kedudukan ombudsman sebagai lembaga pengawas...

141
KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : NAUFAL EL RAMADHIAN NIM:109048000037 KONSENTERASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

Upload: truongduong

Post on 28-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS

PELAYANAN PUBLIK DALAM STRUKTUR

KETATANEGARAAN INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

NAUFAL EL RAMADHIAN

NIM:109048000037

KONSENTERASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

i

Page 3: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

ii

Page 4: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Januari 2014

Naufal El Ramadhian

Page 5: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

iv

ABSTRAK

NAUFAL EL RAMADHIAN. NIM 109048000037. KEDUDUKAN

OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK

DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA. Program Studi Ilmu

Hukum, Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H / 2014 M. xi + 91

halaman + halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tentang kedudukan Ombudsman

sebagai lembaga pengawas pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia

serta tugas dan wewenang Ombudsman Republik Indonesia (ORI) dalam menangani

kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan

melalui pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep

(conceptual approach), dan pendekatan komparatif (comparative approach) pada

norma-norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang menjelaskan mengenai

kedudukan Ombudsman lembaga pengawas pelayanan publik dan UU No. 37 Tahun

2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedudukan Ombudsman sebagai

lembaga pengawas pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia sudah

jelas dan final dengan dikeluarkannya UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia (ORI) dan diperkuat dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, sehingga tugas dan wewenang ORI dalam menangani kasus berupa

dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik dapat berjalan optimal.

Kata kunci: Kedudukan Ombudsman, Lembaga Pengawas pelayanan Publik,

Struktur Ketatanegaraan Indonesia dan Tugas serta Wewenang

Ombudsman Republik Indonesia, Dugaan Pelanggaran,

Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Pembimbing : Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum

Dwi Putri Cahyawati, SH, MH.

Daftar Pustaka : Tahun 1979 sampai Tahun 2014

Page 6: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berbagai macam nikmat yang diantaranya nikmat iman, islam, ihsan dan

nikmat sehat wal-afiat serta rahmatnya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “KEDUDUKAN

OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK

DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA” ini merupakan salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan ini, penulis banyak sekali mendapat bimbingan,

nasehat, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. K.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum. Ketua dan

Sekretaris Prodi Ilmu Hukum yang sudah memberikan luang waktu, saran dan

masukan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

Page 7: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

vi

3. Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum., dan Dwi Putri Cahyawati, SH, MH., dosen

Pembimbing 1 dan 2 yang telah memberikan arahan dan masukan serta

bimbingan terhadap proses penyusunan skripsi ini.

4. Nur Rohim Yunus, LLM., dan Fitria SH, MR., dosen penguji 1 dan 2 yang telah

memberikan saran, masukan, serta arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Segenap staf Perputakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staf

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staf

Perpustakaan Universitas Indonesia, yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi ilmu hukum, yang telah memberikan berbagai

macam disiplin ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas, semoga ilmu

pengetahuan yang diajarkan dapat bermanfaat, mendapat rahmat dari Allah SWT

dan menjadikan keberkahan bagi penulis. Semoga Allah SWT senantiasa

membalas jasa-jasa beliau dengan menjadikan semua kebaikan dan keikhlasan ini

sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

7. Kedua orang tuaku ayahanda Ateng Sukmayadi dan Ibunda Cucun Sunoarti yang

ku sayangi dan ku hormati, terimakasih tak terhinga atas kasih sayang, do’a,

bimbingan, nasehat, materi serta segala yang telah diberikan untuk ananda. Serta

Adik-adikku Nawafi El Bikri, Naila Aufa El Silmi dan Ryhan Maulana Akbar

yang selalu menghibur, memotivasi dan memberikan arti penting sebagai seorang

putra sulung.

Page 8: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

vii

8. Keluarga besar alm. H. Aswad Bin Saih, H. Ujang Djumhaedin, pak Budi, dan

pak Odih Hendramadji serta Keluarga Besar alm. Moh. Syafei baik itu Uwa, para

Om dan tante yang selalu memberikan doa dan dukungan baik moril, materil dan

spiritual bagi penulis.

9. Sahabat hatiku Dwi Astuti Handayani Putri (Wiwid) yang selalu disampingku,

memberikan perhatiannya kepadaku, memberikan motivasi dan dukungan serta

do’a dalam proses penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat prodi Ilmu Hukum yang kucintai, khususnya prodi Ilmu Hukum

angkatan 2009 (Ilham, Fajri, Fandi, Wawan, Fuji, Budi, Rizky,Taufan, Silmi,

Iffah, Alin, Affidah, Sisca, Vera, Luspina, Gagat, Zaki, Jajang, Holil Imam,

Maul, Saddam dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu).

Terimakasih yang tak terhingga atas kebersamaannya, memotivasi, dan selalu

menghibur dikala sedang gelisah.

11. Sahabat-sahabat Futsal Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan sahabat Futsal Kecret-Kocrot FC yang selalu memberikan dorongan

dalam proses skripsi.

12. Sahabat-sahabat kosan Inun, Ilham, Wawan, Daqoiq, Lili, Doblenk, Fiman, Oye,

Rezha, Riko, Teqie, Radi, Indra, Soleh, Taufik, Zay, Long, dan semua sahabat

kosan inun yang tidak bisa penulis sampaikan satu-persatu. Karena selalu

menghibur dengan candaan, bantuan dan motivasi selama proses pembuatan

skripsi ini.

Page 9: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

viii

13. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka (Amien).

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 31 Desember 2013

Penulis,

Naufal El Ramadhian

Page 10: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................... 5

E. Kerangka Konseptual ...................................................................... 7

F. Metode Penelitian............................................................................. 9

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14

BAB II KEKUASAAN LEMBAGA INDEPENDEN

A. Teori Pembagian Dan Pemisahan Kekuasaan ................................. 16

B. Konsep Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan

Indonesia .......................................................................................... 30

Page 11: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

x

C. Urgensi Kewenangan Ombudsman Dalam Bentuk Pengawasan

Penyelenggaraan Pelayanan Publik ................................................. 35

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK

INDONESIA

A. Tinjauan Umum tentang Ombudsman ............................................ 44

B. Sejarah Berdirinya Ombudsman Republik Indonesia ...................... 48

C. Struktur Organisasi Ombudsman Republik Indonesia ..................... 55

D. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia................. 56

BAB IV KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA

PENGAWAS PELAYAN PUBLIK DALAM STRUKTUR

KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Ombudsman Republik Indonesia dalam Struktur Ketatanegaraan

Indonesia ........................................................................................... 64

B. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia dalam

Menangani Kasus Berupa Dugaan Pelanggaran Pelayanan Publik

Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Negara ................................. 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 84

B. Saran ................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87

Page 12: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan alur penyelesaian laporan pengaduan kepada Ombudsman Republik

Indonesia

2. Alur penanganan laporan masyarakat atas tindakan maladministrasi oleh

penyelenggara negara kepada Ombudsman Republik Indonesia

3. Rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia

4. Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

Page 13: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa ini, hukum merupakan sebuah instrumen untuk memperoleh

sebuah keadilan. Hukum merupakan peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan

yang berwenang yang berisi perintah ataupun larangan untuk mengatur tingkah

laku manusia guna mencapai keadilan, keseimbangan dan keselarasan dalam

hidup serta untuk mencegah terjadinya kekacauan dan lain sebagainya dalam

hidup.

Sesuai dengan pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, yang memiliki

konstitusi yang dikenal dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.1 Bertujuan

untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.2 Sebagaimana ada dalam

makna alinea ke-4 pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik

1 A. Abdullah dan Abdul Rozak, Demokrasi (Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani),

(Jakarta: ICCE bekerja sama dengan Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. 3), h. 68.

2 Makna alinea ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Page 14: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

2

Indonesia. Ironisnya, pada saat ini hukum tidak berjalan sesuai dengan das sein

(apa yang seharusnya).

Pada dasarnya yang bertanggung jawab atas ketidaksesuaian hukum yang

telah terjadi saat ini adalah pemerintah, karena pemerintah merupakan

organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum

serta Undang-undang di wilayah tertentu. Fungsi utama pemerintah adalah

memberikan pelayanan, menyelenggarakan pembangunan dan

menyelenggarakan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya,

dengan menciptakan ketentraman dan ketertiban yang mengayomi dan

mensejahterakan masyarakatnya3. Selaras dengan prinsip-prinsip pokok Good &

Clean Governance bertujuan merealisasikan pemerintahan yang professional dan

akuntabel, baik, bersih dan berwibawa. Kemudian sejalan dengan prinsip

demokrasi, partisipasi masyarakat merupakan tujuan utama dari implementasi

good and clean governance.

Pemerintah saat itu berusaha melakukan beberapa perubahan sesuai

aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah

3 Lihat Hardiyansyah Ahmad, dalam Artikel Pelayanan Publik, di akses pada 24 Agustus

2013 melalui www.google.com,

Page 15: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

3

dengan membentuk sebuah lembaga pengawasan terhadap Penyelenggara

Negara, bernama Komisi Ombudsman Nasional.4

Namun peraturan yang mengatur Ombudsman ini telah banyak menuai

kontroversi yang mengakibatkan kurang ketidakpercayaan masyarakat terhadap

lembaga pemerintah yang mengatur semua jenis pengawasan peyelenggaraan

pelayanan publik. Seperti halnya UU No.37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia yang substansi materi muatan hukumnya hampir sama

dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang secara

kontinuitas akan menimbulkan dualisme kewenangan.

Masyarakat memiliki peranan dalam proses membangun penegakan

Hukum untuk memperoleh keadilan, karena mereka adalah bagian, dan juga

sasaran, dari keadilan itu sendiri. Masyarakat adalah komponen yang semestinya

merasakan keadilan, dan bukan sebaliknya, menjadi obyek serta korban

ketidakadilan.

Masyarakat juga memiliki hak untuk melakukan pengawasan karena

penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan Negara yang berdasarkan

atas mandat yang diberikan oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pengawasan

oleh Ombudsman adalah pengawasan riil, yaitu pengawasan untuk memperoleh

pelayanan sebaik-baiknya dari aparatur pemerintah.

4 Antonius Sujata, dkk, Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang,

(Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002), h. 14.

Page 16: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

4

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah dijelaskan, penulis tertarik

untuk membahas penelitian ini dengan judul “KEDUDUKAN OMBUDSMAN

SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK DALAM

STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, Penulis akan membatasi

permasalahan yang akan dibahas hanya Kedudukan Ombudsman sebagai

lembaga pengawas pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan

Indonesia kemudian tugas dan wewenang Ombudsman Republik Indonesia

dalam menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan yang penulis paparkan dalam latar belakang dan

permasalahan yang penulis sudah batasi, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

a. Bagaimana kedudukan Ombudsman sebagai lembaga pengawas

pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia ?

Page 17: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

5

b. Bagaimana tugas dan wewenang Ombudsman dalam menangani

kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan pelayanan

publik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Selaras dengan pembatasan dan rumusan masalah diatas, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kedudukan Ombudsman sebagai lembaga

pengawas pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.

b. Untuk mengetahui tugas dan wewenang Ombudsman dalam

menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

kedudukan Ombudsman sebagai lembaga pengawas pelayanan publik dalam

struktur ketatanegaraan Indonesia dan tugas dan wewenang Ombudsman

dalam menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan dalam penelitian ini, Penulis melakukan

penelusuran terhadap penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini di

beberapa sumber yang Penulis temukan, penelitian tersebut yaitu :

Page 18: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

6

1. Judul Skripsi : PERAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PERWAKILAN PROPINSI JAWA TIMUR DALAM PENYELESAIAN

LAPORAN ATAS DUGAAN MAL ADMINISTRASI PENYELENGGARA

PELAYANAN PUBLIK. (Studi Kasus di Wilayah Kerja Kota Surabaya).

Penulis : Heru Prasetyo / Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur / 2012

Penelitian ini didasarkan Permasalahan tentang Peran Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Propinsi Jawa Timur Dalam Penyelesaian Laporan Atas

Dugaan Mal-administrasi Penyelenggara Pelayanan Publik. Sedangkan penulis,

menitikberatkan permasalahan tentang Kedudukan Ombudsman Dalam Struktur

Ketatanegaraan Indonesia dan tugas serta wewenang Ombudsman dalam

menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan pelayanan

publik

2. Judul Skripsi : PERANAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA.

Penulis : Lina Rubiyanti/ UMY/ 2010

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan Peranan Ombudsman RI Untuk

mewujudkan Good Governance di Indonesia dan mengkaji Ombudsman RI

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dalam kinerja penanganan laporan.

Sedangkan penulis didasarkan pada permasalahan tentang Kedudukan

Ombudsman Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia dan tugas serta

Page 19: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

7

wewenang Ombudsman dalam menangani kasus berupa dugaan pelanggaran

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

E. Kerangka Konseptual

Institusi pengawasan yang bernama “Ombudsman” pertama kali lahir di

Swedia, namun demikian sebenarnya Swedia bukanlah Negara pertama yang

membangun Sistem pengawasan Ombudsman. Pada zaman Romawi telah

terdapat intitusi “Tribunal Plebis” yang tugasnya hampir sama dengan

Ombudsman yaitu melindungi hak masyarakat lemah dan penyalahgunaan

kekuasaan oleh para bangsawan. Model yang demikian juga dapat dijumpai pada

kekaisaran Cina Dinasty Tsin pada tahun 221 SM.5

Ombudsman menurut Undang-undang No. 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia adalah Ombudsman Republik Indonesia yang

selanjutnya disebut Ombudsman adalah Lembaga Negara yang mempunyai

kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang

diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,

dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang

diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau

5 Jeremi Pope, Pengembangan Sistem Integritas Nasional (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

1999) h. 115.

Page 20: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

8

seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Kemudian dalam menaungi Lembaga Ombudsman yang pada awalnya

telah dibentuk Komisi Ombudsman Nasional, yang diuraikan pada Pasal 2

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman

Nasional yang dikatakan “Ombudsman Nasional adalah lembaga pengawasan

masyarakat yang berasaskan Pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenang

melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporan masyarakat

mengenai penyelenggaraan Negara khususnya pelaksanaan oleh aparatur

pemerintah termasuk lembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia, maka hal-hal yang diatur dalam Keputusan

Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional sudah

dihapus dan digantikan dengan Undang-undang terbaru.

Dalam literatur peraturan perUndang-undangan, Perbedaan Keputusan

Presiden dengan Peraturan, yakni suatu keputusan (beschikking) selalu bersifat

individual, kongkret dan berlaku sekali selesai (enmahlig). Sedangkan, suatu

peraturan (regels) selalu bersifat umum, abstrak dan berlaku secara terus

menerus (dauerhaftig). Keputusan Presiden adalah norma Hukum yang bersifat

Page 21: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

9

konkret, individual, dan sekali selesai. Begitupun dengan Ombudsman yang

menurut Undang-undang terbaru Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia membaharui Keppres Nomor 44 Tahun 2000 Tentang

Komisi Ombudsman Nasional.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, Sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

Sistematis adalah berdasarkan suatu Sistem, sedangkan konsisten berarti

tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.6

Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.7

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian yuridis normatif/normatif yuridis, yaitu penelitian yang

dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986, Cet. III), h. 42.

7 Ibid., h. 42.

Page 22: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

10

perundang-undangan dan keputusan pengadilan serta norma-norma yang

berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di

masyarakat.8

2. Pendekatan penelitian

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian

yuridis normatif, maka pendekatan yang dilakukan yaitu:

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan

pendekatan perndang-undangan, karena yang akan diteliti adalah

berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral

suatu penelitian.9 Penelitian ini dilakukan untuk meneliti aturan-aturan

yang penormaannya tentang Kedudukan Ombudsman dalam Struktur

Ketatanegaraan Indonesia dan wewenang Ombudsman dalam

menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

b. Pendekatan konsep (conceptual approach)

Pendekatan konsep digunakan untuk memahami konsep

tentang Ombudsman Republik Indonesia dalam mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik sehingga diharapkan penormaan

8 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam

Penelitian Hukum (Jakarta: Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18. 9 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia,

2008, Cet. IV), h. 303.

Page 23: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

11

dalam aturan hukum tidak lagi memungkinkan ada pemahaman yang

bermakna ganda.

c. Pendekatan historis (historical approach), dan

Penelitian normatif yang menggunakan pendekatan sejarah

memungkinkan seorang peneliti untuk memahami hukum secara lebih

mendalam tentang suatu lembaga. Dengan mengetahui latar belakang

dan sejarah suatu lembaga, maka dapat diketahui permasalahan apa

saja yang dihadapi dan mempengaruhi lembaga tersebut.10

d. Pendekatan perbandingan (comparative approach).

Setiap kegiatan ilmiah lazimnya menerapkan metode

perbandingan. Pendekatan perbandingan merupakan salah satu cara

yang digunakan dalam penelitian normatif untuk membandingkan

salah satu lembaga hukum (legal institutions) dari sistem hukum yang

satu dengan lembaga hukum yang lain.11

Dari perbandingan itu, maka dapat ditemukan unsur-unsur

persamaan dan perbedaan kedua Sistem hukum itu. Persamaan-

persamaan akan menunjukkan inti dari lembaga hukum yang

diselidiki, sedangkan perbedaan-perbedaan disebabkan oleh adanya

10

Ibid., h. 318.

11

Hal tersebut karena sejak semula seorang ilmuwan harus dapat mengadakan identifikasi

terhadap masalah-masalah yang akan ditelitinya. Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian

Hukum Normatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Cet.VII), h. 81.

Page 24: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

12

perbedaan suasana, iklim, budaya, dan sejarah masing-masing bangsa

yang bersangkutan.12

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim13

.

Dalam penelitian ini yang termasuk bahan Hukum primer adalah

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, Keppres Nomor 44 Tahun 2000 Tentang Komisi

Ombudsman Nasional, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Pubik, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, naskah

akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Ombudsman Republik

Indonesia, dan Peraturan Perundang-undangan terkait dengan

Ombudsman Republik indonesia.

b. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

12

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum (Malang: Bayumedia Publishing,

2006, Cet. II),h. 313.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2010, Cet.VI), h. 141.

Page 25: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

13

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan.14

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non hukum dapat

berupa buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi,

Filsafat, Kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non-hukum

sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan

non-hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas

wawasan peneliti.15

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam mengumpulkan Bahan hukum, yakni bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, maupun sumber non-hukum yang telah didapatkan

itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah dan

diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian

rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih Sistematis untuk

menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan

hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu

14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. h. 141.

15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. h. 143.

Page 26: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

14

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi16

. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis

terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui bagaimana

Kedudukan Hukum dalam Sistem kelembagaan Negara dan Tugas dan

Wewenang Ombudsman dalam menangani kasus berupa dugaan pelanggaran

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun penulis berdasarkan buku petunjuk “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2012” dengan Sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing

bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.

Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah; Batasan

dan Rumusan Masalah; Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu; Metode

Penelitian; dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KEKUASAAN LEMBAGA INDEPENDEN

Bab ini Menjelaskan Mengenai Teori Pembagian dan Pemisahan

Kekuasaan; Konsep Checks and Balances Dalam Sistem

16

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia

Publishing, 2006, Cet. II), h. 393.

Page 27: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

15

Ketatanegaraan Indonesia; dan Urgensi Kewenangan Ombudsman

Dalam Bentuk Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK

INDONESIA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sejarah berdirinya

Ombudsman; yang terdiri atas pengertian, sejarah singkat sifat, asas

dan tujuan, falsafah, visi dan misi, kemudian struktur organisasi; serta

fungsi tugas dan wewenang lembaga Ombudsman.

BAB IV: OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS

PELAYANAN PUBLIK DALAM STRUKTUR

KETATANEGARAAN INDONESIA

Dalam bab ini menjelaskan tentang Ombudsman Republik Indonesia

sebagai lembaga pengawas pelayanan publik dalam struktur

ketatanegaraan Indonesia dan tugas serta wewenang Ombudsman

Republik Indonesia dalam menangani kasus berupa dugaan

pelanggaran terhadap penyelengaraan pelayanan publik.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran penulis yang didapatkan berdasarkan

pemaparan pada bab-bab sebelumnya.

Page 28: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

16

BAB II

KEKUASAN LEMBAGA INDEPENDEN

A. Teori Pembagian Dan Pemisahan Kekuasaan

Salah satu ciri Negara hukum, yang dalam bahasa Inggris disebut legal state

atau state based on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut

rechtsstaat, adalah adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam penyelengaraaan

kekuasaaaan Negara. Meskipun kedua istilah rechstsstaat dan rule of law itu

memiliki latar belakang sejarah dan pengertian berbeda, tetapi sama-sama

mengandung ide pembatasan kekuasaan. Pembatasan itu dilakukan dengan hukum

yang kemudian menjadi ide dasar paham konstitusionalisme modern.17

Pada awalnya, teori pembagian kekuasaan sebagaimana yang dikenal

sekarang merupakan pengembangan atas reformasi dari teori “pemisahan

kekuasaan”. Teori pemisahan kekuasaan muncul pertama kali di Eropa barat sebagai

antitesa terhadap kekuasaan raja yang absolute sekitar abad pertengahan, yaitu

antara abad 14 samapai dengan abad ke 15. Kemudian pada abad ke 17 dan ke 18,

lahirlah suatu konsep atau gagasan untuk menarik kekuasaan membuat peraturan

dari raja dan selanjutya diserahkan kepada suatu badan kenegaraan yang berdiri

17

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2010), h. 281.

Page 29: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

17

sendiri. Begitu pula pada akhir abad pertengahan terhadap kekuasaan kehakiman

telah diserahkan kepada suatu badan perwakilan.18

Istilah “Pemisahan kekuasaan” dalam bahasa Indonesia merupakan

terjemahan perkataan separation of power berdasarkan teori trias politica atau tiga

fungsi kekuasaan, yang dalam pandangan Montesquieu, harus dibedakan dan

dipisahkan secara struktural dalam organ-organ yang tidak saling mencampuri

urusan masing-masing.19

Kemunculan teori pemisahan kekuasaan mengalami proses yang cukup

panjang. Hal itu dapat dicermati mulai dari penggunaan istilah “Trias Politica”.

Istilah trias politica awalnya oleh Emmanuel Kant, begitu pula secara substansi

pemikiran yang melandasinya sudah terlebih dahulu dan ditulis oleh Aristoteles.

1. Teori Pemisahan Kekuasaan John Locke

John Locke dilahirkan 26 Agustus 1632 dalam suatu keluarga dengan kelas

ekonomi menengah di Wrington, Inggris Barat. Ayahnya adalah seorang tuan

tanah dan pengacara. Ia memberikan pengaruh sangat besar pada cara berfikir

Locke.20

18

E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1990), h. 2.

19

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2010), h. 285.

20

Reza A. A. Wattimena, Melampaui Negara Hukum Klasik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2007), h. 13.

Page 30: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

18

John Locke adalah seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari

inggris, dia hidup pada tahun 1632-1704, di bawah kekuasaan pemerintahan

willem III, yang bersifat pemerintahanya adalah monarki yang sudah agak

terbatas.21

Memang demikianlah, bahwa seluruh ajaran John Locke terutama

ajarannya tentang negara dan hukum.

John Locke dalam bukunya “Two Tritieses of Government” yang terbit Tahun

1690. Locke adalah seorang filusuf Inggris yang pertama kali menggagaskan

pentingnya kekuasaan dalam negara dipisahkan menjadi tiga bidang: pertama,

kekuasaan membentuk Undang-Undang (legislatif), kedua, kekuasaan eksekutif,

dan ketiga, kekuasaan federatif. Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk

melaksanakan Undang-Undang mencakup juga kekuasaan mengadili. Kekuasaan

federatif adalah kekuasaan yang meliputi semua kekuasaan yang tidak termasuk

dalam kekuasaan legislatif dan eksekutif.22

2. Teori Pemisahan Kekuasaan Montesquieu

Montesquieu adalah seorang ahli pemikir besar yang pertama diantara ahli-

ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari perancis. Nama lengkapnya

adalah Charles Secondat, baron de Labrede et de Montesquieu. Dia adalah seorang

sarjana hukum, hidup pada tahun 1688-1755. Dia adalah seorang autodidact, yaitu

21

Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1980), h. 106.

22

Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi

Hukum Tata Negara FH UI, 1988), h. 140.

Page 31: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

19

seorang yang dengan pemikiran dan tenaganya sendiri telah memperoleh

kemajuan terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan.23

Montesquieu berpendapat bahwa negara dalam bangunannya seperti Undang-

Undang, kebiasaan dan tradisinya adalah berlainan. Yang menyebabkan

berlainannya hal-hal di atas negara yang pernah dan masih ada itu adalah

perbedaan yang terdapat dalam situasi bangsa masing-masing, sifat

kebudayaannya, dan lain-lain syarat mengenai alam dan kebudayaannya seperti

iklim, tanah, kebiasaan, dan lain-lain.24

Montesquieu membangun suatu ajaran atau teori pemisahan kekuasaan yang

mengilhami teori John Locke. Hal itu tergambar dengan jelas dalam bukunya

“De L’esprit Des Lois” yang terbit pada tahun 1748. Dalam buku tersebut

dirumuskan “The Doctrine Of Separation Of Power States That The Legislative,

Executive, And Judicial Functions Of Government Should Be Independent”.

(doktrin pemisahan kekuasaan negara ke dalam fungsi-fungsi pemerintahan yang

independen: legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

3. Teori Pembagian Kekuasaan C. van Vollenhoven Donner

Ajaran pembagian kekuasaan yang lain diajukan oleh C. van Vollenhoven

Donner dan Goodnow. Menurut van Vollenhoven, fungsi-fungsi kekuasaan negara

itu terdiri atas empat cabang yang kemudian di Indonesia biasanya diistilahkan

dengan catur praja, yaitu (i) fungsi regeling (pengaturan); (ii) fungsi bestuur

23

Soehino, Ilmu Negara, h. 116.

24

C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Ilmu Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 159.

Page 32: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

20

(penyelenggaraan pemerintahan); (iii) fungsi rechtsspraak atau peradilan; dan (iv)

fungsi politie yaitu berkaitan dengan fungsi ketertiban dan keamanan.25

Catur praja yang pertama adalah regeling (pengaturan) yang kurang lebih

identik dengan fungsi legislatif menurut Montesquieu, Bestuur yang identik fungsi

pemerintahan eksekutif, rechtspraak (peradilan) dan politie yang menurutnya

merupakan fungsi untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat (social order) dan

peri kehidupan bernegara.26

Dari 3 teori di atas ada beberapa perbedaan antara teori John Locke

dengan Montesquieu27

kemudian perbedaan pendapat dengan C. van Vollenhoven

Donner, diantaranya pada kekuasaan kehakiman atau pengadilan, perbedaan yang

mendasar antara Locke dan Montesquieu. Bagi John Locke, berpendapat bahwa

kehakiman atau pengadilan merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif. Bahkan

oleh John Locke pekerjaan pengadilan disebutkan pertama-pertama sebagai

pelaksanaan Undang-undang.

Namun bagi Montesquieu meskipun pemerintah dan pengadilan dua-

duanya melaksanakan hukum, namun ada perbedaan sifat antara dua macam

pekerjaan itu, yaitu pemerintah menjalankan hukum dalam tindakan sehari-hari,

25

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Konstitusi Press, 2006), h. 34.

26

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2010), h. 284.

27

Nama lengkap Montesquieu yang sebenarnya adalah Charles Secondat, baron de Labrede et

de Montesquieu.

Page 33: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

21

sedangkan pengadilan hanya bertindak mengambil suatu putusan menurut hukum

dalam hal suatu pihak mengemukakan suatu pelanggaran hukum oleh lain pihak.

Berbeda dengan pendapat Montesquieu, bestuur menurut Van

Vollenhoven tidak hanya melaksanakan Undang-undang saja tugasnya, karena

dalam pengertian negara hukum modern tugas bestuur itu adalah seluruh tugas

negara dalam menyelenggarakan kepentingan umum, kecuali beberapa hal ialah

mempertahankan hukum secara preventif (preventive rechtszorg), mengadili

(menyelesaikan perselisihan) dan membuat peraturan (regeling).28

Di samping itu, dalam studi ilmu administrasi publik atau public

administration dikenal pula adanya teori yang membagi kekuasaan ke dalam dua

fungsi saja. Kedua fungsi itu adalah : (i) fungsi pembuatan kebijakan (policy

making function); dan (ii) fungsi pelaksanaan kebijakan (policy executing

function).29

Kemunculan lembaga negara yang dalam pelaksanaan fungsinya tidak

secara jelas memposisikan diri sebagai salah satu dari tiga lembaga trias politica

mengalami perkembangan pada tiga dasawarsa terakhir abad ke-20 di negara-

negara yang telah mapan berdemokrasi, seperti Amerika Serikat dan Perancis.

Banyak istilah untuk menyebut jenis lembaga-lembaga baru tersebut, diantaranya

adalah state auxiliary institutions atau state auxiliary organs yang apabila

28

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi

Hukum Tata Negara FH UI, 1988), h.147.

29

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2010), h. 284.

Page 34: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

22

diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia berarti institusi atau organ

negara penunjang.30

Istilah “lembaga negara bantu” merupakan yang paling umum

digunakan oleh para pakar dan sarjana hukum tata negara, walaupun pada

kenyataannya terdapat pula yang berpendapat bahwa istilah “lembaga negara

penunjang” atau “lembaga negara independen” lebih tepat untuk menyebut jenis

lembaga tersebut. Mempertahankan istilah state auxiliary institutions alih-alih

“lembaga negara bantu” untuk menghindari kerancuan dengan lembaga lain yang

berkedudukan di bawah lembaga negara konstitusional.

Kedudukan lembaga-lembaga ini tidak berada dalam ranah cabang

kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Namun, tidak pula lembaga-

lembaga tersebut dapat diperlakukan sebagai organisasi swasta ataupun lembaga

non-pemerintah yang lebih sering disebut ornop (organisasi non-pemerintah) atau

NGO non-governmental organization).

Lembaga negara bantu sekilas memang menyerupai NGO karena berada

di luar struktur pemerintahan eksekutif. Akan tetapi, keberadaannya yang bersifat

publik, sumber pendanaan yang berasal dari publik, serta bertujuan untuk

kepentingan publik,31

membuatnya tidak dapat disebut sebagai NGO dalam arti

sebenarnya.32

Sebagian ahli tetap mengelompokkan lembaga independen semacam

30

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta: Konstitusi Press,

2006 ). h. 8. 31

31

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), h. 11.

32

Ibid., h. 9

Page 35: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

23

ini dalam lingkup kekuasaan eksekutif, namun terdapat pula beberapa sarjana yang

menempatkannya secara tersendiri sebagai cabang keempat dalam kekuasaan

pemerintahan, seperti yang dinyatakan oleh Yves Meny dan Andrew Knapp :33

“Regulatory and monitoring bodies are a new type autonomous

administration which has been most widely develoved in the United States

(where it is sometimes referred to as the headless fourth branch’ of the

government). It takes the form of what are generally known as

Independent Regulatory Commisions”

Secara teoritis, lembaga negara bantu bermula dari kehendak negara

untuk membuat lembaga negara baru yang pengisian anggotanya diambil dari

unsur non-negara, diberi otoritas negara, dan dibiayai oleh negara tanpa harus

menjadi pegawai negara. Gagasan lembaga negara bantu sebenarnya berawal dari

keinginan negara yang sebelumnya kuat ketika berhadapan dengan masyarakat,

rela untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengawasi. Jadi,

meskipun negara masih tetap kuat, ia diawasi oleh masyarakat sehingga tercipta

akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal. Munculnya lembaga negara

bantu dimaksudkan pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya

prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui

lembaga yang akuntabel, independen, serta dapat dipercaya.

33

Yves Meny dan Andrew Knapp, Government and Politics in Western Europe: Britain,

France, Italy, Germany, 3rd

edition, (Oxford: Oxford University Press, 1998), h. 281.

Page 36: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

24

Selain itu, faktor lain yang memicu terbentuknya lembaga negara bantu

adalah terdapatnya kecenderungan dalam teori administrasi kontemporer untuk

mengalihkan tugas-tugas yang bersifat regulatif dan administratif menjadi bagian

dari tugas lembaga independen. Berkaitan dengan sifatnya tersebut, John Alder

mengklasifikasikan jenis lembaga ini menjadi dua, yaitu:

(1) Regulatory, yang berfungsi membuat aturan serta melakukan supervisi

terhadap aktivitas hubungan yang bersifat privat; dan

(2) Advisory, yang berfungsi memberikan masukan atau nasihat kepada

pemerintah;34

Jennings, sebagaimana dikutip Alder dalam Constitutional and

Administrative Law, menyebutkan lima alasan utama yang melatarbelakangi

dibentuknya lembaga negara bantu dalam suatu pemerintahan, alasan-alasan itu

adalah sebagai berikut.35

1. Adanya kebutuhan untuk menyediakan pelayanan budaya dan pelayanan

yang bersifat personal yang diharapkan bebas dari risiko campur tangan

politik.

2. Adanya keinginan untuk mengatur pasar dengan regulasi yang bersifat

non-politik.

34

John Alder, Constitutional and Administrative Law, (London: The Macmillan Press LTD,

1989), h. 232-233.

35

Ibid., h. 225.

Page 37: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

25

3. Perlunya pengaturan mengenai profesi-profesi yang bersifat independen,

seperti profesi di bidang kedokteran dan hukum.

4. Perlunya pengadaan aturan mengenai pelayanan-pelayanan yang bersifat

teknis.

5. Munculnya berbagai institusi yang bersifat semiyudisial dan berfungsi

untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan (alternative dispute

resolution/ alternatif penyelesaian sengketa).

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan orde baru Presiden Soeharto. Kemunculan

lembaga baru seperti ini pun bukan merupakan satunya-satunya di dunia. Di

negara yang sedang menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir

lembaga tambahan negara yang baru. Berdirinya lembaga negara bantu merupakan

perkembangan baru dalam sistem pemerintahan. Teori klasik trias politica sudah

tidak dapat lagi digunakan untuk menganalisis relasi kekuasaan antar lembaga

negara.

Untuk menentukan institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga

negara bantu dalam struktur ketatanegaraan RI terlebih dahulu harus dilakukan

pemilahan terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya.

Pascaperubahan konstitusi, Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam

tiga kelompok.36

Pertama, lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah

36

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca AmandemenUUD

1945, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 184

Page 38: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

26

UUD Negara RI Tahun 1945 (constitutionally entrusted power). Kedua, lembaga

negara yang dibentuk berdasarkan perintah undang-undang (legislatively entrusted

power). Ketiga, lembaga negara yang dibentuk atas dasar perintah keputusan

presiden.37

Pembentukan lembaga-lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara

umum disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-

lembaga negara yang ada dalam menyelesaikan persoalan ketatanegaraan. Selain

itu pada kenyataannya, lembaga-lembaga negara yang telah ada belum berhasil

memberikan jalan keluar dan menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan

perubahan dan perbaikan semakin mengemuka seiring dengan berkembangnya

paham demokrasi di Indonesia.38

Pada dasarnya, pembentukan lembaga-lembaga negara bantu yang bersifat

mandiri dan independen di Indonesia dilandasi oleh lima hal penting yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Rendahnya kredibilitas lembaga-lembaga negara yang telah ada

sebelumnya akibat adanya asumsi dan bukti mengenai korupsi yang

mengakar dan sulit diberantas

37

Jimly Asshidiqie, “Perkembangan Ketatanegaraan Pasca-Perubahan UUD 1945 dan

Tantangan Pembaruan Pendidikan Hukum Nasional”. (makalah disampaikan pada seminar dan

lokakarya nasional perkembangan ketatanegaraan pascaperubahan UUD 1945 dan pembaruan

pendidikan hukum Indonesia, Jakarta, 7 September 2004), h. 7

38

T.M. Lutfhi Yazid, “ Komisi-komisi Nasional dalam Konteks Cita-cita Negara Hukum”,

(makalah disampaikan pada diskusi terbatas tentang eksistensi kelembagaan negara pasca amandemen

UUD 1945, Jakarta, 9 September 2004), h. 2.

Page 39: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

27

2. Tidak independennya lembaga-lembaga negara yang karena alasan

tertentu tunduk di bawah pengaruh suatu kekuasaan tertentu.

3. Ketidakmampuan lembaga-lembaga negara yang telah ada dalam

melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan pada masa transisi menuju

demokrasi, baik karena persoalan internal maupun persoalan eksternal.

4. Adanya pengaruh global yang menunjukkan adanya kecenderungan

beberapa negara untuk membentuk lembaga-lembaga negara tambahan,

baik yang disebut sebagai state auxiliary institutions/organs/agencies

maupun institutional watchdog (lembaga pengawas), yang dianggap

sebagai suatu kebutuhan dan keharusan karena lembaga-lembaga negara

yang telah ada merupakan bagian dari sistem yang harus diperbaiki.

5. Adanya tekanan dari lembaga-lembaga internasional untuk membentuk

lembaga-lembaga negara tambahan tersebut sebagai prasyarat menuju

demokratisasi.

Setelah berlakunya Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia,

maka Komisi Ombudsman Nasional berubah menjadi Ombudsman Republik

Indonesia. Perubahan nama tersebut mengisyaratkan bahwa Ombudsman tidak lagi

berbentuk Komisi Negara yang bersifat sementara, tapi merupakan lembaga

negara yang permanen sebagaimana lembaga-lembaga negara yang lain, serta

dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan

lainya.

Page 40: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

28

Lembaga Negara adalah merupakan lembaga-lembaga atau organ publik

yang menjalankan pemerintahan dan tidak berada dibawah kendali presiden.

Bersifat “mandiri” secara etimologis berarti menunjukan kemampuan berdiri

sendiri. Ini menjelaskan bahwa istilah mandiri menunjuk pada tidak adanya

pengaruh dari luar atau bebas dari campur tangan kekuasaan lain atau

ketidaktergantungan dengan suatu lembaga kepada lembaga lainnya.

Menurut Jimly Asshidiqie bahwa independensi lembaga-lembaga Negara

sangat diperlukan untuk kepentingan menjamin pembatasan kekuasaan dan

demokratisasi yang lebih efektif. Kemudian beliau menyebutkan lembaga-lembaga

sekarang ini menikmati kedudukan independen, diantaranya pada tingkatan

pertama, yaitu Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik

Indonesia (POLRI), dan Bank Indonesia sebagai Bank Central. Pada tingkatan

kedua juga muncul lembaga-lembaga khusus seperti Komisi Nasional dan Hak

Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi

Ombudsman Nasional (sekarang Ombudsman Republik Indonesia), Komisi

Persaingan Usaha Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi,

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), dan Komisi peniyaran Indonesia

(KPI).

Secara garis besar Lembaga Negara di Indonesia terbagai dalam dua

kelompok, yaitu lembaga negara yang dibentuk melalui UUD dan lembaga negara

yang dibentuk di luar UUD. Lembaga Negara yang pembentukannya diluar UUD

seringkali disebut lembaga negara tambahan (ekstra auxiliary) atau lembaga

Page 41: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

29

negara secondary, dalam artian merupakan lembaga negara yang tidak terdapat

dalam konstitusi, namun dibentuk melalui Undang-undang (regulatory body).

Keberadaan Ombudsman di Indonesia memang sangat dibutuhkan

masyarakat dewasa ini dengan pertambahan penduduk dan beragamnya masalah

yang dialami oleh masyarakat dalam mendapatkan haknya sebagai warga negara.

Sehingga masyarakat dapat melaporkan keluhan yang dialaminya dengan cepat

kepada lembaga yang independen dan dengan tanpa biaya yaitu Ombudsman

Republik Indonesia.

Pengaturan Ombudsman dalam Undang-undang tidak hanya mengandung

konsekuensi posisi politik kelembagaan, namun juga perluasan kewenangan dan

cakupan kerja Ombudsman yang akan sampai di daerah-daerah. Dalam undang-

undang ini dimungkinkan mendirikan kantor perwakilan Ombudsman di daerah

Propinsi, Kabupaten/Kota. Dalam hal penanganan laporan juga terdapat perubahan

yang fundamental karena Ombudsman diberi kewenangan besar dan memiliki

kekuatan memaksa (subpoena power), rekomendasi yang bersifat mengikat,

investigasi, serta sanksi pidana bagi yang mengahalang-halangi ombudsman dalam

menangani laporan.

Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang muncul, bahwa semuanya

memiliki makna pemisahan kekuasaan bertujuan agar penguasa atau pemerintah

dalam menjalankan tugas dan fungsi-fungsi pemerintahan mengindari dan tidak

melakukan tindakan sewenang-wenang, menjamin hak-hak warga negara, dan

Page 42: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

30

memberikan ruang gerak terhadap pelaksanaan prinsip kebebasan dan

kemerdekaan.39

B. Konsep Checks and Balances dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Pemikiran pentingnya pembatasan kekuasaan mendasari lahirnya

konsep check and balances, karena kekuasaan yang tidak dibatasi akan selalu

cenderung untuk disalah gunakan. Dalam rangka pembatasan kekuasaan, maka

dikembangkanlah teori pemisahan kekuasaan yang pertama kali dikenalkan oleh

John Locke. Pemisahan kekuasaan dilakukan dengan memisahkan kekuasaan

politik menjadi 3 bentuk, yaitu kekuasaan legislative (legislative

power), kekuasaan eksekutif (executive power), dan kekuasaan federatif

(federative power).

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan lembaga membentuk undang-

undang dan peraturan-peraturan yang sifatnya fundamental lainnya. Kekuasaan

eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan peraturan-peraturan yang dibuat oleh

kekuasaan legislatif. Kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang berkaitan

dengan hubungan luar negeri, kekuasaan menentukan perang, perdamaian, liga,

aliansi antarnegara, dan perjanjian-perjanjian dengan negara asing.

Kemudian tiga cabang kekuasaan ini kemudian dikembangkan oleh Baron

Montesquieu, teori ini dikenal dengan teori trias politica. Dalam teorinya,

kekuasaan politik dibagi dalam 3 bentuk, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan

39

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan Antara DPRD

Dan Kepala Daerah, (Bandung: Alumni, 2009), h. 31.

Page 43: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

31

eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan yang

berhubungan dengan pembentukan hukum atau undang-undang suatu Negara.

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang berhubungan dengan penerapan

hukum tersebut. Sedangkan kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan kehakiman.

Kemudian menurut Montesquieu, ketiga fungsi kekuasaan Negara

tersebut harus dilembagakan masing-masing dalam tiga organ Negara. Satu organ

hanya boleh menjalankan satu fungsi dan tidak boleh saling mencampuri urusan

masing-masing dalam arti mutlak. Jika tidak demikian, kebebasan akan terancam.

Namun pada kenyataannya, teori yang di idealkan Monstesquieu tersebut

tidak dapat diterapkan pada Negara-negara dewasa ini. Kenyataannya ketiga

cabang kekuasaan tersebut tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan

ketiganya bersifat sederajat dan saling berhubungan satu sama lainnya. Dari

sinilah dikembangkan teori checks and balances.

Check and balances mengacu pada variasi atau aturan prosedur yang

memungkinkan satu cabang kekuasaan membatasi kekuasaan lainnya.40

Judicial

review adalah bukti pelanggaran batas atas prinsip pemisahan kekuasaan,

demikian juga impeachment presiden oleh legislatif. Tindakan-tindakan saling

mengimbangi dan mengawasi yang sekarang ini dipahami sebagai check and

balances.

40

Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 63.

Page 44: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

32

Ketika gerakan reformasi berhasil menjebol sakralisasi UUD 1945,

banyak hal yang dikemukakan oleh masyarakat terutama kalangan akademisi,

berkaitan dengan gagasan untuk memperbaiki UUD 1945 agar mampu

membangun sistem politik dan ketatanegaraan yang demokratis. Gagasan ini

menjadi niscaya karena berlakunya UUD 1945 dalam tiga periode sistem politik

ternyata di Indonesia tak pernah lahir sistem politik yang demokratis sehingga

selalu timbul korupsi dalam berbagai bidang kehidupan.41

Salah satu gagasan perubahan yang ketika itu ditawarkan adalah usulan

tentang sistem dan mekanisme checks and balances didalam sistem politik dan

ketatanegaraan. Usulan ini penting artinya karena selama era dua orde sebelumnya

dapat dikatakan bahwa checks and balances itu tidak ada. Dalam pembuatan UU

misalnya, seluruhnya didominasi oleh eksekutif, baik proses inisiatifnya maupun

pengesahannya. Selama era Orde Baru, tak pernah ada RUU datang dari inisiatif

DPR. Bahkan RUU yang semula berasal dari presiden pun pernah ditolak untuk

disahkan oleh presiden sendiri setelah disetujui oleh DPR melalui pembahasan

bersama pemerintah selama tak kurang dari 8 bulan. Dominasi eksekutif dalam

membuat, melaksanakan, dan menafsirkan UU menjadi begitu kuat didalam sistem

politik yang executive heavy42

karena tidak ada lembaga yang dapat membatalkan

UU. Waktu itu, tidak ada peluang pengujian oleh lembaga yudisial dalam apa yang

41

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara (Pasca Amandemen Konstitusi), cet. Ke-

2 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 67.

42

Executive heavy, adalah kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif

dan kekuasaan legislatif). melalui http://www.siputro.com/2012/09/sejarah-amandemen-uud-1945/,

diakses pada tanggal 14 Januari 2014.

Page 45: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

33

dikenal sebagai judicial review atau (constitutional review) seperti sekarang.

Review atas UU hanya dapat dilakukan oleh lembaga legislative melalui legislative

review atau political review, padahal lembaga tersebut didominasi oleh presiden.43

Sistem ketatanegaraan Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 tidak

mengenal check and balances. MPR dianggap sebagai penjelmaan rakyat

Indonesia yang memegang kekuasaan tertinggi diantara lembaga-lembaga

lainnya. Yang mana berbeda dengan ajaran John Locke bahwa Negara tidak boleh

dipimpin atau dikuasai oleh seseorang atau satu lembaga yang sifatnya absolut

sehingga menjadi sewenang-wenang. MPR menetapkan UUD, mengangkat

Presiden dan Wakil Presiden, serta menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN). Presiden ialah pengelenggara kekuasaan di bawah MPR yang

berkewajiban menjalankan haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR serta tunduk

dan bertanggung jawab kepada MPR. Oleh karena itu, siapapun Presiden yang

dapat menguasai MPR, kekuasaannya akan langgeng. Begitupun sebaliknya, jika

Presiden tidak mampu menguasai MPR, maka akan lebih besar kemungkinan

diturunkan dari kursi kepresidenannya.

Sistem check and balance mulai diterapkan setelah amandemen UUD

1945. Setiap cabang kekuasaan saling mengawasi dan mengimbangi

pemerintahan lainnya. Prinsip pengawasan dan perimbangan ini dirancang agar

tiap cabang pemerintahan dapat membatasi kekuasaan pemerintahan

43

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara (Pasca Amandemen Konstitusi), cet. Ke-

2 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 68.

Page 46: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

34

lainnya. Kedudukan MPR tidak lagi menjadi pusat dari segala cabang

pemerintahan dan tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara yang menjalankan

sepenuhnya kedaulatan rakyat. Kedudukan MPR menjadi sejajar dengan lembaga

tinggi lainnya.

Itulah sebabnya, ketika reformasi membuka pintu bagi dilakukannya

amandemen atas UUD 1945, maka yang cukup menonjol disuarakan adalah

memasukan sistem checks and balances antara lembaga legislatif, lembaga

eksekutif, dan lembaga yudikatif. Dalam hal hubungan antara presiden dan DPR,

maka dominasi presiden dalam proses legislasi digeser ke DPR. Dan jika dalam

waktu 30 hari sejak (disahkan) oleh presiden, maka RUU tersebut sah sebagai UU

dan wajib diundangkan tanpa harus ditandatangani oleh presiden [Pasal 20 ayat (1)

dan ayat (5) UUD 1945 hasil perubahan]. Dalam hal hubungan antara yudikatif

dan legislatif, maka gagasan checks and balances mengumandangkan usul agar

lembaga yudisial diberi wewenang untuk menguji UU terhadap UUD 1945. Ini

pun kemudian diterima dan dituangkan di dalam Pasal 24 yang mengatur bukan

pengujian isi (uji materi) saja, tetapi juga pengujian prosedur (uji formal).

Mahkamah Konstitusi menguji UU terhadap UUD 1945, sedangkan Mahkamah

Agung menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU terhadap perundang-

undangan yang diatasnya.44

44

Ibid.

Page 47: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

35

C. Urgensi Kewenangan Ombudsman Dalam Bentuk Pengawasan

Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewenangan adalah hak dan

kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan (yang biasanya

terdiri atas beberapa wewenang) adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-

orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan (atau bidang

urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu

onderdil tertentu saja.45

Sedangkan pengawasan, Secara harfiah dari segi tata bahasa, kata “kontrol”

berarti pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian.46

George R.Terry memberi

arti dari pengawasan (control) adalah menentukan apa yang telah dicapai,

mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu, memastikan hasil

yang sesuai dengan rencana.47

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan

dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan

yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara

efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang

45

Prajudi Atmosudirdja, Hukum Administrasi Negara, Seri Pustaka Ilmu Administrasi VII

(edisi revisi) cet. Ke-10, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 78.

46

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, Perum dan Percetakan, (Jakarta: Balai Pustaka,

1955), h. 523 dan 1134.

47

Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah,

(Bandung: PT.Alumni, 2004), h.89.

Page 48: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

36

berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan

kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi seluas apa kebijakan

pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam

pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan

merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai

bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada

pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai

tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan

mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan

unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu

pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan

dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan

hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan

tindakan perbaikannya.”

Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai

sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan,

atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau

diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat

kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang

Page 49: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

37

muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang

bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan

merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan

sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama

pentingnyadengan penerapan good governance itu sendiri. Dalam kaitannya

dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk

membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja

pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik

pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external

control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya

penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat

dilakukan adalah:

a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Selama ini kita memang telah memiliki lembaga pengawas baik yang

bersifat struktural maupun fungsional. Bahkan terdapat lembaga pengawas yang

secara eksplisit dicantumkan dalam Undang-undang Dasar 1945 yaitu Dewan

Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan dan ataupun Bank Indonesia.

Selain itu juga terdapat Organisasi Non Pemerintah ataupun Lembaga Swadaya

Page 50: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

38

Masyarakat yang sekarang ini banyak tumbuh serta turut beraktifitas melakukan

pengawasan atas pelaksanaan penyelenggaraan negara.

Berbagai lembaga negara, Aparatur Pengawas Struktural, Pengawas

Fungsional serta Organisasi Non Pemerintah tersebut dapat diberikan beberapa

catatan sebagai berikut:48

1. Lembaga Pengawas Struktural sebagaimana selama ini dilakukan oleh

Inspektorat Jenderal jelas tidak mandiri karena secara organisatoris

merupakan bagian dari kelembagaan terkait. Dalam menghadapi dan

ataupun menindaklanjuti laporan sangat ditentukan oleh atasan. Lagi pula

pengawasan yang dilakukan bersifat intern artinya kewenangan yang

dimiliki dalam melakukan pengawasan hanya mencakup urusan institusi itu

sendiri.

2. Lembaga Pengawas Fungsional meskipun tidak bersifat intern namun

substansi/sasaran pengawasan terbatas pada aspek tertentu terutama

masalah keuangan. Lagi pula aparat pengawas fungsional pada umumnya

tidak menangani keluhan-keluhan yang bersifat individual, mereka

melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan secara rutin baik

yang merupakan anggaran rutin maupun pembangunan. Dengan kata lain

Aparat Pengawas Fungsional selain cakupannya sangat sempit juga kurang

memperhatikan penyimpangan-penyimpangan yang sering menjadi

48

Antonius Sujata dkk. Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang,

(Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002), h. 70.

Page 51: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

39

keluhan langsung masyarakat kerena pengawasan yang dilakukan

merupakan kegiatan rutin.

3. Lembaga Pengawas yang secara eksplisit dicantumkan dalam konstitusi

memang melakukan pengawasan namun pada satu sisi substansi yang

diawasi terlalu luas dan bersifat politis karena memang secara kelembagaan

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan Lembaga Politik serta mewakili

kelompok-kelompok politik sehingga pengawasannya juga tidak terlepas

dari kepentingan-kepentingan kelompok yang mereka wakili. Sedangkan

Badan Pemeriksa Keuangan pada satu sisi substansi yang diawasi cukup

luas yaitu mengenai Keuangan Negara yang mencakup kebijakan ataupun

pengelolaannya, namun dari sisi lain juga dapat dikatakan terlalu sempit

karena hanya mengenai segi keuangannya saja, sementara aspek-aspek lain

dalam penyelenggaraan negara belum disentuh, apalagi kepentingan-

kepentingan warga yang bersifat individual dan bukan merupakan

penyimpangan sistem ataupun kebijakan jelas belum terakomodasikan.

4. Pengawasan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat sekarang ini telah

menjadi trend dan berkembang pesat. Namun karena sifatnya swasta dan

kurang terfokus maka lebih banyak ditanggapi dengan sikap “acuh tak

acuh”. Terlebih lagi pengawasan yang dilakukan sering kurang data dan

lebih mengarah pada publikasi sehingga faktor akurasi dan keseimbangan

fakta perlu lebih memperoleh perhatian. Terdapat jarak ataupun “jurang”

yang cukup jauh dan dalam antara aparat pemerintah dengan organisasi non

Page 52: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

40

pemerintah yang disebabkan perbedaan landasan keberadaan mereka

masing-masing. Lembaga Swadaya Masyarakat eksistensinya berasal dari

masyarakat itu sendiri sementara lembaga negara secara formal dilandasi

oleh perundang-undangan yang berlaku sehingga dengan bertitik tolak dari

landasan yang berbeda tersebut muncul sikap resistensi satu sama lain.

Resistensi tersebut makin dalam manakala menghadapi suatu permasalahan

konkrit di mana Lembaga Pemerintah menggunakan parameter pranata

yang bersifat formil serta prosedur yang struktural hierarkis sementara

Organisasi Non Pemerintah mendekati permasalahan berdasarkan

kenyataan-kenyataan yang dihadapi dengan prosedur yang tidak hierarkis

karena LSM memang bukan merupakan institusi struktural.

Memperhatikan kenyataan-kenyataan di atas kiranya dapat dikemukakan

bahwa ternyata masih terdapat celah-celah secara mendasar yang belum

merupakan sasaran pengawasan dari Ombudsman Republik Indonesia. Dari aspek

kelembagaan juga belum ada lembaga yang secara optimal memperoleh

pengakuan dan diterima sebagai pengawas. Bahkan juga belum ada prosedur yang

dapat menjembatani antara mekanisme yang bersifat kaku sebagai akibat sistem

struktural hierarkis di satu pihak dengan mekanisme pendek dari suatu organisasi

yang tidak struktural hierarkis.

Dengan demikian diperlukan suatu jalan keluar yang diharapkan pada satu

sisi merupakan jalan tengah bagi kepentingan pengemban sistem struktural

hierarkis serta kepentingan pengemban sistem non struktural, namun pada sisi lain

Page 53: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

41

mampu menampung seluruh aspirasi warga masyarakat tanpa harus melewati

sistem prosedur atau mekanisme yang berliku-liku.

Oleh karena itu, Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat

mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi

pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas

dari campur tangan kekuasaan lainnya.

Dilandasi oleh kondisi baik yang mencakup substansi pengawasan,

prosedur maupun kelembagaan maka Ombudsman Republik Indonesia merupakan

salah satu alternatif. Tentu di dunia ini tidak ada satu lembagapun yang dapat

merupakan obat ajaib dalam arti menyembuhkan segala macam penyakit dengan

seketika. Tetapi setidak-tidaknya sekarang ini sudah kurang lebih 130 negara

memiliki Ombudsman (dengan sebutan bermacam-macam) baik Ombudsman

Nasional maupun Ombudsman Daerah dan lebih dari 50 negara telah

mencantumkannya dalam konstitusi. Apabila banyak negara telah memiliki

Ombudsman tentunya mereka merasakan perlunya institusi ini dalam

penyelenggaraan negara demi kesejahteraan masyarakat.49

Sekarang ini Ombudsman Republik Indonesia telah menjadi salah satu ciri

dari suatu negara yang ingin menegakkan demokrasi, menyelenggarakan

pemerintahan yang baik, menghormati Hak Asasi Manusia serta memberantas

praktek-praktek korupsi.

49

Antonius Sujata dkk. Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang, h.

72.

Page 54: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

42

Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kewenangan Ombudsman Republik Indonesia memiliki kapasitas dalam bentuk

pengawasan terhadap pelayanan publik oleh penyelenggara Negara. Karena

pengawasan merupakan indikator pelayanan publik yang dibutuhkan oleh

masyarakat itu sejatinya seperti apa.

Dalam pasal 6 dan 7 Undang-undang No.37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia selain melakukan pengawasan juga memiliki

kewenangan sebagai berikut:

- Memanggil dan meminta keterangan secara lisan dan atau tertulis dari pihak

pelapor, terlapor dan atau pihak lain yang terkait dengan suatu laporan,

keluhan, atau informasi yang disampaikan kepada Ombudsman Daerah.

- Memeriksa semua keputusan dan atau dokumen-dokumen lainnya yang ada

pada pihak pelapor, terlapor dan atau pihak lain yang terkait, untuk

mendpatkan kebenaran dari laporan, keluhan, dan atau informasi.

- Atas inisiatif sendiri memanggil dan meminta keterangan secara lisan atau

tertulis, kepada penyelengggara negara, pemerintah daerah atau penegak

hukum berkaitan dengan dugaan pelanggaran asas-asas penyelenggaraan

negara, pemerintah daerah atau penegak hukum yang bersih dan bebas dari

KKN, penyalahgunaan kekuasaan, dan tindakan yang sewenang-wenang.

- Membuat rekomendasi atas usul-usul dalam rangka penyelesaian masalah

antara pihak pelapor dan pihak terlapor serta pihak-pihak lainnya yang

terkait.

Page 55: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

43

- Mengumumkan hasil temuan dan rekomendasi untuk diketahui oleh

masyarakat.

Kemudian kewenangan Ombudsman Republik Indonesia relevan dengan

konsep Islam yang menjelaskan tentang kewenangan yang seharusnya dilakukan

oleh setiap manusia yang dengan kata lain dikatakan sebagai aparatur

penyelenggaraan Negara yang seharusnya melihat rencana apa yang akan

dilakukan dikemudian hari, agar tidak menyalahgunakan kewenangannya,

sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al Hasyr (59): 18 yang

berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[Q.S. Al-Hasyr(59): 18]

Page 56: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

44

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

A. Tinjauan Umum tentang Ombudsman

Istilah Ombudsman pertamakali dikenalkan dalam konstitusi Swedia

pada tahun 1718 dengan sebutan Ombudsman yang berarti “perwakilan”,

yaitu menunjuk seorang pejabat atau badan yang independen bertugas

menampung keluhan warga negara atas penyimpangan atau pekerjaan buruk

yang dilakukan pejabat atau lembaga pemerintahan. Sebelumnya, fungsi

pengawasan atas tindakan penyelenggara negara dan perlindungan terhadap

hak-hak warga juga telah diperkenalkan dalam sistem tata negara kekaisaran

Romawi dengan Tribunal Plebis melindungi hak-hak masyarakat lemah dari

penyalahgunaan kekuasaan oleh para bangsawan.50

Model seperti ini terjadi

pula pada Kekaisaran China 221 SM dengan membentuk Control Yuan

bertugas melakukan pengawasan terhadap pejabat-pejabat kekaisaran

(pemerintahan) dan bertindak sebagi perantara bagi masyarakat yang ingin

melaporkan keluhan dan aspirasi kepada Kaisar, kekhalifahan Umar Bin

Khathab (634-644 M) yang memposisikan diri sebagai muhtasib (orang yang

menerima keluhan) kemudian membentuk Qadi al Quadat (Ketua Hakim

50

Jeremi Pope, Pengembangan Sistem Integritas Nasional (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

1999) h. 115.

Page 57: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

45

Agung) dengan mandat khusus melindungi masyarakat dari tindakan

sewenang-wenang dan penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan.51

Pada mulanya institusi Ombudsman dikenal di Swedia, dan baru

setengah abad belakangan ini sistem Ombudsman menyebar ke seluruh

penjuru dunia.52

Ombudsman parlementer kedua dibentuk 1919 di Finlandia,

dan tahun 1955 di Denmark. Sistem Ombudsman telah mencantumkan

institusi Ombudsman kedalam konstitusinya.53

Berdasarkan beberapa aspek Ombudsman dapat dibagi menjadi

beberapa jenis.54

Dari kurun waktu pembentukannya, dapat dibedakan

menjadi Ombudsman klasik dan Ombudsman modern. Ombudsman klasik

dapat ditelusuri sejak pertama kali Raja Charles XII membentuk Highest

Ombudsman, Chief Justice di Turki dan Qadi Al Qudat di zaman Umar Bin

Khattab. Ombudsman modern berdiri sejak 1953 di Denmark dan 1962 di

New Zealand. Ombudsman di Swedia di kategorikan sebagai Ombudsman

modern.

Apabila dilihat dari mandat dan mekanisme pertanggungjawabannya,

dibedakan menjadi dua jenis, yakni pertama Ombudsman parlementer, yakni

51

Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia (Jakarta: Pradnya Paramita, 2005), h.

45.

52

Antonius Sujata dan Surachman, Ombudsman Indonesia ditengah Ombudsman

Internasional (Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2007), h. 29.

53

Budi Masthuri, Urgensi Pengaturan Ombudsman dalam Konstitusi, diakses pada tanggal 15

Januari 2014 melalui www.hukumonline.com.

54 Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, h. 6-8.

Page 58: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

46

Ombudsman yang dipilih oleh parlemen, dan bertanggungjawab (laporan)

kepada parlemen. Contohnya Swedia, Finlandia, dan Denmark. Dan kedua,

Ombudsman eksekutif, yakni yang dipilih oleh Presiden, Perdana Menteri

atau Kepala Daerah. Contohnya Indonesia dan Australia.

Sekarang ini institusi Ombudsman di seluruh dunia telah diakui

sebagai ciri negara yang penuh semangat untuk memberantas korupsi, sebagai

ciri negara yang ingin menegakkan demokrasi serta sebagai ciri negara yang

bertekad menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, bukan

hanya perbuatan administrasi pemerintahan yang bertentangan dengan hukum

dan undang-undang yang merupakan tindakan/perilaku “mal-administrasi”

tetapi juga perilaku, yang sekalipun berdasarkan dan sesuai dengan undang-

undang, namun yang menimbulkan akibat ketidakadilan (injustice) atau

hardship (kesulitan yang sangat besar dan/atau tidak seimbang). Intinya,

setiap negara yang memiliki Ombudsman, ingin melindungi hak rakyatnya.

Sebagaimana dikatakan oleh Dennis Pearce, Ombudsman Australia:55

the Ombudsman is undoubtedly the most valuable institution from the

viewpoint of both citizen and bureaucrat that has evolved during this century

(Ombudsman tanpa ragu-ragu merupakan lembaga yang paling berharga yang

berkembang di abad ini; baik dari sudut pandang warga negara, amupun dari

sudut pandang birokrat). Sebabnya ialah karena :

55

Linda C. Reif, The International Ombudsman Anthology (Netherlands: International

Ombudsman Institute, 1999), h. 97.

Page 59: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

47

The office of Ombudsman is (Lembaga Ombudsman adalah):

1. Quick by comparison with other review bodies; (Cepat pelayanannya

dibanding lain-lainnya lembaga pengawasan).

2. Informal and therefore more accessible to complainants. (Informal,

dan karena itu lebih mudah terjangkau oleh pelapor).

3. Cheap for both complainant and decision maker; and (Murah untuk

pelapor maupun terlapor; dan)

4. Not threatening to decision makers-or not as threatening as other

review mechanism. (Tidak mengancam pengambil keputusan/aparat

negara, atau Tidak sebegitu mengancam dibanding dengan lain-lain

mekanisme pengawasan).

Jadi, sebab mengapa di lain-lain negara lembaga Ombudsman segera

diterima sebagai lembaga pengawas, adalah karena Ombudsman:

1. Lebih cepat hasilnya dari pada penyelidikan atau investigasi oleh lain-

lain lembaga yang ada;

2. Caranya tidak berbelit-belit, tidak formal dan lebih mudah

dicapai/didatangi oleh para pelapor;

3. Murah (gratis), baik bagi pelapor maupun pengambil keputusan;

4. Tidak mengancam, tetapi menghimbau (merekomendasi) alat atau

aparat negara/pemerintah; sehingga aparat tidak merasakan campur

Page 60: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

48

tangan Ombudsman sebagai ancaman, tetapi justru sebagai bantuan

bagi birokrasi untuk memperbaiki kinerja para penyelenggara negara

pemerintahan.

B. Sejarah Berdirinya Ombudsman Republik Indonesia

1. Pengertian Ombudsman Republik Indonesia

Menurut pasal 2 keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang

Komisi Ombudsman Nasional, yang dimaksud dengan “Ombudsman Nasional

adalah Lembaga Pengawasan masyarakat yang berasaskan pancasila dan

bersifat mandiri, serta berwenang melakukan klarifikasi, monitoring atau

pemeriksaan atas laporan masyarakat mengenai penyelenggaraan negara

khususnya pelaksanaan oleh aparatur pemerintahan termasuk lembaga

peradilan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.”

Sedangkan menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, yang dimaksud dengan

“Ombudsman adalah Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan

mengawasi penyelenggaraan publik baik yang diselenggarakan oleh

penyelenggaraan negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan

oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan

Hukum Milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas

menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh

dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

anggaran pendapatan belanja daerah.”

Page 61: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

49

2. Sejarah Singkat Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman di Indonesia sudah ada sejak 2000, pada masa

pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang membentuk Komisi

Ombudsman Nasional (KON) melalui Keppres Nomor 44/2000, sebagai

bagian dari program pembangunan demokrasi di Tanah Air dengan jalan

menghidupkan mekanisme Checks and Balances, di mana setiap warga negara

(civil society) diberi kesempatan berperan dalam melakukan kontrol terhadap

penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Presiden Abdurrahman Wahid

(Gus Dur) dikenal sebagai tokoh yang sangat pro demokrasi, dan di masa

pemerintahannya (yang singkat) itu telah dilahirkan berbagai gagasan,

program dan lembaga untuk membangun dan memperkuat demokrasi di

Indonesia.

Pada 2001 dikeluarkan Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001

tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan KKN yang

menyebutkan bahwa sebagai upaya pemberantasan KKN direkomendasikan

antara lain membentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK)

dan Ombudsman melalui undang-undang. Berdasarkan fakta tersebut, jika

ditinjau dari perspektif politik hukum, maka eksistensi KPK dan Ombudsman

adalah amanat rakyat untuk memberantas korupsi.

Sebagai tindak lanjut dari Tap MPR tersebut dibentuklah UU Nomor

30/2002 tentang KPK dan UU Nomor 37/2008 tentang Ombudsman RI.

Page 62: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

50

Melalui UU Nomor 37/2008, terjadi penguatan kelembagaan terhadap

Ombudsman yang semula berstatus sebagai Komisi Ombudsman Nasional

(KON) berubah status menjadi lembaga negara dengan nama Ombudsman

Republik Indonesia.

3. Sifat, Asas dan Tujuan Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan

tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi

pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia selanjutnya disebut (UU ORI) dalam menjalankan tugas

dan wewenangnya memiliki 8 asas yang dijelaskan hanya beberapa seperti

asas keadilan yang menghendaki agar dalam melakukan tindakan

pemerintahan tidak berlaku sewenang-wenang atau berlaku tidak layak.

Artinya pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang atau

menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya untuk kepentingan

pribadinya. Kemudian asas akuntabilitas, yang bermakna pertanggungjawaban

dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai

lembaga pemerintahan sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances

Page 63: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

51

system) dan asas keseimbangan artinya ada keseimbangan antara pemberian

sanksi terhadap suatu kesalahan seseorang pegawai, janganlah hukuman bagi

seseorang berlebihan dibandingkan dengan kesalahannya.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia. Ombudsman bertujuan:

a. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan

efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan

nepotisme;

c. Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga

negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan

yang semakin baik;

d. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan

dan pencegahan praktek- praktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi,

korupsi, serta nepotisme;

e. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan

supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

Page 64: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

52

4. Falsafah Ombudsman Republik Indonesia56

Dalam menjalankan tugasnya Ombudsman Republik Indonesia selalu

mendasarkan dirinya pada prinsip-prinsip yang dianutnya sehingga menjadi

jati diri yang melekat bagi setiap anggotanya.

Tujuh falsafah tersebut yaitu :

- Saling Menghargai

Melayani setiap pribadi dengan prinsip - prinsip kesopanan dan saling

menghargai sebagai manusia sederajat.

- Keteladanan

Menjadi teladan dan pelopor dalam prinsip keterbukaan, kesederajatan,

tidak memihak, serta pelopor dalam pembaharuan dan selalu konsisten

dalam keputusan.

- Kesetaraan

Mempelopori adanya kesetaraan dan selalu membuka akses bagi setiap

orang tanpa memandang status ekonomi, keluarga, bahasa, agama,

56

Falsafah Ombudsman Republik Indonesia di akses pada 25 Agustus 2013 melalui

http://www.ombudsman.go.id/index.php/en/tentangkami/falsafah.html

Page 65: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

53

kesukuan dan ras, termasuk juga tidak memandang dari segi kondisi fisik,

jenis kelamin, umur ataupun status perkawinan.

- Pemberdayaan Masyarakat

Mendorong dan membantu masyarakat yang menggunakan sarana publik

dalam mencari pemecahan bagi setiap masalahnya.

- Pembelajaran yang Berkesinambungan

Menjadi pelopor dan pendorong dalam hal pembelajaran yang

berkesinambungan bagi setiap staf, pemerintahan dan masyarakat.

- Kerjasama

Selalu menggunakan prinsip-prinsip kerjasama, empati dan niat baik

dalam setiap tugas.

- Kerjasama Tim

Mengkombinasikan perbedaan latar belakang dan pengalaman dalam

mencapai satu tujuan dan komitmen untuk sukses.

Page 66: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

54

5. Visi dan Misi Ombudsman Republik Indonesia57

Sebagai institusi publik yang bersifat mandiri, Komisi Ombudsman

Nasional bersikap independen dalam melaksanakan tugas serta fungsinya.

Untuk menunjang kerja secara optimal Komisi Ombudsman Nasional

dibutuhkan sistem dan mekanisme yang efisien dan efektif agar sasaran (goal)

yang hendak dicapai dapat terwujud. Komisi Ombudsman Nasional

memerlukan suatu Visi dan Misi dalam membangun institusi Ombudsman

agar menjadi pedoman dasar dalam mencapai tujuan. Tujuan pembentukan

Komisi Ombudsman Nasional sebagaimana diuraikan sebelumnya adalah

untuk mencegah para penguasa menyalahgunakan wewenangnya atau

menyalahgunakan diskresinya ; dan membantu penguasa agar menjalankan

kinerjanya secara efektif dan efisien, serta mendorong penyelenggara negara

selalu mempertahankan akuntabilitas dan kejujuran.58

- Visi

Mewujudkan Pelayanan Publik Prima yang Menyejahterakan dan Berkeadilan

bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

- Misi

57

Visi dan Misi Ombudsman Republik Indonesia diakses pada 26 Agustus 2013 melalui

http://www.ombudsman.go.id/index.php/en/tentangkami/visimisi.html

58

Antonius Sujata dkk. Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang, h.

30.

Page 67: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

55

1. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan saran dan rekomendasi

serta mencegah maladministrasi dalam pelaksanaan pelayanan public

2. Mendorong penyelenggara negara dan pemerintahan agar lebih efektif dan

efisien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme

3. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaraan hukum masyarakat dan

supremasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran serta keadilan

4. Mendorong terwujudnya sistem pengaduan masyarakat yang terintegrasi

berbasis teknologi informasi

C. Struktur Organisasi Ombudsman Republik Indonesia

Menurut Peraturan Ombudsman RI No.4 Tahun 2010, Struktur

Organisasi Ombudsman Republik Indonesia terdiri atas:

a. Ketua, Wakil, dan Anggota Ombudsman;

Ketua Ombudsman terdiri atas 1 (satu) orang Ketua merangkap

anggota, kemudian 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota dan 7

(tujuh) orang anggota. Dalam hal Ketua Ombudsman berhalangan, Wakil

Ketua Ombudsman menjalankan tugas dan kewenangan Ketua

Ombudsman.

b. Sekretariat Jenderal;

Ombudsman dibantu oleh sebuah sekretariat yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal diangkat dan

Page 68: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

56

diberhentikan oleh Presiden. Adapun Syarat dan tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Sekretaris Jenderal dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang kepegawaian.

c. Asisten Ombudsman ; dan

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Ombudsman dibantu

oleh asisten Ombudsman. Asisten Ombudsman diangkat atau

diberhentikan oleh Ketua Ombudsman berdasarkan persetujuan rapat

anggota Ombudsman. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata

cara pengangkatan dan pemberhentian serta tugas dan tanggung jawab

asisten Ombudsman diatur dengan Peraturan Ombudsman.

d. Perwakilan Ombudsman

Perwakilan Ombudsman adalah kantor Ombudsman di provinsi atau

kabupaten/kota yang mempunyai hubungan hierarkis dengan

Ombudsman.

D. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman Republik Indonesia berfungsi mengawasi tugas

penyelenggaraan negara untuk melindungi masyarakat berkenaan dengan

pelayanan kepada masyarakat. Tugas yang harus dilakukan oleh Ombudsman

meliputi kegiatan melayani, menerima dan menindaklanjuti laporan dari

masyarakat berkaitan dengan keluhan terhadap pelayanan umum oleh

penyelenggara negara, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-

Page 69: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

57

lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat dan badan kemasyarakatan

dalam rangka memaksimalkan fungsi, tugas dan wewenang Ombudsman,

sosialisasi Ombudsman, mempersiapkan jaringan, organisasi dan tenaga

Ombudsman Daerah, melakukan tugas-tugas lain untuk mencapai tujuan

Ombudsman Republik Indonesia maupun melakukan investigasi atas inisiatif

sendiri.59

Ombudsman Republik Indonesia berwenang menerima laporan dan

mempelajari laporan tersebut apakah termasuk dalam ruang lingkup

kewenangan, meminta keterangan secara lisan atau tertulis kepada para pihak,

memeriksa dan meminta dokumen-dokumen serta meminta fotocopy,

membuat rekomendasi dan bila perlu mengumumkan kepada publik.

Ombudsman juga dapat menyampaikan saran-saran kepada pihak-pihak

terkait misalnya Presiden, Kepala Daerah atau DPR dalam rangka perbaikan

peraturan atau perbaikan layanan umum.

Selain kewenangan di atas Ombudsman menyampaikan permohonan

kepada Mahkamah Konstitusi sebagai tindaklanjut apabila terdapat laporan

yang merupakan wewenang Mahkamah Konstitusi.

Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008

tentang Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman bertugas:

59

Antonius Sujata, dkk, Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang,

(Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002), h. 22.

Page 70: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

58

a. Menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik;

b. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

c. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan

Ombudsman;

d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan

Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau

lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan

perseorangan;

f. Membangun jaringan kerja;

g. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik; dan

h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang- undang.

Selanjutnya dalam menjalankan fungsi dan tugas, menurut ketentuan

Pasal 8 UU No. 38 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,

Ombudsman berwenang:

Page 71: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

59

a. Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

dan Pasal 7, Ombudsman berwenang:

b. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor,

atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman;

c. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada

Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

d. Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau photocopy dokumen yang

diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi

Terlapor;

e. Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang

terkait dengan Laporan;

f. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para

pihak;

g. Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk

Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada

pihak yang dirugikan;

h. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan

Rekomendasi.

Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman

berwenang:

Page 72: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

60

a. Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan

Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

b. Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar

terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya

diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.

Berkaitan dengan mekanisme pengawasan oleh Ombudsman, menurut

ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia, menyatakan bahwa :

(1) Ombudsman memeriksa Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;

(2) Dalam hal Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat

kekurangan, Ombudsman memberitahukan secara tertulis kepada Pelapor

untuk melengkapi Laporan;

(3) Pelapor dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal Pelapor menerima pemberitahuan dari Ombudsman harus

melengkapi berkas Laporan;

(4) Dalam hal Laporan tidak dilengkapi dalam waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), Pelapor dianggap mencabut Laporannya.

Page 73: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

61

Selanjutnya ketentuan Pasal 26 menyatakan :

(1) Dalam hal berkas Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

dinyatakan lengkap, Ombudsman segera melakukan pemeriksaan

substantif;

(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Ombudsman dapat menetapkan bahwa Ombudsman:

a. tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan; atau

b. berwenang melanjutkan pemeriksaan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pada dasarnya mekanisme

pengawasan Ombudsman adalah diawali dengan adanya laporan, untuk

selanjutnya ditindaklanjuti oleh Ombudsman. Jadi apabila tidak adanya

laporan, maka pengawasan Ombudsman bersifat pasif.

Dalam memeriksa Laporan tersebut Ombudsman tidak hanya

mengutamakan kewenangan yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan,

namun Ombudsman dituntut untuk mengutamakan pendekatan persuasif

kepada para pihak agar penyelenggara negara dan pemerintahan mempunyai

kesadaran sendiri dapat menyelesaikan Laporan atas dugaan Maladministrasi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan menggunakan pendekatan

Page 74: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

62

ini berarti tidak semua laporan harus diselesaikan melalui mekanisme

rekomendasi.

Hal ini yang membedakan Ombudsman dengan lembaga penegak

hukum atau pengadilan dalam menyelesaikan laporan. Dalam melakukan

pemeriksaan atas laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil

terlapor dan saksi untuk dimintai keterangannya. Apabila terlapor dan saksi

telah dipanggil tiga kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan

alasan yang sah, Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian Negara

Republik Indonesia untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa

(subpoena power). (Penjelasan UU 37/2008).

Untuk menegakkan UU 37/2008, diatur pula mengenai pemberian

sanksi administratif dan pidana. Sanksi administrastif diberlakukan bagi

terlapor dan atasan terlapor yang tidak melaksanakan rekomendasi

Ombudsman, sedangkan sanksi pidana diberlakukan bagi setiap orang yang

menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan.

Di berbagai negara, rekomendasi Ombudsman hanya bersifat mengikat

secara moral (morally binding), di Indonesia bersifat mengikat secara

hukum (legally binding). Apabila ada warga negara Indonesia atau

penduduk yang merasa ada pelayanan publik yang tidak baik, maka berhak

menyampaikan laporan kepada Ombudsman secara gratis dengan ketentuan:

Page 75: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

63

- Disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

- Laporan pengaduan harus disertai kronologi kasus yang dijabarkan

secara jelas dan sistematis serta ditandatangani.

- Mencantumkan identitas diri, antara lain fotokopi KTP/ SIM/paspor.

- Melampirkan fotokopi data pendukung secukupnya.

- Laporan pengaduan tertulis dapat dikirim melalui pos, diantar

langsung ke kantor Ombudsman Republik Indonesia, atau melalui

website (www.ombudsman.go.id)

Page 76: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

64

BAB IV

KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS

PELAYANAN PUBLIK DALAM STRUKTUR

KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Ombudsman Republik Indonesia Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia

Amandemen UUD 1945 menetapkan lembaga-lembaga negara di

pemerintahan pusat adalah :60

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

2. Presiden/Wakil Presiden dan Kementerian Negara;

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

6. Mahkamah Agung (MA);

7. Mahkamah Konstitusi (MK).

Lembaga-lembaga negara di pemerintahan daerah menurut amandemen

UUD 1945, adalah :

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

2. Pemerintahan Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota).

60

Saiful Anwar, Sendi-sendi Hukum Tata Negara Indonesia (Era Reformasi), (Medan: Gelora

Madani Press, 2004), h. 101.

Page 77: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

65

Ketatanegaraan Indonesia menurut amandemen UUD 1945 juga

menempatkan “lembaga negara penunjang” (Auxilary Institutional Constitution),

yaitu lembaga-lembaga negara yang diatur dalam konstitusi untuk membantu

lembaga negara yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi negara demi

terwujudnya tujuan negara.

Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

menegaskan bahwa kedudukan Ombudsman adalah lembaga negara yang bersifat

mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi

pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas

dari campur tangan kekuasaan lainnya.

Dari kedudukan ini, perlu diperjelas dimanakah posisi Ombudsman

Republik Indonesia dalam ketatanegaraan RI. UUD 1945 hasil perubahan

menempatkan semua lembaga negara berada dalam posisi yang saling imbang dan

kontrol (check’s and balances). Tidak ada lembaga negara yang lebih dominan dari

pada lembaga Negara lainnya, seperti masa supremasi MPR sebelum perubahan

UUD 1945.

Teori-teori klasik menjabarkan bahwa lembaga negara adalah alat

kelengkapan negara yaitu institusi-institusi yang melaksanakan fungsi-fungsi

negara. Teori ini terkenal dengan nama Trias Politica yang membagi beberapa

fungsi negara ke dalam fungsi pembuat undang-undang (legislatif), fungsi

penyelenggara pemerintahan (eksekutif), dan fungsi peradilan (yudikatif). Dalam

perkembangan ketatenegaraan, teori ini sudah tidak lagi memadai untuk

Page 78: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

66

melakukan analisis hubungan antar cabang kekuasaan negara. Ketatanegaraan

Indonesia sendiri, terutama setelah perubahan UUD 1945 telah berkembang begitu

pesat sebagai upaya mewujudkan negara kesejahteraan (welfare state). Tidak

hanya itu, lembaga-lembaga negara lain dan komisi-komisi negara juga telah

tumbuh diluar UUD 1945.

Dengan kata lain kelembagaan negara di Indonesia tak bisa lagi dianalisis

dengan pendekatan pemisahan kekuasaan model Trias Politica. Secara garis besar

lembaga negara di Indonesia terbagai dalam dua kelompok, yaitu lembaga negara

yang dibentuk melalui UUD 1945 dan lembaga negara yang dibentuk di luar UUD

1945.

Lembaga negara yang pembentukannya diluar UUD 1945 seringkali

disebut lembaga negara tambahan (extra auxiliary) atau lembaga negara

secondary, dalam artian merupakan lembaga negara yang tidak terdapat dalam

konstitusi, namun dibentuk melalui Undang-undang. Karena itu memahami

kelembagaan negara Indonesia harus dilakukan melalui pendekatan tugas dan

fungsinya. Tidak lagi seperti dulu, yang mengarah hanya kepada lembaga-lembaga

yang pembentukan dan fungsinya diberikan oleh UUD 1945.

Ombudsman Republik Indonesia selanjutnya disebut ORI merupakan

lembaga negara yang tidak terdapat dalam UUD 1945. Kelahirannya dilakukan

oleh Undang-undang dalam rangka pengawasan kinerja aparatur negara dan

pemerintahan serta menampung keluhan masyarakat. Lembaga yang menjalankan

fungsi seperti ini belum diatur dalam UUD 1945. Oleh sebab itu, dalam sistem

Page 79: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

67

pemisahan kekuasaan, ORI dapat dikatagorikan sejajar dan tidak dibawah

pengaruh satu kekuasaan lain. Dengan tugas dan fungsi seperti itu, keberadaan

ORI sangat vital dalam pemenuhan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat

sebagai bagian tujuan bernegara.

Sehubungan dengan kedudukan ORI seperti di atas, maka Ombudsman

bukan lagi menjadi domain pemerintah seperti halnya masa berlakunya Keppres

No. 44 Tahun 2000. Pemerintah sudah tidak dapat lagi membentuk Ombudsman

atau61

Untuk menjangkau tugas dan fungsi pengawasan, serta menampung keluhan

masyarakat sampai ke daerah, oleh UU No. 37 Tahun 2008, ORI diberi

keleluasaan membentuk Perwakilan di Daerah. Ombudsman daerah atau dengan

istilah lain yang badan-badan dengan nama lain yang secara prinsip menjalankan

tugas dan fungsi ORI. Tugas mengawasi kinerja lembaga negara dan pemerintahan

serta menampung keluhan masyarakat telah beralih dan dilakukan oleh lembaga

negara tersendiri dan menjalankan tugas dan fungsinya secara mandiri. ada

sekarang secara bertahap harus diintegrasikan menjadi kepanjangan (perwakilan)

ORI.

Dengan demikian pengawasan akan terstruktur dan terkoordinasi dengan

baik mengenai standar, meknisme, prosedur, dukungan fasilitasi, dan lain-lain.

Menyangkut peran dan kewenangan Ombudsman yang perlu diperkuat, salah satu

caranya adalah dengan menegaskan posisi dan kewenangannya secara

61

Ibnu Tricahyo, Posisi Ombudsman Dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia, makalah ini

disampaikan pada Diskusi Panel Ombudsman RI dan KPP tanggal 12 Pebruari 2009.

Page 80: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

68

konstitusional (constitutional organ and authority). Dalam sejarahnya, Komisi

Konstitusi pernah memasukkan usulan Pasal 24 G yang mereka susun dan telah

diserahkan kepada MPR periode 1999-2004. Namun, gagasan memberikan

landasan konstitusional Ombudsman telah gagal, dan faktor inilah yang

menyebabkan melemahnya posisi dan wewenang Ombudsman dalam menjalankan

fungsi-fungsinya. Memberikan landasan konstitusional terkait dengan posisi dan

wewenang Ombudsman sangatlah penting, mendesak dan perlu diperluas tidak

sekadar pengawasan atas pelayanan publik penyelenggara negara, melainkan pula

terlibat dalam proses mendorong sistem peradilan yang efektif dan profesional.

Dalam kaitan terlibat dalam proses mendorong sistem peradilan yang

efektif dan profesional, Ombudsman bisa diberikan fungsi untuk memantau

penyelenggaraan persidangan yang independen (atas dasar pengaduan masyarakat)

serta aktif dalam proses pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim. Dengan jangkauan meluas wewenang Ombudsman, maka eksistensi

Komisi Yudisial perlu dipertimbangkan kembali dengan penegasan fungsi yang

bisa (digantikan) dimiliki Ombudsman, yang selaras dengan penamaan dan fungsi

kekuasaannya.62

62

Herlambang Perdana Wiratraman, Sinkronisasi Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam

Sistem Presidensial. POLITIK HUKUM AMANDEMEN KELIMA UUD 1945, Makalah disampaikan

pada Pertemuan Ahli Hukum Tata Negara dengan tema: “Memperkuat Kewenangan Dewan

Perwakilan Daerah Melalui Perubahan Kelima UUD Negara Republik Indonesia 1945”,

diselenggarakan oleh Pusat Studi Konstitusi (PusKon) Universitas 45 Makassar dengan Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), Makassar 29 Juni-1 Juli 2007.

Page 81: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

69

Perubahan UUD 1945 perlu pula mengatur secara tegas dan progresif

tanggung jawab utama negara, dalam hal ini pemerintah, untuk menghormati,

melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia. Konsepsi progresifitas atau

pemajuan hak-hak asasi manusia menjadi penting agar penyelenggara negara lebih

memprioritaskan tanggung jawabnya, baik terhadap hak-hak sipil dan politik

maupun hak-hak ekonomi sosial dan budaya. Dalam UUD 1945, tanggung jawab

negara tidak diatur secara khusus terkecuali rumusan dalam Pasal 28I ayat (4)

UUD 1945) sebagaimana kewajiban individu dalam hak-hak asasi manusia (Pasal

28J UUD 1945).

Usulan kongkritnya, Pasal-pasal tentang tanggung jawab negara dalam

penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia haruslah

dibuat secara khusus, yang menjadi landasan konstitusionalnya (misalnya:

memasukkan klausul ”terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia” dalam

Pasal 7A UUD 1945). Selain itu, perlu dipertimbangkan pula bila hendak

melakukan perubahan total UUD 1945 (bukan bersifat amandemen), yakni

menempatkan pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia terlebih dahulu

dalam Pasal-Pasal pembuka atau awal dalam struktur konstitusinya sebelum

Perubahan UUD 1945 perlu pula mengatur secara tegas dan progresif tanggung

jawab utama negara, dalam hal ini pemerintah, untuk menghormati, melindungi

dan memenuhi hak-hak asasi manusia. Konsepsi progresifitas atau pemajuan hak-

hak asasi manusia menjadi penting agar penyelenggara negara lebih

memprioritaskan tanggung jawabnya, baik terhadap hak-hak sipil dan politik

Page 82: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

70

maupun hak-hak ekonomi sosial dan budaya. Dalam UUD 1945, tanggung jawab

negara tidak diatur secara khusus terkecuali rumusan dalam Pasal 28I ayat (4)

UUD 1945) sebagaimana kewajiban individu dalam hak-hak asasi manusia (Pasal

28J UUD 1945), pengaturan tentang kekuasaan dan kelembagaan negara yang

menjalankan kekuasaannya.

Untuk memperkuat kedudukan dan kewenangannya, Ombudsman telah

melakukan kerjasama dengan beberapa instansi pemerintahan lainnya, seperti :

1. Ombudsman Republik Indonesia dengan Mabes POLRI melakukan

penandatanganan MoU terkait kerjasama pelaksanaan kewenangan

Ombudsman pada tanggal 26 Mei 2011. Dengan menggandeng POLRI, peran

Ombudsman ke depan bisa lebih optimal.63

Kerjasama ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan penyidikan tindak

pidana sebagaimana tercantum dalam Pasal 44 UU No. 37 Tahun 2008 tentang

ORI, yang menjadi bagian pengawasan eksternal untuk mengawasi masalah

laporan dari masyarakat. Jadi, bagian pengawas eksternal POLRI adalah

Komisi Kepolisian. Sedangkan pengawas internal adalah Irwasum (Inspektur

Pengawasan Umum). Selain diawasi oleh lembaga Ombudsman, POLRI juga

membantu Ombudsman melaksanakan tugas-tugasnya sesuai peraturan

perundang-undangan yg berlaku. Di dalam pelaksanaan di lapangan Komisi

Ombudsman dan POLRI bekerja sama, dengan komitmen apabila ada

63

Polri dan Ombudsman Tandatangani MoU, diakses pada tanggal 15 Januari 2014 melalui

http://news.liputan6.com/read/336267/polri-dan-ombudsman-tandatangani-mou.

Page 83: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

71

permasalahan dalam kepolisian, maka wajib ditindaklanjuti dan diawasi oleh

Ombudsman. Jika ada kesulitan-kesulitan dalam pengawasan Ombudsman

dapat meminta bantuan kepada kepolisian negara.64

Dalam Pasal 13 dan 44 UU No. 37 Tahun 2008, Ombudsman tidak dapat

dilakukan sendiri dalam hal pemanggilan paksa, untuk itulah Ombudsman

membutuhkan bantuan POLRI dalam mengatasi masalah ini. Kemudian, MoU

ini berisikan peningkatan kualitas koordinasi dalam rangka penyidikan tindak

pidana.

Sedangkan kerja sama yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan

laporan pengaduan dari masyarakat yang dialami korban tindakan kesewenang-

wenangan yang telah dilakukan aparat pemerintah, penyelenggara negara,

BUMN, BUMD, dan siapapun yang menyelenggarakan misi pelayanan publik

di seluruh sektor lingkungan POLRI atas bantuan KaPOLRI. Selama ini

Ombudsman mengalami kesulitan dalam hal memanggil pihak terlapor karena

tidak adanya upaya paksa. Sesuai kewenangannya dalam UU 37 tahun 2008

Komisi Ombudsman wajib menindaklanjuti pejabat instansi terlapor. Apabila

pejabat instansi terlapor yang dipanggil Ombudsman tidak mengindahkan

panggilan itu tiga kali berturut-turut maka Ombudsman bersama POLRI akan

memanggil paksa.

64

Pidato KAPOLRI Timur Pardopo, pada Penandatanganan MoU POLRI dan Komisi

Ombudsman di Mabes POLRI, Jl. Trunojoyo, Jaksel, Kamis 26 Mei 2011.

Page 84: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

72

2. Kerjasama Ombudsman Republik Indonesia (ORI) dan Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK).65

Ombudsman Republik Indonesia (ORI) melakukan

pembahasan rencana kerjasama tahap awal dengan Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK) pada hari Senin, 11 Juli 2011. Bertempat di Ruang

Abdurrahman Wahid Lt.7 Kantor Ombudsman, pembahasan yang langsung

dipimpin oleh Ketua Ombudsman Danang Girindrawardana dan Ketua LPSK

Abdul Haris Semendawai membahas beberapa poin kerjasama yang sedianya

akan dilakukan bersama-sama ORI dan LPSK. Kerjasama antara ORI dan

LPSK tidak terbatas pada Inpres No.09/2011 melainkan juga meliputi aspek-

aspek lain seperti mekanisme yang akan dijalankan terkait kesepakatan-

kesepakatan yang telah dibuat antar lembaga penegak hukum. Mekanisme

tersebut merupakan sarana implementasi dari kesepakatan-kesepakatan yang

telah dibuat LPSK dengan lembaga-lembaga lain. Semendawai mencontohkan

LPSK telah membuat kesepakatan dengan Mahkamah Agung (MA) yang

menghasilkan komitmen Pimpinan MA H.Arifin Tumpa untuk membuat Surat

Edaran kepada pengadilan-pengadilan seluruh Indonesia untuk memberikan

penanganan berbeda terhadap para kolaborasi keadilan (Justice Collaborator).

Abdul Haris Semendawai mengajak ORI untuk melakukan kemitraan

dalam bentuk kerjasama kantor (Join Office) dengan kantor-kantor perwakilan

ORI didaerah, perlindungan bagi pelapor-pelapor Ombudsman. Menurut

65

Ombudsman RI Teken Kerja Sama dengan LPSK, diakses pada tanggal 15 Januari 2014

melalui http://news.okezone.com/read/2011/08/18/339/493513/ombudsman-ri-teken-kerja-sama-

dengan-lpsk.

Page 85: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

73

Danang Girindrawardana hubungan LPSK dan Ombudsman dapat lebih dalam

lagi yakni menciptakan sistem informasi dan konsolidasi lembaga-lembaga

dengan tetap berada pada koridor Undang-Undang Perlindungan Saksi dan

Korban. Wakil Ketua Ombudsman Azlaini Agus menambahkan bahwa

Ombudsman telah melakukan perlindungan melalui mekanisme kerahasiaan

pelapor, namun tampaknya pada beberapa kasus tertentu perlindungan

kerahasiaan tersebut dirasakan belum cukup. Hasil dari pembahasan tahap awal

ini adalah pembentukan tim serta penyusunan substansi-substansi kerjasama

ORI dan LPSK, kerjasama dengan media massa sebagai penggalang dukungan

masyarakat, sosialisasi internal. Kegiatan tindak lanjut ini akan dirancang

sesegera mungkin dengan terfokus pada penandatanganan MoU, konsolidasi

antar lembaga KPK, LPSK, ORI dan lembaga-lembaga lain yang terkait dan

pembangunan system informasi dan kerjasama antar lembaga.

3. Kerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.66

Dalam

rangka pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama dengan Direktorat Jenderal

Lembaga Pemasyarakatan, Ombudsman juga telah melaksanakan beberapa

kegiatan terkait pengawasan terhadap pelayanan publik di Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan. Salah satu kegiatan yang dilakukan

adalah Roadshow ke beberapa Lembaga Pemasyarakatan di Semarang, Salatiga,

Solo, dan Yogyakarta pada bulan April 2010. Periode bulan November 2010

66

Ombudman Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2010, Ombudman Republik Indonesia:

Jakarta, 2010. h. 57.

Page 86: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

74

Ombudsman telah melakukan kerjasama dengan dua instansi yaitu Direktorat

Jenderal Lembaga Pemasyarakatan dan Kementerian Dalam Negeri.

Menindaklanjuti Nota Kesepahaman dengan Direktorat Jenderal Lembaga

Pemasyarakatan dalam upaya melindungi hak-hak narapidana dan penghuni

rumah tahanan, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi dengan instansi

penegak hukum di Jakarta dan sekitarnya, termasuk Kepolisian, Kejaksaan,

Lembaga Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan, pada tanggal 23

November 2010 bertempat di Hotel Akmani, Jakarta.

B. Tugas Dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia Dalam Menangani

Kasus Berupa Dugaan Pelanggaran Pelayanan Publik Yang Dilakukan Oleh

Penyelenggara Negara

Dalam menjalankan tugas dan fungsi, menurut ketentuan Pasal 8 UU No. 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman berwenang:

ayat (1) Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6 dan Pasal 7, Ombudsman berwenang:

a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor,atau

pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman;

b. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada

pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan;

Page 87: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

75

c. Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan

dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor;

d. Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang

terkait dengan laporan;

e. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para

pihak;

f. Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk

rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak

yang dirugikan;

g. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan

rekomendasi.

Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman

berwenang:

a. Menyampaikan saran kepada Presiden, Kepala Daerah, atau pimpinan

penyelenggara negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

b. Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau Kepala Daerah agar terhadap

undang- undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan

perubahan dalam rangka mencegah Mal-administrasi.

Kewenangan yang dimiliki penyelenggara pemerintah sering

disalahgunakan oleh aparatur pemerintahan atau oknum yang tidak

Page 88: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

76

bertanggungjawab sehingga mengakibatkan buruknya institusi atau lembaga dalam

menjalankan kewenangannya yang menimbulkan terjadi krisis kepercayaan pada

masyarakat terutama dalam segi pelayanan publik.

Oleh karena itu, Ombudsman Republik Indonesia dibentuk untuk

menindaklanjuti perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan

atau oknum yang tidak bertanggungjawab dalam melakukan pelayananan

publiknya. Penulis menganalisis Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia

dilatarbelakangi beberapa landasan:

1. Pertama, fungsi dan tugas penyelenggaraan negara pada hakikatnya adalah

mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat.

2. Kedua, masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan

adil oleh penyelenggara negara.

3. Ketiga, dalam praktik, banyak sekali penyimpangan, penyelenggara negara

tidak melayani tetapi minta dilayani dan rakyat menjadi objek/menjadi

korban/menjadi abdi penyelenggara Negara, serta tidak ada tolak ukur yang

jelas mengenai pemberian pelayanan.

4. Keempat, pelaksanaan pelayanan oleh penyelenggara negara perlu diawasi

karena lanyaknya penyimpangan, juga untuk mencegah penyimpangan.

Dengan demikian, konsep mengenai Ombudsman yang pada intinya adalah

untuk melakukan pengawasan terhadap pemberian pelayanan yang diberikan

oleh penyelenggara negara; secara langsung atau tidak langsung akan

Page 89: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

77

berdampak bagi upaya untuk memberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme

(KKN).

Konsep Ombudsman Republik Indonesia memandang korupsi secara lebih

luas, yaitu tidak hanya dari aspek hukum melainkan aspek sosiologis yaitu segala

bentuk perilaku yang bersifat koruptif. Dalam perkembangan terakhir, konsep

tentang Ombudsman telah dilandasi dengan UU No 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia bahkan diperkuat dengan UU No 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

Ombudsman Republik Indonesia diperlukan untuk menghadapi

penyalahgunaan kewenangan dan dugaan maladministrasi oleh aparatur

pemerintah dan sekaligus membantu aparatur negara melaksanakan

penyelenggaraan negara secara efisien dan adil. Ombudsman akan mendorong

pemegang kekuasaan negara melaksanakan pertanggungjawaban secara baik.

Beberapa alasan mendasar mengapa banyak negara termasuk Indonesia

membentuk Lembaga Ombudsman:

- Pertama, secara institusional Ombudsman bersifat independen baik struktural,

fungsional maupun personal. Sifat independen ini akan sangat mempengaruhi

efektivitasnya karena dalam bertindak senantiasa bersikap objektif, adil, dan

tidak berpihak.

- Kedua, sasaran pengawasan adalah pemberian pelayanan. Artinya dalam

bertindak, aparat menjadi pelayan sehingga warga masyarakat diperlakukan

sebagai subjek, bukan objek/korban pelayanan.

Page 90: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

78

- Ketiga, prosedur atau mekanisme yang digunakan dalam proses pengawasan

tidak berbelit-belit dan juga dimungkinkan proses penyelesaian melalui mediasi

dengan prinsip saling memberi saling menerima.

- Keempat, Lembaga Ombudsman dengan tegas dan terbuka menyatakan

pengawasan yang dilakukan atau laporan yang ditindaklanjuti tidak dipungut

biaya. Kelima, Ombudsman juga menganut prinsip bahwa dalam

menyelesaikan laporan senantiasa mendengarkan dua pihak oleh karena itu

tidak melayani surat kaleng.

Konsep tentang lembaga Ombudsman sangat mengakomodasi partisipasi

masyarakat, dengan cara memberikan peran yang seimbang antara penyelenggara

negara yang memiliki kewajiban memberi pelayanan dengan masyarakat yang

memiliki hak memperoleh pelayanan. Dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik dinyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar pelayanan

sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran serta masyarakat

diwujudkan dalam bentuk kerjasama pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat

serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik juga masyarakat

dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik.

Masyarakat berhak mengadukan pelayanan publik kepada Ombudsman

Republik Indonesia. Pejabat yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan,

yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa pembebasan dari jabatan,

Page 91: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

79

penurunan pangkat, atau sanksi administrasi lainnya. Jika melanggar ketentuan

pidana, dapat dituntut hukuman badan ataupun ganti rugi.

Implementasi UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia dan juga UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan

salah satu terobosan yang cukup revolusioner dan inovatif dalam sistem hukum di

Indonesia. Pejabat negara yang melakukan penyimpangan dan direkomendasikan

oleh Ombudsman maka, wajib melaksanakan rekomendasi tersebut.

Harus diketahui pula, sekalipun diberi wewenang yang sangat luas, hampir

semua Ombudsman menggunakan daya persuasif (power of persuasion).67

Cara

yang demikian itu disebabkan kenyataan bahwa rekomendasi-rekomendasi

Ombudsman tidak mengikat secara hukum. Oleh sebab itu pula Institusi

Ombudsman dijuluki “Mahkamah Pemberi Pengaruh” (Magistrature of

Influence)68

atau seperti dikemukakan oleh Donald C. Rowat Ombudsman tidak

lebih dari anjing penjaga pihak Legislatif. Ia boleh menggonggong, tetapi tidak

boleh menggigit.69

Berkaitan dengan mekanisme kewenangan oleh Ombudsman, menurut

ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang ORI,

menyatakan bahwa :

67

Penjelasan Sheila Gottehrer pada sesi informal Lokakarya Dua Hari tentang Ombudsman

Daerah (Denpasar, Bali, 21-22 February 2002).

68

Antonius Sujata dan RM Surachman, dalam makalah “Pengantar Peluncuran Ombudsman

Indonesia di tengah Ombudsman Internasional (sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RM

Surachman), (Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002), h. 117.

69

Ibid.,

Page 92: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

80

(1) Ombudsman memeriksa laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;

(2) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat

kekurangan, Ombudsman memberitahukan secara tertulis kepada pelapor

untuk melengkapi laporan;

(3) Pelapor dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal pelapor menerima pemberitahuan dari Ombudsman harus

melengkapi berkas laporan;

(4) Dalam hal laporan tidak dilengkapi dalam waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), pelapor dianggap mencabut laporannya.

Selanjutnya ketentuan Pasal 26 menyatakan :

(1) Dalam hal berkas Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

dinyatakan lengkap, Ombudsman segera melakukan pemeriksaan

substantif;

(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) , Ombudsman dapat menetapkan bahwa Ombudsman:

a. Tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan; atau

b. Berwenang melanjutkan pemeriksaan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pada dasarnya mekanisme pengawasan

Ombudsman adalah diawali dengan adanya laporan, untuk selanjutnya

ditindaklanjuti oleh Ombudsman. Jadi apabila tidak adanya laporan, maka

pengawsan Ombudsman bersifat pasif.

Page 93: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

81

Dalam memeriksa laporan tersebut Ombudsman tidak hanya

mengutamakan kewenangan yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan,

namun Ombudsman dituntut untuk mengutamakan pendekatan persuasif kepada

para pihak agar penyelenggara negara dan pemerintahan mempunyai kesadaran

sendiri dapat menyelesaikan laporan atas dugaan mal-administrasi dalam

penyelenggaraan semua laporan harus diselesaikan melalui mekanisme

rekomendasi.

Hal ini yang membedakan Ombudsman dengan lembaga penegak hukum

atau pengadilan dalam menyelesaikan laporan. Dalam melakukan pemeriksaan

atas laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil terlapor dan saksi

untuk dimintai keterangannya. Apabila terlapor dan saksi telah dipanggil tiga kali

berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah, Ombudsman

dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk

menghadirkan yang bersangkutan secara paksa (subpoena power).

Untuk menegakkan UU No. 37 Tahun 2008, diatur pula mengenai

pemberian sanksi administratif dan pidana. Sanksi administrastif diberlakukan

bagi terlapor dan atasan terlapor yang tidak melaksanakan rekomendasi

Ombudsman, sedangkan sanksi pidana diberlakukan bagi setiap orang yang

menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan. Dengan demikian,

kekuatan hukum atas rekomendasi Ombudsman semakin dipertegas, demi

terwujudnya keadilan bagi masyarakat Indonesia. Di berbagai negara, rekomendasi

Page 94: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

82

Ombudsman hanya bersifat mengikat secara moral (morally binding), di Indonesia

bersifat mengikat secara hukum (legally binding).

Untuk masalah yang telah ditangani oleh Ombudsman kebanyakan

mengenai persoalan yang tidak dapat terselesaikan secara internal di dalam

instansi-instansi sendiri yang menjadi kewenangan Ombudsman adalah sebagai

berikut :

1. Menunda pelayanan

2. Tidak sopan,

3. Menyalahgunakan kekuasaan,

4. Tidak adil,

5. Minta imbalan, dan

6. Di luar peraturan yang berlaku.

Apabila ada warga negara Indonesia atau penduduk yang merasa ada

pelayanan publik yang tidak baik, maka berhak menyampaikan laporan kepada

Ombudsman secara gratis dengan ketentuan:

a. Disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. Laporan pengaduan harus disertai kronologi kasus yang dijabarkan secara jelas

dan sistematis serta ditandatangani.

c. Mencantumkan identitas diri, antara lain fotokopi KTP/ SIM/paspor.

d. Melampirkan fotokopi data pendukung secukupnya.

e. Laporan pengaduan tertulis dapat dikirim melalui pos, diantar langsung ke

Kantor ORI, atau melalui website.

Page 95: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

83

Perlunya akses publik yang mudah bagi masyarakat, maka Ombudsman

menyediakan sistem pelaporan via internet. Ombudsman telah melakukan reach

out (peninjauan) ke masyarakat, agar lebih banyak masyarakat mengetahui dan

melapor pada Ombudsman. Namun, cara masyarakat untuk melapor ke

Ombudsman harus mudah. Tidak seperti ketika melapor kepada polisi yang harus

dituliskan dalam BAP (berita acara pemeriksaan) yang kadang malah membuat

takut. Untuk itu, saat ini Ombudsman telah mendesain sistem pengaduan

masyarakat lewat internet. Tujuannya, agar masyarakat bisa mengajukan

pengaduan dari mana saja. Mengingat fungsi Ombudsman sebagai lembaga

penguatan masyarakat, efektifitasnya juga dinilai dari sejauh mana aksesibilitas

masyarakat terhadap lembaga tersebut.

Page 96: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kedudukan Ombudsman Republik Indonesia sebagai lembaga pengawas

pelayanan publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia merupakan

lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan

organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, dapat

dikatakan sebagai lembaga independen, serta dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Ombudman

Republik Indonesia (ORI) merupakan lembaga negara yang tidak terdapat

dalam UUD 1945. Kelahirannya dilakukan oleh Undang-undang dalam

rangka pengawasan kinerja aparatur negara dan pemerintahan serta

menampung keluhan masyarakat. Lembaga yang menjalankan fungsi

seperti ini belum diatur dalam UUD 1945. Lembaga negara yang

pembentukannya diluar UUD 1945 seringkali disebut lembaga negara

tambahan (ekstra auxiliary) atau lembaga negara secondary, dalam artian

merupakan lembaga negara yang tidak terdapat dalam konstitusi, namun

dibentuk melalui Undang-undang. Oleh sebab itu, dalam sistem pemisahan

kekuasaan, ORI dapat dikatagorikan sejajar dan tidak dibawah pengaruh

satu kekuasaan lain. Dengan tugas dan fungsi seperti itu, keberadaan ORI

sangat vital dalam pemenuhan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat

Page 97: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

85

sebagai bagian tujuan bernegara. Dilandasi oleh kondisi baik yang

mencakup substansi pengawasan, prosedur maupun kelembagaan maka

Ombudsman Republik Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk

mampu menampung seluruh aspirasi warga masyarakat tanpa harus

melewati sistem prosedur atau mekanisme yang berliku-liku.

2. Tugas dan wewenang Ombudsman Republik Indonesia menurut UU No. 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia justru tidak

bertumpang tindih dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik. Bahkan, dalam perkembangan terakhir, konsep tentang

Ombudsman telah dilandasi dengan UU No 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia yang diperkuat dengan UU No 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik. Ombudsman Republik Indonesia telah

menjadi salah satu ciri dari suatu negara yang ingin menegakkan

demokrasi, menyelenggarakan pemerintahan yang baik, menghormati Hak

Asasi Manusia serta memberantas praktek-praktek korupsi. Konsep UU

tentang Ombudsman Republik Indonesia dan juga UU tentang Pelayanan

Publik merupakan salah satu terobosan yang cukup revolusioner dan

inovatif dalam sistem hukum di Indonesia. Semua Ombudsman

menggunakan daya persuasif (power of persuasion). Cara yang demikian

itu disebabkan kenyataan bahwa rekomendasi-rekomendasi Ombudsman

tidak mengikat secara hukum (not legally binding). Oleh sebab itu pula

Page 98: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

86

Institusi Ombudsman dijuluki “Mahkamah Pemberi Pengaruh”

(Magistrature of Influence).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran dan masukan

terhadap tugas dan wewenang Ombudsman Republik Indonesia dalam

menangani kasus berupa dugaan pelanggaran dalam penyelengaraan pelayanan

publik lebih baik kedepannya nanti. Dalam menangani kasus berupa dugaan

pelanggaran dalam penyelengaraan pelayanan publik, tugas dan wewenang

Ombudsman Republik Indonesia hendaknya:

1. Mengikutsertakan masyarakat agar berpartisipasi dalam konteks pelayanan

publik sehingga meminimalisir terjadinya krisis kepercayaan pada

masyarakat.

2. Rekomendasi-rekomendasi ombudsman untuk kedepannya nanti diharapkan

dapat mengikat secara hukum (legally binding) agar rekomendasi-

rekomendasi dari Ombudsman Republik Indonesia dapat memiliki kekuatan

hukum yang kuat selama tidak bertentangan dengan hukum dan asas hukum

yang berlaku di Indonesia.

Page 99: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

87

DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Suci Al Qur’an

B. Buku-Buku

Abdul Rozak dan Abdullah. Demokrasi (Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani), Cet. Ke-3. Jakarta: ICCE bekerjasama dengan Kencana

Prenada Media Group, 2008.

Alder, John. Constitutional and Administrative Law, London: The Macmillan

Press LTD, 1989.

Anwar, Saiful. Sendi-Sendi Hukum Tata Negara Indonesia (Era Reformasi),

Medan: Gelora Madani Press, 2004.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010.

_______________. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta:

Konstitusi Press, 2006.

_______________. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.

Atmosudirdjo, Prajudi. Administrasi dan Manajemen Umum, Seri Pustaka Ilmu

Administrasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.

_________________. Hukum Administrasi Negara, Seri Pustaka Ilmu

Administrasi VII (edisi revisi) cet. Ke-10. Jakarta: Ghalia Indonesia,

1994.

Fachruddin, Irfan. Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan

Pemerintah, Bandung: PT.Alumni, 2004.

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. IV.

Malang: Bayumedia, 2008.

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan

Antara DPRD Dan Kepala Daerah, Bandung : Alumni, 2009.

Page 100: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

88

Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Perum dan Percetakan, Cet. Ke-4. Jakarta:

Balai Pustaka, 1955.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Ilmu Negara, Jakarta: Sinar Grafika,

2007.

Kusnardi, Moh. dan Harmaily Ibrahim. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:

Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, 1988.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum, Cet. VI. Jakarta: Kencana, 2010.

Masthuri, Budhi. Mengenal Ombudsman Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita,

2005.

MD, Moh. Mahfud. Perdebatan Hukum Tata Negara (Pasca Amandemen

Konstitusi), cet. Ke-2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Meny, Yves dan Andrew Knapp. Government and Politics in Western Europe:

Britain, France, Italy, Germany, 3rd

edition, Oxford: Oxford University

Press, 1998.

Pope, Jeremi. Pengembangan Sistem Integritas Nasional, Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti, 1999.

Reif, Linda C. The International Ombudsman Anthology, Netherlands:

International Ombudsman Institute, 1999.

Soehino. Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 1980.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif, Cet. VIII.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III. Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1986.

Sujata, Antonius, dkk. Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa

Mendatang, Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002.

Page 101: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

89

Sujata, Antonius dan RM Surachman, Ombudsman Indonesia ditengah

Ombudsman Internasional, Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional,

2007.

Tutik, Titik Triwulan. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945, Cet. 1. Jakarta: Kencana, 2010.

Utrecht, E. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru,

1990.

Wattimena, Reza A. A. Melampaui Negara Hukum Klasik, Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2007.

Zoelva, Hamdan. Pemakzulan Presiden di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

C. Makalah, Artikel dan Koran.

Asshidiqie, Jimly. “Perkembangan Ketatanegaraan Pasca-Perubahan UUD

1945 dan Tantangan Pembaruan Pendidikan Hukum Nasional”,

Makalah disampaikan pada seminar dan lokakarya nasional

perkembangan ketatanegaraan pascaperubahan UUD 1945 dan

pembaruan pendidikan hukum Indonesia, Jakarta, 7 September 2004.

Effendi, Sofyan. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance,

Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi

Diselenggarakan Kantor Menteri Negara PAN 22 September 2005.

Gottehrer, Sheila, dalam Lokakarya ”Ombudsman Daerah”, Denpasar, Bali, 21-

22 February 2002).

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik, diakses pada tanggal 13 Oktober

2013.

http://news.liputan6.com/read/336267/polri-dan-ombudsman-tandatangani-mou

diakses pada tanggal 15 Januari 2014.

http://news.okezone.com/read/2011/08/18/339/493513/ombudsman-ri-teken-

kerja-sama-dengan-lpsk diakses pada tanggal 15 Januari 2014.

http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik, diakses

pada tanggal 12 Oktober 2013.

Page 102: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

90

http://www.siputro.com/2012/09/sejarah-amandemen-uud-1945/, diakses pada

tanggal 14 Januari 2014.

Masthuri, Budi, Urgensi Pengaturan Ombudsman dalam Konstitusi, diakses pada

tanggal 15 Januari 2014 melalui www.hukumonline.com.

Sujata, Antonius dan RM Surachman, dalam makalah “Pengantar Peluncuran

Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman Internasional (sebuah

Antologi oleh Antonius Sujata dan RM Surachman), Jakarta: Komisi

Ombudsman Nasional, 2002.

Tricahyo, Ibnu, dalam makalah “Posisi Ombudsman Dalam Ketatanegaraan

Republik Indonesia”, Jakarta: Diskusi Panel Ombudsman RI dan KPP,

2009.

Wiratraman, Herlambang Perdana, dalam makalah “Sinkronisasi Hubungan

Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Presidensial. POLITIK HUKUM

AMANDEMEN KELIMA UUD 1945”, pada Pertemuan Ahli Hukum

Tata Negara dengan tema: “Memperkuat Kewenangan Dewan

Perwakilan Daerah Melalui Perubahan Kelima UUD Negara Republik

Indonesia 1945”, Makassar: Pusat Studi Konstitusi (PusKon)

Universitas 45 Makassar dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

2007.

Yazid, T.M. Lutfhi. “ Komisi-komisi Nasional dalam Konteks Cita-cita Negara

Hukum”, Makalah disampaikan pada diskusi terbatas tentang eksistensi

kelembagaan negara pasca amandemen UUD 1945, Jakarta, 9

September 2004.

D. Peraturan Perundang-undangan

Keppres No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional;

Laporan Tahunan 2010, Ombudsman Republik Indonesia, Jakarta: Ombudman

Republik Indonesia, 2010.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2011 tentang

Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman

Republik Indonesia di Daerah;

Rancangan Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia oleh DPR pada

periode 1999-2004;

Page 103: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

91

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang No.37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia;

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan;

Page 104: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,
Page 105: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

ALUR PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT ATAS TINDAKAN

MALADMINISTRASI OLEH PENYELENGGARA NEGARA KEPADA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Adukan keluhan Anda atas

pelayanan publik oleh

Penyelenggara Negara1

GRATIS (tanpa biaya)

Anda sebagai

Pelapor2

Melaporkan kepada

Ombudsman3

Atas tindakan Maladministrasi4 oleh

Penyelenggara Negara (sebagai Terlapor5)

Syarat (Pasal 24): • Memuat nama lengkap, tempat dan

tanggal lahir, status perkawinan,

pekerjaan, dan alamt lengkap

Pelapor;

• Memuat uraian peristiwa, tindakan,

atau keputusan yang dilaporkan

secara rinci;

• Sudah menyampaikan Laporan

secara langsung kepada pihak

Terlapor atau atasannya, tetapi

Laporan tersebut tidak mendapat

penyelesaian sebagaimana

mestinya;

• Peristiwa, tindakan atau keputusan

yang dikeluhkan atau dilaporkan

belum lewat 2 (dua) tahun sejak

peristiwa, tindakan, atau keputusan

yang bersangkutan terjadi;

• Dalam keadaan tertentu,

penyampaian Laporan dapat

dikuasakan kepada pihak lain; dan

dalam keadaan tertentu, nama dan

identitas Pelapor dapat dirahasiakan

Paling lambat 30 hari Pelapor melengkapi

Jika lewat 30 hari, Pelapor dianggap

mencabut laporannya.

Pasal 25 :

• Ombudsman lebih lanjut memeriksa

Laporan;

• Dalam hal laporan terdapat kekurangan;

• Ombudsman memberitahukan secara

tertulis kepada Pelapor untuk

melengkapi Laporan;

• Pelapor dalam waktu paling lambat 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

Pelapor menerima pemberitahuan dari

Ombudsman harus melengkapi berkas

Laporan;

• Dalam hal Laporan tidak dilengkapi

dalam waktu 30 hari, Pelapor dianggap

mencabut Laporannya.

Jika lengkap, Ombudsman

RI segera memeriksa secara

substansial. Pasal 26 ayat (1)

Jika kurang lengkap, Ombudsman

RI akan memberitahukan secara

tertulis kepada pelapor

Ombudsman RI

Memeriksa Laporan

Dari hasil pemeriksaan, Ombudsman

RI dapat menetapkan :

- Berwenang melanjutkan

- Tidak berwenang melanjutkan

Pasal 28 ayat (1) Dalam hal Ombudsman berwenang melanjutkan pemeriksaan,

ombudsman dalam melakukan pemeriksaan dapat :

a. memanggil secara tertulis Terlapor, saksi, ahli, dan/atau penerjemah untuk dimintai

keterangan;

b. meminta penjelasan secara tertulis kepada Terlapor; dan/atau

c. melakukan pemeriksaan lapangan.

Pasal 28 ayat (2) Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan substantif dapat melihat

dokumen asli dan meminta salinan dokumen yang berkaitan dengan pemeriksaan

• Dalam hal Ombudsman tidak

berwenang melanjtukn pemeriksaan,

Ombudsman memberitahukan secara

tertulis kepada Pelapor dalam waktu

paling lambat 7 9tujuh) hari terhitung

sejak tanggal hasil pemeriksaan

ditandatangani oleh Ketua Ombudsman.

• Pemberitahuan dapat memuat saran

kepada Pelapor untuk menyampaikan

Laporannya kepada instansi lain yang

berwenang.

• Dalam memeriksa Laporan, Ombudsman

wajib berpedoman pada prinsip inddependen,

nondiskriminasi, tidak memihak, dan tidak

memungut biaya.

• Selain prinsip tersebut, Ombudsman wajib

mendengarkan dan mempertimbangkan

pendapat para pihak serta mempermudah

Pelapor dalam menyampaikan penjelasannya.

Page 106: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

Sumber : Pembahasan Ombudsman RI dalam Brosur Layanan ORI.

1. Penyelenggara Negara adalah pejabat yang menjalankan fungsi pelayanan publik yang tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Pelapor adalah warga Negara Indonesia atau penduduk yang memberikan Laporan kepada Ombudsman.

3. Ombudsman adalah lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan

pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber darii anggaran pendapatan dan belanja Negara

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

4. Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenanng untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau

pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan Pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil

dan/atau immaterial bagi masyarakat dan orang perseorangan

5. Terlapor adalah Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang melakukan Maladministrasi yang dilaporkan kepada Ombudsman.

Page 107: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

REKOMENDASI OMBUDSMAN RI

Dalam hal ditemukan Maladministrasi Ombudsman RI memberikan Rekomendasi*

Sumber : Pembahasan Ombudsman RI dalam Brosur Layanan ORI

* Rekomendasi adalah kesimpulan, pendapat, dan saran yang disusun berdasarkan hasil investigasi Ombudsman, kepada

atasan Terlapor untuk dilaksanakan dan/atau ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan administrasi

pemerintahan yang baik.

Rekomendasi memuat sekurang-kurangnya Rekomendasi disampaikan kepada pelapor, terlapor,

atasan pelapor

Pasal 37 ayat (2)

Rekomendai memuat sekurang-kurangnya : uraian tentang

Laporan yang disampaikan kepada ombudsman ;

• Uraian tentang hasil pemeriksaan;

• Bentuk Maladministrasi yang telah terjadi; dan

• Kesimpulan dan pendapat Ombudsman mengenai hal-

hal yang perlu dilaksanakan Terlapor dan atasan

Terlapor.

Pasal 39

Terlapor dan atasan Terlapor yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dikenai sanksi

administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 38

• Terlapor dan atasan Terlapor wajib melaksanakan

Rekomendasi Ombudsman

• Atasan Terlapor wajib menyampaikan laporan kepada

Ombudsman tentang pelaksanaan Rekomendasi yang telah

dilakukannya disertai hasil pemeriksaannya dalam waktu

paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal

diterimanya Rekomendasi.

• Ombudsman dapat meminta keterangan Terlapor dan/atau

atasannya dan melakukan pemeriksaan lapangan untuk

memastikan pelaksanaan Rekomendasi.

• Dalam hal Terlapor dan atasan Terlapor tidak melaksanakan

Rekomendasi dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh

Ombudsman, Ombudsman dapat mempublikasikan atasan

Terlapor yang tidak melaksanakan Rekomendasi dan

menyampaikan laporan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan

Presiden.

Pasal 37 ayat (3)

Rekomendai disampaikan kepada Pelapor, Terlapor, dan atasan

Terlapor dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung

sejak tanggal Rekomendasi ditandatangani oleh Ketua Ombudsman

Page 108: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 37 TAHUN 2008

TENTANG

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan kepada masyarakat dan penegakan hukum yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan negara dan pemerintahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, dan efisien guna meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh warga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa pengawasan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan merupakan unsur penting dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, dan efisien serta sekaligus merupakan implementasi prinsip demokrasi yang perlu ditumbuhkembangkan dan diaplikasikan guna mencegah dan menghapuskan penyalahgunaan wewenang oleh aparatur penyeleggara negara dan pemerintahan;

c. bahwa dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat agar terwujud aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, perlu dibentuk lembaga Ombudsman Republik Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang . . .

Page 109: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 2 -

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2. Penyelenggara . . .

Page 110: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 3 -

2. Penyelenggara Negara adalah pejabat yang menjalankan fungsi pelayanan publik yang tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.

4. Laporan adalah pengaduan atau penyampaian fakta yang diselesaikan atau ditindaklanjuti oleh Ombudsman yang disampaikan secara tertulis atau lisan oleh setiap orang yang telah menjadi korban Maladministrasi.

5. Pelapor adalah warga negara Indonesia atau penduduk yang memberikan Laporan kepada Ombudsman.

6. Terlapor adalah Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang melakukan Maladministrasi yang dilaporkan kepada Ombudsman.

7. Rekomendasi adalah kesimpulan, pendapat, dan saran yang disusun berdasarkan hasil investigasi Ombudsman, kepada atasan Terlapor untuk dilaksanakan dan/atau ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang baik.

BAB II

SIFAT, ASAS, DAN TUJUAN

Pasal 2

Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.

Pasal 3 . . .

Page 111: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 4 -

Pasal 3

Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan:

a. kepatutan;

b. keadilan;

c. non-diskriminasi;

d. tidak memihak;

e. akuntabilitas;

f. keseimbangan;

g. keterbukaan; dan

h. kerahasiaan.

Pasal 4

Ombudsman bertujuan:

a. mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

b. mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;

c. meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;

d. membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktek-praktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;

e. meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

BAB III

TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 5

(1) Ombudsman berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Ombudsman . . .

Page 112: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 5 -

(2) Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di provinsi dan/atau kabupaten/kota.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan, dan tata kerja perwakilan Ombudsman di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV

FUNGSI, TUGAS, DAN WEWENANG

Bagian Kesatu

Fungsi dan Tugas

Pasal 6

Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.

Pasal 7

Ombudsman bertugas:

a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;

d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;

f. membangun jaringan kerja;

g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan

h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.

Bagian Kedua . . .

Page 113: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 6 -

Bagian Kedua

Wewenang

Pasal 8

(1) Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, Ombudsman berwenang:

a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;

b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;

d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan Laporan;

e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;

f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;

g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.

(2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman berwenang:

a. menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

b. menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.

Pasal 9 . . .

Page 114: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 7 -

Pasal 9

Dalam melaksanakan kewenangannya, Ombudsman dilarang mencampuri kebebasan hakim dalam memberikan putusan.

Pasal 10

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan.

BAB V

SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN

Bagian Kesatu

Susunan

Pasal 11

(1) Ombudsman terdiri atas:

a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;

b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; dan

c. 7 (tujuh) orang anggota.

(2) Dalam hal Ketua Ombudsman berhalangan, Wakil Ketua Ombudsman menjalankan tugas dan kewenangan Ketua Ombudsman.

Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Ombudsman dibantu oleh asisten Ombudsman.

(2) Asisten Ombudsman diangkat atau diberhentikan oleh Ketua Ombudsman berdasarkan persetujuan rapat anggota Ombudsman.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian serta tugas dan tanggung jawab asisten Ombudsman diatur dengan Peraturan Ombudsman.

Pasal 13

(1) Ombudsman dibantu oleh sebuah sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal.

(2) Sekretaris . . .

Page 115: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 8 -

(2) Sekretaris Jenderal diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(3) Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Jenderal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan organisasi, fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab Sekretariat Jenderal diatur dengan Peraturan Presiden.

(5) Ketentuan mengenai sistem manajemen sumber daya manusia pada Ombudsman diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Keanggotaan

Pasal 14

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon yang diusulkan oleh Presiden.

Pasal 15

(1) Sebelum mengajukan calon anggota Ombudsman kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden membentuk panitia seleksi calon anggota Ombudsman.

(2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat.

(3) Panitia seleksi mempunyai tugas: a. mengumumkan pendaftaran penerimaan calon

anggota Ombudsman;

b. melakukan pendaftaran calon anggota Ombudsman dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja;

c. melakukan seleksi administrasi calon anggota Ombudsman dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pengumuman pendaftaran berakhir;

d. mengumumkan daftar nama calon untuk mendapatkan tanggapan masyarakat;

e. melakukan . . .

Page 116: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 9 -

e. melakukan seleksi kualitas dan integritas calon anggota Ombudsman dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal seleksi administrasi berakhir;

f. menentukan dan menyampaikan nama calon anggota Ombudsman sebanyak 18 (delapan belas) orang kepada Presiden dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal seleksi kualitas dan integritas berakhir.

(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), panitia seleksi bekerja secara terbuka dengan memperhatikan partisipasi masyarakat.

Pasal 16

(1) Dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari sejak menerima nama calon dari panitia seleksi, Presiden mengajukan 18 (delapan belas) nama calon anggota Ombudsman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf f kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Dewan Perwakilan Rakyat wajib memilih dan menetapkan 9 (sembilan) calon yang terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya usul dari Presiden.

(3) Calon Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman terpilih disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan untuk disahkan oleh Presiden.

(4) Presiden wajib menetapkan pengangkatan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 17

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 18 . . .

Page 117: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 10 -

Pasal 18

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman berhak atas penghasilan, uang kehormatan, dan hak-hak lain yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 19

Untuk dapat diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman seseorang harus memenuhi syarat-syarat:

a. warga negara Republik Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. sarjana hukum atau sarjana bidang lain yang memiliki keahlian dan pengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun dalam bidang hukum atau pemerintahan yang menyangkut penyelenggaraan pelayanan publik;

e. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;

f. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik;

g. memiliki pengetahuan tentang Ombudsman;

h. tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela; dan

j. tidak menjadi pengurus partai politik.

Pasal 20

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dilarang merangkap menjadi: a. pejabat negara atau Penyelenggara Negara menurut

peraturan perundang-undangan;

b. pengusaha;

c. pengurus atau karyawan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah;

d. pegawai negeri;

e. pengurus partai politik; atau

f. profesi lainnya.

Pasal 21 . . .

Page 118: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 11 -

Pasal 21

(1) Sebelum menduduki jabatannya, Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman harus mengangkat sumpah menurut agamanya atau mengucapkan janji di hadapan Presiden Republik Indonesia.

(2) Bunyi sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya untuk memperoleh jabatan ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apa pun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun”.

“Saya bersumpah/berjanji akan memenuhi kewajiban saya sebagai Ketua Ombudsman/Wakil Ketua Ombudsman/anggota Ombudsman dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun suatu janji atau pemberian”.

“Saya bersumpah/berjanji akan memegang teguh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

“Saya bersumpah/berjanji akan memelihara kerahasiaan mengenai hal-hal yang diketahui sewaktu memenuhi kewajiban saya.”

Pasal 22

(1) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombusman berhenti dari jabatannya karena:

a. berakhir masa jabatannya;

b. mengundurkan diri;

c. meninggal dunia.

(2) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dapat diberhentikan dari jabatannya, karena :

a. bertempat tinggal di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. tidak lagi memenuhi persyaratan jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;

c. dinyatakan melanggar sumpah/janji;

d. menyalahgunakan . . .

Page 119: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 12 -

d. menyalahgunakan kewenangannya sebagai anggota Ombudsman, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

e. terkena larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;

f. dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

g. berhalangan tetap atau secara terus-menerus selama lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dapat melaksanakan tugasnya.

(3) Apabila Ketua Ombudsman berhenti atau diberhentikan, Wakil Ketua Ombudsman menjalankan tugas dan wewenang Ketua Ombudsman sampai masa jabatan berakhir.

(4) Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dari jabatan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Presiden.

BAB VI

LAPORAN

Pasal 23

(1) Setiap warga negara Indonesia atau penduduk berhak menyampaikan Laporan kepada Ombudsman.

(2) Penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya atau imbalan dalam bentuk apa pun.

Pasal 24

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan, dan alamat lengkap Pelapor;

b. memuat uraian peristiwa, tindakan, atau keputusan yang dilaporkan secara rinci; dan

c. sudah . . .

Page 120: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 13 -

c. sudah menyampaikan Laporan secara langsung kepada pihak Terlapor atau atasannya, tetapi Laporan tersebut tidak mendapat penyelesaian sebagaimana mestinya.

(2) Dalam keadaan tertentu, nama dan identitas Pelapor dapat dirahasiakan.

(3) Peristiwa, tindakan atau keputusan yang dikeluhkan atau dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lewat 2 (dua) tahun sejak peristiwa, tindakan, atau keputusan yang bersangkutan terjadi.

(4) Dalam keadaan tertentu, penyampaian Laporan dapat dikuasakan kepada pihak lain.

BAB VII

TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENYELESAIAN LAPORAN

Pasal 25

(1) Ombudsman memeriksa Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(2) Dalam hal Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat kekurangan, Ombudsman memberitahukan secara tertulis kepada Pelapor untuk melengkapi Laporan.

(3) Pelapor dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Pelapor menerima pemberitahuan dari Ombudsman harus melengkapi berkas Laporan.

(4) Dalam hal Laporan tidak dilengkapi dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pelapor dianggap mencabut Laporannya.

Pasal 26

(1) Dalam hal berkas Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dinyatakan lengkap, Ombudsman segera melakukan pemeriksaan substantif.

(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman dapat menetapkan bahwa Ombudsman: a. tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan;

atau

b. berwenang melanjutkan pemeriksaan.

Pasal 27 . . .

Page 121: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 14 -

Pasal 27

(1) Dalam hal Ombudsman tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf a, Ombudsman memberitahukan secara tertulis kepada Pelapor dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal hasil pemeriksaan ditandatangani oleh Ketua Ombudsman.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memuat saran kepada Pelapor untuk menyampaikan Laporannya kepada instansi lain yang berwenang.

Pasal 28

(1) Dalam hal Ombudsman berwenang melanjutkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf b, Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan dapat:

a. memanggil secara tertulis Terlapor, saksi, ahli, dan/atau penerjemah untuk dimintai keterangan;

b. meminta penjelasan secara tertulis kepada Terlapor; dan/atau

c. melakukan pemeriksaan lapangan.

(2) Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melihat dokumen asli dan meminta salinan dokumen yang berkaitan dengan pemeriksaan.

Pasal 29

(1) Dalam memeriksa Laporan, Ombudsman wajib berpedoman pada prinsip independen, non-diskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya.

(2) Selain prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman wajib mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat para pihak serta mempermudah Pelapor dalam menyampaikan penjelasannya.

Pasal 30 . . .

Page 122: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 15 -

Pasal 30

(1) Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan wajib menjaga kerahasiaan, kecuali demi kepentingan umum.

(2) Kewajiban menjaga kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak gugur setelah Ombudsman berhenti atau diberhentikan dari jabatannya.

Pasal 31

Dalam hal Terlapor dan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf a telah dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah, Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa.

Pasal 32

(1) Ombudsman dapat memerintahkan kepada saksi, ahli, dan penerjemah mengucapkan sumpah atau janji sebelum memberikan kesaksian dan/atau menjalankan tugasnya.

(2) Bunyi sumpah/janji yang diucapkan oleh saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

“Demi Allah/Tuhan saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan sungguh- sungguh menyatakan kebenaran yang sebenar-benarnya mengenai setiap dan seluruh keterangan yang saya berikan”.

(3) Bunyi sumpah/janji yang diucapkan oleh ahli dan penerjemah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

“Demi Allah/Tuhan saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan melaksanakan tugas saya dengan tidak memihak dan bahwa saya akan melaksanakan tugas saya secara profesional dan dengan sejujur-jujurnya”.

Pasal 33 . . .

Page 123: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 16 -

Pasal 33

(1) Dalam hal Ombudsman meminta penjelasan secara tertulis kepada Terlapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf b, Terlapor harus memberikan penjelasan secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan penjelasan.

(2) Apabila dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Terlapor tidak memberi penjelasan secara tertulis, Ombudsman untuk kedua kalinya meminta penjelasan secara tertulis kepada Terlapor.

(3) Apabila permintaan penjelasan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari tidak dipenuhi, Terlapor dianggap tidak menggunakan hak untuk menjawab.

Pasal 34

Dalam melaksanakan pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf c, Ombudsman dapat melakukan pemeriksaan ke objek pelayanan publik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pejabat atau instansi yang dilaporkan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban, dan kesusilaan.

Pasal 35

Hasil pemeriksaan Ombudsman dapat berupa:

a. menolak Laporan; atau

b. menerima Laporan dan memberikan Rekomendasi.

Pasal 36

(1) Ombudsman menolak Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a dalam hal:

a. Pelapor belum pernah menyampaikan keberatan tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis kepada pihak yang dilaporkan;

b. Substansi . . .

Page 124: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 17 -

b. substansi Laporan sedang dan telah menjadi objek pemeriksaan pengadilan, kecuali Laporan tersebut menyangkut tindakan Maladministrasi dalam proses pemeriksaan di pengadilan;

c. Laporan tersebut sedang dalam proses penyelesaian oleh instansi yang dilaporkan dan menurut Ombudsman proses penyelesaiannya masih dalam tenggang waktu yang patut;

d. Pelapor telah memperoleh penyelesaian dari instansi yang dilaporkan;

e. substansi yang dilaporkan ternyata bukan wewenang Ombudsman;

f. substansi yang dilaporkan telah diselesaikan dengan cara mediasi dan konsiliasi oleh Ombudsman berdasarkan kesepakatan para pihak; atau

g. tidak ditemukan terjadinya Maladministrasi.

(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada Pelapor dan Terlapor dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal hasil pemeriksaan ditandatangani oleh Ketua Ombudsman.

Pasal 37

(1) Ombudsman menerima Laporan dan memberikan Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b dalam hal ditemukan Maladministrasi.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:

a. uraian tentang Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;

b. uraian tentang hasil pemeriksaan;

c. bentuk Maladministrasi yang telah terjadi; dan

d. kesimpulan dan pendapat Ombudsman mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan Terlapor dan atasan Terlapor.

(3) Rekomendasi . . .

Page 125: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 18 -

(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pelapor, Terlapor, dan atasan Terlapor dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Rekomendasi ditandatangani oleh Ketua Ombudsman.

Pasal 38

(1) Terlapor dan atasan Terlapor wajib melaksanakan Rekomendasi Ombudsman.

(2) Atasan Terlapor wajib menyampaikan laporan kepada Ombudsman tentang pelaksanaan Rekomendasi yang telah dilakukannya disertai hasil pemeriksaannya dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya Rekomendasi.

(3) Ombudsman dapat meminta keterangan Terlapor dan/atau atasannya dan melakukan pemeriksaan lapangan untuk memastikan pelaksanaan Rekomendasi.

(4) Dalam hal Terlapor dan atasan Terlapor tidak melaksanakan Rekomendasi atau hanya melaksanakan sebagian Rekomendasi dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Ombudsman, Ombudsman dapat mempublikasikan atasan Terlapor yang tidak melaksanakan Rekomendasi dan menyampaikan laporan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.

Pasal 39

Terlapor dan atasan Terlapor yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), ayat (2), atau ayat (4) dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman dilarang turut serta memeriksa suatu Laporan atau informasi yang mengandung atau dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan dirinya.

Pasal 41 . . .

Page 126: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 19 -

Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan dan penyelesaian Laporan diatur dengan Peraturan Ombudsman.

BAB VIII

LAPORAN BERKALA DAN LAPORAN TAHUNAN

Pasal 42

(1) Ombudsman menyampaikan laporan berkala dan laporan tahunan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.

(2) Laporan berkala disampaikan setiap 3 (tiga) bulan sekali dan laporan tahunan disampaikan pada bulan pertama tahun berikutnya.

(3) Ombudsman dapat menyampaikan laporan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden selain laporan berkala dan laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipublikasikan setelah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden oleh Ombudsman.

(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sekurang-kurangnya memuat mengenai:

a. jumlah dan macam Laporan yang diterima dan ditangani selama 1 (satu) tahun;

b. pejabat atau instansi yang tidak bersedia memenuhi permintaan dan/atau melaksanakan Rekomendasi;

c. pejabat atau instansi yang tidak bersedia atau lalai melakukan pemeriksaan terhadap pejabat yang dilaporkan, tidak mengambil tindakan administratif, atau tindakan hukum terhadap pejabat yang terbukti bersalah;

d. pembelaan atau sanggahan dari atasan pejabat yang mendapat Laporan atau dari pejabat yang mendapat Laporan itu sendiri;

e. jumlah dan macam Laporan yang ditolak untuk diperiksa karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1);

f. laporan . . .

Page 127: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 20 -

f. laporan keuangan; dan

g. kegiatan yang sudah atau yang belum terlaksana dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

BAB IX

PERWAKILAN OMBUDSMAN DI DAERAH

Pasal 43

(1) Apabila dipandang perlu, Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di daerah provinsi atau kabupaten/kota.

(2) Perwakilan Ombudsman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hubungan hierarkis dengan Ombudsman dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan.

(3) Kepala perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibantu oleh asisten Ombudsman.

(4) Ketentuan mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman secara mutatis mutandis berlaku bagi perwakilan Ombudsman.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 44

Setiap orang yang menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Komisi . . .

Page 128: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 21 -

a. Komisi Ombudsman Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional dinyatakan sebagai Ombudsman menurut Undang-Undang ini;

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Komisi Ombudsman Nasional yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional tetap menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya berdasarkan Undang-Undang ini sampai ditetapkannya keanggotaan Ombudsman yang baru;

c. semua Laporan yang sedang diperiksa oleh Komisi Ombudsman Nasional tetap dilanjutkan penyelesaiannya berdasarkan Undang-Undang ini;

d. dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini, susunan organisasi, keanggotaan, tugas, dan wewenang serta ketentuan prosedur pemeriksaan dan penyelesaian Laporan Komisi Ombudsman Nasional harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini.

Pasal 46

(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, nama “Ombudsman” yang telah digunakan sebagai nama oleh institusi, lembaga, badan hukum, terbitan atau lainnya yang bukan merupakan lembaga Ombudsman yang melaksanakan fungsi dan tugas berdasarkan Undang-Undang ini harus diganti dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini.

(2) Institusi, lembaga, badan hukum, terbitan atau lainnya yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap menggunakan nama “Ombudsman” secara tidak sah.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar . . .

Page 129: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 22 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 7 Oktober 2008

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 7 Oktober 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 139

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan

Page 130: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 37 TAHUN 2008

TENTANG

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM

Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat yaitu kehidupan yang didasarkan pada penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang demokratis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, menciptakan keadilan, dan kepastian hukum bagi seluruh warga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebelum reformasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek Maladministrasi antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga mutlak diperlukan reformasi birokrasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan demi terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur Penyelenggara Negara dan pemerintahan dan penegakan asas-asas pemerintahan umum yang baik. Untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan pelayanan publik dan penegakan hukum diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas Penyelenggara Negara dan pemerintahan.

Pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah sendiri dalam implementasinya ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat, baik dari sisi obyektifitas maupun akuntabilitasnya. Dari kondisi di atas, pada Tahun 2000, Presiden berupaya untuk mewujudkan reformasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan dengan membentuk Komisi Ombudsman Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000. Komisi Ombudsman Nasional bertujuan membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak masyarakat agar memperoleh pelayanan publik, keadilan, dan kesejahteraan.

Untuk . . .

Page 131: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 2 -

Untuk lebih mengoptimalkan fungsi, tugas, dan wewenang Komisi Ombudsman Nasional, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia sebagai landasan hukum yang lebih jelas dan kuat. Hal ini sesuai pula dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang salah satunya memerintahkan dibentuknya Ombudsman dengan undang-undang.

Sebelum ada Komisi Ombudsman Nasional pengaduan pelayanan publik hanya disampaikan kepada instansi yang dilaporkan dan penanganannya sering dilakukan oleh pejabat yang dilaporkan sehingga masyarakat belum memperoleh perlindungan yang memadai. Selain itu, untuk menyelesaikan pengaduan pelayan publik, selama ini dilakukan dengan mengajukan gugatan melalui pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan tersebut memerlukan waktu cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, diperlukan lembaga tersendiri yakni Ombudsman Republik Indonesia yang dapat menangani pengaduan pelayanan publik dengan mudah dan dengan tidak memungut biaya. Ombudsman Republik Indonesia tersebut merupakan lembaga negara yang dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.

Dalam Undang-Undang ini, ditegaskan bahwa yang dimaksud Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu, yang dilakukan oleh swasta atau perseorangan tersebut, antara lain pekerjaan yang dilakukan oleh swasta atau perseorangan berdasarkan kontrak yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Dalam Undang-Undang ini ditentukan mengenai pedoman Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dengan mendasarkan beberapa asas yakni kepatutan, keadilan, non-diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan kerahasiaan. Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai tugas Ombudsman, antara lain memeriksa Laporan atas dugaan

Maladministrasi . . .

Page 132: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 3 -

Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.

Dalam pelaksanaan tugas memeriksa Laporan, Ombudsman wajib berpedoman pada prinsip independen, non-diskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya serta wajib mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat para pihak dan mempermudah Pelapor. Dengan demikian Ombudsman dalam memeriksa Laporan tidak hanya mengutamakan kewenangan yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan, namun Ombudsman dituntut untuk mengutamakan pendekatan persuasif kepada para pihak agar Penyelenggara Negara dan pemerintahan mempunyai kesadaran sendiri dapat menyelesaikan Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan menggunakan pendekatan ini berarti tidak semua Laporan harus diselesaikan melalui mekanisme Rekomendasi. Hal ini yang membedakan Ombudsman dengan lembaga penegak hukum atau pengadilan dalam menyelesaikan Laporan.

Dalam melakukan pemeriksaan atas Laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil Terlapor dan saksi untuk dimintai keterangannya. Apabila Terlapor dan saksi telah dipanggil tiga kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah, Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa (subpoena power).

Dalam Undang-Undang ini ditentukan pula bahwa Ombudsman menyampaikan laporan berkala dan laporan tahunan, atau dapat menyampaikan laporan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden yang dapat dijadikan bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden untuk mengambil kebijakan dalam membangun pelayanan publik yang lebih baik.

Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan wewenang Ombudsman di daerah, jika dipandang perlu Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di daerah provinsi atau kabupaten/kota yang mempunyai hubungan hierarkis dengan Ombudsman dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan.

Untuk menegakkan Undang-Undang ini diatur mengenai pemberian sanksi administratif dan pidana. Sanksi administrastif diberlakukan bagi Terlapor dan atasan Terlapor yang tidak melaksanakan Rekomendasi Ombudsman, sedangkan sanksi pidana diberlakukan

bagi . . .

Page 133: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 4 -

bagi setiap orang yang menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Yang dimaksud dengan “hubungan organik” adalah hubungan yang bersifat struktural atau hierarkis dengan lembaga negara atau lembaga lain.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Huruf a

Yang dimaksud “negara hukum” adalah negara yang dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan hukum dan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang bertujuan meningkatkan kehidupan demokratis yang sejahtera, berkeadilan, dan bertanggung jawab.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8 . . .

Page 134: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 5 -

Pasal 8

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Ketentuan mengenai pengumuman hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi bukan merupakan kewajiban bagi Ombudsman.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ketentuan ini tidak berlaku apabila Ombudsman melakukan pelanggaran hukum.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Dalam ketentuan ini mengenai asisten Ombudsman jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 13 . . .

Page 135: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 6 -

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Panitia seleksi yang terdiri dari unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat, keanggotaannya dipilih berdasarkan kemampuan dan keahlian.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Dalam ketentuan ini, usia dihitung sejak tanggal yang bersangkutan mendaftar.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g . . .

Page 136: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 7 -

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “pengurus partai politik” adalah pengurus harian, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Syarat tidak menjadi pengurus partai politik dilakukan dengan surat pernyataan kesediaan untuk mengundurkan diri apabila diangkat menjadi anggota Ombudsman.

Pasal 20

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”pengusaha” adalah orang yang mempunyai usaha yang bidang usahanya berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas dan wewenang Ombudsman.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “pegawai negeri” adalah pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undang di bidang kepegawaian.

Huruf e

Lihat penjelasan Pasal 19 huruf j.

Huruf f

Yang dimaksud dengan ”profesi lainnya”, antara lain, dokter, akuntan, advokat, notaris, dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22 . . .

Page 137: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 8 -

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “berhalangan tetap”, antara lain, sakit atau melalaikan tugas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “sebagaimana mestinya” adalah pihak Terlapor memperlambat penyelesaian, tidak dilakukan penyelesaian menurut prosedur internal di instansi Terlapor, tanggapan atau tindak lanjut belum

menyelesaikan . . .

Page 138: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 9 -

menyelesaikan Maladministrasi yang terjadi atau sama sekali tidak memperoleh tanggapan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “dapat dikuasakan kepada pihak lain”, adalah dalam menyampaikan Laporan Pelapor dapat menguasakan kepada pihak lain dimana penerima kuasa tidak harus advokat atau orang mempunyai kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan dalam beracara di pengadilan.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “wajib mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat para pihak” adalah dilakukan dengan seksama dan penuh perhatian, dengan mengutamakan pendekatan persuasif.

Pasal 30

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “kepentingan umum” adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 31 . . .

Page 139: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 10 -

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pihak” adalah pejabat dan/atau instansi yang bersangkutan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyampaian Laporan yang dilakukan oleh orang yang sama mengenai persoalan yang sama yang telah diselesaikan oleh Ombudsman, antara lain, dengan cara mediasi dan konsiliasi.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38 . . .

Page 140: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 11 -

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan ”mempublikasikan” dalam ketentuan ini dilakukan melalui media masa baik cetak maupun elektronik.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Dalam ketentuan ini pengaturan mengenai tata cara pemeriksaan dan penyelesaian Laporan yang diatur dengan peraturan Ombudsman termasuk pengaturan pelaksanaan Rekomendasi.

Pasal 42

Ayat (1)

Laporan yang disampaikan Ombudsman bukan merupakan bentuk pertanggungjawaban baik kepada Dewan Perwakilan Rakyat maupun Presiden. Namun, dapat dijadikan bahan baik bagi Dewan Perwakilan Rakyat maupun Presiden untuk mengambil kebijakan dalam membangun pelayanan publik yang lebih baik.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “laporan khusus”, antara lain, Laporan yang menjadi perhatian masyarakat dan laporan yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden yang

segera ditindak lanjuti.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) . . .

Page 141: KEDUDUKAN OMBUDSMAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25002/1/Naufal... · Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,

- 12 -

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “mutatis mutandis” adalah ketentuan mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman yang berlaku bagi Ombudsman juga berlaku bagi perwakilan Ombudsman dengan melakukan perubahan-perubahan seperlunya.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4899