kel 4

35
1

Upload: astuti-nadapdap

Post on 08-Apr-2016

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 4

1

Page 2: Kel 4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-

Nya sehingga makalah “Growth Hormon” dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga

tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu kami dalam pelaksanaan penyempurnaan tugas makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial modul keempat

pada blok lima. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah berusaha sebaik

mungkin untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keseriusan sehingga

besar harapan kami di kemudian hari makalah ini bisa membantu orang-orang yang

membutuhkannya. Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,

untuk itu kami sangat menerima apabila ada kritik, saran, serta masukan yang

membangun guna perbaikan di masa yang akan datang .

Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih atas

perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik dan makalah ini menjadi

lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.

Tim Penulis

2

Page 3: Kel 4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar isi .................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................1-5

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2

1.3 Analisis Masalah...................................................................................2

1.4 Tujuan Pembelajaran ............................................................................2-3

1.5 Terminologi...........................................................................................3-5

BAB II Isi................................................................................................................6-17

2.1 Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon............................................6-7

2.2 Aksi Kelarutan Hormon………………..…..........................................7-8

2.3 Anatomi Hipofise dan Fisisologi Kelenjar Pertumbuhan……….........8-12

2.4 Fungsi GH dan Metabolisme Hormon Pertumbuhan….......................13-14

2.5 Etiologi Gigantisme…………………………….…………....……….15

2.6 Terapi dan Penanganan Gigantisme………………….…………..….15-16.

2.7 Manifestasi Oral dari Gigantisme………………………...……….....16-17

BAB III Kesimpulan ............................................................................................18

BAB IV Daftar Pustaka.........................................................................................19

3

Page 4: Kel 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ( Skenario)

Pada suatu acara arisan keluarga besar yang dilaksanakan 1 tahun sekali, ibu

Tinita datang bersama putri kesayangannya Anggun, 9 tahun. Saat foto keluarga

Anggun berbeda dengan sepupu lain yang seusianya, ia tampak tinggi besar sehingga

tampak seperti laki-laki.

Saat acara ramah-tamah, Anggun mengeluh gigi belakang kanan bawahnya terasa

sakit dan ibu Tinita pun segera membawa Anggun menuju tempat praktek dokter gigi

Mutya.

Berdasarkan pemeriksaan ekstra oral diketahui :

Keadaan umum : compos mentis

Tinggi badan : melebihi tinggi anak lain dari kelompok umur yang sama

Profil muka : cekung

Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral diketahui :

Periode mixdentition

Mobility grade 2 gigi 73

Karies media gigi 46

Prognatism mandibula

Berdasarkan hasil pengamatan drg. Mutya ia menduga kalau Anggun mengalami

gigantisme.

4

Page 5: Kel 4

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa tinggi badan Anggun melebihi tinggi badan anak lain yang

seusianya?

1.2.2 Apakah gigantisme merupakan penyakit keturunan?

1.2.3 Apakah mobility grade 2 disebabkan oleh gigantisme?

1.2.4 Apakah prognatism merupakan salah satu gejala dari gigantisme?

1.2.5 Apakah kelainan gigantisme dapat disembuhkan?

1.2.6 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gigantisme?

1.2.7 Mengapa Anggun mengeluh gigi kanan bawahnya terasa sakit?

1.2.8 Apakah gigantisme dapat berpengaruh lamanya hidup seseorang?

1.3 Analisis Masalah

1.3.1 Karena tubuh Anggun kelebihan memproduksi growth hormone

sehingga pertumbuhan tulang lebih memanjang dan cepat.

1.3.2 Gigantisme bukan merupakan suatu penyakit keturunan.

1.3.3 Tidak, karena semua gigi sulung seseorang pasti mengalami mobility.

1.3.4 Ya, karena prognatism disebabkan oleh kelebihan hormone

pertumbuhan sehingga pertumbuhan rahang bawah memanjang

kebawah dan ke depan.

1.3.5 Kelainan giganntisme tidak dapet disembuhkan, tetapi manifestasi

oralnya dapat disembuhkan.

1.3.6 Faktor hormone (khususnya Growth Hormon).

1.3.7 Karena pada gigi kanan bawahnya mengalami karies.

1.3.8 Gigantisme tidak mempengaruhi lamanya hidup / cepatnya

berlangsung kehidupan seseorang.

1.4 Tujuan Pembelajaran

1.4.1 Menjelaskan Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon (berdasarkan

struktur dan kelarutanya).

5

Page 6: Kel 4

1.4.2 Menjelaaskan Aksi Kelarutan Hormon (disertai gambar).

1.4.3 Menjelaskan Anatomi Hipofise dan Fisiologi dari Kelenjar yang

Menghasilkan Hormon Pertumbuhan (disertai Gambar dan Kurva).

1.4.4 Menjelaskan Fungsi Hormon Pertumbuhan (Metabolisme disertai

Gambar dan Skema).

1.4.5 Menjelaskan Etiologi dari Gigantisme.

1.4.6 Menjelaskan Terapi Gigantisme.

1.4.7 Menjelaskan Manifestasi Oral (gejala) Gigantisme.

1.5 Terminologi

1.5.1 Mixdentition : Gigi-geligi yang terdiri atas gigi sulung dan permanen

selama periode tanggalnya gigi sulung.

1.5.2 Mobility Grade : Dalam kedokteran gigi dikenal dengan goyangnya

gigi geligi.

Empat derajat kemungkinan kegoyangan gigi :

• grade 0 : gerakan fisiologis.

• grade 1 : kegoyangan yang meningkat tetapi kurang dari 1 mm.

6

Page 7: Kel 4

• grade 2 : Kenaikan gigi menonjol; lebih dari 1 mm.

• grade 3 : Lebih dari 1 mm pergeseran dikombinasikan dengan

perpindahan dalam arah vertikal (gigi dapat mengganggu).

( ket : gambar mobility grade)

1.5.3 Prognatism Mandibula : keadaan yang ditandai dengan penonjolan

mandibula yang mencolok.

1.5.4 Gigantisme : peningkatan abnormal pada panjang tulang panjang yang

disebabkan hipersekresi hormone pertumbuhan (GH) selama masa kanak-

kanak.

7

Page 8: Kel 4

1.5.5 Kelenjar Endokrin : Kelenjar yang menghasilkan produk (hormone) ke

dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi fungsi sel-sel pada lokasi lain di

dalam tubuh.

8

Page 9: Kel 4

BAB II

ISI

2.1 Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon

2.1.1 Definisi Hormon

Hormon adalah substansi kimia yang di sekresikan ke dalam tubuh, oleh

satu sel atau sekumpulan sel dan menghasilkan efek kontrol fisiologi sel lainnya

di dalam tubuh.

2.1.2 Klasifikasi Hormon

Berdasarkan struktur kimianya :

1. Hormon stereoid. Hormon ini memiliki struktur kimia berdasarkan pada inti

steroid , yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar tipe ini berasal dari

kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda disekresikan

oleh :

a. Korteks adrenal (kortisol dan adrenal)

b. Ovarium (esterogen dan progesteron)

c. Testis (testosteron)

d. Plasenta (esterogen dan progesteron)

2. Derivat asam amino tiroksin. Ada dua kelompok hormon yang merupakan

derivat asam amino tiroksin kedua hormon metabolik tiroid, tiroksin dan

triiodotironin, merupakan bentuk ionisasi dari derivat tiroksin dan kedua

hormon utama yang berasal dari medulla adrenal, epinephirn dan

norephrineprin, kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga merupakan

turunan dari tirosin.

9

Page 10: Kel 4

3. Protein atau peptida. Pada dasarnya semua hormon endokrin yang penting

dapat merupakan derivat protein peptida atau derivat keduanya. Hormon yang

dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan molekul protein

atau polipeptida besar; hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik dan

oksitoksin, merupakan peptida yang hanya mengandung 8 asam amino.

Insulin dan glukagon dan paratohormon merupakan polipeptida besar.

Berdasarkan Kelarutannnya :

1. Larut dalam air (Hidrofilik)

Sebagian besar amina, protein, dan hormon peptida menggunakan

reseptor membran plasma karena mereka larut dalam air, tidak berdifusi dan,

tidak bisa menembus lapisan ganda / bilayer phospolipid dari membran

plasma. Ketika hormon larut air yang dilepaskan dari kelenjar endokrin,

mereka beredar dalam darah, mencapai sel target, dan membawa pesan khusus

untuk sel tersebut. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon peptide /

protein karena terdiri dari struktur peptise. Selain itu ada amina yang

merupakan turunan dari asam amino, contohnya adalah katekolamin.

2. Larut dalam lemak (Lipofilik)

Hormon-hormon tersebut larut dalam lemak dan berdifusi dalam

pembuluh darah. Mereka juga dapat menembus membran sel karena memiliki

protein pembawa, contoh yang paling banyak adalah albumin. Contoh yang

utama dari hormon yang lipofilik adalah tiroid dan steroid. Steroid merupakan

lipid netral karena merupakan turunan dari kolestrol.

2.2 Aksi Kelarutan Hormon

1. Interaksi dengan Reseptor Intraseluler

2. Interaksi dengan Membran Plasma

10

Page 11: Kel 4

(Gambar hormon yang larut air dan larut lemak.)

2.3 Anatomi Hipofisis dan Fisiologi Kelenjar Pertumbuhan

2.3.1 Anatomi Hipofisis

11

Page 12: Kel 4

Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga tubuh

di dasar otak tepat di bawah hyphothalamus. Hipofisis ini terhubung

hipotalamus oleh tangkai penghubung tipis atau connecting stalk. Kelenjar

hipofisis ini terdiri dari lobus anterior dan posterior.

Hipofisis memiliki dua lobus yang berbeda secara anatomis anatomis

dan fisiologis, yaitu hipofisis posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis

posterior terdiri dari jaringan saraf dan karena itu disebut neurohyphophysis.

Hipofisis anterior terdiri dari kelenjar jaringan epitel dan disebut

adenohyphophysis (juga berarti "kelenjar"). Hipofisis anterior dan posterior

juga memiliki lokasi mereka yang sama.

12

Page 13: Kel 4

Terdapat tujuh hormon di lobus anterior : Thyroid-Stimulating

Hormone (TSH), Adrenokortikotropik Hormone(ACTH), dua Gonadotropin

disebut Follicle-Stimulating Hormone(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH),

Prolactin, Growth Hormone.

Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Hormon pertumbuhan (GH), atau somatotropin, berfungsi untuk

merangsang pertumbuhan sel dan replikasi dengan mempercepat laju sintesis

protein. Otot rangka dan sel kondrosit (sel tulang rawan) sangat sensitif terhadap

GH, meskipun sebenarnya hampir setiap jaringan lain merespon GH juga tetapi

sampai tingkat tertentu. Stimulasi pertumbuhan dengan GH melibatkan dua

mekanisme:

1. Mekanisme utama, yang tidak langsung. Sel hati merespon GH dengan

mensintesis dan melepaskan somatomedins (senyawa yang merangsang

pertumbuhan jaringan), atau Insulin-Growth Factors (IGFs). Hormon peptida

13

Page 14: Kel 4

ini akan mengikat reseptor pada berbagai membran plasma. Dalam serabut

otot rangka, sel tulang rawan, dan sel target lainnya, somatomedins

meningkatkan menyerapan asam amino dan penggabungan mereka akan

membentuk protein yang baru. Efek ini segera berkembang setelah GH

dilepaskan. Peran mereka sangatlah penting terutama setelah makan, karena

setelah makan darah akan mengandung konsentrasi glukosa dan asam amino

yang tinggi. Dalam istilah fungsional, sel kini dapat memperoleh ATP atau

energi dengan mudah melalui metabolisme aerobik glukosa, dan asam amino

akan lebih mudah tersedia untuk mensintesis protein. Dengan kondisi tersebut,

GH akan bertindak melalui somatomedins, dan merangsang sintesis protein

lalu terjadi pertumbuhan sel.

2. Pada mekanisme langsung, GH menjadi lebih selektif. Mereka cenderung

muncul setelah konsentrasi glukosa dan asam amino dalam darah kembali

normal. Growth hormone akan merangsang pertumbuhan pada beberapa

jaringan, seperti jaringan epitel dan jaringan ikat, jaringan lemak/jaringan

adiphosa melalui somatomedins. Pada jaringan adiphosa, GH merangsang

pemecahan lemak yang di simpan trigliserida oleh adipocytes (sel lemak),

yang kemudian melepaskan asam lemak ke dalam darah. Karena terlalu

banyak asam lemak di dalam sirkulasi, akan menyebabkan beberapa jaringan

berhenti menghasilkan ATP dari glukosa. Sebagian besar jaringan lain

sekarang memetabolisme asam lemak daripada glukosa, sehingga konsentrasi

glukosa darah mulai naik ke tingkat lebih tinggi dari biasanya. Ketinggian

kadar glukosa darah oleh GH disebut efek diabetogenik, karena diabetes

mellitus.

2.3.2 Fisiologi Kelenjar Pertumbuhan

Pemberian estrogen dan androgen meningkatkan respons hormone

pertumbuhan terhadap rangsangan misalnya insulin dan arginin. Steroid seks

juga meningkatkan juga meningkatkan IGF-1 plasma tetapi pada penderita

14

Page 15: Kel 4

defisiensi hormon pertumbuhan tidak terjadi peningkatan tersebut. Dengan

demikian, hormon seks tampaknya meningkatkan amplitudo lonjakan sekresi

hormon pertumbuhan yang meningkatkan sekresi IGF-1, dan hal ini kemudian

menyebabkan pertumbuhan. Walaupun androgen dan estrogen pada awalnya

merangsang pertumbuhan, keduanya akhirnya menghentikan pertumbuhan

dengan menyebabkan epifisis menyatu dengan tulang panjang (penutupan

epifisis). Sekali epifisis menutup maka pertumbuhan linear terhenti.

Pola pertumbuhan agak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain

Pada manusia terdapat 2 periode pertumbuhan cepat(Gbr : kurva kecepatan

pertumbuhan)pertama pada masa bayi dan kedua pada masa pubertas lanjut

cepat sebelum pertumbuhan terhenti.periode 1 percepatan pertumbuhan

sebagian merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan masa

janin.Lonjakan pertumbuhan ke 2 pada masa akil balik,disebabkan oleh

hormone pertumbuhan ,androgen,estrogen dan terhentinya pertumbuhan

disebabkan oleh efek androgen dan estrogen .karena anak perempun lebih

cepat matang dari pada anak laki laki maka lonjakan pertumbuhan muncul

lebih awal pada anak perempuan

15

Page 16: Kel 4

( Gambar : Kurva Kecepatan Pertumbuhan)

2.4 Fungsi Hormon Pertumbuhan dan Metabolisme Hormon Pertumbuhan

2.4.1 Fungsi Hormon Pertumbuhan

16

Page 17: Kel 4

2.4.2 Aksi Metabolisme Growth Hormon

I. Peran GH dalam penyimpanan protein

Bertambahnya pengangkutan AA melewati membrane sel.

Peningkatan translasi RNA menyebabkan sintesis protein oleh ribosom.

Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA.

Penurunan katabolisme protein dan AA

II. Peran GH dalam meningkatkan pemakaian lemak sebagai energy

Pelepasan asam lemak dari jaringan adipose.

Meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh.

Meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetilkoenzim A dan

kemudian digunakan untuk energy

III. Peran GH dalam metabolism karbohidrat

1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energy.

2. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel.

3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh del dan meningkatnya konsentrasi

glukosa darah.

4. Peningkatan sekresi insulin.

IV. Peran GH dalam perangsangan pertumbuhan tulang rawan dan tulang

1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrosit dan sel osteogenik yang

menyebabkan pertumbuhan tulang.

2. Meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel- sel

3. Efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik,

menyebabkan timbunan khusus tulang baru.

17

Page 18: Kel 4

18

Page 19: Kel 4

2.5 Etiologi dari Gigantisme

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat

diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus

yang mengarahpada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila

keadaan kelebihanhormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang

menutup atau masih dalammasa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone

pertumbuhan terutama adalahtumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan

hormone pertumbuhan.

2.6 Terapi pada Akromegali dan Gigantisme

Dalam hal ini dikenal ada 3 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan.

Terapi Pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal ada dua macam

pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:

Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau

Trans Cranial)

Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara

terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut

antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk

mencapai tumor hipofisis.

2. Indikasi radiasi.

Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan

operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih

terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.

Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:

19

Page 20: Kel 4

Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69

4500 RAD)

Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles

Radiation, 150 69 15000 RAD)

3. Terapi medikamentosa

Agosis dopamine

Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar

HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada pasien

akromegali, dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam

darah.

Contoh agosis dopamine:

a.) Brokriptin

Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan

secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain

adalah:

• Ukuran tangan dan jari mengecil, serta

• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa

Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik,

sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dan lain-lain.

b.) Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)

Cara pemberian ocreotide melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-

200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.

Perbaikan klinis yang dicapai :

• Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus

• Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus

• Penyusunan tumor

Efek samping : ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di

daerah suntikan dan kram perut.

20

Page 21: Kel 4

2.7 Manifestasi Oral pada Gigantisme

Kelebihan hormon pada masa kanak- kanak dalam kondisi yang relatif langka

dari gigantisme, ditandai dengan pertumbuhan berlebih. Kondisi ini dicirikan oleh

pertumbuhan yang berlebihan di bagian acral (yaitu, ekstremitas) dan

dimanisfestasikan oleh prognathism, frontal bossing, coarse features, prominent

molar eminences, dan large hands and feet.

Pada penderita gigantisme manifestasi oralnya adalah prognathism mandibula

yaitu rahang bawah (mandibula) yang lebih menonjol daripada rahang atas (maksila).

Dental malocclusion class III yang disebabkan oleh prognathism mandibula.

( Gambar 1. Dental Malocclusion Class III)

Makrodontia yaitu gigi yang ukurannya lebih besar dari normal, pada gigantisme

makrodontia terjadi pada semua giginya. Jarak lebar antar gigi (interdental spacing).

Penebalan lidah (macroglossia). Hipersementosis yaitu penimbunan bahan semen

yang berlebihan sekitar akar gigi setelah gigi erupsi, dapat dilihat pada intraoral

radiograph. Struktur oral gigantisme lebih besar dari normal.

21

Page 22: Kel 4

( Gambar 2. Hipersementosis)

22

Page 23: Kel 4

BAB III

KESIMPULAN

Hormon adalah substansi kimia yang di sekresikan ke dalam tubuh, oleh satu

sel atau sekumpulan sel dan menghasilkan efek kontrol fisiologi sel lainnya di dalam

tubuh. Berdasarkan struktur kimianya hormone diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

Hormon stereoid, Derivat asam amino tiroksin, Protein atau peptida, sedangkan

berdasarkan kelarutanya hormone dibagi menjadi 2 yaitu : hormone yang larut air

(hidrofilik) dan hormone yang larut dengan (lipofilik). Aksi Kelarutan Hormon ada

dua yaitu interaksi dengan Reseptor Intraseluler dan interaksi dengan Membran

Plasma. Hormone dihasilkan dari sekresi kelenjar. Salah satu jenis hormone adalah

Growth Hormone yang disekresikan oleh kelenjar endokrin.

Hormon pertumbuhan (GH), atau somatotropin, berfungsi untuk merangsang

pertumbuhan sel dan replikasi dengan mempercepat laju sintesis protein. Otot rangka

dan sel kondrosit (sel tulang rawan) sangat sensitif terhadap GH. GH berperan dalam

penyimpanan protein, metabolism karbohidrat, dan merangsang pertumbuhan tulang

rawan dan tulang. Sekresi GH yang berlebihan dapat menyebabkan Gigantisme.

Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena

kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.

Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi

sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.

Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-

sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.Terapi gigantisme dapat

dilakukan dengan terapi pembedahan,indikasi radiasi, terapi medikamentosa

contohnya dengan obat agonis dopamine dan ocreotide. Pada penderita gigantisme

manifestasi oralnya adalah prognathism mandibula, makrodontia, makroglossia serta

hipersementosis bagian akar pada gigi penderita gigantisme.

23

Page 24: Kel 4

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Atreja G, Atreja SH, Jain N, Sukhija U. Oral manifestations in growth hormone

disorders. Indian J Endocr Metab [serial online] 2012 [cited 2013 Mar13];16:381-

3. Available from : http://www.ijem.in/text.asp?2012/16/3/381/95678

2. Bishara, SE. 2001. Text of Orthodontics. Philadelphia: WB. Saunders Co.

3. Ganong WF 2001. Review of Medical Phisiology 12ᵗʰ ED. New York, McGraw-

Hill.

4. Kamus Kedokteran Dorland. 29ᵗʰ ED.

5. Ogston. R & Harty F.J. Kamus Kedokteran Gigi.

6. Proffit, WR., Fields, HW., Sarver, DM. 2007. Contemporary Orthodontics, 4ᵗʰ.

Canada: Mosby Elsevier.

7. Roth. G and Robert. C. 1981. Oral Biology. Philadelphia : Mosby Co.

8. Sherwood L., 2001. Human Physiology from cell to system., 4ᵗʰ ED.

Brook/Cole.Pacific Grove,CA.

9. Tortora. G. J & Bryan. D. 2009. Principles of Anatomy and Phisiology. 12ᵗʰ ed.

Asia : John Wiley & Sons.

24