peran lembaga ombudsman perwakilan provinsi …
TRANSCRIPT
PERAN LEMBAGA OMBUDSMAN PERWAKILAN PROVINSI
JAMBI DALAM MENYELESAIKAN LAPORAN KASUS MAL
ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK MASYARAKAT
PROVINSI JAMBI TAHUN 2018
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Hukum Tata Negara
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
PANUT SAPARUDIN
SPI.152167
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Sayuti Una, S.Ag., MH
Drs. Asri Neldi
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
PERNYATAAN KEASLIAN
MOTTO
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah. (QS. Al-Anbiyaa’: 73)1
1Al-Anbiyaa’ (21): 73
PERSEMBAHAN
Alhamdulilllah….
Kupanjatkan rasa syukurku kehadirat-MU ya Allah
Berkat ridho-MU aku telah berhasil wisuda
Kupersembahkan semua ini sebagai tanda cinta
Dan baktiku atas segala curahan kasih sayang
Serta doa yang kuterima dari ibunda (Wasri’ah) dan ayahanda (Kamid)
Serta adikku (Lila Riski Amalia) dan kepada yang tercinta (Indri Afriyanti)
Terima kasih….
Ya Allah…..
Diriku berserah semua atas kehendak-MU
Diriku ingin berguna dalam hidup
Semoga hidayah dan rahmat-MU selalu menyertaiku
Aku berharap masa depanku akan lebih baik
Dengan membaca bismillahirrohmaanirrohim
Aku akan meneruskan langkahku menuju masa depan yang lebih cerah
Amin……….
ABSTRAK
Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi yang mengalami banyaknya terjadi
Kasus maladministrasi dalam bidang Pelayanan publik pada tahun 2017 dan 2018
yang diterima dari data laporan Ombudsman Provinsi Jambi . Lembaga
Ombudsman Republik Indonesia adalah sebuah lembaga Pengawas Eksternal
dalam bidang pelayanan publik yang dibentuk dengan tujuan menyelesaikan kasus
maladministrasi pelayanan publik. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan
mengetahui bagaimana sebenarnya Peran Lembaga Ombudsman Perwakilan
Provinsi Jambi dalam menyelesaikan laporan kasus maladministrasi Pelayanan
Publik Masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian mengenai Peran Lembaga Ombudsman Perwakilan
Provinsi Jambi dalam menyelesaikan laporan kasus maladministrasi pelayanan
publik masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018 dapat dilihat melalui lima indikator.
Berdasarkan indikator tersebut menunjukan bahwa peran lembaga Ombudsman
Perwakilan Provinsi Jambi pada tahun 2018 sudah berjalan Maksimal. This is
because of the five indicators measured, everything has been running optimally,
but it is necessary to add sufficient but it is necessary to add sufficient Human
Resources and Infrastructure to the Tangible Point Indicator. Rekomendasi yang
peneliti berikan yaitu Ombudsman harus melakukan penambahan sumber daya
manusia dan penambahan sarana dan prasarana penunjang asisten ombudsman.
Kata Kunci : Peran, Pelayanan Publik
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahnya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam
dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan.Skripsi ini diberi judul
”Peran Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi Dalam
Menyelesaikan Laporan Kasus Mal Administrasi Pelayanan Publik
Masyarakat Provinsi Jambi Tahun 2018”merupakan suatu kajian terhadap
Komunikasi Kepemimpinan yang diperuntukkan untuk komunikasi
kepemimpinan terhadapsebagai abdi masyarakat. Dan inilah yang diketengahkan
dalam skripsi ini.Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah
kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi
ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku Wakil Rektor I
BidangAkademikdanPengembanganPendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.
Pdselaku Wakil Rektor II BidangAdministrasiUmum,
PerencanaandanKeuangan, danIbuDr. Hj. Fadillah, M. Pd, selaku Wakil
Rektor III BidangKemahasiswaandanKerjasama UIN Sultan
ThahaSaifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, M. HI., Ph. D, selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik, Ibu Dr. RahmiHidayati, S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan II,
Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Ibu Dr. Yuliatin,
S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Bapak Abdul Razak, S.HI.,M.IS dan Ibu Ulya Fuhaidah,S. Hum., MSI
selaku Ketua Jurusan dan Pembimbing Skripsi II dan Sekretaris Jurusan
Hukum Tata Negara Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., MH selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
Asri neldi selakuPembimbing II Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
9. Sahabat-sahabatku jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2015.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN…………………..………………………….ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATAPENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Batasan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 5
E. Kerangka Teori .................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 17
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitan ............................................... 20
B. Pendekatan Penelitian .......................................................... 20
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 22
D. Unit Analisis ........................................................................ 23
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 24
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 27
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 29
H. JadwalPenelitian .................................................................. 30
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kabupaten Muaro Jambi ............................ 30
B. Demografi ............................................................................ 33
C. Visi dan Misi Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura
Kabupaten Muaro Jambi ...................................................... 35
D. Sarana dan Prasarana Dinas Tanaman Pangan Dan
Holtikultura Kabupaten Muaro Jambi .................................. 43
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kendala Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi
dalam meningkatkan mutu dan kualitas beras para petani
di Desa Rengas Bandung ..................................................... 46
B. Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi
dalam meningkatkan mutu dan kualitas beras para petani
di Desa Rengas Bandung .................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….…….64
B. Saran-Saran..............…...……………………............…….65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR SINGKATAN
SWT : SubhanahuWata’ala
SAW : ShallallahuAlaihiWasallam
STS : SulthanThahaSaifuddin
SDM : Sumber Daya Manusia
SDA : SumberDayaAlam
UIN : Universitas Islam Negeri
UU : Undang-Undang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan publik adalah hak dasar setiap warga negara, oleh karenanya
pusatperhatian terhadap kualitas pelayanan menjadi hal utama yang perlu
dipikirkandan ditingkatkan oleh aparatur publik dan Institusinya. Maka dari
itu sudahmenjadi kewajiban utama pemerintah daerah maupun pusat untuk
memberikansebuah pelayanan dan menjadi seorang pelayan publik untuk
masyarakatnya.Undang-undang Republik Indonesia No 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publicmenyatakan bahwa, pelayanan public adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa,dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik .
Menurut Duadji (2013:6) dalam “Arti sempit pelayanan publik adalah
suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada warga negara (masyarakat)
yang dilakukan oleh lembaga/badan pubik (pemerintah) sebagai pengejawantahan
tanggungjawab dan kewajiban negara kepada publik, baik yang diberikan
langsung maupun melalui mekanisme kemitraan dengan sektor privat dan atau
lembaga masyarakat berdasarkanjenis dan insentitas kebutuhan masyarakat serta
kemampuan masyarakat dan pasar”. Artinya sebagai penyelenggara pelayanan
1
publik pemerintahharus memberikan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
dari masyarakat. Begitupun sebaliknya masyarakat sebagai penerima pelayanan
publik harus terpenuhi kebutuhnnya danmerasakan pelayananyang diberikan
pemerintah. Pelayanan dalam hal ini yaitu berupa barang, jasa dan pelayanan
administratif.
Kemudian untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan memberikan
perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat dari pelaku penyelenggaraan
pelayanan negara yang tidak sesuai dengan kewajiban hukumnya, dengan
memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat yang dirugikan untuk
mengadu maka dibentuklah sebuah lembaga pengawas eksternal untuk menjadi
sebuah wadah penyerap aspirasi masyarakat terkait pelayanan publik yang
bernama Lembaga Ombudsman Nasional.Hal ini tertuang melalui Keputusan
Presiden Nomor 44 Tahun 2000.Lembaga Ombudsman Nasional bertujuan
membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam
memberantas berbagai praktek mal administrasisi serta meningkatkan
perlindungan hak masyarakat agar memperoleh pelayanan publik, keadilan, dan
kesejahteraan.Hal ini berarti Lembaga Ombudsman Nasional memiliki tugas dan
wewenang untuk mengawasi pelaksanaan pelayanan publik guna meningkatkan
kualitas pelayanan publik di Indonesia.Lembaga ombudsman berfungsi sebagai
wadah pengaduan bagi masyarakat jika terjadi masalah dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Tahun 2008, Ombudsman Nasional berubah menjadi
Ombudsman Republik Indonesia hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
fungsi,tugas dan wewenang Lembaga, hal ini tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia. Maka denganya adanya otonomi daerah yang luas keberadaan
pemerintah daerah untuk melayanai kebutuhan masyarakat semakin
penting.pemerintah daerah dituntut untuk mengaktualisasikan isi dari otonominya
agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. untuk mewujudkan good
governancepemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara efektif, efisien dan akuntabel sebagai konsekuensi atas
kewajiban masyarakat untuk membiayai pelayanan publik yang dituntut oleh
masyarakat.2
Maka dalam rangka memperlancar tugas pengawasan penyelenggara
negara didaerah maka dipandang perlu bahwa Ombudsman Republik Indonesia
membentuk perwakilan Ombudsman didaerah.Maka dari itu Ombudsman
Republik Indonesia membentuk perwakilan Ombudsman di setiap Daerah yaitu
salah satunya Provinsi Jambi. maka pada bulan Oktober 2012 dibentuklah
Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jambi yang
ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 37 tahun 2008 tepatnya pada pasal 5
ayat 2 tentang tata kerja Ombudsman daerah Provinsi Jambi. Ombudsman
Republik Indonesia menjalankan dua fungsi yaitu Penyelesaian laporan dan
pencegahan dengan tugas-tugas seperti melakukan pemeriksaan substansi atas
laporan, menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
Ombudsman, melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan mal-
2Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif
PelayananPublik.Mitra
administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, melakukan koordinasi dan
kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta
lembaga kemasyarakatan dan perseorangan, membangun jaringan kerja,
melakukan upaya pencegahan mal administrasisi dan penyelenggara pelayanan
publik, serta melakukan tugas lain yang diberikan undang-undang3. Yaitu sebagai
Berikut :
Tabel 1.1
Data Laporan Ombudsman Provinsi Jambi
Pada tahun 2017-2018
NO Substansi Laporan Jumlah laporan Jumlah laporan
2017 2018
1 Administrasi Kependudukan 4 65
2 Air Minum 4 1
3 Agraria - 3
4 Asurasnsi/Jaminan Sosial 12 3
5 Cukai dan Pajak 6 1
6 Energi (Sumber Daya Alam) 1 -
7 Imigrasi 2 1
3Kusdi, Dr. 2017. Teori organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
8 Informasi Publik 2 6
9 Infrastruktur - 8
10 Kejaksaan 4 -
11 Kelautan 1 -
12 Kepegawaian 4 16
13 Kepolisian 645 27
14 Kesehatan 86 7
15 Kesejahteraan social - 1
16 Ketenagakerjaan 1 5
17 Komisi/Lembaga Negara 1 3
18 Lingkungan Hidup - 1
19 Listrik 5 10
20 Pajak - 5
21 Pemukiman/Perumahan 1 2
22 Pendidikan 12 21
23 Peradilan 2 1
24 Perbankan 4 6
25 Perdagangan dan Industri 2 2
26 Perhubungan/Infrastruktur 18 4
27 Perijinan (PTSP) 4 3
28 Pertanahan 12 9
29 Pertanian 1 -
30 Telekomunikasi 1 1
31 Transportasi - 2
Jumlah 835 214
Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi tahun 2017-
2018
Bisa dilihat pada tabel 1 terlihat banyak sekali laporan kasus
maladmistrasipelayanan publik yang diterima oleh ombudsman. Pada tahun
2017 ada sekitar835 kasus yang diterima ombudsman sedangkan ditahun 2018
ada 214 kasus yang diterima. Artinya terlihat bahwa penyelenggara pelayanan
public di jambi.4
Kemudian berdasarkan data laporan Ombudsman berdasarkan hasil
tindak lanjutpenyelesaian dari banyaknya kasus yang diterima.Ada banyak
kasus juga yangdapat terselsaikan. Hal ini bisa dilihat pada tabel 2 yaitu :
Tabel 1.2 Laporan Ombudsman Provinsi Jambi
Berdasarkan Tindak Lanjut Tahun 2017-2018
No Aspek Jumlah % Jumlah %
2017 2018
4Moleong, J, Lexy.2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Refisi.
Bandung:Remaja Rosdakarya
1 Laporan ditutup 791 94,73% 169 80%
2 Laporan telah diselesaikan 3 0,36% - -
3 Menunggu Data 5 0,60% 6 3%
Tambahan/Lanjutan dari Pelapor
4 Menunggu Tanggapan Terlapor 13 1,56% 13 6%
5 Proses di Administrasi 7 0,84% 6 3%
6 Proses di Asisten (investigasi) 16 1,92% 17 8%
Jumlah 835 100% 211 100%
Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi tahun 2017-
2018
Berdasarkan daftar tabel 1, bisa dilihat dari tahun 2017 sampai tahun 2018
banyaksekali laporan kasus terkait masalah pelayanan publik yang ada di
ProvinsiJambi. jika kita lihat dari persentase tabel 2, berdasarkan hasil tindak
lanjut laporan pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 kinerja Ombudsman
mengalami penurunan. Bisa dilihat pada tabel 2, tahun 2017 ada 791 atau 94,73
%laporan ditutup dari 835 kasus yang dianggap tuntas. Jika dibandingkan
dengantahun 2018 ada 169 atau 80 % laporan ditutup dari 211 kasus yang
dianggaptuntas. Terlihat substansi yang telah dituliskan memperlihatkan
perbandingan pada tahun 2017 dan tahun 2018 terjadi penurunan pada kolom
laporan ditutup sebanyak 14,73 % yang dilakukan Ombudsman Provinsi
Jambi dalam penyelesaikan Laporan Kasus.5
Maka dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
bagaimana sesungguhnya peran Lembaga Ombudsman Republik
IndonesiaPerwakilan Provinsi Jambi dalam menyelesikan laporan kasus mal
administrasi masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018.6
Karna melihat banyaknya fenomena kasus mal administrasisi di Provinsi
Jambi, maka penulis memilih Lembaga Ombudsman perwakilan Provinsi Jambi
sebagai tempat penelitian, karena Lembaga Ombudsman perwakilan Provinsi
Jambi merupakan perpanjangan tangan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia
dalam menangani berbagai pengaduan tekait pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara negara di Indonesia serta merupakan bagian
tak terpisahkan dari kantor Lembaga Ombudsman Republik Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Fenomena yang dideskripsikan pada latar belakang masalah
mengarakan pada sebuah statement kunci yang menjadi sebuah rumusan
masalah yaitu :
5Rusli, Budiman. 2016. Kebijakan Publik Membangun Pelayanan Publik
yangResponsif.Bandung: CV ADOYA Mitra Sejahtera.
6Rusli, Budiman. 2016. Isu-isu Krusial Administrasi Publik
Kontemporer.Bandung : CV ADORAYA Mitra Sejahtera
1. Bagaimana Peran Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi dalam
menyelesaikan laporan kasus mal administrasisi Pelayanan Publik
Masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018 menurut undang-undang no 25
tahun 2009 tentang pelayanan publik?
2. Bagaimana upaya Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi dalam
mencegah mal administrasi dikota Jambi?
3. Apa saja peluang dan tantangan Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi
dalam mencegah mal administrasi dikota Jambi?
C. BATASAN MASAKAH
Agar pembahasan permasalahan dalam penulisan skrips ini tidak
meluas, tepat sasaran pada pokok pembahasan, maka penulis membatasi
permasalahan ini hanya membahas tentang peran lembaga Ombudsman
perwakilan Provinsi Jambi dalam menyelesaikan laporan kasus mal
administrasisi pelayanan Publik Masyarakat Provinsi Jambi.
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan adanya rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan ini adalah sebagaiberikut:
1. Untuk mengetahui Peran Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi dalam m
enyelesaikan laporan kasus mal administrasisi Pelayanan Publik
Masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat Ombudsman Perwakilan
Provinsi Jambi dalam menyelesaikan laporan kasus mal administrasisi
Pelayanan Publik Masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penulisan yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat
baik bagi dunia pendidikan di bidang ilmu hukum secara umum, secara khusus
penulis mengharapkan bahwa penulisan ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut7:
1. Manfaat teoritis, yaitu untuk kalangan akademisi, dosen, penulis, dan
mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami ketentuan Lembaga
Ombudsman dalam melakukan pengawasan pelayanan publik menurut UU
Nomor 37 Tahun 2008, sehingga penulisan ini dapat digunakan sebagai
referensi penulisan karya ilmiah di kemudian hari dan referensi dalam
kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan permasalahan yang di
angkat dalam penukisan ini.
2. Manfaat secara praktisdari penulisan ini, yaitu:
a. Untuk aparat penegak hukum, penulisan ini dapat digunakan sebagai
petunjuk dan bahan pertimbangan dalam mengkonstruksikan aturan (dalam
7Sugiyono. 2017, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung ; Alfabeta
hal ini undang-undang) yang berkaitan dengan pengawasan pelayanan
publik sehingga dapat menempatkan kedudukan secara yuridis terkait
dengan Lembaga Ombudsman.
b. Untuk masyarakat, penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
aktual untuk membentuk masyarakat yang cerdas hukum.
F. KERANGKA KONSEPTUAL
Sebagaimana fungsi terpenting dari Lembaga Pemerintahan adalah
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sebagai bagian dari good
governance (pemerintahan yang baik)Terkait dengan hal tersebut, reformasi
dalam lembagapemerintahan pada dasarnya dapat dimulai dengan cara
memperbaiki prosedur dan mekanisme pemberian pelayanan umum kepada
masyarakat, termasuk juga pengawasannya yang dilakukan oleh lembaga
Ombudsman melalui tugas dan wewenangnya8.
Ombudsman adalah suatu lembaga pemberi pengaruh terhadap
penyelenggara negara agar memperbaiki proses pemberian pelayanan umum
dengan rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil investigasi Ombudsman
melalui laporan dari masyarakat terhadap maladminstrasi badan layanan umum.
Untuk memecahkan masalah atau menjawab pokok masalah yang telah
dikemukakan oleh penulis, maka diperlukan pemaparan kerangka teoritik untuk
mengarah pada tujuan yang jelas dan bisa digunakan untuk menjelaskan
8Tresiana, Novita. 2017. Penelitian kualitatif. Jambi: Pustaka Nusantara
mengenai kekuatan hukum rekomendasi Ombudsman pada mal administrasisi
layanan publik dan relevansinya terhadap teori sistem dalam Islam. Adapun
kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Teori Pengawasan
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan secara harfiah dari segi
tatabahasa adalah penilikan dan penjagaan.George R. Terry memberi penjelasan
arti dari pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi
dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu, memastikan hasil yang sesuai
denganrencana.
SP. Siagian memberi definisi tentang pengawasan sebagai berikut “proses
pen gamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjalin
agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan”. Menurut Ir. Suryamto, pengawasan adalah segala usaha
atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya
atau tidak.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik makna
dasar dari pengawasan yaitu9 :
a. pengawasan ditujukan sebagai upaya pengelolaan untuk mencapai hasil
daritujuan,
b. Adanya tolak ukur yang dipakai sebagai acuan keberhasilan,
9Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif
PelayananPublik.Mitra Wacana Media. Jakarta
c. Adanya kegiatan untuk mencocokkan antara hasil yang dicapai dengan tolak
ukur yangditetapkan,
d. Mencegah terjadinya kekeliruan dan menunjukkan cara dan tujuan yang
benar,
e. Adanya tindakan koreksi apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan
tolak ukur yangditetapkan.
2. Teori GoodGovernance
a. Pengertian Good Governance
Secara konseptual “good” dalam bahasa Indonesia “baik” dan “Governance”
adalah “kepemerintahan”. Pemikiran good governance dapat dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu dari sudut pandang administrasi pembangunan dan sudut
pandang teori pembangunan.Dari kedua sudut pandang tersebut dapat
disimpulkan bahwa good governance mengisyaratkan hubungan yang harmonis
antara negara (state), masyarakat sipil (civil society) dan swasta
(enterprener).Dengan demikian good governance mengandung pengertian yang
lebih luas dari goverment.Secara sederhana good governance dapat diartikan
sebagai prinsip dalam mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan
publiknya efisien, sistem pengadilannya bisa diandalkan, dan administrasinya
bertanggung jawab pada publik.
b. Tujuan Asas Good Governance untuk PelayananPublik
Secara lebih mendasar good governance merupakan manifestasi dari
serangkaian asas-asas yang menjadi landasan filosofis dalam menjalankan
pemerintahan. Bisa disebut asas umum pemerintahan yang baik, terdiri dari : Asas
Kecermatan, Asas Objektifitas, Asas Keseimbangan, Asas Persamaan, Asas
Keadilan, Asas Pertimbangan, Asas Tidak Berlaku Surut, Asas Kepercayaan, dan
Asas Kepastian Hukum.
Keseimbangan asas tersebut dapat dirangkum menjadi tiga asas yang
merupakan intisari dalam good governance, yaitu akuntabilitas publik, kapasitas
hukum (rule of law) dan transparasi publik.Akuntabilitas publik masyarakat
bahwa setiap perilaku dan tindakan pejabat publik baik dalam membuatkebijakan,
mengatur dan membelanjakan keuangan negara maupun pada saat melaksanakan
penegakan hukum haruslah terukur dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Transparasi publikmensyaratkanbahwa setiap pejabat publik
berkewajiban membuka ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses
pembuatan kebijakan publik dengan membuka akses dan memberikan informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif baik diminta maupun tidak diminta oleh
masyarakat. Intisari yang selanjutnya adalah adanya jaminan kepastian hukum
(rule of law) bagai setiap masyarakat, setiap pejabat publik berkewajiban
memberikan jaminan bahwa dalam berurusan dengan penyelenggara negara setiap
masyarakat pasti akan memperoleh kejelasan tentang tenggang waktu, hak,
kewajiban, sehingga masyarakat akan memperoleh rasa keadilan, khususnya
ketika berhadapan kepada penyelenggara negara. Dengan demikian dalam
kerangka good governance, setiap pejabat publik berkewajiban memberikan
perlakuan yang sama bagi setiap warga masyarakat dalam menjalankan fungsi-
fungsi sebagai pelayanan publik. Ketiga intisari dari good governance tersebut
merupakan unsur yang sangat penting dalam proses demokratisasi suatu negara.
G. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menghindari terjadinya kesamaan dalam penulisan dengan penelitian
yang ada sebelumnya, maka penulis melakukan pencarian terhadap penelitian-
penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan penulis terhadap tema skripsi yangsepadan.
Berdasarkan studi pustaka yang telah penulis lakukan, ada beberapa
penelitian yang mirip dengan tema penelitian baik dari buku-buku, jurnal, skripsi,
tesis, dan desertasi serta makalah tulisan-tulisan bebas yang mempunyai
keterkaitan terhadap peneltian ini dipaparkan.
Skripsi karya Pande Made Adhistya Prameswari dengan judul “Akibat
Hukum Rekomendari Ombudsman Wilayah Bali Terkait Terjadinya Mal
administrasisi Dalam Pelayanan Publik”.Dalam kripsi ini membahas mengenai
bagaimana kekuatan hukum rekomendasi Ombudsman wilayah Bali dalam hal
terjadinya praktek mal administrasisi terhadap penyelenggaraan pelayanan
publik.Serta akibat hukum rekomendasi Ombudsman wilayah Bali jika
rekomendasi tidak ditindak lanjuti.Akibat hukum jika rekomendasi Ombudsman
tidakditindak lanjuti, dalam hal ini akibat hukum itu sendiri harus diambil oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban
sesuai dengan Undang-Undang pelayanan publik.Apabila tanggung jawab dan
kewajiban ini tidak dilaksanakan, maka Ombudsman dapat menilai bahwa
penyelenggara pelayanan publik tersebut dapat diberikan rekomendasi berupa
sanksi administratif.
Skripsi karya Ridho Aldila dengan judul “Kedudukan Hukum Rekomendasi
Ombudsman Republik Indonesia dalam fungsi Pengawasan Terhadap Lembaga
Pelayanan Publik”.Dalam skripsi ini membahas mengenai kedudukan hukum
Rekomendasi Ombudsman dan dan ketaatan penyelenggara pelayanan publik
dalam melaksanakan Rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia.Serta
tindakan Ombudsman jika Rekomendasi yang dikeluarkan tidak dilaksanakan
olehpenyelenggara pelayanan publik yang tidak patuh terhadap Rekomendasi
Ombudsman tersebut.
Skripsi karya Rima Suci Rahmawati dengan judul “Studi Tentang
Rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional dalam Pemenuhan Pelayanan
Publik”. Dalam skripsi ini membahas mengenai Komisi Ombudsman Nasional
dalam pemenuhan pelayanan publik bukan sebagai lembaga pelaksana pelayanan
publik, namun sebagai lembaga pengawasanmasyarakat yang muaranya
adalah“rekomendasi” dan dikeluarkan untuk menyelesaikan keluhan publik itu
sendiri maupun untuk mencegah terjadinya keluhan lebih lanjut atas
penyelenggaraan negara atau pelayanan publik.
Tesis Karya Rido Nikmatan Telaumbanua dengan judul “Pelaksanaan
Fungsi Rekomendasi Ombudsman Perwakilan DIY dalam Melaksanakan
Pengawasan Pelayanan Publik DIY”. Dalam tesis ini membahas mengenai
pelaksanaan fungsi rekomendasi Ombudsman Perwakilan DIY dalam
melaksanakan pengawasan pelayanan publik di DIY, kendala-kendala
pelaksanaan fungsi rekomendasi Ombudsman Perwakilan DIY dalam
melaksanakan pengawasan pelayanan publik di DIY, dan upaya mengatasi
kendala-kendala pelaksanaan fungsi rekomendasi Ombudsman Perwakilan DIY
dalam melaksanakan pengawasan pelayanan publik diDIY.
Jurnal karya Steffi Seline Maryanne Ginting, Faisal Akbar, Pandastaren
Tarigan, dan Jusmasi Sikumbang, dengan judul “Menuju Good Governance
dalam Pelaksanaan Rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia (Studi Kasus
Dwelling Time di Empat Pelabuhan Indonesia”. Dalam jurnal ini membahas
mengenai kasus percepatan waktu tinggal dari Ombudsman Republik Indonesia
yang mengawal sampai ke Presiden dan ditindaklanjuti untuk peningkatan
pelayanan publik dipelabuhan.ORI, sebagai jembatan antara aspirasi rakyat
dengan pelayanan publik atau pejabat publik.Rekomendasi harus dilaksanakan
untuk kepentingan umum.Pelayanan publik menjadi tombak cita-cita
pemerintahan yang baik disuatu negara. Dimana Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang pelayanan publik, selain bertujuan menjadi perlindungan dan
kepastian hukum bagi masyarakat diranah pelayanan publik, serta organisasi
tertentu sehingga masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Dari beberapa penelitian tentang aturan Lembaga Ombudsman yang telah
penulis paparkan diatas hampir memiliki kesamaan dengan penelitian
penulis.Namun ada beberapa yang membedakan diantaranya yaitu pada fokus
penelitian dan hasil atau kesimpulan.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis kualitatif dengan bentuk
penelitian Library Research yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti yang secara primer menggunakan paradigma
pengetahuan berdasarkan pandangan pandangan konstruktivitas, makna yang
secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori
atau pola atau pandangan advokasi partisipatori atau keduanya10
. Penelitian yang
digunakan adalah kepustakaan yaitu mengumpulkan data sehingga memudahkan
penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka memenuhi penelitian
ini. Menurut Sugiyono Bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
dimana peneliti sebagai instrument kunci.
B. Tipe Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan
10 Moleong, J, Lexy.2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Refisi.
Bandung:
Remaja Rosdakarya
18
tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian dalam
memahami bagaimana peran Ombudsman dalam menyelesaikan laporan kasus
dan mengetahui faktor penyebab kurang maksimalnya peran Ombudsman
Perwakilan Provinsi Jambi dalam menyelesaikan laporan Kasus Mal-administrasi
pada tahun 2018 sesuai dengan Tugas, Pokok dan Fungsi Ombudsman.
Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2017:09) adalah metode
penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Artinya data yang dikumpulkan
bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen
resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam rinci
dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku
dengan menggunakan tipe deskriptif.
Tipe deskriptif menurut Sugiyono (2017:11) adalah tipe yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan
variabel yang lain. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe
deskriptif ini untuk memaparkan dan menganalisis data yang didapatkan,
sehingga mendapatkan gambaran secara luas dan penjelasan mengenai Peran
Lembaga Ombudsman Provinsi Jambi dalam menyelesaikan kasus mal
administrasisi Pelayanan Publik tahun 2018.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan Peran Lembaga Ombudsman dalam
meyelesaikan Laporan kasus mal administrasisi dalam bidang pelayanan publik
pada tahun 2018 di Jambi. Kemudian fokus ini akan diarahkan pada Peran
Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi dalam menyelesaikan kasus
mal administrasisi Pelayanan Publik masyarakat Provinsi Jambi tahun 2018 yang
akan diukur keberhasilannya melalui Teori Indikator Pelayanan Publik menurut
Fitzsimmons dan Fitzsimmons (2016:94) dalam Rusli bahwa ada beberapa
Indikator pelayanan publik yaitu :
1. Tangibles : penyediaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
yang memadai.
2. Empathy : tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
konsumen.
3. Responsiveness : keinginan melayani konsumen dengan cepat.
4. Reliability : memberikan pelayanan secara tepat dan cepat.
5. Assurance : tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam
memberikan pelayanan.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempatpeneliti melakukan penelitian
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
Dalam penentuan lokasi penelitian, Moleong (2013:128) menentukan cara terbaik
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan
untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan sementara itu
keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan
pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih
peneliti adalah Kantor Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jambi. Alasan Penulis memilih lokasi tersebut karna lembaga
Ombudsman adalah adalah salah satu lembaga yang terlibat sebagai Lembaga
pengawas Eksternal dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik khususnya di
Provinsi Jambi.
E. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunaan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebgai berikut11
:
1. Data primer, adalah sumber data yang sifatnya utama yang dalam hal ini
sumbernya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka yang memounyai relevansi terhadap judul yang penulis bahas
adalah rangkuman Undang-Undang No 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman.
11 Sugiyono. 2016, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung ; Alfabeta
2. Data sekunder, yaitu berupa buku yang secara tidak langsung memiliki kaitan
dengan pembahasan penelitian ini.
a. Instrumen Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah Library Research, yaitu penelitian
dengan cara menggunakan bahan yang ada relevansinya dengan pembahasan topic
pada penulisan ini. Yaitu melalui buku buku dan jurnal yang dijadikan sebagai
bahan referensi daftar bacaan penulisan skripsi.
b. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data maka data
tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.Adapun bentuk teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.Yaitu
metode mengumpulkan dan menyusun data kemudian dilakukan analisis terhadap
permasalahn tersebut.Data yang dikumpulkan yaitu berupa kata- kata, gambar dan
bukan angka.Hal ini disebabkan oelh adanya penerapan metode kualitatif. Jenis
Pendekatan
Dalam penelitian ini, digunakan 3 (tiga) jenis pendekatan analisa konsep,
yakni pendekatan perundang-undangan (the statute approach) suatu pendekatan
dengan mempelajari pandangan serta doktrin yang berkembang pada ilmu hukum
dan pendekatan politik yang dilakukan melalui penelaahan dan perkembangan
politik yang diteliti12
.
12 Tresiana, Novita. 2016. Penelitian kualitatif. Jambi: Pustaka Nusantara
F. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
BAB I mencaput latar belakang masalah. Rumusan masalah, Batasan
masalah, Tujuan dan kegunaaan penelian. Manfaat penelitian, Kerangkateori,
Tinjauan pustaka, Metode penelitian dan Sistemeatika penulisan.
BAB II membahas Metode Penelitian yang mencakup Jenis penelitian, tipe
penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, Sistematika
Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III membahas tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan analisis penelitian yang menjawab rumusan dalam
penelitian ini.
BAB V merupakan bab akhir dari penulisan skripsi yaitu menutup yang
terpilih dari kesimpulan,saran-saran,daftar pustaka, lampiran dan curriculun vitae.
G. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan,
maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal
penelitian sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Agustus september Oktober
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan proposal √ √
3 Peerbaikan proposal
dan seminar
√ √
4 Surat izin Riset √
5 Pengumpulan Data √ √
6 Pengolahan Data √ √
7 Pembuatan Laporan √
8 Bimbinangan dan
Perbaikan
√ √ √
9 Agenda dan Ujian
Skripsi
√
10 Perbaikan dan
Perjilidan
√ √
BAB III
GAMBARAN UMUM OMBUDSMAN RI
PERWAKILAN PROVINSI JAMBI
A. Sejarah Ombudsman
Kata “Ombudsman” berarti wakil/perwakilan kelompok. Nama ini
kemudian diselamatkan dan ditabalkan kepada Institusi pengawasan pelayanan
publik. Lembaga Ombudsman pertama kali lahir di Swedia pada tahun 1809.
Namun demikian, pada dasarnya Swedia bukan negara pertama yang membangun
sistem pengawasan Ombudsman. Brylian Giling dalam tulisannya berjudul The
Ombudsman In New Zealand mengungkapkan bahwa pada zaman Kekaisaran
Romawi terdapat institusi Tribunal Plebis yang tugasnya hampir sama dengan
Ombudsman yaitu melindungi hak-hak “plebeians” (masyarakat lemah) dari
penyalahgunaan kekuasaan oleh para bangsawan13
.
Model Pengawasan Ombudsman juga telah banyak ditemui pada masa
Kekaisaran Cina dan yang paling menonjol adalah ketika tahun 221 M Dinasti
Tsin mendirikan lembaga yang beranama Control Yuan atau Censorate yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap pejabat-pejabat kekaisaran
(pemerintah) dan bertindak sebagai “perantara” bagi masyarakat yang ingin
13 Suara Ombudsman RI, “Kiprah Dan Jejak Ombudsman RI”,
Edisi Pertama, Januari-Febuari 2013, h. 10.
25
menyampaikan aspirasi, laporan atau keluhan kepada kaisar. Sampai saat ini
Control Yuan juga digunakan untuk menamakan Ombudsman di Taiwan.
Dean M Gotteher, mantan Presiden Asosiasi Ombudsman Amerika Serikat,
menemukan bahwa pada dasarnya, Ombudsman berakar dari prinsip-prinsip
keadilan yang menjadi bagian dari mekanisme pengawasan dalam sistem
ketatanegaraan Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada masa Khalifah Umar Bin
Khatab (634-644 M) yang saat itu memosisikan diri sebagai Muhtasib, yaitu orang
yang menerima keluhan dan juga menjadi mediator dalam mengupayakan proses
penyelesaian perselisihan antara masyarakat dengan pejabat pemerintah. Ia
kemudian membentuk lembaga Qadi Al Quadat (Ketua Hakim Agung) dengan
tugas khusus melindungi warga masyarakat dari tindakan-tindakan sewenang-
wenang dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintahan.
Selama 150 tahunan, Ombudsman modern hanya dikenal di Swedia saja,
akan tetapi dalam setengah abad terakhir ini, institusi Ombudsman menyebar ke
berbagai penjuru dunia. New Zealand tercatat sebagai negara pertama yang
berbahasa Inggris dan negara pertama di luar Eropa yang mendirikan Ombudsman
tahun 1962 atau tujuh tahun setelah Denmark mendirikan Ombudsman ketiga
(1955)14
.
Di Skandinavia institusi Ombudsman diikuti oleh Norwegia dan Islandia.
Adapun di Eropa Barat, Ombudsman didirikan di Republik Irlandia, Italia, Swiss,
Austria, Belanda, Belgia, Yunani, Malta, Portugal dan Spanyol. Sedangkan Eropa
Timur dan Tengah Ombudsman dibentuk di Slovenia, Lithuania, Hongaria,
14
Ibid, h. 11
Polandia, Rusia, Ukraina, Albania, Rumania dan disusul oleh Bosnia-
Horzegowina dan Bulgaria. Inggris yang semula ragu, akhirnya mengikuti negara-
negara bekas jajahannya mendirikan Ombudsman atau Paliamentery Comissioner
For Administration tahun 1967. Sedangkan Perancis pada tahun 1973 membentuk
Ombudsman dengan sebutan Mediateur de la Republique. Di Amerika Utara,
Institusi Ombudsman didirikan di beberapa Provinsi Kanada dan beberapa negara
bagian Amerika Serikat. Selanjutnya Ombudsman menyebar ke negara-negara di
Amerika Latin antara lain ke Guetemala.
Di Asia, Ombudsman pertama kali didirikan di India, akan tetapi masih
bersifat daerah. Sekarang ada sebanyak 11 Loy Ayukta (Ombudsman Daerah). Di
Pakistan, Ombudsman Nasional bernama Wafaqi Mohtasib berdiri berdampingan
dengan beberapa Ombudsman Daerah. Sedangkan di Afrika negara pertama yang
pertama kali mendirikan Ombudsman adalah Tanzania. Di dunia, sekarang
terdapat 107 Ombudsman Nasional, dimana Ombudsman Thaliand yang termuda
dibentuk setelah Indonesia. Bila digabung dengan Ombudsman Daerah jumlah
seluruhnya menjadi 130-an Ombudsman.
B. Sejarah Ombudsman RI
Pada tanggal 20 Maret 2000 Lembaga Ombudsman resmi dibentuk di
Indonesia. Lembaga baru ini secara lengkap bernama Komisi Ombudsman
Nasional, berfungsi sebagai lembaga pengawas eksternal yang secara independen
akan melakukan kerja-kerja pengawasan terhadap penyelenggara negara dalam
memberikan pelayanan umum yang menjadi tanggung jawab mereka.
Ombudsman sendiri merupakan lembaga negara yang mempunyai kewenangan
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh
Badan Hukum Milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah15
.
Lembaga Ombudsman ini dibentuk di saat Indonesia sedang mengalami
masa transisi, diawali dengan tumbangnya rezim Soeharto. Pemilu yang konon
katanya paling demokratis sepanjang sejarah ketatanegaraan Indonesia akhirnya
mengantarkan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada kursi RI 1 dan Megawati
Soekarno Putri di kursi RI 2. Tampaknya duet kepemimpinan Gus Dur dan
Megawati saat itu harus menanggung beban politik dan sejarah masa lalu yang
cukup berat.
Dalam kondisi mendapat tekanan masyarakat yang menghendaki
terjadinya perubahan menuju pemerintahan yang transparan, bersih dan bebas
KKN, maka pemerintahan saat itu berusaha melakukan beberapa perubahan sesuai
aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah
dengan membentuk sebuah lembaga pengawasan terhadap Penyelenggara Negara,
bernama Komisi Ombudsman Nasional16
.
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008, tantang Ombudsman
Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 1, (Jakarta:2008), h.3 16
Http://www.Lembaga Ombudsman Jambi.com/publikasi, 2019/2/9, 15.25wib.html.
Pada tanggal 10 Maret 2000 Presiden resmi menerbitkan Keputusan
Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang pembentukan Komisi Ombudsman
Nasional, dengan mengangkat Antonius Sujata sebagai Ketua merangkap
Anggota. Selain Antonius Sujata, Presiden juga mengangkat Prof. Sunaryati
Hartono sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota, Teten Masduki sebagai
Anggota, KH. Masdar F Masudi sebagai Anggota, RM Surahman, Prof. Bagir
Manan sebagai Anggota, Pradjoto sebagai Anggota, dan Sri Urip sebagai
Anggota. Setelah keluar Keppres Nomor 44 Tahun 200017
, pada tanggal 20 Maret
2000, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Ombudsman Nasional dilantik
Presiden Abdurrahman Wahid di Istana Negara.
Saat itu Indonesia memasuki babak baru dalam sistem Semenjak
berdirinya Komisi Ombudsman Nasional para Anggota Ombudsman telah
menyiapkan bahan-bahan untuk menyusun draft pengawasan. Satu- satunya
sistem pengawasan yang memiliki jaringan dan dukungan luas dari masyarakat
internasional.
Rancangan Undang-Undang Ombudsman Nasional. Tidak mudah
mengumpulkan bahan karena sangat sedikit literatur Indonesia tentang
Ombudsman. Para Anggota Ombudsman melakukan penelitian, studi banding ke
berbagai negara dalam upaya mendapatkan bahan yang komprehensif. Bahan-
bahan yang ada juga didapatkan melalui website yang relevan dengan isu
Ombudsman.
17
Lihat. Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 44 Tahun 2000
tentang Komisi Ombudsman Nasional
Bahan-bahan tersebut kemudian dikumpulkan dan diformulasikan dalam
draft pertama. Draft tersebut kemudian disosialisasikan dan dikaji melalui forum
seminar dan lokakarya. Sambutan dan masukan dari masyarakat maupun para ahli
membuat draft menjadi semakin baik dan lengkap. Tidak mudah menetapkan
format institusi Ombudsman Indonesia yang betul-betul pas, karena Indonesia
dapat dikatakan belum memiliki pengalaman mengenai lembaga ini. Hasil studi
banding dan kajian dari bebagai negara tentu tidak begitu saja langsung dapat
diterapkan di Indonesia. Perlu dipertimbangkan konteks yuridis, sosiologis dan
politis di Indonesia sehingga Ombudsman Indonesia diharapkan sesuai dengan
realitas di Indonesia.
C. Sejarah Singkat Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi
Gagasan diperlukannya Ombudsman Daerah didasari oleh pemberlakuan
otonomi daerah. Ombudsman Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
tentu saja dengan mengacu pada standar umum pada Ombudsman Nasional. Salah
satunya yaitu dibentuknya Ombudsman RI daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Ombudsman RI Perwakilan Jambi dibentuk pada tanggal 12 Juni 2012.
Sebagai Institusi publik yang baru terbentuk, dengan segala keterbatasan termasuk
gedung kantor yang belum permanen, staff pendukung yang kurang, termasuk
sarana dan prasarana yang kurang memadai. Namun dengan segala keterbatasan
yang ada, Ombudsman RI Perwakilan Jambi tetap komitmen untuk membangun
kinerja dan dedikasi tinggi untuk melayani masyarakat.
Pada awal berdirinya Ombudsman RI Perwakilan Jambi Laporan yang
masuk dari bulan Juni-Desember 2012 baru ada satu laporan mal-administrasi
yang dilaporkan. Disebabkan keberadaan Ombudsman RI Perwakilan Jambi yang
di kategorisasikan baru, maka masyarakat belum mengetahui adanya lembaga
tersebut. Seiring berjalannya waktu dan telah melakukan sosialisasi dengan
berbagai cara.
Pada Tahun 2013 laporan mal-administrasi yang masuk ke Ombudsman
RI Perwakilan Jambi jumlahnya meningkat sebanyak 45 laporan. Pada tahun 2015
laporan mal-administrasi yang dilaporkan ke Ombudsman RI Perwakilan Jambi
juga semakin meningkat sebesar 153 laporan.
Pada tahun 2015 salah satu dari anggota Ombudsman RI Perwakilan Jambi
mengundurkan diri karena mendapatkan tugas baru serta kesibukkan lain. Namun
dengan jumlah Staf yang terbatas diharapkan seluruhnya akan memberikan yang
terbaik kepada Ombudsman RI Perwakilan Jambi sesuai keahliannya. Justru
karena jumlahnya yang kecil tersebut akan semakin mempermudah koordinasi
dan kerjasama team.
Memasuki pertengahan tahun 2015 tepat pada bulan Juni, Ombudsman RI
Perwakilan Jambi kedatangan mahasiswa/mahasiswi dari Universitas Jambi untuk
melakukan Praktikum Penelitian Lapangan (PPL) selama 1 bulan. Dengan jumlah
mahasiswa 3 (tiga) orang dan mahasiswi 1 (satu) orang, maka anggota dari
Ombudsman RI Perwakilan Jambi sedikit bertambah walaupun hanya untuk
sementara waktu. Kedatangan mahasiswa/mahasiswi Universitas Jambi tepat pada
Bulan Suci Ramadhan, banyak kegiatan-kegiatan Ombudsman RI Pewakilan
Jambi yang mengikut sertakan mahasiswa/mahasiswi Universitas Jambi.
D. Sumber Daya Manusia Ombudsman RI Perwakilan Jambi
Sumber daya pendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan
Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Selatan sebagai berikut18
:
Tabel 3.1
Susunan Sumber Daya Ombudsman Perwakilan Jambi
NO JABATAN JUMLAH KETERANGAN
1. Kepala Perwakilan/Plt Kepala
Perwakilan
1 Jafar Ahmad
2. Asisten 2 M.Taufikurrahma
n, Astra
Gunawan
3. Calon Asisten 3 Rahmah
Awaliah, Agung
Pratama, dan
Henrico
4. PNS 1 Dodi Sutedjo
5. Staf Sekretariat - -
6. Pramubhakti 1 Winda Marlia
7. Tenaga Keamanan 1 Wega Arius
8. Lain-lain : Mahasiswa PPL UNJA 2 25 September-25
Okt 2019
18
Ombudsman RI Perwakilan Jambi, “Laporan berkala dan Laporan Tahunan 2018”,
2019/9/27 12.35.36 wib.
TOTAL 11
Sumber : Ombudsman RI Perwakilan Jambi, 2015/11/27 12.35.36
E. Visi Dan Misi Ombudsman Republik Indonesia.
1. Visi
Menjadi lembaga negara yang mampu melaksanakan fungsi pengawasan
sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan sebaik-baiknya dari
penyelenggara negara, penyelenggara pemerintahan, badan ataupun perorangan
yang berkewajiban memberi pelayanan publik.
2. Misi
a. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan rekomendasi dan mencegah
mal-administrasi dalam pelaksanaan pelayanan publik,
b. Mendorong penyelenggara negara dan pemerintahan agar lebih efektif dan
efisien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
c. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan
supremasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran dan keadilan19
.
F. Konsep Rancangan Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia.
Setelah melalui kajian dan diskusi panjang akhirnya Komisi Ombudsman
Nasional memutuskan untuk memberi nama Konsep RUU ini dengan Undang-
Undang Ombudsman Republik Indonesia yang meliputi Undang-undang Republik
19 Ombudsman Republik Indonesia, “Buku PedomanOmbudsman,”
(Jakarta: 2014).
Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.. Sekarang lembaga ini berganti nama Ombudsman Republik
Indonesia dibentuk sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2008. Ombudsman Republik
Indonesia juga disepakati sebagai salah satu lembaga negara. Beberapa hal yang
penting dalam Konsep RUU yang disusun oleh Komisi Ombudsman Nasional
adalah20
:
1. Asas, Sifat dan Tujuan Ombudsman Republik Indonesia
Asas Ombudsman Republik Indonesia adalah kepatutan, keadilan, non-
diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan dan
kerahasiaan. Sifat Ombudsman Indonesia bersifat mandiri tidak memiliki
hubungan organik dengan lembaga negara/daerah serta bebas dari campur tangan
kekuasaan lainnya.
Tujuan Ombudsman Republik Indonesia adalah : Mewujudkan negara
hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera, mendorong penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme, meningkatkan mutu pelayanan negara di segala
bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman
dan kesejahteraan yang semakin baik, membantu menciptakan dan meningkatkan
upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktek mal-administrasi,
diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme, meningkatkan budaya hukum
20
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
Republik Indonesia, (Jakarta: 2008).
nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan
kebenaran serta keadilan.
2. Tempat Kedudukan, Susunan dan Keanggotaan
Ombudsman berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia dengan
wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia, Ombudsman
dapat mendirikan Perwakilan Ombudsman di provinsi dan/atau kabupaten/kota.
Sususnan dan Keanggotaan Ombudsman Nasional terdiri dari 1 (satu)
Ketua merangkap anggota, 1 (satu) Wakil Ketua merangkap anggota, 7 (tujuh)
Anggota Ombudsman. Ketua dan Wakil Ketua Ombudsman dipilih oleh DPR RI
dengan masa periode 5 (lima) tahun dan dapat dipilih satukali lagi, diresmikan
(dilantik) oleh Presiden. Dalam menjalankan tugasnya Ombudsman dibantu oleh
Asisten Ombudsman yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Ombudsman.
Struktur Organisasi dan administrasi di kantor Ombudsman Nasional
dikoordinasikan oleh sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Untuk
dapat diangkat atau dipilih sebagai Ombudsman harus memenuhi syarat-syarat:
a. Warga Negara Indonesia,
b. Minimum 40 tahun,
c. Sarjana hukum atau sarjana lain yang memahami masalah hukum,
kemasyarakatan dan penyelenggaraan negara Profesional dan memegang
teguh nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
d. Mempunyai pengetahuan luas tentang falsafah hidup.
3. Fungsi, Tugas dan Wewenang
Fungsi Ombudsman Republik Indonesia yaitu mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan
Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
Tugas yang harus dilakukan oleh Ombudsman meliputi menerima laporan
atas dugaan mal-administrasi, melakukan pemeriksaan laporan, menindaklanjuti
laporan, melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan mal-
administrasi, melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau
lembaga pemerintahan lainnya, membangun jaringan kerja, melakukan upaya
pencegahan mal-administrasi, melakukan tugas lain yang diberikan undang-
undang.
Wewenang Ombudsman Republik Indonesia yaitu meminta keterangan
secara lisan atau tertulis dari pelapor, terlapor atau pihak lain yang terkait
mengenai laporan yang disampaikan, memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau
dokumen lain yang ada pada pelapor atau terlapor untuk mendapatkan kebenaran,
meminta klarifikasi atau salinan atau fotocopy dokumen yang diperlukan dari
instansi manapun untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor, melakukan
pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan
laporan, menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi, atas permintaan
para pihak, membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan termasuk,
termasuk rekomendasi untuk membayar ganti rugi atau rehabilitasi kepada pihak
yang dirugikan, demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan,
kesimpulan dan rekomendasi.
4. Laporan
Laporan dapat diajukan kepada Ombudsman bagi seluruh penduduk dan
Warga Negara Indonesia dengan syarat-syarat sebagai berikut: menyebutkan
identitas lengkap, menguraikan peristiwa yang dilaporkan secara rinci dan telah
mengajukan keberatan kepada instansi atau pejabat yang dikeluhkan,
penyampaian laporan tidak dipungut biaya atau imbalan dalam bentuk apapun.
Laporan masyarakat yang dilaporkan ke Ombudsman RI Perwakilan Jambi
dengan berbagai mekanisme. Berikut tabel laporan masyarakat berdasarkan
mekanisme penyampaian:
Tabel 3.2
Laporan Masyarakat Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Januari
– 24 Desember 2018
No Aspek Jumlah Persentase (%)
1 Datang Langsung 90 54.88
2 Facsimile 2 1.22
3 Investigasi Inisiatif 10 6.10
4 Media 4 2.44
5 Surat 54 32.93
6 Telepon 4 2.44
Total 164 100.00
Sumber : Ombudsman RI Perwakilan Jambi, 2019/09/20 12.35.36
5. Mekanisme dan Tatakerja Ombudsman Nasional
Mekanisme dan Tatakerja Ombudsman Republik Indonesia meliputi
pengaturan tentang keseluruhan proses yang dilakukan oleh Ombudsman dalam
menindaklanjuti keluhan, kewajiban Pelapor untuk menyerahkan dokumen serta
kerahasiaan pelapor. Ombudsman wajib menolak atau menghentikan laporan bila
laporan tidak memenuhi syarat formal misalnya identitas Pelapor tidak lengkap,
hanya berupa tembusan, keluhan tidak disertai alasan yang mendasar, perilaku
yang dilaporkan tidak cukup beralasan untuk diperiksa, Pelapor tidak diberi kuasa
oleh korban, substansi yang dilaporkan sedang dalam pemeriksaan di pengadilan
atau instansi yang berwenang, masalah yang dilaporkan sudah diselesaikan oleh
instansi yang berwenang, Pelapor tidak menggunakan proses administratif yang
disediakan dan aparat yang dilaporkan tidak diberi tahu secara patut oleh Pelapor
tentang permasalahan yang dikeluhkan sehingga tidak dapat menjelaskan
pendapatnya sendiri. Sedangkan Ombudsman dapat menghentikan pemeriksaan
bila setelah melakukan pemeriksaan awal ternyata substansi yang dilaporkan
merupakan kebijakan umum, perilaku yang dilaporkan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, masalah yang dilaporkan masih dapat diselesaikan dengan
prosedur administratif, tercapai penyelesaian dengan cara mediasi juga apabila
Pelapor mencabut laporannya. Ketika pemeriksaan dilakukan, Ombudsman dapat
memanggil para pihak untuk didengar pendapatnya dan melakukan pemeriksaan
di bawah sumpah. Dalam pemanggilan tersebut dapat dilakukan upaya paksa
dengan meminta bantuan aparat Kepolisian.
6. Kemandirian Ombudsman
Secara eksplisit terdapat pasal yang melarang siapapun untuk mencampuri
Ombudsman dalam menjalankan tugasnya. Ombudsman dan Asisten Ombudsman
tidak dapat di interograsi, ditangkap, ditahan atau digugat di muka Pengadilan.
Untuk mengeliminir conflict of interest terdapat pengaturan yang menyatakan
bahwa Ombudsman dan Asisten dilarang ikut serta memeriksa laporan yang patut
diduga menimbulkan konflik kepentingan.
7. Laporan Berkala dan Tahunan
Ombudsman Republik Indonesia berkewajiban menyampaikan laporan
berkala dan laporan tahunan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden,
Laporan berkala disampaikan setiap 3 (tiga) bulan sekali dan laporan tahunan
disampaikan pada bulan pertama tahun berikutnya.
8. Perwakilan Ombudsman di Daerah
Mengingat kondisi geografis wilayah Indonesia maka Ombudsman
Nasional dapat mendirikan Perwakilan Ombudsman Nasional di wilayah tertentu
demi memperlancar tugas Ombudsman. Pertimbangan lainnya terkait dengan
otonomi daerah itu sendiri, sebab ada kewenangan-kewenangan tertentu yang
tidak dilimpahkan kepada daerah otonom. Dalam menghadapi hal ini diperlukan
kerjasama antara Ombudsman Nasional dan Ombudsman Daerah. Perwakilan
Ombudsman mempunyai hubungan hirearkis antara Ombudsman Nasional dan
Ombudsman Daerah dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya serta dalam
menghadapi masalah-masalah lainnya.
9. Sanksi
Sanksi dalam Konsep RUU Ombudsman Republik Indonesia ini
menyangkut sanksi pidana dalam hal ada pihak yang mengancam atau
mengintimidasi saksi atau Pelapor, penyalahgunaan nama Ombudsman untuk hal-
hal di luar yang diatur dalam Undang-Undang Ombudsman RI. Sanksi pidana
yang diterapkan dapat berupa denda atau pidana kurungan.
10. Ketentuan Peralihan
Komisi Ombudsman Nasional yang didirikan berdasarkan Keppres No. 44
Tahun 2000 masih menjalankan fungsinya sebelum Ombudsman baru berdasarkan
Undang-Undang dipilih oleh DPR. Dalam waktu dua tahun setelah Undang-
Undang dinyatakan berlaku maka susunan organisasi dan mekanisme tata kerja
harus menyesuaikan diri dengan Undang-Undang. Segala lembaga yang
menggunakan nama Ombudsman dilarang jika lembaga tersebut bukan
merupakan Ombudsman Nasional dan Daerah seperti yang diatur dalam undang-
undang.
G. Proses Penanganan Laporan Masyarakat dan Kategorisasi
Aspek pelayanan merupakan bagian integral dan strategis bagi
pengembangan tugas dan fungsi pelayanan pemerintahan. Untuk itu, kualitas
pelayanan publik merupakan salah satu parameter keberhasilan birokrasi.
Pelayanan yang berkualitas merupakan harapan masyarakat karena pelayanan
merupakan hak yang harus diperolehnya. Kesadaran masyarakat terhadap hak
untuk memperoleh pelayanan yang baik salah satunya diwujudkan dalam
penyampaian akses ke Ombudsman RI.
Ombudsman RI Jambi pada Tahun 2018 telah menerima
laporan/pengaduan masyarakat atas dugaan mal administrasisi dalam pelayanan
publik sebanyak 164 Laporan. Pada triwulan I 76 Laporan, triwulan II 27
Laporan, pada Triwulan III 28 laporan dan pada triwulan IV menerima 33
Laporan. Namun sampai pada saat laporan ini dibuat pada 26 Desember 2018.
Menelaah laporan masyarakat yang disampaikan kepada Ombudsman
Nasional dapat diklasifikasi jenis-jenis penyimpangan atau mal-administrasi
sebagai berikut21
:
1. Pemalsuan/Persekongkolan/Forgery/Conspiracy
2. Intervensi/Intervention
3. Penanganan berlarut/Tidak Menangani/Undue Delay
4. Inkompetensi/Incompetence
5. Penyalahgunaan Wewenang/Berlebihan/Abuse of Power
6. Nyata-nyata Berpihak/Impartiality
7. Menerima Imbalan (uang, hadiah, fasilitas)/Praktek KKN/Bribery/Corrupt,
Collution, Nepotism Practices
8. Penggelapan Barang Bukti/Penguasaan Tanpa Hak/Illegal Possesion and
Ownnership
21 Brosur Ombudsman Republik Indonesia, (Jakarta: 2008).
9. Bertindak Tidak Layak/Mislieading Practices
10. Melalaikan Kewajiban/Unfulfill Obligation
11. Lain – lain.
Secara rinci dugaan mal-administrasi yang dilaporkan kepada Ombudsman
RI Perwakilan Jambi dapat dilihat dalam tabel berikut22
:
Tabel 3.3
Laporan Masyarakat Berdasarkan Mal-administrasi Januari – 24
Desember 2018
No Aspek Jumlah Persentase (%)
1 Berpihak 2 1.22
2 Diskriminasi 2 1.22
3 Konflik Kepentingan 2 1.22
4 Penundaan Berlarut 28 17.07
5 Penyalahgunaan Wewenang 13 7.93
6 Penyimpangan Prosedur 55 33.54
7 Permintaan Imbalan Uang, Barang dan Jasa 12 7.32
8 Tidak Kompeten 3 7.93
9 Tidak Memberikan Pelayanan 29 17.68
10 Tidak Patut 8 4.88
Total 164 100.00
Sumber : Ombudsman RI Perwakilan Jambi, 2018/08/27 12.35.36
Sedangkan secara rinci substansi mal-administrasi yang dilaporkan kepada
Ombudsman RI Perwakilan Jambi dapat dilihat dalam tabel berikut23
:
22
Ombudsman RI Perwakilan Jambi, “Laporan berkala dan Laporan Tahunan 2018”,
2019/9/27 12.35.36 wib. 23
Ombudsman RI Perwakilan Jambi, “Laporan berkala dan Laporan Tahunan
2018”, 2019/9/27 12.35.36 wib
Tabel 3.4
Laporan Masyarakat Berdasarkan Substansi Laporan Januari – 24
Desember 2018
No Aspek Jumlah Persentase (%)
1 Administrasi Kependudukan 2 1.27
2 Agama 2 1.27
3 Air Minum 2 1.27
4 Asuransi/Jaminan Sosial 4 2.55
5 Cukai dan Pajak 2 1.27
6 Energi (Sumber Daya Alam) 1 0.64
7 Imigrasi 1 0.64
8 Informasi Publik 15 9.55
9 Kejaksaan 3 1.91
10 Kepegawaian 56 35.67
11 Kepolisian 9 5.73
12 Kesehatan 5 3.18
13 Ketenagakerjaan 8 5.10
14 Komisi/LembNegara 1 0.64
15 Lembaga Pemasyarakatan 1 0.64
16 Lingkungan Hidup 1 0.64
17 Listrik 9 5.73
18 Pemukiman/Perumahan 2 1.27
19 Penanaman Modal 1 0.64
20 Pendidikan 10 6.37
21 Peradilan 1 0.64
22 Perdagangan dan Industri 1 0.64
23 Perhubungan/Infrastruktur 5 3.18
24 Perijinan (PTSP) 2 1.27
25 Perkebunan/Kehutanan 2 1.27
26 Pertanahan 11 7.01
Total 164 100.00
Sumber : Ombudsman RI Perwakilan Jambi, 2018/08/27 12.35.36
Laporan masyarakat (Pelapor) yang disampaikan kepada Komisi
Ombudsman Republik dapat diklasifikasikan asal pelapornya sebagai berikut ;
1. Perorangan/Individual,
2. Kuasa Hukum/Lawyers,
3. Badan Hukum/Legal Persons,
4. Kelompok/Organisasi Masyarakat/Non Government Organisation,
5. Instansi Pemerintah/Government Institution.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Peran Ombudsman R.I Perwakilan Jambi dalam Melakukan
Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan di Kota
Jambi Terkait dengan undang-undang no 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publik
Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di Kota Jambi telah diatur
dalam Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 5 Tahun 2008 tentang Sistem
Penyelenggaraan Pendidikan, yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan
proses pendidikan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, berakhlak, berbudaya, berilmu dan menjadi masyarakat yang
demokratis, dinamis, dan terbuka. Dalam melaksanakan tujuan sistem
penyelenggaraan pendidikan, pihak-pihak penyelenggara pendidikan dapat
berpotensi akan terjadinya praktik-praktik mal administrasisi yang dapat
berdampak pada kurang ataupun tidak berjalannya layanan yang diberikan pada
peserta didik. Maka sejalan dengan hal tersebut, sesuai yang diamanatkan dalam
pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
menerangkan bahwa dalam hal masyarakat atau pihak terkait yang mengajukan
tanggapan atau masukan tidak puas terhadap yang telah dilakukan oleh
penyelenggara tentang standar pelayanan
Fungsi Ombudsman R.I sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-
45
Undang Nomor 37 Tahun 2008 Pasal 6 menerangkan bahwa Ombudsman
berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara negara baik di pusat maupun di daerah termasuk BUMN
(badan usaha milik negara), BUMD (badan usaha milik daerah), BHMN (badan
hukum milik negara) serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu. Maka sesuai dengan ruang
lingkup kerjanya Ombudsman R.I Perwakilan
Ombudsman merupakan lembaga pengawas pelayanan publik yang
bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara
dan instansi pemerintahan lain, serta dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya dan juga
Ombudsman sendiri mendapat hak imunitas. Jika dikaitkan dengan bidang
pendidikan, Ombudsman R.I Perwakilan JAMBI masih merupakan salah satu
ruang lingkup pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman tersebut.
Bentuk pengawasan yang dilakukan Ombudsman R.I Perwakilan
JAMBI terhadap penyelenggara pelayanan publik khususnya dibidang
pendidikan terdiri dari dua bentuk pengawasan, yaitu bentuk pengawasan aktif
dan bentuk pengawasan pasif. Bentuk pengawasan aktif ialah pengawasan oleh
Ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sedangkan bentuk pengawasan pasif ialah bentuk pengawasan yang pada
dasarnya menunggu laporan atau pengaduan dari masyarakat dalam penyeleng
garaan pelayanan publik.
Menurut Undang-Undang no 25 Tahun 2009 dibagian pasal 1 bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, atau jasa pelayanan
adminstratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Usaha yang dilakukan oleh Lembaga Ombudsman perwakilan Provinsi
Jambi dalam penanganan laporan kasus Mal Administrasi sudah cukup baik di
tinjau dari Undang-Undang yang mengatur tentang pelayanan public, yaitu UU
no 25 Tahun 2009 sebagaimana dijelaskan diatas.
B. Upaya Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi dalam Mencegah Mal
Administrasi di Kota Jambi
1. Bentuk-bentuk Maladministrasi Yang Terjadi di Kota Jambi
Menurut Asisten Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan
menyatakan bahwa maladministrasi yang sering terjadi di Kota Jambi yaitu24
:
a. Penundaan berlarut masih mendominasi pelaporan masyarakat Kota Jambi
tentang penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Jambi . Hal itu terjadi di
karenakan masih kurangnnya disiplin waktu aparatur kepegawaian yang
menjadi penyebab tinggi maladministrasi penundaan berlarut.
b. Pengutipan atau permintaan iuran tanpa dasar hukum yang jelas. Seperti
pungutan liar pada saat penerimaan perserta didik baru di sekolah-sekolah di
Kota Jambi
24
Hasil Wawancara dengan Bapak Taufiqurrahman, selaku Asisten Ombudsman
Perwakilan Jambi Penyelesaian Laporan, pada tanggal 3 September 2019
c. Kinerja buruk dan kurang cepatnya respon keluhan-keluhan yang diajukan
masyarakat.
2. Upaya dalam Mencegah Maladministrasi di Kota Jambi
Dalam beberapa hal, sering kita dengarkan penyataan bahwa mencengah
lebih baik dari pada mengobati. Dalam konteks kesehatan, mencegah berarti
melakukan serangkaian kegiatan dengan tujuar agar terhindar dari suatu
penyakit. Namun dalam konteks penyelenggaraaan pelayanan publik yang harus
dilakukan adalah menyusun sebuah strategi pencegahan supaya menghindarkan
agar tidak terjadi tindakan maladministrasi.
Dalam upaya pencegahan maladministrasi, Ombudsman Perwakilan
Jambi memiliki bidang tersendiri yaitu Bidang Pencegahan. Bidang
Pencegahan ini terdiri dari 4 orang asisten. Perlu diketahui dahulu Ombudsman
memiliki 3 (tiga) bidang yaitu Bidang Pencegahan, Bidang Pengawasan, dan
Bidang Penyelesaian Laporan. Semenjak pimpinan pusat Ombudsman RI
diganti, Bidang Pengawasan masuk ke Bidang Pencegahan khusus Ombudsman
Perwakilan.
Upaya pencegahan praktik maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik di Kota Jambi harus dilakukan sejak awal dan sedini mungkin.
Kepala Ombudman Perwakilan Jambi menyatakan bahwa:
“Kalau mencegah pastinya kita melakukan sosialisasi dengan
pemerintah daerah Kota Jambi dan juga kepada masyarakat. Apa sih
sebernarnya Ombudsman itu dan bagaimana kewenangannya. Tetap kita
lakukan sosialisasi.25
Dalam mencegah maladministrasi di Kota Jambi , Ombudsman
melakukan sosialisasi-soaliasi dan pendekatan kepada Pemerinta Daerah Kota
Jambi dan masyarakatnya. Ombudsman memberikan pengetahuan dini tentang
apa itu lembaga Ombudsman, bagaimana tugas dan fungsinya, serta bagaimana
kewenangan Ombudsman tersebut.
Supaya Pemerintah Kota Jambi dan juga masyarakatnya paham bahwa
Ombudsman adalah sebuah lembaga pengawas pelayanan publik yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik. Dan apabila ada masyarakat
yang mengalami dugaan praktik maladministrasi bisa melaporkan langsung
kepada Ombudsman Perwakilan Jambi .
Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Bidang Pencegahan
menjelaskan lebih rinci bagaimana upaya Ombudsman Perwakilan Jambi
dalam mencegah maladministrasi di Kota Jambi , beliau menyatakan bawah
adapun upaya Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi
di Kota Jambi , antara lain:26
a. Kerjasama
Yaitu melakukan kerja sama ataupun MoU dengan Pemerintah Daerah
Kota Jambi dan Instansi-instansi terkait yang ada di Kota Jambi .
25
Hasil Wawancara dengan Bapak Jafar Ahmad, selaku Kepala Ombudsman Perwakilan
Aceh, pada tanggal 3 September 2019 26 Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku
Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3
September 2019
b. Partisipasi Masyarakat
1. Melakukan sosialisasi dengan masyarakat, melakukan pelatihan- pelatihan
tentang Ombudsman kepada masyarakat di Kota Jambi
2. Melakukan pertemuan berkala dengan Komunitas Perempuan dan masyarakat
adat yang ada di Kota Jambi .
3. Memberikan pengetahuan tentang Ombudsman kepada Komunitas pemuda
dan Organisasi pemuda yang ada di Kota Jambi
4. Memberikan field trip atau kuliah lapangan kepada mahasiswa dengan
memberikan materi-materi tentang bagaimana cara mengawasi pelayanan
publik ataupun pihak Ombudsman yang datang ke kampus untuk memberikan
materi
5. Pada hari jum’at Ombudsman Perwakilan Jambi melakukan Saweuh Masjid
dimana Ombudsman Perwakilan Jambi membuka gerai pengaduan untuk
masyarakat yang ingin mengadukan tentang dugaan praktik maladministrasi
dan juga Ombudsman RI Perwakilan Jambi meminta khatib untuk
memberikan khutbah jum’at dengan tema pelayanan publik yang Islami
menurut Islam dan dikaitkan dengan kondisi saat ini
6. Tidak terlupa Ombudsman Perwakilan Jambi membuat pertemuan dengan
para penyandang disabilitas untuk melakukan diskusi tentang pelayanan
publik
7. Ombudsman Perwakilan Jambi membentuk Forum Waratawan Peduli
Pelayanan Publik (FWP3) untuk membantu Ombudsman dalam mengawasi
pelayanan publik khususnya di Kota Jambi .
c. Observasi Kepatuhan
Ombudsman Perwakilan Jambi melakukan observasi standar pelayanan
publik yang ada di banyak instansi di Kota Jambi . Dimana Ombudsman
Perwakilan Jambi melakukan observasi kepada SKPK (Satuan Kerja Perangkat
Kabupaten/Kota) Jambi yang berhubungan dengan perizinan karena disana itu
untuk pencegahan pungutan liar (pungli).
Standar pelayanan publik sudah tercantum dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik. Seharusnya setiap instansi yang ada di Kota Jambi
memampangkan agar masyarakat tau bagaimana standar pelayanan publik di
instansi tersebut. Di standar pelayanan tersebut harus jelas berapa hari jangka
waktunya, berapa jumlah tarif iuran biayanya, apabila tidak ada tarif iuran biaya
maka pihak instansi wajib ditulis atau diberitahu kepada masyarakat.
Dan Ombudsman Perwakilan Jambi juga melakukan observasi pada
sarana prasarana pendukung seperti ruang tunggu, toilet, dan sebagainya. Itu yang
di observasi oleh Ombudsman Perwakilan Jambi di instansi-instansi yang ada di
Kota Jambi .
d. Pengawasan
Ombudsman Perwakilan Jambi dilibatkan dalam pengawasan PPDB
(Penerimaan Peserta Didik Baru) khususnya di Kota Jambi . Mulai dari SD, SMP,
dan SMA ketika adanya penerimaan peserta didik baru Ombudsman Perwakilan
Jambi melakukan pengawasan untuk pencegahan maladministrasi seperti
pungutan liar (pungli).
Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi di Kota
Jambi perlu di lakukannya kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang ada di
pemerintahan Kota Jambi . Hal tersebut bertujuan untuk memperlancar kerja
Ombudsman Perwakilan Jambi dan mendapat dukungan dari pemerintah Kota
Jambi dalam mencegah maladministrasi.
Ombudsman Perwakilan Jambi merangkul semua elemen masyarakat
dengan melakukan sosialisasi di berbagai tempat yang ada di Kota Jambi dalam
upaya mencegah terjadinya maladministrasi. Seperti yang kita ketahui masyarakat
adalah salah satu pengawas eksternal dalam pelayanan publik sama seperti
Ombudsman.
Pengawasan itu bisa berupa pengawasan internal dan pengawasan
eksternal. Pengawasan internal itu di dalam institusi itu sendiri seperti Inspektorat,
Irwasda, POM itu adalah pengawas internal yang ada di istitusi itu sendiri. Sedang
kan pengawas eksternal itu yang paling utama itu dari masyarakat, Ombudsman,
kemudian legislatif seperti DPR-RI, DPRA, dan DPRK.
Ombudsman Perwakilan Jambi merupakan salah satu pengawas eksternal
itu. Ketika sosialisasi dilakukan Ombudsman Perwakilan Jambi mengharapkan
masyarakat bisa mencegah maladministrasi tersebut dengan melaporkan dugaan
maladministrasi ke Ombudsman. Dengan masyarakat melapor ke Ombudsman
maka maladministrasi itu tercegah.
Kemudian Ombudsman Perwakilan Jambi melakukan observasi ke
instansi-instansi yang ada di Kota Jambi . Guna untuk melihat apakah standar
pelayanan di instansi tersebut sudah jelas, seperti alur penyesaiannya, jangka
waktu, dan apakah di punggut biaya ataupun tidak itu harus di beritahukan kepada
masyarakat agar masyarakat tidak bingung dan heran ketika ada hal yang
berbenturan dengan standar pelayanan di instansi tersebut.
Ombudsman Perwakilan Jambi juga melakukan pengawasan terhadap
penerimaan siswa baru baik itu SD, SMP, dan SMA yang ada di Kota Jambi . Di
karenakan pada saat penerimaan siswa baru banyak sekali oknum- oknum yang
melakukan pungutan liar (pungli) untuk meloloskan siswa di sekolah tersebut. Hal
ini sangat rawan terjadi pada saat penerimaan siswa baru, oleh karena itu
Ombudsman Perwakilan Jambi di libatkan dalam pengawasan penerimaan
peserta didik baru.
C. Peluang dan Tantangan Ombudsmna Perwakilan Jambi dalam
Mencegah Maladministrasi di Kota Jambi
1. Peluang Ombudsman Perwakilan Jambi dalam Mencegah
Maladministrasi di Kota Jambi
Ombudsman Perwakilan Jambi dalam melakukan pengawasan
penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Jambi , ada peluang-peluang yang di
dapatkan oleh Ombudsman Perwakilan Jambi dalam melaksanakan fungsi dan
wewenangnya. Peluang ini sangat membantu dan memperlancar Ombudsman
dalam melakukan pengawasan dugaan maladministrasi di Kota Jambi .
Menurut Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Bidang Pencegahan,
Peluang Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi di
Kota Jambi adalah mendapat respon positif dan apresiasi dari LSM, Pemerintah
Kota Jambi , dan juga DPRK Kota Jambi .
Di karenakan Ombudsman melakukan pertemuan berkala ataupun FGD
(focus group discussion) yang menghadirkan langsung Walikota Jambi , Ketua
DPRK Kota Jambi , LSM, Ketua Ombudsman Perwakilan Jambi .
Diforum tersebut semua LSM diberikan hak untuk bersuara terkait
masalah pelayanan publik yang ada di Kota Jambi . Mereka bisa mengeluhkan
semua hal tentang penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Jambi langsung
dengan aparatnya seperti Walikota dan DPRK Kota Jambi sebagai legistatif. Dan
keluhan-keluhan tersebut lansung ditanggapi oleh pihak Pemerintah Kota Jambi
dan DPRK Kota Jambi .27
Seperti LSM mengeluhkan masalah air PDAM, masalah listrik, dan
sebagainya dan kekurangan-kekurangan tersebut langsung di tanggapi oleh
Pemerintah Kota Jambi dan DPRK Kota Jambi , seperti kekurangan anggaran dan
sebagainya. Dengan adanya pertemuan berkala tersebut Ombudsman Perwakilan
Jambi mendapat apresiasi dan respon positif dari LSM, Pemerintah Kota Jambi ,
dan terutama DPRK Kota Jambi .28
Dari pada mengkritik dengan tidak jelas dan marah-marah, melalui forum
ini para LSM bisa menyampaikan segala keluh kesah mereka terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Jambi . Pertemuan ini pun dianggap
sangat konstruktif dan membangun dan semoga bisa memperbaiki
penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Jambi . Dan ini menjadi sebuah
27
Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku Asisten Ombudsman
Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3 September 2019 28
Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku
Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3
September 2019
peluang yang sangat berharga bagi Ombudsman Perwakilan Jambi dalam
mencegah maladministrasi di Kota Jambi .29
Pendapat yang sama juga di sampaikan oleh Kepala Ombudsman
Perwakilan Jambi , beliau mengatakan bahwa peluang Ombudsman Perwakilan
Jambi dalam mencegah maladministrasi di Kota Jambi adalah tingginya animo
dukungan dari LSM, Pemerintah Kota, DPRK Kota Jambi , dan tidak lupa
kepercayaan masyarakat Kota Jambi yang sangat membantu demi kelancara kerja
Ombudsman Perwakilan Jambi .30
2. Tantangan Ombudsman Perwakilan Jambi dalam Mencegah
Maladministrasi di Kota Jambi
Sebagai lembaga negara yang bersifat indepeden dan tidak
tergantung dengan lembaga lain tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik di
Kota Jambi banyak terdapat tantangan-tantangan dalam menjalankan tugas
dan kewengananya sebagai lembaga pengawas penyelenggaraan pelayanan
publik.
Menurut Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Bidang
Pencegahan menjelaskan bahwa tantangan yang di hadapai Ombudsman
Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi di Kota Jambi yakni:
29
Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku
Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3
September 2019
30 Hasil Wawancara dengan Bapak Jafar Ahmad, selaku Kepala
Ombudsman Perwakilan Jambi, pada tanggal 3 September 2019
a. Masih banyak masyarakat khusunya Kota Jambi yang takut ataupun
malas melapor ke Ombudsman Perwakilan Jambi . Masyarakat
beranggapan bahwa percuma saja melapor ke Ombudsman pasti
hasilnya akan sama saja dan karna pemikiran tersebut masyarakat
merasa takut dan malas untuk melapor ke Ombudsman terkait adanya
dugaan maldaministrasi
b. Ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui dan merasa asing
dengan istilah Ombudsman, kemungkinan masih di rasa masih
minimnya sosialisasi, padahal Ombudsman Perwakilan Jambi terus
menerus melakukan sosialisasi agar masyarakat paham tentang
Ombudsman.
c. Terkadang Pemerintah Daerah Kota Jambi tidak melakukan apa yang
menurut Ombudsman Perwakilan Jambi harus di perbaiki. Dan juga
kurang kooperatifnya instansi-instansi terlapor dalam memberikan
klarifikasi sehingga penyelesaian laporan dari masyarakat agak sedikit
lambat.31
Dalam uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam mencegah
maladministrasi di Kota Jambi , Ombudsman Perwakilan Jambi mendapat
peluang dan tanggapan positif dari berbagai elemen di Kota Jambi seperti
Pemkot, DPRK, dan juga LSM yang ada di Kota Jambi .
Itu menjadi suatu pendorong bagi Ombudsman Perwakilan Jambi
31
Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku
Asisten Ombudsman Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3
September 2019
untuk terus meningkatkan kinerja dalam mencegah maladministrasi di Kota
Jambi .
Di samping itu juga dalam upaya mencegah maladministrasi di Kota
Jambi , tentu Ombudsman Perwakilan Jambi mendapat tantangan-
tantangan yang dapat menghambat kinerja mereka. Kita sebagai masyarakat
Jambi dan khususnya Kota Jambi harus mendukung dan membantu
Ombudsman Perwkilan Jambi dalam mencegah maladministrasi. Agar
penyelenggaraan pelayanan publik yang bersihm adil, jujur dan bermartabat
dapatterwujud.
72
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan:
1. Peran dan fungsi Ombudsman Perwakilan Jambi di Kota Jambi
a. Peran Ombudsman Perwakilan Jambi di Kota Jambi adalah mengawasi
pelayanan publik di Kota Jambi , menerima laporan- laporan yang berkenaan
dengan dugaan praktik maladministrasi di Kota Jambi, serta menindak lanjuti
laporan-laporan tersebut sampai tuntas.
b. Sedangkan fungsi Ombudsman Perwakilan Jambi di Kota Jambi yaitu
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Jambi termasuk yang diselenggarakan Oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan swasta maupu
perseorangan yang diberikan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik.
2. Upaya Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi di
Kota Jambi
a. Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak atau lembaga terkait yang ada di
Kota Jambi ,
b. Melakukan partisipasi masyarakat yaitu berupa sosialisasi, melakukan
58
74
pertemuan secara berkala dengan LSM dan berbagai unsur masyarakat
yang ada di Kota Jambi .
c. Melakukan investigasi instansi-instansi yang menyelanggarakan pelayanan
publik yang ada di Kota Jambi tentang bagaimana standar pelayanan publik
di instansi tersebut apakah sudah sesuai dengan UU No.25 Tahun 2009
tentang pelayanan publik dan di mengerti dan membuat masyarakat Kota
Jambi mendapat pelayanan publik yg adil, jujur, dan berkeadilan.
d. Ikut terlibat dalam pengawasan terhadap dugaan praktik maladmninistrasi
yang terjadi pada pada saat penerimaan peserta didik baru baik itu di SD,
SMP, maupun SMA. Karena sangat rawan terjadi aksi pungli yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
3. Peluang dan tantangan Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah
maladministrasi di Kota Jambi
a. Peluang yang di dapat oleh Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah
maladministrasi di Kota Jambi adalah mendapat dukungan positif serta apresiasi
baik dari pihak Pemerintah Kota Jambi , LSM, dan juga DPRK Kota Jambi . Itu
membuat Ombudsman Perwakilan Jambi lebih bersemangat dan memperlancar
kinerja Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mencegah maladministrasi di Kota
Jambi
b. Adapaun tantangan yang di hadapi oleh Ombudsman Perwakilan Jambi dalam
mencegah maladministrasi di Kota Jambi adalah masih banyak masyarakat Kota
75
Jambi yang masih takut dan ragu untuk melaporkan dugaan praktik
maladministrasi dikarenakan pemahaman masyarakat yang kurang mendalam
serta pengetahuan tentang apa itu Ombudsman dan apa itu maladministrasi dan
akibat yang di timbulkan oleh maladministrasi. Dan terkadang Pemerintah Kota
Jambi tidak menjalankan apa yang menurut Ombudsman Perwakilan Jambi harus
dilakukan dan tidak kooperatifnya terlapor ataupun instansi terlapor dalam
memberikan informasi dan klarifikasi sehingga membuat laporan lambat selesai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya Ombudsman Perwakilan Jambi dalam mengawasi pelayanan publik di
Kota Jambi agar lebih maksimal lagi dalam memberikan sosialisasi dan
mengedukasi masyarakat tentang keberadaan Ombudsman Perwakilan Jambi
supaya masyarakat lebih tahu mengenai Ombudsman Perwakilan Jambi .
2. Sebaiknya penyelenggara pelayanan publik di Kota Jambi lebih memperhatikan
standar pelayanan publik sebagaimana yang telah tertera di UU No.25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik, supaya masyarakat dapat memperoleh hak untuk
mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas.
3. Sebaiknya masyarakat Kota Jambi lebih peka dan peduli serta ikut serta dalam
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik dengan melaporkan adanya
dugaan praktik maladministrasi
76
4. Diharapkan Ombudsman Perwakilan Jambi melakukan perubahan sistem
maupun peraturan yang terkait supaya tantangan yang dihadapi oleh Ombudsman
Perwakilan Jambi dapat teratasi.
77
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif
PelayananPublik.Mitra
Kusdi, Dr. 2017. Teori organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba
Humanika
Moleong, J, Lexy.2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Refisi.
Bandung:Remaja Rosdakarya
Rusli, Budiman. 2016. Kebijakan Publik Membangun Pelayanan Publik
yangResponsif.Bandung: CV ADOYA Mitra Sejahtera.
Sugiyono. 2017, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung ; Alfabeta
Tresiana, Novita. 2017. Penelitian kualitatif. Jambi: Pustaka Nusantara
Sugiyono. 2016, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung ; Alfabeta
Suara Ombudsman RI, “Kiprah Dan Jejak Ombudsman RI”, Edisi Pertama, Januari-
Febuari 2013, h. 10.
Ombudsman Republik Indonesia, “Buku PedomanOmbudsman,” (Jakarta: 2014).
Undang-Undang
Undang-Undang no 25 tahun 2009
Undang-Undang no 37 tahun 2008
Kepres no 44 tahun 2000
78
Lain-lain
Http://www.Lembaga Ombudsman Jambi.com/publikasi, 2019/2/9,
15.25wib.html.
Ombudsman RI Perwakilan Jambi, “Laporan berkala dan Laporan Tahunan
2018”, 2019/9/27 12.35.36 wib.
Hasil Wawancara dengan Bapak Taufiqurrahman, selaku Asisten Ombudsman
Perwakilan Jambi Penyelesaian Laporan, pada tanggal 3 September 2019
Hasil Wawancara dengan Bapak Jafar Ahmad, selaku Kepala Ombudsman
Perwakilan Aceh, pada tanggal 3 September 2019
Hasil Wawancara dengan Ibu Ayu Parmawati Putri, selaku Asisten
Ombudsman Perwakilan Jambi Pencegahan, pada tanggal 3 September 2019
79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Informasi Diri
Nama : Panut Saparudin
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & Tgl. Lahir : Rimbo Bujang 03-07-1997
NIM : SPI. 152167
Alamat : Mendalo Asri
No. Telp/HP : 0812 7611 1324
Nama Ayah : Kamid
Nama Ibu : Wasri’ah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD N 76 Desa Purwoharjo : Tahun 2008
b. SMP N 39 Kab Tebo : Tahun 2011
c. MAS AS-Salam Rimbo Bujang : Tahun 2014
d. UIN STS Jambi : Tahun 2019
2. Pendidikan Non-Formal
a. Kursus Komputer di Jambi