kedokteran

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian kritis terhadap bukti sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi setiap makalah atau jurnal. Dalam epidemiologi klinik, kemampuan mengkaji suatu penelitian sangat diperlukan karena ketidakmampuan dalam hal tersebut dapat menyebabkan salah persepsi terhadap hasil suatu penelitian. Telaah kritis jurnal merupakan hal yang sangat diperlukan sebelum informasi yang kita peroleh dari jurnal tersebut dapat kita terapkan karena tidak semua jurnal atau makalah valid dapat diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan kedokteran, membaca jurnal ilmiah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut evidence based medicine”. Agar dalam membaca jurnal ilmiah, dokter sebagai klinikus dapat memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya, setiap dokter harus membekali diri dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. 1

Upload: tri-wahyu-saptami

Post on 21-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

JURNAL

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kajian kritis terhadap bukti sangat penting dilakukan untuk mengetahui

isi setiap makalah atau jurnal. Dalam epidemiologi klinik, kemampuan

mengkaji suatu penelitian sangat diperlukan karena ketidakmampuan dalam hal

tersebut dapat menyebabkan salah persepsi terhadap hasil suatu penelitian.

Telaah kritis jurnal merupakan hal yang sangat diperlukan sebelum informasi

yang kita peroleh dari jurnal tersebut dapat kita terapkan karena tidak semua

jurnal atau makalah valid dapat diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan.

Dalam pendidikan kedokteran, membaca jurnal ilmiah adalah suatu metode

yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir

membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter sebagai pemberi pelayanan

kesehatan adalah untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini

merupakan suatu pendekatan yang disebut “evidence based medicine”.

Agar dalam membaca jurnal ilmiah, dokter sebagai klinikus dapat

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, setiap dokter harus membekali

diri dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika

seorang dokter membaca laporan ilmiah tanpa melakukan telaah kritis, berarti

ia tidak mengetahui kelemahan penelitian. Dengan konsekuensi, ia mengadopsi

kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita bayangkan bila dokter

kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru.

Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah jurnal ilmiah, kami

memilih artikel jurnal dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

dan sikap masyarakat kelurahan imandi dengan tindakan pemanfaatan

puskesman imandi” Kami menelaah artikel tersebut dari sudut pandang

evidence based medicine sebelum diterima sebagai tambahan ilmu

pengetahuan.

1

1.2. Rumusan Masalah

Apakah artikel jurnal berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

dan sikap masyarakat kelurahan imandi dengan tindakan pemanfaatan

puskesman imandi” telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid,

penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence

based medicine?

1.3. Tujuan

Menentukan apakah artikel jurnal berjudul “Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan dan sikap masyarakat kelurahan imandi dengan tindakan

pemanfaatan puskesman imandi“ telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang

valid, penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut pedoman telaah

kritis evidence based medicine.

1.4. Manfaat

Dengan telaah kritis, untuk menentukan validitas artikel jurnal yang

berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan sikap masyarakat

kelurahan imandi dengan tindakan pemanfaatan puskesman imandi“, maka

dapat diputuskan layak atau tidaknya informasi yang terdapat dalam jurnal

tersebut untuk digunakan dalam kegiatan ilmiah atau untuk kepentingan klinis

.

2

BAB II

RESUME JURNAL

2.1. Judul

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat

Kelurahan Imandi Dengan Tindakan Pemanfaatan Puskesman Imandi.

2.2. Peneliti

1. Ni putu S, Mahasiswa , Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Ratulangi Manado

2. Jane M Pangemanan, Dosen Program Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi Manado

3. Jimmy Ramampuk, Dosen Program Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi Manado

2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : di Kelurahan Imandi

Waktu : Maret-Mei 2013

2.4. Pendahuluan

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dibangun untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh dan terpadu bagi

seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004).

Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di

pedesaan. Sebelum era tahun 70-an, kebijakan pembangunan sarana pelayanan

kesehatan lebih banyak diarahkan untuk membangun Rumah Sakit yang

umumnya terletak diperkotaan sehingga tidak mudah diakses oleh sebagian

besar masyarakat yang tinggal di pedesaan (Muninjaya, 2004). Untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu dilakukan,

salah satu diantaranya menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang

3

dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah segala upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam satu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun

masyarkat (Azwar, 1999). Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau

pelayanan kesehatan (health service).

Perilaku merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku

kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

lingkungan, karena pada dasarnya kesehatan bukan hanya untuk diketahui atau

disadari dan disikapi, melainkan harus dikerjakan atau dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari. Karena meskipun kesadaran dan pengetahuan

masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek tentang kesehatan

atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah (Notoatmodjo, 2010).

Tahun 2012 terdapat 9.422 Puskesmas, yang terdiri dari 3.061 Puskesmas

perawatan, dan 6.361 Puskesmas non perawatan yang tersebar di Indonesia

(Anonimous, 2012). Sulawesi Utara memiliki 176 Puskesmas dan 14

Puskesmas diantaranya yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow

(Anonimous, 2012).

Menyadari Puskesmas di tengah-tengah masyarakat sebagai ujung

tombak dalam pelayanan kesehatan seharusnya diimbangi dengan

kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan Puskesmas sebagai tempat

pelayanan kesehatan semakin besar. Akan tetapi kondisi yang terjadi bahwa

pelayanan Puskesmas belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat. Hal

ini terbukti dari rendahnya jumlah kunjungan masyarakat dalam memanfaatkan

Puskesmas.

Dalam 1 tahun terakhir dapat dilihat perbandingan pemanfaatan sarana

pelayanan kesehatan pada bulan Januari-Juni terdapat 2.248 kunjungan pasien,

Sementara pada bulan Juli–Desember terjadi penurunan pemanfaatan sarana

4

pelayanan kesehatan di Puskesmas Imandi dengan jumlah kunjungan 2.058,

baik pada pasien asuransi kesehatan (Askes) dan juga pasien yang dikenakan

biaya berobat (out of pocket) (Puskesmas Imandi, 2012).

2.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap masyarakat kelurahan Imandi dengan tindakan

pemanfaatan Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten

Bolaang Mongondow.

2.6. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross

sectional study. Sampel berjumlah 92 responden yang diambil secara purposive

sampel. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Analisis hubungan

menggunakan uji chi square dengan CI 95% dan α = 0,05.

Populasi pada penelitian ini yaitu masyarakat di Kelurahan Imandi,

dimana kelurahan Imandi terdiri atas empat lingkungan. Populasinya yaitu

kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Imandi. Jumlah kepala keluarga

yang ada di Kelurahan Imandi yaitu sebanyak 1.160 Kepala Keluarga.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara

purposive sample didasarkan pada suatu petimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri (Saryono, 2011).

2.7. Hasil dan Pembahasan Penelitian

A. Hasil Penelitian

Statistik Deskriptif

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Imandi Kecamatan Dumoga

Timur Kabupaten Bolaang Mongondow terletak di kelurahan Imandi dengan

luas wilayah kerja ±81.560 M², bertanggung jawab atas 11 Desa atau

Kelurahan dalam wilayah kerjanya. Kelurahan Imandi Kecamatan Dumoga

Timur Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kelurahan yang

5

termasuk dalam wilayah kerja dari Puskesmas Imandi dengan luas wilayah

±15.400 M² dengan jumlah lingkungan sebanyak empat lingkungan.

Tabel 1. Persentase Pengetahuan Responden

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

pengetahuan yang baik dari keseluruhan responden adalah sebanyak 85 orang

(92,4%) sedangkan yang memiliki pengetahuan yang tidak baik sebanyak 7

orang (7,6%).

Tabel 2. Persentase Sikap Responden

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki Sikap yang

baik dari keseluruhan responden adalah sebanyak 85 orang (92,4%) sedangkan

yang memiliki Sikap yang tidak baik sebanyak 7 orang (7,6%).

Tabel 3. Persentase Tindakan Responden

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki Tindakan

pemanfaatan puskesmas adalah sebanyak 74 orang (80,4%) lebih tinggi

6

dibandingkan dengan responden yang memiliki tindakan tidak memanfaatkan

puskesmas sebanyak 18 orang (19,6%).

Tabel 4. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pemanfaatan

Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang

Mongondow.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa tindakan pemanfaatan puskesmas

yang tidak baik pada responden yang berpengetahuan tidak baik sebesar 85,7%

(6 orang) sedangkan tindakan pemanfaatan puskesmas yang baik pada

responden yang berpengetahuan tidak baik sebesar 14,3% (1orang). Hasil

penelitian pada data diatas menggunakan uji chi square serta diperoleh p<0,05

yaitu 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

tindakan pemanfaatan puskesmas.

Tabel 5. Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan pemanfaatan

puskesmas Imandi.

Hasil pada Tabel 5 menggambarkan bahwa sikap tidak baik terhadap tindakan

pemanfaatan puskesmas yang tidak baik pada masyarakat yakni 85,7% (6

7

orang) sedangkan yang memiliki sikap yang baik dan memiliki tindakan

pemanfaatan puskesmas yang tidak baik sebanyak 14,1% (12 Orang).Hasil

penelitian pada data diatasmenggunakan uji chi square serta diperoleh p<0,05

yaitu 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara sikap dengan tindakan

pemanfaatan puskesmas.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh responden yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas ada 74 responden (80,4%) dan yang tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas 18 responden (19,6%). Dari

angka-angka ini menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan

Imandi memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Kesehatan merupakan tanggung jawab Negara dan semua pihak dan

jaminan dari kebijakan social dan ekonomi yang bertujuan untuk memperkecil

angka kesakitan dan resiko umum lainnya serta sanggup bertindak dan

melayani dalam melakukan promosi, pencegahan, dan pemulihan

(WHO,2005). Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah

kesehatan yang lainnya.

Puskesmas merupakan salah satu institusi kesehatan dasar yang paling

dekat dengan masyarakat. Pemberian informasi atau pesan kesehatan dan

penyuluhan kesehatan dengan tujuan memberikan atau meningkatkan

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau

masyarakat, sehingga akan memudahkan terjadinya perubahan kearah perilaku

sehat. Pembangunan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan peran serta dan perubahan

perilaku masyarakat dalam menunjang kesehatan (Farich, 2012).

Teori lain tentang pencarian pelayanan kesehatan oleh individu atau

masyarakat adalah teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993). Teori

tersebut mengemukakan bahwa beberapa cara yang dilakukan individu dalam

8

bereaksi atau bertindak dalam menghadapi penyakit adalah tidak bertindak,

bertindak mengobati sendiri, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

pengobatan modern baik pemerintah atau swasta. Dari teori tersebut dapat

disimpulkan bahwa persepsi sehat sakit sangat berkaitan dengan mencari

pengobatan. Pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi penggunaan fasilitas

pelayanan yang disediakan.

Hasil penelitian menggunakan uji chi square serta diperoleh p<0,05 yaitu

0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan

pemanfaatan puskesmas maka hipotesis diterima. Pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Disetiap wilayah masyarakat sudah terdapat berbagai tempat pelayanan

kesehatan ataupun tempat berobat dari mulai bidan desa, posyandu, puskesmas

pembantu, puskesmas, klinik dokter dan rumah sakit. Dalam memilih berbagai

pelayanan kesehatan ini masyarakat memiliki hak ataupun kebebasan untuk

sarana berobat mereka, yang mana disesuaikan dengan keadaan ekonomi dan

kebutuhan mereka sendiri. Perubahan perilaku kesehatan melalui cara

pendidikan atau promosi kesehatan diawali dengan cara pemberian informasi-

informasi kesehatan. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-

cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

hal tersebut.

Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran

mereka sendiri (bukan karena paksaan).

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan

perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan

mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang

disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit belum sama dengan konsep sehat-sakit

9

kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas

yang diberikan, bila persepsi sehat-sakit sudah sama dengan pengertian kita,

maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan.

Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang

dengan adanya penelitian-penelitian sosial, budaya masyarakat, persepsi dan

perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit dengan memberikan

pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian pelayanan yang diberikan

akan diterima oleh masyarakat.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Tombi (2012) bahwa ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Sindulang

1 dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting. Hasbi (2012), mengemukakan

bahwa prasarana adalah tempat yang secara tidak langsung mendukung

pelayanan kesehatan, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas

diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan.

Sulityowati (2006) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan tingkat pemanfaatan pelayanan.

Hasil penelitian menggunakan uji chi square serta diperoleh p<0,05 yaitu

0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara sikap dengan tindakan

pemanfaatan puskesmas. Seperti telah disebutkan bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain

adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Menurut pendapat beberapa ahli, perilaku kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan dan penilaian terhadap objek kesehatan,

selain itu perilaku kesehatan individu ditentukan juga oleh adanya orang lain

yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat mendukung perilaku

seperti biaya, waktu dan tenaga. Hal ini mengandung makna bahwa sikap

seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh social ekonomi saja tetapi juga oleh

faktor-faktor yang lain seperti informasi, lingkungan dan termasuk pula

10

kualitas interaksi social mereka di masyarakat. WHO (1999) menyatakan

bahwa salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku termasuk

dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber

dana yang dimiliki antara lain kesempatan dan uang.

Hasil penelitian Shobur (2005) yang menyatakan bahwa sebagian besar

keluarga yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan

dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat adalah keluarga menengah yang

dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan pemanfaatan sarana pelayanan

kesehatan, keluarga juga mempertimbangkan pendapatan keluarga dan

murahnya tempat pelayanan kesehatan. Penelitian Setyawan (2004)

menyebutkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait juga dengan hal-

hal antara lain biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan kepada sarana

pengobatan, kondisi waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan pengobatan,

dan situasi di sarana pengobatan.Solikhah (2008) menyatakan bahwa ada

hubungan bermakna antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien.

Menurut Andersen dan Newman (Tanpa Tahun), ada pengaruh sosial lain

selain dari sistem pelayanan kesehatan yang secara langsung mempengaruhi

penggunaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian

menunjukan sebanyak 76 (82,6%) yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di

puskesmas.

Pemilihan pemanfaatan Puskesmas Imandi sebagai sarana pelayanan

kesehatan prioritas tidak dapat terlepas dari pengaruh faktor pemilihan

alternatif sarana pelayanan kesehatan lain, yaitu dengan adanya pilihan praktek

dokter dan Bidan yang biaya pengobatannya juga masih dapat dijangkau oleh

masyarakat dengan mutu pelayanan kesehatan yang baik. Selain itu

kemungkinan ada faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti yang

mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Imandi

oleh masyarakat Kelurahan Imandi. Hasil observasi lapangan yang dilakukan,

didapati bahwa di Kelurahan Imandi terdapat 2 tempat praktek dokter dan 2

bidan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada salah satu praktik

dokter di Kelurahan Imandi, didapati bahwa biaya yang dikeluarkan pasien

11

relatif masih bias dijangkau, walaupun memang lebih mahal daripada biaya

yang dikeluarkan apabila berobat di Puskesmas Imandi. Kemungkinan lain

yang mempengaruhi yakni waktu tunggu yang lama dan jam buka puskesmas

Imandi yang sering terlambat merupakan salah satu penyebab masyarakat tidak

memanfaatkan Puskesmas Imandi. Didukung oleh penelitian Yuliah (2001)

menyatakan bahwa sikap petugas berhubungan dengan pemanfaatan

Puskesmas.

Menurut Notoatmodjo (2010), rendahnya utilisasi (penggunaan) fasilitas

kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Balai pengobatan, dan sebagainya

tidak hanya disebabkan oleh faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan

masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun sosial), tarif yang

tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor masyarakat itu sendiri, diantaranya persepsi atau

konsep dari masyarakat.

Menurut penelitian Hermawan (2011) menyatakan bahwa walaupun

banyak faktor penentu tingkat kesehatan masyarakat, tampaknya akses

terhadap fasilitas pelayanan kesehatan memegang paranan penting. Nurcahyani

(2000) menyatakan bahwa ada hubungan antara lama waktu tunggu dengan

pemanfaatan pelayanan.

2.8. Kesimpulan dan Saran Penelitian

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan,

sikap masyarakat dengan tindakan pemanfaatan Puskesmas di Kelurahan

Imandi Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang Mongondow, maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar Masyarakat di Kelurahan Imandi berpengetahuan baik

mengenai fungsi dan pelayanan wajib di Puskesmas.

2. Sebagian besar sikap masyarakat di Kelurahan Imandi Setuju terhadap

pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas

12

3. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan masyarakat di

Kelurahan Imandi dengan pemanfaatan Puskesmas Imandi.

4. Terdapat hubungan bermakna antara sikap masyarakat di Kelurahan

Imandi dengan pemanfaatan Puskesmas Imandi.

B. SARAN

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang disediakan oleh pemerintah yaitu melalui sarana pelayanan

kesehatan tingkat pertama/dasar (Puskesmas).

2. Bagi Puskesmas Imandi

Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama Puskesmas

harus lebih meningkatkan pelayanan kesehatan. Meningkatkan

pengetahuan masyarakat melalui promosi kesehatan atau edukasi kepada

masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat,

khususnya mengenai pelayanan yang ada di Puskesmas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dalam

pembuatan penelitian lebih lanjut, dengan melihat baik dari jumlah

sampel, metode penelitian, penambahan variabel yang lain serta

karakteristik masyarakat dan daerah.

2.9. Korelasi Isi Jurnal

A. Hasil Penelitian pada Jurnal

1. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh responden yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas ada 74 responden (80,4%) dan yang

tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas 18 responden

(19,6%).Dari angka-angka ini menunjukan bahwa sebagian besar

masyarakat Kelurahan Imandi memanfaatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas.

13

2. Hasil penelitian menggunakan uji chi square serta diperoleh p<0,05 yaitu

0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

tindakan pemanfaatan puskesmas maka hipotesis diterima. Pengetahuan

adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya)

B. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan

Dalam Prakteknya dilapangan masyarakat dengan pengetahuan baik

terkadang lebih memilih untuk langsung ke Rumah sakit, praktek dokter

maupun ke praktek bidan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di

bandingkan kepuskesmas karena pelayanan kesehatan di pelayanan primer

di nilai kurang. Oleh sebab itu banyak yang berpengetahuan baik tidak

memanfaatkan puskesmas di kelurahan imandi dengan baik

2.10. Perbandingan Isi Jurnal

Terdapat pembahasan yang menjelaskan perbandingan antara isi jurnal

dengan teori atau hasil penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

14

BAB III

ANALISIS JURNAL (CRITICAL APPRAISAL)

Berikut ini disajikan pembahasan tentang telaah kritis jurnal, ditinjau dari

struktur dan kelengkapan isi makalahnya, yang kami sajikan dalam bentuk

tabel:

Critical

ApprasialPoint Critical Appraisal Ya Tdk Keterangan

Judul

Penelitian

Tidak terlalu panjang atau

terlalu pendek

Menggambarkan isi utama

penelitian

Cukup menarik

Tanpa singkatan selain yang

baku

Penulis

Apakah nama penulis

dicantumkan?

Apakah ada institusi penulis

dicantumkan?

Apakah asal institusi penulis

sesuai dengan topik

penelitian?

Bidang

Ilmu

Apakah bidang ilmu

tercantum dalam judul

penelitian?

Apakah latar belakang

penulis (institusi tempat

15

bekerja) sesuai dengan

bidang ilmu topik

penulisan?

Metode

Penelitian

Apakah tujuan penelitian

disebutkan?

Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis

hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap

masyarakat kelurahan

Imandi dengan tindakan

pemanfaatan Puskesmas

Imandi Kecamatan Dumoga

Timur Kabupaten Bolaang

Mongondow.

Apakah desain penelitian

sesuai dengan tujuan

penelitian?

Bagaimana level of evidence

dari desain penelitian?Level 2

Bagaimana sampel dalam

penelitian tersebut dipilih?

Sampel berjumlah 92

responden yang diambil secara

purposive sampel

Dalam bentuk apa hasil

penelitian disajikan?

Tabel dan

narasi.

Data dianalisis dan

ditampilkan dalam bentuk

tabel serta dianalisis secara

deskriptif.

Apakah uji statistik yg

digunakan?

Analisis

chisquare

dilakukan

Desain penelitiannya adalah

berupa survei analitik.

16

untuk

menguji

perbedaan

antara nilai

kelompok.

Hasil

Penelitian

Apakah hasil penelitian

dapat diimplementasikan di

kedokteran?

Peningkatan mutu pelayanan

di layanan primer.Apakah ada rekomendasi

khusus terhadap hasil

penelitian?

Kesimpula

n dan

saran

Disertakan kesimpulan

utama penelitian

Kesimpulan didasarkan

pada data penelitian

Kesimpulan tersebut sahih

Disertakan saran penelitian

selanjutnya

Daftar

pustaka

Apakah daftar pustaka yg

digunakan up to date?

Sebagian sumber pustaka

tidak up to date.

Daftar pustaka yang

digunakan sesuai dengan

topik penelitian

Apakah daftar pustaka yang

digunakan sesuai topik

penelitian?

Apakah daftar pustaka yang

digunakan dari sumber yang

dapat dipercaya?

Daftar pustaka disusun

17

sesuai dengan aturan jurnal

Semua yang tertulis pada

daftar pustaka sesuai situasi

pada naskah dan sebaliknya

Keseluruhan makalah ditulis

dengan bahasa yang baik

dan benar, lancar, enak

dibaca, informatif, hemat

kata, dan efektif

Makalah ditulis dengan taat

azas

18

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Jurnal dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Masyarakat Kelurahan Imandi Dengan Tindakan Pemanfaatan Puskesmas

Imandi” telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan dapat

diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence based medicine.

4.2. Saran

Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi

kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien

menurut pedoman telaah kritis evidence based medicine hendaknya para

peneliti lebih memperhatikan kelengkapan isi jurnal dan memperhatikan

syarat-syarat penulisan dalam jurnal tersebut.

Untuk jurnal ini disarankan agar daftar pustaka yg digunakan up to date.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Description of Levels of Evidence, Grades and

Recommendations. www.pccrp.org. Diakses 15 November 2014.

Dahlan, M.S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta,

Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,

Jakarta, Indonesia.

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis

(edisi ke-3). Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 95-108.

Suputra,P. dkk. 2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Team Achievement Divisions dan minat Belajar terhadap Prestasi

Belajar Anatomi Mahasiswa. Diakses pada 15 November 2014.

20