kecernaan nutrien metode acid insoluble ash dan … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan...

47
KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN PERFORMA DOMBA LOKAL YANG DIBERI Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium, DAN Artocarpus heterophyllus SKRIPSI CONNY APRILIA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Upload: hanga

Post on 07-Mar-2019

422 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN PERFORMA DOMBA LOKAL YANG DIBERI Moringa oleifera

Lamk , Gliricidia sepium, DAN Artocarpus heterophyllus

SKRIPSI CONNY APRILIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 2: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

ii

RINGKASAN

CONNY APRILIA. D24061961. 2010. Kecernaan Nutrien Metode Acid Insoluble Ash dan Performa Domba Lokal yang Diberi Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium dan Artocarpus heterophyllus. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beragam jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak. Hijauan tropis seperti daun kelor (Moringa oleifera Lamk), daun gamal (Gliricidia sepium) dan daun nangka (Artocarpus heterophyllus) berpotensi sebagai bahan pakan ternak yang secara umum tersedia dimana-mana dan disukai ternak. Dari hasil kajian in vitro terhadap daun nangka, daun kelor, dan daun gamal yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa hijauan tropis tersebut memiliki nilai koefisien cerna bahan kering, koefisien cerna bahan organik dan volatile fatty acid lebih tinggi dibandingkan dengan rumput, baik secara tunggal maupun dalam bentuk campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian hijauan tropis berupa Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium dan Artocarpus heterophyllus terhadap konsumsi nutrien, kecernaan bahan kering dengan metode Acid Insoluble Ash, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2010 di laboratorium lapang B dan laboratorium nutrisi ternak perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah R1 = ransum kontrol dengan 100% rumput lapang, R2 = 70% rumput lapang+30% kelor, R3 = 70% rumput lapang+30% gamal, R4 = 70% rumput lapang+30% nangka. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) untuk mengetahui perbedaan rataan peubah setiap perlakuan. Peubah yang diamati adalah konsumsi dan kecernaan nutrien, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan. Hasil analisis konsumsi bahan kering menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menambah hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka berpengaruh sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P<0,01). Dari keseluruhan perlakuan, rata-rata konsumsi BK sekitar 555,88±56,81 g/e/h setara dengan BK 4% dari bobot badan. Konsumsi BK terendah terdapat pada domba yang diberi perlakuan R2 yaitu 501,69±0,64 g/e/h. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa konsumsi domba yang dipelihara sesuai dengan kebutuhannya. Konsumsi protein kasar (PK) pada keempat perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Pada perlakuan R3, konsumsi PK tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 77,80±2,52 g/e/h, diikuti oleh R4 sebesar 66,94±3,15 g/e/h dan R2 sebesar 54,48±0,15 g/e/h. Perlakuan yang diberikan juga menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan konsumsi serat kasar (SK) (P<0,01). Konsumsi SK tertinggi terjadi pada domba yang diberi perlakuan R4 yaitu 161,30±6,13 g/e/h. Perlakuan penambahan hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada parameter kecernaan.

Page 3: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

iii

Pertambahan bobot badan (PBB) domba tidak dipengaruhi oleh perlakuan, namun demikian penambahan 30% hijauan tropis cenderung meningkatkan 37,82% PBB dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan penambahan hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan dengan kisaran nilai 0,053-0,064. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar dan kecernaan bahan kering, namun tidak ada perbedaan pada nilai PBB dan efisiensi pakan.

Kata-kata Kunci : in vivo, domba, Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium,

Artocarpus heterophyllus

Page 4: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

iii

ABSTRACT

Nutrient Digestibility by Acid Insoluble Ash Method and Performans of Local Sheep Fed with Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium and Artocarpus

heterophyllus

Aprilia, C., D. A. Astuti and A. D. Hasjmy

This experiment was aimed to evaluate nutrient utilization in local sheep fed tropical forages such as Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium and Artocarpus heterophyllus. The treatments were : R1 (100% native grass), R2 (70% native grass + 30% Moringa oleifera Lamk), R3 (70% native grass + 30% Gliricidia sepium), R4 (70% native grass + 30% Artocarpus heterophyllus) with four replications. Parameters were dry matter nutrients intake (crude protein and crude fibre), nutrient digestibility, gain and feed efficiency. Design of this experiment was completely randomized design and for the means differences further analyzed by Duncan test. Results showed that treatments affected (P<0.01) on dry matter, crude protein, and crude fibre consumptions. However, the digestibility of dry matter was significant difference (P<0.05) compared to control. Gain and feed efficiency were same in all treatments. It is concluded that the addition 30% of tropical forages Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium and Artocarpus heterophyllus could increase nutrients intake, and digestibility of dry matter while gain and feed efficiency were same in all treatments.

Keywords: in vivo, sheep, Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium, Artocarpus heterophyllus

Page 5: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN PERFORMA DOMBA LOKAL YANG DIBERI Moringa oleifera

Lamk , Gliricidia sepium, DAN Artocarpus heterophyllus

CONNY APRILIA

D24061961

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 6: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

Judul : Kecernaan Nutrien Metode Acid Insoluble Ash dan Performa Domba Lokal yang Diberi Moringa oleifera Lamk , Gliricidia sepium, dan Artocarpus heterophyllus

Nama : CONNY APRILIA

NIM : D24061961

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS) (Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS) NIP. 19611005 198503 2 001 NIP. 19460626 197412 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr.Ir.Idat Galih Permana, M.Sc) NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 3 September 2010 Tanggal Lulus:

Page 7: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 April 1989 di desa Bandarbaru sebagai

anak kedua dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Hemat Gurusinga dan Ibu Yusni

Alemen Keriahen Munthe.

Pendidikan dasar penulis dimulai pada tahun 1994-2000 di SD Negeri No.

101843 Bandarbaru. Pada tahun 2000-2003 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP

RK Delimurni Bandarbaru, kemudian dilanjutkan ke SMA Negeri 2 Kabanjahe

hingga lulus pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan pada tingkat dua penulis

diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak

(HIMASITER) periode 2008/2009 sebagai anggota divisi Biro Khusus Magang, Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) sebagai

anggota komisi Diaspora, Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Protestan pada tahun

2007/2008, serta aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan intern maupun ekstern

kampus, yaitu Masa Perkenalan Fakultas (MPF), Retreat Angkatan 44 PMK IPB,

Pengurus Permata GBKP Bogor periode 2007/2009. Penulis berkesempatan magang

di Balai Embrio Ternak, Cipelang pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 penulis

magang di PT. Gold Coin Indonesia Cabang Medan untuk memanfaatkan liburan.

Penulis juga berkesempatan menjadi peserta South East Asia Student Congress Part

II di Port Dickson, Malaysia dan peserta Hybrid South East Asia Summer Project di

Davao, Philippines pada tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Pelayanan

Mahasiswa Indonesia.

Page 8: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang terus berkarya hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kecernaan Nutrien Metode

Acid Insoluble Ash dan Performa Domba Lokal yang Diberi Moringa oleifera

Lamk, Gliricidia sepium dan Artocarpus heterophyllus. Penulis menyadari bahwa

penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa dan dukungan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ucapkan terima kasih.

Skripsi ini disusun dengan harapan agar dapat menjadi salah satu pedoman

bagi peternak untuk memanfaatkan hijauan tropis khususnya daun kelor sebagai

bahan pakan ternak. Bagi akademisi, skripsi ini diharapkan menjadi bahan referensi

dalam pembuatan karya ilmiah. Skripsi ini dapat tersusun setelah melewati diskusi,

penelitian dan pembahasan yang melibatkan penulis, dosen pembimbing, serta

menggunakan literatur yang mendukung.

Penulis tidak terlepas dari kelemahan, oleh sebab itu apabila ada kesalahan

dalam penulisan penulis mohon maaf. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Terimakasih.

Penulis,

Conny Aprilia

Page 9: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xii

PENDAHULUAN .............................................................................. 1

Latar Belakang ........................................................................ 1 Tujuan ..................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

Domba Ekor Tipis ................................................................... 3 Pemanfaatan Pakan ................................................................. 4 Konsumsi Pakan Domba ............................................. 5 Kecernaan Pakan ......................................................... 5 Hijauan Tropis ........................................................................ 7 Daun Kelor .................................................................. 7 Daun Nangka .............................................................. 8 Daun Gamal ................................................................ 9 Pertambahan Bobot Badan ...................................................... 10 Efisiensi Pakan ........................................................................ 11

MATERI DAN METODE .................................................................. 12

Lokasi dan Waktu ................................................................... 12 Materi ...................................................................................... 12 Alat .............................................................................. 12 Bahan .......................................................................... 12 Prosedur .................................................................................. 13 Pemeliharaan Ternak .................................................. 13 Peubah yang Diamati .............................................................. 13 Konsumsi Bahan Kering Ransum ............................... 13 Kecernaan Bahan Kering Ransum .............................. 13 Metode AIA (Acid Insoluble Ash) .............................. 14

Page 10: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

ix

Pertambahan Bobot Badan .......................................... 14 Efisiensi Pakan ............................................................ 15 Rancangan ............................................................................... 15 Analisa Data ............................................................................ 15

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 16

Konsumsi Nutrien Domba ...................................................... 16 Konsumsi Bahan Kering ............................................. 18 Konsumsi Protein Kasar ............................................. 19 Konsumsi Serat Kasar ................................................. 21 Kecernaan Bahan Kering ........................................................ 22 Pertambahan Bobot Badan ...................................................... 23 Efisiensi Pakan ........................................................................ 25

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 27

Kesimpulan ............................................................................. 27 Saran ....................................................................................... 27

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 29

LAMPIRAN ........................................................................................ 32

Page 11: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrien Rumput, Kelor, Gamal dan Nangka ............ 13

2. Kandungan Nutrien Ransum Domba yang Diberi Perlakuan ........ 16

3. Konsumsi Nutrien Domba yang Diberi Perlakuan ........................ 17

4. Kecernaan Bahan Kering Ransum dengan Metode AIA ............... 22

5. Rataan Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Pakan ................ 24

Page 12: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Moringa oleifera Lamk .................................................................. 7

2. Artocarpus heterophyllus ............................................................... 9

3. Gliricidia sepium ........................................................................... 10

4. Kurva Pertumbuhan Sigmoid pada Domba ................................... 11

Page 13: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering ............................ 33

2. Uji Jarak Duncan Konsumsi Bahan Kering ................................... 33

3. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar ............................ 33

4. Uji Jarak Duncan Konsumsi Protein Kasar ................................... 33

5. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar ................................ 33

6. Uji Jarak Duncan Konsumsi Serat Kasar ....................................... 34

7. Hasil Analisis Ragam Kecernaan Bahan Kering ........................... 34

8. Uji jarak Duncan Kecernaan Bahan Kering .................................. 34

9. Hasil Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan ......................... 34

10. Hasil Analisis Ragam Efisiensi Pakan ........................................... 34

Page 14: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging domba merupakan sumber protein hewani. Populasi domba dan

kambing di Indonesia saat ini mencapai 26.127.731 ekor, terdiri atas domba

sebanyak 10.471.991 ekor dan kambing 15.655.740 ekor. Data populasi yang

dipublikasikan Direktorat Jenderal Peternakan (2009) menunjukkan bahwa sentra

peternakan domba di Indonesia berada di daerah Jawa Barat. Jumlah domba yang

tercatat di Jawa Barat pada tahun 2009 mencapai 5.524.209 ekor, sedangkan

kambing sebanyak 1.488.152 ekor.

Rataan pertambahan bobot badan harian domba lokal adalah sebesar 50-100

g/e/h. Produktivitas domba sangat dipengaruhi oleh pakan dan kandungan nutrien

yang tersedia. Hijauan tropis merupakan jenis pakan yang biasa diberikan oleh

peternak tradisional mengingat hijauan tropis tersedia di alam dan mudah didapat.

Hijauan tropis terdiri atas dua jenis, yaitu rumput dan legum. Rumput dan legum

mengandung nutrien yang digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhannya.

Cherney dan Allen (1995) mengemukakan bahwa legum biasanya mengandung

protein yang lebih tinggi dan serat kasar yang lebih rendah daripada rumput pada

fase pertumbuhan yang sama dan dapat menjadi sumber pakan yang baik.

Keunggulan ternak ruminansia adalah dapat memanfaatkan serat kasar yang

dimakannya menjadi hasil produksi seperti daging, susu dan bulu. Daun nangka,

kelor dan gamal termasuk hijauan tropis yang berpotensi memenuhi kebutuhan

nutrien domba yang tersedia dan digunakan peternak sebagai pakan ternak.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beragam jenis tanaman yang

berpotensi sebagai bahan pakan ternak. Hijauan tropis seperti daun kelor (Moringa

oleifera Lamk), daun gamal (Gliricidia sepium) dan daun nangka (Artocarpus

heterophyllus) berpotensi sebagai bahan pakan ternak yang secara umum tersedia

dimana-mana dan disukai ternak. Selain itu, hijauan tropis tersebut dapat dipakai

sebagai bahan substitusi yang diharapkan mampu menekan biaya produksi dan tidak

bersaing dengan kebutuhan manusia. Dari hasil kajian in vitro terhadap beberapa

hijauan tropis yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa daun nangka,

daun kelor, dan daun gamal memiliki nilai koefisien cerna bahan kering, koefisien

cerna bahan organik dan volatile fatty acid lebih baik dibandingkan dengan Leucaena

Page 15: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

2

leucocephala, Pennisetum purpureum, Musa sapientum, Melastoma malabathricum,

Dillenia suffruticosa, Brachiaria decumbens, Sapium baccatum, dan Cyperus

kyllinga. (Januarti, 2009).

Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan

menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Daun nangka memiliki protein dan

serat kasar yang dapat memenuhi kebutuhan domba untuk hidup pokok serta disukai

oleh ternak. Hijauan tropis lain yang memiliki kandungan nutrien yang baik adalah

kelor. Kelor merupakan tanaman obat yang memiliki kandungan protein yang tinggi

dan kandungan kimia berupa alkaloid moringin, moringenin, dan asam amino yang

berbentuk aspartat, asam glutamate, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin,

arginin, venillalanin, triptofan, sistin dan metionin (Syamsuhidayat dan Hutapea,

1991). Kelor juga mengandung makro elemen seperti potassium, kalsium,

magnesium, sodium dan fosfor serta mikro elemen seperti mangan, seng dan besi.

Hijauan lain yang biasa digunakan peternak adalah gamal. Gamal dapat tumbuh pada

tanah-tanah tandus dan gersang, pada tanah berbatu dan dapat tumbuh di daerah

kering. Daun gamal merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai kualitas

yang cukup tinggi, serta disukai oleh ternak baik daun, ranting maupun bunganya

(Mathius, 1984).

Kajian tentang berbagai hijauan tropis yang biasa diberikan oleh peternak

tradisional masih belum memperhatikan imbangan yang tepat, sehingga akan

berdampak pada proses pencernaan. Penggunaan metode Acid Insoluble Ash (AIA)

dalam evaluasi kecernaan ditujukan agar penggunaan dapat diaplikasikan di tingkat

peternak lokal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hijauan tropis berupa Moringa

oleifera Lamk, Gliricidia sepium dan Artocarpus heterophyllus terhadap nilai

kecernaan nutrien dengan metode Acid Insoluble Ash, pertambahan bobot badan dan

efisiensi pakan pada domba lokal.

Page 16: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

3

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Ekor Tipis

Populasi domba di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan

sebesar 25,75%. Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Peternakan tahun

2009 diketahui bahwa populasi domba di Indonesia sebesar 10.471.991 ekor. Jumlah

ini tersebar di pulau Jawa sebesar 9.699.547 ekor, Sumatera sebesar 641.666 ekor,

Kepulauan Bangka Belitung sebesar 128 ekor, Kalimantan sebesar 9.622 ekor, Nusa

Tenggara Timur sebesar 63.719 ekor, Nusa Tenggara Barat sebesar 29.857 ekor,

Sulawesi sebesar 9.039 ekor, Maluku sebesar 18.222 ekor, Papua sebesar 127 ekor

dan Bali sebesar 64 ekor. Data tersebut menunjukkan bahwa penyebaran ternak

domba di tiap daerah tidak merata, populasi ternak domba sebagian besar terpusat di

pulau Jawa. Hal ini disebabkan jaringan, sarana dan prasarana di pulau Jawa lebih

berkembang sehingga peluang agribisnis peternakan di pulau Jawa jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah lain.

Pencapaian bobot badan domba yang tinggi merupakan tujuan pemeliharaan.

Jumlah nutrien yang dikonsumsi domba adalah faktor penentu yang berpengaruh

terhadap pemanfaatan nutrien dan performa domba. Domba dikatakan tumbuh

apabila terjadi peningkatan berat hidup sampai mencapai berat tertentu sesuai dengan

kapasitas tubuhnya. Soeparno (1994) mendefinisikan pertumbuhan sebagai

perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan

komposisi tubuh termasuk perubahan organ-organ dan jaringan tersebut berlangsung

secara gradual hingga tercapai ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ

dan jaringan tersebut.

Di Indonesia, domba dikelompokkan menjadi (1) domba ekor tipis (Javanese

thin tailed), (2) domba ekor gemuk (Javanese fat tailed), dan (3) domba Priangan

atau domba Garut (Salamena, 2003).

Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai

domba lokal, domba kampung, atau domba kacang karena tubuhnya yang kecil.

Domba ini banyak dijumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karakteristik

domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak

seragam, dan hasil daging relatif sedikit. Pola warna bulunya sangat beragam, dari

bercak putih, cokelat, hitam, hingga warna polos putih dan hitam. Ekor pada domba

Page 17: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

4

lokal umumnya pendek dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor

5,6 cm, dan tebal 2,7 cm. Bobot dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan

20-25 kg pada betina dengan persentase karkas berkisar antara 44%-49 % (Purbowati

et al., 2005).

Domba ekor tipis merupakan domba prolifik dimana dalam dua tahun

mampu beranak sebanyak tiga kali pada kondisi pemeliharaan yang baik dengan tipe

kelahiran tunggal, kembar dua dan kembar tiga. Rata-rata bobot lahir domba dengan

tunggal adalah 2,6 kg, kelahiran kembar dua adalah 1,8 kg dan kelahiran kembar tiga

adalah 1,2 kg. Domba ekor tipis termasuk ternak yang telah lama dipelihara oleh

peternak karena domba ini memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam

hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan

lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup dan berkembangbiak sepanjang

tahun (Purbowati et al., 2005).

Pemanfaatan Pakan

Nutrien yang masuk kedalam tubuh ternak dimanfaatkan untuk hidup pokok,

produksi dan reproduksi. Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993) kebutuhan

nutrien domba di Indonesia dengan bobot badan 20 kg dan pertambahan bobot badan

100 g/e/h adalah energi tercerna 2,55 Mkal/e/h, energi metabolis 2,09 Mkal/e/h,

protein total 143,9 g/e/h, dan protein tercerna 107,8 g/e/h.

Menurut NRC (1985) kebutuhan nutrien untuk hidup pokok pada domba

dengan bobot badan 10-20 kg adalah BK 500-1000 g/e/h, energi tercerna 940

Kal/e/h, energi metabolis 765 Kal/e/h, dan protein kasar 30 g/e/h.

Mc Donald et al.(2002) menyatakan bahwa nutrien adalah semua unsur atau

senyawa kimia dalam pakan yang menunjang kebutuhan pokok, pertumbuhan, laktasi

dan reproduksi. Hewan mendapatkan pakan dengan tujuan nutrien yang berbentuk

molekul besar akan dicerna atau dihidrolisis lebih dulu menjadi komponen zat

makanan utama yang siap diserap sebagai asam amino dari protein atau glukosa dari

karbohidrat. Pemecahan nutrien terjadi di dalam saluran pencernaan melalui gerakan

mekanik dan aktivitas enzim. Komponen nutrien diserap dinding sel saluran

pencernaan yang selanjutnya memasuki dan diangkut melalui sistem peredaran darah

menuju berbagai organ tubuh. Di dalam organ, nutrien dimetabolisme khususnya

Page 18: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

5

dalam jaringan dan sel. Hasil metabolis tersebut digunakan untuk hidup pokok,

pembentukan daging, susu, telur dan wol, tenaga dan reproduksi. Oleh sebab itu,

ternak memerlukan nutrien untuk menghasilkan performa produksi yang tertinggi.

Konsumsi Pakan Domba

Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok

dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang kompleks yang terdiri dari hewan, makanan yang diberikan dan lingkungan

tempat hewan tersebut dipelihara. Konsumsi merupakan faktor yang penting dalam

menentukan jumlah dan efisiensi produktifitas ruminansia, dan ukuran tubuh ternak

sangat mempengaruhi konsumsi pakan. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah

pakan yang dimakan oleh ternak; zat makanan yang dikandungnya akan digunakan

untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok maupun keperluan produksi ternak

(Tillman et al., 1991). Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993) domba di

Indonesia yang memiliki bobot badan 20 kg mengkonsumsi pakan sebanyak 4% dari

bobot badan. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas, level energi, protein

dan konsentrasi asam amino, komposisi hijauan, temperatur lingkungan,

pertumbuhan dan laktasi dan ukuran metabolis tubuh. Secara umum konsumsi dapat

meningkat dengan semakin meningkatnya berat badan, karena pada umumnya

kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya berat badan

sehingga mampu menampung pakan dalam jumlah lebih banyak.

Kecernaan Pakan

Jalur pencernaan ruminansia diawali melalui mulut, faring, esophagus, perut,

usus halus, sekum, usus besar, rektum dan diekskresikan melalui anus (Campbell et

al., 2003). Karakteristik ternak ruminansia dalam memakan hijauan yaitu dengan

sedikit mengunyah, mencampur dengan saliva untuk melumasinya kemudian

langsung menelan. Pakan tersebut bergerak ke esophagus menuju rumen kemudian

bergerak menuju retikulum membentuk pakan menjadi bolus. Setelah kapasitas

lambung tercukupi ternak berhenti makan dan mencari tempat yang nyaman untuk

merebahkan diri yang kemudian proses ruminasi dimulai (Campbell et al., 2003).

Proses ruminasi meliputi regurgutasi, resalivasi, remastikasi dan penelanan kembali

Page 19: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

6

dari materi ingesta rumen pertama. Kontraksi rumen menggerakkan massa pakan

(bolus) menuju kardia (untuk keluar melewati esophagus) dan bergerak secara

peristaltik menuju mulut. Kemudian bolus dikunyah kembali dan disalivasi dengan

lebih lambat. Proses ruminasi berlangsung 8 jam per hari, sodium bicarbonate yang

terdapat dalam saliva berfungsi untuk menjaga pH rumen agar tetap netral

(Cunningham et al., 2005).

Kecernaan pakan adalah bagian pakan yang tidak diekskresikan dalam feses

dan selanjutnya dapat diasumsikan sebagai bahan yang diserap oleh ternak. Selisih

antara zat makanan yang dikandung dalam bahan makanan dengan zat makanan yang

ada dalam feses merupakan bagian zat makanan yang dicerna. Kecernaan pakan

biasanya dinyatakan dalam dasar bahan kering dan apabila dinyatakan dalam

persentase maka disebut koefisien cerna (Tillman et al., 1991).

Evaluasi kecernaan pada ternak ruminansia dapat dilakukan dengan beberapa

teknik, yaitu in vitro, in sacco, dan in vivo. Menurut Makkar (2002) teknik in vitro

merupakan teknik evaluasi pakan dengan menggunakan cairan rumen sebagai media

fermentasi dengan menggunakan tabung yang dikondisikan mirip dengan keadaan

sebenarnya di dalam rumen. Teknik ini sering digunakan karena memberikan hasil

yang cepat dengan cara yang murah dan jumlah sampel yang digunakan relatif

sedikit. Teknik in sacco adalah mengevaluasi pakan dengan memasukkan sampel ke

dalam tubuh ternak dengan menggunakan kantong nilon. Teknik ini mampu

menghemat waktu, tenaga dan biaya namun proses fisiologis masih berlangsung

secara sempurna. Teknik in vivo merupakan teknik evaluasi pakan dengan

melakukan percobaan langsung kepada ternak. Evaluasi pakan dengan teknik in vivo

dapat dilakukan dengan metode total collection dan acid insoluble ash (AIA). Total

collection yaitu teknik evaluasi pakan dengan mengoleksi pengeluaran hasil

metabolisme pakan dalam feses maupun urin. Metode AIA adalah teknik evaluasi

pakan dengan abu sebagai indikator menghitung kecernaan (Thonney et al., 1985).

Teknik evaluasi pakan menggunakan metode AIA lebih praktis dalam mengoleksi

feses dan dapat diaplikasikan di lapang oleh peternak tradisional.

Tingkat kecernaan zat makanan dipengaruhi oleh spesies ternak, bentuk fisik

ransum, jumlah bahan makanan yang diberikan, komposisi ransum dan pengaruh

terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1979). Faktor yang

Page 20: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

7

mempengaruhi kecernaan pakan adalah umur ternak, jumlah pakan, pengolahan

pakan, komposisi pakan, dan rasio komposisi. Selain itu, adanya aktivitas

mikroorganisme dalam saluran pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan karena

mikroorganisme seperti protozoa dan bakteri akan membantu proses pencernaan

pakan secara fermentatif di dalam rumen (Wilson et al., 1998). Kambing, domba,

rusa, sapi, kerbau memiliki keragaman spesies bakteri dan protozoa yang hampir

sama.

Hijauan Tropis

Daun Kelor

Kakengi et al. (2005) menyatakan bahwa daun kelor memiliki protein yang

lebih tinggi dari lamtoro. Daun kelor dapat mensubstitusi lamtoro sebagai pakan

ternak yang multiguna. Bagi ternak ruminansia daun kelor memiliki palatabilitas

yang baik dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Daun dan biji kelor

digunakan pula oleh manusia sebagai sayuran yang kaya akan karoten dan asam

askorbat. Kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B dan C, mineral terutama

zat besi.

Gambar 1. Moringa oleifera Lamk (Plantamor, 2010)

Klasifikasi tanaman kelor menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991)

adalah sebagai berikut.

Divisi : Spermatozoa

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Brassicales

Page 21: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

8

Suku : Moringaceae

Marga : Moringa

Jenis : Moringa oleifera Lamk

Nama Umum : Kelor

Nama Daerah : Murong, Barunggae, Kelor, Marungga (Sumatera)

Kelor, Maronggi (Jawa)

Batang pohon kelor berbentuk ramping, memiliki daun yang dapat meranggas

dan merupakan tanaman tahunan dengan tinggi mencapai 10 m. Cabang tumbuhan

kelor tumbuh menjuntai dengan cabang dan batang yang mudah patah serta

dilindungi oleh kulit batang seperti gabus. Daun tanaman kelor merupakan daun

majemuk berwarna hijau pucat, memiliki panjang tangkai 30-60 cm, panjang daun

1,3-2 cm dengan lebar daun berkisar 0,3-0,6 cm. Bagian tepi daun berbentuk elips

dengan bagian tengah yang lebih lebar (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Tanaman kelor dapat tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai tinggi 4 meter pada

tahun pertamanya dan mampu menghasilkan buah pada tahun yang sama (Folkard

dan Shutherland, 1996).

Pada umumnya bunga tanaman kelor memiliki aroma yang wangi, berwarna

putih atau putih kekuningan dengan diameter 2,5 cm, memiliki benang sari (bunga

jantan) berjumlah 5 buah dengan warna kuning, putik (bunga betina) tanaman kelor

memiliki bentuk seperti pendulum, berwarna coklat memiliki panjang 30-120 mm,

dengan lebar 1,8 mm. Setiap bunga betina memiliki bakal buah sebanyak 20 buah.

Selain itu, tanaman kelor memiliki buah yang kedua ujungnya meruncing serta

memiliki lekuk buah sebanyak 9 buah, sedangkan biji tanaman kelor memiliki 3 buah

sayap dikedua sisinya (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Daun Nangka

Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon dan penyebarannya di

daerah tropis sudah menyeluruh seperti Indonesia. Tanaman ini memiliki beberapa

nama daerah yaitu nongko (Jawa), lumasa atau malasa (Lampung) dan nangka

(Sunda). Beberapa nama asing antara lain jacfruit (Inggris), Kapiak (Papua Nugini),

liangka (Filipina) dan khanum menurut bahasa Thailand (Prihatman, 2000). Daun

nangka dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak. Daun ini memiliki PK

Page 22: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

9

15.9%, ADF 38.4%, NDF 49.6% dan tanin 6.1 mg/g BK (Baba et al., 2002).

Klasifikasi dan morfologi nangka adalah sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

Marga : Artocarpus

Jenis : Artocarpus heterophyllus

Nama Umum : Nangka

Gambar 2. Artocarpus heterophyllus (Plantamor, 2010)

Januarti (2009) melaporkan bahwa A. heterophyllus memiliki kandungan

protein kasar sebesar 15,08% dan serat kasar sebesar 19,64%. Bila dibandingkan

dengan hijuan lain seperti Pennisetum purpureum, A. heterophyllus memiliki

kandungan protein kasar yang lebih tinggi tetapi kandungan serat kasarnya lebih

rendah. Kedua hijauan ini memiliki kandungan tannin yang sama, namun A.

heterophyllus memiliki kandungan saponin yang lebih tinggi. Rendahnya kandungan

serat kasar dan tingginya saponin pada A. heterophyllus menyebabkan hijauan ini

dapat didegradasi lebih mudah daripada P. purpureum.

Daun Gamal

Gamal (Gliricidia sepium) merupakan legum pohon dengan ketinggian

mencapai 5-15 m, tipe daunnya majemuk sederhana dan memiliki bunga berbentuk

kupu-kupu berwarna putih dan merah jambu. Tandan perbungaan panjangnya 2-12

Page 23: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

10

cm, muncul dibawah ketiak daun, terutama pada daun-daun yang telah gugur.

Kelopak daun berwarna hijau kemerahan, sedangkan daun mahkota berwarna merah

jambu keputihan atau ungu (Mathius, 1984).

Sebagai pakan, daun gamal mengandung 3%-15% protein, 13%-30% serat

kasar, 6% abu, sedikit karoten dengan kecernaan berkisar antara 48%-77% serta

NDF 45%, ADF 34%. Zat yang kurang menguntungkan dalam tanaman ini adalah

adanya faktor antinutrisi dengan kandungan flavanol 1%-3,5% dan 3%-5% fenol,

kandungan tersebut dapat mengganggu selera ternak. Untuk beberapa ternak seperti

kuda dan tikus, tanaman ini merupakan racun tapi tidak untuk sapi dan kambing

(Mathius, 1984).

Gambar 3. Gliricidia sepium

(Plantamor, 2010)

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ialah

dengan pengukuran pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang

diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme nutrien yang

dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan

pertambahan bobot badan yang lebih tinggi.

Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993), pertambahan bobot badan harian

domba di Indonesia dengan bobot badan 20 kg adalah 100 g/e/h. Menurut NRC

(1985) pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

konsumsi pakan, jenis ternak, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi fisiologis

ternak dan tata laksana. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) dipengaruhi oleh

konsumsi dan kecernaan pakan (Parakkasi, 1999).

Page 24: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

11

Pertumbuhan pada domba terjadi secara perlahan, kemudian lebih cepat dan

akhirnya kembali perlahan atau berhenti sama sekali. Pola tersebut menghasilkan

kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (berbentuk S).

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Sigmoid pada Domba (Ensminger, 2002)

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan

yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Efisiensi penggunaan pakan

dapat dilihat dari besar kecilnya nilai konversi. Semakin kecil nilai konversi, maka

semakin efisien ternak dalam menggunakan pakan tersebut untuk produksi daging.

Menurut Elia (2005), nilai konversi merupakan gambaran dari efisiensi penggunaan

pakan oleh ternak. Nilai efisiensi pakan menunjukkan banyaknya PBB yang

dihasilkan dari satu kilogram pakan. Efisiensi pakan pada ruminansia dipengaruhi

oleh kualitas pakan, kecernaan dan efisiensi pemanfaatan gizi dalam proses

metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Menurut Anggorodi (1979) faktor-

faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan diantaranya adalah laju perjalanan ransum

di dalam saluran pencernaan, bentuk fisik bahan makanan dan komposisi nutrien

pakan.

Page 25: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

12

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah dan

Laboratorium Lapang B, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi,

Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor, selama

2 bulan pengamatan.

Materi

Alat

Alat-alat yang digunakan di kandang domba adalah tempat pakan, tempat

minum, timbangan kapasitas 125 kg dan 5 kg. Alat-alat yang digunakan di

laboratorium adalah eksikator, oven 105oC, tanur, seperangkat alat analisa protein

dan serat kasar serta alat analisa AIA, timbangan Mettler PJ360 DeltaRange dengan

kapasitas 300 g.

Bahan

Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan

rataan bobot awal domba 12,56±1,41 kg yang dipelihara di dalam kandang individu.

Pakan yang digunakan adalah rumput lapang dan tiga jenis hijauan tropis

yaitu daun kelor (Moringa oleifera Lamk), daun gamal (Gliricidia sepium) dan daun

nangka (Artocarpus heterophyllus). Pemilihan daun tersebut didasarkan pada hasil

penelitian awal secara in vitro dan in sacco. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu

pukul 06.30 WIB, 11.30 WIB dan 16.30 WIB dengan pemberian hijauan tropis

sesuai perlakuan masing-masing terlebih dahulu kemudian secara bertahap diberikan

rumput lapang. Air minum diberikan ad libitum.

Page 26: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

13

Tabel 1. Kandungan Nutrien Rumput, Kelor, Gamal dan Nangka

Keterangan : Hasil analisis Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB, 2010 *Januarti, 2009

Prosedur

Pemeliharaan Ternak

Ternak dipelihara dalam kandang individu selama 2 bulan. Minggu pertama

sebagai masa adaptasi pakan (preliminary). Pemberian pakan (BK) 5% dari bobot

badan Air minum diberikan ad libitum. Pakan ditimbang pada sore hari untuk

pemberian hari berikutnya. Penimbangan bobot badan dilakukan sebanyak dua kali,

yaitu pada awal dan akhir pemeliharaan.

Peubah yang Diamati

Konsumsi Bahan Kering Ransum

Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh

ternak, dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi

kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tillman et al., 1991).

Konsumsi diartikan juga sebagai banyaknya pakan yang bisa dimakan oleh ternak

selama 24 jam. Pengukuran jumlah konsumsi dilakukan dengan mengurangi jumlah

pakan yang diberikan dengan sisa pakan pada keesokan harinya.

Konsumsi BK = Jumlah pakan yang diberikan (BK) - Sisa (BK)

Kecernaan Bahan Kering Ransum

Data feses diperlukan untuk melakukan pengukuran kecernaan. Koleksi feses

dilakukan selama 5 hari berturut-turut pada akhir penelitian. Feses diambil langsung

dari dalam rektum. Pengambilan sampel feses dimulai pagi, siang, dan sore secara

kualitatif dan hari terakhir dilakukan koleksi feses setiap 3 jam sekali. Sampel feses

dari setiap ekor domba diambil sebanyak 8 - 10 butir kemudian dikeringkan di bawah

Nutrien Hijauan Tropis

Rumput Kelor Gamal Nangka*

Bahan Kering (%) 24,4 12,79 32,32 39,25

Protein Kasar (%BK) 8,2 22,74 20,54 15,08

Serat Kasar (%BK) 31,7 8,55 15,86 19,64

Page 27: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

14

matahari sebelum dibawa ke laboratorium. Berat sampel ditimbang sebelum dan

setelah dikeringkan. Selama periode pemberian pakan, sampel pakan diambil untuk

dianalisis proksimat. Pada akhir percobaan sampel feses yang sudah kering dari

setiap percobaan digabungkan kemudian digiling dan dianalisis proksimat di Pusat

Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi.

Kecernaan pakan diukur dengan menggunakan metode Acid Insoluble Ash

(AIA) menurut Van Keulen dan Young (1977). Sampel feses dan pakan yang telah

dianalisis proksimat digunakan untuk menghitung kecernaan bahan kering dan

nutrien lain (protein dan serat). Analisis abu dilakukan dengan menggunakan tanur

(suhu 600oC) yang diikuti dengan pencucian dengan asam hidroklorat dan kemudian

diabukan kembali. Selisih kadar abu sebelum dan sesudah pencucian adalah indikator

abu yang tak terlarut dalam asam yang dapat digunakan sebagai bagian yang tak

tercerna.

Metode AIA (Acid Insoluble Ash)

Sebanyak 2 g sampel diabukan pada suhu 600oC. Abu dimasukkan dalam

gelas piala, ditambah 25 ml HCl 2N dan dididihkan hingga volume awal menjadi

kurang lebih setengahnya. Kemudian abu disaring ke dalam crucible (yang sudah

diketahui bobotnya). Endapan dicuci dengan air suling panas (85-100oC) sampai

bebas asam. Hasil saringan diabukan lagi. Timbang berat abu yang tidak larut dalam

asam. Analisis ini dikerjakan untuk sampel feses dan pakan.

Hasil persen AIA digunakan untuk menghitung kecernaan bahan kering

dengan perhitungan sebagai berikut.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan domba dapat diketahui dengan penimbangan bobot

hidup pada awal dan akhir pemeliharaan.

Page 28: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

15

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan

yang dihasilkan dengan jumlah ransum yang dikonsumsi. Nilai efisiensi pakan

merupakan gambaran penggunaan dan kualitas pakan pada domba.

Rancangan

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat

perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah R1 = Ransum

Kontrol 100% rumput lapang, R2 = 70% rumput lapang + 30% kelor, R3 = 70%

rumput lapang + 30% gamal, R4 = 70% rumput lapang + 30% nangka. Model

matematis yang digunakan sebagai berikut :

Y ij = µ + τi + εij

Keterangan :

Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = perlakuan yang diberikan

j = ulangan dari masing-masing perlakuan

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA yang

dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) untuk mengetahui perbedaan

rataan peubah setiap perlakuan.

Page 29: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Nutrien Domba

Kandungan nutrien ransum domba pada masing-masing perlakuan yang

didasarkan pada formula pemberian pakan skala peternakan semi intensif terlihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Domba yang Diberi Perlakuan

Keterangan: R1 = 100% Rumput Lapang R2 = 70% Rumput Lapang + 30% Kelor R3 = 70% Rumput Lapang + 30% Gamal R4 = 70% Rumput Lapang + 30% Nangka

Ransum yang terdiri dari 100% rumput (R1, perlakuan kontrol) memiliki

kandungan protein kasar sebesar 8,2% yang berarti bahwa apabila diberikan pada

domba ad libitum maka hanya dapat menyumbang protein dalam jumlah yang kurang

dari kebutuhan. Kandungan serat kasar yang terdapat pada R1 sebesar 31,7% yang

artinya cukup untuk memenuhi kebutuhan serat bagi ternak ruminansia. Pada

perlakukan R2, R3 dan R4 dengan penambahan 30 % kelor, gamal dan daun nangka

maka kandungan protein kasar meningkat menjadi masing-masing 12,56%, 11,90%

dan 10,26%, sementara kandungan serat kasar ransum menjadi lebih rendah

dibandingkan dengan kontrolnya. Meningkatnya kadar protein ransum dengan

penambahan hijauan tropis tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan protein

daun kelor, gamal dan nangka yang masing-masing sebesar 22,74%, 20,54% dan

15,08%. Daun nangka memiliki kandungan serat kasar yang paling tinggi

dibandingkan hijauan tropis lainnya yaitu sebesar 19,64%, namun lebih rendah

dibandingkan serat kasar pada rumput lapang yang besarnya 31,7%.

Menurut NRC (1985) kebutuhan protein dan TDN untuk domba dengan

bobot badan sekitar 10-15 kg dan pertambahan bobot badan 50-100 g/h adalah

16,2%-17,4% dan 71%-73%. Sedangkan Haryanto dan Djajanegara (1993)

menyatakan bahwa kebutuhan protein ransum domba sebesar 14%-15% dengan TDN

Nutrien Perlakuan

R1 R2 R3 R4

Bahan Kering (%) 24,4 20,92 26,78 28,86

Protein Kasar (%BK) 8,2 12,56 11,90 10,26

Serat Kasar (%BK) 31,7 24,76 26,95 28,08

Page 30: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

17

sebesar 45%-63%. Peran protein dalam ransum adalah disamping untuk

pertumbuhan juga untuk mengganti sel yang rusak, sedangkan kehadiran serat dalam

ransum ruminansia mampu memberikan kontribusi sebagai sumber energi bagi

ternak melalui proses pemecahan di dalam rumen dengan bantuan enzim pemecah

serat yang dihasilkan oleh mikroba.

Pakan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pertumbuhan,

reproduksi, dan kesehatan ternak. Pemberian pakan yang baik adalah sesuai dengan

kebutuhan nutrien tubuh domba yang digunakan dalam proses metabolismenya.

Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus sesuai dengan kebutuhan ternak

tersebut. Parakkasi (1999) menegaskan bahwa konsumsi pakan merupakan faktor

penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan

mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar zat makanan dalam

pakan untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan sangat

dipengaruhi oleh palatabilitas, kualitas ransum, bentuk fisik ransum, umur ternak,

status faal ternak dan kesehatan.

Penambahan 30% daun kelor, gamal dan nangka pada perlakuan R2, R3 dan

R4 mengakibatkan kenaikan konsumsi bahan kering dan nutrien dengan sangat

nyata (P<0,01). Konsumsi nutrien domba yang diberi perlakuan terlihat pada Tabel

3.

Tabel 3. Konsumsi Nutrien Domba yang Diberi Perlakuan (g/e/h)

Keterangan: R1 = 100% Rumput Lapang R2 = 70% Rumput Lapang + 30% Kelor R3 = 70% Rumput Lapang + 30% Gamal R4 = 70% Rumput Lapang + 30% Nangka

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Konsumsi nutrien yang bervariasi ditentukan oleh sifat fisik dan kandungan

nutrien masing-masing hijauan tropis serta palatabilitas. Penambahan 30% daun

Perlakuan Konsumsi Nutrien (g/e/h)

Bahan kering Protein Kasar Serat Kasar

R1 506,30 ± 28,84b 41,52 ± 2,37d 160,50 ± 9,14a

R2 501,69 ± 0,64b 54,48 ± 0,15c 137,79 ± 0,05b

R3 610,75 ± 17,61a 77,80 ± 2,52a 158,03 ± 4,32a

R4 604,76 ± 24,52a 66,94 ± 3,15b 161,30 ± 6,13a

Page 31: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

18

gamal dan nangka dapat meningkatkan konsumsi bahan kering sebesar 20,63% dan

19,45%, konsumsi serat kasar sebesar 1,54% dan 0,50% dibandingkan dengan

kontrol. Konsumsi protein pada domba yang diberi penambahan 30% daun kelor,

gamal dan nangka masing-masing 31,21%, 87,38%, dan 61,22% dibandingkan

dengan perlakuan kontrol.

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok

dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi ternak juga dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang kompleks yang terdiri dari hewan, makanan yang diberikan dan

lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara. Konsumsi merupakan faktor yang

penting dalam menentukan efisiensi produktifitas ternak. Dalam menentukan

konsumsi pada ternak ruminansia didasarkan pada bahan kering, hal ini disebabkan

kandungan air dari berbagai macam bahan pakannya sangat bervariasi. Menurut

NRC (1985) kebutuhan bahan kering untuk hidup pokok pada domba dengan bobot

badan 10-20 kg adalah sebesar 500-1000 g/e/h atau 4% -5% dari bobot badan.

Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

menambah hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka berpengaruh sangat

nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (P<0,01). Dari keseluruhan perlakuan,

rata-rata konsumsi bahan kering sekitar 555,88±56,81 g/e/h atau setara dengan

konsumsi bahan kering 4,5% dari bobot badan.

Kandungan nutrien ransum yang terdapat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

bahan kering terendah terdapat pada R2, hal ini mendukung rendahnya konsumsi

bahan kering pada domba yang diberi perlakuan R2. Konsumsi bahan kering domba

yang mendapat perlakuan R2 (70% rumput+30% kelor) setara dengan penelitian

yang dilakukan Hermawan (2009) yaitu domba dengan bobot tubuh rata-rata

19,06±1,46 kg mengkonsumsi bahan kering sebesar 503,71±23,81 g/e/h. Konsumsi

bahan kering paling tinggi terdapat pada domba yang diberi perlakuan R3 diikuti R4

dan R1. Konsumsi bahan kering pada perlakuan R3 paling tinggi dibandingkan

perlakuan yang lain karena pakan yang diberikan memiliki kandungan bahan kering

cukup tinggi dan palatabilitas terhadap daun gamal yang tinggi pula.

Yunita (2008) melaporkan bahwa domba yang diberi pakan campuran ransum

komplit mengkonsumsi bahan kering sebesar 768,41±68,42 g/e/h. Konsumsi bahan

Page 32: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

19

kering pada penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian Yunita (2008)

namun dapat memenuhi kebutuhan bahan kering domba dan konsumsi bahan kering

domba yang diberi penambahan daun kelor, gamal dan nangka lebih baik

dibandingkan kontrol. Palatabilitas cukup tinggi terhadap semua perlakuan yang

diberikan, namun kandungan nutrien masing-masing perlakuan sangat bervariasi

sehingga konsumsi nutrien khususnya bahan kering berbeda pada setiap perlakuan.

Tingkat konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain spesies hewan,

kualitas dan palatabilitas pakan dan lingkungan juga dipengaruhi faktor daya

tampung rumen yang terbatas (Mulyono, 2004). Menurut Parakkasi (1999), pakan

yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

pakan berkualitas rendah. Mathius (1984) melaporkan bahwa domba yang diberi

legum mendapat asupan nutrien yang lebih baik dibandingkan rumput. Haryanti

(2005) melaporkan bahwa domba lokal jantan dengan bobot badan 12-17 kg yang

diberi campuran 80% rumput dan 20% legum pohon berupa angsana, gamal,

kaliandra, lamtoro dan turi mengkonsumsi bahan kering sekitar 123-398,5 g/e/h.

Konsumsi Protein Kasar

Protein kasar merupakan unsur penting dalam tubuh hewan dan diperlukan

terus menerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis. Protein berfungsi

sebagai zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya

tahan tubuh (NRC, 1985).

Rataan konsumsi protein kasar harian untuk masing-masing perlakuan R2, R3

dan R4 berturut-turut meningkat sebesar 31,21%, 87,38% dan 61,22% dibandingkan

dengan perlakuan kontrolnya. Konsumsi protein kasar pada keempat perlakuan

menunjukkan peningkatan yang sangat nyata (P<0,01). Pada perlakuan R3, konsumsi

protein kasar tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain kemudian diikuti

oleh perlakuan R4 dan R2. Hal ini disebabkan oleh kandungan protein kasar yang

tinggi pada R3 (11,90%). Gamal memiliki kandungan protein yang tinggi (20,54%)

dan konsumsi bahan kering yang tinggi pula, sehingga mendukung tingginya

konsumsi protein kasar pada domba yang diberi perlakuan R3. Pada perlakuan

penambahan 30% kelor (R2), total konsumsi protein lebih rendah dari perlakuan R4

padahal R2 memiliki kandungan protein kasar paling tinggi dibandingkan semua

Page 33: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

20

perlakuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsumsi bahan kering pada R4 yang

lebih tinggi 20,54% dibandingkan dengan R2.

Nilai konsumsi protein kasar pada perlakuan kontrol setara dengan nilai

kebutuhan protein kasar untuk hidup pokok yang disarankan Haryanto dan

Djajanegara (1993) bahwa domba dengan bobot hidup 14 kg membutuhkan protein

kasar 33,2 g/e/h. Sedangkan kebutuhan protein kasar untuk tumbuh dan hidup pokok

adalah 112-152 g/e/h. Untuk ketiga perlakuan penambahan 30% hijauan tropis

menunjukkan adanya peningkatan konsumsi 1,6 kali (R2), 2,3 kali (R3) dan 2,0 kali

(R4) dibandingkan dengan rekomendasi kebutuhan protein kasar untuk hidup pokok.

Terpenuhinya nilai konsumsi protein kasar dikarenakan kualitas pakan campuran

rumput dengan hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka cukup

berkualitas.

Manurung (1995) menyetujui bahwa penggunaan hijauan leguminosa pohon

sebagai suplemen ransum ruminansia dapat meningkatkan konsumsi protein.

Penambahan daun kelor, gamal dan nangka yang memiliki protein tinggi dapat

meningkatkan konsumsi protein kasar pada domba. Pada perlakuan R1 konsumsi

protein kasar terendah yaitu 41,52 g/e/h. Rendahnya konsumsi protein kasar pada R1

disebabkan oleh ransum rumput lapang 100% yang memiliki kandungan protein

terendah sebesar 8,2% dan konsumsi bahan kering terendah pula. Kondisi konsumsi

protein hijauan tersebut masih berada pada kisaran normal yang direkomendasikan

NRC (1985) yaitu 30 g/e/h untuk hidup pokok, namun konsumsi protein belum

memenuhi kebutuhan protein yang direkomendasikan sebesar 112-152 g/e/h untuk

pertambahan bobot badan sebesar 50-100 g/e/h .

Hasil penelitian Winugroho dan Widiawati (2009) menyarankan untuk

mengefisiensikan penggunaan pakan oleh ternak, maka ternak yang mengkonsumsi

pakan dengan kandungan protein tinggi perlu diimbangi dengan pemberian pakan

sumber serat sebagai penghasil energi. Ketepatan imbangan pakan sumber protein

dan hijauan sumber serat sangat menentukan efisiensi penggunaan nutrien oleh

ternak yang selanjutnya akan mempengaruhi produksi ternak.

Page 34: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

21

Konsumsi Serat Kasar

Konsumsi serat kasar yang tinggi akan dimanfaatkan sebagai sumber VFA

melalui fermentasi di rumen hewan ruminansia, namun semakin tinggi porsi hijauan

dengan serat kasar yang tinggi, akan meningkatkan sifat keambaan, yang pada

akhirnya akan menguragi total konsumsi bahan kering. Hasil dari analisis statistik

pada Tabel 3 menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan

terhadap peningkatan konsumsi serat kasar (P<0,01).

Konsumsi serat kasar tertinggi terjadi pada domba yang diberi perlakuan R4

dan R3 karena pada perlakuan ini domba mengkonsumsi bahan kering paling banyak

dan kandungan serat kasar ransum juga cukup tinggi dibandingkan dengan yang

lainnya. Pada perlakuan R2 konsumsi serat kasar nyata lebih rendah dibandingkan

dengan kedua perlakuan penambahan hijauan tropis yang lain, hal ini disebabkan

kandungan serat kasar pada R2 yang paling rendah (24,76%) dan konsumsi bahan

kering yang rendah pula.

Menurut Sulastri (2009), konsumsi serat kasar domba yang diberi ransum

dengan proporsi 70% hijauan dan 30% konsentrat berkisar antara 179,38-240,39

g/e/h. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang

menunjukkan konsumsi serat kasar pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4 berkisar

antara 137,79 – 161,30 g/e/h. Hal ini disebabkan karena jenis hijauan yang diberikan

memiliki kandungan serat yang bervariasi khususnya daun kelor hanya mengandung

serat kasar sebesar 8,55%.

Serat kasar terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan lignin. Fraksi serat kasar

dapat diukur berdasarkan kelarutannya dalam larutan-larutan detergen, yaitu

menggunakan analisis Van Soest (Tillman et al., 1991). Fraksi yang tidak larut

adalah lignoselusosa. Fraksi Acid Detergen Fiber (ADF) dibagi menjadi fraksi

selulosa dan lignin. Kandungan fraksi ADF hijauan pakan erat hubungannya dengan

manfaat bahan makanan bagi ternak. Bila kadar lignin tinggi dalam bahan makanan,

maka koefisien cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah. Hijauan tropis seperti

nangka, gamal dan kaliandra memiliki fraksi ADF yang bervariasi antara 45,71%-

65,62% (Januarti, 2009).

Mikroba yang terdapat dalam rumen membantu proses pencernaan serat kasar

pada proses fermentasinya. Serat kasar yang berasal dari pakan masuk kedalam

Page 35: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

22

rumen ternak kemudian difermentasi menjadi VFA dan diserap untuk mencukupi

ketersediaan energi untuk pertumbuhan. Meskipun demikian, konsumsi serat kasar

tertinggi bukan berarti akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik karena

serat kasar berupa lignin bersifat menurunkan daya cerna (Wilson et al., 1998).

Kecernaan Bahan Kering

Kecernaan bahan kering merupakan jumlah pakan yang diserap oleh tubuh

hewan atau jumlah pakan yang tidak dieksresikan dalam feses (McDonald et al.,

2002). Perlakuan penambahan hijauan tropis berupa daun kelor, gamal dan nangka

menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap nilai kecernaan bahan

kering. Data kecernaan bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4. Data kecernaan pada

perlakuan R1 menunjukkan adanya variasi yang besar, yang ditunjukkan dari nilai

deviasinya. Hal ini disebabkan adanya keragaman dari umur dan genetik domba yang

berasal dari UP3-Jonggol.

Tabel 4. Kecernaan Bahan Kering Ransum dengan Metode AIA

Perlakuan Kecernaan Bahan Kering (%)

R1 61,82 ± 6,93b

R2 69,73 ± 0,43a

R3 62,54 ± 2,31b

R4 63,16 ± 1,76b

Keterangan: R1 = 100% Rumput Lapang R2 = 70% Rumput Lapang + 30% Kelor R3 = 70% Rumput Lapang + 30% Gamal R4 = 70% Rumput Lapang + 30% Nangka

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Adapun domba yang diberi perlakuan R2 memiliki nilai kecernaan yang

nyata lebih tinggi 12,80% dibandingkan dengan kontrol sedangkan R3 dan R4 tidak

berbeda nyata dengan kontrol karena hanya berbeda 1,16% dan 2,17% dari kontrol.

Pada perlakuan R2 meskipun konsumsi bahan kering tidak terlalu tinggi, tetapi

tampaknya ketersediaan nutrien yang dikonsumsi memiliki kualitas yang cukup baik

sehingga berpengaruh pada nilai kecernaannya. Rendahnya kandungan antinutrisi

pada daun kelor mendukung nilai kecernaan yang tinggi. Jumlah bahan kering yang

tercerna untuk masing-masing perlakuan adalah 313, 350, 382, dan 382 g/e/h untuk

Page 36: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

23

R1, R2, R3 dan R4, yang artinya jumlah nutrien yang tercerna untuk perlakuan

penambahan hijauan tropis meningkat 37 g/e/h untuk R2 dan 69 g/e/h untuk R3 dan

R4 dibandingkan dengan kontrol.

Kajian kecernaan secara in vitro dan in sacco untuk berbagai hijauan tropis

menunjukkan bahwa hijauan kelor baik sebagai pakan tunggal, dicampur dengan

rumput lapang maupun dicampur dalam bentuk ransum menunjukkan hasil yang

lebih baik dibanding hijauan tropis lain yang berupa Leucaena leucocephala,

Pennisetum purpureum, Musa sapientum, Melastoma malabathricum, Dillenia

suffruticosa, Brachiaria decumbens, Sapium baccatum, dan Cyperus kyllinga

(Januarti, 2009). Nilai kecernaan domba yang diberi perlakuan dengan penambahan

30% daun kelor, gamal dan nangka lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

kontrol karena kualitas rumput lebih rendah dibandingkan dengan R2, R3 dan R4.

Nilai kecernaan bahan kering setara dengan yang dilaporkan oleh Firdus et al.

(2004), yakni sebesar 54,32%-61,87% untuk kecernaan bahan kering domba yang

diberi leguminosa (dengan metoda koleksi total). Pengukuran kecernaan nutrien

dengan metode AIA lebih praktis dibandingkan dengan metode koleksi total, karena

dalam pengambilan sampelnya cukup kualitatif dengan frekuensi waktu setiap 2-6

jam sekali. Abu yang larut dalam asam digunakan sebagai indikator dalam

menghitung kecernaan pakan. Van Keulen dan Young (1977) berpendapat bahwa

hasil perhitungan kecernaan nutrien dengan metode AIA sama dengan pengukuran

kecernaan nutrien metode koleksi total, namun lebih praktis untuk digunakan.

Thonney et al. (1985) yang meneliti kecernaan bahan kering menggunakan metode

AIA juga menyatakan hal serupa bahwa pengukuran kecernaan nutrien dengan

metode AIA lebih mudah digunakan dibandingkan dengan indikator kecernaan

lainnya.

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah

konsumsi pakan. Hal ini sangat terkait dengan nutrien yang terkandung dalam pakan

dan tingkat kecernaan pakan tersebut. Ransum yang memiliki nilai nutrien tinggi dan

tingkat palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan pertambahan bobot

Page 37: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

24

badan ternak selama penggemukan. Rataan pertambahan bobot badan harian domba

pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Pakan Domba

Perlakuan Pertambahan Bobot Badan

(kg/ekor/60hari) Efisiensi Pakan Domba

R1 1,75±0,29 0,057±0,013

R2 2,65±0,47 0,064±0,018

R3 2,88±0,48 0,053±0,015

R4 2,85±0,51 0,053±0,015

Keterangan: R1 = 100% Rumput Lapang R2 = 70% Rumput Lapang + 30% Kelor R3 = 70% Rumput Lapang + 30% Gamal R4 = 70% Rumput Lapang + 30% Nangka

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata

terhadap pertambahan bobot badan domba. Ada kecenderungan rataan penambahan

bobot badan 37,82% lebih tinggi untuk perlakuan penambahan hijauan tropis

dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Astuti dan Sastradipradja (1999)

menyatakan bahwa domba yang hanya diberi rumput saja dan dipelihara dalam

kandang mempunyai rata-rata pertambahan bobot badan sekitar 3 kg/e/60 hari atau

50 g/e/h, sedangkan yang digembalakan dan hanya makan rumput saja mempunyai

pertambahan bobot badan rata-rata 2,75 kg/e/60 hari atau setara dengan 45,83 g/e/h.

Domba yang dipelihara dengan kandang individu dengan penambahan daun kelor,

gamal dan nangka pada penelitian ini memiliki pertambahan bobot badan yang sama

dengan domba yang digembalakan dan hanya diberi rumput saja.

Jumlah dan kemampuan ternak mencerna pakan yang dikonsumsi

mempengaruhi banyaknya nutrien yang diserap tubuh untuk pertumbuhan. Domba

yang mendapat perlakuan R3 dan R4 memiliki pertambahan bobot badan paling

tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah nutrien yang dicerna lebih tinggi

dibandingkan R1. Hasil perhitungan menunjukkan jumlah bahan kering yang

tercerna untuk perlakuan R3 dan R4 sekitar 382 g/e/h. Domba jantan lepas sapih

yang dipelihara berada pada tahap pertumbuhan yang cukup baik. Bobot badan

domba akan terus bertambah seiring bertambahnya usia dengan pemeliharaan yang

baik dan pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan.

Page 38: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

25

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan

yang dihasilkan dengan jumlah ransum yang dikonsumsi. Efisiensi penggunaan

pakan dapat dilihat dari besar kecilnya nilai konversi. Semakin kecil nilai konversi,

maka semakin efisien ternak dalam menggunakan pakan tersebut untuk produksi

daging.

Menurut Elia (2005), nilai konversi merupakan gambaran dari efisiensi

penggunaan pakan oleh ternak. Nilai efisiensi didefinisikan sebagai besarnya

penggunaan ransum terhadap banyaknya pertambahan bobot badan yang dihasilkan

dari satu satuan tertentu. Efisiensi ransum pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas

ransum, kecernaan dan efisiensi pemanfaatan nutrient dalam proses metabolisme

jaringan tubuh ternak. Rataan efisiensi pakan dapat dilihat pada Tabel 5.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan nutrien secara

nyata tidak dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan ransum. Hal ini berarti bahwa

dengan pemberian 30% hijauan tropis pada ransum domba tidak menunjukkan

adanya perbedaan efisiensi pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan. Ada

kecenderungan perbaikan pemanfaatan pakan domba yang mendapat perlakuan R2

sebesar 12,28% dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada perlakuan R3 dan R4

walaupun nilai pertambahan bobot badannya lebih besar, namun kurang efisien

dalam pemanfaatan nutriennya, karena nilai efisiensi pakannya 7,02% lebih rendah

dari kontrol. Domba yang diberi 30% hijauan tropis berupa daun kelor

mengkonsumsi nutrien sesuai dengan kebutuhannya. Nutrien yang dikonsumsi

kemudian dicerna dalam tubuh hingga menghasilkan pertambahan bobot badan yang

lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Nilai kecernaan domba yang diberi daun

kelor paling tinggi dibandingkan hijauan tropis yang lain yaitu sebesar 69,73%.

Kandungan protein yang tinggi, vitamin dan mineral yang terkandung dalam daun

kelor meningkatkan performa domba yang mengkonsumsinya, walaupun daun kelor

mengandung tanin 0,15%, saponin 5%, phytat 3,1% dan asam amino esensial

bersulfur (Soliva et al., 2005).

Gamal memiliki antinutrisi berupa tanin 0,51%, saponin 4,91%, kumarin dan

HCN (Januarti, 2009). Zat antinutrisi tersebut mempengaruhi proses pemanfaatan

nutrien gamal. Pemanfaatan nutrien daun nangka juga dipengaruhi oleh keberadaan

Page 39: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

26

zat antinutrisi. Nangka mengandung antinutrisi berupa tanin sebesar 0,4% dan

saponin sebesar 5,97%. Penambahan hijauan tropis berupa daun kelor sebagai pakan

domba memiliki nilai efisiensi pakan yang paling baik dibandingkan daun gamal dan

daun nangka.

Menurut Anggorodi (1979) faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi

ransum diantaranya adalah laju perjalanan ransum di dalam saluran pencernaan,

bentuk fisik bahan makanan dan komposisi nutrien ransum.

Page 40: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian hijauan tropis berupa Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium,

dan Artocarpus heterophyllus dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, protein

kasar, serat kasar dan nilai kecernaan bahan kering dengan pengukuran metode Acid

Insoluble Ash. Pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan tidak berbeda pada

semua perlakuan.

Saran

Penambahan 30% hijauan tropis berupa Moringa oleifera Lamk, Gliricidia

sepium, dan Artocarpus heterophyllus dalam ransum sangat disarankan untuk domba

penggemukan dan reproduksi.

Page 41: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

28

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang

telah menyertai penulis dalam studi hingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Kecernaan Nutrien Metode Acid Insoluble Ash dan Performa Domba

Lokal yang Diberi Moringa oleifera Lamk, Gliricidia sepium dan Artocarpus

heterophyllus. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti,

MS. sebagai pembimbing utama dalam proses penyelesaian skripsi yang telah sabar

membimbing, memotivasi dan membuka wawasan penulis hingga skripsi ini selesai.

Terimakasih kepada Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS. sebagai dosen pembimbing

akademik dan pembimbing anggota dalam proses penyelesaian skripsi penulis yang

memberikan arahan dan pelajaran kehidupan. Terimakasih kepada Dr. Ir. Didid

Diapari MS. sebagai dosen pembahas seminar hasil penelitian, Ir. Afton Attabany,

MSi. dan Ir. Lilis Khotijah, MS. sebagai dosen penguji dalam sidang dan

Nurrochmah Kumalasari, SPt, MSi. sebagai panitia sidang yang telah memberikan

banyak saran menyempurnakan skripsi ini.

Terimakasih kepada bapak dan mamak yang telah menjadi orangtua terbaik

di dunia, mendukung penulis dalam segala hal, menjadi teladan dan mengajarkan

penulis untuk berjuang dalam setiap keadaan. Kepada Kak ua dan Andes yang terus

mendukung dan mendoakan, terimakasih banyak. Teman-teman seperjuangan di

INTP 43 terimakasih untuk kebersamaannya, khususnya Desra, Nono, Amer, Fanny,

dan teman penelitian Adi dan Aini mari membangun bangsa Indonesia melalui ilmu

yang kita punya. Terimakasih untuk teman KTB Tim KK Bang Yosia, Bang Bremin,

Gandi, Ade, Fitri, Kak Mila, Mbak Tina sekeluarga, Emta, Leni, Kak Morin, Rospita,

Jenita, Putri, Desi dan semua teman permata terimakasih untuk hari-hari yang dilalui

bersama dan mari memenuhi panggilan kita sebagai generasi penerus bangsa.

Penulis mohon maaf karena tidak bisa menyebutkan satu persatu pihak yang

telah membantu dalam doa, dana dan daya dalam proses perjuangan meraih gelar

Sarjana Peternakan. Tuhan memberkati kita semua.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

Page 42: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

29

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Media, Jakarta.

Astuti, D. A & D. Sastradipradja. 1999. Energy metabolism in relation to grazing activity in growing priangan sheep as affected by rations. Indonesian Journal of Tropical Agriculture 9(1): 1-5.

Baba, A. S. H., F. B. Castro, and E. R. Ørskov. 2002. Partioning of energy and degradability of browse plants in vitro and the implicantios of blocking the effects of tannin by the addition of polyethylene glycol. Animal Feed Science and Technology 95(1-2):93-94.

Campbell, J. R., M. D. Kenealy & K. L. Campbell. 2003. Animal Sciences. 4th Edition. McGraw-Hill, New York.

Cherney, J. H & V. G. Allen. 1995. Forages in a Livestock System. Vol. 1. An Introduction to Grassland Agriculture. Iowa State University Press, Ames.

Cunningham, M., M. A. Latour & D. Acker. 2005. Animal Science and Industry. Prentice Hal, New Jersey.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Buku Statistik 2009. http://www.ditjennak.go.id/t-bank.asp. [8 Agustus 2010]

Elia, I. 2005. Penampilan domba yang dikandangkan dengan pakan kombinasi tiga macam rumput (Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens, dan rumput alam) di UP3 Jonggol. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ensminger, M. E. 2002. Sheep & Goat Science. Interstate Publishers, Inc, Danville.

Firdus, D. A. Astuti & E. Wina. 2004. Pengaruh kondisi fisik kaliandra dan campurannya dengan gamal segar terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien pada domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 9(1): 12-16.

Folkard & Shutherland. 1996. The Multi Purpose Wonder-Tree. Artikel. http://www.treesforlife.org/project/default.en.asp. [20 Februari 2010]

Haryanti, N. P. 2005. Hubungan fermentabilitas dan kecernaan beberapa legum pohon dengan penyerapan mineral Ca dan P pada domba lokal jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haryanto, B & A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat-zat Makanan Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Hermawan, M. U. 2009. Performa produksi domba ekor tipis jantan pada berbagai level substitusi kulit singkong terhadap rumput dalam ransum. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 43: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

30

Januarti, R. 2009. Total produksi gas dan degradasi berbagai hijauan tropis pada media rumen domba yang diberi pakan mengandung saponin dan tanin. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kakengi, A. M. V., M. N. Shem, S. V. Sarwatt & T. Fujihara. 2005. Can Moringa oleifera be used as a protein supplement for ruminants?. J. Anim. Sci. 18(1):42-47.

Makkar, H. P. S. 2002. Recent Advances in the In vitro Gas Method for Evaluation of Nutritional Quality of Feed Resources. Animal Production and Health Section, International Atomic Energy Agency. Vienna, Austria.

Manurung, T. 1995. Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber protein ransum sapi potong. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) : 143-148.

Mathius, I. W. 1984. Hijauan gliricidia sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa 1(4):19-23.

McDonald, P., Edwards, R. A. & Greenhalgh, J. F. D. 2002. Animal Nutrition. 6th edition. Longman Scientific and Technical, New York.

Mulyono. 2004. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan 2. Penebar Swadaya, Jakarta.

National Research Council (NRC). 1985. National Requirements of Sheep. 6th Revised Ed. National Academy of Science, Washington D. C.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Plantamor, 2009. Informasi species. www. plantamor.com [20 Januari 2009]

Prihatman, K. 2000. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam). http://www.ristek.go.id. [15 Oktober 2009]

Purbowati, E., C. I. Sutrisno, E. Baliarti, S. P. S. Budhi & W. Lestariana. 2005. Tumbuh kembang karkas dan komponen karkas domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/semnas/pro05-70.pdf. [15 Agustus 2010]

Salamena, J. F. 2003. Strategi Pemuliaan Ternak Domba Pedaging di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Soliva, C.R., M. Kreuzer, N. Foidl, G. Foidl, A. Machmüller dan H.D. Hess. 2005. Feeding value of whole and extracted Moringa oleifera leaves for ruminants

Page 44: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

31

and their effects on ruminal fermentation in vitro. Jurnal Animal Feed Science and Technology 118:1-2.

Sulastri, S. 2009. Pengaruh penggunaan ampas tempe dalam ransum terhadap kecernaan nutrien domba lokal jantan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Solo.

Steel R. G. D & Torrie J. H. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia Pustaka Media, Jakarta.

Syamsuhidayat, S. S & J. R. Hutapea, 1991. Inventaris Tanaman Obat (1). Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Thonney, M. L, B. A. Palhof, M. R. DeCarlo, D. A. Ross, N. L. Firth, R. L. Quaas, D. J. Perosio, D. J. Duhaime, S. R. Rollins, & A. Y. M. Nour. 1985. Source of variation of dry matter digestibility measured by the acid insolube ash marker. J. Dairy. Sci. 68: 661-668.

Tillman A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, & S. Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Van Keulen, J & B. A. Young. 1977. Evaluation of acid insoluble ash as a natural marker in ruminant digestibility studies. J. Anim. Sci. 44: 282-287.

Wilson, R. C., T. R. Overton and J. H. Clark. 1998. Effect of Yucca schidigera extract and soluble protein on performance of cows and concentrations or urea nitrogen in plasma and milk. J. Dairy Sci. 81:1022-1027

Winugroho, M & Y. Widiawati. 2009. Keseimbangan nitrogen pada domba yang diberi daun leguminosa sebagai pakan tunggal. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan 13(1):6-13.

Yunita. 2008. Performa domba jantan lokal dengan perlakuan pakan yang berbeda selama dua bulan penggemukan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 45: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

LAMPIRAN

Page 46: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

33

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 3 43181,82 14393,94 33,03 3,49 5,95 Error 12 5229,20 435,77 Total 15 48411,02 Keterangan: SK = sumber keragaman

db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 2. Uji Jarak Duncan Konsumsi Bahan Kering

Perlakuan N Subset

1 2 R2 4 501,69 R1 4 506,30 R4 4 604,76 R3 4 610,75

Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar

SK db JK KT F F0,05 F0,01 Perlakuan 3 2947,92 982,64 179,49 3,49 5,95 Error 12 65,69 5,47 Total 15 3013,61

Lampiran 4. Uji Jarak Duncan Konsumsi Protein Kasar

Perlakuan N Subset

1 2 3 4 R1 4 41,52 R2 4 54,48 R4 4 66,94 R3 4 77,80

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar

SK db JK KT F F0,05 F0,01 Perlakuan 3 1495,08 498,36 14,26 3,49 5,95 Error 12 419,28 34,94 Total 15 1914,36

Page 47: KECERNAAN NUTRIEN METODE ACID INSOLUBLE ASH DAN … · sangat nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) (P

34

6. Uji Jarak Duncan Konsumsi Serat Kasar

Perlakuan N Subset

1 2 R2 4 137,79 R3 4 158,03 R1 4 160,50 R4 4 161,30

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Kecernaan Bahan Kering

SK db JK KT F F0,05 F0,01 Perlakuan 3 160,11 53,37 3,77 3,49 5,95 Error 12 169,91 14,16 Total 15 330,02 Lampiran 8. Uji Jarak Duncan Kecernaan Bahan Kering

Perlakuan N Subset

1 2 R1 4 61,82 R3 4 62,54 R4 4 63,16 R2 4 69,73

Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan

SK db JK KT F F0,05 F0,01 Perlakuan 3 0,19 0,06 0,18 3,49 5,95 Error 12 4,25 0,35 Total 15 4,44

Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Efisiensi Pakan

SK db JK KT F F0,05 F0,01 Perlakuan 3 0,000 0,00 0,47 3,49 5,95 Error 12 0,003 0,00 Total 15 0,003