kel 1 - pendidikan sebagai investasi individu

22
PENDAHULUAN Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses pemberdayaan, yaitu proses untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat lokal, kepada bangsanya, dan pada akhirnya pada masyarakat global. Dengan demikian pendidikan perlu diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik agar mampu mandiri. Setiap anak didik perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Inilah makna pendidikan yang harus senantiasa dipegangi oleh para pendidik, yaitu mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam kamus Webster’s New Word Dictionary , sebagaimana dikutip oleh Nanang Fattah, pendidikan dirumuskan sebagai proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character), terutama yang dilakukan dalam suatu bentuk formula (per sekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang

Upload: ibnuu

Post on 15-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biaya pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

PENDAHULUAN

Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses pemberdayaan, yaitu proses untuk

mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat

memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat lokal, kepada bangsanya, dan pada

akhirnya pada masyarakat global. Dengan demikian pendidikan perlu diarahkan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik agar mampu mandiri. Setiap anak didik

perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti konsep, prinsip,

kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Inilah makna pendidikan yang harus senantiasa

dipegangi oleh para pendidik, yaitu mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam kamus Webster’s New Word Dictionary , sebagaimana dikutip oleh Nanang Fattah,

pendidikan dirumuskan sebagai proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character), terutama yang

dilakukan dalam suatu bentuk formula (per sekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses

dalam menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan

oleh individu atau organisasi belajar (learning organization).

Berbicara lebih lanjut tentang pendidikan dapat melibatkan berbagai aspek sudut

pandang.Ada yang memandang pendidikan dari sudut filsafat, maka lahirlah Filsafat Pendidikan.

Ada yang memandang pendidikan dari sudut manajemen, maka lahirlah Manajemen

Pendidikan. Ada yang memandang pendidikan dari sudut teologi maka lahirlah Teologi

Pendidikan, dan ada pula yang memandang pendidikan dari sudut ekonomi, maka muncul pula

kajian Ekonomi Pendidikan.

Page 2: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

Ekonomi pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari ilmu ekonomi yang

merupakan hal yang tak terpisah dari ilmu ekonomi sumber daya manusia untuk pembangunan

nasional. Elchanan Cohn yang dikutip oleh Nanang Fattah mendefinisikan ekonomi pendidikan

sebagai,”suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam

kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber

daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan,

pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai-nilai khususnya

melalui pendidikan formal , serta bagaimana mendiskusikannya secara merata (equal) dan adil

(equality) di antara berbagai kelompok masyarakat.”

Dari beberapa pemikiran di atas jelas tergambar bahwa pengertian pendidikan maupun

ekonomi pendidikan berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM). Di mana persoalan SDM ini

merupakan persoalan setiap bangsa. Maknanya bagi bangsa yang ingin maju dan unggul harus

menyiapkan SDM nya baik secara individu maupun masyarakat menjadi SDM yang unggul pula.

Dan ini tentunya tidak akan terlepas dari peran pendidikan. Karena pendidikan merupakan

wahana yang paling strategis untuk mempersiapkan individu dan masyarakat ke arah yang

diinginkan oleh setiap bangsa atau negara. Dengan demikian jika bangsa kita ingin menjadi

bangsa yang maju dan unggul, tidak bisa tidak harus mempersiapkan SDM yang unggul atau

berkualitas pula. Dan sebagai konsekwensinya pendidikan harus dipandang sebagai usaha

bagaimana Negara memberikan pelayanan kepada warganya untuk siap menyonsong hari

depan yang lebih baik. Dan ini mengandung arti pendidikan merupakan investasi, oleh karena

itu lembaga penyelenggara pendidikan harus memikirkan efisiensi dan efektivitas dalam

pencapaian tujuan pendidikan.

Page 3: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

Sejalan dengan pernyataan di atas tepat sekali pribahasa Cina yang mengatakan:”Jika

anda berencana untuk satu tahun, tanamlah biji-bijian ; Jika anda berencana sepuluh tahun ,

tanamlah pepohonan; Jika anda berencana untuk seribu tahun, tanamlah manusia.” Dengan

demikian, melalui pendidikan manusia “ditanam” dan dengan pendidikan pula masa depan

dibangun.

PENGERTIAN INVESTASI

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris “investment” yang berarti penanaman (uang,

modal). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan arti investasi sebagai berikut:

1.Penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh

keuntungan;

2. Jumlah uang atau modal yang ditanam. Sedangkan modal diartikan dengan:

A .Uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dsb; harta benda

(uang,barang, dsb) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah

kekayaan dan sebagainya.

B. Barang yang dipergunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekerja (berjuang dsb).

Di antara klasifikasi modal yang dijelaskan, juga terdapat modal manusiawi yang berarti

bentuk modal yang berupa keterampilan dan kecakapan. Mengacu pada pengertian investasi

yang dikemukakan di atas, jelas bahwa investasi tidak hanya menyangkut dengan uang sebagai

modal utama untuk menghasilkan keuntungan di masa depan, tetapi juga mencakup SDM yang

Page 4: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

berupa keterampilan dan kecakapan yang dimiliki seseorang. Pengertian investasi ini sangat

relevan dengan pendidikan, di mana dengan adanya pendidikan, keterampilan dan kecakapan

seseorang akan semakin baik dan bertambah. Sementara itu Nanang Fattah dengan mengutip

Cohn (1979) mengartikan investasi sebagai,”upaya untuk meningkatkan nilai tambah barang

ataupun jasa di kemudian hari dengan mengorbankan nilai konsumsi sekarang.” Dengan

penjelasan ini dapat dimengerti bahwa seseorang yang berinvestasi melalui pendidikan akan

merasakan atau memetik manfaatnya dikemudian hari atau di masa depan. Dan seseorang itu

harus tahan berkorban dan “mengeyampingkan” kesenangannya atau keinginannya untuk

beberapa saat sesuai dengan kondisi yang ditempuhnya. Contohnya seperti kita sekarang yang

sedang menjalani pendidikan S2. Tidak sedikit pengorbanan yang dikeluarkan, sedang “buah”

yang akan dipetik masih belum kelihatan.

PERANAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya,

baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan telah terbukti

mampu mengembangkan sumber daya manusia yang merupakan karunia Allah Swt., serta

memiliki kemampuan untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan sehingga kehidupan

manusia semakin beradab. John Vaisey sebagaimana dikutip oleh Malik Fajar, mengemukakan

bahwa pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sains dan

teknologi, menekan dan mengurang kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, serta

peningkatan kualitas peradaban pada umumnya. Selanjutnya dikemukakan juga oleh John

Vayse bahwa sejumlah besar dari apa yang kita ketahui diperoleh dari proses belajar secara

Page 5: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

formal di lembaga-lembaga pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi).

Berdasarkan pandangan di atas, Cristope J. Lucas begitu yakin bahwa pendidikan menyimpan

kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat

memberikan informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan di dunia,

serta membantu anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan hidup yang esensial demi

menghadapi perubahan di masa depan. Sementara itu John Dewey berpendapat bahwa

pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a neccesity of life), sebagai bimbingan (a

direction), sebagai sarana pertumbuhan(as growt), yang mempersiapkan dan membukakan

serta membentuk disiplin hidup. Pendidikan mengandung misi keseluruhan aspek kebutuhan

hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi.

Uraian di atas menggambarkan bahwa pendidikan amat berperan dalam

mengembangkan potensi individu dan masyarakat baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pendidikan juga amat berperan dalam pertumbuhan ekonomi, sains dan teknologi. Lebih dari

itu, pendidikan juga amat berperan dalam penyiapan SDM yang berkualitas untuk menghadapi

hidup di masa depan. Dengan demikian pendidikan harus bersifat futuristik.

Sejalan dengan pendidikan harus berorientasi masa depan (futuristik), tepat sekali apa yang

dikatakan oleh Ali Bin Abi Thalib demikian, “didiklah anak-anakmu, sesungguhnya mereka

diciptakan untuk zamannya, dan bukan untuk zamanmu.”

Karena untuk melahirkan SDM yang berkualitas di masa depan bukanlah pekerjaan

ringan dan mudah, tentunya dibutuhkan guru atau pendidik yang berkemampuan tinggi dalam

transfer of heart, transfer of head, dan transfer of hand kepada anak didik dan lingkungannya.

Page 6: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

Posisi strategis pendidikan ini menurut Harold G. Shane , karena pendidikan memiliki

empat potensi yang secara tegas signifikan dengan kehidupan masa depan.Pertama,pendidikan

menyediakan wahana yang telah teruji untuk implementasi nilai-nilai masyarakat yang berubah,

hasrat masyarakat yang muncul dan menimbulkan nilai-nilai baru. Sekolah tidak menciptakan

hari esok tetapi dapat mencerminkan kebudayaan yang berubah dan menyiapkan anak-anak

untuk berperan serta secara lebih efektif dengan usaha secara terus menerus untuk

mendapatkan jalan hidup yang baik. Kedua, pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi

masalah-masalah sosial tertentu. Ketiga, pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang

tinggi untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru. Dan keempat,

pendidikan merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing

perkembangan manusia, sehingga pengalaman dari dalam berkembang pada setiap anak dan

karena itu ia terdorong untuk memberikan konsentrasi pada kebudayaan manusia yang lebih

baik serta dapat dikembangkan dalam suasana psikologis yang baik pula.

Pakar lain, John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning,

mengidentifikasi peran pendidikan sebagaimana dikutip oleh Zamroni sebagai berikut: a)

memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja

untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan c) untuk

meratakan kesempatan dan pendapatan. Mencermati apa yang dikemukakan John C Bock di

atas, bahwa peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan, sedangkan dua peran

yang disebut kemudian merupakan fungsi ekonomi. Pendapat kedua pakar yang disebutkan di

atas, Harold G. Shane dan John C Bock, tampak saling melengkapi tentang peran pendidikan

yang dibahas dalam makalah ini.

Page 7: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

Sementara itu, Ratna Megawangi dkk, mengidentifikasi 3 (tiga)hal yang dapat dikatakan

sebagai peran pendidikan, yaitu:

1. Menyiapkan individu sebagai Lifelong Learners (Pembelajar Sejati)

Abad ke-21 ditandai oleh perubahan yang begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan

manusia, dan laju perubahan ini akan jauh lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan abad

sebelumnya. Agar dapat beradabtasi dengan lingkungan yang terus berubah, manusia harus

mampu belajar suatu hal yang baru dengan cepat, kreatif dalam mencari solusi masalah, serta

selalu mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Dengan demikian sekolah harus mampu

mempersiapkan siswanya untuk menjadi pembelajar sejati. Manusia pembelajar adalah orang-

orang yang menjadikan kegiatan belajar (proses mengubah tingkah laku menuju kondisi yang

lebih baik) sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya. Sudarwan Danim

menyebutkan 5 pilar manusia pembelajar sebagai berikut:

a. Rasa ingin tahu

b. Optimisme

c. Keikhlasan

d. Konsistensi

e. Pandangan visioner.

Page 8: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

2. Menyiapkan individu yang mempunyai komitmen terhadap perdamaian dan perwujudan

dunia yang lebih baik .

3. Menyiapkan individu yang mempunyai daya saing tinggi dalam dunia kerja.

PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI INDIVIDU

Pendidikan dalam pandangan tradisional selama sekian dekade dipahami sebagai

bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat, dalam konteks ini pelayanan

pendidikan sebagai bagian dari public service atau jasa layanan umum dari negara kepada

masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat .

Sehingga pembangunan pendidikan tidak menarik untuk menjadi tema perhatian,

kedudukannya tidak mendapat perhatian yang menarik dalam gerak langkah pembangunan.

Opini yang berkembang justru pembangunan sektor pendidikan hanyalah sektor yang bersifat

memakan anggaran tanpa jelas manfaatnya (terutama secara ekonomi).Pandangan demikian

membawa orang pada keraguan bahkan ketidakpercayaan terhadap sektor pendidikan sebagai

fondasi bagi kemajuan pembangunan di segala sektor. Ketidakyakinan ini misalnya terwujud

dalam kecilnya komitmen anggaran untuk sektor pendidikan. Mengalokasikan anggaran untuk

sektor pendidikan dianggap membuang-buang uang yang tidak bermanfaat. Akibatnya alokasi

anggaran sektor pendidikan, biasanya sisa setelah yang lain terlebih dahulu.

Apa yang dipaparkan di atas juga dirasakan di negara kita, sepertinya pemerintah belum

mempunyai komitmen yang tulus dan kuat untuk berinvestasi melalui pendidikan.Disinyalir

oleh Lawrence Summers, Menteri Keuangan Amerika Sarikat pada awal juli 2000, bahwa salah

Page 9: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

satu dari lima penyebab kegagalan negara berkembang ialah karena kurang perhatiannya pada

investasi di bidang pendidikan (Kompas, 2000:14). Kemudian empat faktor penyebab kegagalan

lainnya bagi negara berkembang meliputi : (1) diabaikannya mekanisme pasar; (2) lemahnya

sistem kelembagaan dan hukum; (3) tidak terintegrasikannya perekonomian nasional dengan

kekuatan ekonomi global ; dan (4) kurang terpenuhinya kebutuhan dasar warganya. Selain itu

juga dapat kita baca di media masa yang mempersoalkan anggaran pendidikan yang hanya 11,8

persen dari 20 persen yang seharusnya dianggarkan menurut undang-undang. Ini jelas

menunjukkan rendahnya komitmen pamerintah untuk berinves di bidang pendidikan. Padahal

di negara-negara maju mempunyai kecendrungan yang amat kuat dan jelas semakin

meningkatkan investasinya dalam dunia pendidikan. Cara pandang tradisional tersebut di atas

sekarang ini sebenarnya telah mulai bergeser sejalan dengan ditemukannya pemikiran dan

bukti ilmiah akan peran dan fungsi vital pendidikan, yang sebagian telah penulis paparkan pada

poin C, dalam memahami dan memposisikan manusia sebagai kekuatan utama sekaligus

prasyarat bagi kemajuan suatu bangsa.

Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as invesment) telah

berkembang secara pesat dan semakin diyakini oleh banyak negara bahwa pembangunan

sektor pendidikan merupakan prasarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan

lainnya. Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital invesment) yang dapat

menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), sebenarnya telah mulai dipikirkan sejak

jaman Adam Smith , Heinrich Von Thunen ( dan para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke 19

yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia. Pemikiran ilmiah tersebut baru

menemukan memontumnya pada tahun 1960-an ketika pidato Theodore Schultz pada tahun

Page 10: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

1960 yang berjudul “Invesment in Human Capital” di hadapan The American Economic

Association. Pesan utama pidato tersebut sederhana, bahwa proses perolehan pengetahuan

dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata,

akan tetapi juga merupakan suatu investasi. Lebih lanjut Schultz memperlihatkan bahwa

pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan

kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan

keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Penemuan dan cara pandang ini

mengundang ketertarikan sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai ekonomi dari

pendidikan.

Cohn sebagaimana dikutip Moch. Idochi Anwar memperinci empat nilai ekonomi

pendidikan: Pertama, berdasarkan pendekatan human capital yang mengkonstantasi hubungan

linier antara invesment of education dengan higher productivity dan higher earning.

Maksudnya, manusia sebagai modal dasar yang dinvestasikan dalam pendidikan akan

menghasilkan manusia terdidik yang produktif, dan meningkatnya penghasilan sebagai akibat

dari kualitas kinerja yang ditampilkan oleh manusia terdidik tersebut. Kedua, berdasarkan

pendekatan radikal yang menyatakan bahwa pendidikan yang lebih baik diperuntukkan bagi

tingkatan ekonomi tinggi. Tingkatan pendidikan sebagai penentu masa depan manusia harus

mendukung seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan akademik dan sosial

mereka. Ketiga, berdasarkan taxonomy of education benefit diperlihatkan bahwa peningkatan

kapasitas penghasilan manusia terdidik berhubungan nyata dengan tingkat pendidikan.

Aktualisasi pendidikan pada level tertentu menggambarkan keterkaitan antara private dengan

social benefit pendidikan. Apa yang Cohn kemukakan pada poin pertama di atas tampaknya

Page 11: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

sulit untuk dibantah, semakin terdidik seseorang akan semakin produktiv dan berkualitas hasil

kerjanya dan dengan demikian akan berdampak pada penghasilannya. Produktivitas seseorang

tersebut dikarenakan ia memiliki keterampilan teknis yang diperolehnya dari pendidikan. Oleh

karena itu, salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan

keterampilan hidup. Adanya pendidikan life skill dan broad based education adalah untuk

mengembangkan keterampilan hidup tersebut. Untuk menghasilkan SDM yang produktif

seperti yang dijelaskan di atas jelas tidak mudah.Dengan demikian perlu dirancang

pengembangan SDM yang meliputi:

1. Penggunaan pendekatan pendidikan dan pelatihan yang sistematis dan terencana;

2. Penerapan kebijakan dari pengembangan yang berkesinambungan;

3. Penciptaan dan pemeliharaan organisasi pembelajaran;

4. Pemastian bahwa seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan terkait dengan kinerja;

5. Adanya perhatian khusus untuk pengembangan manajemen dan perencanaan karir.

Sedangkan pada poin kedua tampaknya tidak sesuai dengan konsep demokrasi dalam

pendidikan. Di mana pendidikan itu diperuntukan untuk semua warga negara tanpa

membedakan antara kaya dan miskin. Memang pada situasi tertentu apa yang dikemukakan

Cohn tersebut ada benarnya. Dan untuk poin ketiga yang dikemukakan Cohn sepertinya juga

sulit dibantah. Berikut penulis kutipkan pernyataan Francis Wahono yang mendukung tesis di

atas:

Page 12: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

Bahwa masuk sistem persekolahan adalah harapan atau kadang mimpi menaikkan

jenjang status ekonomi sosial dan produktivitas bangsa memang bukan sebuah mimpi kosong

atau fatamorgana. Pasar pemekerjaan dan upah/gaji yang berlaku serta investasi manusia yang

handal di masyarakat kita menunjukkan keterkaitan erat dengan jenjang pendidikan formal dan

pelatihan yang dicapai. Tabel 8 dengan jelas menunjukkan kecendrungan keterkaitan itu. Dari

tahun 1976 sampai tahun 1986 misalnya, pendapatan pekerja lulusan Perguruan Tinggi adalah

1.5 kali pendapatan mereka yang lulus Sekolah Menengah Atas.

Sementara itu di Amerika Sarikat (1992), seseorang yang berpendidikan doktor memiliki

penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33

juta dolar.

Investasi dalam pendidikan juga menunjukkan tingkat pengembalian (rate of return)

yang lebih tinggi daripada investasi fisik di bidang lain. Tingkat pengembalian pendidikan adalah

perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total

pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.Di negara-

negara sedang berkembang umumnya menunjukkan tingkat pengembalian investasi pendidikan

relatif lebih tinggi dari pada investasi modan fisik, yaitu 20% dibanding 15%. Sementara itu, di

negara-negara maju tingkat pengembalian investasi pendidikan lebih rendah dibanding

investasi modal fisik, yaitu 9% dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan karena jumlah

tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas

jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan , sehingga tingkat upah lebih tingi dan

menyebabkan tingkat pengembalian terhadap pendidikan juga tinggi.

Dari uraian-uraian di atas semakin jelas bahwa pendidikan bagi individu merupakan investasi

Page 13: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

bagi dirinya sendiri untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan, yang sekaligus

menunjukkan keberhasilan pendidikannya. Keberhasilan pendidikan seseorang atau individu

setidaknya dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1. dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,

2. dapat tidaknya memperoleh pekerjaan,

3. besarnya penghasilan (gaji) yang diterima,

4. sikap prilaku dalam konteks sosial, budaya , dan politik.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Nanang Fattah di atas, Danil Golemen

beranggapan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, termasuk didunia kerja sebagian

besar ditentukan oleh kecerdasan emosi (80 %) dan hanya 20 % ditentukan oleh faktor

kecerdasan kognitif (IQ).

Sementara itu George Boggs (dalam Jefferson center, 1977) menunjukkan dalam

penelitiannya bahwa ada 13 indikator penunjang keberhasilan seseorang di dunia kerja, dan

ternyata dari 13 indikator tersebut, 10 di antaranya (hampir 80 %) adalah kualitas karakter

seseorang, sementara hanya 3 indikator saja yang berkaitan dengan faktor kecerdasan (IQ).

Indikator-indikator tersebut adalah:

1. Jujur dan dapat diandalkan

2. Bisa dipercaya dan tepat waktu

3. Bisa menyesuaikan diri dengan orang lain

Page 14: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

4. Bisa bekerjasama dengan atasan

5. Bisa menerima dan menjalankan kewajiban

6. Mempunyai motivasi kuat untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri

7. Berfikir bahwa dirinya berharga

8. Bisa berkomunikasi dan mendengarkan secara efektif

9. Bisa bekerja mandiri dengan supervisi minimum

10. Dapat menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya

11. Mempunyai kemampuan dasar (kecerdasan)- IQ

12. Bisa membaca dengan pemahaman memadai- IQ

13. Mengerti dasar-dasar matematika (berhitung)- IQ.

Apa yang tertera di atas, tergambar bahwa 10 dari 13 indikator (77 %) tersebut

berkaitan dengan karakter yang merupakan domain otak kanan , dan sisanya (23 %) berkaitan

dengan otak kiri. Dan kesemuanya ini adalah tugas pendidikan untuk mewujudkannya.

Hasil studi lain menunjukkan adanya korelasi signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan

status gizi anaknya dan angka harapan hidup. Dengan demikian semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang diharapkan semakin baik pula tingkat kesehatannya.

Page 15: Kel 1 - Pendidikan Sebagai Investasi Individu

PENUTUP

Pendidikan merupakan instrumen yang amat penting bagi setiap bangsa untuk

meningkatkan daya saingnya dalam percaturan politik, ekonomi, hukum, budaya dan pada tata

kehidupan masyarakat dunia global. Semakin intensif suatu bangsa melakukan investasi dalam

dunia pendidikan, akan semakin meningkat daya saing bangsa itu. Demikian halnya dengan

bangsa kita, jika ingin maju dan unggul harus menjadikan pendidikan sebagai investasi jangka

panjang. Begitu pula dengan setiap individu. Dengan berinvestasi melalui pendidikan, seseorang

harus berprinsip”Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu,

bersenang-senang kemudian”.