kekuatan2 dlm persalinan

24
HIS His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. His dapat terjadi sebagai akibat dari : 1. Kerja hormon oksitosin 2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat : - Kontraksi simetris (Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus) - Fundus dominan (Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus) 1

Upload: linda-ntuw-chayankpapaslaluww

Post on 14-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Kekuatan2 Dlm Persalinan

HIS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai

dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal

gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah

tersebut.

His dapat terjadi sebagai akibat dari :

1. Kerja hormon oksitosin

2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi

3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja

dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :

- Kontraksi simetris (Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus)

- Fundus dominan (Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus)

- Relaksasi(Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi)

- Involuntir : terjadi di luar kehendak

- Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)

- Terasa sakit

- Terkoordinasi

- Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.

1

Page 2: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Perubahan-perubahan akibat his :

a. Pada uterus dan servik

Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan

tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement)

dan terbuka (dilatasi).

b. Pada ibu

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi

dan tekanan darah.

c. Pada janin

Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia

janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena

adanya iskemia fisiologis.

Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus

diperhatikan dari his:

1. Frekuensi his : Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau

persepuluh menit.

2. Intensitas his : Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi

kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu

persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar

jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.

3. Durasi atau lama his : Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,

misalnya selama 40 detik.

2

Page 3: Kekuatan2 Dlm Persalinan

4. Datangnya his : Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.

5. Interval : Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2

sampe 3 menit

6. Aktivitas his : Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

Pembagian his:

1. His pendahuluan : his tidak kuat dan tidak teratur

2. His pembukaan (Kala I) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat,

teratur dan sakit

3. His pengeluaran (His mengedan)(Kala II) : untuk mengeluarkan janin ; sangat

kuat, simetris, terkoordinir dan lama ;koordinasi bersama antara kontraksi otot

perut, diafragma dan ligament

4. His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta

5. His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan

rahim dalam beberapa jam atau hari.

Kontraksi Braxton Hicks (His Palsu)

His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,

kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul

beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat

merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan

sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.

3

Page 4: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Jenis – jenis Kelainan His

Reynold (1948) menegaskan bahwa kontraksi uterus pada persalinan normal

ditandai oleh aktivitas miometrium dengan kekuatan paling besar terletak di fundus

(fundus dominant) dan berkurang kearah serviks. Kelainan pada “tenaga” merupakan

aktivitas uterus yang tidak efektif dalam mendapatkan kemajuan persalinan yang

normal. Kerja uterus yang tidak efektif ditandai oleh satu atau dua hal, hipotoni

dengan pola kontraksi normal tetapi tekanannya rendah, atau hipertonik dengan pola

kontraksi yang tidak terkoordinasi dengan tekanan tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas uterus normal selama persalinan

ditunjukkan dengan ciri – ciri :

1. Kekuatan kontraksi lebih besar di fundus dibandingkan dengan bagian tengah

uterus atau bagian yang lebih rendah.

2. Nilai rata – rata kekuatan kontraksi lebih besar dari 24 mmHg (pada fase aktif)

tekanan sering meningkat hingga 40 sampai 60 mmHg.

3. Kontraksi terjadi secara teratur di bagian – bagian berbeda di uterus.

4. Tekanan basal istirahat uterus diantara 12 sampai 15 mmHg.

5. Frekuensi kontraksi meningkat dari sekali setiap 3 – 5 menit hingga sekali setiap

2 – 3 menit selama fase akif.

6. Waktu kontraksi yang efektif pada persalinan mendekati 60 detik.

7. Irama dengan tenaga kontraksinya regular

4

Page 5: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Berdasarkan hal ini, dapat didefinisikan dua jenis disfungsi uterus yaitu

disfungsi uterus hipotonik atau inersia uteri dan disfungsi uteri kedua disebut

incoordinate uterine dysfunction.

Inersia uteri

Di sini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan

lebih dahulu daripada bagian – bagian lain, peranan fundus tetap menonjol.

Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan

jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak

seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu

maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama, dalam hal ini

morbiditas ibu dan mortalitas janin meningkat. Keadaan ini dinamakan inersia uteri

primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his

kuat untuk waktu yang lama, hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa

ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung begitu lama sehingga dapat menimbulkan

kelelahan pada otot uterus, maka inersia uterus sekunder seperti digambarkan diatas

jarang ditemukan kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik dalam

waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakan penilaian yang

seksama untuk menetukan sikap yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang

tergesa – gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberika waktu yang

pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri,

atau untuk memulai terapi aktif.

5

Page 6: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Diagnosis inersia uteri paling sulit ditegakkan pada fase laten, untuk hal ini

diperlukan adanya pengalaman, kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup

untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai, untuk sampai kepada

kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat dari kontraksi tersebut

terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran dan/atau pembukaan. Kesalahan

yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia uteri, pada

persalinan belum mulai (false labour).

Incoordinate uterine action

Dalam hal ini sifat his berubah. Tonus uterus otot meningkat, juga diluar his,

dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara

kontraksi bagian – bagiannya. Tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,

tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih

keras dan lama bagi ibu dan menyebabkan hipoksia dalam janin. His jenis ini juga

disebut uncoordinated hypertonic uterine contraction. Kadang – kadang dalam

persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini

menyebabkan kelainan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi pemyempitan

kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kotraksi atau lingkaran

kostriksi. Secara teori lingkaran ini dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam,

kecuali pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkn kedalam kavum

uteri. Oleh sebab itu jika pembukaan belum lengkap, biasanya sulit mengenal

kelainan ini dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada

6

Page 7: Kekuatan2 Dlm Persalinan

serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bias primer atau sekunder.

Distosia servikalis dikatakan primer jika serviks tidak membuka karena tidak

mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterine action. Penderita

biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jalan serviks

yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala uterus terus – menerus

akan menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya

bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh

kelainan organic pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma.

Dengan his kuat serviks bias robek, dan robekan ini dapat menjalar kebagian bawah

uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks,

selalu diawasi persalinannya di rumah sakit.

His terlampau kuat

His terlampau kuat atau juga disebut hypertonic uterine contraction.

Walaupun pada golongan incoordinated hypertonic uterine contraction bukan

merupakan penyebab distosia, namun hal ini dibahas karena merupakan kelainan his.

His yag terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu

yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan partus

presipitatus : sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainan terletak pada

kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada

jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum, sedangkan bayi bias

mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan

kuat dalam waktu yang singkat.

7

Page 8: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi

sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran

retraksi patologik atau lingkaran Bandl. Ligamentum rotundum menjadi tegang

secara lebih jelas teraba, penderita merasa nyeri terus – menerus dan menjadi gelisah.

Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus

melampaui kekuatan jaringan dan terjadilah rupture uteri.

Etiologi

Kelainan his pertama kali ditemukan pada primigravida, khususnya

primigravida tua. Pada multipara banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia

uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Satu

sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian

bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya

kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim yang

berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat merupakan

penyebab datri inersia uteri yang murni. Akhirnya gangguan dalam pembentukan

uterus pada masa embrional, misalnya uterus bikornis unikollis, dapat pula

menyebabkan kelainan itu. Akan tetapi pada sebagian besar kasus, kurang lebih

separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak diketahui.

Hypertonic uterine contraction dan incoordinated uterine contraction sering

terjadi bersama – sama yang ditandai dengan peningkatan tekanan uterus, kontraksi

yang tidak sinkron dan peningkatan tonus otot di segmen bawah rahim serta frekuensi

kontraksi yang menjadi lebih sering. Hal ini pada umumnya berhubungan dengan

8

Page 9: Kekuatan2 Dlm Persalinan

solutio plasenta, penggunaan oksitosin yang berlebihan, disproporsi sefalopelvik dan

malpresentasi janin.

Penatalaksanaan

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita yang

bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah di ukur tiap empat jam,

bias lebih sering dilakukan jika terdapat gejala preeclampsia. Denyut jantung janin

dicatat dalam setengah jam dalam kala I dan lebih sering pada kala II. Kemungkinan

dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepernuhnya. Karena pada

persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan

dengan narcosis, hendaknya tidak diberikan makanan biasa melainkan dalam bentuk

cairan. Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic

secara intravena berganti – ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan

pethidin 50 mg yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg

morfin. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, akan tetapi harus selalu disadari bahwa

setiap pemeriksaan dalam megandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung

24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian terhadap keadaan

pasien. Selain penilaian keadaan umum, perlu ditetapkan apakah persalinan benar –

benar sudaj mulai atau masih dalam tingkat false labour, apakah ada inersia uteri atau

incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada disproporsi sefalopelvik biarpun

ringan. Untuk menetapkan hal terakhir ini, jika perlu dilakukan pelvimetri

roentgenologik atau MRI. Apabila serviks sudah terbuka sedikit – dikitnya 3 cm,

dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan dapat dimulai.

9

Page 10: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Dalam menentukan sikap lebih lanjut apakah ketuban sudah pecah atau

belum. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan

persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.

Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan

apakah perlu dilakukan seksio sesaria dalam waktu singkat, atau persalinan dapat

dibiarkan berlangsung terus.

Inersia uteri. Dahulu selalu diajarkan bahwa menunggu merupakan sikap

terbaik dalam menghadapi inersia uteri selama ketuban masih utuh. Pendapat ini

diikuti karena resiko yang menyertai tindakan pembedahan saat itu. Akan tetapi saat

ini disadari bahwa terlalu lama menunggu dapat meningkatkan resiko kematian

janin.1 Jika tidak ada kontraindikasi pemberian oxytocin adalah pilihan pertama untuk

inersia uteri karena oxytocin merupakan terapi yang efektif dan aman.

Setelah diagnosa inersia uterine ditetapkan, harus diperiksa keadaan serviks,

presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul. Kemudian haris disusun rencana menghadapi persalinan yang lamban ini.

Bila terdapat disproporsi sefalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan

untuk melakukan seksio sesaria. Jika tidak ada dapat diambil langkah lain. Sementara

itu keadaan umum penderita diperbaiki, vesica urinaria serta rectum dikosongkan.

Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke panggul, penderita disuruh

berjalan – jalan. Tindakan sederhana ini kadang – kadang menyebabkan his menjadi

kuat, dan selanjutnya persalinan menjadi lancar. Pada waktu pemeriksaan dalam,

ketuban boleh dipecahkan. Memang sesudah tindakan ini persalinan tidak boleh

10

Page 11: Kekuatan2 Dlm Persalinan

berlangsung lama, namun hal tersebut dapat dibenarkan karena dapat merangsang his,

dan dengan demikian dapat mempercepat jalannya persalinan.

Kontraksi hipotonik mempunyai respon yang baik terhadap pemberian

oksitosin.5 Jika diobati dengan oksitosin, 5 satuan oksitosin dimasukkan ke dalam

larutan glukosa 5% dan diberikan secara infus intravena dengan kecepatan kira – kira

12 tetes per menit, yang perlahan – lahan dapat dinaikkan sampai kira – kira 40 tetes,

tergantung pada hasilnya.1,8,9,10 Kalau 40 tetes tidak membawa hasil yang diharapkan,

maka tidak banyak gunanya untuk memberika oksitosin dalam dosis yang lebih

tinggi. Bila infus oksitosin diberikan, penderita harus diawasi dengan ketat dan tidak

boleh ditinggalkan. Kekuatan dan kecepatan his, keadaan dan denyut janin harus

diperhatikan dengan teliti. Infuse harus dihentikan jika kontraksi uterus berlangsung

lebih dari 60 detik, atau jika denyut jantung kanin menjadi cepat atau lambat.

Menghentikan infuse umumnya akan memperbaiki keadaan.1 Bagaimanapun juga

sebelum pemberian oksitosin diagnose cephalopelvic disproportion dan malpresentasi

janin harus disingkirkan karena sangat berbahaya memberikan oksitosin pada panggul

sempit dan pada adanya regangan segmen bawah uterus.5 Demikian pula, oksitosin

jangan diberikan pada grandamultipara dan kepada penderita yang telah mengalami

seksio sesarea atau miomektomi, karena memudahkan terjadinya rupture uteri. Pada

penderita dengan partus lama dan dengan gejala – gejala dehidrasi dan asidosis, di

samping pemberian oksitosin dengan jalan infus intravena gejala – gejala tersebut

perlu diatasi.

11

Page 12: Kekuatan2 Dlm Persalinan

Maksud pemberian oksitosin ialah memperbaiki his, sehingga serviks dapat

membuka. Satu cirri khas oksitosin ialah bahwa hasil pemberiannya tampak dalam

waktu singkat. Oleh karena itu tidak ada gunanya untuk memberika oksitosin berlarut

– larut. Sebaiknya oksitosin dibrikan beberapa jam saja; kalau ternya tidak ada

kemajuan, pemberiannya dapat dihentikan, agar pasien dapat beristirahat. Kemudian

dicoba lagi untuk beberapa jam; jika masih tidak ada kemajuan, lebih baik dilakukan

seksio sesarea. Oksitosin yang diberikan dengan suntikan intramuskuler dapat

menimbulkan incoordinate uterine action. Tetapi ada kalanya terutama dalam kala II,

hanya diperlukan sedikit penambahan kekuatan his agar persalinan dapat diakhiri.

Seringkali pemberian 0,5 satuan oksitosin intramuscular sudah cukup untuk memberi

efek pada pasien. Oksitosin merupakan obat yang sangatkuat, yang dahulu dengan

pemberian sekaligus dalam dosis besar sering menyebabkan kematian janin karena

kontraksi uterus terlalu kuat dan lama, dan dapat menyebabkan pula timbulnya

rupture uteri. Pemberian intravena dengan jalan infus (intravenous drip) dengan

pembarian sedikit demi sedikit dapat memberi efek yang lebih terkontrol daripada

diberikan langsung dalam dosis besar sehingga aman bagi pasien dengan penentuan

indikasi, pelaksanaan, dan pengawasan dilakukan dengan baik.

His terlalu kuat. Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan

karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada seorang yang menolong. Jika seorang

wanita mengalami partus presipitatus, kemungkinan besar kejadian ini akan berulang

pada persalinan berikutnya. Karena itu ibu hamil sebaiknya dirawat sebelum

persalinan, sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan baik. Pada persalinan

12

Page 13: Kekuatan2 Dlm Persalinan

keadaan diawasi dengan cermat, dan episiotomy dilakukan pada waktu yang tepat

untuk menghindari terjadinya rupture uteri. Dalam keadaan demikian janin harus

segera dilahirkan dengan cara memberikan trauma sedikit – dikitnya bagi ibu dan

anak.

Incoordinate uterine action. Kelainan ini hanya dapat diobati dengan cara

simptomatik karena belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional

antara bagian – bagian uterus. Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus

otot (tokolitik) dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan

pemberian analgetika, seperti morphin, pethidin dan lain – lain. Akan tetapi

persalinan tidak boleh berlangsung berlarut – larut. Apalagi kalau ketuban sudah

pecah. Dalam hal ini pada pembukaan belum lengkap perlu dipertimbangkan seksio

sesarea. Loingkaran konstriksi dalam kala I biasanya tidak diketahui, kecuali kalau

lingkaran ini terdapat dibawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis

servikalis. Apabila lingkaran konnstriksi dalam kala I dapat dibuat persalinan harus

diselesaikan dengan seksio sesarea. Biasanya lingkaran konstriksi dalam kala II baru

diketahui setelah usaha melahirkan janin dengan cunam gagal. Dengan tangan yang

dimasukkan kedalam kavum uteri untuk mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran

konstriksi mungkin dapat diraba. Dengan narkosis dalam, lingkaran tersebut kadang –

kadang dapat dihilangkan, dan janin dapat dilahirkan dengan cunam. Apabila

tindakan ini gagal dan janin masih hidup, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

13

Page 14: Kekuatan2 Dlm Persalinan

TUGAS JANUARI 2015

KELAINAN PADA HIS DAN PENATALAKSANAANNYA

OLEH

WA ODE LINDA IKA WAHYUNI DIMI

110 208 029

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2015

14