kecenderungan pasar gede sebagai objek wisata
DESCRIPTION
tugas metode penelitianTRANSCRIPT
Tema
Fasilitas Pasar Gedhe sebagai Fasilitas Perdagangan Regional
Judul
Kecenderungan Pasar Gedhe sebagai Objek Wisata Kota Surakarta
Latar Belakang
Permasalahan
Pasar Gedhe Harjonegoro merupakan salah satu fasilitas perdagangan terbesar di Surakarta yang
memiliki sejarah unik karena dibangun sejak jaman belanda dan arsiteknya pun merupakan arsitek
belanda. Hal tersebut dapat dilihat dari arsitektur bangunannya yang hingga saat ini masih ada. Dalam
perkembangannya, pasar gedhe tidak hanya menjadi fasilitas perdagangan untuk melayani kebutuhan
saja namun banyak wisatawan yang berkunjung ke kota solo datang ke pasar gedhe untuk wisata. Dalam
penelitian ini, permasalahan yang akan di bahas adalah kecenderungan pasar Gedhe sebagai objek
wisata di kota Surakarta. Kurang bahas wisatanya sih hehee…..
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kecenderungan Pasar Gedhe
sebagai objek wisata di kota Surakarta
Sasaran
Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut antara lain
- Identifikasi potensi pasar gedhe sebagai objek wisata
- Mengidentifikasi karakteristik Pasar Gedhe
Kayanya ini udah jadi analisis yah?
- Menganalisis keberadaan Pasar Gedhe di Surakarta
- Menganalisis motivasi pengunjung
- Menganalisis Kecenderungan wisata di Pasar Gedhe Surakarta
Kajian Teori
Pasar Tradisional
Pasar merupakan sebuah ruang tebukan atau bangunan tempat barang-barang dipamerkan atau
ditawarkan untuk dijual kepada pengunjung sehingga terjadi tukar menukar uang dengan barang/jasa
antara pihak penjual dan pihak pembeli melalui interaksi di antara kedua pihak agar terjadi transaksi jual
beli (Kusumadelia, 2008).
Yang utama dalam kegiatan pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul
dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan sosial
periodic (Wiryomartono, 1995 dalam Aliyah, 2007)
Geertz (1963, dalam Oktaviana) berpendapat bahwa pasar tradisional menunjukkan suatu tempat yang
diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat indigenous market trade, sebagaimana telah dipraktikkan
sejak lama (mentradisi). Pasar tradisional lebih bercirikan bazar type economic skala kecil. Karenannya,
pasar tradisional secara langsung melibatkan lebih banyak pedagang yang saling berkompetisi satu
sama lain di tempat tersebut. Selain itu, pasar ini menarik pengunjung yang lebih beragam dari berbagai
wilayah. Tidak kalah pentingnya, pasar tradisional terbukti memberikan kesempatan bagi sector
informal untuk terlibat di dalamnya.
Pasar di dalam kehidupan urban Jawa menjadi masyarakat sekitarnya untuk menukar, menjualbelikan
produksi pertanian maupun industri melting pot rumahtangga. Isi dari pasar diperkaya oleh
kesempatan-kesempatan atraksi yang bersifat rekreatif sebagai selingan kegiatan rutin. Hal yang
menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih
banyak, dan mayoritas adalah masyarakat kecil. Implikasinya pasar tradisional mempunyai nilai strategis
yang tinggi dalam memelihara keseimbangan pembangunan wilayah dan pengendali roda
perekonomian (Alexander, 1987, dalam Pamardi, 2002).
Pasar tradisional mempunyai efek yang sangat dominan bagi perekonomian adapun Kelebihan Pasar
Tradisional Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang
rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan
keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.
Selain keunggulan yang tadi, pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak perekonomian
kalangan menengah ke bawah, dan itu jelas memberikan efek yang baik Negara. Dimana Negara ini
memang hidup dari perekonomian skala mikro disbanding skala makro.Sisi kekeluargaan antara pembeli
dan penjual menjadi satu pemandangan yang indah kala berada di pasar dan bahkan ada juga yang
namanya langganan dan itu bisa menjadi hubungan yang tidak bisa terpisahkan bagaikan persaudaraan
yang sudah sangat dekat sekali.
Tata Letak (Lokasi) Bangunan Pasar
Menurut David Dewar dan Vannesa W (1990) dalam Hermanto (2008), lokasi sebuah pasar adalah
merupakan faktor yang penting / berpengaruh pada keberhasilan pasar tersebut. Pada skala kota ada 3
faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut yakni :
a) Location of generator of population movement (lokasi yang menimbulkan pergerakan populasi /
orang),
Pasar-pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu lintas dan paling
berhasil dari sebuah pasar adalah karena begitu dekat dengan orang banyak (D Dewar and
Vanessa W, 1990). Karena itu pasar-pasar yang paling berhasil berada di CBD (Central Businness
District) dan kumpulan perdagangan formal yang lain, pusat / konsentrasi industri, sekitar
terminal transportasi umum (terminal bus, stasiun kereta api, dsb) dan lokasi yang memiliki
kepadatan tinggi.
b) Sources of supply (sumber-sumber persediaan barang yang diperjualbelikan),
Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi sebuah pasar adalah kunjungan dari
sumber-sumber utama dari persediaan (is the siting of mayor sourcess of supply) barang-barang
yang diperjualbelikan.
c) Location of consumers (lokasi dari pembeli / pemanfaat pasar).
Dari sudut pandang perencanaan sebuah pasar, faktor ketiga yang mempengaruhi keputusan
dalam menentukan lokasi pasar adalah kebutuhan untuk melayani konsumen kota semudah /
sedekat mungkin. Dalam artian bahwa lokasi pasar sebaiknya mudah dijangkau oleh konsumen
pasar, baik yang menggunakan kendaraan pribadi (higher income), pejalan kaki (lower income)
ataupun yang menggunakan angkutan umum.
Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yagmelakukan
perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di
luar dari lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh berbagai keperluan (nursijah 2004 dalam
halida 2006). Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu
daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata perlu di
kelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.
Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai potensi yang
perlu dikembangkan pada tujuan daerah wisata. Potensi ini berpengaruh dengan motivasi wisatawan
yang akan menarik untuk datang berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. Adapun berbagai jenis
pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Spilane, 1985 dan Yoeti, 1996), yaitu:
1. Wisata budaya, motifasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu.
Dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara
mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka
2. Wisata perjalanan, perjalanan seseorang dengan tujuan untuk menikmati keadaan dan
lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal, umumnya berpergian menikmati keindahan
alam.
3. Wisata kesehatan dan rekreasi, motifasinya mengunjungi lokasi untuk bersantai dan menikmati
serta menyegarkan wisatawan akankondisi jasmani dan rohani.
4. Wisata olahraga, motifasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung, berburu, atau ikut
serta dalam kegiatan olahraga seperti Olympiade.
5. Wisata komersil untu urusan dagang, motifasinya mengunjungi pameranpameran atau pekan
raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari wisatawan
tersebut.
6. Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai, sungai dan danau.
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Karyono, 1997).
a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang
bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan
mancanegara atau disingkat wisman.
b. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan
perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal.
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.
d. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar
negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri
e. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang terpaksa singgah
pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
f. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata
akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan
tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.
Pengaruh wisata dan ekonomi
Gunn (1988), mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang harus dilihat dari dua
sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan (supply side). Lebih lanjut dia
mengemukakan bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat
tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara
berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata. Menurut Robert (Toety, 1990).
Kelincahan dalam berusaha harus dilakukan agar pendapatan selama musim kedatangan
wisatawan bisa menjadi penyeimbang bagi Universitas Sumatera Utaramusim sepi wisatawan.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap ekonomi ada dua ciri, pertama produk
pariwisata tida dapat disimpan, kedua permintaanya sangat tergantung pada musim, berarti
pada bulan tertentu ada aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-bulan yang lain hanya ada
sedikit kegiatan.
Identifikasi Variabel
Metode Penelitian
Pustaka
Aliyah, Istijabatul, dkk. 2007. Peran Pasar Tradisional dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta. Jurnal Gema Teknik Nomor 2/tahun X.
Ekomadyo, Agus S. 2011. Menelusuri Genius Loci Pasar Tradisional sebagai Ruang Sosial Urban di Nusantara. Jurnal SAPPK-ITB
Teteki, Nimas Wara. 2010. Potensi pasar Gede sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya dan Kuliner di Kota Solo. Surakarta: UNS
Kusumadelia, Lintang. 2008. Gaya Hidup……. Jakarta: UI
Kamila, Siti Dewi N. 2014. Pengembangan Potensi Pasar Jumat Sebagai Dya tarik Wisata Belanja di Karanganyar. Surakarta:UNS.
Teori Pariwisata (http://perencanaankota.blogspot.com/2014/04/tinjauan-teori-tentang-pariwisata.html) di akses pada tanggal 111214