kecernaan nutrien ransum sapi bali dengan … · ransum sapi bali dengan penambahan sabun kalsium...

28
KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN PENAMBAHAN SABUN KALSIUM MINYAK KEDELAI SECARA IN VITRO SITI NURHANAH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: nguyenkhue

Post on 18-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN

PENAMBAHAN SABUN KALSIUM MINYAK KEDELAI

SECARA IN VITRO

SITI NURHANAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
Page 3: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kecernaan Nutrien

Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara In

vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Siti Nurhanah

NIM D24100079

Page 4: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

ABSTRAK

SITI NURHANAH. Kecernaan Nutrien Ransum Sapi Bali dengan Penambahan

Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara In vitro. Dibimbing oleh SRI SUHARTI

dan WIDYA HERMANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan minyak

kedelai yang diproteksi dengan sabun kalsium pada ransum terhadap kecernaan

nutrien yaitu kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO),

kecernaan protein kasar (KcPK), kecernaan lemak kasar (KcLK), dan kecernaan

serat kasar (KcSK) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Kelompok dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan meliputi

Perlakuan ransum kontrol (K), K + minyak kedelai 5% (M), dan K + sabun

kalsium minyak kedelai 5% (S). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

minyak kedelai pada tingkat 5% baik proteksi maupun tanpa proteksi dengan

teknik sabun kalsium tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan

organik, kecernaan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hasil ini

menunjukkan bahwa penambahan sabun kalsium minyak kedelai tidak memiliki

efek negatif pada aktivitas rumen dalam degradasi pakan.

Kata kunci: kecernaan nutrien, minyak kedelai, sabun kalsium, sapi bali

ABSTRACT

SITI NURHANAH. In vitro Nutrient Digestibility of Bali Cattle Ration Addition

with Calcium Soap of Soybean Oil In vitro. Supervised by SRI SUHARTI and

WIDYA HERMANA.

The research was aimed to evaluate the effect of soybean oil addition with

and without protection using calcium soap in the diet on in vitro dry matter

digestibility (DMD), organic matter digestibility (OMD), crude protein

digestibility (CPD), ether extract digestibility (EED) and crude fiber digestibility

(CFD). This study used randomized block design with 3 treatments and 4

replications. The treatments were control diet (C), C + 5% soybean oil (M), and C

+ Calcium soap of soybean oil 5% (S). The result showed that use of soybean oil

at level 5% either with or without protection using calsium soap did not affect dry

and organic matter digestibility, crude protein digestibility, crude fiber

digestibility and ether extract digestibility. This result indicating that the addition

of soybean oil calcium soap didn’t have negative effect on feed degradation by

rumen microbe.

Keywords: nutrient digestibility, soybean oil, calcium soap, bali cattle

Page 5: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

5

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN

PENAMBAHAN SABUN KALSIUM MINYAK KEDELAI

SECARA IN VITRO

SITI NURHANAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
Page 7: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

7

Judul Skripsi : Kecernaan Nutrien Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun

Kalsium Minyak Kedelai secara In vitro

Nama : Siti Nurhanah

NIM : D24100079

Disetujui oleh

Dr Sri Suharti, SPt MSi

Pembimbing I

Dr Ir Widya Hermana, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
Page 9: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah

kecernaan, dengan judul “Kecernaan Nutrien Ransum Sapi Bali dengan

Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara In vitro”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suplementasi sabun

kalsium minyak kedelai dan minyak kedelai pada level 5% dalam ransum sapi

Bali terhadap kecernaan nutrien ransum. Minyak kedelai merupakan minyak asal

tanaman yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. Sabun kalsium

merupakan metode yang mampu melindungi asam lemak tak jenuh yang ada pada

minyak kedelai. Penggunaan sabun kalsium minyak kedelai dalam ransum

diharapkan mampu meningkatkan kecernaan nutrien ransum di dalam rumen sapi.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar

Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik,

saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini

bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.

Bogor, November 2014

Siti Nurhanah

Page 10: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
Page 11: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

3

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Sabun Kalsium 2

Ransum 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu 3

Prosedur 4

Pembuatan Sabun Kalsium 4

Preparasi Cairan Rumen 4

Fermentasi secara In vitro 4

Analisis Bahan Kering dan Bahan Organik 5

Analisi Protein Kasar 5

Analisis Lemak Kasar 5

Analisis Serat Kasar 6

Rancangan Percobaan dan Analisa Data 6

Peubah yang Diamati 7

Kecernaan Bahan Kering dan Organik 7

Keernaan Protein Kasar 7

Kecernaan Lemak Kasar 7

Kecernaan Serat Kasar 7

Derajat Keasaman (pH) Rumen 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Sabun Kalsium Minyak Kedelai 7

Derajat Keasaman (pH) Rumen 8

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik 9

Kecernaan Protein Kasar, Serat Kasar dan Lemak Kasar 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 16

UCAPAN TERIMA KASIH 16

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan pakan dalam ransum berdasarkan bahan kering (% BK) 3

2 Kandungan nutrien ransum berdasarkan bahan kering (% BK) 3

3 Nilai derajat keasaman (pH) rumen 8

4 Kecernaan bahan kering dan bahan organik 9

5 Kecernaan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar 10

Page 12: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam derajat keasaman (pH) rumen 13

2 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering 13

3 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik 13

4 Hasil analisis ragam kecernaan protein kasar 13

5 Hasil analisis ragam kecernaan serat kasar 13

6 Hasil analisis ragam kecernaan lemak kasar 14

Page 13: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

1

PENDAHULUAN

Produktivitas ternak sapi potong di Indonesia masih sangat rendah sehingga

tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Populasi ternak sapi potong

bedasarkan data BPS pada tahun 2013 terdapat 16.607.000 ekor sapi potong (BPS

2014) sedangkan jumlah permintaan konsumen terhadap daging sapi berdasarkan

InverstorDaily (2013) yaitu 549.670 ton. Satu diantara penyebab utamanya adalah

nutrisi yang kurang baik dan pakan konsentrat masih cukup mahal. Sapi Bali

merupakan salah satu jenis sapi lokal asli Indonesia yang memiliki potensi untuk

dikembangkan karena mempunyai keistimewaan dalam hal reproduksi, persentase

karkas yang tinggi, mampu beradaptasi di lingkungan tropis, dan dapat

memanfaatkan sumber daya pakan yang berkualitas rendah. Namun, kelemahan

dari sapi Bali yaitu kecepatan pertumbuhan dan ukuran bobot badan yang terbatas

dan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi pada daging. Hasil penelitian

Komariah (1997), kandungan asam lemak jenuh daging sapi Bali lebih tinggi

dibandingkan daging sapi Peranakan Ongol (PO).

Peningkatan produktivitas ternak sapi Bali hendaknya juga diikuti

peningkatan kualitas produk daging dan salah satunya adalah kandungan asam

lemak. Secara alami, produk daging ternak ruminansia banyak mengandung asam

lemak tak jenuh karena adanya proses biohidrogenasi oleh bakteri rumen. Bakteri

rumen akan mengubah asam lemak tak jenuh dari pakan menjadi asam lemak

jenuh di dalam rumen sehingga menyebabkan tingginya asam lemak jenuh yang

mengalir ke usus halus dan diserap oleh tubuh. Hal ini yang menyebabkan daging

ternak ruminansia didominasi oleh asam lemak jenuh.

Salah satu strategi untuk meningkatkan komposisi asam lemak tak jenuh

pada produk daging sapi adalah dengan melakukan penambahan sumber asam

lemak tak jenuh dalam ransum. Minyak kedelai, minyak kelapa sawit, minyak biji

bunga matahari merupakan minyak asal tanaman yang mengandung asam lemak

tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan minyak kedelai

lebih efektif dalam pencernaan rumen dibandingkan minyak kelapa sawit dan

minyak biji bunga matahari (Alibain 2013 belum dipublikasikan). Namun

penggunaan minyak tersebut perlu diwaspadai mengingat ternak ruminansia

sangat peka terhadap kandungan lemak yang tinggi. Penggunaan minyak dalam

jumlah tinggi dapat memberikan efek negatif pada ternak terutama dalam proses

fermentasi rumen, seperti membatasi pencernaan serat, racun bagi bakteri

selulolitik, menurunkan aktivitas enzim dan menurunkan absorpsi (Parakkasi

1995). Oleh karena itu penggunaan minyak tanaman sebagai sumber asam lemak

tak jenuh perlu diproteksi. Penambahan formaldehid, asam alkali dan sabun

kalsium mampu melindungi asam lemak tak jenuh. Salah satu teknologi proteksi

yang mudah diterapkan adalah sabun kalsium (Jenkins 1993). Sabun kalsium

menurut Pramono et al. (2013) merupakan salah satu teknologi perlindungan

terhadap lemak yang akhir-akhir banyak dikembangkan. Penggunaan sabun

kalsium efektif untuk perlindungan lemak dalam bahan pakan karena sistem

fermentasi tetap berjalan normal, peningkatan kecernaan serat karena efek negatif

asam lemak terhadap bakteri menurun (Fernandez 1999) serta dapat

memaksimumkan penggunaan ransum tinggi lemak (Hidayat et al 2011).

Page 14: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

2

Minyak kedelai merupakan salah satu minyak yang banyak mengandung

lemak terutama asam lemak poli tak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)

yang cukup tinggi yaitu sekitar 85% meliputi asam linolenat (15% - 64%), asam

oleat (11% - 60%), asam linoleat (1% - 12%) dan asam arachidonat (1.5%)

(Muliawati 2006). Teknologi suplementasi minyak kedelai yang diproteksi

dengan sabun kalsium berpotensi untuk meningkatkan kandungan asam lemak tak

jenuh (PUFA) pada daging sapi Bali. Penambahan minyak kedelai dalam bentuk

sabun kalsium bertujuan untuk menghindari proses biohidrogenasi dari rumen

pada ternak ruminansia serta tidak mengganggu aktivitas mikroba rumen dalam

mendegradasi pakan. Teknologi sabun kalsium selain dapat memproteksi

kandungan lemak juga dapat menyumbangkan mineral kalsium yang sangat

penting untuk ternak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan minyak

kedelai yang diproteksi dengan sabun kalsium pada level 5% dalam ransum

terhadap kecernaan nutriean (bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak

kasar, dan serat kasar) ransum sapi Bali secara in vitro.

METODE

Bahan

Sabun Kalsium

Bahan yang digunakan dalam penentuan bilangan penyabunan minyak

kedelai yaitu KOH, alkohol, dan aquadest. Sabun kalsium minyak kedelai dibuat

dari campuran NaOH, CaCl2 dan minyak kedelai.

Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah ransum yang sesuai

dengan standar kebutuhan nutrien sapi lokal berdasarkan Kearl (1982) untuk

bobot badan sapi potong 250 kg dengan kandungan Protein Kasar (PK) 13% dan

Total Digestibly Nutrien (TDN) sebesar 67%. Ransum yang digunakan terdiri atas

hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 40:60. Komposisi ransum komplit

yang digunakan disajikan pada Tabel 1 dan komposisi nutrien ransum disajikan

pada Tabel 2.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk membuat sabun kalsium minyak kedelai

adalah seperangkat alat refluks dan titrasi. Cairan rumen diambil dengan alat

stomach tube dan pompa vakum serta termos. Peralatan yang digunakan dalam

proses fermentasi meliputi tabung fermentor, tabung CO2, shaker waterbath dan

sentrifuse.

Alat yang digunakan dalam pengukuran kecernaan bahan kering dan

organik meliputi kertas saring whatman No.41, cawan porselen, oven 105°C dan

tanur 400°C-600°C. Alat yang digunakan dalam pengukuran keernaan protein

kasar adalah alat destruksi, destilasi, titrasi dan labu kjeldahl. Alat yang digunakan

Page 15: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

3

dalam pengukuran kecernaan serat kasar adalah gelas piala, corong buchner,

kertas saring, cawan porselen, oven 130oC, tanur 600

oC dan eksikator.

Pengukuran kecernaan lemak kasar menggunakan labu penyari, alat soxlet, oven

100oCdan eksikator.

Tabel 1 Komposisi bahan pakan dalam ransum berdasarkan bahan kering (% BK)

Bahan Pakan

Perlakuan (% BK)

Kontrol (K) K+Minyak kedelai

(M)

K+Sabun Ca-

minyak kedelai (S)

Rumput Lapang 40 40 40

Onggok 18 15 15

Pollard 18.9 18.9 18.9

Bungkil Kelapa 12.3 12.3 12.3

Molasses 9 9 9

CaCO3 0.9 0.9 0.9

Urea 0.9 0.9 0.9

Minyak Kedelai 0 3 0

Sabun Kalsium

Minyak Kedelai 0 0 3

Tabel 2 Kandungan nutrien ransum berdasarkan bahan kering (% BK)

Perlakuan BK ABU PK LK SK Beta-

N TDN

1 Ca P

Kontrol 87.12 6.65 13.15 3.83 17.87 59.29 68.87 0.70 0.31

K+Minyak

kedelai (M) 84.57 6.55 13.08 6.82 17.56 56.77 66.70 0.70 0.31

K+Sabun

kalsium

minyak

kedelai (S)

87.26 7.13 13.08 6.18 17.56 56.77 66.70 0.70 0.31

BK (Bahan Kering), PK (Protein Kasar), LK (Lemak Kasar), SK (Serat Kasar), Beta-N (Bahan

Ekstrak tanpa Nitrogen), TDN (Total Digestibility Nutrient), Ca (Kalsium), P (Phosfor). 1Hitungan TDN sesuai rumus Sutardi (2001) TDN= 70.6 + 0.259 x PK + 1.01 x LK – 0.76 x SK +

0.0991 x Beta-N

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan untuk proses in vitro.

Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut

Pertanian Bogor untuk analisa proksimat. Cairan rumen diambil dari sapi Bali

yang dipelihara di kandang A Fakultas Peternakan IPB. Penelitian ini

dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Januari 2014 hingga bulan Mei 2014.

Page 16: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

4

Prosedur

Pembuatan Sabun Kalsium (Hidayat et al. 2011)

Sebelum pembuatan sabun kalsium, dilakukan pengamatan terhadap

beberapa parameter, yaitu bilangan penyabunan dan kandungan asam lemak dari

minyak yang digunakan. Penentuan bilangan penyabunan minyak dilakukan

dengan cara refluksi minyak yang ditambahkan larutan KOH beralkohol. Larutan

KOH beralkohol dibuat dengan mencampurkan 1.4 gr KOH dan 50 ml alkohol

95%. Sampel minyak sebanyak 5 ml dicampurkan dengan 50 ml larutan KOH

beralkohol dimasukkan kedalam labu penangas berleher untuk direfluksi dan

dititrasi sehingga didapat bilangan penyabunan dan jumlah NaOH yang

digunakan. Larutan NaOH dibuat dengan mencampurkan jumlah NaOH setelah

perhitungan (1.37 mg) dan ditambahkan aquadest hingga volume menjadi 13.5 ml

sedangkan larutan CaCl2 dibuat dengan mencampurkan CaCl2 sebanyak 2.35 mg

ke dalam aquadest sebanyak 4.7 ml. Pembuatan sabun kaslium dilakukan dengan

minyak dipanaskan dan ditambahkan larutan NaOH secara perlahan, distrirrer

selama 30 menit dengan kecepatan 800 rpm dan pada suhu 230oC. Kemudian

diteteskan larutan CaCl2 hingga habis dan membentuk seperti pasta. Pasta tersebut

ditempatkan pada aluminium foil hingga membeku dan kemudian dimasukkan ke

oven 60°C selama 24 jam dan sabun kalsium siap untuk digunakan. Bilangan

penyabunan dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Bilangan penyabunan=(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀 𝐾𝑂𝐻

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

Ket: N HCl: 0.5061, M KOH: 56.1

Jumlah NaOH yang digunakan dapat diketahui dengan menggunakan

persamaan: V1M1=V2M2

V1: Bilangan penyabunan

M1: Molekul NaOH (40)

V2: Jumlah NaOH

M2: Molekul KOH (56)

Rendemen sabun kalsium yang dihasilkan dapat diketahui dengan

menggunakan rumus:

Rendemen (%)=𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙× 100%

Preparasi Cairan Rumen

Cairan rumen diambil secara langsung dari sapi Bali dengan menggunakan

stomach tube dengan bantuan pompa vakum. Setelah itu cairan rumen disaring

dengan kain kasa, saringan ditampung dalam gelas piala yang direndam dalam air

hangat (40°C) dan dialiri gas CO2. Jarak waktu pengambilan cairan rumen

terhadap penggunaan adalah maksimal sekitar 2 jam dalam kondisi anaerob dan

suhu hangat (40°C).

Fermentasi secara In vitro (Tilley dan Terry 1963)

Sampel pakan disiapkan sebanyak 500 mg dan dimasukkan ke dalam tabung

fermentor. Larutan Mcdougal sebanyak 40 ml dan cairan rumen sebanyak 10 ml

ditambahkan ke dalam tabung fermentor. Campuran dalam tabung fermentor

tersebut dialiri gas CO2 selama 30 detik untuk mengkondisikan suasana anaerob

dalam tabung fermentor. Tabung ditutup dengan karet berventilasi dan diinkubasi

selama 48 jam pada suhu 39°C di Shaker Waterbath. Selama inkubasi, pH dicek

Page 17: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

5

pada jam ke 4. Setelah 48 jam, tutup karet dibuka dan ditetesi 1 ml HgCl2 5%.

Tabung fermentor dan campuran dimasukkan ke dalam sentrifuge selama 15

menit. Setelah itu 50 ml larutan pepsin-HCl ditambahkan kemudian tabung

diinkubasi kedua hingga 48 jam pada suhu 39°C di Shaker Waterbath. Hasil yang

didapat dari proses penyaring berupa endapan dan supernatan, endapan tersebut

merupakan residu yang akan dilakukan pengukuran kecernaan nutriennya.

Analisis Bahan Kering dan Bahan Organik

Sampel yang telah ditambahkan pepsin-HCl dan diinkubasi selama 48 jam

disaring dengan kertas saring whatman No.41 dengan bantuan pompa vakum.

Hasil saringan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Bahan kering didapat

dengan cara dikeringkan dalam oven 1050C selama 24 jam sedangkan untuk

bahan organik, bahan dalam cawan dipijarkan dalam tanur selama 6 jam pada

suhu 4000C-600

0C. Sebagai blanko dipakai residu asal fermentasi tanpa sampel

ransum.

Analisis Protein Kasar

Proses pertama dalam analisis protein kasar adalah proses destruksi.

Langkah dalam proses destruksi, yaitu residu (endapan) ditimbang sebanyak 0.25

gram dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml dan ditambahkan katalis selen

sebanyak 0.25 gram dan 3 ml H2SO4 98%. Kemudian dilakukan destruksi

(pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam hingga larutan berubah warna

menjadi bening. Setelah dingin ditambahkan 50 ml aquadest dan 20 ml NaOH

40%. Langkah selanjutnya dilakukan destilasi, hasil destilasi ditampung dalam

labu erlenmayer yang berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan 2 tetes indicator

Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil

tampungan menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan

kemudian dilakukan titrasi dengan HCl 0.1 N sampai berwarna merah muda.

Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blanko. Dengan metode ini

diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan rumus:

%N=(𝑆−𝐵)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 14

𝑤 𝑥 1000 𝑥 100%

Keterangan: S: volume titran sampel (ml), B: volume titran blanko (ml), w: bobot

sampel kering (mg), 14: bobot atom

N NaOH : 0.1216

14 : bobot atom nitrogen

6.25 : rata-rata kandungan N pada protein

Analisis Lemak Kasar

Sebanyak 2 gram residu (sampel) disebar di atas kapas yang beralas kertas

saring dan digulung membentuk thimble, kemudian dimasukkan ke dalam labu

soxhlet. Kemudian dilakukan ekstraksi selama 6 jam dengan pelarut lemak berupa

heksan sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak kemudian dikeringkan dalam

oven pada suhu 100oC selama 1 jam. Kadar lemak dapat diketahui dengan

menggunakan rumus:

Kadar lemak (%)=𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%

Page 18: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

6

Analisis Serat Kasar

Sebanyak 1 gram (residu) sampel dilarutkan dengan 100 ml H2SO4 1.25%

dan dipanaskan hingga mendidih kemudian dilanjutkan dengan destruksi selama

30 menit. Larutan disaring dengan kertas saring dan dengan bantuan corong

Buchner, residu hasil saringan dibilas dengan 20-30 ml air mendidih dan dengan

25 ml aquadest sebanyak 3 kali. Residu didestruksi kembali dengan NaOH 1.25%

selama 30 menit. Kemudian disaring kembali dan dibilas berturut-turut dengan 25

ml H2SO4 1.25%, air mendidih 25 ml sebanyak 3 kali dan alkohol 25 ml. Residu

dan kertas saring dipindahkan ke cawan porselen dan dikeringkan dalam oven

130oC selama 2 jam, setelah dingin residu beserta cawan porselen ditimbang

kemudian dimasukkan ke dalam tanur 600oC selama 30 menit, didinginkan dan

ditimbang kembali. Kadar serat kasar dapat diketahui dengan menggunakan

rumus:

Kadar serat kasar (%)=𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Bobot serat kasar=W- Wo

Keterangan: W: bobot residu sebelum dibakar dalam tanur, Wo: bobot residu

setelah dibakar dalam tanur

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan yang diberikan terdiri atas ransum dengan penambahan 5%

minyak kedelai yang diproteksi dengan sabun kalisum dan tanpa diproteksi.

Penelitian ini menggunakan teknik fermentasi in vitro dengan sapi Bali sebagai

donor inokulum cairan rumen.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok berdasarkan waktu pengambilan cairan rumen

dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut meliputi;

K : Ransum kontrol tanpa penambahan minyak

M : Minyak Kedelai 5% tanpa diproteksi

S : Minyak Kedelai 5% dengan diproteksi sabun kalsium

Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Yij = μ+ τi + βj + εij

Dimana

Yij : nilai pengamatan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j

μ : rataan umum

τi : pengaruh aditif dari level sabun kalsium ke-i

βj : pengaruh aditif dari kelompok ke-j

εij : pengaruh galat percobaan pada sabun kalsium ke-i pada kelompok ke-j.

Data yang diperoleh akan dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA, Analysis

of Variance) dan jika berbeda nyata akan diuji lebih lanjut dengan Uji Lanjut

Duncan (Steel dan Torrie 1993).

Page 19: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

7

Peubah yang Diamati

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik dihitung dengan rumus ;

% KcBK = 𝐵𝐾 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)− (𝐵𝐾 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 (𝑔)− 𝐵𝐾 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 (𝑔))

𝐵𝐾 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100%

% KcBO = 𝐵𝑂 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)− (𝐵𝑂 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 (𝑔)− 𝐵𝑂 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 (𝑔))

𝐵𝑂 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100%

Kecernaan Protein Kasar

Kecernaan Protein Kasar dapat dihitung dengan rumus ;

%KcPK = 𝑃𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− 𝑃𝐾 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢

𝑃𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Kecernaan Lemak Kasar

Kecernaan Lemak Kasar dapat dihitung dengan rumus ;

%KcLK= 𝐿𝐾 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢−𝐿𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐿𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Kecernaan Serat Kasar

Kecernaan Serat Kasar dapat dihitung dengan rumus ;

%KcSK = 𝑆𝐾 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢−𝑆𝐾 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑆𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Derajat Keasaman (pH) Rumen. Derajat keasaman (pH) rumen selama

fermentasi diukur pada jam ke-4 saat inkubasi pertama. pH rumen diukur dengan

menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Produk Sabun Kalsium Minyak Kedelai

Sabun kalsium minyak kedelai yang dihasilkan memiliki karakteristik

seperti pasta kering dengan warna putih kekuningan. Tekstur sabun kalsium

setelah pengeringan dengan oven berbeda saat sebelum dilakukan pengeringan

yaitu lebih kering dan padat. Sabun kalsium minyak kedelai yang dihasilkan dapat

terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sabun kalsium minyak kedelai

Page 20: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

8

Bilangan penyabunan dari minyak kedelai yang digunakan adalah sebesar

126.52. Menurut Panagan et al. (2011) bilangan penyabunan merupakan besar

kecilnya molekul asam lemak yang terkandung dalam minyak yang dibutuhkan

untuk menyabunkan sejumlah miligram kalium hidroksida dalam 1 gram minyak.

Bilangan penyabunan dipengaruhi oleh berat molekul minyak, minyak dengan

bobot molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi

dari pada minyak yang bobot molekulnya tinggi. Bilangan penyabunan minyak

kedelai menurut Ketaren (1986) yaitu sebesar 189-195. Bobot molekul minyak

kedelai yang dihasilkan mempengaruhi jumlah NaOH dan CaCl2 yang akan

ditambahkan dalam pembuatan sabun kalsium dari bobot bahan dasar yang

digunakan (Joseph 2007).

Tingkat efisiensi formula sabun kalsium dapat terlihat dari jumlah rendemen

sabun kalsium yang dihasilkan (Joseph 2007). Rendemen merupakan jumlah

persentase sampel setelah pengolahan atau pemasakan dan dinyatakan dalam

bentuk % (bobot/bobot). Rataan rendemen dari sabun kalsium minyak kedelai

yang telah dibuat adalah sebesar 87.57%. Nilai rendemen sabun kalsium minyak

kedelai yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan nilai rendemen sabun kalsium

minyak ikan lemuru dan crude palm oil (CPO) yang dilakukan oleh Joseph (2007)

yaitu 46.58% dan 45.50%.

Derajat Keasaman (pH) Rumen

Derajat keasaman (pH) rumen dengan penambahan minyak kedelai baik

dalam bentuk minyak maupun sabun kalsium tidak berbeda nyata (Tabel 3).

Derajat keasaman (pH) rumen yang dihasilkan masih dalam kisaran pH rumen

normal.

Tabel 3. Nilai derajat keasaman (pH) rumen

Perlakuan pH rumen

Kontrol (K) 6.78±2.60

K+Minyak kedelai (M) 6.78±2.60

K+Sabun Ca-minyak kedelai (S) 6.82±2.61

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai derajat keasaman pH rumen antar

perlakuan tidak berbeda nyata dan masih dalam kisaran pH rumen normal

menurut Owens dan Zinn (1988) yaitu 5.5 sampai 7.6. Hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan sabun kalsium tidak mempengaruhi nilai pH rumen sehingga

tidak mengganggu ekosistem dalam rumen. Hal ini selaras dengan penelitian

Pramono et al. (2013) yang menyatakan bahwa suplemen sabun kalsium pada

pakan cukup efektif dalam mempertahankan nilai keasaman (pH) di dalam rumen.

Ferlay et al. (1993) juga menyatakan bahwa sabun kalsium yang bersifat inert di

dalam rumen, tidak beracun bagi bakteri rumen dan tidak berdampak negatif pada

pencernaan rumen. Proses pertumbuhan dan metabolisme mikrobia tidak akan

terganggu pada kondisi pH rumen yang normal, sehingga aktivitas mikrobia

berjalan dengan normal dan proses pencernaan bahan pakan akan optimal

(Prawirokusumo 1994).

Page 21: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

9

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Penambahan minyak kedelai baik dalam bentuk minyak maupun sabun

kalsium tidak nyata menurunkan kecernaan bahan kering dan bahan organik

ransum (Tabel 4). Kecernaan bahan kering dan bahan organik penggunaan ransum

sabun kalsium minyak kedelai lebih besar dibandingkan ransum minyak kedelai

namun lebih kecil dibandingkan ransum kontrol.

Tabel 4. Kecernaan bahan kering dan bahan organik

Perlakuan KcBK (%±sd) KcBO (%±sd)

Kontrol (K) 73.52±8.57 73.33±8.56

K+Minyak kedelai (M) 71.33±8.45 71.25±8.44

K+Sabun kalsium minyak kedelai

(S)

72.62±8.52 72.50±8.51

Penambahan minyak kedelai baik dalam bentuk minyak maupun sabun

kalsium tidak nyata menurunkan kecernaan bahan kering dan bahan organik

ransum. Meskipun demikian, terjadi kecenderungan penambahan minyak kedelai

dalam bentuk terproteksi dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan

organik dibandingkan ransum dengan minyak kedelai tanpa proteksi. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan sabun kalsium minyak kedelai dapat

mengurangi efek negatif minyak terhadap aktivitas mikroba rumen dalam

mendegradasi pakan. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan

Alexander et al. (2002) penambahan lemak sebagai sabun kalsium tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kecernaan bahan kering.

Nilai kecernaan bahan kering yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan

hasil penelitian Asmara (2002) yang menggunakan kedelai dengan penambahan

enzim papain yaitu berkisar 18%-19% dan kecernaan bahan organik lebih tinggi

dibandingkan penelitian Ueda et al. (2003) yang menggunakan sabun kalsium

berbahan linseed oil yaitu berkisar 43.4%. Hal ini menunjukkan proses fermentasi

in vitro berjalan dengan optimal serta suplementasi lemak pada ransum

runimansia dalam bentuk sabun kalsium dapat melindungi lemak dari sistem

pencernaan dalam rumen sehingga dapat meningkatkan kecernaan ransum.

Asam lemak tak jenuh yang diberikan dalam perlakuan berpengaruh

terhadap nilai kecernaan ransum. Lemak yang masuk ke rumen akan mengalami

proses hidrolisis ikatan ester memecah gliserol dan asam lemak. Selanjutnya asam

lemak tak jenuh mengalami proses biohidrogenasi menjadi asam lemak jenuh

(Bauman dan Lock 2006). Lock et al. (2006) menyatakan bahwa bakteri rumen

sangat berperan penting dalam proses hidrolisis lemak yang menghasilkan asam

lemak bebas, gula, fosfat dan gliserol. Gliserol dan gula akan mengalami proses

perubahan menjadi asam lemak terbang (volatile fatty acid: VFA) yang akan

membentuk sel mikroba rumen. Asam lemak yang keluar dari rumen biasanya

menempel pada partikel pakan atau bakteri dan masuk ke duodenum. Proses ini

terjadi di pasca rumen.

Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), proses penyabunan

mengakibatkan bergabungnya asam lemak dengan garam alkali sehingga

membentuk sabun. Sabun yang terbentuk memiliki ekor hydrophobic dan

hydrophilic. Ekor hydrophobic menyebabkan molekul sabun terlindungi dari air.

Page 22: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

10

Hal ini menyebabkan enzim mikroorganisme rumen tidak bisa mencerna bahan

pakan yang diproteksi karena media reaksinya berupa air sehingga mengakibatkan

penurunan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik di dalam rumen.

Kecernaan Protein Kasar, Serat Kasar dan Lemak Kasar

Penambahan minyak kedelai baik dalam bentuk minyak maupun sabun

kalsium tidak mempengaruhi kecernaan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar

(Tabel 5). Penambahan minyak kedelai menghasilkan nilai kecernaan protein

kasar dan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan ransum kontrol dan

penambahan sabun kalsium minyak kedelai, namun nilai kecernaan lemak kasar

yang dihasilkan lebih tinggi.

Tabel 5. Kecernaan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar

Perlakuan KcPK

(%±sd)

KcSK

(%±sd)

KcLK

(%±sd)

Kontrol (K) 74.78±8.65 80.70±8.98 46.90±6.85

K+Minyak kedelai (M) 73.56±8.58 79.08±8.89 51.57±7.18

K+Sabun kalsium minyak

kedelai (S)

75.22±8.67 80.09±8.95 48.85±6.99

Perlakuan dengan penambahan minyak kedelai terproteksi menghasilkan

kecernaan protein kasar dan kecernaan serat kasar cenderung lebih tinggi

dibandingkan ransum dengan minyak tidak terproteksi maupun kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan pemberian lemak yang terproteksi dapat melindungi

kandungan protein yang terkandung didalamnya sehingga menyebabkan

kecernaan protein ransum lebih tinggi. Menurut Arora (1989) sumber protein

utama bagi ternak ruminansia berasal dari protein pakan, protein mikroba dan

protein yang lolos dari degradasi di dalam rumen. Nilai kecernaan protein kasar

yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Asmara

(2002) yang menggunakan kedelai dengan penambahan enzim papain, yaitu hanya

berkisar 22%-37%.

Penambahan minyak kedelai terproteksi dan tanpa diproteksi tidak

menghasilkan kecernaan serat kasar yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian minyak kedelai pada level 5% tidak mengganggu aktivitas

mikroba rumen dalam mendegradasi serat kasar. Kadar serat yang tinggi dapat

mengganggu pencernaan zat lain. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan yang diberikan, komposisi

penyusun serat kasar dan aktivitas mikroorganisme (Maynard et al. 2005).

Menurut Tilman et al. (1991) pencernaan serat kasar dilakukan oleh enzim

sellulase yang dihasilkan oleh bakteri sellulolitik dan merupakan mikroba rumen.

Mourino et al. (2001) menjelaskan aktivitas bakteri selulolitik di dalam rumen

berlangsung secara normal apabila pH rumen diatas 6.0 dan jika lebih rendah dari

5.3 maka aktivitas bakteri selulolitik menjadi terhambat dan menggakibatkan

penurunan kecernaan serat kasar. Nilai pH rumen dalam perlakuan ini berkisar

6.78–6.82 (Tabel 3). Harvatine dan Allen (2006) menjelaskan bahwa nilai

Page 23: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

11

kecernaan pakan di dalam rumen akan dipengaruhi oleh jenis lemak yang

diberikan. Lemak jenuh akan menurunkan nilai kecernaan bahan kering, bahan

organik, NDF (serat) di dalam rumen.

Perlakuan dengan penambahan minyak terproteksi menghasilkan nilai

kecernaan lemak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan minyak

tidak terproteksi dan kontrol. Hal ini karena minyak kedelai yang diberikan

dilindungi oleh sabun kalsium sehingga lemak yang terdapat di dalam minyak

tidak terdegradasi secara langsung di dalam rumen dan penyerapan lemak pasca

rumen lebih tinggi. Harvatine dan Allen (2006) menyebutkan bahwa peningkatan

asam lemak tak jenuh akan meningkatkan kecernaan lemak di dalam rumen.

Fernandez (1999) menjelaskan bahwa sabun kalsium akan tetap utuh pada pH

netral tetapi akan terurai saat pH asam. Nilai pH normal dalam rumen berkisar

6.5-6.8 dimana sabun kalsium akan tetap terjaga keutuhannya. Nilai pH rumen

perlakuan terdapat dalam Tabel 3. Sabun kalsium akan lolos dari proses

biohidrogenasi oleh mikroba rumen dan langsung melewati rumen. Daerah pasca

rumen terutama abomasum memiliki pH yang sangat asam yaitu berkisar 2-3

sehingga secara langsung sabun kalsium akan terurai dalam bentuk kalsium dan

asam lemak. Asam lemak akan terbebas, mudah dipecah dan diserap oleh tubuh.

Cheeke (2005) menjelaskan pH pasca rumen yang rendah menyebabkan

pemisahan sabun kalsium sehingga memungkinkan terjadinya penyerapan asam

lemak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan minyak kedelai baik yang diproteksi dalam bentuk sabun

kalsium maupun tidak terproteksi pada level 5% tidak mengganggu kecernaan

bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar serta derajat keasaman

(pH) rumen.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian minyak kedelai

terproteksi pada level yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander G, Prabhakara Z, Prasad JR. 2002. Effect of supplementing sheep with

sunflower acid oil or its calcium soap on nutrient utilization. Asian-Aust J

Anim Sci. 15(9): 1283-1293.

Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta. (ID).

Gadjah Mada University Pr.

Asmara R. 2002. Pengaruh teknik penambahan enzim papain terhadap kecernaan

protein kedelai secara In vitro. [skripsi]. Bogor. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian.

Page 24: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

12

Bauman DE, Lock AL. 2006. Concept in lipid digestion and metabolism in dairy

cows. In : Eastridge ML, editor. Proceeding of tri-State Diry Nutrition

Conference. Indiana, 25-26 April 2006. Port Wayne (Indiana): the Oiho State

University. P. 1-14.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi ternak.[diunduh 2014 Juli 16].

Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subye

k=24&notab=12

Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding 3rd

Edition. New

Jersey (US): Pearson Prentice Hall.

Ferlay A, Charbot J, Elmeddah Y, Doreau M. 1993. Ruminal lipid balance and

intestinal digestion by dairy cows feed calcium salts of rapessed oil fatty

acids or rapessed oil. J Anim Sci. 71:2237-2245.

Fernandez JL. 1999. Rumen by-pass fat for dairy diets: When to use which type.

Feed International. Agust. p: 18-21

Fessenden RJ, Fessenden JS. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.

Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta.(ID). Erlangga.

Harvatine KJ, Allen MS. 2006. Effects of fatty acid supplements on ruminal and

total tract nutrient digestion in lactating dairy cows. J Dairy Sci. 89:1092-

1103.

Hidayat UT, Budinuryanto DC, Darodjah S, Putranto WS. 2011. Studi pembuatan

kompleks mineral-minyak dan efek penggunaannya dalam ransum terhadap

fermentabilitas dan kecernaan (In vitro). Jatinagor. Fakultas Peternakan.

Universitas Padjadjaran. J I Ternak. 1(10):32-37

Investor Daily. 2013. Kebutuhan Daging Sapi 2014 diprediksi 593.040

Ton[diunduh 2014 Juli 16]. Tersedia pada:

http://www.investor.co.id/agribusiness/kebutuhan-daging-sapi-2014-

diprediksi-593040-ton/74642.

Jenkins TC. 1993. Lipid metabolism in the rumen. J Dairy Sci. 76:3851-3863.

Joseph G. 2007. Suplementasi sabun kalsium dalam pakan ternak ruminansia

sebagai sumber energi alternatif untuk meningkatkan produksi daging yang

berkualitas. [disertasi]. Bogor (ID). Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Kearl LC. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries.

Logan Untah. International Feedstuffs Institute. Utah Agricultural

Experiment Station. Utah State University.

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Cetakan

Pertama. Jakarta (ID): UI-Press.

Komariah. 1997. Kandungan asam lemak, kholesterol dan energi daging sapi Bali,

Peranakan Ongole dan Kerbau pada berbagai tingkat umur. [tesis]. Bogor

(ID). Program Pascasarjana, Institut Pertanian.

Lock Al, Harvatine KJ, Drackley JK, Bauman DE. 2006. Concepts in fat and fatty

acid digestion in ruminants. In: Proceeding Intermountain Nutrition

Conference New York (USA): Cornell University. P. 85-100

Maynard LA, Loosli JK, Hintz HF, Warner RG. 2005. Animal Nutrition. 7th

Edition. New York.(US). McGraw-Hill Book Company.

Page 25: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

13

Mourino FR, Akkarawongsa PJ, Weimer. 2001. Initial pH as a determinant of

sellulose digestion rate by mixed ruminal microorganisms in vitro. J Dairy

Sci.84: 848–859.

Muliawati ID. 2006. Sintesis biosurfaktan dengan menggunakan minyak kedelai

sebagai sumber karbon tambahan secara biotransformasi oleh Pseudomonas

aeruginosa.[skripsi]. Surakarta (ID). Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Owens FN, Zinn R. 1988. Protein Metabolism of Ruminant Animal Digestive

Physiology and Nutrition. New Jersey (US). Reston Boook Prentice Hall,

Englewood Cliffs.

Panagan AT, Yohandini H, Gultom JU. 2011. Analisis kualitatif dan kuantitatif

asam lemak tak jenuh omega-3 dari minyak ikan patin (iPangasius

pangasiusi) dengan metoda kromatografi gas. Jur Penelitian Sains.14 (4):38-

42

Parakkasi A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID).UI

Press.

Pramono A, Kustono, Widayati DT, Putro PP, Handayanta E, Hartadi H. 2013.

Evaluasi proteksi sabun kalsium sebagai pakan suplemen berdasarkan

kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan pH in vitro di dalam

rumen dan pasca rumen. Sains Peternakan. 11(2): 71-77.

Prawirokusumo S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta (ID).BPFE

Yogyakarta.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan

Biometrik. Terjemahan Sumantri B. Jakarta (ID). Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

Sutardi T. 2001. Revitalisasi peternakan sapi perah melalui penggunaan ransum

berbasis limbah perkebunan dan suplementasi mineral organik. Laporan akhir

RUT VIII 1. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dan LIPI.

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro, digestion of

forage crops. London.(UK). J Brit Grassland Soc.18:104-110.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta. (ID). Gadjah Mada

University Press.

Ueda K, Ferlay A, Chabrot J, Loor JJ, Chilliard Y, Doreau M. 2003. Effect of

linseed oil supplementation on ruminal digestion in dairy cows fed diets with

different forage:concentrate ratios. J Dairy Sci. 86:3999–4007

Page 26: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

14

Lampiran 1 Hasil analisis ragam derajat keasaman (pH) rumen

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 0.006 0.003 2.404 0.170

Kelompok 3 0.011 0.004 3.005 0.141

Galat 6 0.007 0.001

Total 11 0.024

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Lampiran 2 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 9.670 4.835 0.653 .554

Kelompok 3 67.452 22.484 3.036 .115

Galat 6 44.429 7.405

Total 11 121.550

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Lampiran 3 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 9.670 4.835 0.653 0.603

Kelompok 3 67.452 22.484 3.036 0.109

Galat 6 44.429 7.405

Total 11 121.550

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Lampiran 4 Hasil analisis ragam kecernaan protein kasar

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 5.906 2.953 0.374 0.703

Kelompok 3 360.372 120.124 15.224 0.003

Galat 6 47.342 7.890

Total 11 413.621

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Lampiran 5 Hasil analisis ragam kecernaan serat kasar

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 5.337 2.668 0.386 0.695

Kelompok 3 165.208 55.069 7.970 0.016

Galat 6 41.459 6.910

Total 11 212.004

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Page 27: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

15

Lampiran 6 Hasil analisis ragam kecernaan lemak kasar

SK db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 43.974 21.987 0.305 0.748

Kelompok 3 584.180 194.727 2.704 0.139

Galat 6 432.067 72.011

Total 11 1060.222

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F,

Sig: signifikansi.

Page 28: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI DENGAN … · Ransum Sapi Bali dengan Penambahan Sabun Kalsium Minyak Kedelai secara . In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lahat, Sumatera Selatan pada tanggal

26 Februari 1992. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh

bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Kori Ja’ar (Alm) dan Ibu

Yusdah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 57 Lahat

pada tahun 1998-2004. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 05 Lahat

pada tahun 2004-2007 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA

IT Al-Kautsar Lahat pada tahun 2007-2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Selama

kuliah, penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas

Peternakan IPB periode 2011/2012 dan Ketua Komisi Legislatif dan Advokasi

DPM periode 2012/2013. Penulis juga mengikuti IPB Goes to Field (IGTF IPB)

di Bondowoso Jawa Timur tahun 2013 selama 2 minggu. Selain itu, penulis juga

pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Nutrisi serta

Pengelolaan dan Kesehatan Ternak Tropis semester genap periode 2013-2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi

sebagai salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan dari program studi Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada junjunan kita Nabi

Muhammad SAW.

Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada MP3EI atas nama Prof Dr Ir Komang G Wiryawan selaku penyandang

dana selama penelitian dan Dinas Pemda Lahat selaku penyandang dana selama

kuliah di IPB. Terimakasih penulis ucapkan pula kepada Dr Sri Suharti, SPt MSi

dan Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi atas segala

bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi yang telah diberikan.

Dilla Mariestia Fassah, SPt MSc selaku dosen pembahas seminar dan selaku

panitia seminar pada tanggal 15 Juli 2014, Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Agr dan

Bramada Widjaya, SPt MSi selaku dosen penguji pada ujian akhir sarjana tanggal

18 September 2014.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibunda Yusdah dan keluarga yang

telah membantu dalam berbagai hal baik berupa finansial maupun kasih

sayangnya yang tulus. Skripsi ini penulis persembahkan untuk almarhum

Ayahanda Abdul Kori Ja’ar yang selalu menjadi semangat untuk penulis. Ucapan

terimakasih kepada staf Laboratorium Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium

Lapang Blok B FAPET IPB yang telah membantu selama penelitian ini

dilaksanakan, kepada Dinar dan Santa selaku teman satu penelitian dan juga

kepada Bapak Alibain, teman-teman yang telah ikut membantu Rahayu Asmadini,

Tenti, Asrianto, Devide, Khuluk, Praja Himawan serta keluarga Nutrisi 47

(D.NET) dan DPM FAPET IPB atas semua bantuan dan dukungannya.