kecelakaan kerja

22
Kecelakaan pada Saat Melakukan Pekerjaan Ricky Sunandar 10.2012.227 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] I. Pendahuluan Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, 1 | Page

Upload: ricky-sunandar

Post on 01-Feb-2016

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FK ukrida, kedokteran, blok 28, semester 7, kecelakaan kerja, makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Kecelakaan Kerja

Kecelakaan pada Saat Melakukan Pekerjaan

Ricky Sunandar

10.2012.227

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

I. Pendahuluan

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu

tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu

memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi

perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi

penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja

perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan

dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab,

sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan

alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam

bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan

berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat

meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai

1 | P a g e

Page 2: Kecelakaan Kerja

kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan

kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

II. Pembahasan

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh

karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil adalah di luar ruang

lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan

disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang

paling berat.1

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam

kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja

di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian muncul dua permasalahan:1

a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;

b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga

mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke

dan dari tempat kerja. 1

Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke

dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan

kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:1

• Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

• Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil

2 | P a g e

Page 3: Kecelakaan Kerja

penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor

manusia.

Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja

Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.

Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja, empat faktor

bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor

peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor manusia.2

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak sama. Namun ada

kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab, antara lain:3

a. Penyebab langsung

(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe actions), didefinisikan sebagai segala tindakan

manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri maupun

orang lain. Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :3

- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

- Menggunakan alat yang sudah msak.

- Metode kerja yang salah.

- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.

(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu kondisi

lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan. Contoh kondisi

yang tidak aman :3

- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.

- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

- Kondisi penataan lokasi yang salah.

b. Penyebab tidak langsung 4

3 | P a g e

Page 4: Kecelakaan Kerja

(1) Fungsi manajemen proyek.

(2) Kondisi pekerja

a. Faktor Manusia

Umur/usia

Usia muda relative lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia

lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan

kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah dengan

bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.5

Jenis Kelamin

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada laki-

laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah 65%.

Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas

yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada

perempuan.5

Koordinasi Otot

Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan dan

reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.5

Kecenderungan Celaka

Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”. Teori ini

didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan

dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang

bersangkutan (ILO,1979).5

Pengalaman Kerja

4 | P a g e

Page 5: Kecelakaan Kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil kemungkinan

terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja

bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerrja di tempat yang

bersangkutan.5

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan

pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja adalah:5

1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).

2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan).

3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).

Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan

merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.

Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan

pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang

istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk serta

adanya konflik.5

b. Faktor lingkungan

Lokasi/Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana terdapat

tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Disain di lokasi

kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baikapabila

lingkungan kerja aman dan sehat.5

Peralatan dan Perlengkapan

5 | P a g e

Page 6: Kecelakaan Kerja

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam

perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang

diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang

dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:5

1. Bagian-bagian fungsional

2. Bagian-bagian operasional

Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan mengubah konstruksi,

member alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan

kerja, antara lain:5

1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.

2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.

3. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.

4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.

5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.

6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

Shift Kerja

Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah bekerja

di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam

07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak

menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi

tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.5

Sumber Kecelakaan

Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari jenis

perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis kecelakaan

merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.5

Manajemen Keselamatan Kerja

6 | P a g e

Page 7: Kecelakaan Kerja

Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) harus diperhatikan

terlebih bagi pemrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat

terus dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi,

kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja , yaitu :6

(1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.

(2) Analisis risiko di tempat kerja.

(3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.

o Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan

melaksanakannya.

o Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.

o Pemeliharaan sebagai usaha preventif.

o Perencanaan untuk keadaan darurat.

o Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.

o Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.

o Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.

(4) Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.

SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan

(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat

dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami

kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja,

kebakaran, peledakaan dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil

produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara

pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan

dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya

adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan optimal.6

Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:6

1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik

buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.

7 | P a g e

Page 8: Kecelakaan Kerja

2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,

merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,

memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta semangat bekerja.

Langkah-langkah Penerapan SMK3

Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan tertentu yang

harus dibangun dalam suatu organisasi. Sistem Manajemen K3 tersebut harus dipraktekkan

dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga dalam

operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan fungsi dalam manajemen

perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini

dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah

tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:6

1. Tahap Persiapan

Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu

organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah

personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan

sumber daya yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:6

- Komitmen manajemen puncak.

- Menentukan ruang lingkup.

- Menetapkan cara penerapan.

- Membentuk kelompok penerapan.

- Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

2. Tahap pengembangan dan penerapan

Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams dilakukan oleh

organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari

menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta

tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi.6

8 | P a g e

Page 9: Kecelakaan Kerja

Berikut ini langkah-langkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam

suatu perusahaan:6

• Menyatakan komitmen

Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem

Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen

puncak. Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya

komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar

menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan

atau kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3.6

• Menetapkan cara penerapan

Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem

Manajemen K3.Namun dapat juga tidak menggunakan jasa konsultan jika organisasi

yang bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan

dan mengarahkan orang.6

• Membentuk kelompok kerja

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok

kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit

kerja. Hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab

terhadap unit kerja yang bersangkutan.6

• Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Sumber daya di sini mencakup orang, perlengkapan, waktu dan dana. Orang yang

dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-tugas

pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.6

• Kegiatan penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan

personal perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya keikutsertaan dari

seluruh karyawan dalam perusahaan melalui program penyuluhan.6

• Peninjauan sistem

9 | P a g e

Page 10: Kecelakaan Kerja

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk

meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan

persyaratan yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan

melatui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau

pelaksanaannya.6

• Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun

suatu jadwal kegiatan.6

• Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan sistem

manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok,

penyusunan bagan alir, penulisan manual sistem manajemen K3, prosedur dan

instruksi kerja.6

• Penerapan system

Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja

kembali ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis.6

• Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo

melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk OHSAS

18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang

diinginkan.6

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut

keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :7

a. Manusia.

b. Manajemen ( unsur pengatur ).

c. Material ( bahan-bahan ).

10 | P a g e

Page 11: Kecelakaan Kerja

d. Mesin ( peralatan ).

e. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).

Saat bekerja, terdapat tiga unsur kelompok, yaitu manusia, perangkat keras dan perangkat

lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah

dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :7

1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :7

o Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara

bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.

o Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan

pekerjaannya.

o Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan

keperluan perusahaan.

o Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.

o Pengawasan dan disiplin yang wajar.

2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain : 7

o Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin-

mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.

o Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan,

penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar

keselamatan kerja yang berlaku.

o Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.

o Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.

o Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level

manajemen, antara lain :7

o Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.

o Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.

11 | P a g e

Page 12: Kecelakaan Kerja

o Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur

o kerja yang benar.

o Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

o Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.

o Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

o Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

Adapun cara pengendalian lingkungan kerja untuk meminimalisir kecelakaan para

pekerja sebagai berikut :7

o Pengendalian teknik

o Pengendalian administrative

o Menggunakan Alat Pelindung Diri

Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam

industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:7

a. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-halseperti kondisi

kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,pengawasan, pengujian dan

pengoperasian peralatan industri, kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja,

pelatihan, pengawasan kesehatan,pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupuntidak

resmi.

c. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yangharus

dipatuhi.

d. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri daribahan

berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian maskerpernapasan,

penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debudan pencarian bahan-

bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekandan alat kerekan lainya

12 | P a g e

Page 13: Kecelakaan Kerja

e. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-faktor

lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amatmerangsang terjadinya

kecelakaan.

f. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologisyang dapat

menyebabkan kecelakaan.

g. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapabanyak,

kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalamkegiatan seperti apa dan

apa saja yang menjadi penyebab.

Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja, antara lain:7

• Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan

berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan

ventilasi pergantian udara.

• Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan

keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda

peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan

sistem penangganan darurat.

• Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.

Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat,

mesin,peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan, namun kadang-kadang risiko terjadinya

kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri

(alat proteksi diri) (personal protective device). Jadi, penggunaan APD adalah alternatif terakhir

yaitu perlengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi

persyaratan :8

1. Enak (nyaman) dipakai

2. Tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan

3. Memberingan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi

13 | P a g e

Page 14: Kecelakaan Kerja

Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.

Pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlangan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau punggung, tidak ada dasi, tidak ada lipatan atau kerutan yang mungkin

mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya mengenakan celana panjang, jala atau ikat rambut, baju

yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan

kimia korosif, tetapi justru bahaya pada lingkunan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh

aliran listrik statis.8

Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut :8

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman

(safety helmet) topi atau tudung kepala, tutup kepala

2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)

3. Muka : Pelindung muka (face shields)

4. Tangan dan jari : sarung tangan(sarung tangan dengan ibu jari terpisah), sarung tangan

biasa(gloves), pelindung telapak tangan(hand pad), dan sarung tangan yang menutupi

pergelanan tangan sampai lengan (sleeve).

5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernafasan : Respirator, masker alat bantu pernafasan.

7. Telinga : Sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff)

8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja yang tahan panas, tahan

dingin, pakaian kerja lainnya

9. Lainnya : sabuk pengaman

III. Kesimpulan

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan pada saat kerja

karena dapat mencederai pekerja dan menurunkan kinerja para pekerja. Ada dua faktor yang

menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan. Namun, dalam

setiap tempat kerja pasti sudah terdapat Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) dan juga alat pelindung diri (APD) untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja.

14 | P a g e

Page 15: Kecelakaan Kerja

IV. Daftar Pustaka

1. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Gunung Agung;1996.h.207-17.

2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya Medika, 1995. h.71-2

3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3.

Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8

4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower

Crane pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;

5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia;

2008

6. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34

7. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan

Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa

Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615.

8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.213-4.

15 | P a g e