kel 2 riset desain penelitian survey

53
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian keperawatan (nursing research) dibangun dari dua kata, yaitu penelitian (research) dan keperawatan (nursing). Kata “penelitian” dan “riset” mempunyai makna yang sama dan selalu dapat dipertukarkan (Danim, Sudarwan. 2003: 3). Tujuan penelitian keperawatan adalah menegembangkan dasar pengetahuan ilmiah (development scientific knowledge base) untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien. Peneliti keperawatan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal penyediaan kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu layanan itu, dan lebih khusus, perawat bertanggung jawab terhadap kliennya. Penelitian keperawatan memerlukan keterampulan berpikir, baik berpikir abstrak maupun berpikir konkret. Berpikir abstrak dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, dan mengintrepretasikan atau memberi makna atas penemuan-penemuan dalam penelitian. Berpikir konkret diperlukan, baik pada perencanaan maupun implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuan-temuan penelitian. Arus bolak- balik (back-and-forh) di antara berpikir abstrak dan berpikir konkret menjadi sebuah rasional mengapa 1

Upload: vriskakusmalasari

Post on 23-Oct-2015

106 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

survey

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian keperawatan (nursing research) dibangun dari dua kata, yaitu

penelitian (research) dan keperawatan (nursing). Kata “penelitian” dan “riset”

mempunyai makna yang sama dan selalu dapat dipertukarkan (Danim, Sudarwan.

2003: 3).

Tujuan penelitian keperawatan adalah menegembangkan dasar pengetahuan

ilmiah (development scientific knowledge base) untuk praktik keperawatan yang

efektif dan efisien. Peneliti keperawatan bertanggung jawab kepada masyarakat

dalam hal penyediaan kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk

meningkatkan mutu layanan itu, dan lebih khusus, perawat bertanggung jawab

terhadap kliennya. Penelitian keperawatan memerlukan keterampulan berpikir,

baik berpikir abstrak maupun berpikir konkret. Berpikir abstrak dibutuhkan untuk

mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, dan

mengintrepretasikan atau memberi makna atas penemuan-penemuan dalam

penelitian. Berpikir konkret diperlukan, baik pada perencanaan maupun

implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuan-

temuan penelitian. Arus bolak-balik (back-and-forh) di antara berpikir abstrak dan

berpikir konkret menjadi sebuah rasional mengapa penelitian keperawatan terlihat

asing dan kompleks (Danim, Sudarwan. 2003: 9, 15).

Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan formal, objektif, dan proses

sistematik. Pada penelitian kuantitatif, data numeris digunakan untuk memperoleh

informasi tentang dunia ini. Metode ini digunakan untuk menjelaskan variabel,

menguji hubungan antarvariabel, dan menentukan interaksi sebab dan akibat

antarvariabel. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang

digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya.

Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara

menyeluruh (Danim, Sudarwan. 2003: 44-45).

1

Metode penelitian kuantitatif diklasifikasikan menjadi tujuh kategori, yaitu

penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian tindakan, penelitian

perbandingan kausal, penelitian korelasional, penelitian eksperimental-semu, dan

penelitian eksperimental. Sedangkan metode penelitian kualitatif meliputi tujuh

jenis, yaitu penelitian fenomenologis, penelitian grounded, penelitian etnografi,

penelitian historis, penelitian kasus, penelitian filosofis, dan penelitian teori kritik

sosial. Penelitian deskriptif, perkembangan, dan tindakan, misalnya, dapat saja

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Danim, Sudarwan. 2003:

51).

Bentuk-bentuk pelaksanaan Penelitian Deskriptif dapat dikategorikan menjadi

beberapa macam, antara lain Survey (Survei), Case Study (Studi Kasus),

Corelation Study (Studi Korelasi), Comparative Study (Studi Perbandingan),

Prediction Study (Studi Prediksi), dan Evaluation Study (Studi Evaluasi) (S,

Dodiet Aditya. 2009)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1.2.1. Apakah pengertian dari penelitian deskriptif?

1.2.2. Apakah pengertian dari penelitian survei?

1.2.3. Apakah pengertian desain penelitian survei?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dari desain penelitian survey.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian deskriptif

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian survei

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi desain penelitian survei

1.4. Manfaat

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang desain penelitian

survey dan dapat digunakan sebagai kajian ilmiah dan landasan pengetahuan.

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

2.1.1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehinggan peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tesebut. Desain penelitian

membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian

dengan sahih, objektif, akurat serta observasional (Setiadi. 2007: 127).

2.1.1. Syarat Desain Penelitian

Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan

agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan

pertanyaan penelitian. Terhadap hal penting yang perlu dinilai sebelum kita

menentukan jenis penelitian yaitu :

1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi

dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian

intervensional (eksperimental) atau apakah hanya melakukan

pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan pengamatan

saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional.

2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan

mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan

follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal).

3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang

sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk

meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi. 2007: 127-128).

3

Eksperimental

DESAIN PENELITIAN

Observasional

DeskriptifPra eksperimentalEksperimental semu (Quasi Eksperimental)Eksperimental Sungguhan (True Eksperimental)

Analitik

SensusSurveyStudi kasus

Cross sectionalCase controlCohort ProspektiveRetrospektive

2.1.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian menurut desainnya terbagi secara jelas bisa dilihat

pada bagan.

(Setiadi. 2007: 128)

2.1.1. Desain Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara

sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat

faktual. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang

dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok

tertentu yang terjadi baru-baru ini. Studi deskriptif adalah alat untuk

menemukan makna-makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan,

menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan informasi.

Ada beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif, antara lain:

a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.

Adakalanya penelitian dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian

semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar

variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

b. Dilakukan secara survei, karena itu penelitian deskriptif sering disebut

sebagai penelitian survey. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat

4

mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan

eksperimental.

c. Bersifat mencari informasi fakyual dan dilakukan secara mendetail.

d. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi

keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

e. Mendeskripsikan tentang subyek yang sedang dikelola oleh kelompok

orang tertentu dalam waktu yang bersamaan (Danim, Sudarwan. 2003:

52-53).

Langkah umum penelitian deskriptif (Danim, Sudarwan. 2003: 53),

adalah:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mendefinisikan masalah secara spesifik

c. Merumuskan rancangan atau desain pendekatan

d. Mengumpulkan data dan menganalisis data

e. Menyusun laporan penelitian.

5

BAB 3

PEMBAHASAN

2.2. Penelitian Survei

Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan

memilih sampel.

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei

tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei

seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah

besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan

kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi.

Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,

sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan

pertanyaan terbuka

Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk melakukan

penelitian survei, antara lain:

1. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar.

2. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi yang beragam dari

setiap responden/individu dengan variabel penelitian yang banyak.

3. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survey adalah

penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner

sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menurut Daniel dalam Balipaper

(2010), survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk

mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam

daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk

memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.

6

Penelitian Survey adalah jenis penelitian yang mengumpulkan informasi

tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang

representative yang dianggap sebagai populasi.

2.3. Jenis Survei

Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya

dan perlakuan terhadap sampel.

a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei).

Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan

menggambarkan kondisi populasi.

b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei).

Survei dilakukan berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena

dari waktu ke waktu.

c. Survei Tracking/Trend.

Survei dilakukan pada populasi yang sama namun dengan sampel berbeda

untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.

d. Survei Panel.

Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk memahami suatu

fenomena dari waktu ke waktu.

e. Survei Cohort.

Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik untuk mengetahui

perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.

Dalam konteks pendidikan dan tingkah laku, penelitian survey minimal dapat

dikelompokkan menjadi lima macam yaitu (Sukardi, 2007):

a. Survey catatan

Jenis survey ini sering disebut survey of records, karena dalam kegiatan

penelitian ini banyak menggunakan sumber-sumber yang berupa catata atau

informasi nonreaksi. Dalam penelitian nonreaksi ini, penelitian ini biasanya

tidak banyak melibatkan jawaban langsung dari subjek orang atau subjek

7

yang diteliti. Survey model catatan ini mempunyai keuntungan dibanding

model lainnya, yaitu bahwa objektivitas informasi yang diperolah lebih

objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.

b. Survey menggunakan angket

Jenis kedua adalah metode survei dengan menggunakan angket atau

kuisioner. Survei dengan angket biasanya didistribusikan ke responden

melalui jasa pos. Di negara-negara dimana masyarakatnya lebih maju tingkat

pendidikannya, penelitian ini temasuk aman, tetapi untuk negara kita masih

memerlukan pencermatan secara insentif.

c. Survey melalui telepon

Pada penelitian ini, peneliti dengan menggunakan buku petunjuk telepon

(buku kuning) menghubungi responden, kemudian mengatakan kepada

mereka maksud dan tujuannya memperoleh informasi yang diinginkan adalah

jawaban dari mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, penelitian survey

melalui telepon juga maju dan banyak digunakan baikd alam bidang

pendidikan maupun pada penelitian social

d. Survey dengan melakukan wawancara kelompok

Teknik ini mirip dengan wawancara perorangan. Peneliti dalam menggali

informasi dalam grup, memungkinkan terjadinya interaksi di antara anggota

kelompok dan dengan peneliti, sehingga menghasilkan suatu gambaran yang

lebih baik tentang keadaan subjek atau objek yang diteliti.

e. Survey dengan melakukan wawancara individu

Penelitian survey jenis yang kelima ini merupakan survey dengan

menggunakan pendekatan konvesional, yaitu wawancara perorangan. Pada

penelitian dengan wawancara individual ini lebih berhasil apabila peneliti

merasa tertantang atau challenging untuk melakukan eksplorasi permasalahan

dengan informasi terbatas.

8

2.4. Tahapan Penelitian Survei

Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: 

a. Menentukan masalah penelitian

Setiap penelitian diawali dari adanya “masalah”. Masalah

Penelitian adalah konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah

fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua

masalah dapat dikatakan sebagai masalah penelitian. Masalah adalah

gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari,

sedangkan Masalah Penelitian adalah konseptualisasi terhadap masalah

sosial. Masalah sosial dapat di ubah menjadi masalah penelitian, dengan

syarat:

1) Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori).

2) Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai.

3) Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan.

4) Rumuskan dalam kalimat tanya.

b. Membuat desain survei

Tahap kedua dalam penelitian survei adalah membuat desain

penelitian. Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah

fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-

variabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara

sistematis, maka desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai

berikut:

1) Teori

2) Konsep

3) Variabel

4) Dimensi

5) Indikator

6) Skala/Pengukuran

Skala diperlukan sebagai teknik pengukuran yang sejak awal

dirancang dalam desain penelitian. Terdapat empat jenis skala dalam

penelitian survei, yakni nominal, ordinal, interval, dan rasio.

9

a) Skala Nominal

Skala nominal membedakan satu kategori dengan kategori

lainnya. Dasar perbedaannya adalah penggolongan yang tidak

saling tumpang tindih antar kategori.

Contoh:

Jenis kelamin :

a. pria b. Wanita

Status kepegawaian :

a. Honorer b. Tetap c.Kontrak

Sumber informasi utama bagi Anda :

a. Radio b. Televisi c. Koran d. Internet

Stasiun radio yang Anda dengarkan :

a. W FM b. X FM c. Y FM d. Z FM

b) Skala Ordinal

Skala ordinal mempunyai sifat membedakan dan mencerminkan

adanya tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh:

Jenjang Pendidikan :

a. SD b. SLTP c. SMA d. Sarjana

Tingkat kepuasan :

a. Sangat Tidak Memuaskan b. Cukup Memuaskan

c. Sangat Memuaskan

Kepangkatan dalam militer :

a. Brigadir Jendral b. Mayor Jendral c. Letnan Jendral d.

Jendral

c) Skala Interval

Skala interval mempunyai sifat membedakan, mempunyai

tingkatan, dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori

dengan kategori lainnya

Contoh:

Tingkat Penghasilan

10

a. < 500.000 b. 500.000 – 999.000 c. 1000.000- 3.000.000 d.

> 3 juta

Frekuensi Mendengarkan radio

a. 1-5 jam = sangat rendah

b. 6- 10 jam = cukup

c. 11-15 jam = tinggi

d. 16-20 jam = sangat tinggi

d) Skala Rasio

Skala rasio mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan

dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau

titik yang sama (titik nol mutlak).

Contoh:

Umur Manusia (0, 1, 2, 3 dst)

Berat badan dalam kg

Tinggi badan dalam cm, dan sebagainya.

7) Pertanyaan

c. Mengembangkan instrumen survei

Tahap ketiga dari penelitian survei adalah mengembangkan

isntrumen penelitian dari matriks menjadi daftar pertanyaan. Dalam

penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif cara

pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data

dalam survei.

1) Kuesioner langsung

2) Kuesioner via pos

3) Wawancara tatap muka

4) Wawancara via telepon

5) Pengisian kuesioner via komputer

6) Wawancara online (chatting, dsb)

7) Polling

11

Tahap akhir dalam menyusun desain penelitian survei adalah

menurunkan matriks operasionalisasi ke dalam item-item pertanyaan. Berikut

adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang baik:

1) Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana

2) Padat

3) Spesifik

4) Bisa dijawab

5) Memiliki relevansi dengan responden

6) Tidak menggunakan kalimat negatif

7) Hindari menggunakan terminology yang bias

8) Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan.

d. Menentukan sampel

Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan sampel.

Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan

digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan

kebutuhan data penelitian.  Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk

meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan penentuan

sampel. Dalam hal ini, populasi adalah semua individu/unit-unit yang

menjadi target penelitian. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi

yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

populasinya. Kerangka sampel adalah daftar anggota populasi (Purwanto

dan Sulistyastuti, 2007: 37).

Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel,

yakni random sampling atau probability sampling dan non-random

sampling atau non probablity sampling.

1) Teknik Sampling

a) Sampel Probabilita

• Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random

Sampling)

12

Sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil sedemikian

rupa sehingga anggota populasi mempunyai

kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

• Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)

Metode  pengambilan sampel di mana anggota sampel dipilih

secara sistematis dari daftar populasi. Daftar populasi harus

berada dalam keadaan acak atau membaur.

Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)

Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria

yang jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan

sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara proporsional

atau tidak proporsional.

Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)

Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi

yang lengkap.  Dalam kondisi seperti ini diperlukan “Populasi

Mini” yang sifat dan karakternya sama dengan seluruh

Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster atau

Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel

secara acak.  Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui

bahwa setiap gerombol meng-gambarkan sifat populasi secara

tuntas.

b) Sampel Tidak Probabilita

Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)

Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat

dengannya, atau yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.

Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)

Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel

penelitiannya dengan anggapan atau menurut pendapatnya

sendiri degan suatu argumentasi.

Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)

13

Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan fokus

penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak

mengetahui jumlah yang rinci dari  setiap strata populasinya.

Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah untuk setiap strata

yang kurang-lebih seimbang.

Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)

Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di

atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali

ditentukan  satu atau beberapa responden untuk diwawancarai,

sehingga berperan sebagai  titik awal penarikan sampel.

Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari

responden sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam peneli-

tian-penelitian pemasaran.

c) Sampling Error (Tingkat Kesalahan yang Diinginkan) dan Tingkat

Kepercayaan (Derajat Ketelitian)

Dalam penentuan sampel sering dikenal istilah sampling

error dan Tingkat Kepercayaan (derajat ketelitian).

Sampling error menunjukkan tingkat presisi yang

diinginkan oleh peneliti (berapa derajat perbedaan yang diinginkan

antara hasil sampel dengan populasi). Sampling error adalah

kesalahan (error) yang terjadi dari tahap kerangka sampel dan

penarikan sampel. Kesalahan ini adalah kesalahan alamiah yang

pasti terjadi karena peneliti menggunakan sampel dan tidak

mewawancarai semua anggota populasi (Tim AROPI, 2007: 61).

Besar kecilnya sampling error sangat tergantung pada

jumlah sampel yang dipakai. Jika peneliti ingin

mendapatkan sampling error yang kecil, maka jumlah sampel

harus ditambah. Sebaliknya, jika sampel yang dipakai

kecil, sampling error akan besar.

d) Menghitung Sampel dengan Rumus

Dalam menghitung sampel dapat digunakan beberapa rumus.

Antara lain dengan rumus Slovin dan Yamane.

14

e) Menghitung Sampel dengan Tabel

Selain menggunakan rumus, menetukan jumlah sampel

juga bisa dilakukan dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel

e. Melakukan pre-test

Tahap kelima dari penelitian survei adalah melakukan tes pendahuluan pra

riset (pre-test) . Tujuan pre-test:

1) Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu

dihilangkan atau ditambah.

2) Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami

responden.

3) Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu diubah.

4) Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi

satu kuesioner.

Test yang dilakukan meliputi:

1) Jawaban yang salah

2) Jawaban dengan pilihan lebih dari satu

3) Jawaban lain-lain sebutkan

4) Jawaban yang benar

Untuk format kuesioner termasuk: .

1) Perintah pengisian

2) Aliran pertanyaan

3) Layout

Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas

untuk mengetahui kemantapan dan keshahihan instrumen penelitian.

a) Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah alat ukur (butir-butir

pertanyaan dalam suatu kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan

data itu memang benar-benar alat yang sesungguhnya, artinya alat itu

sahih atau valid. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat

15

suatu tes melakukan fungsi ukurnya terhadap suatu gejala. Untuk menguji

validitas dapat dilakukan dengan pendekatan teknik koreksi produk

moment misalnya dengan rumus Karl Pearson

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingat presisi dan tingkat

keajegan konsistensi suatu alat ukur, artinya jawaban responden terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pendekatan

yang sering digunakan untuk uji ini adalah dengan mencari koefisien alpha

dari formula Cronbach.

f. Mengumpulkan data

Tahap keenam dalam rangkaian prosedur penelitian survei adalah

mengumpulkan data. Seperti dipaparkan pada bahasan sebelumnya, dalam

penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif teknik

pengumpulan data.

Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang

artinya mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei

tidak harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti

dapat mengambil salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran

sekaligus dalam penelitian survei. Posisi tersebut yakni:

1) Pembuat desain instrumen/konseptor riset

2) Pengumpul data/enumerator

3) Pengolah dan interpreter data/analis

4) Penyusun laporan.

g. Memeriksa data (editing)

Tahap ketujuh dalam penelitian survei adalah memeriksa data.

Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah:

1. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau didrop,

misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap

2. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali

3. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban

16

4. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya

h. Mengkode data

Tahap kedelapan dalam penelitian survei adalah mengkode data.

Sebagai bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dalam

penelitian survei biasanya berupa angka-angka yang merupakan nilai dari

variabel-variabel tertentu. Untuk angket atau kuesioner dengan sistem

tertutup maka kode-kode jawaban yang harus diberikan oleh responden

sudah dibuatkan oleh peneliti (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 73-74).

Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang

prinsip-prinsip pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh dalam

kuesioner sering ditanyakan hal-hal berikut:

a. Jenis kelamin responden:

1 = laki-laki

2 = perempuan

b. Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok:

1 = 0 – 1.000.000

2 = 1.000.001- 2.000.000

3 = 2.000.001 ke atas

Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode. Karena jenis

kelamin memiliki skala nominal, maka angka 1 dan 2 tidak memiliki nilai

kecuali nilai pembeda antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Sementara pada contoh b, angka 1, 2, dan 3 sedikit berbeda perannya,

karena angka tersebut mencerminkan skala ordinal yang mengurutkan

responden berdasarkan besarnya penghasilan di mana 3> 2> 1.

Pemberian kode setelah pengumpulan data juga perlu dilakukan

ketika pertanyaan dalam kuesioner bersifat terbuka atau kombinasi antara

tertutup dan terbuka. Sehingga, jawaban-jawaban responden perlu dikode

untuk dapat di-entry dan dianalisis.

Contoh:

Pekerjaan pokok responden

1 = PNS

2 = Karyawan swasta

17

3 = Pengusaha

4 = Lainnya, sebutkan…

Misalnya responden menjawab “buruh”, maka “buruh” kemudian harus

diberi kode yang baru, misalnya 5= buruh.

i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer )

Tahap kesembilan dari penelitian survei adalah data entry. Data

entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program

komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau

kuesioner diberi kode, maka peneliti kemudian memasukkan data-data

tersebut dengan menggunakan software yang ada, misalnya program SPSS

(singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences) atau yang lebih

sederhana dengan program Excell dari Microsoft Office. Setelah data

dimasukkan, selanjutnya adalah membersihkan data dari salah ketik atau

salah mengkode data. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara

yang dilakukan dalam mengkode data adalah:

1) Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik

deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median.

2) Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada.

3) Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada kuesioner.

4) Membetulkan data entry.

5) Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.

j. Pengolahan dan analisis data

Tahap kesepuluh dari penelitian survei adalah pengolahan dan

analisis data. Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan

membuktikan hipotesis, peneliti harus memilih teknik analisis data yang

tepat. Karena penelitian survei menyangkut banyak kasus, maka umumnya

teknik analisis data berhubungan dengan statistik. Ada beberapa prosedur

pengujian hipotesis secara statistik (Djarwanto, 1996: 20-21; dalam

Rahayu, 2008: 74)

18

1) Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya

paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji

tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-ukuran

yang digunakan dalam penelitian.

2) Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel.

3) Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah pengujian,

daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria pengujian hipotesis

nihil.

4) Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang

diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah

dipilih.

5) Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil

diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang telah

dipilih.

Dalam menetukan uji statistik, peneliti perlu mempertimbangkan

sejumlah aspek, misalnya skala pengukuran (nominal, ordinal, interval,

dan rasio), kategori sampel (tunggal, ganda independen, atau ganda

berpasangan), jumlah variabel, serta asumsi apakah populasi digambarkan

berdistribusi normal atau tidak.

Variabel yang diukur dengan skala nominal atau ordinal dianalisis

dengan uji statistik nonparametrik, sedangkan yang diukur dengan skala

interval atau rasio dianalisis dengan uji statistik parametrik. Uji statistik

parametrik adalah teknik uji yang mengasumsikan populasi yang diteliti

berdistribusi normal. Sementara, uji nonparametrik tidak memerlukan

asumsi tersebut.

Sampel tunggal, ganda independen, dan ganda berpasangan menuntut

aplikasi uji statistik yang berbeda. Sebagai contoh, variabel dengan skala

nominal dengan sampel tunggal menggunakan uji nonparametrik-chi-

Square. Sementara, variabel ordinal dengan sampel independen

menggunakan teknik uji Kolmogorof Smirnov.

19

Setelah uji statistik ditemukan, selanjutnya peneliti memasuki proses

pengolahan data dilanjutkan oleh analisis data. Analisis data dilakukan

tidak hanya dengan membaca data, tapi juga menghubungkan data yang

diperoleh dari hasil pengolahan data dan sejumlah informasi lainnya.

Peneliti perlu melakukan komparasi teoritis untuk mengkritisi fenomena

yang dikaji, atau sebaliknya, mengkritisi teori yang ada.

Pada suatu uji eksplanatif, analisis yang dilakukan terutama ditujukan

untuk melakukan pengujian terhadap research hypothesis dan statistical

hypothesis. Dalam hal ini, peneliti harus jelas membatasi analisis yang

dilakukannya hanya seputar data empiris (facts) yang telah dikumpulkan,

tanpa mencampuradukkan dengan interpretasi atau opini. Berikut ini

beberapa metode uji statistik dalam olah data.

Pengolahan dan Analisis Data:

Jenis

Analisa/Pengujian

Statistik Inferensi

Parametrik Nonparametrik

Uji Komparatif - T-test- ANOVA

- Chi Square- Mann

Whitney U Test-

Wilcoxin signed-rank

Test-Kruskall-Wallace

Test

Uji Asosiatif

- Pearson Correlation

Coefficient

- Contingency

Coefficient- Rank-

difference correlation,

Rho-Kendall’s Tau

20

k. Interpretasi data

Tahap kesebelas dari penelitian survei adalah interpretasi data.

Interpretasi datamenjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari

proses timbulnya, analisis data mendahului baru kemudian interpretasi.D

ilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli, apa adanya

sedangkan interpretasi bersifat subjektif, dan bisa berubah-ubah. Untuk

menginterpretasi data yang perlu dilakukan peneliti adalah mengaitkan

temuan dan data dengan teori yang dibangun di awal. Selanjutnya berikan

konteks, makna, atau implikasi data temuan tersebut dengan kondisi dan

situasi atau setting penelitian secara lebih luas.

l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.

Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah Membuat

Kesimpulan dan Rekomendasi. Setelah analisis dan interpretasi data,

bagian akhir dari penelitian survei adalah menyusun kesimpulan dan

rekomendasi.

Cara membuat kesimpulan:

1) Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian

2) Perhatikan hipotesis

3) Buat kesimpulan umum

4) Buat kesimpulan-kesimpulan khusus

5) Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil

interpretasi data

Cara membuat rekomendasi:

1) Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian

2) Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian

itu

3) Berikan saran yang realistis

2.5. Instrumen penelitian survei

Penelitian – penelitian yang menggunakan teknik sampling, kecuali

penelitian eksperimental dan penelitian penyelidikan naturalistik termasuk

kedalam kategori metode – metode penelitian suvei atau analisis survei.

21

Pada metode penelitian survei atau analisis survei, instrument penelitian

yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kuesioner dan pedoman wawancara.

Kuesioner dan pedoman wawancara digunakan dengan cara yang berbeda

dan data yang diperoleh umumnya berbedapula, meskipun respondennya

juga sama.

2.5.1. Kuesioner

Kuesioner atau angket paling umum dipakai dalam metode-metode

penelitian survei, saat penelitian mengajukan pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada sekelompok populasi atau representatifnya. Dilihat dari

permukaan, kuesioner adakalanya sulit dibedakan dengan instrumen tes,

akan tetapi dari segi isi dan kedudukan subjek di dalamnya, kuesioner

berbeda dengan instrumen tes. Pada sebuah kuesioner, peneliti

menyajikanalternatif pilihan atau kategori jawaban, dengan tidak

menentukan mana pilihan yang salah atau benar. Kuesioner sebagai alat

pengumpul data penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu.

Kuesioner yang dirumuskan tanpa kriteria yang jelas, tidak banyak

manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian dan hipotesis yang akan di uji.

Kriteria ini sebenarnya merupakan media penghubung antara peneliti dan

respoden, oleh karena data yang dikehendaki sejalan dengan baik jika antara

penelitian yang akan diuji,hanya akan didapat dengan tujuan atau hipotesis

penelitian yang akan diuji, hanya akan didapat dengan baik jika antara

peneliti dan responden tidak ada jurang kognitif yang lebar, perbedaan

nuansa yang ekstrem, dan perbedaan makna konotatif yang kentara.sebagai

misal,status sosial tinggi, sedang, dan rendah dipersepsikan berbeda oleh

responden yang berasal dari lingkungan sosial ekonomi yang berbeda pula.

Kuesioner sebagai alat pengumpul data disusun oleh peneliti dengan

keragaman tertentu. Keragaman ini ditentukan oleh beberapa hal, seperti

jenis data/ informasi yang dikehendaki, tingkat penguasaan peneliti terhadap

fokus dan karakrentang opini atau pendapatteristik umum responden.

Keragaman kuesioner dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

22

2.5.1.1. Jenis pertanyaan dalam kuesioner

Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner meliputi pertanyaan

rentang fakta, pertanyaan informatif atau pengetahuan, pertanyaan

tentang opini atau pendapat, dan pertanyaan persepsi. Pertanyaan tentang

fakta Pertanyaan tentang fakta adalah pertanyaan yang dimaksudkan

untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang ada pada diri

responden atau yang dipahami secara jelas oleh responden. Pertanyaan ini

paling banyak dipakai dalam penelitian survei dimaksudkan untuk

mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya. Pertanyaan tentang fakta

terdiri dari beberapa jenis, seperti berikut ini:

1) Pertanyaan yang menjawabnya hampir dapat dipastikan oleh

peneliti,sehubung dengan jawaban diatas pertanyaan itu relatif dapat

diterka dari permukaan.

Contoh: Apakah pekerjaan anda? Keterangan: jika pertanyaan itu

diajukan kepada kepala keluarga yang tinggal didesa tradisional,

hampir dipastikan jawabannya adalah tani.

2) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat klasifikasi.

Contoh: Jenis kelamin a. Pria b. Wanita Keterangan : misalnya,

peneliti ingin mengetahui ada perbedaan persepsi antara pria dan

wanita mengenai suatu gejala tertentu.

3) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai

responden sendiri atau beberapa aspek yang terkait langsung dengan

dirinya.

Contoh: Apakah agama anda? Berapa gaji tetap anda?

4) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai

gejalatertentu diluar diri responden, namun diketahuinya secara pasti.

Contoh: Ada berapa kepala keluarga penghuni desa gunung mesir ini?

Tuan A,berapa orang puteranya? Tuan B, berapa orang puteranya?

23

a. Pertanyaan tentang pendapat

Pertanyaan tentang pendapat relatif mudah menyusunnya,

sebaliknya hal itu cenderung menyebabkan responden relatif lebih sukar

menjawabnya dari pad pertanyaan fakta. Pertanyan tentang pendapat ini

dimaksud oleh peneliti untuk mengetahui pendapat responden mengenai

gejala umum diluar dirinya atau public opinion pools (bailey,1982),

meski juga dapat berupa pendapat responden mengenai gejala yang ada

padsa dirinya sendiri . pertanyaan pendapat banyak sekali fokusnya,

seperti moral, kebudayaan, harga diri dan sebagainya (Nazir, 1985). Juga

dapat pula memuat hal – hal yang berkaitan dengan masalah politik,

proyeksi ke depan (kuantitatif), kualitas suatu subjek, dan sebagainya.

Pertanyaan tentang pendapat ada dua jenis, yaitu :

1. Pertanyaan yang dimaksudkan untuk menggali pendapat responden

mengenai gejala diluar dirinya

Contoh :

a. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan pemerintah

menaikan harga obat?

b. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan sistem promosi

bagu tenaga perawat di lingkungan rumah sakit X?

2. Pertanyaan yang dimaksud untuk menggali pendapat responden

mengenai gejala pada dirinya sendiri

Contoh :

a. Sebagai perawat, jika anda ditawari pekerjaan dilembaga swasta

dengan gaji yang lebih besar, akan tetapi anda harus meninggalkan

pekerjaan sekarang; apakah anda akan menerima penawaran

tersebut?

b. Beberapa saat sebelum votingb, ternyata and mengundurkan diri

sebagai calon direktur rumah sakit Z. apa alasan utama anda?

24

b. Pertanyaan Persepsi

Pertanyaan tentang persepsi seringkali sulit dibedakan dengan

pertanyaan pendapat. Konsep dasar pertanyaan persepsi adalah peneliti

diminta menilai sesuatu mengenai perilakunya sendiri dikaitkan dengan

perilaku orang lain, posisi siri sendiri dikaitkan dengan gejala eksternal, atau

suatu gejala dihubungkan dengan gejala lainnya. Pertanyaan tentang

persepsi bersifat terbuka dan tidak diformat dalam bentuk benar-salah (true-

false), oleh karena jawaban atas pertanyaan tidak dinilai dalam bobot benar

atau salahnya. Peneliti tidak bleh memaksakan kehendak agar responden

mempunyai persepsi tertentu, karena lasan-alasan politik melancarkan suatu

usaha atau praktik “asal bapak senang” (ABS), dan sebagainya. Apa yang

dikemukakan oleh responden secara persepsi, begitulah adanya dan itulah

yang harus direncanakan oleh peneliti (Danim, Sudarwan. 2003: 205).

c. Pertanyaan Informatif

Pertanyaan informatif sering pula disebut pertanyaan tentang

pengetahuan. Dimaksudkan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki oleh

responden mengenai sesuatu hal atau gejala. Menyusun pertanyaan informatif

tidak sulit, namun peneliti perlu bertindak hati-hati, agar pertanyaan semacam

ini benar-benar berbeda dengan tes. Artinya, pertanyaan tentang pengetahuan

tidak dimaksudkan untuk mengukur satu segi dari ranah kognitif (cognitive

domain) responden (Danim, Sudarwan. 2003: 206).

2.5.1.2. Bentuk Pertanyaan Kuesioner

Dari bentuk pertanyaan yang disajikan, kuesioner dibedakan dalam

tiga jenis, yaitu :

1) Kuesioner berstruktur (tertutup)

Umumnya dibuat dengan pertimbangan untuk menghimpun data

kuantitatif atau data yang bisa dikuantifikasi. Responden hanya diberi

peluang untuk memilih salah satu atau beberapa (“beberapa” ini tidak

lazim dan sebaiknya dihindari, meskipun adakalanya tidak selalu bisa)

25

alternatif/ kategori jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.

Kuesioner berstruktur harus disusun dengan cara yang hati-hati,

penyusunnya harus benar-benar memahami permasalahan dan

sebelum digunakan harus reliabilitasnya.

2) Kuesioner setengah berstruktur (tertutup dan terbuka).

Pertanyaan-pertanyaan setengah berstruktur dibuat dengan

pertimbangan untuk menghimpun data kuantitatif (dapat

dikuantifikasi), menghimpun data kualitatif, dan memberi keleluasan

terbatas kepada responden. Setiap pertanyaan atau pernyataan yang

ada pada kuesioner disertai alternatif/kategori jawaban, tetapi tidak

tuntas. Kuesioner setengah berstruktur disusun oleh peneliti dengan

dua pertimbangan utama, yaitu memberikan keleluasaan kepada

responden untuk menentukan kategori/alternatif jawaban yang benar-

benar sesuai dengannya dan peneliti tidak dapat menyajikan secara

tuntas kategori/alternatif jawaban sehubungan dengan keterbatasan

pemahamannya mengenai karakteristik responden, situasi lokal yang

bersifat spesifik, dan penguasaan terhadap masalah yang menjadi

fokus.

3) Kuesioner terbuka

Pertanyaan terbuka umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan data

kualitatif dan memberi keleluasaan penuh kepada responden untuk

menjawab pertanyaan itu. Jenis pertanyaan kuesioner yang tidak

disertai alternatif/kategori jawaban. Jawaban terhadap pertanyaan

dalam kuesioner sepenuhnya dibuat oleh responden. Untuk

pertanyaan terbuka ditekankan pada usaha untuk mendapatkan

keterangan atau data kualitatif. Pertimbangan ini tidak sepenuhnya

benar, namun dalam batas-batas tertentu akan sangat membantu

proses pengumpulan, tabulasi, dan analisis data (Danim, Sudarwan.

2003: 206-207).

Menurut Bailey (1982) dan Mallo (1988) kuesioner mempunyai

beberapa kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut:

26

Kelebihan Kelemahan

a) Jawaban responden mudah

dikomparasikan

a) Kemungkinan responden memilih

asal saja

b) Mudah dianalisis dan ditafsirkan b) Menimbulkan kekecewaan

responden, jika jawaban tidak

tersedia

c) Responden dapat memahami

semua pertanyaan atau pertanyaan

yang diajukan

c) Adakalnya daftar alternatif/

kategori jawaban yang terlalu

panjang

d) Kecil kemungkinan (peneliti)

memperoleh jawaban yang tidak

relevan

d) Kemungkinan responden

mempunyai persepsi yang

berbeda dengan peneliti mengenai

kategori/alternatif jawaban yang

disediakan

e) Memperkecil pepekaan, terutama

memguasai masalah pribadi,

harga diri, dan masalah-masalah

politik.

e) Jika ternyata responden salah

memilih alternatif/kategori

jawaban, peneliti sulit

melacaknya

f) Meringankan responden dalam

menjawabnya.

f) Variasi jawaban responden

(terutama yang berbentuk

interval) kurang/tidak terlihat

2.5.1.3. Pola Sajian Kuesioner

Kuesioner dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan

disertai kategori/alternatif jawaban. Kuesioner yang disajikan dalam bentuk

pernyataan (kalimat pernyataan) sering kali dirasakan lebih praktis, jika pada

bagian awal kuesioner dibuat instruksi atau petunjuk yang jelas, sehingga

responden tidak salah tafsir terhadap apa yang dimaksud oleh peneliti

(Danim, Sudarwan. 2003: 213, 214).

Kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya ditetapkan secra

bergam seperti sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS),

27

dan sangat tidak setuju (STS); atau sangat sering (SS), sering (S), jarang (J),

dan sangat jarang (SJ), dan sejenisnya sebaiknya disajikan dalam bentuk

pertanyaan. Sebaliknya, kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya

beragam atau memiliki keragaman, sebaiknya disajikan dalam bentuk

pertanyaan (Danim, Sudarwan. 2003: 214).

2.5.1.4. Urutan Pertanyaan

Urutan penelitian memungkinkan peneliti memperoleh

data/keterangan yang cukup dan objektif serta memudahkan peneliti dalam

proses pengolahan data, seperti editing, coding, tabulasi data, analisis data,

dan interpretasi. Urutan pertanyaan juga menudahkan responden untuk

mengisinya, sekaligus menjaga keutuhan pikiran peneliti selama proses

menjawab pertanyaan kuesioner. Kuesioner yang baik tidak hanya memenuhi

kriteria isi, bersifat tuntas, dan tidak saling tumpang tindih, melainkan juga

harus memenuhi kriteria urutan pertanyaan yang baik. Secara keseluruhan,

sebuah kuesioner berbentuk batang tubuh sebagai berikut (Danim, Sudarwan.

2003: 220-221).

BAGIAN AWAL

Surat pengantar dari instansi/pejabat pemberi izin atau surat pengantar dari

peneliti.

BAGIAN INTI

Instruksikan atau pedoman pengisian dan contoh pengisian. Adakalnya

diperlukan penjelasan untuk masing-masing bagian dari kuesioner.

Kuesioner (pertanyaan/pernyataan/isian) yang disajikan sesuai dengan

kriteria urutan.

BAGIAN PENUTUP

Pernyataan singkat, misalnya: Terima kasih atas partisipasi Anda.

2.5.1.5. Mengatur Pokok-Pokok Kuesioner

Dalam rangka menyusun instrumen, kriteria-kriteria berikut ini perlu

diperhatikan oleh peneliti, meskipun tidak sepenuhnya berlaku untuk setiap

28

bentuk kuesioner yang dibuat. Kriteria kuesioner yang baik, secara umum

adalah sebagai berikut:

1) dirumuskan secara singkat

2) dapat dicerna isinya

3) ditata dengan urutan yang logis

4) jawaban yang diminta tidak bermakna ganda

5) jawaban yang diminta tidak membingungkan

6) tidak memuat unsur prasangka atau bias

7) hanya untuk tujuan menjaring data penelitian

8) bersifat tuntas

9) tidak tumpang tindih

10) mencakup semua variabel penelitian (Danim, Sudarwan. 2003: 224-

225)

2.5.2. Wawancara dan Observasi

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dipakai dalam rangka

pengumpulan data penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan

menggunakan jadwal terstruktur, terfokus, atau bebas. Jadwal terstruktur

adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

pedoman wawancara spesifik dan ada strukturnya. Wawancara berstruktur

sring pula disebut sebagai “angket yang dicakapkan”. Wawancara terfokus

dilakukan untyk tujuan memperoleh data atau opini dari responden yang

bersifat sanfat khusus, misalnya sangat pribadi atau rahasia. Wawancara

bebas atau tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti dengan tidak

mengguanakan panduan khusus. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti terhadap responden beranjak dari fokus umum dan isu-isu yang

berkembang dalam proses (Danim, Sudarwan. 2003: 231-232).

Sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Observasi data dapat

dilakukan dengan menggunakan tida pola dasar, yaitu observasi objektif,

observasi peran serta (participant observation), dan observasi tersamar atau

tidak langsung. Observasi objektif dimaksudkan untuk mengamati

kondisinyata dari suatu subjek atau perilaku yang dapat dilihat. Untuk itu,

biasanya peneliti membuat pedoman observasi (yang umumnya dalam

29

bentuk daftar periksa). Peneliti mengamati subjek atau perilaku tertentu dan

menentukan objek atau perilaku tersebut, seperti: baik, sedang, atau kurang;

memuaskan, kurang memuaskan, atau tidak memuaskan (Danim, Sudarwan.

2003: 232).

Observasi partisipan atau observasi peran serta dilakukan peneliti

dengan hajat untuk mendapatkan bukti yang benar-benar ilmiah, sesuai

dengan kondisi alami di lapangan. Misalnya, seorang peneliti ingin

menegetahui kebiasaan komunitas tradisional tertentu dalam mengatur menu

makanan. Untuk itu, dia tinggal cukup lama di dalam kelompok komunitas

tersebut. Hasil pengamatan dalam proses observasi partisipan ini akan lebih

tajam jika dilengkapi dengan wawancara (Danim, Sudarwan. 2003: 232).

Observasi secara tersamar atau tidak langsung. Observasi ini dapat

dapat dilakukan oleh peneliti atau subjek lain yang ditugasi untuk itu.

misalnya, seseorang peneliti ingin mengamati secara mikro keterampilan

mengajar seorang calon guru perawat. Untuk itu, peneliti tersebut

mengamati perilaku mengajar calon guru perawat itu secara makro, yaitu,

pengamatan dilakukan di laboratorium pengajaran mikro. Keakuratan hasil

observasi akan sangat bergantung pada ketelitian pengamat dan frekuensi

pengamatan (Danim, Sudarwan. 2003: 232-233).

2.5.3. Kelebihan dan Keterbatasan Survei

Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga

memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick (2003:

167-168), kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu:

1. Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah

dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam laboratorium

atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei dapat

menguji pola-pola perilaku bermedia, seperti membaca surat kabar,

menonton televisi, mendengarkan radio, dan sebagainya.

2. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat disesuaikan

dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.

30

3. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi

dengan cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan peneliti

memilih dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat

menggunakan beragam statistik untuk menganalisis data.

4. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan di

mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki oleh

peneliti.

5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti

dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media, dan

sebagainya.

Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah

keterbatasan sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168)

dan Rahayu (2008: 76), yaitu:

1. Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode

eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak

dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat

(causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan

ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut, sebab untuk

menilai hubungan sebab akibat (causal linked) terdapat sejumlah

variabel yang kemungkinan berada di antara keduanya.

2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena

pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung

persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami

secara berbeda oleh responden.

3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai

dengan karakteristik sampel  yang dituju. Misalnya, dalam wawancara

melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian

dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya).

31

4. Beberapa survei dukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan

kesediaan berpartisipasi.

5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau

perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi

sebelumnya oleh peneliti.

6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak

semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga  survei tidak bisa

menjangkau semua persoalan.

7. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data

kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah

persoalan.

32

BAB 4

PENUTUP

Setelah kami membahas desain penelitian survey, kami selaku penulis dapat

menarik kesimpulan dan saran, yakni sebagai berikut :

1.1. Kesimpulan

Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan

memilih sampel.

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei

tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei

seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah

besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan

kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi.

Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,

sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan

pertanyaan terbuka

Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya

dan perlakuan terhadap sampel.

a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei).

b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei).

c. Survei Tracking/Trend.

d. Survei Panel.

e. Survei Cohort.

Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: 

a. Menentukan masalah penelitian

b. Membuat desain survei

c. Mengembangkan instrumen survei

d. Menentukan sampel

33

e. Melakukan pre-test

f. Mengumpulkan data

g. Memeriksa data (editing)

h. Mengkode data

i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer )

j. Pengolahan dan analisis data

k. Interpretasi data

1.2. Saran

Demikianlah makalah yang telah kami buat. Semoga isi dari makalah ini dapat

bermanfaat untuk menambah wawasan teman-teman tentang desain penelitian

survey. Saran, kritik, maupun sanggahan tetap kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau

kekurangan dalam penulisan makalah ini.

34

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta:

EGC

S, Dodiet Aditya. 2009. Penelitian Deskriptif. Diakses di pdffactory.com tanggal

26 Oktober 2013 pukul 06.15 WIB

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Sripsi,Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama.

Yogyakarta: Graha Ilmu

35