peran ombudsman ri sebagai lembaga negara …€¦ · ( study implementasi penerimaan peserta didik...

34
PERAN OMBUDSMAN RI SEBAGAI LEMBAGA NEGARA PELAYANAN PUBLIK DALAM MELAKUKAN PENGAWASASN MALADMINISTRASI ( Study Implementasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Ombudsman RI ) Peneliti akan menggambarkan bagaimana peran Ombudsman RI sebagai lembaga pelayanan publik dalam melakukan pengawasan maladministrasi dalam PPDB, peneliti melakukan wawancara ke anggota Ombudsman tepatnya di tim 7 yang melakukan proses pemantauan PPDB. Egghheem, Nahh jadi dari laporan masyarakat masuk ke Ombudsman, terus PPDB juga merupakan pelayanan dasar, dan dari sisi regulasi nya juga. Hal itu cha, kita berangkat dari itu, nah di pasal 7 1 itu mengatakan kita dapat melakukan investigasi atas prakarsa sendiri. Itu awalnya cha kita melakukan pengawasan. Jadi pengawasan kita tu gini, kita melakukan kontrol langsung ke satuan pendidikan/ sekolah-sekolah itu tu cha. Selain itu kita juga melakukan wawancara langsung dengan pihak sekolah, dan masyarakat. Kita tu mengawasi jalan nya PPDB di setiap sekolah. Jadi kalau kita menemukan indikator-indikator yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada di PPDB itu tu cha, kita akan tindaklanjuti hal itu. Begitu ?. tindak lanjutnya kayak giman tuh ? kita bakal minta pertanggung jawaban ke sekolah itu, sama pemerintahan daerah, walikota, dan bupati, tapi itu kalau maladministrasinya berada di tingkat sekolah setara dengan SD dan SMP cha. Jadi di dalam undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di bagi kewenangan daman untuk tingkat SD dan SMP tu ada di pemerintah Kabupaten dan kota. Sedangkan buat SMA/ SMK sederajat itu berada di pemerintah Provinsi. Biar lebih jauh kamu bisa cha baca ulang dan liat peraturannya itu. Nahhh jadi kalau ada maladministrasi saat kita melakukan pengawasan di tingkat SMA/ SMK, kita bakal minta pertanggung jawaban langsung ke sekolah itu sendiri sama Kemendikbud. Nahhh kenapa Kemendikbud, 1 Undang-undang RI No. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman RI, Pasal 7 pasal ayat D bahwa Ombudsman melakukan investigasi atas prakarasa sendiri dalam dugaan maladministrasi dalam pelayanan publik masyarakat ombudsman kemendikbud dan satuan pendidikan

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERAN OMBUDSMAN RI SEBAGAI LEMBAGA NEGARA

    PELAYANAN PUBLIK DALAM MELAKUKAN PENGAWASASN

    MALADMINISTRASI

    ( Study Implementasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

    di Ombudsman RI )

    Peneliti akan menggambarkan bagaimana peran Ombudsman RI sebagai lembaga

    pelayanan publik dalam melakukan pengawasan maladministrasi dalam PPDB, peneliti

    melakukan wawancara ke anggota Ombudsman tepatnya di tim 7 yang melakukan proses

    pemantauan PPDB.

    Egghheem, Nahh jadi dari laporan masyarakat masuk ke Ombudsman, terus PPDB

    juga merupakan pelayanan dasar, dan dari sisi regulasi nya juga. Hal itu cha, kita berangkat

    dari itu, nah di pasal 71 itu mengatakan kita dapat melakukan investigasi atas prakarsa

    sendiri. Itu awalnya cha kita melakukan pengawasan.

    Jadi pengawasan kita tu gini, kita melakukan kontrol langsung ke satuan pendidikan/

    sekolah-sekolah itu tu cha. Selain itu kita juga melakukan wawancara langsung dengan pihak

    sekolah, dan masyarakat. Kita tu mengawasi jalan nya PPDB di setiap sekolah. Jadi kalau

    kita menemukan indikator-indikator yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada di PPDB

    itu tu cha, kita akan tindaklanjuti hal itu. Begitu ?. tindak lanjutnya kayak giman tuh ? kita

    bakal minta pertanggung jawaban ke sekolah itu, sama pemerintahan daerah, walikota, dan

    bupati, tapi itu kalau maladministrasinya berada di tingkat sekolah setara dengan SD dan

    SMP cha. Jadi di dalam undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di

    bagi kewenangan daman untuk tingkat SD dan SMP tu ada di pemerintah Kabupaten dan

    kota. Sedangkan buat SMA/ SMK sederajat itu berada di pemerintah Provinsi. Biar lebih jauh

    kamu bisa cha baca ulang dan liat peraturannya itu. Nahhh jadi kalau ada maladministrasi

    saat kita melakukan pengawasan di tingkat SMA/ SMK, kita bakal minta pertanggung

    jawaban langsung ke sekolah itu sendiri sama Kemendikbud. Nahhh kenapa Kemendikbud,

    1 Undang-undang RI No. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman RI, Pasal 7 pasal ayat D bahwa

    Ombudsman melakukan investigasi atas prakarasa sendiri dalam dugaan maladministrasi dalam

    pelayanan publik

    masyarakat

    ombudsman

    kemendikbud dan satuan pendidikan

  • ya itu tadi kita kembali ke peraturan yang aku jelasin tadi. Nanti kamu bisa paparin tu hasil

    temuan-temuan PPDB saat kita ngawasin. Kita melakukan wawancara ke pihak sekolah

    seperti contohnya ya cha? bahwa tingkat kuota SMA adalah 4 rombel (rombongan belajar)

    misalnya, 1 rombel ada 30 siswa misalnya. Itu kita sudah menemukan 1 indikator tingkat

    rombel di SMA , tapi ternyata pada saat kita melakukan wawancara di sekolah kepada kepala

    sekolah “pak / bu kalian melakukan atau merekrud dalam pelaksanaan PPDB berapa siswa

    untuk berapa rombel, saaat mereka jawab 5 rombel, kita jawab kenapa 5 rombel di peraturan

    ada 4 rombel. Nah berapa siswa perombel misalnya di jawab 40 siswa” berarti hal tersebut

    melanggar peraturan. Nahh itu kita dapet 1 penyalahgunaan aturan dari segi rombel. Dan

    untuk masalah kategori-kategori orang tidak mampu, orang berprestasi, jarak

    rumah dengan sekolah, penilaian ini di gunakan untuk menjadi syarat seseorang masuk ke

    sekolah tersebut. Kita melakukan pengecekan untuk di wilayah ini sekolah ini ada berapa

    banyak yang tidak mampu, ada berapa banyak siswa yang berprestasi. Dengan cara apa kita

    membuat itu, ya dengan indikator yang sudah di buat. Indikator itu sama seperti pertanyaan.

    Sebelum melaksanakan pemantauan pihak sekolah sudah berkordinasi belum kepada RT/RW

    atau kecamatan, berapa siswa yang tidak mampu ini, dan untuk prestasi kita melihat dari

    pendidikan sebelumnya. Dan berapa siswa yang dekat di sekolahnya.

    Kita juga tidak hanya wawancara ke pihak sekolah aja cha, kita juga wawancara sama

    masyarakatnya? Pak, bu gimana proses PPDB nya, pokonya banyak cha buat menggali

    informasi dari pihak masyarakatnya juga. Setelah pengawasan kita sudah kelar, kita nggak

    berhenti disitu cha, kita bakal melakukan analisis setelah proses pengawasan. Hasil temuan

    dilapangan yang sudah dilakukan sama tim 72 itu akan di analisis. Apa saja temuan-temuan di

    lapangan selama pemantauan dan berapa laporan masyarakat yang masuk ke Ombudsman

    tentang PPDB. dari hal tersebut Ombudsman akan membuat saran/ rekomendasi untuk

    perbaikan Permendikbud di tahun berikutnya. Setelah tim 7 melakukan analisi dan membuat

    saran/ rekomendasi, kita lapor nihh ke ketua atau pimpinan di atas kita bahwa kita sudah

    menyelesaikan pengawasan sama analisis temuan-temuan kita di lapangan, lalu kita bakal

    adakan rapat Pleno3.

    Naahhh baru kita membuat agenda untuk mediasi, dulu saat kita melakukan mediasi

    kita mengundang media, kemendikbud, kemendagri, kita wakil dari tim 7 dan wakil dari

    ketua Ombudsman bakal memaparkan hasil temua-temuan kita saat melaklukan pengawasan.

    Dan kita analisis. Lalu kita juga menjelaskan saran/ rekomendasi perbaikan permendikbud.

    2 Tim 7 merupakan bidang sosial dan budaya dimana dalam struktur kelembagaan Ombudsman ada 9

    tim yaitu ketua, dan wakil ketua dan ada 7 tim, masing-masing tim mempunyai bidangnya masing

    masing, seperti tim 1 berada dibidang hukum dan peradilan, tim 2 pertanahan dan keamanan, tim 3

    ekonomi 1, tim 4 ekonomi 2, tim 5 SDA dan SDM, tim 6 perhubungan dan Infrastruktu, tim 7 Sosial

    dan budaya (mengenai pendidikan). 3 Rapat pleno itu adalah suatu sikap atau keputusan yang akan di ambil ketika Ombudsman akan

    mengeluarkan suatu prodak atau hasil investigasi (saran/ rekomendasi) dalam pantauan yang

    dilakukan oleh tim.

  • Peneliti menanyakan apakah Ombudsman berhenti sampai mediasi saja? Bang james

    menyatakan bahwa, ohh tidak cha kita nggak berhenti situ aja, kita akan terus memantau

    perkembangan perbaikan Permendikbud. Bilamana ada beberapa poin rekomendasi/ saran

    Ombudsman tidak dilakukan oleh Kemendikbud, kita bakal melakukan tindak lanjut ke

    kemendikbud, kenapa point point itu nggak dilaksanakan ? setelah kemendikbud menjelaskan

    alasan-alasanya, lalu kita akan melakukan kroscek apakah alasan-alasan yang diberikan

    kemendikbud itu masuk akal, apakah alasan-alasannya sesuai dengan apa yang ada

    dilapangan. Jadi kita akan turun lagi apakah benar alasan permendikbud tidak melakukan

    perbaikan di point itu karena ini ni ni. Jadi kita selalu melakukan kroscek terlebih dahulu.

    Lalu apa hambatan Ombudsman saat melakukan pengawasan PPDB ? jadi hambatan nya tu

    kita kekurangan SDM nya, kita belum bisa melakukan pengawasan ke pelosok-pelosok cha,

    karena ya itu kekurangan anggota, dan kita juga keterbatasan anggaran kalau daerah yang

    terpencil itu kan kita harus perjalanan melewati darat, udara, bahkan laut, itu kita

    memerlukan anggaran yang besar. Makannya hambatannya kita nggak bisa ambil sample dan

    melakukan pengawasan secara merata, kita baru bisa mengambi sama mengawasi sample di

    sekolah-sekolah yang dapat di janghkau. Dan laporan masyarakat yang masuk ke kita itu

    sangat banyak jadi kita belum bisa menyelesaikan, tapi kita selalu berusaha buat secepatnya

    menyelesaian laporan itu.

  • OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

    Laporan Hasil Pemantauan

    Pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran 2017/2018

    I. Latar Belakang

    Penyelenggaraan pelayanan publik yang baik merupakan salah satu kewajiban Pemerintah

    sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009, seperti pelayanan di bidang

    pendidikan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia tahun 1945, dalam Bab XA Pasal 28C ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia

    1945 disebutkan bahwa pendidikan merupakan Hak Asasi Manusia bagi setiap Warga

    Negara Indonesia. Pendidikan juga merupakan hak bagi seluruh Warga Negara Indonesia

    yang wajib dipenuhi oleh Pemerintah.

    Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) merupakan pintu awal dimulainya proses

    pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik di bidang pendidikan yang

    diselenggarakan oleh Pemerintah. Pada tahun 2017 Pemerintah telah mengeluarkan

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan

    Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

    Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain yang

    Sederajat yang menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan proses

    PPDB.

    Sebagai lembaga pengawas pelayanan publik, Ombudsman RI terus melakukan

    pemantauan, pengawasan dan aktif memberi saran perbaikan kepada Pemerintah agar

    proses PPDB dapat berjalan secara objek tif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi

    sehingga mendorong peningkatan akses layanan pendidikan. Setiap tahun, selain aktif

    melakukan pengawasan, Ombudsman RI juga menerima laporan/keluhan yang sama dari

    masyarakat terkait pelaksanaan PPDB. Hal ini menunjukan ketidakseriusan Pemerintah

    dalam memperbaiki layanan pendidikan meskipun Pemerintah mengatakan telah berupaya

    melakukan perbaikan.

    Permasalahan yang banyak timbul pada pelaksanaan PPDB tahun 2017 adalah terkait

    implementasi Permindikbud Nomor 17 tahun 2017 tentang PPDB. Permasalahan timbul

    karena lambatnya Kemendikbud dalam mengeluarkan peraturan sehingga banyak daerah

    yang belum mengimplementasikan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 kedalam

    Peraturan Daerah dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan PPDB. Selain itu, kurang siapnya

    Pemerintah dalam pelaksanaan PPDB juga menimbulkan beberapa permasalahan seperti

    yang terjadi pada pelaksanaan PPDB secara online.

    Berdasarkan fungsi Ombudsman RI yang diamantkan dalam Undang-undang Nomor 37

    Tahun 2008, Ombudsman RI kembali melakukan pemantauan PPDB 2017 di seluruh

    provinsi di Indonesia. Dengan adanya kegiatan pemantauan tersebut, diharapkan dapat

    mendorong penyelenggaraan pelayanan pendidikan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka,

    bersih, serta untuk meningkatkan mutu pelayanan publik di bidang pendidikan.

  • II. Fokus Pemantauan:

    Dalam kegiatan pemantauan pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),

    Ombudsman RI berfokus pada :

    1. Implementasi Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 khususnya terkait penerapan

    sistem zonasi yang baru diterapkan;

    2. Indikasi-indikasi terjadinya maladministrasi dalam proses PPDB Tahun Ajaran

    2017/2018.

    III. Temuan

    Adapun temuan yang dipaparkan dalam laporan ini, didasarkan pada data hasil pemantauan

    di lapangan pada saat pelaksanaan PPDB, serta data pengaduan yang diterima oleh

    Ombudsman RI baik secara langsung maupun melalui media pengaduan. Hasil temuan

    pada pelaksanaan PPDB Tahun ajaran 2017/2018 secara Nasional berkaitan dengan

    diterbitkannya Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 serta bentuk maladministrasi yang

    terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan fakta

    sebagai berikut:

    A. Implementasi Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 khususnya terkait penerapan

    sistem zonasi

    Berdasarkan data hasil pemantauan, ditemukan bahwa sebagian besar daerah telah

    menerapkan sistem zonasi sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 17 Tahun

    2017, namun ada pula daerah yang belum mengimplementasikannya. Adapun data

    yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

    Implementasi Permendikbud No. 17 Tahun 2017

    di Indonesia

    No Provinsi Kabupaten/Kota Peraturan

    Zonasi Petunjuk Teknis Provinsi

    Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota

    1 Aceh Banda Aceh/Aceh Besar Ada

    2 Bali Tabanan Ada Pergub No. 40/2017

    3 Banten Serang Ada Pergub No. 21 Tahun 2017

    Pandeglang Ada

    Lebak Ada

    Serang Tidak Ada

    4 Bengkulu Bengkulu Ada Perwali Bengkulu No. 20 Tahun 2014

    5 Gorontalo Gorontalo Ada

    6 Jambi Kota Jambi Ada SK Kadisdik No KPTS-312/DISDIK/V/2017

    7 Jawa Barat Subang/Purwakarta/Karawang Ada Pergub No. 16 Tahun 2016

    8 Jawa

    Tengah Kab. Kendal Ada

    Pergub No. 9 Tahun 2017 dan SK Kadisdik No 421/05238

    Kab. Semarang Tidak Ada

    9 Jawa Timur

    Sidoarjo, Probolinggo, Jember Tidak Ada Pergub No. 21 Tahun 2017

    Gresik, Surabaya, Madiun Ada Kadisdik Gresik No

  • 421.3/1019/43753/2017

    10 Kalimantan

    Barat Kubu Raya, Singkawang,

    Pontianak Ada

    SK Kadisdik No 796 Tahun 2017

    Kadisdik Kubu Raya No 272/Dikbud

    11 Kalimantan

    Selatan Banjarmasin -

    SK Kadisdik No 064.a Tahun 2017

    12 Kalimantan

    Tengah Palangka Raya Tidak Ada Tidak ada

    13 Kalimantan

    Utara Tarakan Ada

    14 Kep. Riau Batam Ada SK Kadisdik No 422.1/350/DISDIK/KPTS/2017

    Kadisdik No KPTS__/419/DISDIK/IV/2017

    15 Lampung Kota Metro Ada SK Kadisdik No 800/1033a/III.01/DP.1C/2016

    Kadisdik No 054/KPTS/D-1/02/2017

    Kota Bandar Lampung Tidak ada

    16 Maluku Ambon Ada

    17 Maluku Utara

    Kota Ternate Ada

    18 NTB Kab. Lombok Tengah Ada Pergub No 13 Tahun 2017

    19 NTT Kota Kupang Ada SK Kadisdik No 421/2219/pend/2017

    20 Papua Barat

    Manokwari Ada

    21 Riau Kampar/Pekanbaru Ada Pergub No. 38 Tahun 2017

    22 Sulawesi

    Barat Kab. Mamuju Ada

    23 Sulawesi Tenggara

    Konawe, Konawe Selatan, Muna, Kota Kendari

    Ada Kadisdik 83.A Tahun 2017

    24 Sulawesi Selatan

    Makassar Ada

    25 Sulawesi

    Utara Minahasa Ada

    Manado Tidak Ada

    26 Sumatera

    Barat Payakumbuh, Kota Padang Ada

    27 DI

    Yogyakarta Sleman Ada

    Pergub No. 27 Tahun 2017 dan Kadisdik 872/Perka 2017

    Bantul Ada Kadisdik 177 Tahun 2017

    Gunungkidul Ada Kadisdik

    421/132/KPTS/2017

    Kulonprogo Ada Kadisdik 110 Tahun 2017

    28 Bangka Belitung

    Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka

    Selatan, Kota Pangkal Pinang Ada Pergub No. 31 Tahun 2017

    29 Sumatera

    Utara Pematang Siantar, Binjai Ada Pergub No 52 Tahun 2017

    30 DKI

    Jakarta DKI Jakarta Ada Pergub No. 133 tahun 2017

    31 Sulawesi Tengah

    Ada Pergub No. 17 Tahun 2017

  • B. Temuan Maladministrasi

    Dari hasil pemantauan di lapangan, Ombudsman RI masih menemukan beberapa

    maladministrasi pada pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran 2017/2018 di masing-masing

    daerah di Indonesia. Adapun klasifikasi maladministrasi tesebut adalah sebagai berikut:

    Jumlah Temuan Maladministrasi Menurut Jenisnya

    No JENIS MALADMINISTRASI JUMLAH

    1 Penyalahgunaan wewenang 3

    2 Penyimpangan prosedur 13

    3 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 16

    4 Tidak Kompeten 24

    5 Tidak Patut 2

    TOTAL 58

    Modus Maladministrasi

    No Jenis

    Maladministasi Bentuk Tindakan Maladministrasi

    1 Penyalahgunaan

    wewenang

    Menyisakan sejumlah kuota sehingga terjadi pengalihan kuota jalur tertentu

    Memberikan perlakuan khusus berupa penyederhanaan persyaratan bagi calon peserta didik tertentu

    Terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan MoU kepada instansi atau kelompok masyarakat tertentu

    2 Penyimpangan

    prosedur

    Adanya persyaratan lain yang tidak diatur dalam Juknis PPDB setempat

    Tidak memberlakukan aturan zonasi

    Menerima siswa jalur MoU tanpa disertai MoU secara tertulis

    Terjadi penahanan KK pada proses PPDB

    Menyediakan jumlah Rombel di luar ketentuan Permendikbud No. 17 Tahun 2017

    Tidak menyediakan pos pengaduan

    Tidak melaksanakan sertifikasi guru pada PPDB jalur UU

    3 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa

    Terjadi permintaan sejumlah uang untuk biaya administrasi selama proses PPDB

    4 Tidak Kompeten

    Kurang memahami PPDB jalur MoU/UU sehingga banyak calon siswa yang masuk dengan surat rekomendari dari pihak/instansi tertentu (Kejaksaan, Kepolisian, DPRD)

    Tidak melaksanakan sosialisasi secara maksimal (melalui media tertentu) kepada masyarakat terkait mekanisme PPDB

    Penyalahgunaan SKTM dalam pelaksanaan PPDB yang dilakukan oleh orang tua calon siswa

    Sekolah tidak melakukan verifikasi / melakukan pengabaian terhadap tindakan penyalahgunaan SKTMyang dilakukan oleh Orang Tua Calon Siswa

    Sistem online (server) yang bermasalah sehingga mengganggu proses pendaftaran, verifikasi, seleksi, dan pengumuman kelulusan

    5 Tidak Patut

    Tidak menerima calon siswa berkebutuhan khusus (difabel)

    Tidak menerima calon siswa prestasi tertentu karena tidak tersedianya guru pembimbing dengan keahlian tersebut

  • Jumlah Temuan Maladministrasi di Setiap Daerah

    PROVINSI JUMLAH

    MALADMINISTRASI

    PROVINSI JUMLAH

    MALADMINISTRASI

    Banten 4 Maluku Utara 3

    Bengkulu 1 Nusa Tenggara Barat 1

    Gorontalo 1 Papua Barat 1

    Jambi 1 Riau 5

    Jawa Barat 8 Sulawesi Barat 1

    Jawa Tengah 3 Sulawesi Tenggara 1

    Kalimantan Barat 1 Sulawesi Utara 4

    Kep. Riau 2 Sumatera Barat 1

    Maluku 1 Sumatera Utara 4

    Nusa Tenggara Timur 1 DKI Jakarta 7

    Lampung 1 Papua 4

    DI Yogyakarta 2 TOTAL 58

    Penjabaran Jumlah Temuan Maladministrasi di setiap Daerah Menurut Jenisnya

    JENIS MALADMINISTRASI JUMLAH JENIS MALADMINISTRASI JUMLAH

    Penyimpangan Prosedur 12 12 Sumatera Barat 1

    1 Banten 1 Tidak Kompeten 25

    2 Bengkulu 1 1 Banten 2

    3 Jawa Barat 3 2 Gorontalo 1

    4 Maluku 1 3 Jawa Barat 2

    5 Riau 2 4 Jawa Tengah 2

    6 DKI Jakarta 1 5 DKI Jakarta 5

    7 Nusa Tenggara Timur 1 6 Papua 2

    8 Papua 2 7 Riau 2

    Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 16 8 Sulawesi Tenggara 1

    1 Banten 1 9 Sumatera Utara 3

    2 Jambi 1 10 Kep. Riau 1

    3 Jawa Barat 1 11 Lampung 1

    4 Jawa Tengah 1 12 DI Yogyakarta 2

    5 Kalimantan Barat 1 Tidak Patut 2

    6 Kep. Riau 1 1 Riau 1

    7 Maluku Utara 2 2 DKI Jakarta 1

    8 Nusa Tenggara Barat 1 Penyalahgunaan Wewenang 3

    9 Papua Barat 1 1 Jawa Barat 2

    10 Sulawesi Barat 1 2 Maluku Utara 1

    11 Sulawesi Utara 4 TOTAL 58

  • Modus Maladministrasi di Setiap Daerah

    PROVINSI (Jenis Maladministrasi) JUMLAH PROVINSI (Jenis Maladministrasi) JUMLAH

    Banten 4 Tidak Kompeten 5

    Penyimpangan Prosedur 1 Tidak Patut 1

    Permintaan Uang, Barang dan Jasa 1 Maluku 1

    Tidak Kompeten 2 Penyimpangan prosedur 1

    Bengkulu 1 Maluku Utara 3

    Penyimpangan Prosedur 1 Penyalahgunaan wewenang 1

    Gorontalo 1 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 2

    Tidak Kompeten 1 Nusa Tenggara Barat 1

    Jambi 1 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1

    Permintaan Uang, Barang dan Jasa 1 Papua Barat 1

    Jawa Barat 8 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1

    Penyalahgunaan wewenang 2 Riau 5

    Penyimpangan prosedur 3 Penyimpangan prosedur 2

    Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1 Tidak Kompeten 2

    Tidak Kompeten 2 Tidak Patut 1

    Jawa Tengah 3 Sulawesi Barat 1

    Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1

    Tidak Kompeten 2 Sulawesi Tenggara 1

    Kalimantan Barat 1 Tidak Kompeten 1

    Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1 Sulawesi Utara 4

    Kep. Riau 2 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 4

    Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1 Sumatera Barat 1

    Tidak Kompeten 1 Permintaan Uang, Barang, dan Jasa 1

    Nusa Tenggara Timur 1 DI Yogyakarta 2

    Penyimpangan prosedur 1 Tidak Kompeten 2

    Sumatera Utara 4 Papua 4

    Penyimpangan prosedur 1 Penyimpangan prosedur 2

    Tidak kompeten 3 Tidak kompeten 2

    DKI Jakarta 7 Lampung 1

    Penyimpangan prosedur 1 Tidak Kompeten 1

    TOTAL 58

    IV. Pembahasan Maladministrasi dalam PPDB

    A. Implementasi Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 khususnya terkait penerapan

    sistem zonasi

    Salah satu hal yang menjadi sorotan publik dalam pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran

    2017/2018 adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Nomor 17 Tahun 2017. Salah satu hal yang baru diatur dalam regulasi ini adalah

    diberlakukannya sistem zonasi. Berdasarkan regulasi tersebut, dengan menerapkan

    sistem zonasi, sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima

    calon peserta didik yang berdomisili pada radius/zona terdekat dari sekolah paling

    sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah peserta didik yang diterima. Domisili calon

  • peserta didik tersebut berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling

    lambat enam bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

    Sistem Zonasi yang menjadi Saran Ombudsman kepada Kemendikbud, Kemendagri

    dan Kemenag pada tahun 2016 yang saat ini diterbitkan dalam Pasal 15, 16 dan 17

    Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017.

    Berdasarkan pemantauan yang dilakukan seluruh perwakilan Ombudsman RI di setiap

    provinsi, secara umum daerah sudah menerbitkan Peraturan Gubernur ataupun Surat

    Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dalam mengatur mekanisme pelaksanaan PPDB,

    termasuk aturan zonasi. Akan tetapi, masih terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang

    belum membuat aturan mengenai sistem zonasi dalam Petunjuk Teknis PPDB. Selain

    itu, terdapat beberapa sekolah yang tidak ataupun belum melaksanakan aturan

    mengenai sistem zonasi dalam penyelenggaraan PPDB meskipun Dinas Pendidikan

    Kabupaten/ Kota yang menaunginya sudah menerbitkan juknis terkait zonasi.

    Di sisi lain, pelaksanaan aturan sistem zonasi masih menemukan beberapa

    permasalahan dalam implementasinya. Ombudsman RI menemukan beberapa masalah

    tesebut berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan, yakni sebagai berikut:

    1. Belum ada ukuran/indikator yang jelas tentang jarak dari rumah peserta didik

    dengan sekolah;

    2. Aturan zonasi kurang memperhatikan faktor demografi dan geografi tiap wilayah;

    3. Kurangnya sosialisasi mengenai aturan zonasi kepada masyarakat;

    4. Tidak menggunakan aturan zonasi karena tidak meratanya penyebaran sekolah.

    B. Temuan Maladministrasi Secara Umum

    Selain permasalahan terkait zonasi dalam pemantauan pelaksanaan PPDB Tahun

    Ajaran 2017/2018, Ombudsman RI menemukan beberapa praktik maladministrasi

    lainnya. Adapun hasil temuan Ombudsman RI selama proses pemantauan pelaksanaan

    PPDB antara lain:

    1. Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 diterbitkan pada bulan Mei 2017, rentang

    waktu yang terlalu dekat dengan pelaksanaan PPDB sehingga menyebabkan

    daerah mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan tuntutan pada

    Permendikbud tersebut. Sedangkan sebagian daerah sudah menerbitkan

    pergub/bup/wal atau juknis terlebih dahulu yang mengakibatkan banyak satuan

    pendidikan (sekolah) mengalami kesulitan penyesuaian sehingga terjadi

    maladministrasi;

    2. Terbitnya Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 yang terlalu dekat dengan waktu

    pelaksanaan PPDB menyebabkan minimnya sosialisasi terkait perubahan Juknis

    PPDB kepada masyarakat sehingga tidak memberikan kepastian kepada

    masyarakat;

    3. Di beberapa daerah ditemukan Sistem online PPDB tidak beroperasi dengan baik

    (server down) sehingga Sekolah merasa terganggu dalam memberikan jawaban

    kepada masyarakat terkait permasalahan tersebut. Hal ini juga menyebabkan

    potensi penyimpangan sangat tinggi karena menyimpang dari prinsip online itu

    sendiri yang bersifat terbuka, langsung dan cepat;

    4. Masih ditemukan maladministrasi jual beli kursi antara sekolah dengan orang tua

    murid;

  • 5. Masih terjadi campur tangan para pejabat daerah dan orang-orang tertentu untuk

    mempengaruhi dan/atau memaksa sekolah untuk menerima anak didik dari orang-

    orang tertentu dengan melakukan maladministasi;

    6. Sistem Zonasi yang menjadi Saran Ombudsman kepada Kemendikbud,

    Kemendagri dan Kemenag pada tahun 2016 yang saat ini diterbitkan dalam Pasal

    15, 16 dan 17 Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tidak ada indikator yang jelas

    tentang jarak antara sekolah dengan tempat tinggal calon peserta didik baru

    sebagai tolok ukur zonasi dengan mempertimbangkan kondisi demografi dan

    geografi wilayah tersebut, menyebabkan banyak kepala daerah dan sekolah

    mengalami kebingungan dalam menentukan batas zonasi.

    7. Ditemukan sekolah yang memiliki fasilitas yang baik (sekolah favorit) yang terpusat

    di daerah tertentu, di kota atau pusat, sehingga menyulitkan penerapan zonasi.

    8. Masih ditemukan adanya kesepakatan tidak tertulis dan/atau tertulis antara pihak

    sekolah dengan instansi tertentu mengenai kuota khusus bagi calon peserta didik

    yang merupakan anak dari pegawai instansi-instasi tertentu menyebabkan

    maladministrasi dan ketidakadilan karena mengurangi jatah bagi yang berhak;

    9. Masih ditemukan Sekolah memungut biaya administrasi pendaftaran dan uang

    bangunan;

    10. Pihak sekolah lalai dalam memverifikasi data maupun kemampuan calon peserta

    didik baru, khususnya calon peserta didik baru melalui jalur non akademik (spt:

    SKTM & Jalur Prestasi);

    11. Masih ditemukan diskriminasi oleh pihak sekolah terhadap peserta calon didik baru

    yang berkebutuhan khusus;

    12. Terbitnya Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2017 berpotensi membatalkan seluruh

    ketentutan yang ada di Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017.

    V. Usulan Perbaikan

    Mempertimbangkan masih ditemukannya maladministrasi dalam pemantauan pelaksanaan

    PPDB Tahun Ajaran 2017/2018, Ombudsman RI mengusulkan beberapa perbaikan demi

    pelayanan publik yang lebih berkualitas. Adapun usulan perbaikan adalah sebagai berikut:

    1. Merencanakan dan menerbitkan aturan PPDB lebih awal untuk memberikan rentang

    waktu yang cukup kepada Pemda dan Sekolah menyesuaikan dengan aturan baru;

    2. Untuk memudahkan evaluasi dan penyeragaman aturan, maka PPDB dilaksanakan

    dengan serentak secara nasional;

    3. Demi pemerataan perlu penegasan kembali sistem zonasi tahun ajaran berikutnya

    dengan membuat pedoman yang memuat indikator zonasi lebih rinci dengan

    mempertimbangkan karakteristik wilayah tertentu;

    4. Segera melakukan pemerataan fasilitas sekolah di seluruh wilayah dengan kualitas

    sepadan yang terpusat di daerah tertentu;

    5. Menindak tegas terhadap praktek jual beli kursi dan pungutan yang tidak resmi;

    6. Meningkatkan efektifitas kerjasama dengan Kemenag dan Kemendagri dalam hal

    pengawasan untuk menghindari maladministasi yang lebih meluas serta merugikan

    masyarakat;

    7. Mencegah perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu karena jabatan atau profesi;

    8. Membatalkan penerimaan calon peserta didik baru yang melanggar aturan PPDB .

    9. Membentuk aturan dalam proses verifikasi data terkait pendaftaran melalui jalur non

    akademik agar mencegah adanya penyalahgunaan SKTM. Selain itu, pada jalur

  • afirmasi bagi keluarga yang kurang mampu dan menggunakan SKTM agar

    diintegrasikan ke data KIP.

    10. Dalam proses seleksi calon peserta didik baru jalur akademik, sebaiknya menggunakan

    mekanisme ujian tertulis sedangkan ujian kompetensi untuk jalur non akademik melalui

    Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) di setiap Provinsi/Kabupaten/Kota.

  • TEMUAN PEMANTUAN & MALADMINISTRASI DALAM PENYELENGGARAAN PPDB TAHUN

    2017

    JAKARTA – Lembaga Negara Pengawas Pelayanan Publik, Ombudsman Republik Indonesia,

    melakukan pemantauan pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran

    2017/2018, terutama di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas

    (SMA) dan bentuk lain yang sederajat secara Nasional. Pemantauan dilakukan dalam rangka

    menjalankan tugas pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana amanat

    Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Hal ini dirasa

    perlu, mengingat PPDB merupakan pintu awal dimulainya proses pendidikan sebagai salah satu

    bentuk pelayanan publik di bidang pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

    Dalam menciptakan penyelenggaraan PPDB yang objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa

    diskriminasi sesuai prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, Pemerintah telah mengeluarkan

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 Tahun 2017

    tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

    Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain

    yang Sederajat sebagai pedoman bagi pemerintah daerah (pemda) dalam menyusun

    petunjuk teknis pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran 2017/2018. Namun demikian, dalam

    pelaksanaannya masih terdapat berbagai potensi maladministrasi yang terjadi di hampir semua

    daerah.

    Disamping maladministrasi yang bersifat rutin yang ditemukan setiap tahun dalam pemantauan

    PPDB oleh Ombudsman RI, juga maladministrasi yang berkaitan dengan keluarnya aturan baru

    Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017. Di antara penyebab maladministrasi disebabkan

    karena aturan dan petunjuk teknis (Pergub/PerBup/PerWal/Juknis) tidak mengacu pada

    Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tersebut sehingga menghambat masyarakat dalam

    mendapatkan pelayanan publik yang baik.

    Adapun hasil temuan Ombudsman RI selama proses pemantauan pelaksanaan PPDB antara lain:

    1. Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 diterbitkan pada bulan Mei 2017, rentang waktu

    yang terlalu dekat dengan pelaksanaan PPDB sehingga menyebabkan daerah mengalami

    kesulitan untuk menyesuaikan dengan tuntutan pada Permendikbud tersebut. Sedangkan

    sebagian daerah sudah menerbitkan pergub/bup/wal atau juknis terlebih dahulu yang

    mengakibatkan banyak satuan pendidikan (sekolah) mengalami kesulitan penyesuaian

    sehingga terjadi maladministrasi;

    2. Terbitnya Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 yang terlalu dekat dengan waktu

    pelaksanaan PPDB menyebabkan minimnya sosialisasi terkait perubahan Juknis PPDB

    kepada masyarakat sehingga tidak memberikan kepastian kepada masyarakat;

    3. Di beberapa daerah ditemukan Sistem online PPDB tidak beroperasi dengan baik (server

    down) sehingga Sekolah merasa terganggu dalam memberikan jawaban kepada masyarakat

    terkait permasalahan tersebut. Hal ini juga menyebabkan potensi penyimpangan sangat

    tinggi karena menyimpang dari prinsip online itu sendiri yang bersifat terbuka, langsung

    dan cepat;

    4. Masih ditemukan maladministrasi jual beli kursi antara sekolah dengan orang tua murid;

  • 5. Masih terjadi campur tangan para pejabat daerah dan orang-orang tertentu untuk

    mempengaruhi dan/atau memaksa sekolah untuk menerima anak didik dari orang-orang

    tertentu dengan melakukan maladministasi;

    6. Sistem Zonasi yang menjadi Saran Ombudsman kepada Kemendikbud, Kemendagri dan

    Kemenag pada tahun 2016 yang saat ini diterbitkan dalam Pasal 15, 16 dan 17

    Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tidak ada indikator yang jelas tentang jarak antara

    sekolah dengan tempat tinggal calon peserta didik baru sebagai tolok ukur zonasi dengan

    mempertimbangkan kondisi demografi dan geografi wilayah tersebut, menyebabkan

    banyak kepala daerah dan sekolah mengalami kebingungan dalam menentukan batas

    zonasi.

    7. Ditemukan sekolah yang memiliki fasilitas yang baik (sekolah favorit) yang terpusat di

    daerah tertentu, di kota atau pusat, sehingga menyulitkan penerapan zonasi.

    8. Masih ditemukan adanya kesepakatan tidak tertulis dan/atau tertulis antara pihak sekolah

    dengan instansi tertentu mengenai kuota khusus bagi calon peserta didik yang merupakan

    anak dari pegawai instansi-instasi tertentu menyebabkan maladministrasi dan

    ketidakadilan karena mengurangi jatah bagi yang berhak;

    9. Masih ditemukan Sekolah memungut biaya administrasi pendaftaran dan uang bangunan;

    10. Pihak sekolah lalai dalam memverifikasi data maupun kemampuan calon peserta didik

    baru, khususnya calon peserta didik baru melalui jalur non akademik (spt: SKTM & Jalur

    Prestasi);

    11. Masih ditemukan diskriminasi oleh pihak sekolah terhadap peserta calon didik baru yang

    berkebutuhan khusus;

    12. Terbitnya Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2017 berpotensi membatalkan seluruh ketentutan

    yang ada di Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017.

    Mempertimbangkan temuan maladministrasi dalam pemantauan pelaksanaan PPDB Tahun

    Ajaran 2017/2018, diharapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

    perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan PPDB di seluruh Indonesia

    guna menjadi perbaikan dalam mempersiapkan pelaksanaan PPDB tahun ajaran berikutnya

    sehingga maladministrasi yang sama dalam proses penyelenggaraan PPDB tidak terjadi secara

    berulang setiap tahun. Beberapa langkah penting diusulkan di sini, agar Kemendikbud:

    1. Merencanakan dan menerbitkan aturan PPDB lebih awal untuk memberikan rentang waktu

    yang cukup kepada Pemda dan Sekolah menyesuaikan dengan aturan baru;

    2. Untuk memudahkan evaluasi dan penyeragaman aturan, maka PPDB dilaksanakan dengan

    serentak secara nasional;

    3. Demi pemerataan perlu penegasan kembali sistem zonasi tahun ajaran berikutnya dengan

    membuat pedoman yang memuat indikator zonasi lebih rinci dengan mempertimbangkan

    karakteristik wilayah tertentu;

    4. Segera melakukan pemerataan fasilitas sekolah di seluruh wilayah dengan kualitas sepadan

    yang terpusat di daerah tertentu;

    5. Menindak tegas terhadap praktek jual beli kursi dan pungutan yang tidak resmi;

    6. Meningkatkan efektifitas kerjasama dengan Kemenag dan Kemendagri dalam hal

    pengawasan untuk menghindari maladministasi yang lebih meluas serta merugikan

    masyarakat;

    7. Mencegah perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu karena jabatan atau profesi;

    8. Membatalkan penerimaan calon peserta didik baru yang melanggar aturan PPDB .

    Ombudsman RI

  • Hasil Pemantauan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

    Provinsi DKI Jakarta Tahun Ajaran 2017/2018

    I. Latar Belakang

    Untuk pelaksanaan PPDB 2017-2018, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan No. 17/2017. Permendikbud tersebut mengatur hampir keseluruhan aspek di

    dalam pelaksanaan PPDB, tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah

    Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan atau

    Bentuk Lain Yang Sederajat, mulai dari jumlah rombel hingga zonasi yag cukup rinci. Namun

    Pemerintaah DKI telah mengeluarkan aturan rinci tentang PPDB berupa Keputusan Kepala Dinas

    Pendidikan Prov. DKI Jakarta yang berubah-ubah hingga tiga kali dalam waktu berdekatan sehingga

    membingungkan calon peserta didik baru. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Prov. DKI itu sendiri

    dikeluarkan sebelum lahirnya Permendikbud tersebut dan tidak menyesuaikannya ketika

    Permendikbud No 17/2017 tersebut lagi. Hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi calon peserta

    didik baru baik tingkat SMP maupun SMA.

    II. Dasar Hukum Dasar hukum dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru tingkat pendidikan Sekolah

    Menegah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat ialah: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

    Tahun 2003 Nomor 78);

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41);

    3. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru

    pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,

    Sekolah Menengah Kejuruan atau Bentu lain yang sederajat;

    4. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 133 Tahun 2015 tentang Penerimaan Peserta Didik

    Baru;

    5. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru;

    6. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus DKI Jakarta Nomor 498 Tahun 2017

    tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nomor 373 Tahun 2017 tentang

    Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2017/2018.

    III. Temuan Dalam pemantuan Ombudsman RI terhadap pelaksanaan PPDB 2017/2018 di DKI Jakarta

    menemukan sbb.:

    1. Berdasarkan pemantauan di lapangan terkait penyelenggaran PPDB di Provinsi DKI Jakarta:

    a. Tidak efektifnya pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat terkait Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta mengenai petunjuk teknis PPDB yang berubah hingga 3 (tiga) kali, mengakibatkan peserta didik baru tidak mendapatkan kepastian dan keadilan untuk mendaftar;

    b. Tidak kompetennya Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta dalam mengeluarkan Surat Keputusan terkait PPDB tahun 2017 yang terjadi hingga 3 (tiga) kali perubahan dalam

  • waktu berdekatan sehingga tidak efektif dalam pelaksanaannya. Tiga perubahan tersebut adalah: 1) Keputusan No. 373 Tahun 2017 diterbitkan tanggal 21 Maret 2017. 2) Keputusan No. 498 Tahun 2017 diterbitkan tanggal 28 April 2017 (Perubahan Pertama). 3) Keputusan No. 604 Tahun 2017 diterbitkan tanggal 29 Mei 2017 (Perubahan Kedua). 4) Keputusan No. 680 Tahun 2017 diterbitkan tanggal 16 Juni 2017 (Perubahan Ketiga).

    c. Tidak kompetennya Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta dalam mengeluarkan keputusan terkait PPDB yang tidak sesuai dengan regulasi diatasnya, yakni Permendikbud 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain Yang Sederajat. Hal itu mengakibatkan hak calon peserta didik baru dilanggar hak-haknya dan diduga menyebabkan terjadinya manipulasi data peserta didik yang diterima;

    d. Tidak adanya pengaturan secara jelas dalam keputusan Kepala Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta terkait peralihan kuota inklusi dan prestasi ke kuota umum yang mengakibatkan ketidapastian bagi calon peserta untuk mendaftar;

    e. Tidak terfasilitasinya calon peserta didik yang memiliki prestasi di bidang olahraga karena tidak tersedianya guru dan atau tenaga pendidik sehingga calon peserta didik tidak diterima oleh pihak sekolah mengakibatkan terlantarnya calon peserta didik yang memiliki potensi untuk mendapatkan bangku pendidikan yang layak;

    f. Tidak efektifnya mekanisme penanganan pengaduan masyarakat dalam merespon laporan masyarakat terkait PPDB di Jakarta mengakibatkan pelayanan ketidakpastian layanan dalam memberikan respon terkait aduan dari orangtua calon peserta didik.

    g. Tidak efektifyna tim verifikator dalam meeriksa dokumen persyaratan calon peserta didik kuota inklusi dan prestasi dengan dokumen yang sesuai aturan.

    2. Berdasarkan telaah Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta:

    a. Aturan mengenai jumlah peserta didik tiap kelas (rombongan belajar) dalam Keputusan No.

    373 Tahun 2017 tidak sesuai dengan aturan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan No. 17 Tahun 2017;

    b. Perubahan jadwal pelaksanaan yang diatur dalam Petunjuk Teknis PPDB Tahun Pelajaran

    2017/2018 yang berubah sebanyak 3 (tiga) kali, yakni Keputusan No. 498 Tahun 2017

    diterbitkan tanggal 28 April 2017, Keputusan No. 604 Tahun 2017 dan Keputusan No. 680

    Tahun 2017 diterbitkan tanggal 16 Juni 2017 berdampak pada terganggunya kesiapan calon

    peserta didik baru untuk mendaftar;

    c. Tidak adanya keterangan ataupun penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan dalam

    Keputusan No. 604 Tahun 2017 pada poin 6c tentang jalur prestasi lainnya yang memiliki

    kuota maksimum sebanyak 25% dari prosentase 5% dalam PPDB Jalur Prestasi.

    IV. Analisa

    1. Berdasarkan pemantauan di lapangan terkait penyelenggaran PPDB di Provinsi DKI Jakarta, yang dilakukan oleh Ombudsman RI yaitu: a. Minimnya sosialisasi Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta terkait Petunjuk Teknis

    Penerimaan Peserta Didik Baru mengingkari asas keterjangkauan dan kemudahan bagi

    masyarakat dalam mengakses dan memperoleh informasi terkait hal tersebut. Hal ini

    menunjukkan bahwa penyelenggara tidak memberikan pelayanan yang baik di bidang

    pendidikan sebagaimana asas penyelenggaraan pelayanan publik dalam undang-Undang

    Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

  • b. Perubahan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta hingga 3 (tiga) kali

    terkait Penerimaan Peserta Didik Baru mengakibatkan bahwa Dinas Pendidikan lalai dalam

    memberikan kepastian hukum dan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan Undang-

    Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

    c. Tidak adanya pengaturan yang jelas terkait peralihan kuota inklusi dan prestasi ke kuota

    umum berimplikasi pada ketidakpastian informasi penerimaan calon peserta didik dalam

    pelaksanaan PPDB. Selain itu, hal ini turut berpotensi mengakibatkan adanya tindakan kolusi

    dan nepotisme dalam proses pemberian pelayanan di sektor pendidikan kepada masyarakat;

    d. Gubernur DKI Jakarta bersama Dinas Pendidikan DKI Jakarta melakukan pengabaian hukum

    dalam mengakomodasi aturan terkait PPDB dengan merujuk pada Peraturan Menteri

    Pendidikan Nomor 17 Tahun 2017 terbit pada tanggal 5 Mei 2017. Hal ini melihat dari

    Peraturan Gubernur DKI Jakarta dalam mengatur terkait PPDB dengan berdasar pada

    Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 133 Tahun 2015 tentang PPDB dan Keputusan

    Kepala Dinas Pendidikan terkait Petunjuk Teknis PPDB yang terjadi tiga kali perubahan.

    Dengan demikian, terjadi penyimpangan aturan petunjuk teknis pelaksanaan PPDB yang

    memberikan dampak psikologis dan merugikan bagi orang tua serta peserta didik untuk

    mengakses pelayanan PPDB dengan baik karena terjadi perubahan petunjuk teknis yang

    relatif singkat sehingga peserta PPDB tidak siap mengantisipasi perubahan petunjuk teknis

    yang dimaksud;

    e. Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta telah menyediakan mekanisme penanganan

    pengaduan melalui berbagai sarana prasarana yang tersedia. Namun, dalam kenyataannya

    belum berjalan secara maksimal, terbukti masih terdapat laporan pengaduan masyarakat

    yang disampaikan kepada Ombudsman RI;

    2. Berdasarkan telaah Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta a. Terdapatnya ketidaksesuaian Petunjuk teknis PPDB di Provinsi DKI Jakarta dengan Peraturan

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 17 Tahun 2017 terkait jumlah rombongan

    belajar. Hal ini dikarenakan petunjuk teknis PPDB diterbitkan terlebih dahulu pada bulan

    Maret 2017 disertai perubahannya, sedangkan Permendikbud No. 17 Tahun 2017 diterbitkan

    pada bulan Mei 2017.

    Berikut tabel daya tampung berdasarkan Keputusan Kepala Dinas tentang Petunjuk Teknis

    PPDB dan Permendikbud No. 17 Tahun 2017 tentang PPDB:

    Jenjang Pendidikan Kepdis No. 373/2017 Permendikbud No. 17/2017

    TK Maks 20 peserta -

    SD Maks 32 peserta Min 20 peserta dan Maks 28 peserta

    SMP Maks 36 peserta Min 20 peserta dan Maks 32 peserta

    SMA Maks 36 peserta Min 20 peserta dan Maks 36 peserta

    SMK Maks 36 peserta Min 15 peserta dan Maks 36 peserta

    TKLB Maks 5 peserta -

    SDLB Maks 5 peserta Maks 5 peserta

    SMPLB Maks 8 peserta Maks 8 peserta

    SMALB Maks 8 peserta Maks 8 peserta

    Pendidikan Inklusif Maks 2 peserta -

  • b. Adanya perubahan jadwal pelaksanaan yang diatur dalam Petunjuk Teknis PPDB Tahun

    Pelajaran 2017/2018 yang berubah sebanyak 3 (tiga) kali, yakni Keputusan No. 498 Tahun

    2017 diterbitkan tanggal 28 April 2017, Keputusan No. 604 Tahun 2017 dan Keputusan No.

    680 Tahun 2017 diterbitkan tanggal 16 Juni 2017 berdampak pada terganggunya kesiapan

    calon peserta didik baru untuk mendaftar.Bentuk perubahan jadwal sebagaimana termuat

    berikut:

    Perbedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Jalur Umum Sekolah Dasar

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 15 – 17 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    15 – 17 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017

    3. Proses Seleksi 15 – 17 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017 5 – 7 Juni 2017

    4. Pengumuman 17 Juni 2017 7 Juni 2017 7 Juni 2017

    5. Lapor Diri 19 – 20 Juni 2017 8 – 9 Jun 2017 8 – 9 Jun 2017

    Pebedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Jalur Lokal Sekolah Dasar

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 21 - 23 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    21 - 23 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017

    3. Proses Seleksi 21 - 23 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017 12 - 14 Juni 2017

    4. Pengumuman 23 Juni 2017 14 Juni 2017 14 Juni 2017

    5. Lapor Diri 3 - 4 Juli 2017 15 – 16 Jun 2017 15 – 16 Jun 2017

    6. Pengumuman Tempat Kosong

    4 Juli 2017 16 Juni 2017 16 Juni 2017

    Perbedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Tahap Ketiga Sekolah Dasar

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 5 – 6 Juli 2017 21 – 23 Juni 2017 20 – 22 Juni 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    5 – 6 Juli 2017 21 – 23 Juni 2017 20 – 22 Juni 2017

    3. Proses Seleksi 5 – 6 Juli 2017 21 – 23 Juni 2017 20 – 22 Juni 2017 4. Pengumuman 6 Juli 2017 23 Juni 2017 22 Juni 2017

    5. Lapor Diri 7 Juli 2017 3 - 4 Juli 2017 3 - 4 Juli 2017

    Perbedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Tahap Kedua Jalur Umum SMK

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 21 – 23 Juni 2017 21 - 22 Juni 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    21 – 23 Juni 2017 21 - 22 Juni 2017

    3. Proses Seleksi 21 – 23 Juni 2017 21 - 22 Juni 2017 4. Pengumuman 23 Juni 2017 22 Juni 2017

    5. Lapor Diri 3 - 4 Juli 2017 3 - 4 Juli 2017

    6. Pengumuman Tempat Kosong

    4 Juli 2017 4 Juli 2017

    Perbedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Tahap Kedua Jalur Lokal SMP dan SMA

  • No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 21-23 Juni 2017 21 – 23 Juni 2017 20 - 22 Juni 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    21-23 Juni 2017 21 – 23 Juni 2017 20 - 22 Juni 2017

    3. Proses Seleksi 21-23 Juni 2017 21 – 23 Juni 2017 20 - 22 Juni 2017 4. Pengumuman 23 Juni 2017 23 Juni 2017 22 Juni 2017

    5. Lapor Diri 3-4 Juli 2017 3 - 4 Juli 2017 3 - 4 Juli 2017

    6. Pengumuman Tempat Kosong

    4 Juli 2017 4 Juli 2017 4 Juli 2017

    Perbedaan Jadwal Pelaksanaan PPDB Tahap Ketiga Jalur Lokal SMP, SMA, dan SMK

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 373 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 498 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 604 Tahun 2017

    Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 5 - 6 Juli 2017 5 - 6 Juli 2017

    2. Verifikasi Berkas Persyaratan

    5 - 6 Juli 2017 5 - 6 Juli 2017

    3. Proses Seleksi 5 - 6 Juli 2017 5 - 6 Juli 2017

    4. Pengumuman 6 Juli 2017 6 Juli 2017

    5. Lapor Diri 7 Juli 2017 7 Juli 2017

    Jadwal Pelaksanaan PPDB Tahap Ketiga Jalur Prestasi SMP, SMA, dan SMK

    No. Kegiatan Keputusan Nomor 604 Tahun 2017 Keputusan Nomor 680 Tahun 2017

    1. Pendaftaran 22 – 24 dan 26 Mei 2017 29 – 31 Mei dan 2 Juni 2017

    4. Pengumuman 2 Juni 2017

    5. Lapor Diri 5 Juli 2017

    c. Tidak adanya keterangan ataupun penjelasan lebih lanjut tentang jalur prestasi lainnya yang

    memiliki kuota maksimum sebanyak 25% dari prosentase 5% dalam PPDB Jalur Prestasi yang

    termuat dalam Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta No. 604 Tahun 2017

    poin 6c. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan DKI

    Jakarta tekait PPDB Jalur Prestasi tidak berdasarkan asas objektif, akuntabel, transparan,

    tanpa diskriminasi, berkeadilan, dan memperhatikan terhadap kemampuan peserta didik

    seperti yang tertera dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 17

    Tahun 2017.

    V. Saran Dengan temuan dan analisa di atas, Ombudsman RI memberikan saran kepada Pemerintah DKI

    sebagai berikut:

    1. Melakukan pembaharuan regulasi terkait PPDB baik Peraturan Gubernur dan Keputusan

    Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada ketentuan perundang-

    undangan di atasnya;

    2. Melakukan evaluasi dan perbaikan terkait perubahan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

    Provinsi DKI Jakarta tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru sebanyak 3

    (tiga) kali dalam waktu singkat yang merugikan peserta didik;

    3. Selain menambah rombongan belajar atau daya tampung dengan memperhatikan jumlah

    lulusan peserta didik tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) untuk memasuki tingkat

    pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Lulusan tingkat pendidikan Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) untuk memasuki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas

  • (SMA) sederajat. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan memberikan kemudahan

    kepada sekolah swasta untuk menampung dan menerima siswa yang tidak dapat diterima

    pada sekolah negeri walaupun berdasarkan Permendikbud No. 17 Tahun 2017 khususnya

    terkait zonasi mereka berhak bersekolah pada zonasi yang terjangkau dari tempat

    tinggalnya;

    4. Menyediakan guru atau tenaga pendidik bagi siswa yang memiliki prestasi non akademik di

    sekolah agar ketersediaan guru atau tenaga pendidik tersebut tercukupi sehingga dapat

    memberikan peluang untuk diterimanya calon peserta didik baru;

    5. Melakukan evaluasi dan perbaikan terkait pengalihan kuota prestasi dan inklusi ke kuota

    umum dengan parameter atau tolok ukur yang lebih jelas sehingga memberikan kemudahan

    kepada peserta didik untuk dapat mengakses PPDB jalur dimaksud sesuai persyaratan yang

    telah ditentukan;

    6. Melakukan evaluasi dan perbaikan terkait penanganan pengaduan dengan menyiapkan

    petugas khusus yang profesional untuk melayani unit pengaduan penyelenggaraan PPDB di

    Provinsi DKI Jakarta;

    7. Melakukan evaluasi dan perbaikan terkait pengawasan yang dilakukan Dinas Pendidikan

    Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan PPDB Tahun 2017;

    8. Melakukan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan sosialisasi terkait aturan agar tidak tejadi

    perubahan yang berulang-ulang dalam waktu yang berdekatan;

    9. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap data peserta yang lulus maupun yang tidak lulus di

    tingkat pendidikan SMP dan SMA sederajat di Provinsi DKI Jakarta akibat dampak adanya

    perubahan hingga 3 (tiga) kali Keputusan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sebagai

    bahan evaluasi dan perbaikan.

  • PERAN OMBUDSMAN RI SEBAGAI LEMBAGA NEGARA

    PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK DALAM MELAKUKAN

    PENCEGAHAN MALADMINISTRASI

    ( Study Implementasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

    di Ombudsman RI )

    Hasil Wawancara Peneliti

    Pewawancara Responden

    Sebelumnya sudah diskusi tentang topik yang

    peneliti angkat dengan bang James, bang

    James merupakan salah satu anggota

    Ombudsman RI yang menjadi koordinasi di

    Tim 7. Dimana persoalan pendidikan (PPDB)

    di tindak anjuti oleh tim 7 bidang sosial dan

    budaya( 14 Februari 2018)

    Mengapa Ombudsman dapat melakukan

    pemantauan PPDB ?

    Mengapa ombudsman dapat

    melakukan pemantauan dalam PPDB“secara

    umumnya Ombudsman melakukan

    pencegahan maladministrasi pada saat

    pelaksanaan PPDB itu, kenapa kita

    melakukan itu karena itu tadi, kita

    memperhatikan maksud dan tujuan dari

    Undang-Undang Ombudsman.

    Pengertian dari maladminitrasi kita

    sebagai peneliti pasti melakukan sebuah

    hipotesa dugaan dugaan awal kita, dugaan

    maladministrasi dalam pelaksanaan PPDB,

    maladministrasinya maladministrasi yang

    seperti apa gitu? Maladministrasi itu terbagi

    bagi, maladministrasi dalam segi pengertian

    undang-undang ada penyalahgunaan

    kewenangan dalam hal pelaksanaan

  • pelayanan publik. Dan disisi lain

    maladministrasi dari PO, kalau kamu buka di

    website itu ada PO26 tahun 2016 itu ada

    kategori dalam maladministrasi.

    Lalu bagaimana kinerja atau cara pencegahan

    maladministrasi yang dilakukan

    Ombudsman?

    Kita akan melihat posisi pencegahan kita,

    kita akan mengambil peranan bagaimana

    supaya mencegah tidak terjadinya

    maladministrasi dalam penyelenggara PPDB

    ini. Lalu yang ke 2 dari sisi ini kita akan

    menelaah peraturan- peraturan lain yang

    mengatur tentang PPDB ini, nah? setelah kita

    baca, kita telaah, kita analisis, kita menduga

    itu tadi, ada dugaan awal kita ini akan

    menjadi peluang maladministrasi dan kita

    mencari dasar hukumnya. Misalnya dalam

    aturan itu adalah tentang batasan kuota, kuota

    yang diterimanya setiap sekolah, baik daerah

    ataupun di kota itu. Nah, disamping itu juga

    eeee ada penilaian-penilaian yang dipakai

    dalam PO itu untuk melakukan PPDB itu

    misalnya jalur prestasi, eeee itu yang kami

    pikir perlu eeeee agak terjadi kecurangannya,

    kita akan menduga ada kecurangan itu, itu

    adalah dugaan awal kita, ini akan terjadi

    dalam hal maladministrasi kecurangan kuota

    siswa, nah kita berangkat dari situ, kalau

    berbicara dari latar belakang.

    Objek permasalahanya adalah terkait

    dengan PPDB ini nih,eegghhem. Nah objek

    kita adalah PPDB, eee sory kita ulang,

    kenapa muncul Ombudsman dalam hal

  • PPDB ini, pertma kita berbicara dari hal

    maladministrasi itu, ke 2 kita sudah menduga

    nih, ada dugaan kita peraturan yang terkait

    mengatur tentang PPDB ini ada terjadi

    permasalahan dalam sisi regulasinya. Dan

    begitu juga dengan ketika peraturan ini

    mengatur tentang PPDB, peraturan ini

    diimplementasikan atau dilaksanakan tidak

    tepat, tidak sesuai dengan peraturan yang di

    atur. Sehingga kita mengatakan adalah ada

    peraturan yang mengatur tentang PPDB yang

    bermasalah dari segi sisi regulasinya ada dari

    sisi pelaksanaan peraturan ini yang berjalan

    tidak efektif. Sehingga ini yang kita katakan

    terjadi maladministrasi dalam hal

    penyelenggaraan PPDB, dugaan awal kita.

    Naah eeehhmm, kenapa kita bisa langsung

    mengatakan ada peraturan yang terkait

    bermasalah, dalam hal pelaksanaan ini juga

    eee berjalan tidak baik. Kalau bisa

    pelaksanaan, kalau bisa kita sudah diskusi

    untuk pemantauan ini untuk di lapangan, tapi

    pada saat pra, pra pelaksanaan kita khususnya

    disini, posisi analisis menganalisa tentang

    peraturan peraturan PPDB ini, apa dengan

    peraturan ini eggghhhheem yang mengatur

    tentang PPDB terjadi maladministrasi di luar

    dugaan kita, naah di dalam permendikbud

    2017 itu ada peraturan tertentu eee yang

    mengatur secara teknis bagaimana

    pelaksanaan PPDB yang di duga duga akan

    terjadinya maladministrasi.. naaaah sebelum

    kita lebih dalam lagi tentang permendikbud

  • ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu

    tentang apa sih maladministrasi itu, naaah

    maladministrasi itu kan ada eeeggghhhh ada

    berbagai macam: ada sisi penyalahgunaan

    kewenanganya, ada dari sisi prosedurnya, ada

    dari sisi tidak kompetenya (kopetensi dari

    petugas itu), dan ada dari sisi penundaan

    berlarut. Naaah ketika kita sudah terbiasa

    nihh dan mencari bagian poin-poin penting

    yang kita pakai untuk melihat apakah tejadi

    maladministrasi atau tidak pada saat

    pelaksanaan PPDB.

    Bagaimana peran Ombudsman dalam

    pelaksanaan PPDB ini ?

    Berbicara Peran kita melihat dari segi

    ini tadi aturan –aturan permendikbud ini,

    permendikbud yang mengatur tentang tata

    cara pelaksanaan PPDB, tapi kita juga tidak

    berhenti sampai sini, kita cari tahu apasih

    dasarnya sih sehingga si permendikbud itu

    bisa muncul. Eeeehhheeemmm apakah ada

    korelasi, misalnya kemendikbud pasti dia ada

    Undang-undangnya, dari segi melihat hirarki

    perundang-undangan ada peraturan yang

    mengatur tentang lembaganya, dia akan

    mengacu pada undang-undangnya. Dan disini

    kita berbicara pra, pertama jadi di pra

    pelaksanaan itu kita dilihat dari segi analisa

    terkait yang melihat terjadi dugaan

    maladministrasi ke 2 sebagai maksud dan

    tujuan kita Ombudsman adalah untuk

    melakukan pencegahan itu dan ke 3

    berdasarkan laporan yang masuk ke kita

    tahun lalu gitu, jadi latar belakangnya adalah

    adanya laporan masyarakat yang masuk ke

  • Ombudsman terkait adanya dugaan

    maladministrasi dalam PPDB yang ke 2

    adalah sebagai maksud dan tujuan

    Ombudsman untuk melakukan pencegahan

    maladministrasi peraturan PPDB. yang ke 3

    menganalisa aturan terkait PPDB yang di

    duga terjadinya maladministrasi.

    Berarti setelah Ombudsman mengetahui pra

    dan lain sebagainya, saat adanya

    pelaksanaan, Ombudsman akan langsung

    memantau ?

    Iya jadi dia namanya pra pelaksanaan

    atau perencanaan awal. Di perencanaan awal

    ini dilakukannya analisa, dan pasti kita akan

    membuat sebuah TOR (Term Of Reference)

    dulu, TOR yang menjadi dasar pemantauan

    itu, dan selanjutnya masuk ke pelaksanaanya

    di lapangan yaitu pemantauan. Naah baru kita

    evaluasi atau buat laporan, ini sudah

    berbicara hasil.

    Okee,, mas gini dari pra pelaksanaan apakah

    langsung masuk ke tim yang bersangkutan

    dengan PPDB atau apakah masuk ke tim

    PVL dulu ?

    Jadi gini berarti kita berbicara pada

    sisi sitem pelaksanaan tugas dari

    Ombudsman, Ombudsman itu berarti harus

    menjelaskan dulu kelembagaan Obudsman

    disini. Ombudsman itu dibagi menjadi 9

    pimpinan, 9 pimpinan ini baru di bagi bagi.

    Seperti tim 1. Adalah penegakan hukum ,

    tim 2 yaitu seperti keadilan, pajak. Tim 3

    bidang perijinan, nahhhhh kita berada di tim

    7 bidang sosial dan kebudayaan, dan

    memfokuskan diwilayah pendidkan. Jadi kita

    sebagai sususnan tim ini di Ombudsman kita

    mempunyai suatu kebiasaaan yaitu kita tidak

    hanya menerima laporan tetapi melakukan

    pencegahan maladministrasinya. Tim 7

    melakukan inisiatif dan melakukan

    pencegahan maladministrasi pada

  • pelaksanaan PPDB itu. Apakah ketika

    melakukan pemantauan PPDB ini

    berdasarkan laporan masyarakat ? iya bener ,

    tetapi tidak hanya dari laporan masyarakat ini

    kita melakukan pemantauan PPDB seluruh

    Indonesia, tetapi kita mengambil peranan kita

    didalam Undang-Undang Ombudsman yaitu

    melakukan pencegahan maladministrasi

    sebagai bentuk pencegahan ini dan melihat

    laporan yang banyak itu tentang PPDB.

    Setelah mengetahui adanya maladministrasi,

    apakah anggota Ombudsman masuk kedalam

    peran masyarakat atau masyarakat

    mendatangi kantor Ombudsman untuk

    melapor?

    Yuuup itu berkaitan dengan ini,

    apakah Ombudsman itu yang akan masuk ke

    lapangan itu tanpa dasar dari laporan

    masyarakat atau masyarakat melaporkan ke

    Ombudsman dulu baru Ombudsman turun ke

    lapangan.

    Apakah masyarakat bercerita terlebih dahulu Nahhh itu dia, yang pertama

    berdasarkan laporan masyarakat yang masuk

    ke Ombudsman dan kita trending ternyata

    eeee ternyata laporan PPDB sangat banyak

    gitu, dan kita memandang itu sangat sensitif.

    Yang ke2 karena itu merupakan isu strategis,

    isu strategis karena pendidikan merupakan

    pelayanan dasar yang merupakan hak dasar

    yang harus di terima setiap warga Indonesia

    untuk mendapatkan pendidikan, sebagaiman

    dalam pasal Undang-Undang Dasar setiap

    orang harus menerima pendidikan yang

    layak. Laaa untuk mendapatkan pendidikan

    yang layak kan mengalami proses PPDB ini

    ni. Laaa disamping itu juga kita melihat

  • menduga-duga dulu nih dari aturan terkai

    yang mengatur tentang PPDB ini ada enggak

    dugagaan-dugaan yang terjadi

    maladministrasi ini. Naah itu yang berada

    diposisi kita, perencanaan awal kenapa kita

    melakukan pemantauan.

    Laaa makanya dari beberapa yang

    tadi disebutkan seperti laporan masyarakat,

    isu strategis, PPDB merupakan pelayanan

    dasar, diduga menjadi nya maladministrasi.

    Maka kita melakukan itu tadi tu, Pasal 7

    Ombudsman melakukan Investigasi atas

    prakarsa sendiri, yang dilakukan oleh tim 7

    yang merupakan tanggung jawab dibidang

    pendidikan.

    Apakah ada jangka waktu yang di tetapkan

    oleh Ombudsman, dalam pra pelaksanaan,

    pemantaua sampai keluarnya rekomendasi ?

    Biasanya kan PPDB berlangsung

    setelah UN dilaksanakan, kita sudah

    melakukan persiapan. Naah kita belom

    melakukan tanggalnya secara pasti. Kita

    sudah merencanakan dari awal ketika UN itu

    sudah selesai kita sudah berada di pra nya.

    Pada sisi waktu kan itu tergantung

    pemerintah, kapan pemerintah akan

    melaksanakan UN.

    Apakah dalam pelaksanaan pemantauan

    Ombudsman harus menyurati atau

    melaporkan ke pihak terkait seperti

    Kemedagri dan Kemendikbud ?

    Ohh enggak, kita menggunakan itu

    tadi di pasal 7 ayat D yang dimana kita

    melakukan investigasi atas prakarsa kita

    sendiri, yang dimana ini adalah inisiatif kita

    sebagai bentuk kehadiran Omudsman untuk

    mencegah terjadinya maladministrasi. Naaah

    dimana pemantauan ini dilakukan oleh

    Ombudsman saja dan di 34 provinsi yang

    berada diseluruh Indonesia. Yang mana apa

  • Oke berarti tidak usah ya bang?

    tujuan kita adalah ketika kita menemukan

    adanya maladministrasi hasil nya yang akan

    kita berikan ke Kemendikbud untuk menjadi

    saran perbaikan, itu kedepannya agar supaya

    tidak terjadi hal serupa dilapangan. Jadi

    sebenarnya kalau dari segi lapangan, apakah

    kita izin dulu ke kemendikbud, karena

    Ombudsman adalah lembaga pengawas,

    pengawas kepada penyelenggara-

    penyelenggara itu.

    Jadi gini dek kalau ditanya apakah

    Ombudsman minta izin dulu ke pihak terkait,

    enggak, karena Ombudsman dalam UU

    adalah sebagai pengawas lembaga negara,

    ke2. Dilakukan atas investigasi sendiri, atas

    prakarsa sendiri dan inisiatif Ombudsman

    untuk melakukan pemantauan ini.

    Untuk Ombudsman Pusat melakukan

    pemantauannya dimana aja ?

    Kalau jakarta di wilayah Jakarta

    Pusat, Jakarta Timur sama di Jakarta Barat

    dan Jakarta Selatan kecuali pulau seribu,

    Dalam waktu berapa lama ? Itu kita melakukan pemantauan, itu

    dari awal atau hanya pemantauannya?

    Dari awal sampai mengeluarkan hasil

    rekomendasi atau saran ?

    Kalau dari awal sampai akhir itu

    sekitar 3 bulan.

    Itu cara pemantauannya gimana bang? Kita kan tadi sudah berbicara tentang

    pra pelaksanaan awal itu adalah analisis

    pertauran Kemendikbud tentang teknis

    bagaimana proses PPDB. ketik tiba pada

    pelaksanaan dilapangan pemantauan yang

    dilakukan Ombudsman pusat dan perwakilan,

    kita membuat indikator apa yang harus

    diperhatikan pada saat pemantauan itu,

    naaah indikator itu kita turunkan dari hal-hal

  • teknis yang ada di permendikbud ini. Naah

    kita hanya mengacu pada indikator itu. Kita

    menduga terjadinya pelaksanaan PPDB itu,

    PPDB itu akan melihat dari segi peraturan,

    pelaksanaan. Kita menduga akan terjadi

    maladministrasi pada pertaurannya, ada

    dugaan awal kita tadi di analisa tadi bahwa

    peraturan PPDB akan terjadi

    maladministrasi. Pada saat pelaksanaan

    aturan ini yang sudah dibuat tidak terlaksana

    dengan baik, atau tidak berjalan dengan baik.

    Pelaksanaan yang mengatur atau informasi

    tentang PPDB yang tidak baik, maka kita

    alan turunkan. Apa poin-poin penting yang

    harus diperhatikan oleh penyelenggra

    pelaksanaan PPDB, itu kan sudah ada di

    permendikbud itu tadi tu, kita turunkan

    indikator tadi untuk menjadi pegangan acuan

    oleh tim pemantau di lapangan untuk melihat

    pada saat pelaksanaan PPDB itu, apakah

    sudah sesuai atau tidak. Seperti contoh

    bahwa tingkat kuota SMA adalah 4 rombel

    misalnya, 1 rombel ada 30 siswa misalnya itu

    ketemu indikatornya tingkat rombel di SMA ,

    tapi ternyata pada saat tim pemnatau

    menemukan saat melakukan wawancara di

    sekolah kepada kepala sekolah “pak / bu

    kalian melakukan atau merekrud dalam

    PPDB berapa siswa untuk berapa rombel,

    saaat mereka jawab 5 rombel, kita jawab

    kenapa 5 rombel di peraturan ada 4 rombel.

    Nah berapa siswa perombel misalnya di

    jawab 40 siswa” berarti hal tersebut

  • merupakan melanggar peraturan, laa hal itu

    sudah berbicara pada pelaksanaan PPDB itu.

    Indikator itu lakukan untuk pegangan.

    Dalam PPDB ada peraturan tentang SKTM,

    saat ada manipulasi surat SKTM, apakah RT/

    RW akan terkait/

    Itu pasti, tapi kan gini, ada kategori

    kategori orang tidak mampu, orang

    berprestasi, jakar rumah dengan sekolah,

    penilaian ini di gunakan untuk menjadi syarat

    seseorang masuk ke sekolah tersebut. Kita

    melakukan pengecekan untuk di wilayah ini

    sekolah ini ada berapa banyak yang tidak

    mampu, ada berapa banyak siswa yang

    berprestasi. Dengan cara apa kita membuat

    itu ya dengan indikator yang sudah di buat.

    Indikator itu sama seperti pertanyaan.

    Sebelum melaksanakan pemantauan pihak

    sekolah sudah berkordinasi belum kepada

    RT/RW atau kecamatan, berapa siswa yang

    tidak mampu ini, dan untuk prestasi kita

    melihat dari pendidikan sebelumnya. Dan

    berapa siswa yang dekat di sekolahnya.

    Salah satu saran Ombudsman itu apa ? Sistem zonasi merupakan salah 1

    saran Ombudsman karena dalam

    Permendikbud sistem zonasi belum jelas di

    atur, karena setiap daerah itu berbeda-beda

    mengalami tentang zonasi. Sedangkan

    permendikbud tidak menjelaskan zonasi yang

    seperti apa ? itu yang menjadi masalah di

    aturan ini ni, padahal kita menduga dari awal

    bahwa ada masalah ni di peraturan ini,

    ternyata menguatkan pada saat pelaksanaan

    terjadinya maladministrasi.

    Bagaiman proses selanjutnya setelah

    melakukan pemantauan?

    Saat kita sudah melakukan

    pemantauan data-data yang didapatkan kita

  • melakukan pengumpulan data yang sudah di

    lakukan oleh 34 Ombudsman. Dari data

    pemantauan yang sudah dilakukan kita akan

    susun menjadi sebuah laporan, dan laporn

    tersebut akan menjadi sebuah saran untuk

    kemendikbud bahwa kita menemukan

    terjadinya maladministrasi ini dan kita

    memberikna saran perbaikan.

    Sebelum masuk ke Kemendikbud

    setelah data kita olah dan mengeluarkan

    berupa rekomendasi atau saran , hal itu akan

    dirapatkan namanya rapat pleno, rapat pleno

    itu adalah suatu sikap atau keputusan yang

    akan di ambil ketika kita akan mengeluarkan

    suatu prodak atau hasil investigasidalam

    pantauan yang dilakukan oleh tim.

    No. Pewawancara Responden

    1. Denischa Lukman Dicky Sanjaya, 29 tahun

    Apakah anda tahu tentang sistem

    zonasi di dalam PPDB, yang

    baru di lakukan dalam 2 tahun

    ini ?

    Iya tau.

    Lalu apakah anda setuju dengan

    adanya sistem zonasi ?

    Sangat setuju

    Alasanya andan menyetujui ? Supaya tidak adanya kesenjangan dan deskriminasi

    dalam tiap sekolah saat penerimaan siswa baru

    Apakah anda tahu tentang

    Ombudsman RI

    Tahu, setau saya Ombudsman itu kan lembaga

    negara yang mandiri dan fungsinya memantau

    serta merespon keluhan publik lalu mencari

    solusinya.

    Lalu bagaimana menurut mz Berperan sangat penting ca dalam kontribusi untuk

  • anda peran Ombudsman dalam

    mengawasi pelaksanaan PPDB

    itu ?

    negara Indonesia khususnya dibidang pendidikan

    yang saat ini sedang mengadakan program zonasi

    itu akan mempengaruhi terhadap pemerataan

    pendidikan.

    2. Denischa Pak. Andreas Agus Yasmanto

    Apakah bapak tahu bagaimana

    sistem zonasi yang sekarang ini

    di implementasikan di dalam

    PPDB ?

    Zonasi itu pengaturan penerimaan siswa murid

    sekolah, harus ada di wilayah itu, harus ada

    domisili orang tua nya itu. Misalnya di kabupaten

    yaudah dia harus sekolah di kabupaten itu tidak

    boleh di kabupaten lain atau tidak berada

    diwilayhnya dia sendiri.

    Menurut bapak bagaimana

    dampak zonasi itu bagi

    masyarakat ?

    Dampaknya kelebihan e itu tidak ada sekolah

    favorit yang dituju, dan adanya pemerataan siswa.

    Jadi guru itu dapat mendidik anak pinter, anak

    bodoh di daerahnya.

    Kekurangannya tidak bisa memilih, jadi nim

    berapa pun bisa diterima, la kalau kekurangan

    murid, ya harus di terima karena memang adanya

    segitu siswa dalam wilayah itu.

    Apakah anda tahu lembaga

    Ombudsman ?

    Tahu, lembaga pengawas pelayanan publik kan ya

    Menurut bapak sendiri

    bagaimana peran Ombudsman

    dalam pengawasn pelaksanaan

    PPDB ?

    Iya berperan penting juga karena itu kan dapat

    menjadikan suatu acuan untuk perbaikan aturan ke

    depannya, agar masyarakat dapat menemrima

    pelayanan publik yang lebih baik, dan biar

    pemerintah tahu apa yang terjadi di masyarakat

    permasalahan-permasalahan yang muncul itu

    seperti apa.

    3. Denischa Yudha Manggala

    Apakah mas yudha tahu sistem

    zonasi yang diberlakukan di

    PPDB sekarang ini ?

    Iya tau

    Lalu dengan adanya sistem Ada baiknya, ada buruknya. Kalau baiknya

  • zonasi itu menurut mas yudha

    sendiri bagaimana, anda sebagai

    guru

    penyebaran siswa yang pintar tidak lagi di sekolah

    favorit, tetapi lebih merata ke semua sekolah,

    dampaknya sekolah yang dulu tidak difavoritkan

    harus berupaya meningkatkan kualitas sekolahnya.

    Buruknya, siswa yang memiliki nilai rendah

    kesusahan mencari sekolah, karena sekolah

    mengambil terlebih dahulu siswa yang nilainya

    baik. Itu aja

    Oke terimakasih mas atas

    jawabanya.PPDB itu kan

    merupkan salah satu pelayanan

    publik dalam bidang pendidikan,

    apakah anda tahu tentang

    Ombudsman sebagai lembaga

    pengawas pelayanan publik,

    disini Ombudsman mengawasi

    pelaksanaan PPDB, menurut

    anda sendiri peran Ombudsman

    dalam pemantauan PPDB ini

    bagaimana?

    Iya tau. Peran nya Ombudsman juga disini di

    perlukan masyarakat sendiri dan sangat membantu

    masyarakat dalam perbaikan pelayanan publik,

    hanya saja belum meratanya kinerja Ombudsman

    di beberapa daerah.

  • Gambar 1 proses analisis haasil pengawasan dan

    proses wawancara.

    Gambar 2 proses mediasi hasil pengawasan PPDB.

    .

    Gambar 3 serah terima hasil pengawasan Ombudsman RI

    ke Kemendikbud.