gunung gede

8
Gunung Gede Hai semua. Gw Yunus anggota Cinta Bangsa dan Tanah Air SMA BHK GROGOL. Gw mw cerita sedikit pengalaman gw brsama temen – temen, senior dan Pembina kami. Ada beberapa senior yang ikut sekaligus jadi guide kami, yaitu kak Aldo, WP, Ari, dan Veni. Semuanya dari Expala. Pembina kami ada ibu Didit dan bpk Agus. Dan kami anggota CBTA yang ikut ada 13 orang dari sie, Expala, PMR, Paskibra, dan Pramuka. Kami semua berangkat pada hari jumat siang. Kami mulai packing dari jam 8 pagi. Kami semua, laki-laki dan perempuan, semuanya membawa tas carrier yang isinya peralatan- peralatan makan dan kemah beserta makanan, obat-obatan dan pakaian. Biar terasa seperti petualang sejati, kami tidak menyewa bus dan tidak memakai porter. Lalu jam 11 kami berangkat dari sekolah naik bus PATAS 02 menuju terminal Kampung Rambutan. Lalu kami naik angkot lagi dari Kampung Rambutan menuju ke pertigaan sebelum Cibodas. Lalu kami naik angkot berwarna kuning dengan menawar harga 4 ribu per orang ke tempat penginapan “mang Idi”. Mungkin kalian tau tempat itu. Karena udah sore

Upload: micheelvalencia

Post on 24-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

EXPALA

TRANSCRIPT

Gunung Gede

Hai semua. Gw Yunus anggota Cinta Bangsa dan Tanah Air SMA BHK GROGOL. Gw mw cerita sedikit pengalaman gw brsama temen – temen, senior dan Pembina kami. Ada beberapa senior yang ikut sekaligus jadi guide kami, yaitu kak Aldo, WP, Ari, dan Veni. Semuanya dari Expala. Pembina kami ada ibu Didit dan bpk Agus. Dan kami anggota CBTA yang ikut ada 13 orang dari sie, Expala, PMR, Paskibra, dan Pramuka. Kami semua berangkat pada hari jumat siang.

Kami mulai packing dari jam 8 pagi. Kami semua, laki-laki dan perempuan, semuanya membawa tas carrier yang isinya peralatan-peralatan makan dan kemah beserta makanan, obat-obatan dan pakaian. Biar terasa seperti petualang sejati, kami tidak menyewa bus dan tidak memakai porter. Lalu jam 11 kami berangkat dari sekolah naik bus PATAS 02 menuju terminal Kampung Rambutan. Lalu kami naik angkot lagi dari Kampung Rambutan menuju ke pertigaan sebelum Cibodas. Lalu kami naik angkot berwarna kuning dengan menawar harga 4 ribu per orang ke tempat penginapan “mang Idi”. Mungkin kalian tau tempat itu. Karena udah sore kami memutuskan untuk menginap di situ. Waawww, keren. Lalu kami makan disitu dan ngobrol-ngobrol sampe malem.

Lalu kami tidur. Gilak, rame banget tuh tempat penginapan. Lalu jam 3 pagi, kakak-kakak senior sampai dan kami mulai beres-beres dan bersiap untuk naik gunung. Ini bagian paling seru!!! Kami berjalan pagi-pagi buta dengan penuh semangat. Yaa, tau laahh tingkah-tingkah bocah norak yang baru pertama kali ngerasain naik gunung. Wkwkkwwk. Di jalan kami foto-foto. Yaaa, gak begitu penting sih foto-foto nyaa, namanya juga lagi norak. Wkwkwk. Gw gak tau kenapa ya, gw bisa ngerasa seneng banget buat naik gunung ini. Kami naik lewat jalur Cibodas, karena jalur Putri sedang di tutup. Dan bagi kalian yg tau, jalur nya itu buseeettt, panjang banget. Matahari mulai terbit. Kami berjaln menuju ke air terjun Cibereum. Lu pasti tau, itu keren abizz pemandangannya. Kita tetap beralay-alay ria foto-foto. Dari jalur ini kami bisa liat gunung Gede terlihat dekat dan gw udah gak sabar buat nyampe di puncak itu.

Yaa, kalian pasti tau laahh kondisi fisik anak-anak SMA sekarang, beberapa anak mulai lama jalannya karena ada yang sakit kakinya. Banyak yang gengsi bilang kalo udah cape dan butuh bantuan. Yaa, namanya jg anak SMA. Wkwkwk. Tapi lama kelamaan udah mulai banyak suara-suara keluhan-keluhan yang membuat beberapa orang termasuk gw juga kesal ngedengerin keluhan-keluhan itu. Dari yang awalnya jalannya berbarengan, lama kelamaan sudah mulai terputus-putus jaraknya. Gw sudah mencoba menunggu orang-orang yang jalannya super lelet padahal udah di bantuin juga. Udah cukup lama juga kami jalan dan akhirnya kaki gw pun juga udah mulai mengeluarkan tanda-tanda keram, tapi 1 yang biking gw gk mau nyerah karena gw ngeliat seorang ibu Didit yang umurnya udah setengah abad dengan membawa tas tanpa gw melihat dia kelelahan. Akhirnya sampe di Sumber Air Panas. Gilaakk, gw baru pertama kali ngeliat pemandangan seperti ini. Suer demi apapun keren banget. Dan sialnya gw terpeleset. Untung kamera yang gw pegang gak jatoh. Masalahnya itu kamera bukan punya gw. Ckckck.

Akhirnya sampe di Kandang Batu. Disitu kaki gw mulai keram dan sambil nunggu yang lain, gw istirahat sama Alodia. Lalu kami melanjutkan perjalanan lagi. Dan telapak kaki gw ngilu banget karena

jalurnya full batu. Gw pun mulai bertanya-tanya, kapan sih kita sampe ke puncak. Gw mulai liatin tingginya pohon-pohon. Katanya sih kalo semakin pendek pohonnya semakin deket sama puncak. Tapi harapan gw pupus gara-gara ngeliat pohonnya masih tinggi. Gw baru sadar kalo orang-orang pendaki itu punya sopan yang tinggi dan ramah banget. Disini gw juga belajar sopan dan ramah dari mereka sepanjang perjalanan. Seru abis. Lama kelamaan emosi gw mulai naik karena lelah dan sebel sama temen-temen gw yang jalannya lelet karena gw gak sabar pengen nyampe puncak. Disini mental dan fisikpun diuji oleh alam. Akhirnya kami semua sampe di Kandang Badak, Anehnya gw tidak melihat badak sama sekali. Kira-kira kita semua sampe disitu jam 12-01 siang. Lalu kita isi air di situ untuk masak dan minum. Kami makan indomie disitu dan istirahat. Denger-denger sih kalo udah sampe Kandang Badak, berarti udah deket sama puncak. Gw pun berharap begitu juga.

Lalu kami melanjutkan perjalanan. Ada 2 jalur disitu, jalur Pangrango dan jalur Gede. Lalu kami mengambil jalur Gede. Beruntunglah kami sudah mengisi tenaga, karena jalur yang kita hadapi semakin sulit. Lalu teman kami Dainty, ashma nya kambuh. Tapi ternyata dia masih tetap bisa lanjut. Gw mendengar ada jalur yang unik. Namanya “Tanjakan Setan”. Gw jg penasaran kenapa namanya begitu. Dan sesampainya disitu, gw tau kenapa namanya begitu. Gilaaakkk!! Gw harus rock climbing dengan kemiringan sekitar 85derajat dengan seutas tali. Ini pengalamn pertama gw. Sebenernya ada jalur alternative nya sih. Tapi gw, paticia, petrus, kak Aldo dan kak WP lewat Tanjakan Setan. Kak Aldo udah sampe di atas duluan. Lalu kak WP, Petrus, gw, baru Patricia. Gilaakk. Di tengah tanjakan, kami semua panik. Tali yang di pegang kak WP putus. Untung ada besi dan petrus yang menahan kak WP. Dan lu tau. Kami rock climbing tanpa tali dengan membawa kerier yg beratnya sekitar 10kg lebih. Sumpah, gw takut mati. Wkwkwkwk. Akhirnya kami nyampe di jalur berikutnya dan kami istirahat sebentar sambil nunggu yang lain yang lewat jalur alternative.

Gw udah mulai berharap jalurnya semakin dekat dengan puncak karena batu-batunya mulai berkapur dan tumbuhannya tidak setinggi yang sebelumnya. Oowwhh maann, ini PHP banget. Gak nyampe-nyampe cuuyy!! Disini kami harus pegangan pohon untuk nanjak, karena jaraknya tinggi-tinggi. Suer, gw kesel banget gak nyampe-nyampe, ada kali gw istirahat 20x. Di PHP’in banget, katanya orang-orang yang lagi turun gunung sih tinggal sedikit lagi. Dan akhirnya gw, patricia, dan petrus mulai

semangat lagi, kami udah bisa melihat sedikit cahaya langit yang menandakan kami hampir dekat puncak. Woooooww. Akhirnya kami melihat teman-teman kami yang sedang menunggu kami. Dan gilaakk. Pemandangannya gilaak banget. Tabiat alay kamipun muncul lagi. Kami foto-foto lagi. Waaww. Gw, petrus, dan davin beli kopi panas, baru 1 menit kami beli, langsung dingin. Apa-apaan niihh. Kami ditipu sepertinya. Wkwkwk.

Kami disitu sekitar jam setengah 5 sore, dan kami harus berjalan lagi menuju puncak tertinggi gunung Gede. Dan waktu kami berjalan naik. Owh my GOD. Suuerr, gw bisa nyebutin itu berkali-kali. Gw bisa melihat sunset. Gw bisa melihat puncak Pangrango diseberang di bawahnya ada kabut awan dan matahari tenggelam dibawah. Semua kesal, capek dan sakit rasanya terbayar melihat ini. Suuueerrrr.

Haripun mulai menuju gelap dan kami harus turun ke Surya Kencana untuk mendirikan kemah. Surya kencana adalah padang rumput yang luaaasss bangeett. Kereen banget. Jam 7 malam gw baru sampe dan gw brsama beberapa orang yang udah sampe langsung bikin tenda secepatnya. Sueerr, disitu dingiiinn buuaangeett. Gimana enggak? Gw minum susu jahe baru mendidih langsung dari misting tapi gak ada panas-panasnya. Gilaakk. Disitu gw bisa melihat taburan bintang dilangit dan gw bisa melihat bintang jatuh. Sayangnya gk bisa gw foto.

Pagi-pagi kami bangun, dan kalian tau? Woooww, tenda dan tas kami diselimuti butiran es. Woow. Baru kali ini gw ngeliat kejadian kaya gini. Ckckck. Lalu kami membuat kopi, teh dan spageti untuk sarapan. Setelah itu kami beres-beres dan foto dengan bendera Merah Putih dan bendera CBTA. Lalu kami naik ke puncak lagi. Disana kami foto-foto sambil menunggu teman kami Jovita dan Dainty. Sekitar 1 jam kami menunggu tapi mereka tidak muncul. Karena terlalu lama seniorpun mencari mereka dan kami turun duluan. Dan menunggu di puncak bawah. Lalu merekapun datang dan saya tidak tau dengan jelas ibu Didit marah pada mereka berdua dan suasana mulai menegang. Akhirnya kami melanjutkan penurunan. Selama penurunan sepertinya suasana semakin tidak bersahabat. Sepertinya kami semakin diuji fisik dan mental. Banyak dari kami yang semakin lelah dan emosi semakin meningkat, banyak yang semakin saling kesal satu sama lain. Gilak. Sekarang gw percaya, mental di gunung benar-benar keras. Mungkin bisa sampe golok-golokan kali kalo gak bener-bener sabar. Ckckck. Lalu di antara kami sudah mulai banyak yang kelelahan. Banyak yang sudah berjatuhan saat menuruni gunung. Lalu teman kami tidak sengaja tertinggal yaitu Putri, lalu kami tidak tau kalo dia jatuh dan keseleo, lalu ada penurun gunung juga yang memberi tau kalau teman kami ada yang keseleo, dan gendi menolong putri dan mencari bantuan pada bu Didit. Lalu kami membawa barang bawaan putri. Kamipun disuruh untuh berjalan duluan dan Putri jaga oleh Bu Didit, pak Agus dan Davin. Kamipun tidak diperbolehkan makan atau istirahat. Kami pun berjalan terpisah-pisah dan keegoisan kami mulai muncul.

Kami sudah sangat lelah dan sakit, kami juga sangat lapar. Hujanpun mengguyur kami. Jalanan semakin licin dan bikin gw jatuh terpeleset. Punggung gw juga sakit banget karena tas kerier yang gw bawa. Dan sekitar jam 7 malam kami sampai di pintu masuk dan istirahat. Kamipun minum obat dan berteduh sambil menunggu Putri, bu Didit, pak Agus dan Davin. Lalu kami mencharter angkot kuning ke depan pertigaan. Bisa kalian bayangkan. Limabelas orang termasuk kerier-kerier kami masuk kedalam angkot yang sangat sesak. Akhirnya gw, petrus, Davin dan pak Agus menggandul di pintu angkot dan melawan derasnya hujan. Waaww.

Dari pengalaman ini, gw pribadi punya penilaian-penilaian tersendiri terhadap acara ini. Kami membuat acara ini bukan hanya untuk bersenang-senang. Dalam perjalanan ini kami bisa belajar bahwa untuk mencapai tujuan kita, kita akan menghadapi jalan yang begitu sulit, panjang, curam, terjal, berbatu yang dapat membuat kita putus asa, jatuh, dan kesal. Kita juga harus lelah dengan beban yang kita pikul dari kita memulai sampai pada akhir kita kembali. Kalau kalian yang membaca ini dari awal, pasti kalian merasa kesal akan ke egoisan kami pada saat perjalanan. Tapi, biarkan kami belajar dari pengalaman ini agar kami menjadi orang yang lebih dewasa untuk menghadapi masalah-masalah yang kami alami. Kami harus melawan rasa takut, dan melawan keterbatasan kami untuk mencapai tujuan kami. Dan apa yang kami lakukan semata-mata hanya untuk belajar dan memaknai setiap langkah kami. Kelihatannya tidak penting, tapi inilah cara kami. “Beban bukan untuk dikeluhkan, tapi untuk dijalani. Jika beban dilihat sebagai penderitaan maka hidup tidak akan ada maknanya.”