bioteknologi kedokteran

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga mempertimbangkan bidang bioteknologi yang mempunyai potensi bagi masyarakat. Di sebelum abad 20, bioteknologi telah memanfaatkan mikroorganisme melalui proses fermentasi untuk membuat produk keperluan sehari-hari seperti roti, keju, bir dan anggur. Pemanfaatan bioteknologi kala itu masih sangat konvensional dan dikategorikan sebagai bioteknologi tradisional. Diawal abad 20, Fleming menemukan antibiotik penisilin, dan di tahun 1982, obat berbasis rekombinasi DNA pertama diciptakan yaitu insulin manusia yang diproduksi dengan memanfaatkan bakteri tanah, E-coli . Dipenghujung abad 20, merebak produk bioteknologi maju seperti tanaman transgenik, gene chips dan kloning mamalia. Proses pengembangan produk berbasis rekombinan DNA ini dikategorikan sebagai bioteknologi modern. Sejak awal perkembangannya, bioteknologi semakin banyak mendapat perhatian dan berperan pada sector- sektor penting dalam kehidupan kita. tidak ketinggalan, teknologi ini telah merambah ke berbagai aspek di 1

Upload: dika-arfika

Post on 05-Dec-2014

218 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aplikasi bioteknologi yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari,

tetapi juga mempertimbangkan  bidang bioteknologi  yang mempunyai potensi

bagi masyarakat. Di sebelum abad 20, bioteknologi telah memanfaatkan

mikroorganisme melalui proses fermentasi untuk membuat produk keperluan

sehari-hari seperti roti, keju, bir dan anggur. Pemanfaatan bioteknologi kala itu

masih sangat konvensional dan dikategorikan sebagai bioteknologi tradisional.

Diawal abad 20, Fleming menemukan antibiotik penisilin, dan di tahun 1982, obat

berbasis rekombinasi DNA pertama diciptakan yaitu insulin manusia yang

diproduksi dengan memanfaatkan bakteri tanah, E-coli . Dipenghujung abad 20,

merebak produk bioteknologi maju seperti tanaman transgenik, gene chips dan

kloning mamalia. Proses pengembangan produk berbasis rekombinan DNA ini

dikategorikan sebagai bioteknologi modern.

Sejak awal perkembangannya, bioteknologi semakin banyak mendapat

perhatian dan berperan pada sector-sektor penting dalam kehidupan kita. tidak

ketinggalan, teknologi ini telah merambah ke berbagai aspek di bidang kesehatan,

termasuk diagnosis, pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Teknik-teknik

diagnostic molekuler serta deteksi dini penyakit infeksi dan penyakit-penyakit

genetis telah dikembangkan.

Dalam hal pnyakit genetis, deteksi dini secara molekuler saat ini sudah

mulai digunakan untuk beberapa jenis penyakit keturunan. Pengobatan penyakit

genetis tidak akan dapat dilakukan dengan cara pengobatan kimia konvensional

karena penyakit ini disebabkan oleh adanya mutasi pada tingkat DNA dan RNA.

Penggantian DNA yang mengalami mutasi menjadi DNA normal dan dimasukkan

kembali ke dalam tubuh dinamakan gene terapi. Semua upaya pendeteksian,

diagnose penyakit serta pncegahannya dibahas I dalam bioteknologi medis.

1

Page 2: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Ketika manusia mengembangkan bioteknologi medis sebagian menjadi

optimis bahwa bioteknologi tersebut akan memberikan kemungkinan bagi

manusia untuk hidup lebih panjang, mengobati lebih banyak penyakit,

mendapatkan keturunan tanpa harus melalui lembaga perkawinan, dan

memperkecil kemungkinan kematian bayi saat dilahirkan.

Berdasarkan ulasan singkat tersebut maka kita tahu bahwa bioteknologi di

bidang kedokteran berperan dalam deteksi, diagnose serta bisa mencegah adanya

suau penyakit ada manusia. Sehingga kami menyusun makalah terkait masalah

tersebut dengan judul “Bioteknologi Di Bidang Kedokteran”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah bahasan dalam Bioteknologi Kedokteran?

2. Bagaimana peran Biologi molekuler dalam mendeteksi dan mendiagnosis

kondisi penyakit manusia ?

3. Apa yang dimaksud dengan terapi gen?

4. Metode baru apa dalam bioteknologi kedokteran ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bahsan yang berada dalam Bioteknologi Kedokteran

2. Untuk mengetahui peran Bioteknologi molekuler dalam mendeteksi dan

mendiagnosis kondisi penyakit manusia

3. Untuk mengetahui tentang terapi gen

4. Untuk mengetahui metode baru dalam bioteknologi kedokteran

2

Page 3: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. BAHASAN BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Aplikasi bioteknologi yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari,

tetapi juga mempertimbangkan  bidang bioteknologi   potensial. Mungkin tidak

ada topik dalam bioteknologi yang lebih menghebohkan, lebih optimis, dan

mendapatkan selain topik bioteknologi medis. Terapan bioteknologi medis telah

ada selama masa  dasawarsa ini. Misalnya, 100 tahun yang lalu, lintah umum

digunakan untuk pengobatan penyakit dengan ‘penghisapan darah”. Beberapa

dokter  mempercayai, dengan menggunakan lintah  untuk mengisap darah dari

pasien, darah kotor akan dipindah dari tubuh pasien. Masa itu menjadi masa

belajar  tentang  bio-tehnologi medis karena kemajuan dalam bidang bioteknologi

yang sedang terjadi pada saat  tingkat pikiran yang ragu. Tapi kenyataannya,

Lintah menjadi pusat perhatian lagi!.  Bukan untuk penghisapan darah  tetapi

untuk enzim yang telah ditemukan dalam  air liurnya yang dapat melarutkan

pembekuan darah dan memungkinkan digunakan untuk pengobatan stroke  dan

serangan jantung. ( Thieman. William J, 2013)

Berikut adalah bahsan pokok yang akan dibahas dalam materi

bioteknologi kedokteran adalah:

a. Kekuatan Biology Molecular dalam Mendeteksi dan Mendiagnosis Penyakit

Manusia

b. Terapi Gen

c. Metode baru Bioteknologi kedokteran menurut penelitian

B. KEKUATAN BIOLOGY MOLECULAR DALAM MENDETEKSI DAN

MENDIAGNOSIS PENYAKIT MANUSIA

- Model Penyakit Manusia

Pada pembahasan bagian tentang Kekuatan Biologi Molekular :

Mendeteksi dan Mendiagnosis Keadaan Penyakit manusia, dikatakan tentang tikus

percobaan, cacing dan lalat telah memainkan peran penting dalam membantu para

ilmuwan mempelajari keadan penyakit manusia. Manuisa memang tidak dapat

3

Page 4: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

dibandingkan dengan spesies lain  karena memiliki kemampuan  untuk

berkomunikasi melalui percakapan dan tulisan juga berjalan tegak lurus,

menciptakan musik, membuat makanan pizza dengan baik, dan mengeksplorasi 

planet-planet yang jauh. Tetapi  senyatannya bukanlah hal yang unik pada tingkat

genetik. Dari ragi, cacing hingga tikus, digunakan sebagai organism model.

Sejumlah penyakit genetik manusia  juga terjadi dalam organisme model. Oleh

karena itu, para ilmuwan dapat menggunakan organisme model untuk

mengidentifikasi   gen-gen penyakit dan menguji pendekatan terapi gen untuk

melakukan pengecekan keefektifan dan keamanannya sebelum menggunakannya

untuk  percobaan klinis pada manusia. ( Thieman. William J, 2013)

Banyak gen-gen yang telah teridentifikasi pada spesies model yang

berbeda yang menunjukkan saling terkait  pada  gen manusia  berdasarkan

kesamaan urutan DNA. Seperti gen terkait yang disebut dengan homologues

sehingga dapat ditemukan obat jantung, kanker bahkan sampai AIDS.

Secara historis, penemuan para ilmuan yang sangat  signifikan hampir

disemua bidang  biologi termasuk anatomi dan  jiwa, biochemestry, biologi sel,

biologi pengembangan, genetik dan biologi molekular merupakan peratam yang

dibuat dalam organisme model dan kemudian dikaitkan pada manusia. Misalnya,

dalam  janin yang sedang berkembang, beberapa sel harus mati untuk membuat

ruang sel lain.  Bagaimana tubuh mengetahui dimana untuk mengembangkan

organisme tertentu dan menentukan yang mana  mempunyai 959 sel, haruslah

diciptakan agar para ilmuwan  diperbolehkan untuk menentukan  nasib  atau 

keturunan dari semua sel-sel dalam  alat yang berkenaan dengan janin  yang

berkembang untuk membentuk sistem yang tinggal sendirian, usus, dan jaringan

lain dari alat. Dari sel itu. 131 adalah dipersiapkan untuk mati dalam satu bentuk

sel yang terbunuh dengan sendirinya yang dikenal sebagai   kematian sel yang

diprogramkan, atau apoptosis. Selama pengembangan embrio manusia, lembaran

sel kulit membuat jaringan-jaringan  diantara  jari tangan dan jari kaki; apoptosis 

bertanggungjawab  untuk melakukan degenerasi dari jaringan-jaringan itu

sebelum kelahiran. Tetapi apoptosis  dilibatkan dalam penyakit neurodegenratif

seperti penyakit Alzheimer, penyakit Huntington,  amyotropic lateral scierosis

(penyakit lou Gehrig), dan penyakit Parkison, juga  radang sendi dan bentuk-

4

Page 5: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

bentuk ketidak-suburan (kemandulan). Organisme  model akan membantu  kita

memahami lebih baik tentang gen-gen yang terlibat dan  melemahkan  atau

menghentikan proses degeneratif itu.  ( Thieman. William J, 2013)

Banyak gen yang menentukan rencana tubuh manusia, pengembangan

organ, dan secepatnya menjadi tua dan mati adalah  hampir identik  pada gen-gen

dalam lalat buah. Selain itu,  gen yang telah bermutasi diketahui untuk

memberikan peningkatan pada penyakit dalam  manusia juga menyebabkan

penyakit dalam lalat buah. Sesuai dengan laporan dari Howard Hughes medical

Institute (the Genes We Share with Yeast, Flies, Warms, and Nice, New Clues to

Human Health  and Disease) kira-kira 61% dari gen-gen telah bermutasi dalam

289  penyakit manusia ditemukan dalam lalat buah. Kelompok ini mencakup gen-

gen yang terlibat dalam kanker prostat, kanker pangkreas,  cystic fibrosis,

leukimia. Dan banyak penyakit  genetik manusia lainnya.

- Biomarker untuk deteksi penyakit

Dalam pengobatan, biomarker dapat menjadi zat yang dimasukkan ke

dalam suatu organisme sebagai sarana untuk memeriksa fungsi organ atau aspek-

aspek lain dari kesehatan. Sebagai contoh, rubidium klorida digunakan sebagai

isotop radioaktif untuk mengevaluasi perfusi otot jantung.

Biomarker yang memainkan peran penting dalam mengidentifikasi

berbagai bentuk kanker pada tahap sedini mungkin, dan juga digunakan sebagai

bagian dari tes non-invasif kanker yang dirancang untuk menyebabkan

jumlah minimum stres kepada pasien.

Biomarker disini sebagai indicator sebuah penyakit. Biomarker adalah

adalah sebuah tipe protein yang diproduksi oleh jaringan yang terserang penyakit

atau protein yangprodusinya meningkat ketika jaringan terserang penyakit.

Salah satu bentuk penyakit di mana biomarker yang digunakan secara luas

adalah kanker prostat. Penelitian biomarker dan kemampuan mereka

untuk membantu dalam deteksi dini penyakit di set untuk terus berlanjut dan pasti

akan tumbuh sebagai lebih banyak perusahaan dan ahli datang untuk menyadari

manfaat dari biomarker dan peran penting mereka berperan dalam penelitian

medis. ( Thieman. William J, 2013)

5

Page 6: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

- Project Genome Manusia mengungkapkan penyakit gen Manusia pada

semua kromososm manusia

KOMPAS.com - Dunia bersukacita ketika Francis Harry Compton Crick,

James Dewey Watson, dan Maurice Hugh Frederick Wilkins menemukan struktur

molekul asam nukleus yang menyusun materi genetik tahun 1953. Dikenal

sebagai DNA (deoxyribonucleic acid), inilah cetak biru informasi genetik penentu

sifat setiap makhluk hidup.

Pemahaman DNA dan petanya menjadi kunci pembuka babak baru dalam

memahami penyakit dan pengobatannya. Karena itu, pada 1990 diluncurkanlah

Proyek Genom Manusia untuk memetakan 3 miliar nukleotida yang menyusun

100.000 gen dalam tubuh manusia. Varian-varian gen tersebut, antara lain,

menentukan tinggi badan, warna mata, sidik jari, golongan darah, dan kerentanan

terhadap penyakit.

Dalam tataran ideal, analisis genetik memang dapat membantu menghemat

biaya kesehatan lewat deteksi dan pencegahan dini. Dr Katrina Armstrong, Guru

Besar Sekolah Kedokteran di University of Pennsylvania, AS, menjelaskan bahwa

uji pada 21 gen tertentu bisa menunjukkan pasien kanker payudara yang tidak

responsif terhadap kemoterapi. Informasi ini akan membantu pasien mendapatkan

terapi yang lebih tepat dan bisa menghemat biaya hingga 400 juta dollar AS setiap

tahun.

Menurut Dr Wylie Burke, ahli genetik yang memimpin Departemen

Bioetik dan Humaniora di University of Washington, ada sekitar 1.000 mutasi gen

yang wajib uji. The American College of Medical Genetics and Genomics telah

membuat daftar kondisi apa saja yang perlu dicek rutin saat pemetaan genom.

Dengan fokus pada ”titik-titik panas” tertentu, pasien bisa mendapat informasi

signifikan untuk kesehatannya.

Saat ini beberapa penyakit diketahui terkait dengan gen, termasuk di

antaranya alzheimer, kanker usus besar, kanker payudara, diabetes, autisme, dan

kegemukan. Pada alzheimer, mereka yang mewarisi mutasi gen pada kromosom 1,

14, dan 21, hampir pasti terkena penyakit ini pada usia 30-60 tahun.

6

Page 7: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Demikian pula halnya dengan autisme. Ternyata 20 persen kasus autisme

bersumber pada gen abnormal karena hilang atau terduplikasi pada kromosom 15

dan 16. Suatu tes darah yang kini tengah dikembangkan untuk memindai 55 gen

mungkin bisa membantu mendiagnosis kondisi ini lebih dini.

Perkembangan Indonesia

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang turut berpartisipasi dalam

proyek pemetaan genom, telah melakukan studi DNA pada sejumlah suku di

Indonesia. Pada beberapa penyakit ternyata mutasinya spesifik sesuai kelompok

etnik.

Soal talasemia, misalnya. Mutasi beta talasemia yang menyebabkan sel

darah merah tidak cukup memiliki hemoglobin, berbeda spektrumnya pada orang

Jawa, Melayu, dan Makassar. Berdasarkan pemahaman mutasi ini, Lembaga

Eijkman berhasil mengembangkan metode diagnosis prenatal pertama di dunia.

Demikian pula halnya dengan diabetes melitus yang dipicu oleh reaksi gen

di mitokondria terhadap gaya hidup. Mutasi gen ini di Indonesia 10-40 persen,

bandingkan dengan orang Eropa 10 persen dan Asia 30 persen. Persentase

semakin besar artinya semakin rentan terkena diabetes. (Kompas.com, 2012)

C. TERAPI GEN

Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang

bertanggung jawab terhadap suatu penyakit (Malik, 2005). Terapi gen

dikembangkan dengan harapan bahwa gen-gen fungsional yang disisipkan ke

dalam sel dapat memperbaiki fungsi sel dan menghasilkan produk gen yang

diperlukan, lalu mengkompensasi kelainan genetik dan menyembuhkan penyakit

(Wargasetia, 2005). Terapi gen pertama kali dilakukan pada 14 September 1990 di

USA yang didesain untuk mengobati penderita SCID (Severe Combined Immnue

Defficiency). Penyakit ini disebabkan karena sel darah putih tidak dapat

menghasilkan ADA (Adenosine Deaminase).  Metode penyembuhan penyakit

SCID dilakukan dengan terapi gen ex-vivo atau diluar tubuh. Mula-mula, bagian

T-cell dari sel darah putih pasien diekstrak keluar tubuh, kemudian diisolasi.

Sementara itu disiapkan gen ADA normal yang disisipkan pada plasmid bakteri.

7

Page 8: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Selain itu juga diperlukan media transfer berupa retrovirus yang telah dilemahkan

sehingga tidak berbahaya. Virus tersebut berfungsi sebagai media transfer gen

ADA agar dapat dimasukkan kedalam tubuh. Setelah tiga komponen tersebut

lengkap (T-cell pasien, retrovirus, dan gen ADA dalam plasmid bakteri),

ketiganya digabungkan sehingga terbentuklah sel darah putih yang menghasilkan

gen pengkode ADA. Sel tersebut kemudian dikultur dalam laboratorium, setelah

itu diinjeksikan kembali ke tubuh pasien.

Metode Pengiriman Gen

Gen-gen baru membutuhkan cara untuk masuk ke dalam sel-sel target.

Hal tersebut merupakan aspek yang sangat menantang dari terapi gen. Ilmuwan

menggunakan berbagai wahana pengiriman yang disebut vektor. Gen-gen

umumnya dikirimkan secara in vivo, yaitu gen-gen dimasukkan ke dalam sel-sel

yang ada di dalam tubuh. Kadang-kadang gen-gen dimasukkan ke dalam sel di

luar tubuh (ex vivo) dan kemudian dikembalikan kepada pasien. Beberapa metode

pengiriman melibatkan:

Virus, seperti virus penyebab flu atau penyakit infeksi lainnya. Ilmuwan akan

“mengaitkan” virus pada gen yang dimaksud di dalam sel. Virus yang

digunakan sudah dimodifikasi sehingga tidak akan menyebabkan penyakit.

Liposom, suatu globul lemak dan air yang digunakan untuk membawa gen-

gen ke dalam sel. Nanosphere adalah partikel sintetik yang juga dapat

digunakan untuk pengiriman gen. Gen-gen yang dimaksud dibawa oleh

plasmid (DNA pendek berbentuk sirkular). Liposom dan nanosphere dapat

larut ke dalam sel dan melepaskan gen-gen.

Penyuntikan DNA secara langsung ke dalam jaringan seperti otot atau

kelenjar yang disebut mengirimkan DNA telanjang karena DNA yang

mengandung gen tidak dibungkus oleh apapun seperti plasmid atau vektor

lainnya. Metode ini cukup menjanjikan, tetapi ada kekurangannya yaitu

bahwa sistem imun dapat melihat DNA telanjang sebagai materi asing dan

melawannya sehingga gen-gen biasanya hanya dapat bekerja untuk waktu

yang singkat.

Gene gun adalah teknik dengan menggunakan butiran emas kecil dibungkus

dengan DNA yang disuntikkan secara langsung ke dalam sel-sel. Penggunaan

8

Page 9: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

gene gun dapat menghindari beberapa masalah yang berkaitan dengan

penggunaan virus untuk mengirimkan gen-gen tetapi efeknya tidak lama

(Wargasetia, 2005).

Ada dua strategi dasar dalam terapi gen, yaitu:

1. Terapi gen ex vivo

Pada terapi ex vivo, sel diambil dari tubuh pasien, direkayasa secara

genetik dan dimasukkan kembali ke tubuh pasien. Keunggulan metode ini adalah

transfer gen menjadi lebih efisien dan sel terekayasa mampu membelah dengan

baik dan menghasilkan produk sasaran. Kelemahannya, yaitu memunculkan

immunogenisitas sel pada pasien-pasien yang peka, biaya lebih mahal dan sel

terekayasa sulit dikontrol.

2. Terapi gen in vivo

Terapi gen in-vivo yaitu transfer langsung gen target ke tubuh pasien

dengan menggunakan pengemban (vektor). Pengemban yang paling sering

dipakai untuk mengantarkan gen asing ke tubuh pasien adalah Adenovirus.

Telah terjadi perkembangan terapi gen yang terkini untuk penyakit-

penyakit adalah lebih ke arah gagasan mencegah diekspresikannya gen-gen yang

jelek atau abnormal, atau dikenal dengan gene silencing. Untuk tujuan gene

silencing atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka penggunaan RNA jika

dibandingkan dengan DNA lebih dimungkinkan, sehingga dikenal istilah RNA

therapeutic.

Suatu studi yang menggemparkan dilaporkan di majalah Nature bulan Mei

2001 yang menunjukkan bahwa RNA dapat membungkam ekspresi gen dengan

efektif. Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA (messenger RNA)

daripada mengganti gen yang cacat berarti menggunakan mekanisme regulasi sel

itu sendiri, sehingga efek samping yang merugikan lebih dapat ditekan (Malik,

2005).

RNA adalah suatu asam ribonukleat yang terdapat dalam alur informasi

genetik organisme yang berupa dogma sentral dari DNA —>RNA —> Protein,

yaitu DNA ditranskripsi menjadi RNA, dan selanjutnya RNA ditranslasi menjadi

protein. Di dalam sel terdapat tiga jenis RNA yaitu mRNA, tRNA dan rRNA.

Diantara ketiga jenis RNA, mRNA dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut di

9

Page 10: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

atas. RNA dalam keadaan normal merupakan untai tunggal, namun pada

kenyataannya untai tunggal ini dapat membentuk dupleks dengan membentuk

ikatan hidrogen, sebagaimana DNA, jika terdapat untai yang komplemen dalam

urutan basa nukleotidanya. Bentuk dupleks RNA akan mengakibatkan

terhalangnya proses translasi sehingga sintesis protein terganggu, atau

posttranscriptional gene silencing (PTGS), atau gene silencing. Gene silencing

adalah suatu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya diketahui

melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk melawan virus.

Penghambatan proses ekspresi gen dapat dilakukan pada beberapa tahap,

diantaranya adalah tahap translasi, yaitu dengan mengganggu proses translasi

tersebut pada molekul mRNA. Molekul RNA yang akan ditranslasi mempunyai

sekuense di bagian hulu sebagai tempat pengenalan bagi ribosom dalam proses

sintesis protein. Ribosom, sebagai mesin pensintesis polipeptida yang kemudian

dimodifikasi lebih lanjut menjadi protein, memerlukan situs pengenalan yang

terdapat pada mRNA untuk dapat melaksanakan pekerjaannya. Manipulasi pada

tahap translasi mRNA yang bertujuan untuk mengatasi suatu penyakit genetis

saat ini dikenal dengan istilah antisense RNA, small interfering RNA (si RNA),

atau disebut pula RNA interference (RNAi). Potongan pendek dari duplex RNA

atau DNA untai ganda (short interferring RNA atau siRNA) dilaporkan

mengakibatkan degradasi RNA- RNA lain di dalam sel yang memiliki sekuens

berkesesuaian. Yang lebih terkini lagi adalah ditemukannya lebih kurang empat

tahun yang lalu suatu micro RNA (miRNA) yang berperan membungkam

ekspresi gen.

Untuk menghantar molekul RNA diperlukan suatu wahana yang sesuai

untuk membawanya ke target sel tertentu. Wahana paling banyak digunakan

dalam terapi gen adalah virus yang telah dimodifikasi secara genetis sehingga

mampu membawa DNA manusia normal. Disamping itu, teknologi

penghantaran obat dengan bentuk liposome yang kini juga telah banyak

mengalami modifikasi, serta teknologi menggunakan pengenalan reseptor, telah

mendukung perkembangan terapetik RNA.

1. Terapi antisense RNA

10

Page 11: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Mekanisme kerja antisense RNA adalah sebagai berikut Untai RNA yang

ditranslasi disebut sebagai untai sense. Sementara itu, untai yang mempunyai

sekuens basa nukleotida komplemen dengan untai sense disebut antisense. Jika

untai sense berikatan dengan untai antisense membentuk dupleks, maka terjadi

pemblokiran proses translasi yang mengakibatkan terjadinya penghambatan

ekspresi gen. Hal ini dapat terjadi disebabkan ribosom tidak memperoleh akses

ke pada nukleotida pada untai mRNA, atau yang dapat pula terjadi adalah

disebabkan bentuk duplex RNA sangat mudah terdegradasi oleh enzim

pendegradasi ribonukleat, ribonuclease, di dalam sel. Penggunaan metode DNA

rekombinan daripada RNA rekombinan, lebih memungkinkan untuk

menghantarkan gen sintetis yang menyandikan molekul RNA antisense ke dalam

suatu organisme dengan relatif lebih stabil. Suatu antisense mRNA jika

dimasukkan ke dalam sel suatu organisme, maka aRNA akan berikatan dengan

mRNA yang ada di dalam sel tersebut sehingga membentuk suatu dupleks.

2. Terapi antisense RNA

Terbentuknya dupleks RNA ini akan menyebabkan terjadinya

penghambatan ekspresi gen pada tahap translasi. Untuk berlangsungnya proses

translasi, selain ribosom sebagai mesin pensintesis protein, maka diperlukan pula

mRNA untai tunggal, juga diperlukan tRNA yang membawa asam amino – asam

amino, serta protein-protein kecil khusus yang terkandung di dalam ribosom.

Dalam praktiknya, terapi gen dengan prinsip antisense tidaklah semudah 11

Page 12: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

teorinya. Dimulai dari proses pemasukan molekul RNA antisense ke dalam

sistem biologis sel organisme. Molekul ini harus berhadapan dengan kondisi

adanya enzim nuklease dimana-mana, baik di dalam sel maupun di dalam

sirkulasi darah. Untuk menghindari degradasi ini, asam nukleat (dalam hal ini

RNA) dimodifikasi secara kimia dengan memodifikasi gugus di dalam struktur

asam nukleat. Setelah berhasil enzim nuklease, molekul asam nukleat harus

mampu menembus sel membran yang merupakan lapisan lemak ganda. Padahal,

asam nukleat terbangun atas gugus fosfat sebagai tulang punggungnya yang

menghasilkan muatan negatif bersifat hidrofilik. Di dalam sel, asam nukleat

harus dialokasikan dengan benar dan tepat ke tempat kerjanya yaitu di nukleus.

Namun, sebelum dapat masuk ke dalam nukleus, di dalam sitoplasma sel, asam

nuklet terapetik ini harus berhadapan dengan berbagai penghalang. Setelah

melalui rintangan-rintangan dan masuk ke dalam nukleus dengan menembus

pori-pori membran nukleus, belum dapat begitu saja melaksanakan tugasnya.

Seringkali DNA dan RNA nukleus merupakan bentuk yang berlipat secara

kompak dan diselubungi oleh protein nukleus. Bahkan, dalam hal RNA, struktur

terlipatnya belum begitu banyak dipahami, dan masih sedikit informasi

mengenai hal ini, sehingga pada kenyataannya terapi antisense masih merupakan

pekerjaan trial and error pada berbagai lokasi dari suatu gen yang dipilih

berdasarkan apakah itu pada lokasi awal, pada bagian tengah atau pada bagian

lain yang esensial bagi proses ekspresi gen tersebut (Malik, 2005).

3. Terapi RNAi

RNAi dapat menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik

dengan jalan memutus mRNA yang mengandung sekuens pendek yang

homolog. Mekanisme kerja RNAi adalah melibatkan suatu intermediet aktif

yang disebut small interfering RNA (siRNA). Molekul siRNA berukuran kecil

yaitu hanya 21-25 nukleotida dengan dua nukleotida pada kedua ujung tidak

berpasangan. Molekul ini dihasilkan dari hasil kerja suatu enzim Dicer, yaitu

suatu ribonuclease dengan energi ATP, yang mengenali dan memotong mRNA

yang membentuk dupleks untai ganda menjadi potongan kecil fragmen untai

ganda mRNA. Selain itu, siRNA juga dihasilkan dari suatu short hairpin RNA,

yaitu untai dupleks RNA yang terbentuk dari suatu untai tunggal yang

12

Page 13: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

membentuk hairpin (sepert jepit rambut, dengan lengkungan melipat pada salah

satu ujungnya) yang juga dipotong oleh Dicer. Oleh enzim helicase, siRNA akan

dibuka ikatan hidrogennya sehingga untai antisense dari siRNA yang terbebas

dapat bergabung dengan suatu kompleks protein RNA-induced silencing

complex (RISC). Kompleks tersebut akan mengaktifkan RISC yang semula

inaktif, dan kemudian protein ini akan melaksanakan tugasnya bekerja memutus

mRNA pada bagian yang mengandung sekuens homolog dengan siRNA.

Yang menjadikan RNAi lebih menarik untuk terus diteliti kemampuan

aktivitasnya adalah tingkat spesifisitasnya yang cukup tinggi yang tidak dimiliki

oleh inhibtor lain. Disamping itu, RNAi mampu bekerja pada berbagai gen pada

waktu bersamaan. Namun, kesuksesan terapi RNAi, sebagimana terapi berbasis

materi genetik lain, ditentukan oleh stabilitas sediaan serta teknik penghantaran

yang digunakan (Malik, 2005).

Terapi Gen Pada Kanker

Sel-sel kanker mempunyai tiga karakteristik yang dikontrol secara

genetis untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan:

Sel-sel kanker mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tidak normal.

Sel-sel kanker tidak mati ketika tubuh mengisyaratkan hal itu.

sel-sel kanker melawan kerja sistem imun tubuh.

Oleh karena itu terapi gen untuk mengobati kanker didasarkan pada

koreksi kecepatan pertumbuhan, kontrol kematian sel dan membuat sistem imun

membunuh sel-sel kanker. Pendekatan lain untuk terapi gen kanker adalah dengan

strategi bunuh diri.

1) Koreksi kecepatan tumbuh sel-sel kanker

Suatu pendekatan untuk mengontrol kecepatan tumbuh sel-sel kanker

adalah dengan melibatkan penggunaan oligonukleotida antisense.

Oligonukleotida antisense adalah pasangan basa dari produk-produk gen

regulator pertumbuhan spesifik (onkogen seperti ras, PKC-a, raf, c-myc, HER-

2/neu). Onkogen dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol bila

gennya rusak, terlalu banyak kopi dari gen-gen ini di dalam sel atau terlalu aktif.

Ketika oligonukleotida antisense berikatan dengan produk-produk onkogen dari

13

Page 14: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

kanker, oligonukleotida tersebut menghambat fungsi onkogen, menghasilkan

penurunan pertumbuhan kanker dan memperpanjang kelangsungan hidup pasien.

Efektivitas oligonukleotida antisense tampaknya mening-kat bila

dikombinasikan dengan kemoterapi.

Pendekatan lain untuk menjadikan onkogen sebagai target adalah melalui

transfeksi sel dengan anti onkoprotein. Hal itu membuat sel-sel memproduksi

antibodi rantai tunggal intrasel yang menginaktifasi onkoprotein di dalam sel.

Anti ErbB-2 single-chain antibody (ScFv) dilaporkan berikatan dengan daerah

ekstrasel ErbB-2 yang baru disintesis sehingga membuat ErbB-2 tetap berada

di dalam sel dalam keadaan non aktif.

Pendekatan terapi lainnya untuk mengontrol pertumbuhan sel-sel kanker

adalah dengan terapi gen antiangiogenik. Terapi gen antiangiogenik dilakukan

dengan mengacaukan gen-gen yang menyokong angiogenesis. Angiogenesis

adalah pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru yang diperlukan sebagai

sumber nutrisi untuk pertumbuhan tumor. Melalui metode antiangiogenik maka

pertumbuhan sel-sel kanker akan terganggu (Wargasetia, 2005).

2) Pengontrolan kematian sel kanker.

Sejumlah gen yang juga digunakan untuk terapi gen kanker adalah gen-

gen yang berperan untuk menekan pertumbuhan tumor. Gen-gen penekan tumor

berfungsi mendesak sel untuk “bunuh diri” bila sel-sel telah berubah sifat

menjadi kanker. Gen-gen ini mengalami kerusakan pada berbagai tipe kanker

sehingga para ilmuwan berupaya mengganti gen-gen yang rusak tersebut dengan

gen-gen yang sehat. Gen yang pertama diidentifikasi mempunyai fungsi penekan

tumor yaitu Rb yang mengkode fosfoprotein p105Rb. P105Rb berperan penting

dalam diferensiasi dan replikasi sel-sel yang tidak berdiferensiasi. Mutasi pada

gen Rb menyebabkan retinoblastoma dan osteosarcoma. Hilangnya fungsi Rb

berkaitan dengan karsinoma paru, kandung kemih, prostat dan sejumlah kanker

payudara. Introduksi alel normal dari gen Rb pada sel-sel retinoblastoma dan

osteosarcoma menghasilkan perubahan pertumbuhan sel dan morfologi sel

menjadi normal serta menekan tumorigenitas dari sel-sel tersebut pada tikus.

14

Page 15: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

P53 adalah fosfoprotein inti multifungsi yang mempunyai peran utama

dalam modulasi transkripsi gen, mengatur siklus sel, mengaktifkan apoptosis,

dan mempertahankan stabilitas genomik. Pada sel-sel normal, DNA dapat

menjadi abnormal karena berbagai sebab namun tubuh mempunyai mekanisme

untuk mengoreksi atau menghilangkan sel-sel abnormal. Pada sel-sel normal,

gen p53 bertanggung jawab untuk memperbaiki DNA abnormal. Bila DNA tidak

dapat diperbaiki oleh gen p53, gen tersebut memberi sinyal pada sel yang

memiliki DNA abnormal untuk mati melalui mekanisme apoptosis. Pada sel-sel

kanker, gen p53 menjadi abnormal dan tidak dapat menyebabkan apoptosis pada

sel-sel abnormal. Diperkirakan 50% hingga 60% kanker pada manusia berkaitan

dengan gen p53 yang bermutasi atau tidak adanya ekpresi p53.

Pengontrolan genetik untuk kematian sel kanker dilakukan melalui

manipulasi gen p53 abnormal yang ada pada sejumlah kanker. Cara untuk

melakukan hal tersebut adalah dengan mentransfer gen p53 normal dengan

menggunakan adenovirus ke dalam sel kanker yang mengandung gen p53

abnormal. Transfer melewati membran sel tumor ke nukleus ini dapat

mengembalikan kontrol genetik yang normal.

Perlakuan lain dengan gen p53 sebagai target adalah dengan

menggunakan virus ONYX-015. Virus ini tidak mengganti gen yang

menginduksi apoptosis, namun virus tersebut telah dimodifikasi sehingga hanya

tumbuh dalam sel-sel kanker dengan fungsi p53 abnormal. Hal ini menyebabkan

kematian sel-sel kanker yang terserang virus dan tampaknya tidak

mempengaruhi sel-sel normal dengan fungsi p53 yang normal (Wargasetia,

2005).

3) Upaya untuk membuat sistem imun membunuh sel-sel kanker.

Terdapat sejumlah sitokin yang mempunyai aktivitas imun melawan

kanker ketika disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena atau subkutan yaitu

interleukin-2, interleukin-12, alfa interferon, gamma interferon dan faktor

penstimulasi koloni makrofag granulosit. Sitokin-sitokin ini juga efektif ketika

diinjeksikan langsung ke lokasi kanker.

Gen-gen untuk berbagai sitokin tersebut dapat diisolasi. Injeksi gen-gen

sitokin ke dalam sel-sel kanker akan menyebabkan sel-sel kanker memproduksi

15

Page 16: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

sitokin dan meningkatkan ekspresi antigen pada permukaan sel kanker. Hal ini

memungkinkan sistem imun untuk mengenali kanker yang mengarah pada

respon imun terhadap kanker-kanker lokal maupun yang telah bermetastasis.

Pendekatan ini telah ditoleransi dengan baik dan memperlihatkan keberhasilan

ketika dibandingkan dengan kontrol pada uji fase I/II.

Banyak pengobatan imun dicoba untuk meningkatkan aktivitas limfosit

pada daerah kanker. Satu pendekatan yang dicoba adalah injeksi gen yang

memfasilitasi ikatan limfosit dengan sel-sel kanker (plasmid HLA-B7) secara

langsung ke lokasi kanker. Hal ini memungkinkan limfosit untuk diidentifikasi

dan merusak kanker. Pendekatan ini ditoleransi dengan baik dan efektif pada uji

fase I-II ( Wargasetia, 2005).

4) Strategi bunuh diri.

Strategi bunuh diri adalah pendekatan terapi dengan menyisipkan suatu

gen yang membuat sel-sel kanker sangat sensitif terhadap obat. Pada saat pasien

diberi obat, obat tersebut hanya membunuh sel-sel yang mengandung gen

tersebut. Hal itu juga disebut kemosensitisasi.

Strategi bunuh diri melibatkan introduksi dari suatu gen yang mengkode

enzim non mamalia ke dalam sel-sel tumor, diikuti oleh pemberian dosis tinggi

prodrug non toksik sistemik. Enzim yang dipilih untuk tujuan ini mengkatalisis

reaksi yang tidak terjadi dalam sel-sel mamalia sehingga prodrug non toksik

dimetabolisme menjadi bentuk toksik di dalam tubuh pasien. Ekspresi enzim itu

diba-tasi sehingga konversi prodrug menjadi bentuk toksik hanya terjadi pada

daerah tumor. Melalui cara ini, konsentrasi tinggi dari obat kemoterapi hanya

terbatas pada daerah tumor sehingga hanya membunuh sel-sel tumor secara

selektif tanpa residu toksisitas sistemik. Percobaan di bidang ini menggunakan

enzim virus yang menghasilkan Virus-Directed Enzyme / Prodrug Therapy

(VDEPT) sebagai termi-nologi alternatif untuk strategi bunuh diri (Wargasetia,

2005).

16

Page 17: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

D. METODE BARU DALAM BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Berdasarkan penelitian Sukma Nuswantara dalam penelitian Bioteknologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan bahwa tingkat

ketelitian dan kecepatan dari deteksi molekuler untuk berbagai penyakit mulai

banyak digunakan. Beberapa metode yang umum dipakai dalam diagnosis

molekuler adalah sebagai berikut.

1. Hibridasi

Hibridasi DNA atau RNA maupun kombinasi keduanya adalah

proses dimana DNA template dipasang dengan potongan DNA pendek

yang fungsinya sebagai pelacak , yang dikenal sebagai probe. Susunan

basa probe DNA dirancang untuk mendeteksi mutasi DNA pada penyakit

bridigenetis. Probe DNA biasanya ditempeli protein yang mempermudah

deteksi terbentuknya molekul hybrid. Teknik hibridasi merupakan metode

yang sensitive sehingga sering digunakan dalam diagnosis. Teknik ini

dikemukakan oleh Ed Southern, sehingga dikenal sebagai teknik Southern

hybridization.

2. Restriction fragment length polymorphisms

Pada teknik ini, DNA genomic manusia dipotong dengan

menggunakan enzim restriksi. Variasi panjang fragment DNA hasil

pemotongan enzim antara satu individu dengan individu yang lain akan

terjadi mengingat 90% DNA manusia tidak mengandung gen yang dikenal

atau non-cloning. Prinsip ini dipakai dalam individu satu dengan lainnya

atau antara sel-sel jaringan yang sehat dengan jaringan yang sakit. Teknik

ini sering dikombinasikan dengan Southern hybridization.

3. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Dikembangkan oleh Kary Mullis pada tahun 1985. Teknik ini telah

mengubah standar-standar baku dalam studi analisa DNA dan RNA. PCR

merupakan pengembangan fill in reaction dan reaksi polimerasi tunggal

dengan menggunakan enzim Klenow yang dikenal sebelumnya. Kendala

yang dihadapi pada penggunaan enzim Klenow yaitu enzim ini tidak aktif

pada suhu diatas 65ºC. PCR ini menggunakan potongan DNA pendek

berutas tunggal yang dinamakan primer (oligonukleotida).

17

Page 18: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Jika primer ini dibuat untuk amplifikasi gen tertentu yang

merupakan indikasi on-off nya suatu penyakit genetis atau gen khusus

yang ada pada mikroba penyebab infeksi maka PCR ini dapat digunakan

dalam deteksi penyakit-penyakit tersebut. Beberapa teknik yang

mengikutsertakan PCR dapat digolongkan menurut jenis primer yang

digunakan sebagai berikut.

a) Primer Acak

Pada awal munculnya PCR, teknik primer acak yang popular adalah

Arbritarily Polymorphic DNA (RAPD), yang menggunakan satu

primer pendek (10) nukleotida yang susunannya acak. RAPD dapat

pula digunakan sebagai penelitian untuk studi pada penyakit tertentu.

b) Primer Spesifik

Dibuat khusus untuk amplikasi daerah DNA atau gen tertentu primer

spesifik biasanya digunakan berpasangan untuk memperbanyak DNA

dari arah hulu dan hilir. Jenis rancangan primer itu digunakan pada

pembuatan peta fisik suatu gen (gene mapping)sehingga teknik ini

dinamakan sebagai primer walking.

Dalam hal diagnosis penyakit infeksi, primer-primer yang

dirancang untuk mengenali DNA atau RNA mikroba penyebab

penyakit (bakteri, virus dan jamur) dapat dibuat secara spesifik.

4. Sekuensing DNA

Di antara semua teknik molekuler, sekuensing (penguatan) DNA

merupakan teknik yang paling detail dengan ketelitian separasi satu basa.

Ada 2 metode yang dikenal yaitu atas dasar teknik Maxam atau Gilbert

dan teknik Sanger. Metode Sanger adalah yang paling banyak digunakan

karena kesederhanaannya dengan menggunakan nukleotida dideoxy.

Molekul dideoxy menempel pada dNA yang terbentuk dan menghentikan

reaksi tersebut dielektroforesis pada kolom yang berbeda pada gel

polyacrylamide akan terbaca untaian basa-basa DNA yang diurutkan.

Gabungana antara metode PCR dengan sekuensing dinamakan

cycle sequencing amat berguna untuk memperbanyak cetakan DNA yang

akan diurutkan. Sekuensing dilakukan dengan mesin otomatis dengan

18

Page 19: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

pelacak sinar laser yang digabungkan pada ddNTP atau pada primer.

Signal yang terdeteksi sinar laser akan langsung diinput ke komputer dan

dikonservasikan ke salam bentuk grafik dan teks urutan DNA.

5. Deteksi Mutasi DNA

Penyakit yang disebabkan oleh adanya mutasi DNA, misalnya

pada gen tumour suppressor menyebabkan timbulnya sel secara tak

terkendali sehingga menyebabkan tumor atau kanker. Teknik ini telah

dikembangkan juga dengan memanfaatkan teknik PCR (Polymerase Chain

Reaction).

Diagnosis di Masa Datang

Peralatan standar yang dipakai di berbagai laboratorium saat ini masih

menggunakan sistem manual terutama untuk penanganan awal dan pengisian

sampel. Alat-alat generasi baru telah dikembangkan seperti DNA sequencer dan

PCR yang menggunakan tangan-tangan robot.

Karena harga peralatan yang tinggi, pengembangan ke arah pengguanaan

chip-chip elektrolit telah dimulai. Chip ini berisi primer atau probe

oligonukleotida yang dapat mendeteksi berbagai penyakit, penanda

tumor/kanker,dsb. Beberapa model chip dilengkapi dengan kemampuan untuk

melakuakan hibridaisasi, separasi DNA dan PCR. Percobaan untuk mendeteksi

adanya mutasi pada gen BRCA1 yang menyebabkan kanker payudara telah

berhasil dilakukan dengan menggunakan chip silicon. Tampaknya chip silicon

siap dikembangkan untuk mendeteksi berbagai penyakit genetis di masa datang.

19

Page 20: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahasan dalam Bioteknologi kedokteran adalah :

a. Kekuatan Biology Molecular dalam Mendeteksi dan Mendiagnosis

Penyakit Manusia

b. Mendeteksi penyakit genetic

c. Terapi Gen

d. Metode baru Bioteknologi kedokteran menurut penelitian

2. Di bidang kedokteran, telah bayak digunakan Biologi Molekular untuk

mendeteksi dan mendiagnosis penyakit manusia, diantaranya model penyakit

manusia, biomarker, dan pengungkapan penyakit manusia dengan project

genome.

3. Biomarker Biomarker disini sebagai indicator sebuah penyakit. Biomarker

adalah adalah sebuah tipe protein yang diproduksi oleh jaringan yang

terserang penyakit atau protein yang produsinya meningkat ketika jaringan

terserang penyakit.

4. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang

bertanggung jawab terhadap suatu penyakit.

5. Sel-sel kanker mempunyai tiga karakteristik yang dikontrol secara genetis

untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan:

Sel-sel kanker mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tidak normal.

Sel-sel kanker tidak mati ketika tubuh mengisyaratkan hal itu.

sel-sel kanker melawan kerja sistem imun tubuh.

Oleh karena itu terapi gen untuk mengobati kanker didasarkan pada koreksi

kecepatan pertumbuhan, kontrol kematian sel dan membuat sistem imun

membunuh sel-sel kanker.

6. Terdapat metode baru dalam bioteknologi kedokteran berdasarkan penelitian

LIPI, beberapa contoh metode baru tersebut adalah :

20

Page 21: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

a. Hibridasi

b. Restriction fragment length polymorphisms

c. Polymerase Chain Reaction (PCR)

d. Sekuensing DNA

e. Deteksi Mutasi DNA

B. Saran

Perkembangan dalam bidang kedokteran perlu memperhatikan aspek kelebihan

dan kekurangan, sehingga akan didapatkan hasil yang efektif dalam pengobatan

suatu penyakit. Masih terdapat beberapa kekurangan dalam bioteknologi

kedokteran seperti peralatan, bahan, teknisi, dan modal. Dimana hal tersebut

sangat penting dalam pelaksanaan bioteknologi kedokteran

21

Page 22: BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN

Daftar Pustaka

Agnes Aristiarini, Kompas.com. 2012. Meramal Nasib Manusia Lewat Genetika.

(online)http://sains.kompas.com/read/2012/12/26/13164799/Meramal.Nasib

.Manusia.lewat.Genetika, diakses tanggal 3 Maret 2013

Malik, A. 2005. RNA Therapeutic, Pendekatan Baru dalam Terapi Gen. Majalah

Ilmu Kefarmasian, (Online), II (2): 51-61,

(journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1145/1052), diakses 28

Februari 2013

Nuswantara, Sukma dan Usep Sutisna. 2002. Era Bioteknologi Dalam Pengobatan

Dan Diagnosis PenyakitInfeksi Dan Genetis. Pusat Penelitian Bioteknologi :

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), JL. Raya Bogor KM 46,

Cibinong 16911, Bogor. (Online)

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/file/4227.pdf, diakses tanggal 25 Februari

2013

Thieman, William J, and Michael A. Palladino, 2013. Introduction to

Biotechnology Third Edition, Pearson Education, Inc.

Wargesetia, T. 2005. Terapi Gen pada Penyakit Kanker. Jurnal Kristen

Maranatha, (Online), 4 (2): 24-36, (majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-

kedokteran/article/.../pdf), diakses 28 Februari 2013

22