generasi III tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida

merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus dan

Haemophillus spesies. Seftriakson dewasa ini merupakan obat pilihan untuk semua bentuk

gonore dan infeksi berat penyakit Lyme. Sebagai bagian dari tiga kombinasi dengan vankomisin

dan ampisilin, sefotaksim digunakan untuk pengobatan meningitis pada dewasa dan anak usia

lebih dari 3 bulan. Ketiga kombinasi ini merupakan obat pilihan untuk meningitis oleh P.

aeruginosa. Untuk pengobatan pneumonia yang didapat dari masyarakan misalnya oleh

Pneumococcus atau S.aureus, sefotaksim dan seftriakson sangat efektif.

Sefalosporin generasi IV diindikasikan untuk terapi empiric infeki nosokomial yang

diantisipasi disebabkan oleh bakteri yang memproduksi betalaktamase dengan spektrum

diperluas atau mengiduksi betalaktamase-kromosomal.

Page 15

Page 16: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

BAB IV

PENUTUP

Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada

tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang

satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk

penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih

banyak.

Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin

semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin

alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin.

Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga

Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila

dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.

Aktivitas dan Mekanisme Kerja penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang

diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan

menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah.

Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh

Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).

Mekanisme kerja antimikroba sefalosforin ialah menghambat sintesis dinding sel

mikroba yaitu reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding

sel.

Sefalosporin berasal dari Fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun

1948 oleh Brotzu. Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negative tetapi

spektrum masing-masing derivat bervariasi dan indikasinya sebagai berikut :

a. Sefalosporin Generasi Pertama (SG I)

Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak.

b. Sefalosporin Generasi Kedua (SG II)

Page 16

Page 17: Kel 4 Penisiln n Sefalosforin

Sefalosporin generasi II umumnya sudah digeser oleh SG III untuk mengatasi berbagai

infeksi.

c. Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)

Sefalosporin generasi III tunggal merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh

Klebsiella, Enterobacter, Proteus dan Haemophillus spesies.

d. Sefalosporin Generasi Keempat (SG IV)

Sefalosporin generasi IV diindikasikan untuk terapi empiric infeki nosokomial.

Page 17