kegiatan diskusi komunitas rusabesi dalam perspektif

105
KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF PRINSIP-PRINSIP DASAR LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakan (S.IP) Oleh : HAFIZ ALFARISI NIM. 1113025100033 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM

PERSPEKTIF PRINSIP-PRINSIP DASAR LITERASI

BUDAYA DAN KEWARGAAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakan (S.IP)

Oleh :

HAFIZ ALFARISI

NIM. 1113025100033

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF
Page 3: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Hafiz Alfarisi

NIM : 1113025100033

Judul Skripsi : Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Prinsip-

Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan

Ujian Skripsi : 01 Juli 2020

Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Program Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juli 2020

Tanda Tangan Tanggal

1. Ketua Sidang : Siti Maryam, M.Hum

17-07-2020 NIP. 19700705 199803 2 002 .......................... ..............

2. Sekertaris Sidang : Amir Fadhilah, M.Si 17-07-2020

NIP. 19710530 199903 1 003 .......................... ..............

3. Pembimbing : Siti Maryam, M.Hum 17-07-2020

NIP. 19700705 199803 2 002 .......................... ..............

4. Penguji I : Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S. 17-07-2020

Page 4: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

NIP. 197103 200003 1 002 .......................... ..............

5. Penguji II : Melly Kartika Adelia, M.Hum 17-07-2020 NUPN. 9920112886 .......................... ..............

Page 5: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF
Page 6: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

i

ABSTRAK

HAFIZ ALFARISI (NIM: 1113025100033). Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam

Perspektif Prinsip-Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan. Di bawah

bimbingan Siti Maryam, S.Ag, S.S., M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan

dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2020.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan diskusi komunitas Rusabesi

berdasarkan perspektif prinsip-prinsip dasar dari literasi budaya dan kewargaan. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan kajian pustaka. Sedangkan teknik

analisis data meliputi: Bracketing, menelaah fenomena, menelaah esensi fenomena.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan diskusi di komunitas

Rusabesi terdapat tiga prinsip yang berdasarkan perspektif prinsip-prinsip dasar literasi budaya

dan kewargaan, yaitu : a. Budaya alam sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku. Pada

level ini, penulis menemukan bahwasanya kegiatan diskusi komunitas Rusabesi selaras dengan

prinsip yang pertama ini, budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku dapat

digambarkan dalam bentuk workshop dan peran moderator; b. Kewargaan multikultural dan

partisipatif. Prinsip ini berdasarkan tiga ruang kajian di komunitas Rusabesi, yaitu : Kajian

Tokoh, Kajian Apresiasi Karya Sastra, Kajian Fenomena Sastra, dan Kajian Teoritis dan

Aplikatif; c. Pengalaman langsung. Prinsip ini berdasarkan sinergitas antara komunitas

Rusabesi dengan komunitas lain cukp signifikan dan relevan, karena memang pada dasarnya

komunitas Rusabesi menyediakan wadah diskusi dan berkreasi yang sangat terbuka bagi segala

kalangan. Dan dengan cara tersebut, komunitas Rusabesi mencoba untuk merawat dan

membangun ekosistem literasi yang baik. Dan kesadaran masyarakat dalam merespon kondisi

literasi di Indonesia yang terbilang rendah. Pada tahap ini masyarakat adalah subjek sekaligus

objek dalam gerakan yang sering kali disebut sebagai penggerak literasi. Ini adalah tugas yang

sangat mulia sekaligus berat untuk dijalankan.

Kata Kunci : Literasi Budaya, Diskusi, Komunitas, Pendekatan Fenomenologi.

Page 7: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil alamiin. Segala puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada

Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang dan melimpahkan nikmat, taufiq, berkah,

rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

dengan judul “Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Prinsip-Prinsip Dasar

Literasi Budaya dan Kewargaan”. Shalawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada

manusia terbaik, manusia paling sempurna dan manusia yang paling memanusiakan manusia

yakni baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya

hingga akhir zaman.

Dalam kelancaran skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa

dan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yakni ayahanda tercinta Ahmad Ulfi

dan ibunda tercinta Lisnawati yang telah mendidik, mendoakan, serta memberikan bantuan

moril serta materil kepada penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga dapat

melangkah hingga sampai ke titik ini dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tersusunnya serta penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari

dukungan, bimbingan dan motivasi dari semua pihak yang meluangkan waktu serta ilmunya

dalam membantu penulis. Maka dari itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

iii

3. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.

4. Bapak Amir Fadhila, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.

5. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing penulis yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan, dan menuntun penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan

ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.

8. Pihak Komunitas Rusabesi yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian. Terima kasih kepada Hafizh Pragitya selaku Koordinator –

Ketua dan Hana Divani Zahra selaku Koordinator – Bendahara yang telah berkenan

membantu penulis dalam memberikan informasi saat melakukan penelitian.

9. Terima kasih kepada keluarga tercinta, wabil khusus Ayahanda Ahmad Ulfi dan Ibunda

Lisnawati yang selalu mendoakan, memberi nasehat, memberi semangat baik moril dan

materil, selalu sabar, selalu perhatian dan mengingatkan kepada penulis untuk

secepatnya menyelesaikan tanggung jawab skripsi ini. Untuk kakak perempuan saya,

Shelma Aisyah yang telah memberikan dukungan dan masukannya.

10. Terima kasih untuk Dinda Fakhriyyah Tifani P. yang telah memberikan doa, dukungan,

serta semangat untuk penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Jakarta angkatan

2013, dan untuk Pion JIP 2013 Egi Al-Maroghi, Laga Al-Ahli, Riezky

Alphiraldiansyah, Abdul Jalil, Muhammad Agustina, Muhammad Zaky, Dimas Satrio,

Muhammad Reza Pahlevi, Rofi Ahmad, Sangga Huda, Renjana, Satrio,

Taufiqqurahman, Mohammad Ardiansyah, Mustahdi, Aprianto, Fajar Alamsyah, Fajar

Page 9: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

iv

Edi Jatmiko atas kebersamaannya selama kuliah, yang sama-sama berjuang untuk

menyelesaikan skripsinya.

12. Terima kasih untuk teman-teman Rusabesi dan Recto Studies yang telah memberikan

sumbangsih pemikiran serta nalar penulis selama di dunia perkuliahan dan ruang untuk

bertukar pikiran.

13. Untuk teman-teman Cangkir, Alfatan Rezkaldi, Bintang Tri Fajar, Adam Al-Hadi, Fadli

Muhammad Zen, Ival Ramadhan, Chairul Fattah, Al-Ghifary, Febri Herdiansyah, Abil

Ramandha, Qusye, Nje, May, Widad, terima kasih atas partisipasinya.

14. Terima kasih juga untuk teman-teman JIP kelas A 2013, Mohammad Reza, Fikri Imam,

Muhammad Rifky, I Gusti Made, Cassia Ratna, Irma Khairunisa.

15. Teman-teman KAMI SEHAT, Bang Al Muhdil Karim, serta Bang Haikal, terima kasih

atas ruang kreativitas dan dialektis.

16. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terima kasih untuk segalanya, semoga Allah

SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada penulis.

Aamiin.

Jakarta, Juni 2020

Hafiz Alfarisi

Page 10: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

D. Definisi Istilah ................................................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR ......................................................................... 11

A. Macam-Macam Literasi ................................................................................. 11

1. Literasi Baca, Tulis, Hitung ....................................................................... 12

2. Literasi Media ............................................................................................ 13

3. Literasi Informasi ...................................................................................... 13

4. Literasi Teknologi ..................................................................................... 14

5. Literasi Perpustakaan ................................................................................. 14

B. Literasi Budaya dan Kewargaan..................................................................... 15

1. Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan .............................................. 15

2. Prinsip-Prinsip Liteasi Budaya dan Kewargaan ........................................ 17

a. Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku ....................... 17

b. Kesenian sebagai Produk Budaya ............................................................ 17

c. Kewargaan Multikultural dan Partisipatif ................................................ 18

d. Nasionalisme ............................................................................................ 18

e. Inklusivitas ............................................................................................... 18

f. Pengalaman Langsung ............................................................................. 19

C. Komunitas ..................................................................................................... 19

1. Pengertian Komunitas ............................................................................ 19

Page 11: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

vi

2. Komunitas Sastra..................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 23

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................................... 23

B. Pemilihan Informan ........................................................................................ 24

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 25

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 28

E. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30

F. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 33

A. Profil Komunitas Rusabesi ............................................................................. 33

B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 46

1. Kegiatan Di Komunitas Rusabesi ......................................................... 47

a. Bentuk Kegiatan Komunitas Rusabesi ................................................ 47

1. Diskusi atau Kajian ......................................................................... 47

2. Pembuatan Video Apresiasi dan Mengaktifkan Blog Rusabesi ..... 50

3. Penerbitan Jurnal ............................................................................ 52

4. Workshop ........................................................................................ 52

5. Perayaan Ulang Tahun dan Pembuatan Antologi ............................... 53

C. Pembahasan .................................................................................................... 54

1. Kegiatan Diskusi atau Kajian Di Komunitas Rusabesi Berdasarkan

Perpspektif Prinsip-Prinsip Dasar dari Literasi Budaya dan Kewargaan .. 54

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 66

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 66

B. Saran ............................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 69

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Page 12: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktural Komunitas Rusabesi ............................................................................. 40

Page 13: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian ..................................................................................................... 30

Page 14: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan sebuah komoditi untuk

mendapatkan akses pendidikan dan berbagai macam literasi, bisa dalam

bentuk yang formal ataupun non-formal. Pendidikan yang formal bisa

didapatkan atau ditemukan di dalam ruang kelas. Sedangkan pendidikan

non-formal bisa didapatkan atau ditemukan di dalam sebuah komunitas

yang dibentuk oleh kalangan mahasiswa. Dapat dilihat kesamaan ketika

mendapatkan akses pendidikan yang formal dan non-formal, yang adalah

terbentuknya suatu interaksi antara satu dengan yang lain. Memang

terlihat tipis perbedaan antara dua hal tersebut, tetapi tetap ada pembeda

tiap masing-masing dari akses pendidikan formal maupun non-formal.

Ketika mendapatkan akses pendidikan atau literasi yang formal

di dalam ruang kelas mungkin terlihat agak sedikit kaku, karena adanya

jarak antara mahasiswa dengan pengajar. Tetapi hal tersebut tidak

dijadikan dasar bahwasanya ruang kelas terlihat tidak menyenangkan.

Dalam hal ini, banyak dari kalangan mahasiswa menawarkan sebuah

pilihan alternatif - yang di mana membentuk sebuah komunitas atau

forum diskusi untuk melangsungkan khasanah pendidikan atau literasi

yang mungkin tidak ditemukan di dalam ruang kelas.

Pada dasarnya, setiap komunitas yang ada terbentuk dengan

sendirinya, tidak ada paksaan dari pihak manapun, karena komunitas

Page 15: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

2

terbnagun memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu

dalam kelompok tersebut. Suatu komunitas biasanya terbentuk karena

beberapa individu memiliki hobi yang sama, tempat tinggal yang sama

dan memiliki ketertarikan yang sama dalam beberapa hal. Salah satu

komunitas yang sudah cukup terdengar namanya di kalangan mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ialah Rusabesi.

Rusabesi merupakan akronim dari ‘Ruang Sastra Bersama

Sastra Inggris’. Salah satu komunitas yang berbasis dari mahasiswa

Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora.

Komunitas ini membentuk satu ruang dialog dalam format kajian atau

diskusi. Suatu forum yang dimana, para penggiat kebudayaan dan

kesusasteraan bisa menyampaikan pendapat – serta perspektif mereka

yang dituangkan ke dalam sebuah pemikiran atau wacana baru yang tidak

didapatkan di dalam sebuah ruang kelas yang formal. Terlebih, para

penggiat yang tergabung di dalam komunitas Rusabesi mayoritas

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Komunitas ini juga disebut sebagai sebuah komunitas dalam

tatanan literasi, karena mendukung terciptanya daya berpikir kritis dan

kreatif bagi para penggiat di dalamnya. Rusabesi memiliki kegiatan yang

rutin dilakukan satu kali dalam satu minggu, dengan menghadirkan

sebuah forum diskusi yang bertujuan untuk mengkaji suatu pembahasan

dalam konteks budaya dan sastra. Di dalam forum ini tidak melulu

membahas sebuah materi yang berhubungan dengan budaya dan sastra,

Page 16: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

3

ada pula pembahasan dalam konteks filsafat, sejarah, agama, maupun

diskursus lainnya.

Secara teknis, komunitas Rusabesi menghadirkan kegiatan

workshop penulisan materi atau makalah sebelum melakukan kegiatan

diskusi, hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari mekanismekegiatan

diskusi. Selain itu, komunitas Rusabesi melakukan kolaborasi dengan

komunitas lokal sekitar kampus, atau hadir sebagai tamu maupun pengisi

acara di beberapa acara festival sastra ataupun budaya.

Berbicara tentang literasi tidak hanya sekadar tentang

kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek

teknologi, politik, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pentingnya

kesadaran literasi sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam

menangani berbagai permasalahan. Apabila seseorang memiliki

kemampuan literasi dipastikan akan memperoleh ilmu pengetahuan dan

mendokumentasikan sepenggal pengalaman yang akan menjadi rujukan

di masa mendatang.

Di dalam cakupan literasi, terdapat sebuah kemampuan yang

dimana kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap

lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

Kemampuan tersebut adalah kemampuan literasi budaya dan kewargaan.

Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai

Page 17: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

4

di abad ke-21 oleh setiap orang, agar mereka dapat tetap mencintai dan

ikut melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. 1

Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi,

serta bersikap secara bijaksana dan cerdas atas keberagaman tersebut

menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan di abad ke-21 ini. Literasi

budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan

budaya lokal dan nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa

Indonesia di tengah masyarakat global, agar tetap mencintai dan bisa

melestarikan kebudayaan tersebut.

Literasi budaya dan kewargaan bertujuan untuk mencegah

lunturnya budaya lokal akibat imbas dari masuknya budaya global yang

sangat kuat. Untuk meredam pengaruh-pengaruh budaya global yang

kuat diperlukan literasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pelesetarian budaya lokal. Kondisi saat ini, masyarakat harus dapat

mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi era global, tetapi

jangan sampai terbawa arus budaya global yang tidak sesuai dengan

budaya sendiri. Sebagaimana budaya yang diketahui sebagai adat istiadat

atau kebiasaan suatu masyarakat.

Literasi selalu dimaksudkan sebagai kemampuan dasar dalam

hal membaca, menghitung, dan menulis. Namun seiring

perkembangannya, konsep literasi berubah menjadi rangkaian

keterampilan dalam bebagai macam kelompok dilihat dari perspektif

1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan:

Gerakan Literasi Nasional” (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 2.

Page 18: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

5

berbagai bidang seperti munculnya literasi informasi, literasi kesehatan,

literasi teknologi, literasi ekonomi, literasi budaya, dan lain-lain.

Literasi tidak lagi hanya dipandang sebagai kemampuan dasar

atau alat yang mendukung proses pembelajaran akademik, tetapi sudah

menjadi faktor pendukung kebutuhan masyarakat akan akses informasi

yang akurat dan terpercaya, kemampuan berpikir seorang individu dalam

menyelesaikan permasalahan, serta etika sikap sosial dalam berinteraksi

antar kelompok dan masyarakat.2

Kegiatan dari komunitas Rusabesi yang berdasarkan perspektif

dari prinsip-prinsip dasar literasi budaya dan kewargaan, dapat dilihat

dari kegiatan diskusi di komunitas tersebut. Bisa dilihat teknis serta

mekanisme dari kegiatan diskusi, berkolaborasi dengan komunitas lain

sebagai sinergitas sesama komunitas.

Untuk dapat melihat dan mengetahui bagaimana kegiatan

diskusi komunitas Rusabesi berdasarkan perspektif prinsip dasar literasi

budaya dan kewargaan, penulis menggunakan suatu pendeketan ilmiah

yang bertjuan untuk menelaah dan mendeskripsikan sebuah fenomena

sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh manusia

dalam kehidupan sehari-hari, seperti melahirkan dan belajar.3 Pendekatan

tersebut adalah fenomenologi.

Fenomenologi semakin banyak digunakan dalam beberapa

penelitian. Sepanjang sejarah perkembangannya terdapat banyak ahli

2 Ibrahim, “Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional (Jakarta : Kemendikbud, 2017), h. 5. 3 M. Crotty, “Phenomenology and Nursing Research”, (Melbourne: Churcill Livingston, 1996). h.

43.

Page 19: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

6

fenomenologi dengan pandangan dan pemahaman yang berbeda.

Walaupun demikian Husserl tetap dikenal sebagai penemu dan tokoh

sentral perkembangan fenomenologi.

Fenomenologi Husserl menekankan bahwa untuk memahami

sebuah fenomena harus menelaah fenomena tersebut apa adanya. Oleh

karena itu, seseorang harus menyimpan sementara atau mengisolasi

asumsi, keyakinan, dan pengetahuan yang telah dimiliki tentang

fenomena tersebut.4 Hanya dengan proses inilah seseorang mampu

mencapai pemahaman yang murni tentang fenomena. Selanjutnya,

fenomenologi Husserl meyakini bahwa fenomena hanya terdapat pada

kesadaran manusia kepada siapa fenomena tersebut menampakkan diri.

Sehingga untuk memahami sebuah fenomena seseorang harus mengamati

fenomena tersebut melalui orang yang mengalaminya.

Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, dapat

membantu penulis untuk menelaah apa yang menjadikan komunitas

Rusabesi adalah satu komunitas yang bersinergi dengan konsep literasi

budaya dan kewargaan, yang dimana menjadi suatu fenomena baru di

dalam komunitas tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di

atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat pembahasan tentang

kegiatan diskusi dari salah satu komunitas Rusabesi berdasarkan

4 Herbert Spiegelberg, “The Phenomenological Movement: A Historical Introduction”,

(Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 1994). h. 84.

Page 20: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

7

perspektif prinsip-prinsip literasi budaya dan kewargaan dengan

menggunakan pendekatan fenomenologi.

Untuk itu penulis menuangkan dalam sebuah penelitian skripsi

sebagai tugas akhir dari perkuliahan, yang berjudul: “Kegiatan Diskusi

Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Prinsip-Prinsip Literasi

Budaya dan Kewargaan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar tidak terjadi

pembahasan yang terlalu luas. Berdasarkan uraian latar belakang di

atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini mengenai

kegiatan diskusi komunitas Rusabesi dalam perspektif prinsip literasi

budaya dan kewargaan.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

perumusan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kegiatan diskusi komunitas Rusabesi yang

berdasarkan pada perspektif prinsip-prinsip dasar literasi budaya

dan kewargaan?

Page 21: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

secara keseluruhan adalah :

a. Untuk mengetahui kegiatan diskusi komunitas Rusabesi

berdasarkan perspektif literasi budaya dan kewargaan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini akan berguna bagi

perkembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, khususnya yang

berkaitan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan atau bahan

evaluasi terhadap keberlangsungan literasi budaya dan kewargaan

dalam kegiatan diskusi komunitas Rusabesi.

D. Definisi Istilah

Literasi Budaya dan Kewargaan adalah kemampuan individu dan

masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian

dari suatu budaya dan bangsa.

Diskusi adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua

orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau

kesepahaman gagasan atau pendapat.

Komunitas adalah suatu kelompok yang dibentuk oleh orang-orang yang

tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang

Page 22: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

9

sama, sadar sebagai satu kesatuan, dan bertindak secara kolektif dalam

usaha mereka dalam mencapai tujuan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan proposal ini, maka

penulis menyusunnya secara sistematis dengan membagi ke dalam 5

(lima) bab, adapun urutannya adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan dari penelitian. Di

dalamnya dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan

yang melatar belakangi penelitian ini, kedua dijelaskan

mengenai pembatasan dan perumusan masalah agar

pembahasan terfokus pada satu topik, lalu selanjutnya

dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat dilakukannya

penelitian ini, definisi istilah yang berkaitan dengan topik

yang akan dibahas, dan terakhir yaitu sistematika penulisan

yang menjelaskan apa saja yang dibahas dalam setiap bab.

BAB II Tinjauan Literatur

Bab ini berisi literatur yang bertujuan untuk memberikan

gambaran kepada pembaca. Tinjauan literatur yang

digunakan disesuaikan dengan penelitian yang sedang

dilakukan, meliputi : pengertian, buku, pedoman, dan lain

sebagianya.

Page 23: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

10

BAB III Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai penulisan yang digunakan

yaitu jenis dan pendekatan penelitian, karateristik informan,

teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan

analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil temuan di lapangan

sesuai dengan aspek yang dikaji oleh penulis, yakni

mencakup profil objek penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan.

BAB V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil penelitian

yang dikemukakan oleh penulis, dan penulis juga

memberikan saran-saran yang merupakan masukan dan

sumbangan pemikiran penulis.

Page 24: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Macam-Macam Literasi

Literasi adalah suatu kemampuan membaca dan menulis

mengenai pengetahuan atau keterampilan sautu bidang melalui aktivitas

tertentu.5 Literasi berhubungan dengan kemampuan mengidentifikasi,

menemukan, menciptakan, mengevaluasi secara terorganisir dan efektif

yang kemudian mengkonsumsinya dengan informasi guna mengatasi

beragam permasalahan.6

Literasi yang pada awalnya masih dalam level kegiatan

membaca dan menulis, kini mengalami transformasi yang begitu elegan -

dengan segala lini kehidupan, baik sosial, budaya, agama, politik dan

lainnya. Sedangkan esensinya adalah kemampuan mengkomunikasikan,

memahami dan mengolah informasi secara cerdas, yang kemudian

literasi dianggap dinamis baik pengertian maupun perkembangan

pergerakannya.

Di bawah ini akan penulis paparkan apa saja macam-macam dari

perkembangan literasi menurut Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan sebagai berikut7 :

5 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gerakan,https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi, diakses

pada tanggal 02 Maret 2020 pukul 10.23 WIB. 6 Triwarti Rahayu, “Penumbuhan Budi Pekerti Melalui Gerakan Literasi Sekolah”, (Yogyakarta :

Universitas Ahmad Dahlan, Jurnal, 2017), h. 183. 7 Kemendikbud, Media Komunikasi dan Inspirasi JENDELA Pendidikan dan Kebudayaan:

Gerakan Literasi Untuk Tumbuhkan Budaya Literasi”, (Kemendikbud.go.id; Biro Komunikasi

dan Layanan Masyarakat (BKLM), Kemendikbud, Gedung C Lantai 4, Jln. Jenderal

Sudirman, Senayan, Jakarta), h. 6-7.

Page 25: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

12

1. Literasi Baca, Tulis, dan Hitung

Merupakan literasi dasar yang berkaitan dengan kemampuan

untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan menghitung

berkaitan dengan kemampuan menganalisis untuk memperhitungkan,

mempersepsikan informasi, mengkomunikasikan, serta

menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan

kesimpulan pribadi oleh setiap individu.

Literasi membaca, menulis dan menghitung bukanlah

pengertian pendek mengenai buku, maka transformasi literasi

memiliki makna luas. Berkaitan dengannya, pada skala nasional

gerakan literasi mendapat respon yang baik dari kalangan pemerintah

maupun komunitas penggiat literasi. Sebagaimana tertuang dalam UU

yang menjelaskan mengenai pentingnya literasi dalam dunia

pendidikan dengan adanya revitalisasi perpustakaan, adanya taman

baca masyarakat (TBM) dan makin maraknya pabrik percetakan buku,

yang menandakan meningkatnya produktivitas karya akan buku,

belum lagi dengan adanya kebebasan pers dan lain sebagainya.

Sebagaimana hal ini bertumpu pada berbagai macam literasi dalam

dunia pendidikan.

Page 26: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

13

2. Literasi Media

Literasi media merupakan kemampuan memahami,

menganalisis dan mendekonstruksikan pencitraan media. Kemampuan

yang dimaksud agar masyarakat sebagai konsumen media untuk sadar

dan melek tentang dibuatnya media dan cara mengaksesnya. Sering

kali media dianggap sebagai sumber kebenaran informasi melalui

publikasi atau pencitraan media yang pada sisi lain memiliki

kekuasaan intelektual atas publikasinya yang berdasarkan kepentingan

suatu pihak dan tidak jarang terdapat monopoli di dalamnya. Ini

merupakan bagian dari kebebasan pers.

3. Literasi Informasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah

bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi

pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Untuk itu

diperlukan adanya kemampuan yang dimiliki seseorang di dalam

mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan

untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya

secara efektif dan mampu mengkomunikasikan iinformasi yang

dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan dipahami, agar

tercapai masyarakat yang melek informasi.

Page 27: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

14

4. Literasi Teknologi

Literasi teknologi, yaitu kemampuan memahami kelengkapan

yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti

lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan

teknologi. Dan berikutnya, dapat memahami teknologi untuk

mencetak, merepresentasikan, dan mengakses internet.

5. Literasi Perpustakaan

Literasi perpustakaan merupakan kemampuan untuk

memahami tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses

mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara

lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan

nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan perodikal, memahami

Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang

memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami

penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan

dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah

tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

Dari kelima macam-macam literasi yang sudah dipaparkan di

atas setidaknya memerlukan sebuah kepekaan yang tak terucap

tentang hubungan-hubungan antar konvensi-konvensi tekstual dan

konteks penggunannya serta idealnya kemampuan berefleksi secara

kritis tentang hubungan-hubungan itu.

Page 28: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

15

Karena peka dengan maksud atau tujuan, literasi itu bersifat

dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara dan di dalam

komunitas dan kebudayaan. Dengan penggunaan praktik-praktik

situasi sosial, dan historis, dan situasi kebudayaan untuk menciptakan

dan menginterpretasikan makna melalui teks.

B. Literasi Budaya dan Kewargaan

1. Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting

untuk dikuasai di abad ke-21. Indonesia memiliki beragam suku

bangsa, bahasa, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan

sosial. Ada dua pengertian di dalam literasi budaya dan kewargaan,

yang pertama adalah literasi budaya dan yang kedua adalah literasi

kewargaan.

Literasi budaya adalah kemampuan untuk mengetahui budaya

yang dimiliki bangsa, baik kearifan lokal maupun budaya nasional,

serta kemampuan dan keinginan untuk melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan tersebut. Literasi budaya bertujuan

untuk mencegah lunturnya budaya lokal akibat imbas dari masuknya

budaya global yang kuat, untuk itu diperlukan literasi dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal. Kondisi saat

ini, banyak generasi muda yang mulai tidak tahu budayanya sendiri.

Page 29: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

16

Generasi muda harus dapat mengembangkan kemampuan diri dalam

menghadapi era global, tetapi jangan sampai tebawa arus budaya

global yang tidak sesuai dengan budaya sendiri.8

Literasi kewargaan adalah kemampuan atau kesadaran

sesorang mengenai kebijakan dan keputusan dalam penyelenggaraan

Negara, serta tindakan dan perbuatannya bagi penyelenggaraan

Negara dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Enam

kemampuan literasi tersebut selaras dengan nawa Cita yang menjadi

agenda prioritas pemerintah Indonesia terkait peningkatan

keterampilan hidup masyarakat.9

Literasi juga menjadi isu global karena pada tahun 2015

merupakan akhir dari dekade “Pembangunan untuk Berkelanjutan”

dari UNESCO, UNSECO Decade of Education for Sustainable

Development. Dekade ini juga merupakan akhir dari Millenium

Development Goals (MDG’s) menjadi Sustainable Development

Goals (SDG’s) hingga tahun 2030.10

Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan

salah satu kecakapan hidup yang dubutuhkan pada abad ke-21.

Kecakapan ini akan melahirkan bangsa yang berkualitas, yang pada

akhirnya mampu menunjukkan identitasnya di kancah Internasional.

Literasi budaya dan kewargaan ini dapat menjadi acuan serta

8 Ibrahim, “Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional (Jakarta : Kemendikbud, 2017), h.7-8. 9 Ibid, h. 7-8 10 Alice Lee, dkk,“Conceptual Relationship of Information Literacy and Media Literacy in

Knowledge Societies” , (Paris: UNESCO, 2013), h. 118-119.

Page 30: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

17

perumusan kegiatan literasi budaya dan kewargaan yang beragam dan

kontekstual.

2. Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan11

1. Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku

Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi

kekayan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai

alam pikir melalui bahasa dan perilaku berarti budaya menjadi jiwa

dalam bahasa dan perilaku yang dihasilkan oleh suatu masyarakat.

Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan

budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Misalnya, melalui ungkapan dalam bahasa Jawa

‘memayuhayuningbawonoi’ kita mengenal falsafah hidup bahwa

manusia harus mampu menjaga lingkungan hidupnya. Ungkapan

tersebut tidak hanya memiliki arti filosofis, tetapi juga menyiratkan

bahwa perilaku manusianya merupakan bagian dari suatu budaya.

2. Kesenian sebagai Produk Budaya

Kesenian merupakan salah satu bentuk budaya yang

dihasilkan oleh suatu masyarakat. Indonesia sebagai Negara

kepulauan yang besar tentunya menghasilkan berbagai bentuk

11 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Materi Pendukung Literasi Budaya dan

Kewargaan: Gerakan Literasi Nasional” (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

2017), h. 3.

Page 31: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

18

kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri khas kebudayaan

dari daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk kesenian

yang dihasilkan oleh setiap daerah di Indonesia harus dikenalkan

kepada masyarakat terutama generasi muda agar mereka tidak

tecerabut dari akar budayanya dan kehilangan identitas

kebangsaannya.

3. Kewargaan Mulitkultural dan Partisipatif

Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaan,

adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti

ini, dibutuhkan suatu masyarakat yang mampu berempati,

bertoleransi, dan bekerja sama dalam keberagamaan. Semua warga

masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, dan latar belakang budaya

memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk turut berpartisipasi aktif

dalam kehidupan bernegara.

4. Nasionalisme

Kesadaran akan kebangsaan adalah hal penting yang harus

dimiliki oleh setiap warga negaranya, setiap individu akan bertindak

sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat

bangsa dan negaranya.

5. Inklusivitas

Di tengah kondisi masyarakat yang beragam, pandangan dan

perayaan inklusivitas sangat berperan untuk mendorong setiap

Page 32: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

19

anggota masyarakat untuk mencari ke-universalan dari budaya baru

yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan mereka.

6. Pengalaman Langsung

Untuk membangun kesadaran sebagai warga Negara,

pengalaman langsung dalam bermasyarakat adalah sebuah laku yang

besar artinya untuk membentuk ekosistem yang saling menghargai

dan memahami.

C. Komunitas

1. Pengertian Komunitas

Istilah komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang

berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau

banyak orang. Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari

beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki

ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia,

individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan,

sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, dan sejumlah kondisi lain

yang serupa.12

Menurut Montagu dan Matson13, terdapat Sembilan konsep

komunitas yang baik dan empat kompetensi masyarakat, yaitu : a)

Setiap anggota komunitas berinteraksi berdasarkan hubungan pribadi

12 Agoes Patub B.N., “Modul Seminar: Peran Komunitas Musik Etnis dalam Kebangkitan Budaya

Bangsa”, (Yogyakarta: Komunitas Suling Bambu Nusantara, 2011). 13 Ambar Teguh Sulistiyana, “Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan”, (Yogyakarta:

Penerbit Gava Media, 2004), h. 81-82.

Page 33: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

20

dan hubungan kelompok; b) komunitas memiliki kewenangan dan

kemampuan mengelola kepentingannya secara bertanggung jawab; c)

Memiliki viabilitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah sendiri;

d) Pemerataan distribusi kekuasaan; e) Setiap anggota memiliki

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi demi kepentingan

bersama; f) Komunitas memberi makna pada anggota; g) Adanya

heteroginitas dan perbedaan pendapat; h) Pelayanan masyarakat

ditempatkan sedekat dan secepat kepada yang berkepentingan; i)

Adanya konflik dan managing conflict. Sedangkan untuk melengkapi

sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi sebagai

berikut : a) Kemampuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

komunitas; b) Menentukan tujuan yang hendak dicapai dan skala

prioritas; c) Kemampuan menemukan dan menyepakati cara dan alat

mencapai tujuan; d) Kemampuan bekerjasama secara rasional dalam

mencapai tujuan.

Kekuatan pengikat suatu komunitas, teruatama adalah

kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan

sosialnya yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang

budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Di samping itu, secara fisik suatu

komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau geografis. Masing-

masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme

yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang

dihadapinya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Page 34: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

21

2. Komunitas Sastra

Sastra berada dalam lingkup kebudayaan yang ada di tengah-

tengah masyarakat kita dan telah menjadi ciri khas masing-masing

individu atau kelompok. Sastra yang telah bertransformasi ke dalam

berbagai bentuk karya sastra menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum

muda pada dewasa ini, minat ini sebaiknya berjalan berdampingan

dengan masyarakat dan kebudayaan sebagai unsur pembangun

sebuah karya sastra. Di tangan kreativitas anak muda dan semangat

dalam membumikan sastra, kebudayaan tidak dapat dipisahkan.

Oleh karena itu, komunitas dapat menjadi salah satu wadah

untuk mengekspresikan semangat tersebut. Komunitas berbasis

literasi ataupun sastra telah banyak berkembang di masyarakat

Indonesia. Tetapi jika menempatkan sastra dalam satu ruang saja

tidak cukup, sinergi antara komunitas berbasis budaya dan penggiat

sastra perlu untuk membangun pemahaman lintas sastra dan

budaya.14

Komunitas sastra dan produksi karya sastranya, merupakan

satu jalinan yang padu. Kepaduannya ini dilihat dari keberadaan

komunitas sastra yang merupakan salah satu wadah penting bagi

sastrawan dalam penciptaan karya sastra. Para sastrawan – terutama

sastrawan muda – hampir sebagian besar meniti karier

kepengarangannya melalui keterlibatan mereka dalam aktivitas pada

14 Nyoman Kutha Ratna, “Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 17.

Page 35: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

22

komunitas sastra. Akibatnya, sebagian besar juga karya terlahir dari

aktivitas yang diadakan di dalam komunitas sastra.

Dengan demikian, keberadaan komunitas sastra memiliki arti

penting sebagai sebuah “wadah” untuk menggembleng para

sastrawan – terutama sastrawan muda – untuk memproduksi karya.

Selain itu, di dalam komunitas sastra tidak hanya berbicara tentang

produksi karya. Beberapa hal seperti melakukan kegiatan

kesusastraan dalam lingkup mengkaji karya sastra dan diskusi-

diskusi sastra.

Page 36: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan alat atau instrumen dalam penelitian yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah data atau informasi

yang didapatkan. Untuk memenuhi kebutuhan data-data dalam proses penelitin

ini, penulis akan menentukan jenis dan pendekatan penelitian, pemilihan

informan, teknik analisis data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

deskriptif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Jenis

penelitian deskriptif bertujuan untuk menemukan data yang valid,

akurat, dan signifikan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui

masalah yang diteliti.15 Pendekatan fenomenologi adalah ilmu yang

berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang

tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang

tidak berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan

penafsiran lebih lanjut. Dan fenomenologi sendiri merupakan bagian

dari metodologi kualitatif, namun mengandung nilai sejarah dalam

perkembangannya.16

Menurut Hegel, fenomenologi mengacu pada pengalaman

sebagaimana yang muncul pada kesadaran, ia menjelaskan

fenomenologi adalah ilmu yang menggambarkan apa yang seseorang

15 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 41. 16 Agus Salim, “Teori dan Penelitian Paradugma”, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 167.

Page 37: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

24

terima, rasakan dan mengetahui apa yang ada di dalam kesadaran

secara langsung dan pengalamannya. Dan apa yang muncul dari

kesadaran itulah yang disebut sebagai fenomena.17

Fenomenologi ingin mengungkapkan apa yang menjadi

realitas dan pengalaman yang dialami individu, mengungkapkan dan

memahami sesuatu yang tidak nampak dari pengalam subjektif

individu. Oleh karena itu, penulis tidak dapat memasukkan dan

mengembangkan asumsi-asumsinya di dalam penelitian ini.18

Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, penulis

melakukan penelitian yang membahas tentang kegiatan diskusi

komunitas Rusabesi dalam perspektif prinsip literasi budaya dan

kewargaan dengan terjun langsung ke lapangan, mendeskripsikan dan

mengkonstruksi realitas yang ada serta melakukan pendekatan

terhadap informan, sehingga diharapkan data yang didapatkan akan

lebih maksimal.

B. Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan, penulis memilih kriteria

informan yang sesuai dengan konteks penelitian yang akan dilakukan

yaitu yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan, informan

yang penulis pilih adalah dua orang koordinator dari komunitas

Rusabesi.

17 Clark Moustakas, “Phenomenilogical Research Methods”, (California: SAGE Publications,

1994). h. 26. 18 J.W. Creswell, “Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed”,

diterjemahkan oleh: Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 53.

Page 38: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

25

Untuk menentukan sampel yang akan diwawancara, penulis

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah

salah satu strategi pengambilan sampel yang paling umum, yaitu

dengan memilih informan yang seusai dengan pertanyaan penelitian

tertentu.19

Dalam menentukan subjek yang akan dijadikan informan

oleh penulis, akan didasari beberapa kriteria dalam pemilihan

informan yaitu, Hafizh Pragitya sebagai koordinator dan termasuk

Hana Divani Zahra sebagai koordinator. Kedua koordinator tersebut

merupakan penanggung jawab dari komunitas Rusabesi yang penulis

tentukan untuk dijadikan informan dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, teknik pengumpulan data adalah hal

yang sangat penting untuk memperoleh data yang akan digunakan

untuk proses analisis data lebih lanjut. Data penelitian ini bersumber

dari dua jenis data, yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil

wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informasi yang

dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan, untuk

mendapatkan data dapat diperoleh dengan :

19 Sari Wahyuni, “Qualitative Research Method: Theory and Practice”, (Jakarta: Salemba Empat,

2012), h. 33.

Page 39: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

26

a. Observasi

Pada tahap observasi bisa melalui pada pencatatan secara

sistematik dari kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang

dilihat, dan hal-hal yang diperlukan dalam mendukung penelitian

yang sedang dilakukan. Penulis juga mengamati subjek yang dapat

dijadikan sebagai informan, termasuk mengamati aktivitas dan

mengamati hal-hal yang berkaitan dengan kondisi informasi di

dalam objek penelitian ini. Objek pada tahap observasi ini adalah

komunitas Rusabesi. Observasi dilakukan dengan cara melihat,

mengumpulkan fakta-fakta, pernyataan-pernyataan yang

merupakan hasil dari kenyataan untuk dibahas dalam penelitian.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan diskusi dari

komunitas tersebut dilihat dari perspektif prinsip-prinsip literasi

budaya dan kewargaan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20 Hal ini

dikarenakan sumber data utama dalam penelitian fenomenologi

adalah kata-kata, ide, ataupun komentar dalam proses wawancara.

Lebih dari itu, wawancara dimaksudkan untuk memperoleh

pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami

20 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Bandung: ALFABETA, 2015), h. 317.

Page 40: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

27

individu berkenaan dengan topik yang diteliti dengan maksud

mengeksplorasi isu tersebut yang tidak dapat dijangkau dengan

pendekatan lain. Wawancara yang penulis lakukan akan sangat

membantu untuk memperdalam pembahasan mengenai kegiatan

diskusi komunitas Rusabesi dalam perspektif prinsip-prinsip dasar

literasi budaya dan kewargaan.

c. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah suatu penelitian yang datanya didapat dari

berbagai jenis bahan pustaka seperti buku, dokumen, artikel,

laporan, majalah, kliping dan sebagainya.21 Kajian pustaka yang

penulis lakukan adalah dengan mencari informasi melalui media

cetak dengan mengunjungi perpustakaan dan media elektronik,

yaitu mencari data melalui internet.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data kedua yang diperoleh

melalui perantara atau secara tidak langsung yang digunakan sebagai

pelengkap data pada penelitian. Dan mencari sumber data tertulis yang

dapat dijadikan landasan teori untuk memperkuat proses analisis data.

Penulis melakukan pencarian data menggunakan bahan-bahan pustaka

yang terkait dengan penelitian, baik berupa fisik maupun elektronik.

21 Prasetya Irawan, “Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis

Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula”, (Jakarta: STIA LAN, 2003), h. 6.

Page 41: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

28

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data adalah teknik yang digunakan dalam

mengolah data yang bersumber dari informan mengenai topik tertentu

yang dilakukan dengan wawancara oleh penulis dengan informan ke

dalam tulisan untuk kemudian dianalisis untuk menjadi sebuah data.

Setelah data diperoleh melalui wawancara dengan para informan,

maka hasil dari wawancara tersebut dicatat dan dibuat menjadi sebuah

transkrip untuk kemudian dianalisis lebih lanjut.

Hasil wawancara yang telah diolah menjadi sebuah data,

kemudian data tersebut dianalisis dengan pendekatan fenomenologi,

yaitu, mencoba menyajikan dan memahami makna di balik data yang

diperoleh ke dalam tema-tema tertentu. Data tersebut akan dianalisis

melalui tiga tahap, yaitu :

1. Bracketing

Bracketing bertujuan untuk membantu penulis memahami

fenomena apa adanya. Proses bracketing berlangsung secara terus

menerus sepanjang proses penelitian. Pada fase awal penelitian,

penulis mengidentifikasi dan menyimpan sementara asumsi,

keyakinan, dan pengetahuan yang telah dimiliki tentang fenomena

yang diteliti agar berkonsentrasi pada setiap aspek fenomena,

merenungkan esensi dari fenomena dan menganalisis serta

mendeskripsikan fenomena. Bracketing tidak hanya dilakukan oleh

penulis, tetapi juga dilakukan oleh informan. Seperti halnya

Page 42: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

29

penulis, informan juga harus mengisolasi asumsi, keyakinan, dan

pengetahuannya tentang fenomena pada saat menceritakan

pengalamannya.22

2. Menelaah Fenomena

Menelaah fenomena meliputi proses eksplorasi, analisis, dan

deskripsi fenomena untuk memperoleh gambaran yang utuh dan

mendalam dari fenomena. Terdapat tiga langkah utntuk menalaah

fenomena, meliputi intuiting atau merenungkan, menganalisis, dan

mendeskripsikan fenomena. Melalui intuiting, penulis akan

menyatu dengan data yang dianalisis dan mampu untuk memilih

data yang dapat merepresentasikan fenomena dan berfungsi sebagai

batu loncatan untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan

mendalam tentang fenomena. Proses intuiting berjalan bersamaan

dengan proses analisis meliputi proses identifikasi esensi atau

elemen dasar dan pola hubungan antar esensi yang membentuk

struktur esensial fenomena. Dan yang terakhir adalah

mendeskripsikan fenomena yang diteliti sebagai bagian dari

pengalamannya sendiri.

3. Menelaah Esensi Fenomena

Pada tahap ini penulis mencoba untuk memahami struktur

esensial suatu fenomena dan melakukan proses telaah terhadap

esensi dan pola hubungan antar esensi dari fenomena. Pada

22 M. Crotty, “Phenomenology and Nursing Research”, (Melbourne: Churcill Livingston, 1996), h.

47.

Page 43: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

30

dasarnya proses menelaah esensi meliputi proses intuiting dan

analisis. Setelah esensi dan pola hubungannya teridentifikasi

maka struktur esensial dari fenomena yang diteliti dapat disusun.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020,

bertempat di Ciputat dan Jakarta.

Tabel 1. Jadwal Peneltian

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Observasi Objek Penelitian Januari 2020

2. Pengajuan Proposal April 2020

3. Bimbingan Skripsi April – Juni 2020

4. Penelitian Lapangan April - Mei 2020

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema literasi budaya

dan kewargaan dengan pendekatan fenomenologi yang penulis usung

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dian Novita Fitriani, 2014, Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan.

Dengan judul “Penjiwaan Profesionalisme Pustakawan : Studi

Page 44: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

31

Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial Pustakawan Terhadap

Profesi Pustakawan”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh

permasalahan profesi pustakawan yang kurang dianggap penting.

Profesi ini sering dianggap profesi yang kurang menarik bahkan oleh

mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan maupun pustakawan yang

aktif. Tetapi, pada saat ini seorang pustakawan harus multiskilled.

Penelitian ini menggunakan metode fenomemologi dan menghasilkan

tiga topologi pustakwan, yaitu : Administratuve librarianship,

actualization librarianship, and society oriented librarianship.

Persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

fenomenologi sebagai metode penelitian dan fokus utama dalam

mencari informasi. Perbedaan pada penelitian ini adalah mengenai

subjek dan objek penelitian. Penulis menggunakan literasi budaya dan

kewargaan sebagai subjek penelitian dan melakukan penelitian pada

komunitas Rusabesi sebagai objek penelitian.

2. Hamam, 2018, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam. Dengan judul : “Gerakan Literasi Budaya untuk

Penguatan Pendidikan karakter Pada Anak : Studi Komplek

Perumahan Bumi Trimulyo Blok D5 desa Trimulyo, Jetis Bantul

Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah diperlukannya gerakan

literasi melalui penguatan pendidikan karakter pada anak, lalu

melakukan proses gerakan literasi melalui penguatan pendidikan

Page 45: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

32

karakter pada anak, serta hasil yang diperoleh dari upaya gerakan

literasi untuk penguatan pendidikan karakter pada anak. Persamaan

dari penelitian ini adalah, penulis melihat perspektif yang sama pada

konteks literasi budaya dan kewargaan, serta memaparkan apa itu

yang dimaksud dengan literasi budaya dan kewargaan. Persamaan

yang berikutnya adalah, menggunakan komunitas sebagai objek dari

penelitian ini.

Page 46: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian serta temuan-

temuan dalam penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan

maupun observasi lapangan. Sebelum penjelasan mengenai hasil penelitian,

penulis akan memaparkan mengenai gambaran umum dari komunitas Rusabesi.

Mulai dari profil, sejarah, basis komunitas, fokus dan tujuan, struktural, bentuk

kegiatan, sistem, dan hasil atau output karya dari komunitas Rusabesi.

A. Profil Komunitas Rusabesi

1. Deskripsi Komunitas Rusabesi

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26

ayat 323, menjelaskan bahwa pendidikan non-formal meliputi

pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26

ayat 424, menjelaskan bahwa satuan pendidikan non-formal terdiri

atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat

kegiatan belajar masyarakat, dan satuan pedidikan sejenis.

23 UU. No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 24 Ibid

Page 47: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

34

Berdasarkan pengertian di atas, Komunitas Rusabesi

merupakan salah satu bentuk pendidikan non-formal yang

memberikan akses pendidikan yang diselenggarakan oleh

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam bentuk

komunitas. Komunitas Rusabesi merupakan wadah berkumpulnya

para penggiat sastra, seni, dan kebudayaan. Komunitas ini mencoba

untuk membangun ekosistem di dalam bidang sastra, seni, dan

kebudayaan.

Komunitas Rusabesi adalah komunitas di daerah Ciputat

yang bergerak di bidang sastra, seni, dan budaya. Kegiatan

utamanya adalah diskusi yang diadakan setiap hari Kamis sore,

membahas sastra, film, seni, dan hal-hal lain yang masih berada

dalam ruang lingkup seni dan budaya. Komunitas ini juga bisa

ditemukan diberbagai jejaring sosial seperti Instagram, Twitter, dan

Youtube dengan memasukkan pencarian @rusabesi. Atau di laman

web Rusabesi.blogspot.co.id dan surel [email protected].

Rusabesi sendiri tidak ingin melabelkan komunitas ini

sebagai komunitas sastra dan seni, tetapi komunitas yang bergerak

di bidang sastra dan seni. Hal demikian dilakukan oleh Rusabesi

karena ekosistem sastra dan seni perlu terus bergulir, perlu kritik,

perlu apresiasi, dan perlu menelurkan kembali karya-karya lainnya

agar kembali dikritik, diapresiasi dan seterusnya.

Page 48: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

35

2. Sejarah Komunitas Rusabesi

Rusabesi terbentuk dari minimnya tempat belajar

mengenai kajian sastra. Ruang kelas dirasa kurang cukup untuk

memperdalam materi sastra itu sendiri. Sehingga komunitas

Rusabesi memutuskan membuat wadah untuk menampung karya

sastra teman-teman khususnya di lingkungan Sastra Inggris UIN

Syarif Hidyatullah Jakarta, dan membuat kajian rutin untuk

membahas sastra secara umum dari mulai karya, tokoh, teori,

fenomena dan yang lainnya.

Keterbatasan waktu belajar di kelas sangat terbatas,

sementara sastra begitu luas cakupannya. Dan melihat kepenatan

akan atmosfir kampus yang begitu kental dengan politik kampus.

Sebuah bentuk kebutuhan untuk menyediakan ruang bagi para

mahasiswa atau para penggiat yang ingin mengirimkan karya sastra

ke dalam blog yang dibuat oleh Rusabesi, dan blog tersebut

menandai awal eksistensi dari komunitas Rusabesi.

Komunitas Rusabesi awalnya terbentuk atas kegelisahan

sekaligus respon dari beberapa mahasiswa di lingkungan UIN

Syarif Hidyatullah Jakarta atas kebutuhan akan sebuah ruang untuk

mengkaji sastra. Awal mulanya komunitas ini hanya berbentuk

blog untuk menaungi karya-karya mahasiswa Sastra Inggris yang

biasa menulis puisi, cerpen, dan esai. Lalu berkembang dengan

Page 49: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

36

diadakannya diskusi, pembuatan jurnal bulanan, perform di

beberapa acara dan apresiasi karya hingga saat ini.

Di samping itu, fenomena partisan, yang hampir ada

dalam setiap kegiatan mahasiswa, membuat komunitas ini memilih

jalan untuk berdiri secara mandiri dan terlepas secara struktural

dengan organisasi manapun yang ada di dalam lingkungan kampus.

Dengan cara tersebut komunitas Rusabesi dapat hidup dan

menentukan arah kegiatan dengan bebas dan leluasa. Tidak ada

campur tangan manapun yang dapat melakukan intevensi

komunitas ini; mandiri dalam bergerak dan berpikir.

Seiring dengan proses belajar dan dorongan untuk

menjelajah lebih dalam, fokus kajian, apresiasi, dan kreasi di

komunitas Rusabesi kemudian diperluas. Sastra tidak menjadi satu-

satunya fokus dalam komunitas ini. Tema kajian, apresiasi, dan

kreasi kemudian menyentuh ruang-ruang lain dalam kajian

kebudayaan, mulai dari film, seni rupa, seni pertunjukan, seni

visual, musik, dan berbagai wacana lain yang ada dalam ranah

kebudayaan. Ini semua dilakukan atas dasar motivasi yang tinggi

dari setiap individu dalam komunitas untuk melakukan

penjelajahan dalam dunia kebudayaan.

Komunitas Rusabesi terbentuk atas dasar kebutuhan ruang

diskusi sastra dan kebudayaan di lingkungan kampus. Komunitas

ini diinisiasi oleh Zaki Ari Setiawan, Rahmat Edi Sutanto, dan M.

Page 50: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

37

Adhi Kurnia yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa

Sastra Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kelahiran Rusabesi sekaligus menegaskan kembali

pentingya ruang diskusi akademis yang terbebas dari segala

intervensi politik praktis apapun. Atas dasar melihat kenyataan

kondisi politik, terutama politik kampus, acap kali mengeruhkan

setiap kegiatan yang berbasis akademis-kebudayaan. Alhasil, tidak

sedikit komunitas kebudayaan di kampus yang mati dan tenggelam

justru karena membawa misi politik, bukan pada pengembangan

kebudayaan itu sendiri.

Meski terlahir dari Rahim Jurusan Sastra Inggris UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, para anggota Rusabesi memiliki latar

belakang yang beragam, mulai dari siswa sekolah menengah,

pekerja kreatif serta swasta, jurnalis, dosen dan tentu mahasiwa.

Mereka semua datang dengan tujuan yang sama, yakni belajar

sastra dan kebudayaan bersama-sama tanpa intervensi politik

praktis yang ada di kampus atau ranah-ranah lain.

Guna merealisasikan dasar pikir tersebut, Rusabesi secara

rutin melakukan kajian sastra, film, dan kebudayaan secara umum;

meliputi kajian teoritis, karya, wacana, dan apresiasi. Kajian

tersebut tidak hanya diisi oleh penggiat Rusabesi, namun seringkali

melakukan kerjasama dengan komunitas epistemik lain.

Page 51: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

38

3. Basis dari Komunitas Rusabesi

Komunitas Rusabesi berada di wilayah Ciputat, Tangerang

Selatan. Untuk basis atau rutin melakukan kegiatan diskusi,

komunitas ini berkumpul di sekitaran Kampus UIN Syarif

Hidyatullah Jakarta, tepatnya di selasar Fakultas Adab dan

Humaniora atau bisa juga ditemukan di lobi Fakultas Syariah dan

Hukum.

4. Tujuan dan Fokus Komunitas Rusabesi

Komunitas Rusabesi berharap untuk menjadi ruang

eksplorasi bagi siapapun orang yang ingin terlibat. Komunitas ini

diibaratkan sebagai laboratorium, di mana eksperimen akan selalu

dihadirkan untuk menghasilkan sesuatu. Eksperimen yang

dimaksud adalah mencoba untuk merawat ekosistem sastra, seni,

dan kebudyaaan. Hal tersebut bertujuan agar ekosistem sastra dan

seni perlu terus bergulir, perlu kritik, perlu apresiasi, dan perlu

menelurkan kembali karya-karya lainnya agar kembali dikritik,

diapresiasi dan seterusnya.

Terbentuknya komunitas ini, karena adanya ketertarikan

antara mahasiswa Sastra Inggris UIN Jakarta untuk membuka

suatu ruang dialog yang memang tidak ada campur tangan dari

pihak mana pun. Dan murni untuk mempelajari pengetahuan serta

perkembangan yg ada di bidang sastra.

Page 52: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

39

Dan komunitas Rusabesi memilih berfokus pada bidang

sastra dan seni, karena memang awalnya masih di dalam ruang

lingkup sastra saja, dan para penggiat yang ikut serta dalam

kegiatan diskusi semakin banyak, zaman juga semakin maju,

tentu saja bertambah ide-ide kajian dan akhirnya melebar ke seni

dan budaya juga. Terlebih, karena orang-orang yang ikut andil di

dalamnya ‘suka’ ngobrol ini-itu perihal sastra, seni, dan budaya,

karena itu komunitas ini memilih untuk berfokus pada bidang

sastra, seni, dan budaya.

Page 53: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

40

5. Struktural Komunitas Rusabesi

Gambar 1. Struktural Komunitas Rusabesi

Koordinator

Sekretaris

Bendahara

Koordinator

Anggota

Koordinator

Anggota

Koordinator

Anggota

Koordinator

Anggota

Koordinator

Anggota

Koordinator

Anggota

STRUKTUR

KEPENGURUSAN RUSABESI

TAHUN 2020

Badan

Pengurus

Harian Kamar Kajian Kamar Apresiasi

Kamar Dokumentasi Kamar Publikasi dan Media sosial

Kamar Hubungan Masyarakat Kamar Dokumentasi

Page 54: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

41

Berikut adalah nama-nama kepengurusan komunitas Rusabesi ;

1. Badan Pengurus Harian

Koordinator : Hafizh Pragitya

Sekretaris : Munawar Aidi

Bendahara : Hana Divani Zahra

2. Kamar Kajian

Koordinator : Albi Bil Awal

Anggota :

- Ricky Firdaus

- Dhimas Pramudya

- Muhammad Fachrurozi

3. Kamar Apresiasi

Koordinator : Zaki Ari Setiawan

Anggota :

- Andhika Pielaat

- Vinny Oktharina

- Fayadh Ghifari

4. Kamar Publikasi dan Media Sosial

Koordinator : Shafira Kautsar Mahdi

Anggota :

- Anggita Rizkiarachma Ansyahputri

- Chitra

- Fena Basafiana

Page 55: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

42

- D. Ayuningtyas

- Asa Hikmatul

- Farhan Ramadhan

5. Kamar Dokumentasi

Koordinator : Aldy Julio Tahir

Anggota :

- Rafikar Ramsi

- Muhamad Ramadhan Saputra

- Agung Mubarok

- Raditya Arrivansyah

6. Kamar Dana Usaha

Koordinator : Fauzan Mar‘i

Anggota :

- Luthfi

- Previani N.

- Muhammad Taufik

7. Kamar Hubungan Masyarakat

Koordinator : Ananda Rizki Syuhada

Anggota :

- Nizam Rahman

- Pradityo Akbar

- Khairunnisa Azkhashaffana

Page 56: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

43

6. Sistem dari Komunitas Rusabesi

Secara struktural di komunitas Rusabesi, dalam beberapa

tahun terakhir seringkali merubah sistemnya. Mulai dari

menggunakan satu ketua dan dibantu bendahara, sekretaris. Lalu

kemudian berubah ke bentuk tanpa ketua, namun tiap-tiap kamar

seperti Kamar Kajian, Kamar apresiasi, Kamar Jurnal dipimpin

oleh ketua dan sekretaris. Dan baru-baru ini dengan model ketua,

sekretaris, bendahara serta kepala kamar dan sekretaris. Antara

masing-masing pihak di komunitas ini tidak ada jalur hirarkis

seperti pada struktural organisasi lainnya, maksudnya adalah tidak

ada yang mengetuai lainnya, dan saling bekerjasama dan

berkoordinasi

Rusabesi menganut sistem kekeluargaan tanpa

mencampuri urusan personal. Kekeluargaan di sini maksudnya,

Rusabesi sangat terbuka dan peduli terhadap sesama penggiat.

Rusabesi sangat menghindari adanya kelompok yang

diistimewakan dalam kegiatannya. Tidak dimasukinya ranah

personal juga membuat siapapun bisa merasa nyaman.

Sistem sukarela yang dianut Rusabesi, sangat membantu

sekali bertahannya komunitas ini. Siapapun bisa datang dan pergi

sesukanya. Jadi, lama-kelamaan penggiat yang hadir pun

kebanyakan penggiat yang benar-benar tertarik pada diskusi sastra,

seni, dan budaya. Ketertarikan ini tentu meningkatkan kesadaran

Page 57: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

44

dan keinginan untuk terus menjaga Rusabesi, walaupun memang

hanya beberapa penggiat yang terlibat.

7. Hasil atau Output Karya dari Komunitas Rusabesi

Komunitas Rusabesi sudah menciptakan dan memiliki

beberapa karya di ranah sastra, seni, dan budaya. Di antaranya

menerbitkan beberapa jurnal bulanan. Jurnal yang sudah diterbitkan

ini dapat diakses dan diunduh secara gratis di laman blog yang

sudah disediakan bagi para penggiat sastra, dan jurnal tersebut

dikemas secara ciamik oleh para anggota dari komunitas Rusabesi.

Dan baru tahun kemarin menerbitkan buku antologi karya

dari para penggiat di Rusabesi yang berisi puisi, cerpen, esai,

fotografi, juga karya visual. Buku ini, selain ruang artikulasi secara

kolektif, juga dapat dilihat sebagai usaha bersama untuk tetap

merawat nalar agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk

melihat dan merespon segala gejala dalam ranah kebudayaan.

Beberapa dari anggota komunitas pun juga sudah

menciptakan karya tulis baik secara individual maupun kelompok.

Karya-karya tersebut sudah tersebar di berbagai media nasional,

ada yang sudah menerbitkan buku, dan ada juga yang sudah

membuat film dokumenter pendek.

Youtube juga dijadikan suatu medium bagi komunitas

Rusabesi untuk menayangkan dan menampilkan dokumentasi dari

hasil pertunjukan diberbagai acara yang sudah dilakukan oleh para

Page 58: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

45

penggiatnya. Hasil pertunjukan semacam performance art, teatrikal

puisi, dan musikalisasi puisi merupakan salah satu cara komunitas

Rusabesi untuk mengapresiasi karya-karya sastra yang dikemas

dalam karya seni pertunjukan. Hasil dokumentasi tersebut dapat

dinikmati di kanal Youtube dengan memasukkan kata kunci

Rusabesi.

Selain itu, suatu kebanggaan tersendiri bagi Rusabesi

ketika beberapa karya ada yang sudah memenangkan penghargaan,

walaupun masih dalam cakupan nasional. Komunitas Rusabesi

sendiri pernah mendapatkan penghargaan dalam kategori

“Komunitas Pemerhati Sastra Terbaik dalam Festival Literasi

Tangsel 2018.”

Semua karya-karya yang sudah dihasilkan oleh komunitas

Rusabesi merupakan salah satu cara untuk tetap bisa merawat

ekosistem yang sehat di dalam bidang sastra, seni, dan budaya.

Karena, semua bentuk karya yang dihasilkan merupakan satu hal

apresiatif untuk membangun sebuah kerja nalar dan menumbuhkan

sebuah daya kritis serta kreativitas.

Page 59: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

46

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh melalui serangkaian metode

penelitian, di antaranya observasi dan wawancara. Wawancara

dilakukan dengan informan yang menurut penulis dapat

memberikan informasi sesuai dengan apa yang sedang penulis

teliti. Berikut ini penulis paparkan hasil penelitian mengenai

seluruh bentuk kegiatan yang ada di komunitas Rusabesi.

1. Kegiatan Di Komunitas Rusabesi

a. Bentuk Kegiatan Di Komunitas Rusabesi

Komunitas Rusabesi memiliki banyak kegiatan, mulai dari

kegiatan mingguan, bulanan, sampai perayaan tahunan. Dan semua

kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Rusabesi masih dalam

lingkup sastra, seni, dan budaya.

Kegiatan tesebut adalah diskusi atau kajian yang rutin

dilakukan tiap satu minggu, selain itu ada kegiatan workshop

penulisan makalah atau materi, pembuatan video apresiasi terhadap

karya sastra dan pembuatan jurnal, lalu yang terakhir dan dilakukan

tiap satu tahun adalah perayaan ulang tahun dari komunitas

Rusabesi. Selain itu, komunitas ini sedang melakukan perombakan

dan mengaktifkan kembali Blog yang sudah sempat dibuat oleh

para penggiat di Rusabesi sebagai wadah untuk menampung karya

sastra dan seni.

Page 60: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

47

1. Diskusi atau Kajian

Kegiatan diskusi atau kajian yang rutin dilakukan satu kali

dalam satu minggu, dan kegiatan ini biasa dilakukan pada hari

Kamis mulai dari pukul 16.00 – 21.00, terlebih sampai larut jika

memang masih banyak pembahasan yang sangat menarik.

Secara teknis, kegiatan diskusi ini terbagi menjadi empat

ruang kajian sebagai mekanisme kegiatan diskusi agar tiap

pemateri yang bertanggung jawab untuk mengisi kegiatan diskusi

ini lebih terfokus. Ruang kajian tersebut adalah kajian tokoh, kajian

apresiasi karya sastra, kajian fenomena sastra, serta kajian teoritis

dan aplikatif.

“Walaupun dalam pemilihan pemateri sedikit memaksa (kita bilangnya sistem

fitnah, jadi yang sudah lama berkecimpung di Rusabesi kemungkinan besar

namanya ada jadi list pemateri tanpa ada persetujuan mereka dulu),

semuanya masih berjalan lancar. Setiap tahun juga ada evaluasi. Rusabesi

sempat beberapa kali mengganti sistem kajian demi menyesuaikan kebutuhan

dan tuntutan yang dihadapi.”25

a. Kajian Tokoh

Ruang lingkup diskusi di kajian ini membahas

permasalahan status sosial, ideologi, latar belakang sosial budaya,

posisi sosial pengarang dalam masyarakat, masyarakat pembaca

yang dituju, mata pencaharian (dasar ekonomi produksi sastra),

25 Wawancara dengan DZ, Koordinator Komunitas Rusabesi. Pada Hari Sabtu Tanggal 09 Mei

2020.

Page 61: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

48

buku yang dibaca, dan profesionalisme. Melalui kajian ini dapat

mempelajari kehidupan para pelaku sastra dengan lebih dekat dan

memahami pendekatan mereka dalam membuat sebuah karya dari

persepektif sosiologi.

b. Kajian Apresiasi Karya Sastra

Ruang lingkup diskusi di bidang apresiasi karya sastra

antara lain pembahasan karya sastra baik itu berupa novel, cerita

pendek, esai, atau puisi. Karya sastra yang menjadi bahan

pembahasan boleh dari bahasa asing, bahasa Indonesia, ataupun,

terjemahan. Pendekatan yang digunakan untuk mengapresiasi

tergantung minat pemateri, bisa dari strukturalisme, post-

strukturalisme, sosiologi sastra, intertekstual, dsb.

“Untungnya aku ikut Rusabesi sebelum masuk semester-semester akhir yang

banyak membicarakan teori dan membedah karya. Jadi, sedikit mengetahui

perihal ilmu inti itu. Senior yang tergabung pun juga tidak pelit padahal aku

bodoh banget tapi tidak diketawain kalo aku tidak tahu dan bertanya soal hal

yang aku tidak tahu itu. Jadi, untuk pendidikan formal aku di sasing kebantu

banget khususnya lewat diskusi Rusabesi yang diadakan tiap Kamis.”26

Lewat kajian ini dapat mendiskusikan dan menemukan

informasi-informasi penting dan mungkin belum dijelaskan oleh

para penggiat sastra lain dari karya sastra seluruh dunia.

c. Kajian Fenomena Sastra

26 Wawancara dengan DZ, Koordinator - Bendahara Komunitas Rusabesi. Pada Hari Sabtu

Tanggal 09 Mei 2020.

Page 62: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

49

Ruang lingkup diskusi di bidang kajian ini adalah segala

hal yang terkait dengan pergerakan, fenomena, tren, perdebatan,

polemik, aliran, atau lembaga sastra. Kajian ini ditujukan untuk

memperluas horizon pengetahuan, khususnya pengetahuan

kesusasteraan dari seluruh dunia, serta merangsang munculnya

gagasan-gagasan baru seputar kesusasteraan.

d. Kajian Teoritis dan Aplikatif

Ruang diskusi di bidang kajian ini antara lain, sejarah teori

sastra dan perkembangannya baik secara kronologis, diskursif,

maupun dialektis atau bedah proposal penelitian, jurnal, skripsi,

thesis, disertasi sastra baik dari struktur penulisan, gagasan yang

dibawa, gagasan yang ditentang, dll. Lewat kajian teoritis dan

aplikatif ini dapat memahami dinamika sastra melalui perspektif

akademis dan ilmiah lewat penelitian-penelitian sastra.

Dari keempat ruang kajian tersebut secara penulisan

materi atau makalah bisa mencari referensi melalui buku, majalah

sastra, artikel ilmiah, atau jurnal ilmiah dari seluruh dunia sebagai

bahan diskusi. Dan para peserta diskusi berhak mengajukan

pertanyaan, keresahan, keberatan, gugatan, ketidaksepakatan, atau

contoh kasus berdasarkan referensinya masing-masing selama

berlangsungnya diskusi.

Peran moderator dalam kegiatan diskusi ini adalah untuk

membuka diskusi, mengarahkan jalannya diskusi agar tertib tapi

Page 63: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

50

tetap santai, menggaris bawahi gagasan-gagasan fakta, atau temuan

yang penting, mengajak peserta diskusi untuk terlibat aktif dalam

kegiatan diskusi, menyampaikan informasi-informasi di luar

makalah yang penting untuk disimak dan diperhatikan pemateri dan

peserta, serta menutup diskusi.

Moderator berhak mengajukan pertanyaan, keresahan,

keberatan, gugatan, ketidaksepakatan, atau contoh kasus

berdasarkan referensinya masing-masing selama berlangsungnya

diskusi untuk memancing setiap pernyataan atau petanyaan yang

muncul selama diskusi berlangsung.

2. Pembuatan Video Apresiasi dan Mengaktifkan Kembali Blog

Rusabesi

Selain itu, komunitas Rusabesi memiliki Kamar Apresiasi

untuk membuat semacam video untuk di platform Instagram

Rusabesi yang akan membicarakan hal seputar sastra, seni, budaya,

atau hal-hal yang kiranya trending atau disukai saja. Dan

rencananya akan dilakukan tiap bulan, tetapi untuk sekarang ini

agak tersendat karena satu dan lain hal, kemungkinan akan dimulai

di semester depan.

“Kalau ditanya kenapa memilih sastra dan seni, mungkin awalnya masih di

ruang lingkup sastra saja, tapi karena orang-orang yang ikut diskusi semakin

banyak, zaman juga makin maju, bertambah lah ide-ide kajian dan akhirnya

melebar ke seni dan budaya juga. Mungkin karena orang-orang yang ikut

Page 64: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

51

andil di dalamnya ‘suka’ ngobrol ini-itu perihal sastra, seni, dan budaya, jadi

di sana lah awal-mula bagaimana ketertarikan itu muncul.”27

“Kalau untuk blog ruang lingkupnya masih fokus ke sastra dulu sepertinya,

semacam puisi, cerpen, dan esai, tapi masih belum ada bayangan juga

kelanjutannya seperti apa, dan mudah-mudahan bisa terlaksana.”28

Ada juga dari Kamar Medsos dan Publikasi untuk

merencanakan perombakan blog Rusabesi yang masih terpakai

namun terbilang tak lagi produktif, Kalau untuk blog ini ruang

lingkupnya masih fokus ke dalam lingkup sastra seperti puisi,

cerpen, dan esai.

3. Penerbitan Jurnal

Penerbitan jurnal komunitas Rusabesi dilakukan dalam

kurun waktu satu bulan. Jurnal yang diterbitkan oleh komunitas

Rusabesi ini adalah bentuk kreatif dan apresiatif terhadap karya

sastra dan seni. Proses pembuatan jurnal tersebut dimulai pada

tahun 2015 dengan membentuk tim redaktur. Tim redaktur ini

terdiri dari redaktur puisi, redaktur cerpen, redaktur esai, redaktur

informasi, redaktur grafis, finansial, sekretaris, dan penasihat.

Di dalam jurnal ini terdapat beberapa rubrik seperti

editorial, informasi, puisi, cerpen, esai, dan karya-karya visual.

Penerbitan awal jurnal Rusabesi dimulai pada tahun 2015 untuk

edisi yang pertama, dan saat ini sudah mencapai pada edisi ke-18.

Siapapun bisa mengakses jurnal tersebut pada laman

27 Wawancara dengan HP, Koordinator Komunitas Rusabesi. Pada Hari Sabtu Tanggal 09 Mei

2020. 28 Wawancara dengan HP, Koordinator Komunitas Rusabesi. Pada Hari Sabtu Tanggal 09 Mei

2020.

Page 65: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

52

bit.ly/jurnalrusa. Dan siapapun bisa mengirimkan karya berupa

karya sastra dan seni ke alamat surel [email protected].

4. Workshop

Untuk kegiatan workshop ini merupakan bagian dari

mekanisme diskusi untuk pemateri dalam tata cara menulis materi

atau makalah. Di dalam kegiatan workshop ini akan diadakan

kembali kegiatan brainstorming untuk membuat materi yang baik.

Walaupun brainstorming ini juga sifatnya opsional. Selain untuk

meningkatkan kualitas tulisan, langkah ini juga dilakukan untuk

mempermudah pengarsipan dan mengantisipasi apabila ingin

dibukukan, sehingga tidak perlu ada proses editing yang panjang,

karena semua tulisan layak dipublikasikan.

“Lalu, masalah teknis diskusi ya mencakup berapa pemateri per pertemuan

sampai tata cara menulis paper. Rencananya nanti akan diadakan kembali

kegiatan brainstorming untuk membuat materi yang baik, atau semacam

workshop.”29

Teknis kegiatan workshop ini dilakukan oleh tim Kamar

Kajian untuk peningkatan kualitas materi atau makalah, yang

adalah brainstorming setiap hari Selasa sebelum diskusi

berlangsung. Brainstorming ini menjelaskan bagaimana penulisan

materi mulai dari bentuk materi yang biasanya berupa esai

argumentatif. Pemateri tidak disarankan untuk mengutip dari

29 Wawancara dengan DZ, Koordinator Komunitas Rusabesi. Pada Hari Sabtu Tanggal 09 Mei

2020.

Page 66: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

53

sumber tanpa penulis yang jelas dan sumber tanpa penulis yang

tidak mencantumkan pustaka acuannya.

Dan hal yang perlu diperhatikan ketika menulis materi

adalah mencantumkan nama pemateri, judul makalah yang relevan,

titimangsa (tempat dan tanggal ditulisnya materi), nomor halaman,

daftar pustaka atau referensi, jenis font, ukuran font untuk konten

maksimal 12 dan untuk judul maksimal 14, dan memuat gambar

yang dibutuhkan dalam materi.

Setelah itu pemateri wajib mengunggah makalah dalam

format PDF ke grup Whatsapp Rusabesi 1 hari sebelum diskusi

berlangsung. Dan memberitahukan salah seorang anggota Kamar

Kajian jika tidak berkenan untuk mencetak makalah untuk

dibagikan pada saat diskusi.

5. Perayaan Ulang Tahun dan Pembuatan Antologi

Pada perayaan ulang tahun yang ke-4 Rusabesi membuat

sebuah antologi kumpulan karya dari para anggota Rusabesi. Buku

antologi ini merupakan bentuk konkret dari proses belajar panjang

selama empat tahun di komunitas Rusabesi. Dengan ditopang oleh

pengamatan, pengalaman, dan perjalanan membaca yang intens,

buku antologi ini berusaha untuk memproyeksikan setiap kesan dan

gagasan yang pernah terlintas di kepala para kreator karya. Karya

yang terdapat di dalam buku antologi ini adalah puisi, cerita

pendek, esai, dan karya visual.

Page 67: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

54

C. Pembahasan

Pada tahap ini penulis akan membahas hasil penelitian

yang sudah dipaparkan di atas. Berikut pembahasan mengenai

kegiatan diskusi komunitas Rusabesi berdasarkan perspektif

prinsip-prinsip dasar dari literasi budaya dan kewargaan.

1. Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi Berdasarkan Perspektif

Prinsip-Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan

Prinsip-prinsip dasar literasi budaya dan kewargaan

menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat enam

prinsip dasar yang adalah budaya sebagai alam pikir melalui bahasa

dan perilaku; kesenian sebagai produk budaya; kewargaan

multikultural dan partisipatif; nasionalisme; inklusivitas;

pengalaman langsung.30 Dari keenam prinsip tersebut, akan penulis

paparkan hasil penelitian yang telah didapatkan pada konteks

kegiatan diskusi komunitas Rusabesi berdasarkan perspektif dari

enam prinsip dasar dari literasi budaya dan kewargaan.

Selama komunitas Rusabesi menjalankan kegiatan diskusi,

selama itu juga Rusabesi mencoba untuk membangun semangat

literasi dan merawat ekosistem literasi. Karena komunitas ini masih

berada dalam tatanan literasi, penulis mencoba untuk menafsirkan

apa yang menjadi dasar bahwasanya kegiatan diskusi di komunitas

30 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Materi Pendukung Literasi Budaya dan

Kewargaan: Gerakan Literasi Nasional” (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

2017), h. 3.

Page 68: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

55

Rusabesi dapat menggambarkan perspektif prinsip dasar literasi

budaya dan kewargaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil penelitian di atas,

penulis mendapati poin dimana kegiatan diskusi di komunitas

Rusabesi yang sesuai dengan perspektif prinsip-prinsip dasar

literasi budaya dan kewargaan sebagai berikut :

a. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku

Usaha Rusabesi dalam mengembangkan semangat literasi

termanifestasi dalam bentuk kajian rutin mingguan. Semua

berangkat dari sastra sebagai ilmu. Kemudian ia diekstrak ke dalam

bahan diskusi dalam usaha untuk merawat diskursus sastra dan

ilmu lain yang saling berkelindan, juga usaha untuk melihat satu

fenomena yang direkam dalam sebuah karya dan atau teori apakah

masih relevan dalam kehidupan saat ini.

Pada level ini, penulis menemukan bahwasanya kegiatan

diskusi di komunitas Rusabesi selaras dengan prinsip yang pertama

ini, budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku dapat

digambarkan dalam bentuk workshop dan peran moderator.

Kegiatan workshop ini termasuk ke dalam bagian kegiatan

diskusi. Karena anggota dari Kamar Kajian akan melakukan

brainstorming sebelum pemateri melakukan kajian, tujuannya

untuk menjelaskan dan mendiskusikan teknis penulisan materi atau

makalah yang sesuai dengan tema kajian berdasarkan silabus.

Page 69: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

56

Dari brainstorming ini akan dijelaskan bagaimana

penulisan materi mulai dari bentuk materi yang biasanya berupa

esai argumentatif. Pemateri tidak disarankan untuk mengutip dari

sumber tanpa penulis yang jelas dan sumber tanpa penulis yang

tidak mencantumkan pustaka acuannya.

Dan yang terpenting adalah ketika pemateri menulis

materi atau makalah harus mencantumkan nama pemateri, judul

makalah yang relevan, titimangsa (tempat dan tanggal ditulisnya

materi), nomor halaman, daftar pustaka atau referensi, jenis font,

ukuran font untuk konten maksimal 12, dan untuk judul maksimal

14, serta memuat gambar yang dibutuhkan dalam materi.

Setelah itu pemateri wajib mengunggah makalah dalam

format PDF ke dalam grup Whatsapp Rusabesi atau bisa juga

mengirimkan via surel di alamat [email protected], dan

dikirimkan satu hari sebelum kegiatan diskusi atau kajian dimulai.

Tidak lupa juga berkoordinasi dengan anggota Kamar Kajian untuk

mencetak makalah atau materi yang sudah ditulis, agar bisa

dibagikan pada saat diskusi atau kajian.

Semua teknis ini dilakukan oleh para anggota dari Kamar

Kajian di komunitas Rusabesi, untuk peningkatan kualitas materi

atau makalah. Selain untuk meningkatkan kualitas tulisan, teknis

workshop ini dilakukan untuk mempermudah pengarsipan dan

mengantisipasi apabila ingin dibukukan, sehingga tidak perlu ada

Page 70: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

57

proses editing yang panjang, karena semua tulisan layak untuk

dipublikasikan.

Kegiatan workshop yang dilakukan oleh anggota Kamar

Kajian menggambarkan bahwasanya budaya sebagai alam pikir

melalui bahasa dan perilaku dapat membangun daya kreativitas dan

kritis dalam melakukan penulisan materi atau makalah. Walaupun

terdengar remeh, tetapi para penggiat dan anggota komunitas

Rusabesi sangat detail memperhatikan hal-hal kecil, terlebih itu

adalah budaya yang sudah dibangun sejak dahulu oleh komunitas

Rusabesi.

Selanjutnya adalah peran moderator dalam kegiatan

diskusi. Moderator secara subjektif memiliki peran yang cukup

krusial dalam berjalannya diskusi atau kajian. Selain sebagai

pembuka dan mengarahkan jalannya diskusi, moderator mencoba

membangun komunikasi antara pemateri dengan peserta, agar

terciptanya suasana diskusi yang aktif dan kondusif.

Selain itu, peran moderator juga diterapkan dalam

berjalannya kegiatan diskusi atau kajian di komunitas Rusabesi

untuk mengarahkan jalannya diskusi agar tertib tapi tetap santai,

menggaris bawahi gagasan-gagasan fakta, atau temuan yang

penting, mengajak peserta diskusi untuk terlibat aktif dalam

kegiatan diskusi, menyampaikan informasi-informasi di luar

Page 71: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

58

makalah yang penting untuk disimak dan diperhatikan antara

pemateri dengan peserta.

Secara objektif, moderator menggambarkan budaya

sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku. Dapat dikatakan

moderator ini selaras dengan prinsip budaya sebagai alam pikir dan

perilaku, karena dapat membangun dialektika antara pemateri

dengan peserta diskusi.

Kegiatan workshop dan peran moderator tersebut

dilakukan oleh komunitas Rusabesi sebagai salah satu cara

mencoba membangun budaya untuk selalu berpikir secara kritis,

kreatif, dan terbuka namun tetap bertanggungjawab. Segala bentuk

pemikiran dan perilaku diperbolehkan dengan pemenuhan nilainilai

di atas, lengkap dengan konsekuensinya.

Dengan cara itu, komunitas Rusabesi mencoba untuk

membangun semangat literasi budaya sebagai alam pikir melalui

bahasa dan perilaku. Karena itu, komunitas Rusabesi memiliki

keberadaan sebagai bagian penting dalam proses mengembangkan

dan membangun semangat literasi dalam level budaya sebagai alam

pikir melalui bahasa dan perilaku.

b. Kewargaan Multikultural dan Partisipatif

Komunitas Rusabesi memliki perspektif dan cukup

pragmatis dalam memaknai ragam suku bangsa, bahasa, kebiasaan,

adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Keberagaman

Page 72: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

59

menjadi penting karena dari sana, komunitas Rusabesi dapat

melihat banyak warna. Hal ini dapat dilihat sebagai komponen

dasar manusia sebagai landasan berpikir. Setiap orang mutlak

berbeda, sehingga dari perbedaan itu dapat dilihat sebagai bahan

bakar dimana satu diskursus dapat lahir lewat berbagai macam

perbedaan pola pikir, perilaku, dan ragam kesenian yang

dihadirkan.

Kegiatan diskusi atau kajian adalah usaha paling dekat.

Bahkan di lingkungan kampus, rasanya sastra bukan hal yang

terlalu populer. Sehingga Rusabesi berusaha mengemasnya ke

dalam bentuk diskusi untuk kajian mendalam. Sangat sering dalam

kegiatan diskusi membahas karya-karya sastra Indonesia ataupun

luar dari berbagai macam latar belakang dan daerah, dan dengan

keberagaman ini ilmu dan wawasan akan terus berkembang.

Prihatin akan kondisi keberagaman yang sering kali

termakan oleh pergerakan zaman yang begitu masif, dan akhirnya

hilang dari permukaan bahkan terlupakan. Mengingatnya,

membicarakannya, mendiskusikannya, dan mengapresiasinya

adalah beberapa cara merawat keberagaman tersebut.

Cara untuk merawat keberagaman tersebut, Rusabesi

menghadirkan empat ruang kajian sebagai mekanisme kegiatan

diskusi, yang adalah kajian tokoh, kajian apresiasi karya sastra,

kajian fenomena sastra, kajian teori dan aplikatif.

Page 73: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

60

Pertama, kajian tokoh. Ruang kajian ini menjelaskan

bagaimana status sosial, ideologi, latar belakang sosial budaya,

posisi sosial pengarang dalam masyarakat, masyarakat pembaca

yang dituju, mata pencaharian (dasar ekonomi produksi sastra),

buku yang dibaca, dan profesionalisme.

Penulis mengamini bahwa ruang kajian ini

menggambarkan bentuk prinsip kewargaan multikultural dan

partisipatif, karena melalui kajian ini, dapat mempelajari

kehidupaan para pelaku sastra dengan lebih dekat dan memahami

pendekatan mereka dalam membuat sebuah karya melalui

perspektif sosiologi.

Yang kedua adalah ruang kajian apresiasi karya sastra

Ruang kajian ini membahas karya sastra baik itu berupa novel,

cerita pendek, esai, atau puisi. Karya sastra yang menjadi bahan

pembahasan bisa dari bahasa asing, bahasa Indonesia, ataupun

terjemahan. Pendekatan yang digunakan untuk mengapresiasi

tergantung minat pemateri, bisa dari strukturalisme, post-

struktruralisme, sosiologi sastra, intertekstual, dsb.

Melalui kajian ini dapat mendiskusikan dan menemukan

informasi-informasi penting dan mungkin belum dijelaskan oleh

para penggiat sastra lain dari karya sastra di seluruh dunia. Dari

ruang kajian ini, penulis menyadari bahwasanya pencapaian

tertinggi setelah proses produksi suatu karya adalah apresiatif.

Page 74: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

61

Melalui kajian ini apresiasi terhadap ragam suku bangsa, bahasa,

tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial terus bergulir

Yang ketiga adalah kajian fenomena sastra, tujuannya

untuk melihat segala hal yang terkait dengan pergerakan,

fenomena, tren, perdebatan, polemik, aliran, atau lembaga sastra.

Kajian ini ditujukan untuk memperluas horizon pengetahuan,

khususnya pengetahuan kesusasteraan dari seluruh dunia serta

merangsang munculnya gagasan-gagasan baru seputar

kesusasteraan.

Yang keempat adalah ruang kajian teoritis dan aplikatif ini

dapat memahami dinamika sastra melalui perspektif akademis dan

ilmiah melalui penelitian-penelitian sastra. Di dalam kajian ini akan

membahas sejarah teori, sastra dan perkembangannya baik secara

kronologis, diskursif, maupun dialektis atau membedah proposal

penelitian, jurnal, skripsi, thesis, disertasi sastra baik dari struktur

penulisan, gagasan yang dibawa, gagasan yang ditentang, dll.

Pada level ini, penulis melihat bahwasanya ketika

bermunculan budaya baru, komunitas Rusabesi mencoba

membicarakan dan mendiskusikannya melalui kajian teoritis dan

aplikatif. Karena, melalui kajian ini bisa dlihat dari konteks sejarah

dan perkembangannya baik secara kronologis, diskursif, maupun

dialektis atau membedahnya. Melalui kajian ini dapat memahami

Page 75: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

62

budaya baru yang bermunculan dari perspektif akademis dan

ilmiah.

Dan tak bisa dipungkiri, banyak pula yang bisa dipelajari

darinya. Ini menarik untuk direspon, dikaji, dan dipahami. Ini

adalah bahan bakar lahirnya bentuk kesenian baru, kajian fenomena

baru. Dengan itu, maka dapat terciptalah kesenian-kesenian baru.

Bisa jadi dengan mencampurkannya. Dan kebaharuan tersebut

adalah bahan bakar laboratorium bagi komunitas Rusabesi.

c. Pengalaman Langsung

Di komunitas Rusabesi, kajian dan proses penulisan itu

sering dilakukan. Peran Rusabesi dalam mendorong dinamika

kehidupan sastra di Indonesia begitu terasa. Komunitas Rusabesi

mendorong proses apresiasi sastra dan penciptaan karya sastra yang

melibatkan sastrawan, akademisi, mahasiswa, pelajar, pemerhati

dan penggiat sastra serta masyarakat umum.

Peran komunitas Rusabesi mampu menentukan wujud

tanggung jawab karya sastra menjadi hidup dalam keberadaannya

sebagai diri sastra sendiri, sekaligus sebagai bagian dari masyarakat

peradaban. Akibatnya, komunitas ini sangat mengenal bagaimana

corak standar berkarya kreatif antar masing-masing komunitas lain

menjadi sangat berbeda-beda. Dengan tidak berhenti adalah

menjaga.

Page 76: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

63

Komunitas Rusabesi telah memulainya beberapa tahun

silam. Masih banyak jalan yang terjal di depan. Rusabesi

beradaptasi dengan keadaan yang sekarang. Dan Rusabesi pun akan

terus membumikan sastra lewat diskusi, pertenjukkan dan karya-

karya yang lain. Juga tidak menutup kemungkinan akan ada hal

baru di tahun-tahun berikutnya. Dengan banyaknya budaya baru

yang muncul, fenomena dan isu baru, tentunya hal tersebut akan

menarik jika dapat dieksplorasi lebih lanjut

Peran komunitas Rusabesi memang sangat penting dalam

membentuk paradigma pelaku sastra terhadap tanggung jawab

berikut alasannya dalam kegaiatan sastra bahwa bagaimana pun

kegiatan sastra merupakan bagian integral kegiatan manusia yang

wajib dipertanggungjawabkan, lalu ada dampak pengaruh karya

sastra bagi kehidupan manusia, serta kenyataan semakin pendeknya

jarak waktu antara karya sastra dalam penulisan dan sosialisasimya

dalam berbagai media.

Kesusastraan dan kesenian sebagai bagian dari humaniora,

pada hakikatnya mengembangkan asumsi tentang hakikat manusia

sebagai animal symbolicum, tidak hanya puas dengan pemenuhan

kebutuhan materi, makhluk yang mencari dan memberi makna

yang dinyatakan dalam simbol. Tindakan manusia adalah tindakan

yang keluar dari kebebasannya, tidak dideterminasi oleh institusi

Page 77: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

64

sosial dan kultural, namun tetap apa yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan.

Dalam level pengalaman langsung, komunitas Rusabesi

bersinergi dengan komunitas, organisasi, atau kelompok

masyarakat. Sebagai contoh atau bentuk nyata komunitas Rusabesi

bersinergi dengan komunitas lain adalah berkolaborasi dengan

Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci), sebuah forum lokal di daerah

Ciputat. Dan diundang untuk dalam acara Festival Literasi Tangsel

2018 untuk menerima penghargaan sebagai komunitas pemerhati

sastra. Dan diundang sebagai pembicara diskusi panel dalam

rangkaian acara International Literary Festival 2019.

Dan dengan cara tersebut, komunitas Rusabesi mencoba

untuk merawat dan membangun eksosistem literasi yang baik. Dan

kesadaran masyarakat dalam merespon kondisi literasi di Indonesia

yang terbilang rendah. Pada tahap ini masyarakat adalah subjek

sekaligus objek dalam gerakan yang sering kali disebut penggerak

literasi. Ini adalah tugas yang sangat mulia sekaligus berat untuk

dijalankan.

Dengan pemaparan narasi di atas, penulis melihat

bahwasanya bentuk kegiatan diskusi di komunitas Rusabesi yang

menggambarkan dan dilihat dari perspektif prinsip-prinsip dasar

Page 78: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

65

literasi budaya dan kewargaan, terdapat tiga prinsip yang sesuai

dengan konteks atau tujuan penelitian yang sudah penulis lakukan.

Page 79: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan pada bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan

tentang kegiatan diskusi komunitas Rusabesi berdasarkan

perspektif prinsip-prinsip dasar literasi budaya dan kewargaan

sebagai berikut :

1. Dari kegiatan diskusi komunitas Rusabesi, terdapat tiga prinsip

berdasarkan perspektif prinsip-prinsip dasar dari literasi budaya

dan kewargaan, di antaranya adalah :

a. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku. Prinsip ini

berdasarkan kegiatan workshop dan peran moderator. Kegiatan

workshop dan peran moderator tersebut dilakukan oleh komunitas

Rusabesi sebagai salah satu cara mencoba membangun budaya

untuk selalu berpikir secara kritis, kreatif, dan terbuka namun tetap

bertanggungjawab. Segala bentuk pemikiran dan perilaku

diperbolehkan dengan pemenuhan nilainilai di atas, lengkap dengan

konsekuensinya.

Page 80: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

67

b. Kewargaan Multikultural dan Partisipatif. Prinsip ini berdasarkan

empat ruang kajian di komunitas Rusabesi, yaitu : Kajian Tokoh;

Kajian Apresiasi Karya Sastra; Kajian Fenomena Sastra; Kajian

Teori dan Aplikatif. Cara untuk merawat keberagaman tersebut,

Rusabesi menghadirkan empat ruang kajian sebagai mekanisme

kegiatan diskusi.

c. Pengalaman Langsung. Prinsip ini berdasarkan sinergitas antara

Rusabesi dengan komunitas lain cukup signifikan, karena memang

pada dasarnya komunitas Rusabesi menyediakan wadah diskusi

dan berkreasi yang terbuka bagi segala kalangan. Dalam level

pengalaman langsung, komunitas Rusabesi bersinergi dengan

komunitas, organisasi, atau kelompok masyarakat. Sebagai contoh

atau bentuk nyata komunitas Rusabesi bersinergi dengan komunitas

lain adalah berkolaborasi dengan sebuah forum lokal di daerah

Ciputat, yaitu Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci). Dan diundang

untuk dalam acara Festival Literasi Tangsel 2018 untuk menerima

penghargaan sebagai komunitas pemerhati sastra. Dan diundang

sebagai pembicara diskusi panel dalam rangkaian acara

International Literary Festival 2019.

Page 81: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

68

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis akan

menyampaikan beberapa saran dan masukan yang kiranya dapat

dijadikan pertimbangan bagi komunitas Rusabesi. Adapun saran-

saran dari penulis sebagai berikut :

1. Tetap menjaga kerja nalar sebagai salah satu cara merawat

ekosistem literasi di Indonesia melalui kegiatan diskusi atau kajian,

dan terus mengembangkan diskursus ilmu sastra dalam ranah

komunitas. Apresiatif terhadap karya sastra dan seni merupakan

level tertinggi dalam merawat kesusasteraan dan kesenian di

Indonesia agar terus bergulir.

2. Dalam prinsip-prinsip dasar literasi budaya dan kewargaan,

terdapat tiga prinsip dasar dari literasi budaya dan kewargaan yang

sesuai dengan kegiatan diskusi komunitas Rusabesi. Hal tersebut

dilakukan oleh komunitas Rusabesi dalam rangka merawat

ekosistem literasi di Indonesia agar terus bergulir. Walaupun

memberikan akses pendidikan atau literasi dalam level non-formal,

Rusabesi tetap menjaga semangat untuk merawat literasi di

Indonesia dalam ranah diskusi atau kajian diskursus ilmu

kesusasteraan dan kebudayaan. Karena, semua bentuk literasi dan

informasi tidak berhenti sampai di ruang kelas yang formal. Hal

tersebut merupakan tugas yang sangat mulia sekaligus berat untuk

dijalankan.

Page 82: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

69

DAFTAR PUSTAKA

B.N. Putu, Agus. 2011. Peran Komunitas Musik Etnis dalam Kebangkitan Budaya

Bangsa. Yogyakarta : Komunita Suling Bambu Nusantara.

Carpenter, D.M., Streubert, H.J. 1999. Qualitative Research in Nursing:

Advancing The Humanistic Imperative. Philadelphia : Lippincott.

Corbin, J., Strauss, A. 1998. Basic Qualitative Research: Techniques and

Procedures for Developing Grounded Theory. California : SAGE

Publication.

Creswell, J.W. 2014. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Diterjemahkan oleh: Achmad Fawaid. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Crotty, M. 1996. Phenomenology and Nursing Research. Melbourne : Churcill

Livingston.

Hadiansyah, F. dkk. 2017. Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan.

Jakarta : Kemendikbud.

Ibrahim, G.A. dkk. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta :

Kemendikbud.

Irawan, Prasetya. 2003. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan

Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti

Pemula. Jakarta : STIA LAN.

Kemendikbud. 2016. Gerakan Literasi Untuk Tumbuhkan Budaya Literasi. Dalam

Majalah Jendela Pendidikan dan Kebudayaan, Oktober, VI. Jakarta :

Kemendikbud.

Lee, Alice. dkk. 2013. Conceptual Relationship of Information Literacy and

Media Literacy in Knowledge Societies. Paris : UNESCO.

Manen, Van M. 1990. Researching Lived Experience: Human Scinece For An

Action Sensitive Pedagogy. New York : State University of New York

Press.

More, Janice. 1993. Critical Issues in Qualitative Research Methods. California :

SAGE Publications.

Narbuko, Cholid & Achmad, Abu. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi

Aksara.

Page 83: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

70

Rahayu, Triwarti. 2017. Penumbuhan Budi Pekerti Melalui Gerakan Literasi

Sekolah. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

Ratna Kutha, Nyoman. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

Fakta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Penelitian Paradigma. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Spiegelberg, Herbert. 1994. The Phenomenological Movement: A Historical

Introduction. Dordrecht : Kluwer Academic Publishers.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sulistyana Teguh, Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.

Yogyakarta : Penerbit Gava Media.

Wahyuni, Sari. 2012. Qualitative Research Methods: Theory and Practice.

Jakarta : Salemba Empat.

Wawancara dengan informan :

1. Hafizh Pragitya, Koordinator – Ketua Komunitas Rusabesi, 09 Mei 2020.

2. Hana Divani Zahra, Koordinator – Bendahara Komunitas Rusabesi, 09

Mei 2020.

Website :

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gerakan,https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/liter

asi, diakses pada tanggal 02 Maret, 2020, pukul 10.23 WIB.

Page 84: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 85: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

1. Lampiran Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi

Page 86: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

2. Lampiran Jurnal Terbitan Komunitas Rusabesi

Page 87: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

3. Lampiran Kegiatan Live Performance Art

Page 88: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

4. Lampiran Wawancara dengan Hafizh Pragitya, Koordinator

– Ketua Komunitas Rusabesi

Page 89: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

5. Lampiran Wawancara dengan Divani Zahra, Koordinator –

Bendahara Komunitas Rusabesi

Page 90: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF
Page 91: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF
Page 92: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Hasil Wawancara (Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Literasi

Budaya dan Kewargaan)

Nama : Hafizh Pragitya

Jabatan : Koordinator

Waktu Wawancara : Sabtu, 9 Mei 2020

1. Apa itu komunitas Rusabesi?

Komunitas Rusabesi adalah komunitas di daerah Ciputat yang bergerak di bidang

sastra, seni, dan budaya. Kegiatan utamanya adalah diskusi yang diadakan setiap

hari Kamis sore, membahas sastra, film, seni, dan hal-hal lain yang masih berada

dalam ruang lingkup seni dan budaya. Ketika diundang ke beberapa acara, Rusabesi

biasanya juga menampilkan penampilan seputar apresiasi kepada karya sastra atau

bentuk seni lainnya.

2. Dari sekian banyak bidang yang ada, mengapa komunitas ini memilih bergerak di

bidang sastra dan kesenian? Apa yang dijadikan dasar bahwa komunitas Rusabesi

sebagai komunitas sastra dan seni? Maksudnya kenapa lebih tertarik untuk memilih di

bidang sastra dan seni?

Pada awalnya, komunitas ini diusung oleh tiga mahasiswa Sastra Inggris UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014, yang ingin belajar lebih perihal sastra di luar

kelas, juga untuk mengadakan kegiatan diskusi yang murni tanpa ada kaitannya

dengan politik kampus.

Sebenarnya kami tidak ingin melabelkan komunitas kami sebagai komunitas sastra

dan seni, tapi komunitas yang bergerak di bidang sastra dan seni. Hal demikian

dilakukan karena ekosistem sastra dan seni perlu terus bergulir, perlu kritik, perlu

apresiasi, dan perlu menelurkan kembali karya-karya lainnya agar kembali dikritik,

diapresiasi dan seterusnya.

Kalau ditanya kenapa memilih sastra dan seni, mungkin awalnya masih di ruang

lingkup sastra saja, tapi karena orang-orang yang ikut diskusi semakin banyak,

zaman juga makin maju, bertambah lah ide-ide kajian dan akhirnya melebar ke seni

dan budaya juga. Mungkin karena orang-orang yang ikut andil di dalamnya ‘suka’

ngobrol ini-itu perihal sastra, seni, dan budaya, jadi di sana lah awal-mula

bagaimana ketertarikan itu muncul.

3. Dimulai dari tahun 2014 tersebut, apakah itu menandai bahwasanya komunitas

Rusabesi mulai aktif dalam memulai beberapa kegiatan?

Ya, benar. Kalau tidak salah, awal mulanya hanya berbentuk blog untuk menaungi

karya-karya mahasiswa Sastra Inggris yang biasa menulis puisi, cerpen, dan esai.

Lalu berkembang dengan diadakannya diskusi, pembuatan jurnal bulanan, perform di

beberapa acara dan apresiasi karya hingga saat ini.

Page 93: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

4. Dan pada tahun tersebut, siapa saja yang berperan atau turut andil dalam terbentuknya

komunitas Rusabesi?

Ada tiga mahasiswa yang mengusung terbentuknya komunitas Rusabesi, yaitu Rahmat

Edi Susanto, Zaki Ari Setiawan, dan Muhammad Adhi Kurnia.

5. Dengan adanya blog tersebut, apakah menjadi pemicu bahwasanya komunitas ini

mulai dilirik para mahasiswa Sastra Inggris UIN Jakarta, bahkan dari berbagai

kalangan sehingga berkembang dengan adanya kegiatan seperti diskusi, pembuatan

jurnal bulanan, performance, dan apresiasi karya?

Sepertinya yang membuat komunitas ini semakin besar adalah kegiatan diskusi

Kamisannya, performance saat diundang oleh berbagai macam acara, dan tentu oleh

orang-orang di dalamnya yang terus konsisten mengadakan kegiatan di dalam ruang

lingkup komunitas dan biasa mengajak teman-teman dari fakultas lain, bahkan dari

luar kampus untuk ikut diskusi.

6. Oke, untuk anggota yang tergabung di komunitas ini ada berapa? Dan apakah ada

strukturnya?

Untuk anggota komunitas, menyesuaikan dengan yang tergabung di grup Whatsapp,

ada sekitar 100 orang. Dan untuk struktur, baru dibentuk setelah Rembuk Rusabesi

(Mubes) yang diadakan tanggal 25 Januari 2020.

Struktur saat ini terdiri dari koordinator, sekretaris, bendahara, dan kamar-kamar di

dalamnya: Kamar Kajian, Kamar Apresiasi, Kamar Dokumentasi, Kamar Medsos dan

Publikasi, Kamar Dana Usaha, dan Kamar Humas. Dan yang perlu diketahui adalah,

antara masing-masing pihak di komunitas ini tidak ada jalur hirarkis seperti pada

struktural organisasi lainnya, maksudnya adalah tidak ada yang mengetuai lainnya,

dan saling bekerjasama dan berkoordinasi.

7. Sebelumnya tadi sudah bertanya sedikit dengan Divani, perihal rencana yang mau

digarap oleh Rusabesi, salah satunya adalah project pembuatan film pendek. Kira-kira,

ada project apa lagi selain film pendek tersebut?

Rencananya, di Kamar Apresiasi akan mebuat semacam video untuk Instagram

Rusabesi yang akan membicarakan hal seputar sastra, seni, budaya, atau hal-hal

yang kiranya trending atau disukai saja, durasinya pendek, kalau tidak salah

direncanakan lima menit paling lama. Dan rencananya akan dilakukan tiap bulan,

tapi agak tersendat saat ini karena satu dan lain hal, mungkin akan dimulai di

semester depan.

Ada juga dari Kamar Medsos dan Publikasi merencanakan perombakan blog

Rusabesi yang masih terpakai namun terbilang tak lagi produktif.

Kalau untuk blog ruang lingkupnya masih fokus ke sastra dulu sepertinya, semacam

puisi, cerpen, dan esai, tapi masih belum ada bayangan juga kelanjutannya seperti

apa, dan mudah-mudahan bisa terlaksana.

Page 94: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

8. Selanjutnya, kira-kira karya sastra atau seni apa lagi yang sedang digarap oleh

Rusabesi?

Belum ada lagi ya sepertinya. Paling baru hanya beberapa rencana saja.

9. Kalau untuk berbicara tentang karya, apa saja karya yang sudah diciptakan dari

komunitas Rusabesi?

Kalau dari anggota komunitas, beberapa karya tulis teman-teman komunitas sudah

tersebar di berbagai media nasional, dan beberapa juga sudah menerbitkan buku.

Ada juga yang sudah membuat film dokumenter pendek. Kalau dari komunitas, kami

sudah menerbitkan beberapa jurnal bulanan, dan baru tahun kemarin menerbitkan

antologi karya dari para penggiat di Rusabesi yang berisi puisi, cerpen, esai,

fotografi, juga karya visual.

10. Jadi, dari sekian banyak karya-karya yang diciptakan para anggota Rusabesi, apakah

ada yang pernah mendapat apresiasi atau penghargaan? Entah itu nasional maupun

internasional.

Ya, beberapa karya ada yang sudah memenangkan penghargaan, tapi kalau tidak

salah masih dalam cakupan nasional.

11. Kalau boleh tau penghargaan dari mana dan penghargaan atas kategori apa?

Tepatnya kami tidak mendokumentasikan semua penghargaan anggota komunitas

karena masing-masing anggota yang memenangkan penghargaan secara individu.

Tapi kalau secara kategori biasanya kalau tidak cerpen, puisi, atau film. Tapi kalau

dari Rusabesi sendiri pernah mendapatkan penghargaan Komunitas Pemerhati Sastra

Terbaik dari Festival Literasi Tangsel 2018.

12. Jadi, dari sekian banya karya-karya yang sudah diciptakan dari para anggota Rusabesi,

merupakan salah satu cara untuk merawat ekosistem dari literasi. Karena, berbicara

tentang literasi tidak melulu tentang membaca dan menulis. Ada yang namanya literasi

budaya dan kewargaan, yang merupakan bagian dari literasi. Apakah pernah

mendengar apa itu ‘literasi budaya dan kewargaan’?.

Sebenarnya kalau spesifik ke Kewargaan baru mendengar kali ini.

13. Jadi, apa yang membedakan komunitas Rusabesi dengan komunitas lain?

Saya kira hingga saat ini kami belum benar-benar menunjukkan perbedaan yang

spesifik dengan komunitas lain yang bergerak di bidang sastra, seni, dan budaya,

kami pun masih belajar, masih ingin terus mengembangkan komunitas dengan ide-ide

kami, tapi juga terkadang kami mengolah ulang ide yang sudah pernah dipakai, lalu

memperbaruinya.

Saya belum sempat survei secara intensif, cuma, dalam diskusi kami akan selalu

mencoba membangun lingkungan akademis karena lingkungan kami pun masih dalam

Page 95: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

lingkup kampus. Yang kami pelajari dari kelas juga akan kami pakai, kami praktikkan

dan kembangkan. Maksudnya survei ke komunitas lain.

14. Oke, kalau berbicara masalah ruang kelas, kita tahu bahwa ruang kelas termasuk salah

satu lingkungan akademis untuk mendapatkan sebuah akses pendidikan ataupun

literasi. Dan berbicara masalah komunitas pun juga sama. Menurut anda, apa yang

membedakan ketika mendapatkan akses pendidikan atau literasi di dalam kelas dengan

di dalam komunitas?

Perbedaannya mungkin di ruang yang lebih santai, praktik yang lebih leluasa, dan

juga kreativitas tanpa batas yang muncul di antara teman-teman, dan hal-hal tersebut

yang jarang didapat di dalam kelas.

15. Lalu, apakah komunitas Rusabesi bersinergi dengan komunitas lain atau kelompok

masyarakat?

Beberapa tahun belakangan, waktu liburan, beberapa kali kami berkolaborasi dengan

komunitas Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) untuk melakukan diskusi bersama.

Namun kalau membicarakan sinergi langsung kepada masyarakat sepertinya tidak

banyak, paling kami hanya menyediakan wadah diskusi dan berkreasi yang terbuka

bagi segala kalangan.

16. Lalu, bagaimana interaksi yang dibangun ketika berkolaborasi dan ketika

menyediakan sebuah wadah diskusi untuk berbagai kalangan?

Ya, intinya berada di komunikasi yang baik dan penerimaan yang terbuka antara

komunitas dan pihak lain.

Pertanyaan-Pertanyaan Di Bawah Ini Berdasarkan Prinsip-Prinsip Dasar Literasi

Budaya dan Kewargaan, yang Mengacu Pada Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

1. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku.

− Bagaimana bentuk budaya dan perilaku yang dibangun oleh komunitas Rusabesi?

(Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh

komunitas Rusabesi seperti diskusi, perayaan ulang tahun, performance, dan project

yang sudah terlaksana atau belum terlaksana.)

Rusabesi selalu mencoba menjadikan lingkungan komunitas sebagai ruang

kreativitas dan akademis yang nyaman, lewat diskusi sastra dan budaya,

performance, apresiasi sastra, dan projek-projek lainnya yang sedang kami

rencanakan.

Page 96: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

2. Kesenian sebagai produk budaya.

− Apa dan bagaimana sikap, perilaku, dan upaya komunitas Rusabesi untuk

mengenalkan berbagai macam bentuk karya sastra dan seni kepada masyarakat?

Komunitas tidak akan jauh-jauh kembali kepada kegiatan yang kami kira nyaman

untuk kami lakukan, karena memperkenalkan berbagai macam karya sastra dan seni

kepada masyarakat bukan berarti memaksa mereka untuk membaca apa yang kami

baca atau untuk menikmati yang kami nikmati. Rusabesi sekadar wadah, dengan

diskusi terbuka, apresiasi sastra, ngobrol-ngobrol santai, dan kegiatan lainnya ini

lah kami memperkenalkan sastra dan seni.

3. Kewargaan multikultural dan partisipatif.

− Bagaimana perspektif dan pragmatis dari komunitas Rusabesi memaknai ragam suku

bangsa, bahasa, kebiasaan, adat isitiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial? Serta,

Bagaimana mencoba memaknai hal tersebut berdasarkan karya ataupun kegiatan

yang sudah dilakukan oleh komunitas Rusabesi?

Keberagaman adalah sebuah anugerah, apalagi mengenalnya lewat karya-karya

dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Sangat sering dalam diskusi

kami membahas karya-karya Indonesia atau luar dari berbagai macam latar

belakang dan daerah, dan dengan keberagaman ini ilmu dan wawasan kami

bertambah. Namun juga terkadang prihatin dengan kondisi keberagaman ini yang

sering kali termakan oleh pergerakan zaman yang begitu masif, dan akhirnya hilang

dari permukaan bahkan terlupakan. Mengingatnya, membicarakannya,

mendiskusikannya, dan mengapresiasinya adalah beberapa cara merawat

keberagaman tersebut.

4. Nasionalisme.

− Bagaimana cara memaknai nasionalisme berdasarkan perspektif dan pragmatis dari

komunitas Rusabesi? Atau bisa juga bentuk representatif dilihat dari karya ataupun

kegiatan dari komunitas Rusabesi.

Di dalam komunitas Rusabesi, kami selalu menggunakan metode musyawarah untuk

mencapai sebuah mufakat; mendiskusikannya dahulu, memasaknya matang-matang,

baru mengaktualisasikannya, itu cara yang digunakan dalam perumusan setiap

agenda. Dalam praktiknya, entah kritik atau apresiasi atau kegiatan kreatif, konteks

negeri ini tak luput dari bahan perbincangan, dari bumbu-bumbu yang tertolehkan

di dalam karya teman-teman Rusabesi.

Page 97: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

5. Inklusivitas.

− Bagaimana perspektif komunitas Rusabesi memaknai dengan banyaknya

kemunculan budaya baru?

Budaya baru adalah sebuah niscaya, begitu pun di masa yang lalu dan yang akan

mendatang. Dalam masyarakat, penerimaan atau perdebatan atau penolakan selalu

terjadi ketika menghadapinya. Tapi kami pikir, duduk bersama membicarakannya

dengan kepala dingin dan penuh canda adalah cara yang asyik untuk

menghadapinya. Dan tak bisa dipungkiri, banyak pula yang bisa dipelajari darinya.

6. Pengalaman langsung.

− Bagaimana cara komunitas Rusabesi merawat ekosistem sastra, seni, dan budaya?

Kami mencoba merawat ekosistem sastra, seni, dan budaya dengan kegiatan-

kegiatan kami. Contohnya di diskusi Kamisan, di sana kami melakukan kritik kepada

karya sastra atau seni tertentu, mendiskusikan apresiasi, teori, tokoh, atau fenomena

dari karya tersebut. Hal ini dilakukan karena, mengambil contoh dari ekosistem

sastra, tulisan tidak hanya berputar dari penulis ke penerbit lalu ke pembaca saja,

namun diperlukan adanya kritik agar ekosistem itu terawat sehat. Contoh lainnya,

kami melakukan apresiasi kepada karya, seperti pembacaan puisi atau cerita

pendek, dan biasanya dipraktikkan di performance. Yang terakhir dengan

menghasilkan karya. Beberapa teman Rusabesi telah menerbitkan buku, menulis

karya di sejumlah media, dan bahkan mendapatkan penghargaan dari karya-karya

yang mereka hasilkan.

Semua jawaban di atas hadir berdasarkan pandangan saya, Hafizh Pragitya, sebagai Ketua

Komunitas Rusabesi. Sebab itu, kemungkinan perbedaan jawaban dengan penggiat

Rusabesi yang lain mungkin terjadi. Meski demikian, apa yang saya utarakan di atas saya

lakukan secara sadar dan tanpa paksaan, juga berdasarkan pengetahuan saya setelah 3

tahun bergabung dengan Komunitas Rusabesi.

Page 98: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Hasil Wawancara (Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Prinsip-

Prinsip Literasi Budaya dan Kewargaan)

Nama : Hana Divani Zahra

Jabatan : Koordinator - Bendahara

Waktu Wawancara : Sabtu, 9 Mei 2020

1. Jadi, komunitas Rusabesi ini sudah terbentuk dari tahun 2014, dan masih eksis atau

berjalan sampai hari ini. Menurut anda sebagai salah satu penanggung jawab, serta

penggiat di komunitas ini, bagaimana caranya bisa mempertahankan eksistensi

sampai hari ini?

Aku gabung di komunitas Rusabesi itu dimulai dari sekitar tahun 2017, dan sudah

sekitar 3 tahun. Yang pertama, sejak awal gabung sampai sekarang, menurut aku,

Rusabesi selalu konsisten dalam membuat silabus kajian setiap tahunnya. Jadi apa

yang diinginkan dan dikejar pun jelas, setidaknya untuk kajian tiap hari Kamis.

Rusabesi juga selalu berusaha menghadiri setiap undangan tampil di berbagai

acara yang membuat Rusabesi tetap dikenal di lingkungannya.

Kedua, sistem sukarela yang dianut Rusabesi, menurut aku, sangat membantu

bertahannya komunitas ini. Siapapun bisa datang dan pergi sesukanya. Jadi, lama-

kelamaan penggiat yang hadir pun kebanyakan penggiat yang benar-benar tertarik

pada diskusi sastra. Ketertarikan ini tentu meningkatkan kesadaran dan keinginan

untuk terus menjaga Rusabesi, walaupun mungkin hanya beberapa penggiat yang

terlibat.

Ketiga, Rusabesi menganut sistem kekeluargaan tanpa mencampuri urusan

personal. Kekeluargaan di sini maksudnya, Rusabesi sangat terbuka dan peduli

terhadap sesama penggiat. Rusabesi sangat menghindari adanya kelompok yang

diistimewakan dalam kegiatannya. Tidak dimasukinya ranah personal juga

membuat siapapun bisa merasa nyaman. Aku pribadi tidak pernah merasa di-

judge apalagi dikucilkan karena latar belakangku khususnya keluarga, karena

ketidakharusanku berbagi masalah personal untuk diterima di Rusabesi.

2. Kalau boleh tahu, untuk poin yang pertama, apakah silabus yang sudah dibuat itu

memenuhi target selama satu tahun tersebut? Semacam evaluasi mungkin ya.

Dan, untuk pertanyaan poin kedua itu menyambung dari poin pertama ya. Jadi, apa

yang dilakukan oleh komunitas Rusabesi untuk membuat orang tertarik hadir di

dalam komunitas tersebut?

Dan yang terakhir, pelajaran dan pengalaman apa yang Divani dapatkan selama

tiga tahun di dalam komunitas Rusabesi?

Selama ini iya. Walaupun dalam pemilihan pemateri sedikit memaksa (kita

bilangnya sistem fitnah, jadi yang sudah lama berkecimpung di Rusabesi

kemungkinan besar namanya ada jadi list pemateri tanpa ada persetujuan mereka

dulu), semuanya masih berjalan lancar. Setiap tahun juga ada evaluasi. Rusabesi

sempat beberapa kali mengganti sistem kajian demi menyesuaikan kebutuhan dan

tuntutan yang dihadapi. Pemilihan pengurus juga salah satu ikhtiar Rusabesi

untuk selalu mencapai target yang diinginkan.

Page 99: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Sampai sekarang Rusabesi belum ada niatan memperluas jangkauannya. Jadi,

usaha yang dilakukan menurut aku juga tidak terlalu masif. Selama ini untuk

mempertahankan eksistensi dan membuat orang luar tertarik, Rusabesi selalu

membuat sebuah flyer perihal kajian maupun kolaborasi dengan pihak lain yang

kemudian di upload di sosial media Rusabesi. Segala kegiatan juga dibuat melalui

musyawarah, dan brainstorming yang matang. Hasilnya pun didokumentasikan,

dan dibagikan kepada siapapun melalui sosial media Rusabesi. Terkadang

Rusabesi juga melakukan Live Streaming di Instagram kalau sedang tampil di

suatu acara. Lalu, usaha lain, karena Rusabesi berawal dari para mahasiswa

Sastra Inggris, Rusabesi juga menerima tawaran dari Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Sastra Inggris 2017/2018 untuk menerangkan dan mengajak para

mahasiswa baru (maba) untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rusabesi.

Banyak sekali ya. Apalagi sebenarnya aku tidak terlalu suka sastra. Aku masuk

jurusan Sastra Inggris karena memang kebetulan terpilih dan diterima di Jurusana

Sastra Inggris UIN Syahid Jakarta. Niat awalnya karena memang masih bingung,

dan ketika di SMA aku masuk di jurusan Bahasa, dan awalnya memang karena

sangat menyukai bahasa inggris jadi memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra

Inggris. Awalnya sempat sedih, ketika diterima di jurusan Sastra Inggris UIN

Jakarta, karena ketika tes melalui jalur mandiri aku diterima di Jurusan Psikologi

UIN Jakarta. Tapi, karena ada beberapa kendala dan akhirnya memutuskan untuk

mengambil di Jurusan Sastra Inggris UIN Jakarta.

Karena setengah hati itu, ketika awal masuk tuh aku kayak santai-santai aja.

Untungnya aku ikut Rusabesi sebelum masuk semester-semester akhir yang banyak

membicarakan teori dan membedah karya. Jadi, sedikit mengetahui perihal ilmu

inti itu. Senior yang tergabung pun juga tidak pelit padahal aku bodoh banget tapi

tidak diketawain kalo aku tidak tahu dan bertanya soal hal yang aku tidak tahu itu.

Jadi, untuk pendidikan formal aku di sasing kebantu banget khususnya lewat

diskusi Rusabesi yang diadakan tiap Kamis.

Lewat pembedahan karya aku juga belajar banyak soal sejarah dan kehidupan.

Aku juga mulai bisa paham soal perbedaan pola pikir hingga latar belakang yang

dimiliki masing-masing penggiat. Ini bikin aku jadi lebih menghormati siapapun

terlebih orang-orang yang mau belajar. Tidak hanya yg indah-indah, kita juga

berbagi soal kesulitan-kesulitan yang ada. Aku sebenernya jauh dari kata aware

sama sekitar apalagi politik. Di Rusabesi, aku dikenalin hal-hal kurang

mengenakkan itu. Mulai dari bagaimana licinnya pemerintah misalnya, sampai

kabar kalau ada yang sampai diculik dan disiksa sama pemerintah yang aku tahu

baik secara langsung ataupun ga langsung dari temen-temen Rusabesi ini. Aku

kalo ada kesulitan apapun mulai dari kesulitan di kampus sampe urusan

administrasi pemerintahan juga nanyanya sama mereka hehehe.

Aku juga ngerasa lebih diasah untuk lebih kreatif, misalnya bermain dengan

simbol. Ilmu ini biasanya aku dapet pas lagi persiapan tampil di suatu acara.

Menurut aku, Rusabesi identik sama penggunaan simbol di setiap penampilannya.

Hal ini bikin aku lebih kritis dan optimal aja kalau mau ngelakuin atau bikin

sesuatu biar lebih menarik tapi tidak menghilangkan maksud dari karya itu sendiri.

3. Menurut Divani, apa yang menjadi kebiasaan dari komunitas Rusabesi? Atau

seperti ciri khas, atau yang sangat identik dari komunitas Rusabesi.

Page 100: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Kegiatan diskusinya sih, Kak.

4. Kira-kira, apa yang membedakan komunitas Rusabesi dengan komunitas lain?

Aku tidak begitu tahu soal komunitas lain sih, jadi sulit buat membedakannya.

Mungkin sistem sukarelanya (tidak ada sistem keanggotaan).

5. Selain kegiatan berdiskusi, apakah ada kegiatan lain dari kegiatan diskusi?

Ada acara tahunan untuk perayaan ulang tahun Rusabesi. Ada beberapa project

juga dari beberapa kamar, seperti pembuatan film pendek, dsb. Tapi ini masih

rencana aja. Belum terealisasikan.

6. Apakah rencana dari project tersebut melibatkan pihak eksternal dari komunitas

Rusabesi?

Ada yang melibatkan pihak lain, ada yang tidak.

7. Kira-kira ada project apa lagi yang sedang direncanakan?

Sebenernya masih ada satu project kolaborasi lagi sama komunitas GenderTalk

membahas soal pelecehan seksual di ranah hukum (sebelumnya kita sudah sempat

kerjasama sama komunitas ini dan membahas apa itu pelecehan seksual).

Harusnya diskusi ini sudah terlaksana,tetapi karena adanya pandemi, diskusi kami

tunda sampai waktu yang masih belum ditentukan.

Ada keinginan juga membuat website. Tapi ini masih rencana karena masih harus

memikirkan biaya dll.

Rusabesi juga mulai periode ini mencoba untuk membiayai diri sendiri melalui

kamar dana usaha. Kemungkinan kamar ini akan membuat dan menjual makanan,

baju atau lainnya sebagai pintu pemasukan Rusabesi selain dari uang kas untuk

keperluan inventaris komunitas, dll.

8. Jadi, ada beberapa project yang sedang direncanakan dan terkendala dari segi

waktu, situasi dan kondisi, serta biaya. Dan sebelumnya tadi sudah disebutkan

beberapa project kolaborasi dan project pembuatan film pendek. Berbicara masalah

film pendek, hal tersebut merupakan bentuk dari karya sastra, kira-kira karya sastra

apa lagi yang akan digarap oleh Rusabesi?

Sejauh ini sih baru itu, Kak. Dulu sempet bikin antologi dari kumpulan karya

anggota Rusabesi. Tapi untuk periode sekarang kita lebih fokus ke pengarsipan

juga pembenahan teknis diskusi khususnya pada penulisan paper.

9. Kalau untuk pengarsipan dan pembenahan teknis diskusi itu maksudnya gimana,

Div?

Page 101: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Jadi selama 5 tahun terakhir, arsip-arsip karya Rusabesi, seperti dokumentasi

penampilan di berbagai acara itu tersebar, Kak. Nah, sekarang kita mau

menyatukan semuanya dalam satu harddisk agar kedepannya lebih rapih aja.

Dan untuk dokumentasi yang telah diarsipkan, apakah rencananya akan

dipublikasikan di satu media atau hanya sebagai arsip dari Rusabesi?

Sampai sekarang sih masih untuk internal, Kak.

Lalu, masalah teknis diskusi ya mencakup berapa pemateri per pertemuan sampai

tata cara menulis paper. Rencananya nanti akan diadakan kembali kegiatan

brainstorming untuk membuat materi yang baik. Walaupun brainstorming ini juga

sifatnya opsional. Selain untuk meningkatkan kualitas tulisan, langkah ini juga

dilakukan untuk mempermudah pengarsipan dan mengantisipasi apabila ingin

dibukukan (jadi tidak perlu ada proses editing yang panjang, karena semua tulisan

layak publish). Ini juga sudah terlaksana sih sebetulnya. Tapi tetap disediakan

brainstorming kalau memang ada yg mau.

Semacam membuat kegiatan workshop untuk penulisan paper ya?

Betul

Jadi, untuk rencana pengarsipan dokumentasi dan workshop tersebut, apakah

melibatkan pihak eksternal?

Tidak, kalo dua project ini.

10. Jadi, dari sekian banyak kegiatan yang sudah dilakukan ataupun belum, serta

karya-karya yang sudah diciptakan dari para anggota Rusabesi, merupakan salah

satu cara untuk merawat ekosistem dari literasi. Karena, berbicara tentang literasi

tidak melulu tentang membaca dan menulis. Ada yang namanya literasi budaya dan

kewargaan, yang merupakan bagian dari literasi. Apakah pernah mendengar apa itu

‘literasi budaya dan kewargaan’?.

Iya, pernah, Kak.

11. Jadi, apa yang anda ketahui tentang literasi budaya dan kewargaan?

Setau aku literasi budaya dan kewargaan itu soal kemampuan individu atau

mungkin kelompok dalam hidup bermasyarakat sebagai bagian dari suatu budaya

dan bangsa.

12. Lalu, bagaimana sikap Divani setelah mengetahui apa itu literasi budaya dan

kewargaan?

Menurut aku sih walaupun asing, hal ini bagus dan penting, Kak.

13. Kalau dari perspektif Divani sebagai penggiat di komunitas Rusabesi, seberapa

menarik untuk mengetahui apa itu literasi budaya dan kewargaan?

Page 102: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Persoalan ini pasti menarik untuk diketahui dan dibahas, karena sebenarnya isi

dari karya sastra kan memang seputar itu. Sebagai media penyampai pesan atau

produk imitasi dari kehidupan penulis, saat kita melakukan pembedahan karya

mereka, secara langsung ataupun tidak langsung kita melihat bagaimana sikap

penulis terhadap budaya dan kewargaannya sendiri. Jadi tentu kemampuan

memahami budaya dan kewargaan ini menarik untuk diketahui.

Pertanyaan-Pertanyaan Di Bawah Ini Berdasarkan Prinsip-Prinsip Dasar Literasi

Budaya dan Kewargaan yang Mengacu Pada Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

1. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku.

− Bagaimana bentuk budaya dan perilaku yang dibangun oleh komunitas Rusabesi?

(Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh

komunitas Rusabesi seperti diskusi, perayaan ulang tahun, performance, dan project

yang sudah terlaksana atau belum terlaksana.)

Rusabesi mencoba membangun budaya untuk selalu berpikir secara kritis, kreatif,

dan terbuka namun tetap bertanggungjawab. Segala bentuk pemikiran dan perilaku

diperbolehkan dengan pemenuhan nilai-nilai di atas, lengkap dengan

konsekuensinya. Rusabesi mengedepankan kepentingan kelompok dan individu

secara berdampingan, dengan berusaha menciptakan ruang untuk siapapun menjadi

dirinya sendiri tanpa saling melukai.

2. Kesenian sebagai produk budaya.

− Apa dan bagaimana sikap, perilaku, dan upaya komunitas Rusabesi untuk

mengenalkan berbagai macam bentuk karya sastra dan seni kepada masyarakat?

Rusabesi melakukan kegiatan diskusi sastra yang sifatnya terbuka satu kali setiap

minggu di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, Ciputat. Undangan menghadiri diskusi

tersebut diunggah ke setiap media sosial Rusabesi guna menjangkau para peminat

sastra di luar Rusabesi untuk bergabung. Setiap penampilan Rusabesi di berbagai

acara juga digaungkan melalui sosial media Rusabesi yang diharapkan mampu

menarik minat orang luar. Beberapa di antaranya juga diunggah di channel

YouTube Rusabesi yang bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Rusabesi juga pernah mengadakan pameran seni baik berupa lukisan, tulisan dan

bentuk seni yang lain, serta menerbitkan beberapa jurnal dan antologi berisikan

karya-karya penggiat Rusabesi yang dapat dibeli baik dari pihak internal maupun

eksternal Rusabesi.

3. Kewargaan multikultural dan partisipatif.

− Bagaimana perspektif dan pragmatis dari komunitas Rusabesi memaknai ragam suku

bangsa, bahasa, kebiasaan, adat isitiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial? Serta,

Page 103: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

Bagaimana mencoba memaknai hal tersebut berdasarkan karya ataupun kegiatan

yang sudah dilakukan oleh komunitas Rusabesi?

Rusabesi selalu mengamini banyaknya perbedaan pada setiap orang. Rusabesi juga

selalu memandang setiap hal memiliki maknanya masing-masing, yang membuat

para penggiat lebih mampu menghargai orang lain, baik dari segi ideologi, suku

bangsa, bahasa, kebiasaan, adat isitiadat, kepercayaan, hingga lapisan sosial.

Tidak adanya sistem keanggotaan Rusabesi menjadi salah satu implementasi atas

kepercayaan tersebut dengan menerima siapapun dan dengan latar belakang

apapun, karena Rusabesi percaya bahwa semua orang punya hak untuk belajar.

Menjadi salah satu wadah suatu ilmu bernaung, Rusabesi menyadari pentingnya

memberikan hak tersebut kepada setiap orang, yang kemudian mendorong Rusabesi

untuk membuka pintu yang selebar-lebarnya untuk siapapun yang ingin belajar.

Kegiatan diskusi pun juga merupakan suatu bentuk nyata sikap Rusabesi terhadap

perbedaan. Dalam diskusi, para penggiat diperbolehkan menyampaikan

pendapatnya dengan bebas dan bertanggungjawab. Segala perbedaan hasil akhir

juga diterima dengan baik oleh setiap penggiat, atau biasa disebut agree to

disagree.

4. Nasionalisme.

− Bagaimana cara memaknai nasionalisme berdasarkan perspektif dan pragmatis dari

komunitas Rusabesi? Atau bisa juga bentuk representatif dilihat dari karya ataupun

kegiatan dari komunitas Rusabesi.

Rusabesi memaknai nasionalisme dengan peduli terhadap sesamanya. Sebagai

bentuk kontribusi Rusabesi untuk bangsa, Rusabesi memilih untuk terus belajar

sebagai upaya mencerdaskan bangsa. Rusabesi juga sudah melakukan berbagai

kolaborasi untuk mewujudkan niat tersebut. Tidak berhenti di ruang pengetahuan,

Rusabesi juga berusaha membantu secara materil yakni dengan menyisihkan uang

dari kas Rusabesi untuk membantu satu kelompok kenalan dalam pembuatan dan

pembagian handsanitizer secara gratis di sekitar UIN. Rusabesi juga belajar banyak

tentang budaya dan bangsa dari tiap diskusi sastra yang dilakukan. Tak lupa,

Rusabesi mencoba untuk selalu berfikir secara relevan terkait apa yang bisa dan

tidak seharusnya dilakukan dalam hidup bermasyarakat dengan belajar dari sejarah

melalui karya-karya sastra dengan diskusi terbuka tentangnya.

5. Inklusivitas.

− Bagaimana perspektif komunitas Rusabesi memaknai dengan banyaknya

kemunculan budaya baru?

Pada dasarnya, segala bentuk budaya yang membangun adalah kabar baik. Yang

perlu dikhawatirkan adalah budaya yang menuntun kepada kebencian dan

perceraian.

Page 104: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

6. Pengalaman langsung.

− Bagaimana cara komunitas Rusabesi merawat ekosistem sastra, seni, dan budaya?

Sama seperti 5 tahun terakhir, Rusabesi mencoba merawat ekosistem sastra, seni,

dan budaya dengan terus belajar tentangnya, melalui pembedahan karya sastra

(biasanya dilakukan melalui 4 aspek yakni apresiasi, tokoh, fenomena dan teori),

dan dengan menghasilkan karya sastra itu sendiri.

Semua jawaban di atas hadir berdasarkan pandangan saya, Hana Divani Zahra, sebagai

penggiat Rusabesi. Sebab itu, kemungkinan perbedaan jawaban dengan penggiat Rusabesi

yang lain mungkin terjadi. Meski demikian, apa yang saya utarakan di atas saya lakukan

secara sadar dan tanpa paksaan, juga berdasarkan pengetahuan saya setelah 3 tahun

bergabung dengan Komunitas Rusabesi.

Page 105: KEGIATAN DISKUSI KOMUNITAS RUSABESI DALAM PERSPEKTIF

BIODATA PENULIS

HAFIZ ALFARISI. Lahir di Jakarta, 20 Juni 1995. Anak

dari Ayahanda Ahmad Ulfi dan Ibunda Lisnawati. Penulis

bertempat tinggal di Jl. Dukuh Pinggir 4. No. 4 RT 013 RW

05 Tanah Abang Jakarta Pusat. Penulis menyelesaikan

pendidikan pertama di TK Aisyah (2000), kemudian penulis

melanjutkan pendidikan dasar di SDN 05 Bendungan Hilir

(2001-2007). Setelah lulus kemudian melanjutkan ke

pendidikan menengah di SMP 1 Barunawati Jakarta Barat

(2007-2010). Kemudian penulis melanjutkan kembali ke

pendidkan menengah atas di SMA 1 Barunawati Jakarta

Barat (2010-2013) mengambil jurusan IPS. Setelah lulus SMA pada tahun 2013,

penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi S1 dengan mengambil Jurusan Ilmu

Perpustakaan dan Informasi, di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rekam jejak penulis selama di perguruan

tinggi, pada tahun 2016 penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Jambe, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.

Dalam proses penggarapan skripsi penulis mengisi waktu dengan melakukan

kegiatan sosial, kreatif, olahraga, dan magang. Hingga akhirnya penulis

menyelesaikan pendidikan tingginya pada tahun 2020 dengan menulis skripsi yang

berjudul “Kegiatan Diskusi Komunitas Rusabesi dalam Perspektif Prinsip-Prinsip

Literasi Budaya dan Kewargaan”.