kecakapan guru pendidikan agama islam mendesain

144
KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 KOTA JAMBI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu persyaratan Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Oleh AL-KAWAWIRI NIM: MPA.14.2.2216 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019M/1440H

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 KOTA JAMBI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu persyaratan Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

Oleh

AL-KAWAWIRI NIM: MPA.14.2.2216

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019M/1440H

Page 2: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

i

Page 3: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

ii

Page 4: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

iii

Page 5: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

iv

Page 6: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

v

MOTTO

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS; Al-Israa: 36).2

2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI,

2007), hal. 429.

(٦٣׃)الإسراء

Page 7: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada:

1. Yang mulia ibunda Sumrah.

2. Yang mulia ayahanda, Ismail.

3. Teman-Teman Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

di Pascasarjana UIN STS Jambi

Page 8: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

vii

ABSTRAK

Al-Kawawiri. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Jambi. Tesis. Pascasarjana UIN STS Jambi, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi yang masih rendah. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi keterpercayaan hasil penelitian diperoleh dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data dan konsultasi pembimbing.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran yaitu kebutuhan siswa dan penilaian yang menjadi landasan yang kuat dalam mendesain pembelajaran, meskipun aspek tujuan dan metode sudah desain diperhatikan guru dalam program tahunan, semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Kesimpulan penelitian ini adalah kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal karena guru belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran secara keseluruhan.

Kata Kunci: Kecakapan Guru, Desain Pembelajaran

Page 9: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang

mengatur sekalian alam, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-

Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk

tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada

Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

laporan hasil penelitian tesis ini belum sempurna, baik secara metodologi

maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

konstruktif dari pembaca.

Selama proses penyelesaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah

memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ucapan terima

kasih terutama penulis khususkan kepada Yth:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, sebagai Rektor UIN STS Jambi,

2. Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, sebagai Direktur Program

Pascasarjana UIN STS Jambi sebagai pimpinan lembaga tempat

penulis menimba ilmu.

3. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, sebagai pembimbing I.

4. Bapak Dr. H.M. Yusuf, M.Ed, sebagai pembimbing II.

5. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS

Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah dan

membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di

Pascasarjana UIN STS Jambi.

Page 10: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

ix

Page 11: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................... ii NOTA DINAS ................................................................................... iii LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................... iv SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS .............................. v HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. vi HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................ xi DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 11 C. Fokus Penelitian .......................................................... 12 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................. 12

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori ........................................................... 14 1. Kecakapan Guru dalam Mendesain Pembelajaran . 14 2. Peningkatan Mutu Pembelajaran ........................... 26

B. Penelitian yang Relevan .............................................. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................. 39 B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................ 41 C. Jenis dan Sumber Data ............................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 44 E. Teknik Analisis Data .................................................... 48 F. Uji Keterpercayaan Data.............................................. 51 G. Rencana dan Waktu Penelitian.................................... 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 55 B. Hasil Penelitian ............................................................ 67

1. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi 67

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi .................. 82

Page 12: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

xi

3. Upaya Peningkatan Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi ............................................................. 98

C. Analisis Hasil Penelitian .................................................... 111

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................... 118 B. Implikasi ......................................................................... 119 C. Rekomendasi ................................................................. 122 D. Kata Penutup ................................................................. 125

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

Page 13: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................. 54

Tabel 2. Keadaan Guru SMAN 10 Kota Jambi ................................... 63

Tabel 3. Keadaan Pegawai SMAN 10 Kota Jambi .............................. 64

Tabel 4. Keadaan Siswa SMAN 10 Kota Jambi .................................. 65

Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 10 Kota Jambi ........ 66

Page 14: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang Masalah

Guru merupakan faktor penting dalam pendidikan. Guru berperan

dalam mendidik siswa menjadi pribadi yang unggul dan berilmu. Sebagai

tenaga profesional di bidang pendidikan, guru setidaknya memiliki tugas

sebagai pengajar, pembimbing, administrator kelas, pengembang

kurikulum, pengembang profesi, dan pembina hubungan dengan

masyarakat.3

Di era modern ini, pendidikan seyogyanya merupakan kawah

pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab

tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan

psikomotoriknya. Karena pendidikan merupakan masalah yang penting

dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan

itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga,

bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal

pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-

persoalan kekinian. Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup,

lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai

belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka

pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah

keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar

yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi

penting.

Guru dalam Islam membawa peran ganda dalam waktu yang

bersamaan, yaitu misi pendidikan agama Islam dan misi ilmu

pengetahuan. Untuk mewujudkan misi ini guru harus memiliki seperangkat

kecakapan, sikap dan keterampilan berikut: 1) Landasan moral yang

kukuh untuk melaksanakan jihad dan mengemban amanah, 2) Kecakapan

3Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 32.

Page 15: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

2

mengembangkan jaringan-jaringan kerjasama dan silaturrahmi, 3)

Membentuk team work yang kompak dan d) Mencintai kualitas yang

tinggi.4

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, media, perlengkapan, dan prosedur yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.”5 Proses

pembelajaran harus melalui tiga tahap: 1) Tahap pra intruksional yaitu

persiapan sebelum mengajar, 2) Tahap intruksional, yaitu saat mengajar

dimana guru melaksanakan semua rencana dalam mengajar dan 3)

Tahap evaluasi yaitu penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui

keberhasilan belajar, maka dilakukan penilaian terhadap kegiatan belajar.6

Peranan serta posisi yang besar ini dimiliki oleh semua guru dalam

semua mata pelajaran atau bidang studi, termasuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di berbagai jenjang pendidikan. Jabatan sebagai

guru Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan merupakan

pekerjaan profesional, yang dalam pelaksanaannya memerlukan suatu

keahlian khusus. Dalam pengertian tersebut, guru Pendidikan Agama

Islam bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk

menyampaikan materi pengetahuan (mata pelajaran) Pendidikan Agama

Islam, akan tetapi sebagai fasilitator dalam mentransformasikan ilmu

pengetahuan serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak

didiknya untuk menjadi individu yang dibutuhkan dalam masyarakat. Agar

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, maka guru

Pendidikan Agama Islam harus memiliki beberapa kompetensi atau

kemampuan, baik secara akademis maupun non-akademis.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu

mata pelajaran (subject matter) yang dikemas dalam sebuah kurikulum

4Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),

hal. 158. 5Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 57.

6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), hal. 217.

Page 16: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

3

dan harus diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam. Mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai pengajaran agama Islam,

proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama Islam, rekonstruksi

sosial dan sumber nilai dalam kehidupan masyarakat, dalam rangka

membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT, serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan

kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.7

Secara yuridis, posisi pendidikan agama (Islam) berada pada posisi

yang sangat strategis, baik pada Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas 2003

dinyatakan pada pasal 1 ayat 5 bahwa: “Pendidikan nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan

Perubahannya yang bersumber pada ajaran agama, keanekaragaman

budaya Indonesia, serta tanggap terhadap perubahan zaman.”8

Sedangkan pada pasal 4 UU Sisdiknas 2003, disebutkan bahwa

pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, berbudi mulia, seha, berilmu, kompeten, terampil, kreatif,

mandiri, estetis, demokratis, dan memiliki rasa kemasyarakatan dan

kebangsaan.”9

Kompetensi dalam perspektif pendidikan Islam merupakan sebuah

keniscayaan, karena sebuah pekerjaan profesional, dalam hal ini guru,

harus didasari oleh pengetahuan di bidangnya. Allah SWT berfirman:

7Minnah El-Widdah, Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Pertama (SMP), (Jurnal At-Ta’lim, Vol. 4 Tahun 2013), hal. 80. 8UU Sisdiknas 2003 dinyatakan pada pasal 1 ayat 2

9Ibid. pasal 3 Meskipun hanya merupakan tujuan pendidikan secara umum, namun

secara implisit mencerminkan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam.

(٦٣׃)الإسراء

Page 17: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

4

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS; Al-Israa: 36).10

Dalam ayat tersebut Allah SWT melarang mengucapkan atau

melakukan perbuatan yang tidak diketahui kebenarannya. Dalam konteks

kecakapan guru, maka seorang guru Pendidikan Agama Islam harus

memiliki kompetensi, atau pengetahuan, sehingga memahami hal-hal

yang seharusnya dilakukan dalam menjalankan profesinya dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan ayat tersebut di atas,

Rasulullah SAW memberikan isyarat kepada umatnya untuk memberikan

pekerjaan kepada orang lain berdasarkan kepada kompetensi yang

dimiliki. Jika tidak, maka akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran

yang berdampak luas. Rasulullah SAW bersabda:

د الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )رواه البخاري(اإذ وس Artinya: “Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,

maka tunggulah saat (kehancurannya)”. (HR. Bukhori).11 Kompetensi dalam profesi guru merupakan perpaduan dari

penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaannya.12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen menjelaskan bahwa “Kompetensi atau kecakapan guru

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan.”13 Indikator kecakapan guru adalah sebagai berikut

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hal. 429. 11

Hadis dan maknanya diambil dari Lidwa Pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadits. 12

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 23. 13

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14 Tahun 2005), (Jakarta: Asa Mandiri, Cet.1, 2008), h. 3.

Page 18: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

5

menguasai materi pelajaran, merencanakan program belajar mengajar,

melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan evaluasi,

mendiagnosa kesulitan belajar siswa,melaksanakan administrasi

kurikulum atau administrasi guru.14

Seorang guru harus memiliki kecakapan merancang pembelajaran,

mampu dalam mengelola pembelajaran yang cocok dan relevan dengan

minat dan bakat, serta tahap perkembangan siswa dengan menggunakan

atau memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk

menjamin efektifitas pembelajaran tersebut. Dengan demikian, seorang

guru perlu memiliki kecakapan khusus yaitu kecakapan yang tidak

mungkin dimiliki oleh orang-orang yang bukan guru. Guru masa depan

harus orang-orang yang berkompetensi pada bidangnya masing-masing.

“Desain pembelajaran adalah tata cara yang dipakai guru untuk

melaksanakan proses pembelajaran.”15 desain pembelajaran adalah tata

cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan

memperhatikan siswa, metode, tujuan dan evaluasi.”16

Bisa dikatakan setiap orang harus memiliki rencana untuk masa

mendatang. Demikian juga dengan pembelajaran di sekolah perlu

dilakukan dengan perencanaan yang matang dan tepat untuk mencapai

tujuan pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu

sistem, karenanya setiap aktivitas mengajar harus direncanakan terlebih

dahulu alternatif pilihan dalam menentukan metode ataupun media

pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini berarti bahwa seorang guru

harus benar-benar memperhatikan serta dapat menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran yang akan

disampaikan kepada siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Guru sebagai

14

Sunarvo, “Peningkatan Kemampuan Dan Kreativitas Guru Dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas”, Mimbar Pendidikan, (No.2/XX V 111/2009), hal. 119. 15

Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Referensi, Cet. I, 2013), hal. 10. 16

Ibid., hal. 10-11.

Page 19: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

6

perancang pengajaran perlu memiliki profesionalitas dalam menyusun

rencana pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat yang dapat

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara

efektif. Profesionalitas cara menyusun desain pengajaran tidak secara

otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil dalam menyusun desain

pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan kerja sama guru dengan

guru lain (terutama mengajar mata pelajaran yang sama). Dengan

mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat kepada guru yang

lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan balik tentang

desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan untuk

menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.

Guru seyogyanya memiliki perilaku profesional untuk

mengembangkan siswanya secara utuh, guru perlu menguasai berbagai

hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Di sisi lain, guru harus

memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya karena wujud

siswa pada setiap saat tidak akan sama sebab perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai

budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran para

lulusan suatu sekolah yang diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran

profesionalitas guru yang diharapkan sangat mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan proses

belajar mengajar, guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan

keadaan dan tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.

Demikian juga guru dalam proses belajar-mengajar harus memiliki

profesionalitas guna mencapai harapan yang di cita-citakan dalam

melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar-mengajar

pada khususnya. Untuk memiliki kecakapan tersebut guru perlu membina

diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan

mengembangkan kecakapan siswa secara profesional di dalam proses

pembelajaran.

Page 20: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

7

Salah satu tugas guru untuk dapat mewujudkan kinerja guru secara

efektif, adalah komitmen terhadap budaya mutu. Karakter ini dapat

terlaksana jika sekolah sebagai sistem sosial menerapkan reward dan

punisment secara tegas, arif dan bijaksana. Sebagai sistem sosial, maka

aspek yang amat stratejik pula harus dipahami pegawas, kepala sekolah

dan guru-guru dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah kemampuan

memahami. Menganalisis dan mengelola berbagai kegiatan guna

terwujudnya proses pembelajaran yang mendukung iklim dan budaya

sekolah secara efektif.17

Mutu pembelajaran merupakan salah satu tujuan terpenting dalam

kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini dapat terlihat dari

efektif tidaknya proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh

dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan dan faktor dari diri peserta

didik seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, ketekunan, sosial, ekonomi dan faktor fisik dan psikis serta faktor

utama yaitu kecakapan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami

segala sesuatu. Selain itu, terdapat tiga unsur yang sangat mempengaruhi

kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan

karakteristik sekolah. Kompetensi guru yang dimaksud sudah jelas ialah

kompetensi pedagogik guru yang terdiri dari beberapa sub dimulai dari

landasan kependidikan sampai pada evaluasi pembelajaran. Karena

berhasil atau tidaknya siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat

dalam evaluasi atau penilaian yang dilakukan terhadap materi yang telah

disajikan dalam proses pembelajaran.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab

semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, salah satu masalah yang

dihadapi dunia pendidikan kita diantaranya masalah lemahnya

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

17

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 202.

Page 21: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

8

mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam

kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi,

otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi

tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk

menghubungkannya dengan kehidupan ehari-hari. Akibatnya, ketika anak

didik kita dari sekolah mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin

aplikasi.

Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada pendidik

atau guru. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya

adalah “Sebaik-baik orang yang berjalan di muka bumi adalah guru”.

Dalam redaksi lain, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Para

ulama itu adalah pewaris para Nabi”. Sungguh kedudukan guru dan

orang-orang yang berilmu sangat mulia dan tinggi. Mereka adalah orang-

orang yang istimewa di muka bumi ini di sisi Allah dan Rasul-Nya, Allah

SWT berfirman sebagai berikut:

Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS; 39: 9).18

Ayat ini jelas memberikan petunjuk bahwa tidaklah sama antara

orang yang berilmu pengetahuan dengan orang yang tidak mempunyai

pengetahuan. Walaupun ayat tersebut berbentuk pertanyaan, tetapi pada

intinya dijawab (hanya orang yang berakhlaklah yang mampu menerima

18

Anonim, Al-Qur’an...op. cit., hal. 747.

(۹׃الزمر)

Page 22: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

9

pelajaran), kualitas ilmu pengetahuan seseorang berimplikasi terhadap

pekerjaannya. Bagaimana seseorang mengerjakan suatu pekerjaan bila

tidak memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan memadai? Bila

pekerjaan itu dilkukannya juga, maka tidak akan membuahkan hasil

maksimal yang ingin dicapai. Dalam hal ini nabi Muhammad SAW

bersabda yang artinya: Apabila pekerjaan itu diserahkan kepada yang

bukan ahlinya maka tunggulah saat kegagalan (HR. Bukhari).

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui

berbagai macam cara, antara lain peningkatan awal bekal siswa baru,

peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan

kualitas pembelajaran yang memadai, dan penyajian sarana belajar. Dari

semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui

peningkatan kualitas guru memiliki posisi yang sangat strategis dan akan

berdampak positif. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan

dalam implementasi suatu model pembelajaran. Tanpa guru,

bagaimanapun bagus dan idealnya suatu model, maka model itu tidak

mengkin dapat diaplikasikan.

Kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran sangat strategis dan

menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan

keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru

yang membuat siswa mengerti bahan pelajaran yang akan disajikan

kepada mereka. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar

mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan

menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Guru

sebagai pendidik merupakan tokoh yang paling banyak bergaul dan

berinteraksi dengan para peserta didik dibandingkan dengan komponen

lainnya di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pelatihan

dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.

Page 23: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

10

Tujuan dasar pembelajaran pendidikan agama Islam adalah

bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan secara efektif dan menyeluruh

(totality), artinya proses pembelajaran dituntut untuk membentuk pola

berpikir dalam konsep pengetahuan yang lengkap dan detail, sehingga

perlu model yang efektif pula dalam mencapain proses tersebut. Dalam

pengaruhnya lebih lanjut dapat mempengaruhi perkembangan dan

pembentukan keperibadian anak. Perlu adanya terobosan-terobosan baru

dan upaya berkelanjutan dalam sistem pendidikan sehingga mampu

meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan dan pembenahan yang

terus menerus dilakukan. Satu di antaranya adalah dengan melakukan

reorientasi penyelenggaraan pendidikan seperti kurikulum pendidikan

berkarakter.

Usaha mewujudkan capaian tingkat tinggi dari sebuah sekolah,

bukanlah pekerjaan mudah. Untuk memenuhi capaian di atas, ada

beberapa hal yang harus menjadi perhatian kepala sekolah, guru-guru,

dan staf sekolah lainnya: penetapan kriteria yang ketat untuk setiap

perilaku mengajar guru; penetapan kriteria yang ketat untuk setiap

perilaku belajar siswa; penetapan kriteria yang ketat untuk setiap kegiatan

interaksi antara guru dan siswa; penyediaan buku-buku pembelajaran dan

buku pelengkap; pemetaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler yang

mendukung program inti sekolah; evaluasi keefektifan pembelajaran

secara kontinyu; pelembagaan program-program yang bersifat kompetitif;

pelibatan orang tua atau wali siswa dalam mengontrol perilaku belajar

anak di rumah; pengembangan budaya belajar; mendatangkan nara

sumber sebagai kelompok teladan, dan kegiatan lain yang relevan.19

Guru sebagai perancang pengajaran perlu memiliki profesionalitas

dalam menyusun rencana pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat

yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

secara efektif. Profesionalitas cara menyusun desain pengajaran tidak

secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil dalam menyusun

19

Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah. (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 149.

Page 24: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

11

desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan kerja sama guru

dengan guru lain (terutama mengajar mata pelajaran yang sama). Dengan

mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat kepada guru yang

lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan balik tentang

desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan untuk

menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.

Berdasarkan grand tour di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota

Jambi menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam sudah

mendesain pembelajaran sesuai tagihan kurikulum, khususnya pada

perangkat pembelajaran. Hanya saja dalam mendesain pembelajaran,

masih ditemukan beberapa permasalahan: Pertama, guru Pendidikan

Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan administrasi kurikulum

dalam bentuk program tahunan, program semester, silabus, RPP dan kisi-

kisi soal). Waktu pengerjaan program yang ada ini tidak tepat waktu dan

tidak banyak revisi, sama seperti tahun-tahun sebelum. Kedua, guru

Pendidikan Agama Islam belum terampil dalam memilih metode, media,

sumber belajar dan strategi mengajar tidak beragam. Guru belum

menyiapkan instrumen untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Ketiga,

Guru Pendidikan Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan

mendesain evaluasi pembelajaran, misalnya belum ada penggunaan

portopolio, proyek, tugas mandiri dan unjuk kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan

pokok dalam penelitian. Ini adalah: Mengapa kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal? Berdasarkan latar

belakang dan pertanyaan pokok di atas, dapat dirumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

Page 25: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

12

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru

Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

3. Apa saja upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMAN 10 Kota Jambi?

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti

kemukakan, maka fokus penelitian ini adalah kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran SMAN 10 Kota Jambi tahun 2017/2018.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mendeskripsikan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru

Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

c. Ingin mengekplorasi upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis dan akademis

maupun secara praktis.

a. Kegunaan Secara Teoritis dan Akademis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya pemahaman

peneliti tentang konsep kompetensi pedagogik guru secara umum dan

guru Pendidikan Agama Islam secara khusus dan kaitannya terhadap

kemampuan mendesain pembelajaran. Secara akademis, temuan

penelitian dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang berminat

Page 26: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

13

untuk meneliti seputar permasalahan kompetensi guru. Selain itu,

penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

studi pada Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI) di

pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin

(STS) Jambi.

b. Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi

seluruh pembaca, khusus para guru dalam rangka meningkatkan

kompetensi pedagogiknya, sehingga akan menambah keprofesionalan

dalam mendidik peserta didik.

Page 27: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

14

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Kecakapan Guru dalam Mendesain Pembelajaran

Menurut Stepen P. Robbins, dikutip Wibowo20, kemampuan atau

ability menunjukkan kapasitas individu untuk mewujudkan berbagai tugas

dalam pekerjaan. Dengan demikian, kemampuan adalah kapasitas

intelektual, emosional dan fisik untuk melakukan berbagai aktivitas

sehingga menunjukkan apa yang dapat dlakukan untuk mencapai

tujuannya.21

Supaya semua dilakukan dengan benar oleh guru, maka

dibutuhkan kemampuan. Kemampuan seseorang mencakup:

a. Kemampuan intelektual, kapasitas untuk melakukan aktivitas mental.

Dalam pekerjaan yang menuntut lebih banyak proses informasi,

semakin banyak kecerdasan umum dan kemampuan verbal

diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan pekerjaan.

b. Kemampuan kognitif, menunjukkan kemampuan yang berkaitkan

dengan akuisi dan aplikasi pengetahuan dalam pemecahan masalah.

c. Kemampuan emosional, terhadap kemampuan manusia

mempengaruhi fungsi sosial dengan mengenai dan memahami emosi

diri dan orang lain untuk perbaikan diri dan kesempatan perbaikan diri

dan pekerjannya.

d. Kemampuan Fisik, menurut Robbins, yaitu sebagai kapasitas untuk

melakukan tugas menuntut stamina, ketangkasan, kekuatan dan

karakteristik yang semacamnya.22

Parameter kemajuan belajar anak dapat diukur dengan kecakapan

guru. Kecakapan guru sesungguhnya lebih banyak ditentukan oleh

kualitas ilmu yang diberikan dalam pelayanan pendidikan pada sebuah

20

Wibowo, Perilaku dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 93. 21

Ibid., hal. 94. 22

Ibid., hal. 94-102.

Page 28: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

15

satuan pendidikan, dengan kata lain terangkum pada

kompetensi/kecakapan yang dimilikinya. Hal ini sangat beralasan karena

guru adalah orang yang paling sering bersentuhan langsung dengan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam menangani gejala-gejala

ketertinggalan dalam bidang pendidikan diperlukan tenaga pengajar

(dosen dan guru) dan memiliki kompetensi pedagogik. Kompetensi

pengajar berkorelasi dengan kualitas pendidikan. Tenaga pengajar yang

profesional dan memiliki kompetensi pedagogik menjadikan pendidikan

pun berkualitas. Sebaliknya tenaga pengajar yang tidak memiliki

kompetensi pedagogik bisa menjadikan pendidikan yang tidak berkualitas.

Perubahan pendidikan tergantung pada apa yang dilakukan guru

dan berpikir-itu sederhana dan serumit itu. Itu semua akan sangat mudah

jika bisa perubahan legislatif dalam berpikir. Ruang kelas dan sekolah

menjadi efektif bila (1) kualitas orang direkrut untuk mengajar, dan (2)

tempat kerja diselenggarakan untuk memberi energi guru dan

penghargaan prestasi. Keduanya berhubungan erat. Profesional kondisi

tempat kerja yang bermanfaat menarik dan mempertahankan orang-orang

baik.23

Masalahnya tidak semua guru mempunyai kemauan dan

kemampuan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas

kepada peserta didiknya. Allah SWT menganjurkan kepada manusia agar

bekerja sesuai dengan apa yang ada pada dirinya atau kemampuan

(kompetensi) dirinya melalui firman-Nya:

Artinya: “Katakanlah (Muhammad) hai kaumku bekerjalah sesuai dengan

keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula) maka kelak

kamu akan mengetahui” (Q.S. 39: 39).24

23

Michael Fullan, The New Meaning of Educational Change: Fourth Edition, (New York and London: Teachers College, Columbia University, 2007), hal. 129. 24

Departemen Agama RI, Op. Cit., hal. 751.

(٦٩׃)الزمر

Page 29: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

16

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad meminta

kaumnya untuk bekerja sesuai keadaan masing-masing, salah satu

keadaan tersebut adalah kompetensi yang dimiliki umatnya dalam bekerja.

Diminta Guru haruslah orang yang bertanggung jawab memberikan

pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan

memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai

hamba Allah dan khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk

hidup yang mandiri. Allah SWT juga berfirman pada srat lainnya yang

berbunyi sebagai berikut:

Artinya: "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Q.S. 94: 7-8).25

Maksud dari ayat ini adalah setiap orang harus bekerja dengan

sungguh-sungguh atau profesional, yaitu terpenuhinya unsur kompetensi

dan tanggung jawabnya dalam bekerja dengan kemauan yang tinggi.

Orang yang mempunyai kemauanlah yang bisa untuk melayani anak

didiknya dengan baik karena dengan kemaun itu pulalah dia mau

meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu sebanyak-

banyaknya, untuk meningkatkan kualitas, penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat yang beradab. Hal ini

menunjukkan bahwa guru dituntut untuk selalu menambah ilmu

pengetahuannya agar bisa meningkatkan penguasaan kompetensinya

yang memadai.

Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila

ia menguasai dan mampu menggunakan keterampilan mengajar dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan pokok

bahasan yang diajarkan. Bahan ajar yang telah dikuasai belum tentu

25

Ibid., hal. 478.

( ٨ـ٧׃ الانثراح )

Page 30: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

17

dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Proses

penyampaian ini memerlukan kemampuan khusus. Dengan demikian

perlu penguasaan guru terhadap metode penyampaian agar para siswa

tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam proses belajar

mengajar.26

Tugas yang harus dilaksanakan oleh guru ialah memberikan

pelayanan kepada para peserta didik yang selaras dengan tujuan

pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan

faktor utama yang bertugas mendidik, guru memegang berbagai jenis

peranan mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai seorang guru.

Dan guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak

melalui interaksi belajar mengajar, guru merupakan faktor yang

mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus

menguasai prinsip-prinsip belajar. Di samping menguasai materi yang

akan di ajarkan, dengan kata lain guru harus mampu menciptakan situasi

kondisi belajar yang sebaik-baiknya.

Kompetensi guru menyangkut seluruh kemampuan yang dilakukan

oleh seorang guru dalam mengembangkan amanat dan tanggung

jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan

memandu peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan dan

kematangannya yang dilakukan secara ahli. Kompetensi guru dapat

diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan

profesi keguruannya. Guru yang kompeten adalah guru piawai dalam

melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru

dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir

dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

Martinis Yamin sudah menjelaskan pada bagian sebelumnya,

bahwa desain pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk

26

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.119.

Page 31: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

18

melaksanakan proses pembelajaran.27 Implementasi desain sistem

pembelajaran di sekolah dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan.

Pelaksanaan desain sistem pembelajaran di sekolah dapat mencerminkan

kesiapan guru dan tenaga pendidikan untuk melakukan tugas dalam

menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Untuk dapat menciptkan proses aktivitas pembelajaran yang efektif dan

menarik, guru perlu memiliki penguasan substansi atau materi pelajaran.

Di samping itu, guru juga perlu memiliki pengetahuan yang mendalam

tentang desain dan pengembangan proses pembelajaran serta strategi

penyampainnya. Guru perlu memiliki pemahaman tentang langkah-

langkah analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi

proses pembelajaran agar dapat mendesain dan mengembangkan

program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.28

Dari beberapa pengertian di atas, desain pembelajaran dapat

dimaknai dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai disiplin, sebagai

ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain

pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi

serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai

ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi

pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang

memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan

mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan

kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan

pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya, sarana

serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran

sebagai proses merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi

pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar

untuk menjamin mutu pembelajaran.

27

Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 10. 28

Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hal. 183-184.

Page 32: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

19

Guru sebagai desainer pembelajaran perlu memiliki kompetensi

dalam menyusun desain pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat

yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

secara efektif. Kompetensi guru tentang cara menyusun desain

pengajaran tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil

dalam menyusun desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan

kerja sama guru dengan guru lain (terutama mengajarkan mata pelajaran

yang sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat

kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan

balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan

untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya. Menurut Emma

O’Brien, et.al., akumulasi pengetahuan tidak terlihat ketika tidak

digunakan untuk menghasilkan kegiatan yang berguna yang dapat

meningkatkan fungsi organisasi.29

Terkait dengan itu, maka kompetensi guru sangat dibutuhkan

dalam memahami unsur-unsur desain pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa

Menurut Jerrold E. Kemp, dikutip Yamin, dalam mendesain

pembelajaran, guru perlu mendesain latar belakang siswa dari segi

akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi

pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai

subjek belajar, selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran, metode

dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.30

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru

dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dari interaksi itu pada

dasarnya adalah bertambahnya pengalaman siswa baik teori maupun

praktek dan perubahan tingkah laku siswa. Proses pembelajaran

29

Emma O’Brien, et.al., Knowledge Management for Process, Organizational and Marketing Innovation: Tools and Methods. (Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011), hal. 120. 30

Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 12.

Page 33: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

20

membutuhkan adanya kegiatan komunikasi. Komunikasi tersebut

timbul karena adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa

yang tujuan hubungan itu akan mempengaruhi perubahan intelek,

watak serta sosial dan hubungan tersebut didasarkan pada hubungan

yang bersifat mendidik. Dalam proses pembelajaran, diperlukan

adanya aksi dan reaksi yang menjadi interaksi antara guru dan siswa

mempunyai fungsi berbeda, yaitu guru berfungsi sebagai pengajar dan

siswa berfungsi sebagai pelajar. Dalam proses pembelajaran, siswa

sering dihadapkan dengan berbagai hambatan dalam menerima

pelajaran yang diajarkan. Untuk itu diperlukan adanya motivasi

(dorongan) dari guru dan siswa.

b. Tujuan

Langkah-langkah dalam pembelajaran perlu direncanakan agar

tujuan pelajaran dapat tercapai, hal ini juga untuk mempermudah

pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang sedang

diajarkan. Umumnya langkah-langkah mengajarkan didasarkan dari

yang muydah ke yang sukar dan dari yang bersifat ingatan sampai ke

evaluasi atau modifikasi. Dalam langkah mengajarkan perlu dianjurkan

terlebih dahulu konsep dasar atau dasar teori sebelum memasuki

pemecahan masalah.

Setelah melakukan identifikasi karakteristik siswa, guru perlu

menerapkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai,

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pembelajaran

yang dirumuskan dapat dijadiukan sebagai pedoman untuk memiliki

metode, media, dan strategis pembelajaran yang akan digunakan.

Ketiga komponen ini perlu di aplikasikan dalam menyelenggarakan

proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

belajaran akan memberikan kontibusi positif bagi terciptakan proses

Page 34: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

21

belajar yang optimal. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui

pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran.31

Desain pembelajaran berguna dalam proses belajar-

mengajarkan sehingga mengantarkan keberhasilan lulusan melalui

proses belajar yang di lakukan. Setelah merumuskan tujuan

pembelajaran langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan

cara menyampaikan materi atau strategi yang tepat. Hal ini agar materi

dapat di sampaikan dan selaras dengan tujuan yang di tetapkan.

Tujuan pembelajaran itu sangat berkaitan erat dengan strategi atau

desain pembelajaran. penetapan desain strategi yang relevan

merupakan suatu keharusan.

Desain pembelajaran pembelajaran adalah suatu persiapan

pemikiran yang sistematis berupa prinsip-prinsip mengajarkan yang

akan diterapkan dalam situasi khusus dalam pembelajaran di kelas,

semakin baik desain pembelajaran pengajaran semakin baik pula hasil

yang diperoleh atau dicapai.

c. Metode

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi

instruksional. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.32 Guru perlu memiliki

kompetensi melakukan analisis masalah pembelajaran yang dihadapi

dan mendesain solusi yang sesuai dengan masalaha tersebut. Guru

perlu memiliki kemampuan mengembangkan media, metode, dan

strategi pembelajaran serta mengimplementasikannya sesuai dengan

karakteristik siswa. Selain hal diatas, pengetahuan dan keterampilan

evaluasi juga diperlukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab profesional. Kreativitas guru sangat diperlukan untuk

menciptkan kegiatan pembelajaran yang menarik. Pemahaman dan

31

Benny A. Pribadi, Op. Cit., hal. 186-187. 32

Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 145.

Page 35: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

22

keterampilan dalam mengkombinasikan metode, media, dan strategi

pembelajaran emrupakan hal yang bersifat kreatif untuk dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.33

d. Penilaian

Penilaian dilakukan berkenaan dengan kemampuan siswa

selama menempuh pembelajaran. Jika dalam konteks pembelajaran,

maka penilaian hasil belajar adalah serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa

sebagai hasil dari suatu program kompetensi.

Pelaksanaan penilaian dalam hal ini ingin mengetahui hasil

belajar siswa mestinya berlangsung terus menerus setiap kali selesai

memberikan materi pelajaran dan di akhir pertemuan dalam satu waktu

tertentu. Berangkat penjelasan ini, pertanyaannya adalah apakah

semua guru profesional dalam mengajarkan dan mendidik ? atau lebih

jelasnya lagi adalah apakah semua guru mengerti dan memiliki

pengetahuan yang jelas tentang penilai hasil belajar. Sebab,

berdasarkan karakretistik manusia, setiap manusia (guru termasuk di

dalamnya) itu sendiri memiliki tingkat penguasaan terhadap sesuatu

berbeda-beda, hal ini berlaku juga pada pengetahuan mereka tentang

sistem penilaian hasil belajar siswa berbasis kompetensi yang baik.

Penjelasan tentang kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran

dapat dirumuskan bahwa dalam mendesain pembelajaran, guru

hendaknya memahami tentang beberapa hal sebagai berikut:

a. Memahami tentang karakteristik dan latar belakang siswa agar metode

dan hal-hal terkait pembelajaran relevan dengan kondisi siswa.

b. Memahami tentang tujuan pembelajaran.

c. Memahami metode yang sesuai dengan tujuan, kondisi dan situasi

sekitar agar tujuan pembelajaran tercapai efisien dan efektif.

33

Benny A. Pribadi, Op. Cit., hal. 184.

Page 36: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

23

d. Pemakaian metode penilaian yang dapat mengukur kemampuan dan

pemahaman siswa dan memastikan pembelajaran berhasil dari segi

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Model desain pembelajaran menurut Gustafson dan Branch, dikutip

Pribadi34, dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian

klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu:

a. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Kelas

(Classroom Oriented Model)

Model desain sistem pembelajara yang berorientasi kelas

ditujukkan untuk memenuhi kebutuan para guru dan siswa akan

aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Model-model desain

sistem pembelajaran yang termasuk klasifikasi ini dapat diaplikasi

mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tingi. Guru

instruktur, dan dodes perlu memiliki pemahaman yang baik tentang

desain sistem pembelaaran agar dapat menciptakan program

pembelajaran yang efektrif, efisien dan menarik. Penggunaan model

berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah

aktivitas pembelajaran yang akan diselenggarakan di dalam kelas

dengan waktu belajar ang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Model Desaian Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Produk

(Product Oriented Model)

Model-model yang tergolong model desain sistem pembelajaran

yang berorientasi pada produk, pada ummnya didasarkan pada asumsi

adanya program pebelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu

tertentu. Model-model desain sistem pembelajaran ini menerapkan

proses analisis kebutuhan yang sangat ketat. Model-model yang

terolong sebagai model yang berorientasi pada produk biasanya

ditandai dengan empat asumsi pokok, yaitu; a) produk atau program

pembelajaran memang sangat diperlukan, b) Produk atau program

pembelajaran baru memang perlu diproduksi, c) Produk atau program

34

Ibid., hal. 87-91.

Page 37: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

24

pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, dan d) Produk

atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan

bimbinan dari fasilitator.

c. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Sistem (System

Oriented Model)

Model ini dasarkan pada asumsi penggunaan perangkat

teknologi untuk mewujudkan sasaran. Oleh arena itu, langkah analisis

kebutuhan dan front end analysis secara intensif perlu dilakukan.

Sama seperti model des ayang berorientasi pada produk, model-model

yang terolong berorientasi sistem senantiasa menerapkan proses

evaluasi formatif dan proses uji coba yang intensif. Model desain

sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap

pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan

implementasi soluisi yang diperlkan ntuk mengatasi masalah yang

terdapat dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan

front end analysis dilakuakn secara intensif untuk mencari solusi yang

akurat. Perbedaan pokok antara model yang berorientasi sistem

dengan mode yang berorientasi produk terletak pada tahap ata fade

desian, penembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam

skaa yang lebih besar dan model desa sistem pembelajaran yang

berorinetasi pada sistem.

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi

sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta pendidikan anak usia dini salah satunya adalah

kompetensi pedagogik.35 Pengalaman menunjukkan profil guru yang tidak

menggunakan pendekatan pedagogik antara lain 1) guru lebih banyak

ceramah dan interaksi pembelajaran searah; 2) media belum

35

Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005..op. cit., hal. 17-18.

Page 38: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

25

dimanfaatkan; 3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan

belajara kurang bervariasi; 4) tentutan pendidikan terhadap hasil belajar

dan produktifitas rendah; 5) tidak ada hasil karya peserta didik yang layak

untuk ditampilkan; 6) pendidik dan buku sebagai sumber belajar; 7) semua

peserta didik dianggap sama; 8) penilaian hanya berupa test; dan 9)

latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang. Pengalaman ini

tentu saja tidak dapat dibiarkan terus berlanjut. Pembelajaran yang

selama ini berpusat pda guru, hrus diubah menjadi berpusat peda peserta

didik. Pendidik mengedepankan metode metode pemahaman dan sebagai

syarat untuk memenuhi kompetesi. Oleh karena itu kemampuan

profesional pendidik perlu ditingkatkan dengan memantapkan kemampuan

pedagogis.36

Inilah perilaku yang utama dimiliki seorang pemimpin yaitu

mendekati perilaku ulama atau guru. pada pondok pesantren. seorang

kiyai merupakan ulama itu sendiri yang mengabdikan dirinya untuk

berdakwah di jalan Allah SWT. Az-Zarnujiy berpendapat bahwa perilaku

yang dimiliki seorang pemimpin sebagai guru adalah mempunyai

kelebihan ilmu maksudnya menguasai ilmu dan wara’ yaitu kesanggupan

menjaga diri dari perbuatan/tingkah laku yang terlarang.37 Pendidik guru

yang baik sangat penting untuk memastikan bahwa peserta yang terlatih.

Mereka harus tahu dan model metode yang berpusat pada anak, dapat

menanamkan praktek ICT yang baik dalam metode pedagogis, baik di

adaptasi kurikulum dan efektif dalam mendukung pelatihan.38

Pengalaman pendidikan bermanfaat bagi mereka yang bekerja dan

yang diperlukan untuk secara bertahap dilengkapi untuk posisi lainnya

dalam organisasi. Dengan demikian, komponen pendidikan sumber daya

manusia yang berorientasi ke masa depan untuk posisi pekerjaan

diidentifikasi. Sejak investasi dari pendidikan tidak jelas, sangat sedikit

36

Syaiful Sagala, Op. Cit., hal. 159. 37

Zarnujiy, Syaikh, Ta’lim Muta’alim, Terj. Aliy As’ad (Menara Kudus, 1978). 38

International Labour Organization, Handbook of Good Human Resource Practices in the Teaching Profession, (Geneva: International Labour Office (ILO), 2012), hal. 242.

Page 39: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

26

organisasi siap untuk berinvestasi pada program pendidikan karyawan

kecuali kebutuhan masa depan.39

Kinerja karyawan meningkat secara signifikan ketika mereka

diberikan tujuan spesifik untuk melakukan daripada ketika mereka

meninggalkan tanpa tujuan yang tidak jelas. Tujuan jelas atau 'melakukan

yang terbaik' menghambat kreativitas dan usaha sehingga menjadi tidak

termotivasi sedangkan penetapan tujuan yang menantang dan spesifik

sangat penting untuk meningkatkan kinerja.40 Sumber daya manusia atau

karyawan yang paling dinamis dan biasanya yang paling baik dari semua

sumber daya organisasi. Mereka perlu didukung dan dipelihara jika

mereka untuk mencapai potensi penuh mereka, baik bagi dirinya dan bagi

organisasi. Sebagai manajer/administrator bertanggung jawab atas kinerja

semua stafnya dan dia harus terlibat secara aktif dalam proses

mengidentifikasi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelatihan

mereka.41

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru dalam mendesain pembelajaran. Indikator kecakapan

guru adalah seperangkat penguasaan guru secara ahli terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga

39

Madhurima Lall & Sakina Qasim Zaidi, Human Resource Management, (New Delhi, Excel Books Private Limited, 2012), hal. 177. 40

Cynthia Eshun & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for Employee Performance, (Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011), hal. 35. 41

Josephat Stephen Itika, Fundamentals of Human Resource Management Emerging Experiences From Africa, (RB Leiden: African Studies Centre, 2011), hal. 127.

Page 40: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

27

lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan

tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas

dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual,

juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode informasi, praktek,

belajar, ujian dan sebagainya.42

Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu

membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami

kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya

memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar

sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan

kemampuan yang mereka miliki.43

Di antara usaha guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pembelajaran.

Beberapa konsep dan wawasan baru tentang proses pembelajaran di

sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Keseluruhan proses pendidikan, proses

pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Guru dalam proses

pembelajaran harus membimbing siswa kearah kedewasaannya dan ini

merupakan tanggung jawab dalam mengembangkan dan memandukan

siswa ke arah kedewasaan baik mental maupun spritual.

Merupakan tugas bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan

memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih

terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik berat

memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek

maupun jangka panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui

pengalaman belajar yang memadai, membantu perkembangan aspek-

aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Demikianlah,

dalam hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan guru tidak

42

Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 57. 43

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 13.

Page 41: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

28

terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia

bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa.

Para guru yang baik dan kompeten diharapkan selalu mengaitkan

berbagai kecakapan hidup tersebut dalam berbagai aspek pedagogiknya.

Tantangan pendidikan saat ini terutama memang bagaimana mengaitkan

kecakapan-kecakapan hidup tersebut dengan seluruh kegiatan sekolah,

secara sungguh-sungguh, secara strategis dan meluas penerapannya,

tidak hanya pada satu daerah, atau satu wilayah, atau satu negara, tetapi

di sekolah-sekolah di seluruh dunia.44

Pendidik merupakan orang yang berwenang dan bertanggung

jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual

maupun secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Kepercayaan

yang diberikan masyarakat kepada guru merupakan tugas dan tanggung

jawab yang berat. Tanggung jawabnya tidak hanya sebatas mendidik di

sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus dia berikan

pun tidak hanya sebatas kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual.

Hal ini mau tak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap,

tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan

sekolah tetapi juga di luar sekolah sekalipun.

Segi kegiatan, kualitas itu bisa dukur dari segi jenis-jenis kegiatan,

keseriusan dalam menangani dan mengikuti kegiatan, dan hasil-hasil riil

dari suatu kegiatan.45 Eksplisit, masalah peningkatan mutu pendidikan

merupakan hal mendesak yang perlu diatasi, terlebih lagi mengingat

situasi global yang ditandai dengan iklim kompetitif antarbangsa di dunia

yang semakin tajam dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas.

Berbagai unsur yang terkait dengan penyelenggaraan sistem pendidikan

nasional di segenap tingkatan, memerlukan pengembangannya untuk

mendukung upaya peningkatan mutu tersebut, salah satunya adalah

pendidik/guru. Peran guru teramat penting dalam mencapai peningkatan

44

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 39. 45

Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam. (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 128.

Page 42: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

29

mutu pendidikan nasional, sehingga perhatian dan analisis pun perlu

diarahkan kepada guru ini dalam melaksanakan tugas pembelajarannya.

Mengingat kedudukan dan peran strategis pendidik/guru, maka upaya

mutu pendidikan pun langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pendidik/guru.46

Di era modern ini, pendidikan seyogyanya merupakan kawah

pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab

tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan

psikomotoriknya. Karena pendidikan merupakan masalah yang penting

dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan

itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga,

bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal

pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-

persoalan kekinian. Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup,

lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai

belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka

pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah

keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar

yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi

penting.

Berikut ini dikemukakan beberapa sumbangan sekolah bagi

pendidikan anak 1) Sekolah melaksanakan tugas mendidik maupun

mengajar anak, serta memperbaiki, memperluas tingkah laku si anak didik

yang dibawa dari keluarga, 2) Sekolah mendidik maupun mengajar anak

didik menjadi pribadi dewasa susila, sekaligus warga negara dewasa

susila, 3) Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menerima dan

memiliki kebudayaan bangsa, 4) Lewat bidang pembelajaran, sekolah

membantu anak didik mengambangkan kemampuan intelektual dan

46

Iskandar Agung dan Yufridawati. Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah da Pengawas (Jakarta: Bestari Buana Murni. 2013), hal. 10-11.

Page 43: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

30

keterempilan kerja, sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja

dan ikut membangun bangsa dan negara.47

Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat

disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang

dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada siswa.

Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat

kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk

mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih

menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan

bagaimana cara mengorganisasikan materi pembelajaran, menyampaikan

materi pelajaran, dan mengelola pelajaran.

Pembelajaran tidak diartikan sebagai suatu yang statis, melainkan

suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan

hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang

melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Dengan dimikian, pengertian pembelajaran yang terkait dengan sekolah

ialah “kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien

terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran,

sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut

menurut norma/standar yang berlaku”. Adapun komponen yang berkaitan

dengan sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, antara

lain adalah guru, siswa, Pembina sekolah, sarana/prasarana dan proses

pembelajaran.48

Pembelajaran merupakan suatu sistem, karenanya setiap aktivitas

mengajarkan harus didesain terlebih dahulu alternatif pilihan dalam

menentukan metode ataupun media pembelajaran yang akan digunakan.

Hal ini berarti bahwa seorang guru harus benar-benar memperhatikan

serta dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat

47

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 54-55. 48

Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 164.

Page 44: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

31

dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga

hasil belajar siswa dapat dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

ditetapkan.

Kualitas pembelajaran sangat tergantung pada kualitas tenaga

pendidiknya (guru) sebagai pihak yang paling bertanggung jawab

terhadap implementasi kurikulum di sekolah, sebab apabila tenaga

pendidik (guru) tidak profesional dalam menjalankan tugasnya profesinya

maka tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan tidak akan

tercapai secara maksimal bahkan akan bertambah buruk, buruk,

sebagaimana ditegaskan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW

berikut ini:

وسد إذا عن ابى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :

ه فا نتظرالساعة. )رواه البخاري(الامر إلى غير أهل

Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya” (H.R. Bukhari).49

Hadits di atas memberi pemahaman bahwa apabila suatu pekerjaan

dikerjakan oleh orang yang tidak kompeten atau tidak ahli (profesional)

dalam bidang tersebut maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal

begitu juga dalam hal pendidikan sebaik apapun perencanaan, kebijakan,

maupun kurikulum disiapkan, jika dalam tahap implementasinya tidak

berjalan sebagaimana mestinya, maka semuanya itu tidak akan efektif dan

tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

Kualitas pembelajaran adalah terpenuhinya kriteria yang

diharapkan dalam mendesain perencanaan pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran, yaitu bentuk penyajian berlangsungnya

kegiatan interaksi positif antara guru dan peserta didik. Kemudian

mendesain pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk

49

Al-Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari. (Al-Makhtab Al-Syamilah tt, Edisi II), hal. 19.

Page 45: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

32

mengetahui pencapaian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang

disampaikan pada waktu kegiatan proses pembelajaranm yag dikemas

sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan standar yang diharapkan.

Dalam merencanakan pembelajaran, guru harus mampun menyusun

program pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, menyusun

program bimbingan dan konseling mampu menyusun progran intra dan

ekstra kurikuler. Disamping itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran,

guru juga harus mampu melaksanakan kegiatan proses pembelajaran

tersebut sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan harus memiliki

kompetensi dalam menutup kegiatan pembelajaran. Pada waktu

menyajikan bahan untuk mengevaluasi sesuai dengan perencanaan

pembelajaran dan mampu menggunakan hasil evaluasi itu untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.50 Indikator kualitas pembelajaran

adalah terbentuknya kemandirian guru dalam menciptakan suasana

belajar yang kondusif, agar peserta didik dalam mengembangkan aktivitas

dan kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya

masing-masing.51

Mengacu pada ketiga daerah binaan itu sekurang-kurangnya

ditemukan jenis-jenis pembelajaran sebagai berikut.

1. Pembelajaran keterampilan. Ini dapat dianalogikan dengan pembinaan

psikomotornya Bloom. Apa keterampilan itu? Pengertian mendasar

tentang keterampilan adalah respons otot yang terjadi secara otomatis.

Oleh karena itu, latihan keterampilan haruslah berupa latihan otot

untuk menguasai gerak tertentu secara otomatis. Gerak itu kadang-

kadang amat rumit, contohnya keterampilan mengemudikan pesawat

terbang; kadang-kadang tidak rumit (kelihatannya), seperti

keterampilan menendang bola kaki. Pada mulanyan ketermpilan itu

tidak secara sadar otomatis; tetapi; karena dilatih terus, gerakan itu

50

Dedi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), hal. 65. 51

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 187-188.

Page 46: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

33

dikuasai secara otomatis. Urutan latihan keterampilan itulah yang

menjadi persoalan pembelajaran; urutan itu kita sebelum langkah-

langkah mengajar.

2. Pembelajaran yang tercakup dalam ranah kognitif. Di sini ada tiga jenis

pembelajaran, yaitu pembelajaran verbal, pembelajaran konsep, dan

pembelajaran prinsip. Pembelajaran-pembelajaran ini masing-masing

mempunyai urutan langkah tersendiri. Pembelajaran verbal adalah

pembelajaran bahasa; di sini terdapat banyak prosedur mengajar,

biasanya dikembangkan oleh ahli pembelajaran bahasa. Pembelajaran

konsep dan prinsip mempunyai banyak teori tentang urutan (langkah-

langkah) mengajarnya.

3. Pembinaan afektif. Teori ini ternyata kurang berkembang.

Pembelajaran seni, agama; semua pembelajaran yang dimaksudkan

sebagai pengambangan aspek afektif amat sulit dijelaskan urutan

langkah pembelajarannya. Dalam hal ini ia amat berbeda bila

dibandingkan dengan pembelajaran keterampilan, verbal, konsep, dan

prinsip.

4. Evaluasi di sini adalah tes akhir (pos-test). Ini adalah tes yang

dilakukan setiap selesai mengajar atau setiap kita selesai mengajarkan

satu unit bahan pembelajaran.52

Sistem sekolah merupakan suatu tujuan organisasi yang para

anggotanya mencoba melalui usaha bersama untuk mencapai tujuan,

kemudian hal itu menjadi jelas bahwa strategi jangka panjang dan

administrasi personil membantu sistem sekolah untuk menarik, memakai

dan mengembangkan jenis-jenis SDM yang dibutuhkan untuk meraih

keseluruhan tujuannya. Tujuan pendidikan nasional di atas bisa tercapai,

jika pembelajaran dilakukan secara efektif di mana guru bisa mengajar

sesuai dengan target pembelajaran, siswa bisa belajar secara efektif.

Efektivitas pembelajaran tercapai bisa guru bisa bekerja dengan kinerja

optimal sesuai tagihan kurikulum yang sedang dilaksanakan.

52

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 200.

Page 47: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

34

Sejak awal kepala sekolah harus bisa menggerakkan guru agar bisa

menyelenggarakan administrasi pendidikan, termasuk administrasi kelas.

Guru merupakan orang yang paling penting statusnya dan bertanggung

jawab atas semua proses pembelajaran, terutama mengelola kelas dan

menguasai kelas. Karena guru memegang tugas yang amat penting yaitu

mengatur dan mengelola kelas, serta membina siswa dengan baik

sehingga dalam suasana di kelas. Guru dapat menguasai kelas dalam

memberikan pelajaran kepada siswa dengan hasil yang baik secara

efektif.

Kinerja guru merupakan proses komunikasi yang berlangsung terus

menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dengan

siswa. Dengan terjalinnya proses komunikasi yang baik antara kepala

sekolah dengan guru, dan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran

dapat lebih mempercepatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan oleh guru, dan ini merupakan suatu sistem kinerja yang

memberi nilai tambah bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas

siswa dalam belajar.

Guru sebagai komponen yang bertanggung jawab dalam proses dan

misi pendidikan secara umum serta proses pembelajaran secara khusus,

sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin muncul apabila

rencana awal proses pembelajaran ini tidak direncanakan secara kreatif

dan bijak, hal ini akan berimplikasi pada gagalnya proses pembelajaran.

Sejak awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pendidikan,

sekaligus sebagai kreator dalam proses. Efektivitas dan mutu dalam

proses pembelajaran haruslah mencapai tujuan pendidikan sebagaimana

yang ditetapkan. Hal ini sudah barang tentu akan menimbulkan masalah

dalam proses pendidikan secara umum maupun dalam proses

pembelajaran secara khusus.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari strategi

yang efektif untuk mempermudah pemahaman siswa menerima materi

yang diajarkan. Pelaksanaan strategi pendidikan dilakukan dalam bentuk

Page 48: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

35

kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan. Bimbingan pada hakekatnya

adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi dan nasehat dan penyuluhan

agar siswa mampu mengatasi masalah. Sedangkan pembelajaran

merupakan bentuk kegiatan dimana terjalin interaksi antara tenaga

pengajar dan siswa guna mengembangkan prilaku sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran pembelajaan yang berkualitas menjadi pendukung

terlaksanakannya aktivitas pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan

sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk

membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup

baik yang bersifat manual individual dan sosial.53

Pelaksanaan administrasi kerja guru yang berkaitan dengan

pembelajaran yaitu:

1. Pengembangan program tahunan. Program tahunan merupakan

program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang

dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Program Semester. Program semester berisikan garis-garis besar

mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam

semester tersebut.

3. Program modul. Program modul adalah program yang dikembangkan

dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan

yang merupakan penjabaran dari program semester.

4. Program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran

dari program semester dan program modul.

5. Program pengayaan dan remedial. Program ini merupakan pelengkap

dan penjabaran dari program mingguan dan harian.

6. Program bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan kurikulum,

sekolah kewajiban memberikan program pengembangan diri melalui

53

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 1.

Page 49: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

36

bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut

pribadi, sosial, belajar, dan karir.54

Metode dan teknik yang bervariasi, pemilihan metode dan teknik

tidak dapat begitu saja ditentukan oleh selera dan kemauan seorang guru.

Pemilihan tersebut juga tergantung pada pokok bahasan, tujuan belajar

yang harus dicapai, disisi lain bakat, minat dan usia kemampuan siswa

juga ikut mempengaruhi.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas

pembelajaran adalah tercapainya pengelolaan pembelajaran yang

memenuhi kriteria yang diharapkan dalam mendesain perencanaan

pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, yaitu bentuk penyajian

berlangsungnya kegiatan interaksi positif antara guru dan peserta didik.

Indikatornya adalah perencanaan pembelajaran sesuai standar,

pelaksanaan pembelajaran sesuai standar dan evaluasi pembelajaran

sesuai standar.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang kecakapan guru di sekolah umum, khusus

jenjang SMP telah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu dalam

berbagai bentuk, baik dalam bentuk penelitian akademis (skripsi, tesis,

desertasi), jurnal ilmiah, prosiding, maupun dalam bentuk buku.

Pertama, Zaidir dengan tesis yang berjudul: Kompetensi

Profesional Guru dalam Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Muara Bungo. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dalam penerapan

kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo belum

memuhi standarisasi yang ditetapkan hal ini dikarenakan keterbatasan

wawasan guru mengenai KSTP belum memadai dalam

mengimplementasikan kompetensinya pada mata pelajaran Pendidikan

54

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Sertifikasi Guru (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 236-241.

Page 50: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

37

Agama Islam dalam proses pembelajaran. Faktor pendukung yang

mempengaruhi kompetensi profesional guru dalam penerapan kurikulum

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo adalah wadah

pelatihan guru dan adanya rapat/musyawarah serta kegiatan konsultasi

antara warga sekolah dan disiplin guru dalam mengajar sudah baik. Faktor

penghambatnya adalah profesionalitas guru dalam mengajar sesuai

KTSP, di samping kurangnya fasilitas pendukung dan pelatihan guru

dalam upaya menciptakan pembelajaran yang lebih baik yang lebih

dominan menghambat kompetensi profesional guru. Upaya pihak terkait

untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam penerapan

kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo dengan

meningkatkan keahlian guru dalam menenerapkan kurikulum, tetap

mengikuti pelatihan dan penataran terkait KTSP dan diklat peningkatan

kompetensi profesional guru meskipun tidak terus menerus serta

mengikuti sertifikasi sebagai kewajiban pendidik profesional sebagai

upaya untuk mendapatkan legalitas resmi sebagai tenaga pendidik

profesional.55

Kedua, Ahmad Darlis melakukan penelitian dengan judul

Kompetensi Pedagogik Guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah

Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka tugas akhir dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen

kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah

Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan hanya

terpenuhi enam komponen dari delapan komponen yang ditetapkan oleh

peraturan pemerintah, dan kompetensi pedagogik guru masih tergolong

rendah.56

55

Zaidir, Kompetensi Profesional Guru dalam Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Muara Bungo. Tesis. (Pascasarjana IAIN STS Jambi. 2012). 56

Ahmad Darlis, Kompetensi Pedagogik Guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Tesis, (Program Pascasarjana Institut Agama Islam Sumatera Utara, 2014).

Page 51: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

38

Ketiga, M. Natsir meneliti: Kompetensi Guru Agama dalam

Merancang Pembelajaran di MA dan MTs Al-Aziziyah Gunung Sari Lobar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fokus

pada guru-guru pendidikan agama Islam (fikih, akidah akhlak, Alquran

Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam, dan bahasa Arab). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kecakapan guru-guru Pendidikan Agama Islam di MA

dan MTs Al-Aziziyah Lobar dalam merancang pembelajaran masih

kurang, demikian juga halnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Namun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan

tersebut.57

Keempat, Fitri Yulianti melakukan penelitian dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif di SMPN Kota Indramayu dengan judul Hubungan

Kecakapan guru dengan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecakapan guru di

SMPN Kota Indaramayu tergolong tinggi/kompeten dalam semua indikator

dan terdapat hubungan yang signifikan antara kecakapan guru di Kota

Indramayu dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.58

Sebagaimana terlihat dalam beberapa penelitian terdahulu yang

relevan, belum ada di antara kajian ini yang secara spesifik membahas

tentang kecakapan guru terkait dengan kemampuannya dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu peneliti

mengangkat tema tersebut dalam penelitian ini, sehingga akan menjadi

sumbangan ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca kelak, khususnya

bagi yang ingin mengetahui tentang permasalahan tersebut lebih

mendalam.

57

M. Natsir, Kompetensi Guru Agama dalam Merancang Pembelajaran di MA dan MTs Al-Aziziyah Gunung Sari Lobar, (Jurnal Penelitian Keislaman Vol. 10, No. 2 2014). 58

Fitri Yulianti, Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dengan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran PAI (Studi Deskriptif pada Guru PAI di SMPN Kota Indramayu), (Jurnal Tarbawi, Vol. 1 Nomor. 2 2012).

Page 52: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengakji kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMAN 10 Kota Jambi dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.59 Menurut

penjelasan lain, pendekatan kualitatif digunakan karena permasalahan

dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh

makna. Selain itu, penelitian ini bermaksud untuk memahami situasi sosial

secara mendalam, menemukan pola, dan teori.60 Terakhir bermanfaat

untuk dapat lebih memahami setiap fenomena yang sampai sekarang

belum banyak diketahui.61

Peneliti memilih pendekatan kualitatif dengan memperhatikan

karakter-karakternya seperti yang dijelaskan Bogdan, Biklen, Lincoln dan

Guba, yaitu:

1. Latar ilmiah. Penelitian kualitatif memiliki latar yang ilmiah, karena

ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai

keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, sehingga

peneliti harus mengambil tempat dalam objek penelitian demi

memperoleh pemahaman di lapangan penelitian.

2. Manusia sebagai alat. Artinya bahwa peneliti dan orang-orang yang

membantu peneliti merupakan alat pengumpul data utama, karena

manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berinteraksi dengan

59

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), hal. 205. 60

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. 399. 61

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XXV, hal. 7.

39

Page 53: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

40

lingkungan objek penelitian dan dengan demikian peneliti harus

berperan serta dalam lingkungan objek penelitian.

3. Metode kualitatif. Karena metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan langsung

hubungan antara peneliti dengan responden, dan dengan

menggunakan metode ini peneliti akan peka dan dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan penelitian.

4. Analisis data secara induktif. Analisis ini digunakan untuk menemukan

kenyataan-kenyataan ganda dalam data, membuat hubungan peneliti

dengan responden menjadi eksplisit, lebih jelas dan dapat membuat

keputusan-keputusan pada latar, dan menjalin hubungan-hubungan

serta dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit.

5. Teori dari dasar. Artinya bahwa penelitian kualitatif menghendaki arah

bimbingan penyusunan teori yang berasal dari data.

6. Deskriptif. Maksudnya penelitian kualitatif mengumpulkan data berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga dalam

penjabarannya data tersebut dijelaskan dengan sedemikian rupa yang

sangat erat kaitannya dengan data tersebut.

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil. Karena dalam proses

penelitian kualitatif terdapat beberapa hubungan-hubungan dan

penjelasan-penjelasan.

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Karena batas menentukan

kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus, sehingga

penelitian yang dilakukan tidak keluar dari fokus penelitian.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

10. Desain yang bersifat sementara. Maksudnya bahwa desain penelitian

kualitatif tidak baku, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.62

62

Ibid., hal. 4-8.

Page 54: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

41

Pemunculan karakter penelitian kualitatif di atas menjadi pedoman

peneliti yang nantinya mengarahkan terbentuknya pola penelitian yang

global mengenai kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10

Kota Jambi. Permasalahan, peristiwa, dan fenomena yang akan

dideskripsikan secara mendalam dalam penelitian ini adalah kecakapan

guru di SMAN 10 Kota Jambi dan kaitannya dengan kemampuan

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan orang dan

lingkungan yang akan diamati adalah guru-guru Pendidikan Agama Islam

di SMAN 10 Kota Jambi. Selain mengamati, peneliti juga akan berinteraksi

langsung serta berusaha memahami obyek penelitian secara rinci dan

mendalam. Melalui pendekatan kualitatif ini, maka data yang didapat akan

lebih lengkap, mendalam, kredibel dan bermakna, sehingga tujuan

penelitian akan tercapai.

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian

1. Situasi Sosial

Situasi sosial dalam penelitian pada kajian ilmiah ini adalah SMAN

10 Kota Jambi. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada

pertimbangan; pertama, SMAN 10 Kota Jambi masih dihadapkan pada

permasalahan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. kedua, SMAN

10 Kota Jambi ini mempunyai siswa lebih banyak, ketiga, kemudahan

akses data.

2. Setting Penelitian

Setting penelitian ini di SMAN 10 Kota Jambi. Pemilihan setting

didasarkan pada keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan

strategi sampling begitu, pada dasarnya bergantung pada penetapan

satuan kajian. Kadang-kadang satuan kajian itu bersifat perseorangan

seperti siswa, klien, pasien yang menjadi satuan kajian. Bila seseorang itu

sudah ditetapkan sebagai satuan kajian, maka pengumpulan data di

Page 55: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

42

pusatkan di sekitarnya, yang dikumpul ialah apa yang terjadi di dalam

kegiatannya, apa yang mempengaruhinya, bagaimana sikapnya dan

sebagainya. Jika penelitian menghendaki adanya perbandingan antar

sekelompok orang tertentu dengan kelompok lainnya, maka satuan

kajiannya jelas bukan lagi perseorangan, melainkan kelompok.63

Pemilihan setting penelitian di SMAN 10 Kota Jambi dengan alasan

kecakapan guru masih rendah, yang disebabkan oleh beberapa faktor,

baik internal maupun eksternal, dengan melihat kepada beberapa

indikator kecakapan guru. Penelitian ini dilakukan pada dua subjek,

pertama, pada literatur-literatur yang membahas tentang kecakapan guru

dan desain pembelajaran. Kedua, kecakapan guru dan kemampuannya

dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini bersifat skematik,

narasi, dan uraian, serta bersifat penjelasan data dari informan baik lisan

maupun tertulis. Selain itu, prilaku subjek yang diamati di lapangan juga

menjadi data sebagai hasil dari penelitian. Ada dua jenis data dalam

penelitian ini, yakni data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer ini diperoleh langsung di lapangan pada waktu penelitian

sedang berlangsung yang berupa informasi tentang kecakapan guru

Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran

keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data sekunder dapat

berupa dokumentasi tertulis yang terdapat di lapangan yang meliputi

program kerja, pedoman penyelenggaraan, pengumuman, notulen rapat,

63

Ibid., hal. 225.

Page 56: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

43

surat keputusan, laporan bulanan, triwulan, tahunan, yang ada di SMAN

10 Kota Jambi. Biasanya data ini terlebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang di luar penyelidik itu sendiri secara tidak langsung

meskipun data tersebut adalah data yang asli, jika diperoleh secara tidak

langsung dari sumbernya, maka data tersebut adalah data sekunder atau

data pendukung penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data terdiri atas jenis-jenis informasi yang diperoleh peneliti

dari subjek penelitiannya dan dijadikan sebagai responden atau informan,

yang menjadi responden adalah guru Pendidikan Agama Islam,

informannya adalah siswa. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai sumber

data ini guna menghimpun data yang berhubungan dengan kecakapan

guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua unsur,

yaitu:

a. Unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat

langsung dalam observasi serta partisipasi, dan unsur informan lain

yang terdiri atas guru Pendidikan Agama Islam SMAN 10 Kota Jambi,

kepala sekolah, dan siswa yang dipilih secara purposif.

b. Unsur non manusia sebagai data pendukung lainnya, baik berupa buku

maupun situasi atau objek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melalui empat teknik

utama, yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, studi

dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau trianggulasi.64 Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

64

Sugiyono, Metode...Op. Cit., hal. 309.

Page 57: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

44

1. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini penulis tidak terlibat langsung dalam kehidupan

orang yang diobservasi dan berkedudukan sebagai pengamat. Observasi

mempunyai banyak macamnya. Untuk memperdalam kajian kecakapan

guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi, maka

penulis memilih observasi terus terang. Dalam observasi jenis ini peneliti

menyatakan keterusterangannya kepada narasumber bahwa ia sedang

melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus

terang atau tersamar kepada narasumber untuk memperoleh data yang

sifatnya rahasia. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang,

maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.65

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi dengan

berinteraksi guru Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMAN 10 Kota

Jambi, untuk mengetahui sejauhmana kecakapan guru Pendidikan Agama

Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi. Selain itu, peneliti juga akan

melakukan observasi terhadap lingkungan penelitian yang dapat

mendukung objektivitas data penelitian, khususnya mengenai:

a. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam menyusun program silabus

dan RPP di SMAN 10 Kota Jambi.

b. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

d. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru

Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

65

Sugiyono, Op. Cit., hal. 310-317.

Page 58: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

45

2. Wawancara Mendalam

Peneliti juga menggunakan wawancara untuk mendukung kajian

tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10

Kota Jambi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam

percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Wawancara

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Dialog dilakukan pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).

Artinya bahwa wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik terhadap

responden, maupun terhadap informan.66

Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan,

berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang

baik terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. Pembukaan wawancara

adalah kata-kata tegur sapa, seperti nama ibu siapa, alamatnya dimana,

berapa anaknya, umurnya berapa dsb. Isi wawancara sudah jelas, yaitu

pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian.

Sedangkan, penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Bagian

ini dihiasa dengan kalimat-kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya

kira cukup sampai disini wawancara kita, terimakasih atas bantuan bapak,

bapak sudah banyak membantu saya, dsb. Bagian penutup biasanya

dihiasi dengan janji untuk ketemu lagi pada waktu lain. Metode

wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode

wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran

informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan

wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukukan berkali-

kali dan membutuhkan waktu yang lam bersama informan di lokasi

66

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 155.

Page 59: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

46

penelitian, hal mana kondisi ini tidak terjadi pada wawancara pada

umumnya.67

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap informan

berdasarkan sampel yang dipilih melalui teknik purposive sampling untuk

mendapatkan data tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMAN 10 Kota Jambi, khususnya mengenai:

a. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam memahami dan

melaksanakan kompetensi pedagogiknya dalam mendesain

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

b. Bagaiman desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

c. Bagaimana realitas kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

di SMAN 10 Kota Jambi?

d. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun program tahunan dan

semester di SMAN 10 Kota Jambi?

e. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun silabus di SMAN 10

Kota Jambi?

f. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun RPP di SMAN 10 Kota

Jambi?

g. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun kisi-kisi soal di SMAN 10

Kota Jambi?

h. Apa Prinsip-prinsip dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

i. Apa kesulitan dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

j. Bagaimana kecakapan guru dalam merencanakan desain

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

67

Sugiyono, Op. Cit., hal. 138-140.

Page 60: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

47

k. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10

Kota Jambi?

l. Bagaimana kecakapan guru melakukan evaluasi desain pembelajaran

di SMAN 10 Kota Jambi?

m. Apa faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

n. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru

mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi tidak begitu sulit, karena jika ada kekeliruan

sumber datanya masih tetap, belum berubah. Studi dokumentasi peneliti

lakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan

subjek penelitian berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi non

manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,

pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-

surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan

fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa

kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan

menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan sebagai

intrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan

dengan gambaran umum lokasi. Data yang diperoleh melalui dokumentasi

adalah data-data utama tentang masalah historis dan geografis, struktur

organisasi, program pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta

dokumen lain yang berkaitan dengan itu.

Page 61: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

48

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada

prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan sepanjang kegiatan

penelitian (during data collection), dan kegiatan yang paling inti mencakup

menyederhanaan data (data reduction), penyajian data (data display)

serta menarik kesimpulan (making conclusion). Reduksi data merupakan

serangkaian kegiatan pengorganisasian data sehingga dapat membantu

serta memudahkan peneliti dalam melakukan analisis selanjutnya.

Tumpukan data yang didapatkan di lapangan akan direduksi dengan cara

merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Sajian data merupakan upaya peneliti untuk

mendapatkan gambaran dari data yang telah diperoleh serta

hubungannya dengan fokus penelitian yang dilaksanakan, untuk itu sajian

data dapat dibuat dalam bentuk bagan, tabel dan lain-lain sebagainya.

Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data,

yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan

sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara dapat dibuat

terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian sedang

berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh data

dianalisis.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada

prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan sepanjang kegiatan

penelitian (during data collection), dan kegiatan yang paling inti mencakup

menyederhanaan data (data reduction), penyajian data (data display)

serta menarik kesimpulan (making conclusion).68 Hal ini dijabarkan

sebagai berikut:

68

Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohedi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 2007), hal. 16.

Page 62: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

49

1. Reduksi Data

Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai

kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan

dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui

ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang

lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-

angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya

adalah membuat rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan

informan. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur yang tidak

dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang

inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga.

Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data

yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk (1) proses

pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap

kelompok data, (2) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.

Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat

diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable, (3) membuat

koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian. Kegiatan lain yang

masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,

menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.

Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinu dan

oleh karena itu peneliti perlu sering memeriksa dengan cermat hasil

catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti dengan

informan.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data-

data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

Tumpukan data yang didapatkan di lapangan akan direduksi dengan cara

Page 63: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

50

merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Masalah kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMAN 10 Kota Jambi.

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, langkah berikutnya adalah

penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti

melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum

dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang mencerikan

secara panjang lebar temuan penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada skema di bawah ini:

Masa pengumpulan data

--------------------------------------

antisipasi selama pasca

penyajian data Analisis

selama pasca

penarikan kesimpulan/verifikasi

selama pasca

Skema Flow Model

Skema tersebut ada tiga alur utama pada penelitian kualitatif yaitu

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan. Sebagai suatu

jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data

dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut

analisis, dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan

interaktif. Di sini penelitian harus siap bergerak di antara empat (4)

“sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data. Selamanya bergerak

bolak-balik di antara kegiatan reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan/verifikasi selama waktu penelitian. Penyajian data mengenai

kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam

Page 64: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

51

meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi yang telah

direduksi melalui bab-bab yang sudah tersedia.

3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada

catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses

analisis data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik

kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara

dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian

sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh

data dianalisis.

F. Uji Keterpercayaan Data

Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam

penelitian dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan

diskusi sejawat.

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk terjun

langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang untuk

mendeteksi dan memperhitungkan distorsi (penyimpangan) yang mungkin

akan merusak data, baik distorsi peneliti secara pribadi, maupun distorsi

yang ditimbulkan oleh responden; baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. Dengan demikian, melalui perpanjangan keikutsertaan ini

diharapkan peneliti dapat menentukan distorsi yang terjadi dalam

penelitian sehingga peneliti dapat mengatasi hal ini. Berdasarkan pada

hal-hal tersebut di atas dan sebagaimana diketahui bahwa penelitian yang

direncanakan dilaksanakan tiga bulan, dan dikarenakan peneliti khawatir

akan terjadinya distorsi baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun

Page 65: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

52

yang distorsi yang berasal dari responden, maka dianggap perlu

menambah masa penelitian secara tidak resmi.

2. Ketelitian Pengamatan

Ketelitian pengamatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan

karakteristik dan elemen dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan

permasalahan atau isu yang sedang diteliti dan memfokuskannya secara

terperinci. Peneliti berupaya mengadakan observasi atau pengamatan

secara teliti dan rinci secara terus-menerus terhadap faktor-faktor yang

menonjol, dan kemudian peneliti menelaahnya secara terinci sampai pada

suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal akan kelihatan salah

satu atau keseluruhan faktor yang telah dipahami.

3. Trianggulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.69 Jadi dalam

hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan

dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan

sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.

69

Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 330.

Page 66: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

53

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.70

Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama,

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan

penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara

membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analisis lainnya.

Sedangkan, triangglasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu secara induktif dan secara logika.71

Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk

mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di

lapangan tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10

Kota Jambi dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui

dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data yang

diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.

4. Konsultasi Pembimbing

Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau

keabsahan yang merupakan suatu proses di mana seorang peneliti

mengekspos serta mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya

kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan

konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek

penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui teknik ini,

diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,

serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk

mengembangkan dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu

desain metodologis yang muncul.

70

Ibid., hal. 330-331. 71

Ibid., hal. 331-332.

Page 67: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

54

G. Rencana dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian dilakukan

dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan

hasil seminar, pengesahan judul dan izin riset, pengumpulan data,

verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis

melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kepada

sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan

perbaikan dan penggandaan laporan penelitian Tesis. Adapun jadwal

kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian No Kegiatan

2017

Juni Juli Agustus Sept Oktober November

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Pembuatan Proposal

x x x

2. Seminar dan Perbaikan Hasil Seminar

x

3. Pengumpulan Data

x x x x x x x x x x x x x

4. Verifikasi dan Analisa Data

x x x x x x x x x x x

5. Konsultasi pembimbing

x x

6. Perbaikan Munaqasah

x x x

7. Penggandaan Laporan

x x

Page 68: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

55

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Jambi berdiri tahun

1996 yang terletak di Jalan Depati Parbo RT. 44 Kelurahan Simpang IV

Sipin Kotamadya Jambi. Namun, sejalan dengan bergulirnya otonomi

daerah yang menyebabkan terjadinya pemekaran daerah telah membuat

alamat SMAN 10 Kota Jambi berubah menjadi Jalan Depati Parbo RT. 16

Kelurahan Pematang Sulur Kota Jambi. SMAN 10 Kota Jambi berjarak

lebih kurang 2 km dari pusat perkantoran Provinsi Jambi, berada di atas

areal 10.000 m2 yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Di sisi Timur

terdapat kompleks perumahan penduduk dan di sisi Barat terdapat jalan

raya yang menghubungkan sekolah ke berbagai tujuan. Lingkungan

SMAN 10 Kota Jambi sangat kondusif di tengah masyarakat yang

heterogen. Berada di pinggiran kota, bukan berarti SMAN 10 Kota Jambi

terisolir dalam hal transportasi. Letaknya strategis dan selalu dilalui oleh

masyarakat Kota Jambi. Akses jalan yang menghubungkan SMAN 10

Kota Jambi dengan pusat perkantoran Provinsi Jambi dan pusat Kota

Jambi cukup baik, beraspal yang lancar digunakan untuk kendaraan

dalam berbagai jenis dan bentuk.72

Bila dilihat dari segi sosial penduduk yang berada di sekeliling

sekolah, SMAN 10 Kota Jambi mendapat dukungan penuh dari

masyarakat lingkungan. Hal ini terlihat dari peran serta masyarakat untuk

mengawasi dan menginformasikan hal-hal penting berkaitan kemajuan

sekolah yang terjadi dan terlihat di sekitar lingkungan sekolah, misalnya

menginformasikan tempat persembunyian siswa yang minggat, tidak

menjual barang-barang yang tidak pantas dikonsumsi oleh siswa.

72

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

55

Page 69: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

56

Sedangkan mengenai penggunaan lahan dan instalasi umum SMAN 10

Kota Jambi adalah:

a. Luas Tanah Seluruhnya : 10.000 m2

b. Luas Bangunan : 2030 m2

c. Tanah Terpakai Semuanya : 6100 m2

d. Tanah Kosong : 3900 m2

e. Status Tanah : Hak Milik Negara

f. Listrik : 1300 watt

g. Telepon : ada

h. Ledeng : ada.73

2. Visi dan Misi Sekolah

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama, SMAN 10

Kota Jambi mempunyai Visi dan Misi. Misinya adalah “Cerdas dalam

Intelegensi (IQ), Emosi (EQ) dan Spritual (SQ) agar dapat bersaing di era

globalisasi melalui pendidikan bermutu serta lingkungan yang kondusif

dan asri.” Sedangkan visi ini dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai

berikut:

a. Mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Mewujudkan pendidikan dengan lulusan yang cerdas, terampil serta

memiliki keunggulan kompetitif di era globalisasi.

c. Melakukan pendidikan kewirausahaan/ekonomi kreatif untuk

mewujudkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja

sendiri.

d. Meningkatkan budaya gemar membaca, menulis dan penelitian ilmiah

serta inovatif dalam menyongsong perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK).

73

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 70: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

57

e. Mendorong terwujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, sehat dan

berwawasan lingkungan guna mendukung proses pembelajaran.74

Untuk mewujudkan visi sebagaimana terdapat di atas, SMAN 10

Kota Jambi menetapkan misi sebagai berikut:

a. Memberikan layanan pendidikan yang maksimal terhadap siswa yang

berorientasi keunggulan.

b. Memperbaiki pola sikap guru dan TU terhadap siswa sehingga terlihat

kepribadian pendidikan yang sejati.

c. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

d. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk

ikut dalam ekstrakurikuler dan kurikuler yang bersifat keunggulan.

e. Menumbuhkembangkan kesadaran dan kecintaan untuk

melaksanakan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari

di masyarakat.

f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mempelajari seni

dan budaya daerah Jambi sebagai acuan kehidupan bermasyarakat.

g. Melengkapi sarana dan prasarana pendukung.

h. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan belajar secara intensif

sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar.75

3. Struktur Organisasi

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki berbagai

kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Untuk mengatur

dan menyusun program kegiatan sekolah agar dapat berjalan dengan

lancar dan terorganisir, diperlukan suatu organisasi untuk pembagian

tugas secara merata dan profesional pengurus sekolah yang sesuai

dengan jabatannya masing-masing. Struktur sangat berperan penting

dalam setiap sekolah, untuk mencapai segala macam tujuan dan

perencanaan, maupun menyusun bersama-sama masalah pendidikan,

74

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017 75

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 71: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

58

maka dalam menjalankan tugas, kepala sekolah selalu dibantu oleh para

wakil kepala dan staf yang ada di sekolah tersebut.

Dengan adanya organisasi sekolah, maka kegiatan-kegiatan dalam

suatu sekolah dapat berbentuk, sehingga personil dapat memangku

jabatannya pada setiap program kegiatan penyelenggaraan di sekolah

dengan lancar dan terbentuk tata kerja yang baik menurut tugasnya

masing-masing serta penempatan dan pengaturan orang-orang dalam

kelompok dengan tepat. Berdasarkan tugas pokok, visi, misi, dan

program, SMAN 10 Kota Jambi dalam pelaksanaannya dipimpin oleh

seorang kepala sekolah dan empat orang wakil dengan bentuk stuktur

sebagai berikut:

Page 72: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

59

STRUKTUR ORGANISASI SMAN 10 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

(Sumber data: dokumentasi)76

76

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Drs.Saifullah, MM Kepala Sekolah

Kepala TU

Badriah Hanim

SISWA-SISWI

Keterangan:

___________ : Garis Komando

----------- : Garis Koordinasi

Komite Sekolah

Guru

Mata Pelajaran

Zulmaleni, S.Pd Mutu

Wali Kelas Guru

Pembina

Eti Erawati.S.Pd.

Kurikulum Saparhadi, S.Pd

Humas

Irpantoni, S.Sos Sarana

Page 73: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

60

Berdasarkan skema struktur organisasi di atas, maka jelas bahwa

dalam suatu organisasi sekolah, peranan kepala sekolah sangat penting

dan menentukan dimana setiap kegiatan yang menyangkut sekolah tidak

terlepas dari pengawasan kepala sekolah. Pembagian tugas struktur

SMAN 10 Kota Jambi adalah:

1. Kepala sekolah

a. Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.

b. Menyelenggarakan administrasi sekolah.

c. Membuat laporan berkala.

d. Mengkoordinator penerimaan siswa baru.

2. Wakil Kepala sekolah Urusan Kurikulum:

a. Menyusun program pengajaran.

b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c. Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan dan jadwal ujian akhir

d. Menerapkan krietria persyaratan naik/ tidak naik dan kriteria kelulusan.

e. Mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilain hasil belajar dan

STTB.

f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.

g. Menyusun laporan pelaksaan pelajaran.

h. Membina kegiatan MGMP.

i. Membina kegiatan sanggar PKG/MGMP/Media.

j. Menyusun laporan pendayagunaan sanggar PKG/MGMP/Media

k. Melaksanakan pemilihan guru teladan.

3. Wakil Kepala sekolah Urusan Mutu

a. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengedalian kegiatan

mutu pendidikan.

b. Membina organisasi berbasis mutu pendidikan.

c. Menyusun program dan jadwal manajemen kesiswaan berbasis mutu

pendidikan.

Page 74: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

61

4. Wakil Kepala sekolah Urusan Sarana Prasarana

a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana

b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana

c. Pengelola pembiayaaan alat-alat pengajaran

d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara

berkala.

5. Wakil Kepala sekolah Urusan Hubungan Masyarakat

a. Menyusun rencana hubungan masyarakat

b. Mengkoordinasikan hubungan masyarakat

c. Pengelola pembiayaaan hubungan masyarakat

d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan hubungan masyarakat secara

berkala.

6. Wali Kelas

a. Membuat daftar kelas.

b. Menyusun piket kelas

c. Menentukan peringkat kelas

d. Mengisi raport pada tiap semester

e. Membuat struktur kelas.

6. Tata Usaha:

a. Menyusun keuangan sekolah.

b. Mengelola keuangan sekolah.

c. Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.

d. Membina dan pengembangan karir pengawai tata usaha sekolah.

e. Menyusun adminitrasi perlengkapan sekolah.

7. Bagian Tenaga Pengajar (Guru). Tenaga pengajar bertugas

melaksanakan pendidikan atau pengajaran di sekolah meliputi:

a. Menyusun satuan pembelajaran yang akan diberikan

Page 75: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

62

b. Membimbing siswa dalam belajar

c. Memberikan pelajaran kepada siswa dengan baik dan ikhlas

d. Mencari bakat yang ada pada diri siswa.

8. Tugas Siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menerima pelajaran

yang diberikan oleh guru, mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan

di sekolah.77

Kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah itu, harus

ada kerja sama dengan baik, baik antara kepala sekolah dengan guru,

kepala sekolah dengan siswa bahkan kepala sekolah dengan wali siswa di

SMAN 10 Kota Jambi.

4. Guru, Tenaga Administrasi dan Siswa

Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah

penting didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat siswa

dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program

pembelajaran. Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran tentunya

didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Guru yang baik adalah guru yang memberikan pelajaran kepada siswanya

secara efektif dan efesien senantiasa membuat pelajaran, baik jangka

pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan,

memupuk dan mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran, serta

memberikan semangat dalam setiap proses pembelajaran. Untuk lebih

jelas mengenai data guru dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

77

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 76: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

63

Tabel 2 Keadaan Guru SMAN 10 Kota Jambi78

No Nama Pendidikan Tugas

1 2 3 4

1. Drs.Saifullah, MM S1/A.IV -

2. Zulmaleni, S.Pd S1/A.IV BK

3. Etti Maria, S.Pd S1/A.IV PPKN

4. Dra. Anna Fauziah S1/A.IV Sejarah

5. Lestari Puji Astuti, S.Pd S1/A.IV Kimia

6. Tiarma Silalahi, S.Pd S1/A.IV Matematika

7. Saparhadi, S.Pd S1/A.IV Biologi

8. Efendi, S.Pd S1/A.IV Matematika

9. Deswalman, S.Pd S1/A.IV IPA

10. Rosana Nasution, S.Pd S1 Biologi

11. Dra. Yulia Rasmi S1/A.IV IPA

12. Dra. Noni Desta Azrida S1/A.IV EKDP

13. Dra. Misparni S1/A.IV Komperasi

14. Mahdi, S.Ag S1/A.IV PAI

15. Dra. Nurseha S1/A.IV Bahasa Indonesia

16. Sinur Simanullang, S.Pd S1/A.IV Geografi

17. Surniati, S.Pd S1/A.IV Matematika

18. Cutranike, S.Pd S1/A.IV Akuntansi

19. Jon Khalid, S.Pd S1/A.IV Porkes

20. Evi Rahma Farni, S.Pd S1/A.IV Fisika

21. Jeki Candra, S.Pd S1/A.IV Penjas

22. Dra. Marwiyah S1/A.IV Bahasa Indonesia

23. Indrawati, S.Pd S1/A.IV Kimia

24. Juni Normalina, S.Pd S1/A.IV Bahasa Indonesia

25. Eti Erawati, S.Pd S1/A.IV Kimia

26. Elviza, S.Pd S1/A.IV Bahasa Indonesia

27. Ermiwati, S.Pd S1/A.IV Geografi

28. Hirim Rosmerita, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris

29. Rogayah, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris

30. Dra. Rayuna, M.Pd.I S2 Koperasi

31. Saini, S.Pd S1/A.IV BK

32. Sri Dian WW., S.P S1/A.IV Biologi

33. Rita Eryana, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris

34. Irpantoni, S.Sos S1/A.IV Sosiologi

35. Rosidin, S.Ag S1/A.IV PAI

36. Yantri Sri Rejeki, S.Sos S1/A.IV Sosiologi

37. Jompi Sariandi, S.Sn S1/A.IV Seni

38. Lela, M.Pd.Kons S2 BP

39. Jhony Heryanto M, S.Pd S1/A.IV Bahasa Jerman

78

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 77: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

64

1 2 3 4

40. Srf. Ermawati, S.Kom S1/A.IV Komputer

41. Ridni Eliza, S.Pd S1/A.IV BK

42. Lidiya Afdina, S.Pd S1 Sejarah

43. Andri Susilo, S.Pd S1/A.IV Penjas

44. Siti Rahmah, SP S1/A.IV Biologi

45. Ernawati Suryani, SH S1/A.IV Hukum Tata Negara

46. Mhike Suryawati, S.Sn S1/A.IV

47. Yusna Zen, S.Pt S1/A.IV

48. Abdul Muis, S.Ag S1/A.IV

49. Barmi Hartati, S.Pd S1/A.IV

50. Sarida Hertati, S.Pd.K S1/A.IV

Berdasarkan tabel 2 menjelaskan bahwa di SMAN 10 Kota Jambi

dimana semua guru yang mengajar di sekolah ini berjumlah 50 orang dan

guru yang mengajar di sesuai pendidikan mereka. Kemudian SMAN 10

Kota Jambi dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan

pembelajaran sangat membutuhkan tenaga non pengajar yang mengurus

semua kegiatan administrasi sekolah. Kondisi pegawai administrasi

Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Jambi pada tahun pelajaran

2017/2018 seperti tabel 3:

Tabel 3 Keadaan Pegawai SMAN 10 Kota Jambi79

No Nama Pendidikan Tugas

1. Badriah Hanim SMA Tata Usaha

2. Novi Susilawati SMA Tata Usaha

3. Jumiati SMA Tata Usaha

4. Santriani SMA Tata Usaha

5. Asna SMP Kebersihan

6. Nugroho SD Kebersihan

7. Ahmad Zulyaden SMA Satpam

8. M. Rusli SMA Satpam

Tabel di atas menjelaskan bahwa semua pegawai administrasi di

SMAN 10 Kota Jambi berpendidikan rendah, atau hanya tamatan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),

dan sekolah dasar (SD). Kemudian keseluruhan proses pendidikan di

79

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 78: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

65

sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini

berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung pada proses yang dialami siswa sebagai anak didik dalam

belajar. Meskipun banyak hal yang mempengaruhi dalam keberhasilan

belajar siswa, namun yang jelas keberhasilan siswa merupakan bagian

utama dari penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Jumlah siswa SMAN 10 Kota Jambi berjumlah 745 orang siswa.

Selengkapnya mengenai keadaan siswa lihat tabel 4:

Tabel 4 Keadaan Siswa SMAN 10 Kota Jambi80

No Nama Rombel Tingkat Kelas

Jumlah Siswa

L P Total

1 X IPS 1 10 18 18 36

2 X IPS 2 10 21 15 36

3 X IPS 3 10 24 12 36

4 X MIPA 1 10 10 26 36

5 X MIPA 2 10 10 26 36

6 X MIPA 3 10 14 22 36

7 X MIPA 4 10 13 23 36

8 XI IPS 1 11 20 13 33

9 XI IPS 2 11 22 11 33

10 XI IPS 3 11 17 16 33

11 XI IPS 4 11 17 17 34

12 XI MIPA 1 11 14 19 33

13 XI MIPA 2 11 16 19 35

14 XI MIPA 3 11 16 19 35

15 XI MIPA 4 11 14 20 34

16 XII IPS 1 12 15 15 30

17 XII IPS 2 12 15 16 31

18 XII IPS 3 12 16 15 31

19 XII MIPA 1 12 10 16 26

20 XII MIPA 2 12 8 18 26

21 XII MIPA 3 12 11 15 26

22 XII MIPA 4 12 6 20 26

23 XII MIPA 5 12 14 13 27

341 404 745

80

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 79: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

66

Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa SMAN 10 Kota Jambi dilihat

dari jumlah siswanya yang banyak atau tepatnya sebanyak 655 orang

siswa. Jumlah siswa selalu berubah-ubah/berfluktasi setiap semester dan

setiap tahun pelajaran. Hal ini dikarenakan adanya beberapa orang siswa

yang mengajukan pindah sekolah lain. Disisi lain ada beberapa siswa

yang mengajukan permohonan untuk diterima menjadi siswa SMAN 10

Kota Jambi.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Keadaan sarana dan

prasarana di SMPN 10 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2017/2018 seperti

tabel 5:

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 10 Kota Jambi81

No Jenis Jumlah Keterangan

1. Ruang Kelas 21 unit Baik

2. Ruang perpustakaan 1 unit Baik

3. Laboratorium IPA 1 unit Baik

4. Laboratorium Komputer 1 unit Baik

5. Laboratorium Bahasa 1 unit Baik

6. Ruang Jaga 1 unit Baik

7. Ruang guru 1 unit Baik

8. Ruang Kepala Sekolah 1 unit Baik

9. Ruang Tata Usaha 1 unit Baik

10. Aula 1 unit Baik

11. Papan Tulis 21 papan Baik

12. Meja Guru 50 meja Baik

13. Kursi Guru 50 kursi Baik

14. Meja Siswa 655 meja Baik

15. Kursi Siswa 655 kursi Baik

16. Parkir 1 unit Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh SMAN 10 Kota Jambi telah cukup memadai.

Dengan kondisi ini diharapkan guru bisa mengajar dengan maksimal di

81

Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017

Page 80: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

67

sekolah dan siswa bisa belajar dengan optimal di kelas. Sarana dan

prasarana yang dimaksud di sini adalah alat-alat yang dipergunakan atau

diperlukan dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran di SMAN

10 Kota Jambi, baik itu berupa gedung ataupun alat-alat lainnya yang

menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Tanpa sarana dan prasarana

yang lengkap maka tujuan pendidikan yang hendak diinginkan tidak akan

terlaksana dengan baik. SMAN 10 Kota Jambi sebagai lembaga

pendidikan formal tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dimiliki

sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran.

B. Temuan Penelitian

1. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

meliputi:

a. Kecakapan Mendesain dalam Program Pembelajaran

Kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran bisa dilihat pada

program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran di

antaranya kecakapan guru dalam membuat program tahunan dan

program semester. Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan

interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi

tertentu. Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan

maksimal guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Hasil

wawancara penulis dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan bahwa

setiap pembelajaran bidang studi apapun di sekolah ini maka diharuskan

setiap guru untuk membuat program tahunan dan program semester

sebagai bagian dari mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.82

82

Wawancara, 21 Juli 2017

Page 81: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

68

Program semester dapat dijadikan pegangan bagi pelaksanaan

belajar selama satu semester untuk pegangan mengajar di kelas. Dari

program semester ini masih perlu dijabarkan bagi program-program untuk

jangka waktu yang pendek misalnya silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pengajaran (RPP).83

Senada dengan hal tersebut maka peneliti mewawancarai RS, guru

Pendidikan Agama Islam dan kutipan wawancaranya adalah sebagai

berikut bahwa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka guru

yang memegang mata pelajaran tersebut ditekankan untuk membuat

program pembelajaran baik program tahunan dan program semester.84

Masih wawancara dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan

bahwa salah satu faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk

membangun sekolah ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya

adalah membuat lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di

tingkat sekolah yang sama dan hal itu bisa terwujud salah satunya adalah

jika guru tersebut membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu

dalam proses pembelajaran itu sendiri.85

Setelah diobservasi terlihat bahwa pembuatan perencanaan

program pembelajaran yang merupakan landasan utama bagi seorang

guru dalam pengajaran jangka waktu yang agak panjang nampaknya

direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan

pembelajaran tersebut meliputi program tahunan dan program semester.86

Perencanaan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan pada

jangka waktu memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang

akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya

untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran.

83

Observasi, 21 Juli 2017 84

Wawancara, 21 Juli 2017 85

Wawancara, 21 Juli 2017 86

Observasi, 21 Juli 2017

Page 82: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

69

Silabus dan RPP juga bagian terpenting dalam mendesain

pembelajaran. Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu

diakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran dari silabus,

seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan

pembeajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran. Hal ini berfungsi mengembangkan potensi peserta didik.

Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan

sebagai berikut untuk melakukan pembelajaran di kelas, maka terlebih

dahulu guru menyiapkan beberapa hal tentang pembelajaran itu sendiri.

Hal itu meliputi mempersiapkan silabus dengan memperhatikan standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,

alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam suatu

materi yang diajarkan nantinya di kelas.87

Observasi penulis sebagai berikut bahwa guru yang mengajar di

kelas XII mempersiapkan silabus yang mengkoordinasikan standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,

alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam silabus

tersebut. Guru dalam melakukan hal tersebut banyak mengambil dari

format yang sudah ada pada buku-buku pelajaran Pendidikan Agama

Islam.88 Dalam menyukseskan desain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, idealnya peserta didik dilibatkan dalam membuat silabus, untuk

mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,

kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi

untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta

didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,

dan curah pendapat.

Pada dasarnya yang menjadi isi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah apa yang tercantum dalam KTSP, tetapi

87

Wawancara, 24 Juli 2017 88

Observasi, 24 Juli 2017

Page 83: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

70

beberapa pengaturan kembali dilakukan untuk perluasan dan

kelengkapan sehingga membentuk suatu program pengajaran.

Wawancara dengan HS, guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan

bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dalam

pembelajaran bidang studi apapun di sekolah ini telah selesai saat

pembelajaran semester akan berlangsung sehingga, sehinggga guru

Pendidikan Agama Islam memiliki waktu untuk melihat kesalahan yang

terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kami

buat tersebut, walaupun tidak banyak.89

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini pada dasarnya

merupakan program harian. Isi dan alokasi waktu setiap satuan pelajaran

tergantung pada luas atau sempitnya pokok bahasan yang dicakupnya.

Suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) biasanya meliputi

rencana-rencana pengajaran yang dipersiapkan untuk satu kali pertemuan

di kelas. Sebagai pembanding informasi, maka penulis mewawancari guru

mata pelajaran lainnya yaitu RS, guru Pendidikan Agama Islam yang

mengatakan bahwa termasuk di dalamnya pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di tiap-tiap pokok bahasan yang akan

diajarkan dalam proses pembelajaran telah dibuat dengan baik serta

belajar dari pengalaman kesalahan yang lalu.90

Pengamatan penulis dimana tahapan perencanaan pembelajaran

mata pelajaran Al-Qur’an Hadist mempertimbangkan beberapa hal pokok

seperti psikologis anak didik, pemilihan metode sesuai dengan pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).91 Tahapan perencanaan

pembelajaran telah memperhatikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), maksudnya adalah tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran yang telah diajarkan sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), misalnya tentang ibadah,

maka yang dipelajari adalah tentang semua bentuk ibadah.

89

Wawancara, 24 Juli 2017 90

Wawancara, 24 Juli 2017 91

Observasi, 24 Juli 2017

Page 84: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

71

Implementasi Kurikulum 2013 menuntut semua orang yang terlibat

di dalamnya, baik di pusat maupun di daerah, khususnya guru dan kepala

sekolah sebagai ujung tombak pembelajaran, untuk senantiasa berijtihad

dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan, baik secara global, nasional,

maupun lokal. Dalam implementasi kurikulum pemerintah memberikan

kesempatan kepada guru untuk melakukan improvisasi terhadap

kurikulum yang akan diterapkannya.

Seorang guru dengan kecakapannya untuk menyiapkan

pembelajaran secara kreatif dan menarik siswa untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana guru

mendesain pembelajaran dengan memperhatikan beberapa aspek. Di

antaranya:

b. Kecakapan Mendesain dalam Melaksanakan Pembelajaran

Kecakapan mendesain guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

pendidikan agama Islam meliputi:

1) Menganalisis Latar Belakang Siswa

Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan adalah

dengan pengembangan program tahunan, semester, satuan pelajaran dan

rencana pengajaran yang dibuat sebelum guru mengajar. Perencanaan

pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan pada jangka

waktu tertetu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru dalam

mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk

memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran. Hasil wawancara penulis dengan SF, kepala sekolah yang

mengatakan bahwa setiap pembelajaran mata pelajaran apapun di

sekolah ini maka diharuskan setiap guru untuk membuat perencanaan

pembelajaran yang meliputi program jangka penjang maupun program

jangka pendek.92

Wawancara tersebut menjelaskan bahwa perencanaan

pembelajaran yang dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen

92

Wawancara, 27 Juli 2017

Page 85: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

72

pembelajaran seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta

penilaian pembelajaran. Hal ini berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam

yang mengatakan bahwa untuk mendesain pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, maka terlebih dahulu guru menyiapkan beberapa hal

tentang kondisi siswa dalam pembelajaran itu sendiri. Hal itu meliputi

mempersiapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,

kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran dalam suatu materi yang akan diajarkan nantinya di kelas.93

Observasi penulis sebagai berikut bahwa guru Pendidikan Agama

Islam mempersiapkan desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan pertimbangan siswa yaitu membuat silabus dan RPP yang

memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,

kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran dalam Silabus dan RPP tersebut. Guru dalam melakukan

hal tersebut banyak mengambil dari format yang sudah ada pada buku-

buku pelajaran Pendidikan Agama Islam.94

Wawancara dengan HS, guru Pendidikan Agama Islam

mengatakan bahwa desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

nampaknya direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan

pembelajaran tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan

pembelajaran dan rencana pembelajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi

dari program semester adalah apa yang tercantum dalam perencanaan

selama satu semester, tetapi beberapa penilaian kembali dilakukan untuk

perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program

pembelajaran.95

Wawancara dengan EE, waka kurikulum mengatakan bahwa

pembuatan perencanaan program pembelajaran nampaknya

93

Wawancara, 27 Juli 2017 94

Observasi, 27 Juli 2017 95

Wawancara, 27 Juli 2017

Page 86: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

73

direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan

pembelajaran tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan

pembelajaran dan rencana pembelajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi

dari program semester pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

adalah apa yang tercantum dalam kurikulum, tetapi beberapa pengaturan

kembali dilakukan untuk perluasan dan kelengkapan sehingga

membentuk suatu program pembelajaran. 96

Dalam menyukseskan desain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, idealnya peserta didik dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran,

untuk mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta

penilaian pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis

evaluasi untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan

peserta didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi

kelompok, dan curah pendapat. Hasil wawancara penulis dengan SF,

kepala sekolah yang mengatakan bahwa salah satunya wujud

peningkatan mutu pembelajaran adalah membuat desain pembelajaran

dengan membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam

proses pembelajaran itu sendiri. Hanya saja siswa tidak dilibatkan dalam

hal ini.97

Untuk mensukseskan implementasi kurikulum perlu ditunjang oleh

guru yang berkualitas yang mampu menganalisis, menafsirkan, dan

mengaktualisasikan pesan-pesan kurikulum kedalam pribadi peserta didik.

Di samping itu, perlu ditunjang pula oleh kepala sekolah yang profesional,

demokratis dan transparan. Setelah diobservasi terlihat bahwa pembuatan

perencanaan program pembelajaran yang merupakan landasan utama

bagi seorang guru, meskipun tidak melibatkan siswa secara tidak

langsung. Program mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan pembelajaran dan

96

Wawancara, 27 Juli 2017 97

Wawancara, 28 Juli 2017

Page 87: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

74

rencana pengajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi dari program

semester pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah apa yang

tercantum dalam silabus, tetapi beberapa pengaturan kembali dilakukan

untuk perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program

pengajaran.98

Guru merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebab bagaimanapun

baiknya suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan

kompetensi guru maka dalam implementasinya di sekolah akan

menemukan kegagalan. Hasil wawancara penulis dengan DY, kepala

sekolah yang mengatakan bahwa tahapan mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam hendaknya memperhatikan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar, maksudnya adalah harus tetap mengacu kepada

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran yang telah

diajarkan harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar, misalnya tentang sholat.99

Hasil wawancara penulis dengan waka kurikulum yang mengatakan

bahwa dalam menyukseskan suatu kurikulum, idealnya peserta didik

dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran, untuk mengidentifikasi

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan

pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi

untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta

didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,

dan curah pendapat.100

Setiap pembelajaran bidang studi apapun di SMA Negeri 10 Kota

Jambi ini maka diwajibakn setiap guru untuk membuat mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi program jangka

penjang maupun program jangka pendek. Hal ini dikarenakan salah satu

98

Observasi, 28 Juli 2017 99

Wawancara, 28 Juli 2017 100

Wawancara, 28 Juli 2017

Page 88: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

75

faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk membangun sekolah

ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya adalah membuat

lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di tingkat sekolah yang

sama. Hal itu bisa terwujud salah satunya adalah jika guru tersebut

membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam proses

pembelajaran itu sendiri.

Kurikulum saat ini juga menuntut kemandirian guru untuk membina

hasrat belajar peserta didik. Membina hasrat belajar dapat dilakukan

melalui berbagai cara, antara lain dengan mendayagunakan fasilitas dan

sumber belajar secara optimal agar kurikulum yang sudah dirancang

dapat dilaksanakan secara optimal pula. Karena melalui kurikulum sekolah

dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi

kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan

berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen pendidikan yang

ditetapkan pemerintah. Dalam implementasi kurikulum guru juga harus

mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis dan

sistematis sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang

dilakukannya dalam menyukseskan implementasi kurikulum tingkat satuan

pendidikan.

2) Menganalisis dan Memahami Tujuan

Realisasi desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Keterlibatan Kementerian

Agama dalam hal ini telah banyak memberikan bantuan kepada SMA

Negeri 10 Kota Jambi dalam pembinaan kurikulum. Secara formal,

tuntutan SMA Negeri 10 Kota Jambi terhadap pendidikan juga

diterjemahkan dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana

besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di masa depan seperti

transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi

dari sistem pemerintahan sentralistis ke sistem pemerintahan

disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan

tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat

Page 89: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

76

kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca,

sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni,

hidup sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini

harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan,

lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.

Berikut keterangan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang

mengatakan bahwa kecakapan guru memahami tujuan yang didesain

sudah baik yang diwujudkan dalam bentuk silabus yang memperhatikan

standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru mengembangkan silabus

sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam

materi standar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian.101

Setiap pembelajaran mata pelajaran apapun di SMA Negeri 10

Kota Jambi ini maka kepada sekolah mewajibkan setiap guru untuk

membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi program jangka

penjang maupun program jangka pendek. Hal ini dikarenakan salah satu

faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk membangun sekolah

ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya adalah membuat

lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di tingkat sekolah yang

sama. Hal itu bisa terwujud salah satunya adalah jika guru tersebut

membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam proses

pembelajaran itu sendiri.

Dengan perkataan lain, dia telah memperhitungkan kemungkinan

dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakannya, yang mana

setiap tindakan tersebut berlandaskan pendidikan, sebagai perwujudan

dari ketanggapan yang beralaskan kearifan dan seorang guru

keilmuannya akan lebih nampak jika guru tersebut mengembangkan

kinerjanya sebagai petugas pelayanan ahli. Dengan demikian juga

diharapkan munculnya sosok guru yang ideal dan profesional dalam

menjalankan tugasnya.

101

Wawancara, 28 Juli 2017

Page 90: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

77

Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah sebagai berikut

bahwa desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu kepada

sekolah merencanakan pengembangan standar kompetensi dan

kompetensi dasar, guru mengembangkan silabus sebagai penjabaran

standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi standar,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Dalam implementasinya silabus dijabarkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kemudian dilaksanakan, dievaluasi,

dan ditindak lanjuti oleh masing-masing guru.102

Guru dengan kempetensinya senantiasa mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan menyiapkan materi, penguasaan dan

pemahaman yang mumpuni, sehingga ia mampu untuk menjawab

kebutuhan peserta didik dalam interaksi pembelajaran. Dengan demikian

guru telah mampu menyiapkan materi ajar sesuai dengan standar yang

ada, dan kualitas pembelajaran terwujud sebagaimana yang diharapkan.

Guru menguasai bahan ajar dengan baik, ini menandakan ia telah

memahami dan menguasai kurikulum yang ada, dan kaitannya dengan

bidang studi yang diajarkannya. Ketika kondisi ini yang terjadi maka

dapatlah dikatakan sebagai barometer awal seorang guru tersebut telah

memiliki kompetensi dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.103

Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi belum

memahami dengan baik KTSP sesuai kompetensinya. Penguasaan

bidang layanan dalam bidang keguruan berarti kemampuan merancang

dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memahami taktik dan

prosedur yang baik dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan

pencapaian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang

diajarkan. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang

mengatakan bahwa kepala sekolah mengintruksi kepada semua guru

untuk membuat perangkat pembelajaran, tapi hanya instruksi tanpa

102

Wawancara, 31 Juli 2017 103

Observasi, 31 Juli 2017

Page 91: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

78

adanya kontrol sehingga guru-guru hanya membuat perangkat

pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing.104

Sumber yang digunakan guru dalam menunjang proses

pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah buku-buku rujukan, seperti

referensi atau literatur-literatur, baik yang digunakan untuk menyusun

silabus dalam mengajarkan ataupun bahan ajar yang disampaikan ketika

pembelajaran berlansung belum memadai. Di sisi lain bahan yang

dimaksud bisa juga berarti sesuatu perangkat yang dibutuhkan dalam

menunjang pembelajaran sesuai dengan karakteristik pelajaran yang

dimaksud.

Guru kesulitan mengembangkan desain pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Kemudian, silabus dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan ditindaklanjuti oleh guru Pendidikan Agama

Islam.105 Dengan demikian, tujuan perencanaan pembelajaran perlu

dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen silabus yaitu identifikasi,

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar,

indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/ alat.

Guru yang baik akan meningkatkan desain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, menekuni kewajibannya dengan penuh loyal

dan konsisten. Mereka tidak menganggap pekerjaan guru sebagai

sambilan atau sementara, apabila ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya,

maka statusnya sebagai guru akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya

dibiarkan terlantar.

Mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan

perwujudan nyata bagi pencapaian tujuan utuh Kurikulum 2013. Ini berarti

seorang guru yang profesional memahami apa yang diajarkannya dan

tidak kalah pentingnya menyadari benar mengapa mereka menempatkan

pilihan terhadap sesuatu kegiatan pembelajaran.

104

Wawancara, 31 Juli 2017 105

Observasi, 31 Juli 2017

Page 92: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

79

3) Pemilihan Metode yang Tepat

Kurikulum 2013 juga menuntut kemandirian guru untuk membina

hasrat belajar peserta didik. Membina hasrat belajar dapat dilakukan

melalui berbagai cara, antara lain dengan mendayagunakan fasilitas dan

sumber belajar secara optimal agar kurikulum yang sudah dirancang

dapat dilaksanakan secara optimal pula. Karena melalui Kurikulum 2013

sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga

yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri,

maju, dan berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen

pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini dijelaskan juga oleh

kepada sekolah sebagai berikut bahwa dalam mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam guru juga harus mampu mengembangkan

metode pembelajaran yang baik, logis dan sistematis sehingga guru dapat

mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya dalam menyukseskan

implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan.106

Dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dibutuhkan berbagai cara atau strategi dan metode yang dapat digunakan

dalam mencapai target atau orientasi pembelajaran yang diinginkan.

Seorang guru dapat memilih metode ceramah, tanya jawab, diskusi,

demonstrasi, percobaan atau eksprimen, latihan atau simulasi, kerja

kelompok, karya wisata dan sosio drama atau bermain peran. Metodae ini

juga dapat dipilih sesuai dengan topik dan materi atau karakteristik dari

bidang studi yang diasuh oleh guru yang bersangkutan. Sementara untuk

menunjang pembelajaran juga di butuhkan media pembelajaran, seperti:

media televisi, OHP,VCD, dan lain-lain. Metode dan media ini akan

memberikan kemudahan kepada guru yang akan mengajar.107

Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam bahwa

untuk melaksanakan pembelajaran di kelas ada beberapa yang

dipersiapkan sebagaiman instruksi kepala sekolah, yaitu menyusun

106

Wawancara, 31 Juli 2017 107

Observasi, 31 Juli 2017

Page 93: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

80

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar RPP yang disusun lebih

efektif dan efesien dilakukan pemetaan kompetensi dasar per unit,

melakukan analisis waktu, menyusun program tahunan atau program

semester dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, termasuk

mempertimbangkan variasi metode yang digunakan.108

Hasil observasi terhadap aktivitas guru dijelaskan bahwa desain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipersiapkan guru dengan

membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipersiapkan

meliputi hala-hal sebagai berikut yaitu mengidentifikasi dengan mengisi

kolom identitas, menentukan alokasi waktu, menentukan standar

kompetensi, kompetensi dasar serta indikator, merumuskan tujuan

pembelajaran, mengidentifikasi materi pokok, menentukan metode

pembelajaran, merumuskan langkah-langkah pembelajaran kegiatan awal,

kegiatan inti, kegiatan akhir, menyusun kriteria penilaian, lembar

pengamatan, contoh soal dan teknik penskoran.109

Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah mengatakan bahwa

strategi yang ditempuh guru dalam mendesain pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran dimana guru

dalam pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi diwajibkan

mewujudkan pendekatan student centered bagi guru dengan melakukan

variasi metode dalam pembelajaran.110

Temuan di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan student

centered adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

artinya pemilihan metode pembelajaran yang bisa memberikan peluang

siswa aktif dalam pembelajaran seperti diskusi, praktikum, tanya jawab,

kerja kelompok, tugas mandiri dan lainnnya. guru juga berusaha

menghindari dari metode yang berpusat pada guru seperti ceramah dan

demonstrasi.

108

Wawancara, 1 Agustus 2017 109

Observasi, 1 Agustus 2017 110

Wawancara, 1 Agustus 2017

Page 94: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

81

Guru sebagai perancang pengajaran perlu memiliki pengetahuan

dan keterampilan dalam menyusun desain pengajaran. Desain pengajaran

merupakan alat yang dapat membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran secara efektif.

c. Kecakapan Mendesain Guru dalam Evaluasi Pembelajaran

Pengetahuan guru tentang cara menyusun desain pengajaran

memang tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil

dalam menyusun desain pelajaran. Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada

sekolah mengatakan bahwa hal demikian memerlukan latihan dan kerja

sama antara kepala sekolah dan guru (terutama mengajar mata pelajaran

yang sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat

kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan

balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan

untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.111

Berdasarkan pengamatan penulis di atas bahwa desain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu guru mengendaki guru membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun secara sistematis, utuh dan

menyeluruh dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi

pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran

sesuatu apa yang direncanakan.112

Penilaian dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

sebagai alat ukur untuk melihat sejauh mana kemampuan atau

kompetensi yang telah didapat atau dimiliki oleh siswa dala topik

pembelajaran tertentu. Ada banyak teknik evaluasi yang dapat

diguanakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan anak didik.

Adapun bentuk instrumen yang dipilih guru dalam desain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam antara lain bentuk pilihan ganda, uraian objektif,

111

Wawancara, 1 Agustus 2017 112

Observasi, 1 Agustus 2017

Page 95: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

82

uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja dan

portofolio.113

Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah mengatakan bahwa

Ada banyak teknik evaluasi yang dapat dipilih sebagai instrumen untuk

mengukur kemampuan anak didik misalnya bentuk pilihan ganda, uraian

objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja dan

portofolio.114 Maksud yang ingin dicapai oleh guru tentang tingkat

kemampuan siswa dalam belajar dapat diketahui melalui pos tes yang

diberikan, itu artinya untuk mengetahui keberhasilan guru selama

pembelajaran dapat dijelaskan atau dinilai melalui pos tes yang dilakukan.

Hal ini juga sebagai barometer untuk mengetahui daya tangkap dan

ketercapaian siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu.

Pelaksanaan penilaian dalam hal ini ingin mengetahui hasil belajar

siswa mestinya berlangsung terus menerus setiap kali selesai

memberikan materi pelajaran dan di akhir pertemuan dalam satu waktu

tertentu. Berangkat penjelasan ini, pertanyaannya adalah apakah semua

guru profesional dalam mengajar dan mendidik? atau lebih jelasnya lagi

adalah apakah semua guru mengerti dan memiliki pengetahuan yang

jelas tentang penilai hasil belajar, terutama berdasarkan Kurikulum 2013.

Sebab, berdasarkan karakretistik manusia, setiap manusia (guru termasuk

di dalamnya) itu sendiri memiliki tingkat penguasaan terhadap sesuatu

berbeda-beda, hal ini berlaku juga pada pengetahuan mereka tentang

sistem penilaian hasil belajar siswa berbasis kompetensi yang baik.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

Faktor yang mempengaruhi kecakapan guru Pendidikan Agama

Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi adalah:

113

Observasi, 1 Agustus 2017 114

Wawancara, 1 Agustus 2017

Page 96: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

83

a. Faktor Pendukung

Faktor Penyelenggaraan Pelatihan Guru. Upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kurangnya koordinasi dengan instansi terkait yakni

mengadakan kerjasama dengan semua pihak. Hasil wawancara dengan

HR menegaskan bahwa kurangnya koordinasi dengan instansi terkait

memang berpengaruh terhadap pembelajaran. Upaya pihak sekolah

mengatasi hal ini dengan melakukan kerja sama dengan semua pihak.115

Pihak sekolah segera melakukan koordinasi dengan Dinas

Pendidikan Provinsi Jambi. Melalui koordinasi ini, pihak sekolah dapat

mengikuti organisasi guru yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Kegiatan ini dilakukan di

bawah koordinasi Dinas Pengawas Sekolah, dan untuk setiap mata

pelajaran dipimpin langsung oleh guru senior yang ditunjuk oleh kepala

sekolah. Guru juga dapat mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, seminar

maupun lokakarya.

Hal ini ditegaskan oleh RS, guru Pendidikan Agama Islam yang

mengatakan bahwa Melalui organisasi guru MGMP dan KKG, guru untuk

setiap mata pelajaran bisa melakukan kegiatan rutin bertemu satu kali

setiap minggu guna menyusun strategi pembelajaran dan mengatasi

masalah yang muncul. Di samping itu, MGMP dan KKG bisa mengundang

para ahli pendidikan di luar, baik ahli subtansi mata pelajaran untuk

membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau

membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai

metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam

membentuk kompetensi tertentu. Guru juga dapat mengikuti pelatihan,

seminar maupun lokarya untuk meningkatkan pemahaman terhadap

mendesain pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.116

Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam mengatakan

bahwa ia pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini sangat

115

Wawancara, 3 Agustus 2017 116

Wawancara, 3 Agustus 2017

Page 97: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

84

bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan penulis dalam

mengajar.117 Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa upaya yang

dilakukan dalam mengatasi kurangnya koordinasi dengan instansi terkait

yaitu pihak sekolah melakukan kerja sama dengan semua pihak dan

segera melakukan koordinasi dengan Depertemen Agama Kabupaten

Sarolangun. Melalui koordinasi ini pihak sekolah dapat mengikuti MGMP

dan KKG maupun pelatihan Kurikulum 2013, seminar dan lokakarya.

Kepala sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan untuk memberikan

pengayoman kepada setiap guru untuk bisa melaksanakan peningkatan

kualitas guru secara layak dan maksimal. RS, guru Pendidikan Agama

Islam mengatakan bahwa guru memperoleh manfaat dari pelatihan-

penataran yang diadakan oleh sekolah tersebut, terutama dalam

peningkatan inovasi-inovasi pembelajaran berbasis kurikulum saat ini

serta mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran modern.

Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang guru yang mengikuti

pelatihan mengatakan dengan adanya pelatihan guru mendapat informasi

baru dan perkembangan dunia pendidikan luar, guru tahu bahwa dunia

pendidikan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, jadi

dengan adanya pelatihan guru akan mampu berinovasi dalam

mengajar.118

Masih menurut RS, pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah

penataran dan pelatihan tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut

dari penilaian kinerja. Hanya saja tidak semua guru memperoleh

kesempatan untuk dikirim keluar, tergantung permintaan dari pihak yang

mengundang.119

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengiriman peserta untuk

mengikuti pelatihan keluar baik nasional maupun lokal tidak didasarkan

pada kebutuhan sekolah, tetapi lebih didasarkan pada program

117

Wawancara, 3 Agustus 2017 118

Wawancara, 3 Agustus 2017 119

Wawancara, 7 Agustus 2017

Page 98: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

85

dinas/instansi pelaksanaan sehingga tema-tema pelatihan yang

ditawarkan juga adalah tema-tema umum, jika ada tema pelatihan seperti

penataran guru mata pelajaran jumlahnya pun sangat terbatas sehingga

tidak menyentuh kebutuhan guru Pendidikan Agama Islam.

Pengiriman peserta untuk mengikuti program pelatihan keluar adalah

positif untuk meningkatan mutu guru, hal ini dapat dilihat dari adanya

kemajuan yang dirasakan oleh peserta yang telah mengikuti pelatihan.

Hanya saja ketergantungan terhadap program yang dilaksanakan di luar

tersebut menyebabkan manajemen sekolah tidak memiliki inisiatif untuk

melaksanakan pelatihan sendiri dengan tema-tema yang lebih membumi

sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu guru. Di samping

melakukan kebijakan pengiriman peserta untuk mengikuti program

pengingkatan di luar, manajemen sekolah juga harus memiliki kebijakan

program peningkatan ke dalam.

Peningkatan mutu pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah

sebagai agent of change perubahan melalui kegiatan pembenahan

kompetensi guru dengan wadah pembinaan sosial yang tepat. Kenyataan

menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh

sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam

mengembangkan kualitas guru dalam menerapkan kurikulum.

Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di

SMA Negeri 10 Kota Jambi di mana guru Pendidikan Agama Islam juga

menyusun silabus dalam mengajar pada mata pelajaran tersebut.

Sebelum mengajar, terlihat guru membuat sejumlah acuan atau persiapan

mengajar. Pengamatan terhadap guru Pendidikan Agama Islam yang

mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi telah menyusun silabus dalam

mengajar pada mata pelajaran tersebut. Guru mengajar di kelas dengan

persiapan sebelum masuk kelas untuk memberikan materi pelajaran.120

Berdasarkan pengamatan terhadap guru Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 10 Kota Jambi di atas dapat dipahami bahwa guru membuat

120

Observasi, 7 Agustus 2017

Page 99: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

86

sejumlah perencanaan dalam mengajar. Mengenai sosialisasi kurikulum

saat ini, berikut wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam

yang mengatakan bahwa sosialisasi kurikulum saat ini di SMA Negeri 10

Kota Jambi dilakukan dengan melakukan membentuk kerja kelompok

rekan sejawat. Dengan adanya kelompok ini guru dapat berdiskusi dan

bertukar informasi mengenai kondisi pembelajaran dan kondisi belajar

siswa di kelas. Dengan demikian, guru memiliki wadah untuk mengenal

kurikulum lebih jauh dan lebih mendalam.121

Upaya guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi

dalam usaha peningkatan kompetensi mengajarnya yaitu meliputi ikutserta

dalam pertemuan ilmiah. Dalam hal ini 1 orang guru telah mengikuti

kegiatan pelatihan. Hal ini agar guru memiliki profesionalitas dalam

mengajar seperti keharusan dalam membuat perencanaan, lebih

memberhatikan prinsip-prinsip belajar siswa seperti motivasi dan masalah

lain pada siswa

Guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi melakukan upaya secara terus-

menerus untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran di sekolah

melalui peningkatan profesionalitas guru. Kondisi ini mempermudah upaya

peningkatan perancangan rencana pembelajaran pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

Faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah. Manajemen Kurikulum

2013 yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu guru

dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran. Wawancara dengan SF, kepala sekolah mengatakan

dalam kurikulum, peran guru yang didukung kepala sekolah hanyalah

sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru dituntut mempunyai tujuh sikap

yaitu tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya,

dapat lebih mendengarkan peserta didik, mau dan mampu menerima ide

peserta didik yang inovatif dan kreatif, lebih meningkatkan perhatiannya

terhadap hubungan dan peserta didik, dapat menerima balikan (feedback)

121

Wawancara, 7 Agustus 2017

Page 100: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

87

baik yang positif maupun yang negatif, toleransi terhadap kesalahan yang

diperbuat peserta didik.122

Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi tidak

selamanya berjalan lancar. Berbagai faktor pendukung tetap membuat

guru terbantu saat mengajar. Dari hasil wawancara dengan kepala

sekolah, SF, mengatakan bahwa selaku kepala sekolah memberikan

dukungan sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk bisa

mendesain pembelajaran secara memadai, meskipun masalah koordinasi

masih dirasakan kurang sekali.123

Lebih lanjut penulis kemukakan dari hasil wawancara dengan guru,

RS, mengatakan bahwa sebagai guru khususnya guru sangat menyadari

bahwa dalam penerapan Kurikulum 2013 ini sangat dibutuhkan kerja

keras sehingga lebih meningkatkan kualitas dalam mendesain

pembelajaran. Dorongan dan semangat dari seluruh lingkungan sekolah,

khususnya kepala sekolah yang selalu siap untuk berbagi informasi dalam

penyusunan kurikulum.124

Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu

atau beberapa motif yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu

tujuan belajar. Guru selalu bekerja sama dengan kepala sekolah dalam

mendesain pembelajaran, hal itu sudah dilakukan sejak awal tahun

pelajaran yang akan dihadapi pihak sekolah. Kepala sekolah memang

selama ini telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada seluruh guru

termasuk guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Salah

satu dukungan tersebut seperti kewajiban guru membuat silabus/RPP.

Dengan membuat rencana pembelajaran seperti ini, maka guru mengajar

menjadi terarah dan terukur sesuai rencana yang ada.

Berdasarkan hasil observasi, beberapa faktor pendukung dalam

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena adanya

dukungan kepala sekolah, dukungan internal yang datang dari dalam diri

122

Wawancara, 7 Agustus 2017 123

Wawancara, 10 Agustus 2017 124

Wawancara, 10 Agustus 2017

Page 101: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

88

guru itu sendiri. Faktor yang mendukung mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam setiap mata pelajaran di SMA Negeri 10

Kota Jambi ini sangat membantu peningkatan mutu guru selama ini.125

Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat

ditentukan oleh sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala

sekolah di dalam meningkatkan kompetensi guru. Keberhasilan sekolah

ditunjukkan dengan kinerja kepala sekolah. Oleh sebab itu, kepala

sekolah harus memahami dan mengembangkan keterampilan dalam

melaksanakan perubahan melalui kesiapan guru dalam mengajar, apabila

kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih efektif.

b. Faktor Penghambat

Faktor Kreativitas Guru. Setiap orang yang menerima pengaruh

dari seorang atau kelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan.

Sebagai objek pendidikan, kepala sekolah memiliki kedudukan yang

menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak

mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran kepala sekolah sebagai

pembina. Berdasarkan hasil observasi penulis sebagai berikut bahwa

kondisi disiplin guru masih rendah dalam menyiapkan perangkat mengajar

sesuai Kurikulum 2013, sehingga masih ditemukan guru yang tidak sesuai

jadwal dalam membuat perangkat mengajar atau kelengkapan perangkat

mengajar yang masih banyak kurangnnya.126

Wawancara dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan bahwa

Kondisi lain yang membuat penghambat mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi terkesan kurang

efektif adalah disiplin pada diri guru Pendidikan Agama Islam.127

Ada guru yang tidak disiplin karena guru tersebut masih banyak

yang dikerjakan selain aktivitas di sekolah. Kondisi ini menjadikan

kegiatan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

dilakukan kepala sekolah terhambat.

125

Observasi, 10 Agustus 2017 126

Observasi, 10 Agustus 2017 127

Wawancara, 10 Agustus 2017

Page 102: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

89

Hasil observasi penulis dimana bahwa disiplin guru di sekolah

memang masih rendah, dimana ada guru yang tidak guru yang tidak

membuat perangkat mengajar tepat waktu.128 Berdasarkan semua itu,

maka dapatlah dipahami bahwa yang menjadi hambatan dalam aktifitas

belajar adalah kurang/tidak adanya minat dan motivasi belajar. Untuk itu

guru perlu menemukan formula yang baik dalam memecahkan masalah ini

dengan terus meningkatkan pengetahuan secara personal.

Pengalaman mengajarkan di sini adalah lamanya masa kerja atau

pengabdian yang telah dilalui oleh seorang guru dalam menjalani

profesinya sebagai seorang guru dalam dunia pendidikan di sekolah.

Pengalaman mengajarkan atau masa kerja guru merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran. Sebab semakin lama

seseorang bergelut dalam suatu bidang kerja, itu akan mempengaruhi

kompetensi yang akan dimilikinya, hal ini sebagai suatu pertanda

kematangan dalam jam kerja dan lamabya waktu pengabdian kerja akan

berimplikasi terhadap kemampuan mengajarkan seorang guru.

Wawancara dengan SF, Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi sebagai

berikut bahwa pengalaman mmengajar atau masa kerja sangat

mendukung terlaksananya desain pembelajaran, karena guru tersebut

sudah lama yang namanya mendidik dan memberi pembelajaran bagi

peserta didik. Meskipun demikian, problematika mutu selama ini adalah

kurangnya pengalaman guru dalam pembelajaran, karena kurang

pelatihan yang diikuti guru. Karena pengalaman itu pula, maka sehingga

tidak banyak alternatif model desain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam yang dibuat guru.129

Berdasarkan temuan di lapangan, ada beberapa hal yang menjadi

faktor mendesain pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu guru tidak

dijalankannya konsep kurikulum secara benar, yaitu kurangnya evaluasi

terhadap desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh kepaa

128

Observasi, 10 Agustus 2017 129

Wawancara, 14 Agustus 2017

Page 103: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

90

sekolah dan pengawas dalam melakukan tugasnya memberikan

bimbingan teknis terhadap elemen sekolah yang kurang intensip karena

pengawas terkadang tidak pernah melaksanakan hal itu.

Permasalahan lain adalah kurangnya pemberdayaan MGMP. Faktor

yang memperngaruhi belum efektifnya peningkatan kompetensi guru

adalah bahwa MGMP sebagai forum musyawarah para guru untuk

berbagai pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

ditentukan dalam proses pembelajaran belum adanya kontribusi yang

dapat diberikan oleh forum demi kemajuan sekolah, sehingga terkesan

bahwa forum MGMP hanya sekedar papan nama belaka. Hasil

penelusuran di lapangan menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi karena

kurangnya motivasi dari pihak manajemen sekolah agar forum tersebut

diberdayakan. Kurangnya peran kepala sekolah dalam memberlakukan

pemberdayaan kurikulum melakukan pelatihan interen sekolah.130

Kurikulum sebagai salah satu subtansi pendidikan perlu

didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan

pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan siswa

pada sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, desain

pembelajaran dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (Kurikulum 2013) diharapkan merupakan perangkat rencana

dan pengaturan yang dicapai siswa, penilaian belajar mengajar dan

pemberdayaan sumber daya pendidikan di dalam pengembangan

kurikulum sekolah.

Profil dan sosok guru yang baik adalah guru yang memahami dan

menyadari bahwa kemampuan intelektual daya tangkap dan keterampilan

semua anak tidaklah sama, dengan difahami kondisi ini maka guru akan

selalu memberikan bimbingan kepada anak-anak yang punya nalar

rendah dengan penuh kasih sayang agar mereka secara perlahan mampu

memahami pembelajaran tersebut. Ini bisa dilakukan dengan

memeberikan arahan secara langsung sehingga siswa merasa bahwa

130

Observasi, 14 Agustus 2017

Page 104: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

91

dirinya tidak dibiarkan larut dalam kebodohan, namun sosok guru yang

dikaguminya sedang memperhatikannya. Namun pada kenyataannya

banyak guru yang hari ini menganggap bahwa anak-anak kurang mampu

pemikirannya itu sebagai suatu masalah besar, sehingga ia disisihkan dan

selalu diabaikan. Wawancara dengan SF, masalah-masalah yang ada di

lapangan terkait desain pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu

guru adalah desain pembelajaran yang kurangnya tepat, kurang kreatifitas

guru dalam mendesain pembelajaran dan tanggung jawab masih rendah

dalam membuat perangkat mengajar secara lengkap.131

Faktor penghambat mendesain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi karena beratnya guru

membuat/menyusun kurikulum sendiri, tidak seperti kurikulum sebelumnya

yang sudah disediakan untuk langsung diadopsi dan diterapkan di

sekolah, karena guru belum memahami secara memadai mengenai

standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) secara substantif

khususnya dalam manajemen Kurikulum 2013.

Sebagian besar guru masih kurang memahami standar isi yang

harus dijabarkan dalam pengembangan kurikulum tingkat intruksional,

operasional dan eksperensial. Kemudian masih banyak guru-guru yang

berpersepsi sebagai penerima pasif pengambilan keputusan kurikulum,

dan kurangnya sumber daya manusia yang diharapkan mampu

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagian besar guru

belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide

kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (Kurikulum 2013), biak di

atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh

kekurangpahaman, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur

mengekang kreativitas guru.

Mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena

merupakan kewajiban bagi guru Pendidikan Agama Islam namun

pelaksanaannya tidak dapat diterapkan secara utuh karena ada sisi lain

131

Wawancara, 14 Agustus 2017

Page 105: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

92

yang sifatnya situasional. Seorang guru yang bersikukuh menerapkan

seluruh rencana pembelajaran secara utuh dengan mempertimbangan

kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa di samping

seorang pendidik itu menguasai ilmu kependidikan, ia juga mesti dibekali

dengan pendalaman ilmu jiwa perkembangan khususnya perkembangan

siswa-siwa pada tingkat menengah pertama. Penerapan Kurikulum 2013

diharapkan dapat meningkatkan kompetenti pedagogik guru melalui

pengembangan peserta didik dengan hidup secara mandiri, cerdas, kritis,

rasional dan krertif melalui belajar. Jika seluruh komponen pendidikan

dan pengajaran tersebut direncanakan guru sebaik-baiknya, maka

pengembangan pendidikan di sekolah dengan sendirinya akan meningkat.

Faktor Disiplin Kerja Guru. Kondisi lain yang membuat

penghambat mendesain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi terkesan kurang efektif adalah

disiplin guru. Selanjutnya SF, kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi juga

mengatakan bahwa ada guru yang tidak disiplin karena guru tersebut tidak

membuat RPP selama sat tahun pembelajaran tepat waktu. Kondisi ini

menjadikan kegiatan pembelajaran terhambat seperti guru yang terlambat

datang dan cepat pulang dari jadwal yang ada atau yang ditentukan

sekolah.132

Hasil wawancara penulis dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam

yang mengatakan bahwa disiplin guru di sekolah memang masih rendah,

di mana ada guru yang tidak datang mengajar dengan alasan yang tidak

bisa diterima, meskipun sudah diperingatkan, namun guru tersebut masih

juga melakukannya.133 Berdasarkan informasi tersebut, maka dapatlah

dipahami bahwa yang menjadi hambatan dalam aktifitas belajar adalah

kurang/tidak adanya minat dan motivasi belajar. Untuk itu guru harus

menemukan formula yang baik dalam memecahkan masalah ini dengan

terus meningkatkan pengetahuan secara personal.

132

Wawancara, 14 Agustus 2017 133

Wawancara, 21 Agustus 2017

Page 106: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

93

Disiplin adalah prilaku atau tingkah laku yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku baik yang ditetapkan secara individu ataupun

kelompok sejak aturan itu diterapkan atau diberlakukan. Menegakkan

disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kekebasan dan kemerdekaan

peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang

lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Di

sekolah, banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku guru dan

peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan

dengan optimal.

Faktor Pengalaman Mengajar. Kecakapan guru ditentukan oleh

pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar di sini adalah lamanya

masa kerja atau pengabdian yang telah dilalui oleh seorang guru dalam

menjalani profesinya sebagai seorang guru dalam dunia pendidikan di

sekolah. Pengalaman mengajar atau masa kerja guru merupakan salah

satu faktor penentu keberhasilan dalam mengajar. Sebab semakin lama

seseorang bergelut dalam suatu bidang kerja, itu akan mempengaruhi

kompetensi yang akan dimilikinya, hal ini sebagai suatu pertanda

kematangan dalam jam kerja dan lamabya waktu pengabdian kerja akan

berimplikasi terhadap kemampuan mengajar seorang guru.

Wawancara dengan Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi sebagai

berikut bahwa pengalaman mengajar atau masa kerja sangat mendukung

terlaksananya mendesain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam, karena guru tersebut sudah lama yang namanya mendidik

dan memberi pembelajaran bagi peserta didik. Meskipun demikian,

problematika pendidikan selama ini adalah kurangnya pengalaman guru

dalam mengajar, karena kurang pelatihan yang di ikuti guru. Karena

pengalaman itu pula, maka sehingga tidak banyak media yang digunakan

saat mengajar.134

Salah satu alat bantu yang dibutuhkan dalam mendesain

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan

134

Wawancara, 21 Agustus 2017

Page 107: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

94

Agama Islam adalah ketersedian media pembelajaran yang memadai.

Keberadaan media bagi guru tidak dapat dihindari. Media dapat

membantu guru dalam menyampaikan informasi tentang materi pelajaran

kepada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan

pelajaran sukar dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama

bahan pelajaran yang rumit. Namun di SMA Negeri 10 Kota Jambi hasil

wawancara di atas diketahui bahwa guru kurang menyadari pentingnya

penggunaan media dalam pembelajaran. Padahal dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam berbasis kurikulum saat ini membutuhkan

gambaran yang konkrit terhadap objek yang dipaparkan, maka peranan

media pembelajaran juga sangat penting, hal ini hendaknya didukung oleh

pengalaman dan keterampilan seorang guru dalam menggunakan media

tersebut.

Guru membuat rencana pembelajaran karena merupakan kewajiban

bagi setiap guru namun pelaksanaannya tidak dapat diterapkan secara

utuh karena ada sisi lain yang sifatnya situasional, menurut hemat penulis

sangat tepat, karena pada siswa-siswa aliyah mengalami berbagai

perkembangan jiwa di mana mereka perlu berbagai pendekatan dalam

proses pembelajaran. Seorang guru yang bersikukuh menerapkan seluruh

rencana pembelajaran Kurikulum 2013 secara utuh dengan mengabaikan

kondisi yang ada, sehingga siswa tidak akan mampu mengikutinya, proses

pembelajaran jalan sebelah. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa

di samping seorang pendidik itu menguasai ilmu kependidikan, ia juga

mesti dibekali dengan pendalaman ilmu jiwa perkembangan khususnya

perkembangan siswa-siwa pada tingkat menengah pertama seperti SMA

Negeri 10 Kota Jambi ini.

Faktor Pengawasan Terhadap Kinerja Guru. Pada pelaksanaan

supervisi pengelolaan kelas dibutuhkan kemampuan kepala sekolah

menggerakkan semua guru untuk menyelesaikan tugas-tugas

kependidikan, meningkatkan hubungan kerja antar guru, membina kerja

sama, menggerakkan guru, dan memberi motivasi kerja bagi guru agar

Page 108: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

95

bisa bisa mendesain pembelajaran. Berdasarkan temuan di lapangan, ada

beberapa hal yang menjadi faktor penghambat RPP berbasis berbasis

Kurikulum 2013 menurut RS, yaitu pengawas melakukan tugasnya

memberikan bimbingan teknis terhadap elemen sekolah yang kurang

intensif karena pengawas terkadang tidak pernah melaksanakan hal itu.

Faktor lainnya adalah kurangnya pemberdayaan MGMP. Faktor yang

memperngaruhi belum efektifnya peningkatan kompetensi guru adalah

bahwa MGMP sebagai forum musyawarah para guru untuk berbagai

pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ditentukan

dalam proses pembelajaran belum adanya kontribusi yang dapat

diberikan oleh forum demi kemajuan sekolah, sehingga terkesan bahwa

forum MGMP hanya sekedar papan nama belaka. Hasil penelusuran di

lapangan menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi karena kurangnya

motivasi dari pihak manajemen sekolah agar forum tersebut

diberdayakan. Kurangnya peran kepala sekolah dalam memberlakukan

pemberdayaan kurikulum melakukan pelatihan interen sekolah.135

Menurut waka kurikulum yang menjelaskan bahwa faktor

penghambat mendesain pembelajaran adalah kurangnya peran kepala

sekolah dalam memberlakukan pengawasan terhadap hasil kerja

mendesain pembelajaran.136 Berdasarkan keterangan ini dapat diketahui

bahwa kepala sekolah telah berusaha untuk melaksanakan supervisi

kurikulum sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan melakukan

pemeriksaan catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama

guru yang masih memiliki kelemahan kecil, demi pencapaian tujuan agar

setiap guru bisa mengembangkan kompetensi profesionalnya secara

layak dan profesional.

Prinsip yang dijadikan pegangan adalah bahwa manajer atau

seorang pemimpin tugas utamanya adalah bagaimana memperoleh

manfaat sebesar-besarnya dari siapa dan apapun yang ada, yang tersedia

135

Wawancara, 21 Agustus 2017 136

Wawancara, 21 Agustus 2017

Page 109: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

96

dan yang dipercayakan kepada mereka, mereka tidak boleh berpikir

mengenai yang tidak ada, apalagi yang memang tidak mungkin untuk

diadakan. Supervisi kurikulum sangat memerlukan kepala sekolah yang

mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta

kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan

prakarsa untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah

diperlukan, terutama untuk supervisi kurikulum dengan memeriksa

catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih

memiliki kelemahan kecil.

Faktor Sarana dan Prasarana Sekolah. Berbicara masalah sarana

dalam proses belajar mengajar memang merupakan salah satu faktor

yang penting dalam keberhasilan suatu pengajaran, tanpa adanya sarana

yang memadai tentunya seorang guru sulit untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Selama ini faktor yang mendesain dalam setiap mata

pelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah kurangnya sarana

pembelajaran.

Dari hasil pengamatan penulis bahwa di SMA Negeri 10 Kota Jambi

kekurangan sarana yaitu pengadaan buku teks pembelajaran dan masih

ada buku teks kurikulum lama sehingga sulit menyesuaikan dengan

silabus. Sedangkan bagi siswa belum adanya buku Lemaran Kerja Siswa

ditambah terbatasnya media pembelajaran. Kemudian kompetensi guru

yang mengajarkan masih sangat kurang. Banyak pilihan-pilihan guru

tersebut yang menunjukkan hal itu, seperti kurangnya rencana

penggunaan fasilitas yang beragam dan pemanfaatan sarana

laboratorium Pendidikan Agama Islam yang terbatas untuk membantu

guru dalam pembelajaran.137

Berdasarkan hasil wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama

Islam yang mengatakan bahwa faktor penghambat dalam desain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah keterbatasan pengadaan

buku teks pembelajaran, sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan

137

Observasi, 21 Agustus 2017

Page 110: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

97

silabus. Sedangkan bagi siswa belum adanya buku bagi mereka. Selain

hal tersebut media pembelajaran masih sangat terbatas seperti media

elektronik.138

Perpustakaan juga merupakan sumber belajar yang penting dalam

mendesain pembelajaran. Perpustakaan merupakan salah satu sumber

belajar sebagai faktor penunjang mendesain pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Namun perpustakaan yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

buku-buku yang memadai tentu mengambat guru dan siswa

mengembangkan kemampuan untuk berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif

dan inovatif baik dalam proses pembelajaran maupun lingkungan sekolah.

Dalam kaitan dengan setiap mata pelajaran, guru kekurangan referensi

seperti buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan dan buku

penunjang lainnya, sehingga dalam pembuatan perencanaan

pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurang

optimal.

Wawancara penulis dengan kepala sekolah yang mengatakan

bahwa mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam memang masih

merupakan pekerjaan yang sulit. Permasalahan kepala sekolah dan guru

di sekolah ini adalah sulitnya memahami berbagai persoalan sehubungan

dengan desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena tidak

adanya buku pedoman dari pemerintah, ditambah lagi tidak adanya

referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan setiap mata pelajaran

dan ketersediaan media elektronik yang ada untuk mengajar. Hal ini

menyebabkan pembuatan perencanaan pembelajaran, aktivitas

pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurang optimal.139

Fasilitas pembelajaran merupakan hal yang mempengaruhi

pemilihan dan menentukan metode mengajar. Alat adalah kelengkapan

yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya alat

belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Faktor fasilitas

138

Wawancara, 24 Agustus 2017 139

Wawancara, 24 Agustus 2017

Page 111: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

98

merupakan kendala menuju sekolah prestasi selama ini di SMA Negeri 10

Kota Jambi. Sarana dan prasarana (fasilitas) merupakan kebutuhan

lainnya yang mendukung manajemen kompetensi guru. Kebijakan kepala

sekolah dalam manajemen kompetensi guru banyak terbantu dengan

kehadiran sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, hanya saja

kondisi ini tidak terjadi di SMA Negeri 10 Kota Jambi, di mana sejumlah

sarana dan prasarana yang diharapkan masih terbatas yang sangat

dibutuhkan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan

kemampuannya sesuai dengan fungsi manajemen yang dilaksanakan

kepala sekolah.

Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah,

maka keberadaan fasilitas pendidikan tidak dapat diabaikan, melainkan

harus dipikirkan untuk meningkatkan eksistensinya di sekolah. Sarana

pembelajaran seperti sumber belajar merupakan hal yang mempengaruhi

proses pembelajaran. Sumber yang kelengkapan yang menunjang belajar

anak didik di sekolah. Tidak banyak yang dapat dilakukan pihak SMA

Negeri 10 Kota Jambi untuk melengkapi siswa dengan sejumlah media

agar mereka terbantu dalam mengikuti proses pembelajaran. Keadaan ini

semua sepertinya di sinyalir dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki.

Kendala dana ini menyebabkan pihak SMA Negeri 10 Kota Jambi

menghadapi keterbatasan fasilitas pembelajaran salah satunya. Fasilitas

pembelajaran tersebut meliputi kurangnya buku-buku di perpustakaan dan

fasilitas laboratorium. Padahal kebutuhan ideal buku dan alat-alat

laboratorium dengan rasio 1:1 dengan jumlah murid.

3. Upaya Peningkatan Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

Upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMAN 10 Kota Jambi adalah:

Page 112: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

99

a. Guru Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah

Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dirancang

guru SMA Negeri 10 Kota Jambi perlu dimaksimalkan wujudkan dengan

berkonsultasi kepada kepala sekolah. Sebelum mengajar, terlihat guru

membuat sejumlah acuan atau persiapan mengajar. Pengamatan

terhadap guru yang mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi telah

menyusun silabus dalam mengajar pada mata pelajaran tersebut.140

Berdasarkan pengamatan terhadap guru di SMA Negeri 10 Kota

Jambi di atas dapat dipahami bahwa guru membuat sejumlah

perencanaan dalam mengajar. Mengenai sosialisasi Kurikulum 2013,

berikut wawancara dengan SF, Kepala sekolah yang mengatakan bahwa

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan

membentuk kerja kelompok rekan sejawat. Dengan adanya kelompok ini

guru dapat berdiskusi dan bertukar informasi mengenai kondisi

pembelajaran dan kondisi belajar siswa di kelas. Dengan demikian, guru

memiliki wadah untuk mengenal teknik mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam lebih jauh dan lebih mendalam.141

Peningkatan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam upaya peningkatan mutu guru dilaksanakan kepala sekolah dengan

cara sosialisasi mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 10 Kota Jambi yang dilakukan kepala sekolah dengan

membentuk kerja kelompok rekan sejawat bagi guru Pendidikan Agama

Islam. Dengan demikian, guru memiliki wadah untuk mengenal mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan rekannya yang lebih

memahami itu.

Konsultasi dan komunikasi yang intensif dilakukan kepala sekolah

dengan guru diharapkan mampu memberikan gagasan baru bagi

pelaksanaan evaluasi hasil belajar, karena adanya pola saling mendukung

antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran. Wawancara

140

Observasi, 24 Agustus 2017 141

Wawancara, 24 Agustus 2017

Page 113: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

100

dengan SF, Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi yang mengatakan

berbagai permasalahan yang timbul dalam mengajar selalu diselesaikan

melalui rapat berkala dengan majelis guru yang diselenggarakan setiap 1

bulan sekali, diskusi dengan guru setiap guru dan lain sebagainya. Melalui

upaya ini, guru bisa menuangkan gagasan yang bisa meningkatkan

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.142

Selanjutnya RS, guru Pendidikan Agama Islam memberikan

keterangan lebih lanjut tentang permasalahan tersebut, dimana

mengatakan guru mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi cukup lama,

namun pengalaman mengajar yang saya miliki belum sepenuhnya baik,

sehingga dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu

sendiri sering mendapat kendala dan hasil yang kurang memuaskan atau

baik sebagaimana mestinya. Untuk itu saya berusaha melakukan dialog

dengan kepala sekolah bagaimana melakukan pelaksanaan evaluasi hasil

belajar yang lebih baik lagi. 143

Berbagai permasalahan sering ditemui guru dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk memecahkan masalah itu

maka guru dan kepala sekolah melakukan kerja sama dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara maksimal. Saat

diobservasi mengenai kerja sama menyangkut hal ini maka terlihat guru

sering melakukan diskusi tentang permasalahan proses pembelajaran di

SMA Negeri 10 Kota Jambi. Hal ini meliputi, diskusi tentang bagaimana

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam, memberikan materi

pelajaran yang kondusif terhadap siswa, tentang bentuk evaluasi yang

baik, penegakan disiplin waktu dalam belajar dan lain sebagainya.144

Upaya peningkatan dalam mendesain pembelajaran, maka guru

berusaha meminta saran dari kepala sekolah mengenai kinerja saya

selama ini mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kepala sekolah

banyak memberikan masukan kepada guru tentang bagaimana

142

Wawancara, 24 Agustus 2017 143

Wawancara, 28 Agustus 2017 144

Observasi, 28 Agustus 2017

Page 114: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

101

mendesain pembelajaran sesuai dengan tujuan pencapaian prestasi

belajar siswa.

Keadaan ini menjadi pendukung percepatan upaya peningkatan

kompetensi guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kegiatan kerja sama

dengan kepala sekolah guna mencari solusi pemecahan masalah untuk

kemajuan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Negeri 10 Kota Jambi. Dari hasil pengamatan penulis terhadap kepala

sekolah di mana selaku kepala sekolah tetap memberikan dukungan

sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk mengikuti wadah

pelatihan yang bisa mendukung kecakapan guru mendesain

pembelajaran, seminar maupun lokakarya dalam meningkatkan mutu

pembelajaran.145

Lebih lanjut penulis kemukakan dari hasil wawancara dengan RS,

guru Pendidikan Agama Islam mengatakan guru berusaha menyadari

bahwa dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat

dibutuhkan kerja keras sehingga saya harus lebih meningkatkan kualitas

dalam pembelajaran, termasuk kompetensi pedagogik saya. Dorongan

dan semangat dari seluruh lingkungan sekolah, serta minat dan semangat

siswa untuk aktif dalam pembelajaran memotivasi untuk lebih

profesional.146

Kepala sekolah memang selama ini telah memberikan dukungan

sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk meningkatkan

kemampuan dalam mendesain pembelajaran. Salah satu faktor

pendukungnya adalah adanya wadah bagi pengembangan guru seperti

lokakarya yang berhubungan dengan desain pembelajaran.

Upaya peningkatan kecakapan guru dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan menyediakan

waktu sebanyak mungkin bagi guru untuk bisa berkonsultasi dengan

kepala sekolah, dukungan eksternal yang datang dari pihak lain yang

145

Observasi, 28 Agustus 2017 146

Wawancara, 28 Agustus 2017

Page 115: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

102

menyelenggarakan pelatihan dan penataran. Tugas-tugas kepala sekolah

di atas dijabarkan melalui aktivitas-aktivitas di sekolah. Upaya

berkesinambungan perlu dilakukan kepada sekolah agar hasil dalam

peningkatan kecakapan guru.

Kepala sekolah bisa menggunakan pedoman ini untuk

meningkatkan kompetensi guru di sekolah. Upaya ini merupakan langkah

yang tepat untuk membangkitkan kompetensi guru agar berhasil selama

mengajarkan dan mendidik di sekolah. Dalam hal ini maka faktor

leadership adalah merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

motivasi guru dalam meningkatkan Motivasinya. Keapla sekolah sebagai

pimpinan mampu memberikan masukan dan motivasi kepada para

pendidik, tentunya dengan bahasa yang menyejukkan dan dapat di terima.

b. Peningkatan Disiplin Kerja Guru

Disiplin guru apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik,

konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan

kualitas guru. Disiplin dapat mendorong mereka mengajar dengan kongkrit

dan praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif: melakukan hal-hal

yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan

memberlakukan disiplin, guru dapat mengajar dengan lingkungan yang

baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang

lain. Jadi, disiplin menata perilaku seseorang dalam hubungannya di

tengah-tengah lingkungannya. Upaya kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi

dalam melakukan pengawasan disiplin guru adalah sebagai berikut kepala

sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tujuan dilakukan hal ini adalah

melihat disiplin guru dalam membuat perangkat mengajar sesuai

persiapan yag ada.147

Wawancara dengan SF, kepala sekolah mengatakan bahwa upaya

guru meningkatkan mutunya dengan meningkatkan disiplin dalam

membuat perangkat mengajar. Untuk menegakkan disiplin tidak

147

Observasi, 28 Agustus 2017

Page 116: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

103

selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi melibatkan diri sendiri juga

bisa. Artinya menegakkan disiplin dari diri sendiri. Upaya inilah yang telah

dibudayakan di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kepala sekolah bersama

dengan majelis guru menyusun perangkat mengajar di awal tahun baru,

untuk meningkatkan disiplin guru dalam manajemen Kurikulum 2013 di

SMA Negeri 10 Kota Jambi ini.148

Dalam mengajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat

melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu

berlalu dalam kehampaan. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi juga mengatakan kepala

sekolah selalu memperhatikan kondisi disiplin kami sebagai guru. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat perilaku guru dalam mematuhi peraturan

sekolah yang ada. Dengan adanya pengawasan ini, saya menjadi

termotivasi untuk lebih profesional dalam membuat perangkat mengajar

tepat waktu.149

Wawancara dengan kepala sekolah mengatakan bahwa disiplin

juga menjadi media untuk meningkatkan kualitas guru secara

berkesinambungan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi,

mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk

perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan,

diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang,

termasuk kualitas guru dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.150

Observasi penulis dimana kepala sekolah yang berusaha

meningkatkan kinerja guru secara efektif. Kelemahan di bidang ini terletak

pada kurangnya pemberian motivasi, bimbingan dan penerapan disiplin,

baik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para wakilnya, serta kepada

guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri.151

148

Wawancara, 28 Agustus 2017 149

Wawancara, 28 Agustus 2017 150

Wawancara, 31 Agustus 2017 151

Observasi, 31 Agustus 2017

Page 117: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

104

Salah satu budaya sekolah yang harus dikembangkan adalah

kedisiplinan. Kedisiplinan bagi guru sedikit banyak akan mempengaruhi

hasil mengajarnya dan kedisiplinan ini harus dimulai dari guru sebagai

teladan yang utama. Dilihat dari fakta di atas menunjukkan kurangnya

disiplin guru dalam membuat perangkat mengajar. Untuk menumbuhkan

disiplin guru ini, seyogyanya kepala sekolah senantiasa memberikan

motivasi bimbingan serta menegakkan disiplin dan memberikan teguran

kepada para guru untuk giat mengikuti aktivitas mengajar yang dipandang

bermanfaat dan mampu membantu terwujudkanya tujuan sekolah.

Pengembangan guru yang bertujuan antara lain untuk menutupi

jarak antara kecakapan guru dengan permintaan jabatan, selain itu juga

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja tenaga kependidikan

dalam mencapai sasaran kerja. Peningkatan mutu melalui penataran

tersebut meskipun terbilang intensif, namun masih terdapat beberapa guru

mengeluhkan, karena tidak adanya tindak lanjut dari guru-guru yang

mengikuti pelatihan untuk mendesain pembelajaran.

Upaya kepala sekolah pada SMA Negeri 10 Kota Jambi dalam

meningkatkan kecakapan guru. Adalah pengiriman guru-guru untuk

mengikuti penataran/pelatihan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan.

Menurut keterangan SF, kepala sekolah yang mengatakan, program

pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah penataran dan pelatihan

tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut dari penilaian kinerja.

Hanya saja tidak semua guru memperoleh kesempatan untuk dikirim

keluar, tergantung permintaan dari pihak yang mengundang.152

Kepala sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan untuk memberikan

pengayoman kepada setiap guru untuk bisa melaksanakan peningkatan

kualitas guru secara layak dan maksimal. RS, guru Pendidikan Agama

Islam mengatakan bahwa guru memperoleh manfaat dari pelatihan-

penataran yang diadakan oleh sekolah tersebut, terutama dalam

152

Wawancara, 31 Agustus 2017

Page 118: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

105

peningkatan inovasi-inovasi mendesain pembelajaran Pendidikan Agama

Islam serta mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran

modern. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang guru yang

mengikuti pelatihan mengatakan dengan adanya pelatihan guru mendapat

informasi baru dan perkembangan dunia pendidikan luar, guru tahu

bahwa dunia pendidikan berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman, jadi dengan adanya pelatihan guru akan mampu berinovasi dalam

mengajar.153

Menurut waka humas bahwa program pengiriman guru untuk

mengikuti sejumlah penataran dan pelatihan tersebut juga merupakan

salah satu tindak lanjut dari penilaian kinerja. Hanya saja tidak semua

guru memperoleh kesempatan untuk dikirim keluar, tergantung permintaan

dari pihak yang mengundang.154 Untuk meningkatkan kecakapan guru

dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10

Kota Jambi tersebut, maka pihak sekolah melakukan pelatihan bagi guru.

Prinsip yang dijadikan pegangan adalah bahwa manajer atau seorang

pemimpin tugas utamanya adalah bagaimana memperoleh manfaat

sebesar-besarnya dari siapa dan apapun yang ada, yang tersedia dan

yang dipercayakan kepada mereka.

Wawancara dengan kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi dimana

mengatakan telah mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

untuk kebutuhan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan dan

pembelajaran yang sudah direncanakan sejak awal tahun. Kepala sekolah

selaku manajer telah memiliki program kerja sekolah yang bertujuan untuk

melakukan pembinaan kecakapan guru. Pertimbangan ini dilakukan

antara lain kebijakan kepala sekolah melaksanakan pembinaan

kompetensi guru, untuk kemajuan sekolah ke depan. Hasil pengawasan

yang saya lakukan mengendaki adanya pembinaan kompetensi guru,

karena guru-guru masih belum banyak mengikuti pelatihan dan sertifikasi

153

Wawancara, 4 September 2017 154

Wawancara, 4 September 2017

Page 119: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

106

dan ini merupakan kebutuhan masa depan, untuk mempersipakan masa

depan yang baik ataupun untuk mencegah hambatan-hambatan dari

rintangan-rintangan guna mengatasi persoalan-persoalan yang akan

timbul. Pembinaan kompetensi guru merupakan prakarsa dari dalam, yaitu

suatu planning yang dibuat akibat dari inisiatif atau usul-usul atau saran-

saran dari sejumlah guru, di samping juga prakarsa dari luar adanya

himbauan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi untuk meningkatkan

pembinaan kecakapan guru.155

Peningkatan kecakapan guru melalui penataran tersebut meskipun

terbilang intensif, namun masih terdapat beberapa guru mengeluhkan,

karena tidak adanya tindak lanjut dari guru-guru yang mengikuti pelatihan

untuk mengembangkan sekolah. Upaya kepala sekolah pada SMA Negeri

10 Kota Jambi dalam meningkatkan mutu guru. Adalah pengiriman guru-

guru untuk mengikuti penataran/pelatihan yang dilaksanakan Dinas

Pendidikan. Menurut keterangan SF, kepala sekolah yang mengatakan,

program pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah penataran dan

pelatihan tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut dari penilaian

kinerja. Hanya saja tidak semua guru memperoleh kesempatan untuk

dikirim keluar, tergantung permintaan dari pihak yang mengundang.156

Model peningkatan kecakapan guru yang dilaksanakan pada SMA

Negeri 10 Kota Jambi adalah mengandakan pelatihan pengembangan

sumber daya manusia (guru) khususnya yang terkait dengan administrasi

pengajaran. Pengamatan dan data dokumentasi di lapangan,

pelatihan/penataran internal tersebut belum cukup intens dilakukan oleh

sekolah, sehingga tidak semua guru mendapat kesempatan untuk

mengembangkan diri melalui jalur tersebut guna mengasah kemampuan

mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Di samping itu, materi

yang diberikan masih terlalu umum dan belum difokuskan pada tema-tema

yang mengarah kepada peningkatan kualitas pengajaran guru itu sendiri,

155

Wawancara, 4 September 2017 156

Wawancara, 4 September 2017

Page 120: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

107

dan lagi guru-guru yang mendapat kesempatan mengikuti pelatihan belum

didasari pada hasil penilaian kinerja. Sehingga peningkatan kualitas guru

masih belum merata, khususnya terhadap guru yang ditemukan dalam

memiliki kinerja yang maksimal.157

Peningkatan kecakapan guru mutlak dilakukan oleh kepala sekolah

sebagai agen of change perubahan melalui kegiatan pembenahan

kompetensi guru dengan wadah pembinaan sosial yang tepat. Kenyataan

menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh

sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam

mengembangkan kualitas guru dalam mendesain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

c. Melengkapi Sarana dan Prasarana

Upaya guru meningkatkan mendesain pembelajaran Pendidikan

Agama Islam diawali dari pemanfaatan perpustakaan secara maksimal

sebagai bagian dari sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan.

Perpustakaan adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi setiap orang,

terutama bagi pelajar. Hampir semua orang tahu apa itu perpustakaan,

kecuali mereka yang tidak pernah duduk di bangku sekolah. Di SMA

Negeri 10 Kota Jambi ditemukan guru Pendidikan Agama Islam

memanfaatkan pustaka secara acuan mendesain pembelajaran, meskipun

buku yang ada di perpustakaan itu pun sangat terbatas.158

Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam

mengatakan bahwa pihak sekolah melakukan pengadaan buku-buku teks

pembelajaran yang sesuai silabus dan pengadaan buku LKS bagi siswa.

Dari segi media pembelajaran mengupayakan agar tersedianya media

sehingga bisa digunakan dalam pembelajaran.159

Wawancara dengan guru, RS, mengatakan bahwa pihak sekolah

melakukan pengadaan buku-buku teks pembelajaran yang sesuai dengan

silabus dan pengadaan buku LKS bagi siswa. Sedangkan dari segi media

157

Observasi, 4 September 2017 158

Observasi, 4 September 2017 159

Wawancara, 11 September 2017

Page 121: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

108

pembelajaran, mengupayakan agar tersedianya media pembelajaran.160

Untuk menghindari kekurangan sumber belajar siswa, tentu sangat

dibutuhkan keberadaan pustaka sebagai wadah untuk mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan bagi siswa. Untuk itu di SMA Negeri 10 Kota

Jambi kepala sekolah menganjurkan kepada siswa untuk selalu

menyempatkan diri membaca buku di pustaka di sekolah ini. Melalui

anjuran guru, diharapkan siswa tetap bisa memanfaatkan perpustakaan

sebagai sumber belajar pendukung di samping belajar di kelas dengan

guru. Dengan upaya ini, kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi telah

berupaya menghasilkan kondisi pembelajaran yang efektif.161

Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi

perpustakaan yang kurang memadai dengan melakukan pengadaan

koleksi perpustakaan. Pihak sekolah melakukan identifikasi buku yang

diperlukan oleh guru dan siswa serta mencatat buku-buku yang tidak ada

atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Pihak sekolah mengadakan

kerjasama dengan perpustakaan pada instansi terkait yang mempunyai

potensi untuk membantu pengadaan buku perpustakaan.162

Observasi penulis dimana upaya yang dilakukan kepala sekolah

dalam mengatasi perpustakaan yang kurang memadai adalah dengan

melakukan pengadaan koleksi perpustakaan. Diadakan buku-buku

pegangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan untuk mendukung

belajar siswa diadakan buku-buku yang diperlukan untuk

mengembangkan potensi dan pendalaman materi. Hal ini diarahkan untuk

kinerja guru dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.163

Dari hal di atas dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan dalam

mengatasi perpustakaan yang kurang memadai dengan pengadaan

koleksi perpustakaan serta mengadakan kerjasama dengan perpustakaan

pada instansi terkait yang mempunyai potensi untuk membantu

160

Wawancara, 11 September 2017 161

Wawancara, 11 September 2017 162

Wawancara, 12 September 2017 163

Observasi, 12 September 2017

Page 122: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

109

pengadaan buku perpustakaan, meskipun hal ini belum terlaksana secara

maksimal.

Dengan kata lain tanpa sumber belajar, maka pembelajaran tidak

mungkin dapat dilaksanakan dengan optimal, karena proses pembelajaran

akan terwujud bila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

Peran pendidik sangat diperlukan dalam memberikan motivasi, arahan,

bimbingan, konseling, dan kemudahan (fasilitas) bagi berlangsungnya

proses belajar dan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dalam

keseluruhan proses belajarnya. Sedang sumber belajar berperan dalam

menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam

mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada bidang studi

atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena itu sumber belajar

yang beraneka ragam, diantaranya berupa bahan (media) pembelajaran

memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan

dan pembelajaran.

Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin

didayagunakan dalam pembelajaran sedikitnya dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1) Manusia (people), yaitu orang yang menyampaikan pesan pengajaran

secara langsung; seperti guru, konselor administrasi, yang diniati

secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). Di

samping itu ada pula orang yang tidak diniati untuk kepentingan

pembelajaran tetapi memiliki suatu keahlian yang bisa dimanfaatkan

untuk kepentingan pembelajaran, misalnya penyuluh kesehatan, polisi,

pemimpin perusahaan, dan pengurus koperasi. Orang-orang tersebut

tidak diniati, tetapi sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk

kepentingan pembelajaran (learning resources by utilization).

2) Bahan (material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan

pembelajaran; baik yang diniati secara khusus seperti film pendidikan,

peta, grafik, buku paket, dan sebagainya, yang biasanya disebut media

pembelajaran (instruktional media), maupun bahan bersifat umum;

Page 123: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

110

seperti film dokumentasi pemilihan presiden bisa dimanfaatkan untuk

kepentingan pembelajaran.

3) Lingkungan (setting), yaitu ruangan dan tempat ketika sumber-sumber

data berinteraksi dengan para peserta didik. Ruangan dan tempat

yang diniati secara sengaja untuk kepentingan pembelajaran, misalnya

ruangan perpustakaan, ruangan kelas, laboratorium, dan rungan mikro

teaching. Di samping itu ada pula ruangan dan tempat yang tidak

diniati untuk kepentingan belajar, namun bisa dimanfaatkan; misalnya

museum, kebun binatang, kebun raya, candi, dan tempat-tempat

beribadat.

4) Aktivitas (activities), yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi

antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan

(facilitates) belajar, misalnya pembelajaran berprogram merupakan

kombinasi antara teknik penyajian bahan dengan buku; contoh lainnya

seperti simulasi dan karyawisata.

5) Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber belajar untuk

produksi dan memainkan sumber-sumber lain. Alat dan peralatan

untuk produksi misalnya kamera untuk produksi foto, dan tape recorder

untuk rekaman. Sedang alat dan peralatan yang digunakan untuk

memainkan sumber lain, misalnya proyektor film, pesawat televisi, dan

pesawat radio. Alat dan perlengkapan untuk produksi, reproduksi

pameran, peragaan, simulasi dan sebagainya. Biasanya berbentuk

peralatan seperti proyektor slide, overhead projector (OHP), proyektor

film, computer, video tape/ cassette recorder, pesawat radio, pesawat

televisi (TV), internet, CD Rom dan sebagainya.

Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang

memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus

memuat pesan pembelajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara

peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Dengan demikian, sumber

belajar adalah segala sesuatu baik yang sengaja dirancang (by design)

maupun yang telah tersedia (by utilization) yang dapat dimanfaatkan baik

Page 124: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

111

secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membuat atau

membantu peserta didik belajar.

C. Analisis Hasil Penelitian

Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di

SMA Negeri 10 Kota Jambi mempersiapkan program tahunan, program

semester, silabus maupun satuan acara pembelajaran. Dalam

menyukseskan suatu kurikulum, idealnya guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi membuat perencanaan

pembelajaran sesuai kurikulum, untuk mengidentifikasi kompetensi dasar

dan standar kompetensi, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat

dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran. Dalam pada itu,

mereka dapat menentukan jenis evaluasi untuk melihat keberhasilan dan

kemajuan belajarnya, pelibatan peserta didik tersebut antara lain dapat

dilakukan dengan cara diskusi kelompok, dan curah pendapat.

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu di

desentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan

pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan siswa

pada sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, kurikulum

diharapkan merupakan perangkat rencana dan pengaturan yang dicapai

siswa, penilaian belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya

pendidikan di dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Menurut Dadang Suhardan, dkk., tahapan pelaksanaan kurikulum di

sekolah melalui empat tahap yaitu sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan. Pada tahap ini dijabarkan menjadi rencana

pembelajaran (RP). Dalam tahap perencaan ini pula perlu dipahami

hal-hal sebagai berikut : (a) menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata

Pelajaran (AMP), (b) memiliki kalender akademik, (c) menyusun

Program Tahunan (Prota), (d) Program Satuan Pembelajaran (PSP),

dan (f) Rencana Pengajaran (RP).

Page 125: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

112

b. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi. Pada tahap perencaan

seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran disiapkan

secara matang dan menyeluruh agara pada tahap pengorganisasian

akan koordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kepala

sekolah berkewajiban untuk mengelola dan mengatur:

1) Kelender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan

yang akan berlangsung di sekolah salam satu tahun ke depan.

Kelender akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada

seluruh guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat.

2) Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban

mengajar guru 5 hari/minggu. Jadwal pelajaran disusun

berdasarkan hasil musyawarah bersama, antara kepala sekolah

dan guru. Dengan demikian guru akan bertanggung jawab dalam

menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk meningkatkan mutu

pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan dalam MGMP.

3) Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan,

keadilan, dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas

dan kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan

minat guru tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada beban

tugas minimal dan keahliannya. Dengan demikian pada setiap guru

diharapkn akan tumbuh motivasi untuk berprestasi, kebersamaan

dalam merealisasik program sekolah, sinerjik antara pimpinan, guru

staf TU, dan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu sekolah.

4) Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata

untuk meningkatkan, mengembangkan dan memajukan sekolah.

Tujuan yang akan diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah

bersama-sama seluruh komponen sekolah. Program kegiatan

sekolah meliputi program internal sekolah dan program eksternal

yang akan dilaksanakan sekolah. Program yang berkaitan dengan

peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan profesionalisme

pengeloaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan

Page 126: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

113

keuangan sekolah, program pengembangan hubungan sekolah

dengan masyarakat. Berbagai program kegiatan sekolah 1 tahun

sampai dengan 5 tahun ke depan perlu diorganisir dan

dikordinasikan secara cermat dan transparan.

c. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling

menentukan apakah sekolah di bawah kepemimpinan kepala skeolah

dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Proses belajar

mengajar akan berjalan secara efektif apabila guru dan kepala sekolah

memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran.

d. Tahap Evaluasi dan pengendalian. Evaluasi ini penting dilakukan

secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan

pembelajaran yang dilakukan berjalan. Guru perlu menemtapkan jenis

evaluasi apa yang digunakan dan hasil evaluasi diharapkan akan

memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan

mutu pembelajaran selanjutnya.164

Fungsi perencanaan persiapan mengajar adalah bahwa persiapan

mengajar hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan

kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam perkembangan persiapan mengajar

sebagai berikut:

a. Kompetensi yang harus dirumuskan dalam persiapan mengajar harus

jelas.

b. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan

mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan.

164

Dadang Suhardan, et. al, Manajemen Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 196-199.

Page 127: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

114

d. Persiapan mengajar yang harus dikembangkan harus utuh dan

menyeluruh serta jelas pencapaiannya.

e. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksanaan program di

sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.165

Untuk meningkatkan profesionalitas guru dibutuhkan dukungan dari

berbagai pihak. Bukan hanya pihak sekolah saja akan tetapi semua pihak

yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan

siswa, pengawai dan layanan pendidikan.

b. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang

mengahasilkan kualitas kerja.

c. Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

d. Para guru dan stap lainnya dan murid harus dilatih dan dilatih kembali

dalam pengembangan mutu dan kepemimpinan lembaga.

e. Menghilangkan penghalang kerja sama diantara staf, guru, dan murid,

atau antar ketiganya dan hapus slogan, desakan atau target yang

bernuansa pemaksaan.

f. Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan,

karena penempatan kuota justru akan mengurang peningkatan

kulalitas dan produktivitas.

g. Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan

kebanggaan guru atau para siswa.166

Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA

Negeri 10 Kota Jambi pada hakekatnya merupakan perencanaan pada

jangka waktu tertentu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru

dalam mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan

upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam

165

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 81. 166

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 198-199.

Page 128: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

115

kegiatan pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, maka menyiapkan

perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program semester,

silabus maupun satuan acara pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran mencakup berbagai langkah yang perlu

ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilisator untuk

mewujudkan kompetensi siswa dalam belajar. Hal ini ditempuh melalui

berbagai cara, bergantung kepada situasi. Kondisi dan kebutuhan serta

kemampuan siswa. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran

menjadi kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu

pengetahuan yang sedang mereka pelajari di sekolah seperti kesediaan

guru dan siswa dalam tanya jawab dan diskusi.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru tersebut bahwa media

pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi seorang guru, karena

dengan media pendidikan yang memadai, maka kegiatan mengajar yang

dilakukan bisa berlangsung secara efektif dan efesien. Kondisi seperti

inilah yang diharapkan setiap guru dalam mengajar, meskipun di SMA

Negeri 10 Kota Jambi media pendidikan belum sepenuhnya memadai.

Guru yang baik akan meningkatkan kemampuannya secara profesional.

Guru harus memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya.

Guru senantiasa menegakkan prinsip profesionalitasnya, termasuk dalam

pengelolaan kelas. Dengan pengelolaan kelas, maka suasana

pembelajaran diharapkan menjadi kondusif karena terkontrol melalui

pengawasan guru terhadap kelas secara fisik maupun non fisik (siswa).

Ruangan fisik kelas merupakan tempat berlangsungnya sebagian besar

aktivitas warga yang ada di sekolah. Karena itu, agar aktivitas tersebut

berjalan dengan nyaman dan tentram, ruangan harus terhindar dari hal-

hal yang dapat menggangu kesehatan dan pemandangan serta terjaga

kebersihannya.

Guru belum memiliki pemahaman terhadap peserta didik dalam

mendesain pembelajaran. Guru memperhatikan akan kemajuan siswa-

Page 129: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

116

siswi, dan mampu menelaah materi pelajaran, sehingga guru tidak hanya

terpaku pada satu buku saja. Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua

siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama pada satu

metode. Daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan juga

bermacam-macam; ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang

lambat. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran

yang diberikan menghendaki pemberian metode yang bervariasi,

sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Guru mengajar di kelas

masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tentang mata

pelajaran pendidikan agama Islam, siswa hanya mendengarkan

penjelasan guru, meskipun hal ini sangat membosankan.

Meningkatkan kecakapan guru dilakukan kepala sekolah secara

mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta

kepemimpinan yang tangguh, mampu mengambil keputusan dan prakarsa

untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah diperlukan,

terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah seperti guru dalam

kaitannya dengan perencanaan, bagi program pembinaan kompetensi

pedagogik guru.

Setiap proses pengajaran, pemahaman terhadap peserta didik

direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat

terhindar dari kondisi yang merugikan dan merusak yang disebabkan oleh

tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebelum pembelajaran di mulai, maka

guru tidak melakukan pemahaman terhadap peserta didik, sehingga anak

didik dibiarkan fisik kelas di SMA Negeri 10 Kota Jambi tidak teratur dan

kondusif seperti tempat duduk siswa yang tidak tertata. Pemahaman

terhadap peserta didik di kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi

dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang

memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian,

dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan

yang hendak dicapai.

Page 130: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

117

Masalahnya siswa yang masih duduk di bangku SMA Negeri 10

Kota Jambi adalah mereka yang masih remaja. Oleh karena itu, pola

tingkat laku dari masing-masing siswa tersebut sangat berbeda

karakternya. Dengan demikian, guru membuat tata tertib kelas. Selain itu

guru membuat berbagai macam strategi dalam merancang pemahaman

terhadap peserta didik seperti pengelolaan kelas, dan penguasaan bahan

pelajaran.

Banyak anak punya pantasi ideal ingin menjadi apa mereka ketika

dewasa nanti.167 Pemahaman terhadap peserta didik sangat dibutuhkan

pemahaman terhadap sikap disiplin siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan

menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet

adalah musuh besar bagi guru dan bagi mereka yang menerapkan disiplin

dalam belajar. Siswa harus menghindari perbuatan yang menunda-nunda

waktu. Tiap jam bahkan tiap detik sangat berarti bagi siswa yang menuntut

ilmu dimana dan kapanpun juga.

167

John. W. Santrock, Life Span Development, Terj. Benedictine Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 28.

Page 131: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

118

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil temuan di lapangan tentang kecakapan guru

Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal karena guru

belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran secara

keseluruhan. Dapat diambil sub-sub kesimpulan dari hal ini dimana:

1. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota

Jambi yaitu: a) Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan

administrasi kurikulum dalam bentuk program tahunan, program

semester, silabus, RPP dan kisi-kisi soal). Waktu pengerjaan program

yang ada ini tidak tepat waktu dan tidak banyak revisi, sama seperti

tahun-tahun sebelum, b) guru Pendidikan Agama Islam belum terampil

dalam memilih metode, media, sumber belajar dan strategi mengajar

tidak beragam. Guru belum menyiapkan instrumen untuk mendiagnosa

kesulitan belajar siswa, 3) guru Pendidikan Agama Islam belum

terampil dalam melaksanakan mendesain evaluasi pembelajaran,

misalnya belum ada penggunaan portopolio, proyek, tugas mandiri dan

unjuk kerja.

2. Faktor yang mempengaruhi kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah kepemimpinan kepala sekolah

yang belum tegas menindak guru yang lemah dalam mendesain

pembelajaran, disiplin dan profesionalitas guru mendesain yang masih

dihadapi masalah minimnya pengalaman, di samping keterbatasan

sarana dan prasarasana yang dibutuhkan dalam mendesain

pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara ideal.

118

Page 132: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

119

3. Upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

dengan mengikutsertakan guru dalam pelatihan dan penataran,

menuntut konsistensi guru untuk profesional dalam mengajar,

mengkoordinasikan segala permasalahan mendesain pembelajaran

dengan kepala sekolah dan melengkapi sarana dan prasarana yang

terbatas untuk digunakan dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Implikasi dalam penelitian ini mengenai kecakapan guru Pendidikan

Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah:

Pertama, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi mempersiapkan program

tahunan, program semester, silabus maupun satuan acara pembelajaran.

Dalam menyukseskan suatu kurikulum, idealnya guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi membuat

perencanaan pembelajaran sesuai kurikulum, untuk mengidentifikasi

kompetensi dasar dan standar kompetensi, materi pelajaran, kegiatan

pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian

pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi

untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta

didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,

dan curah pendapat.

Pengetahuan guru tentang cara menyusun rencana pembelajaran

memang tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil

dalam menyusun desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan

kerja sama guru dengan guru lain (terutama mengajar bidang studi yang

sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat

kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan

balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan

untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya. Aspek-aspek yang

Page 133: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

120

dikuasai guru Pendidikan Agama Islam dalam penyusunan rencana

pembelajaran adalah:

Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA

Negeri 10 Kota Jambi pada hakekatnya merupakan perencanaan pada

jangka waktu tertentu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru

dalam mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan

upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, maka menyiapkan

perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program semester,

silabus maupun satuan acara pembelajaran.

Kedua, berdasarkan upaya mencerdaskan siswa, maka

peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Pembelajaran diarahkan pada pembenahan wawasan kependidikan guru.

Peningkatan kualitas pendidikan dipenuhi melalui kompetensi pedagogik

guru yang menguasai landasan pendidikan. Sehubungan dengan

kompetensi pedagogik guru sebagai tenaga profesional, maka guru

bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang

kondusif. Berdasarkan keterangan melalui informasi di atas dapat

diketahui bahwa aktivitas belajar siswa tidak kondusif karena guru

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi menggunakan

metode yang belum bervariasi.

Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan interaksi

edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu.

Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan maksimal

guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Penampilan

pembelajaran maksimal yang dilakukan oleh seorang guru harus

memperhatikan banyak hal, di antaranya profesionalitas guru dalam

membuat program tahunan dan program semester.

Page 134: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

121

Pemahaman terhadap peserta didik sangat dibutuhkan

pemahaman terhadap sikap disiplin siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan

menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet

adalah musuh besar bagi guru dan bagi mereka yang menerapkan disiplin

dalam belajar. Siswa harus menghindari perbuatan yang menunda-nunda

waktu. Tiap jam bahkan tiap detik sangat berarti bagi siswa yang menuntut

ilmu dimana dan kapanpun juga.

Guru Pendidikan Agama Islam telah menyadari bahwa metode

yang dipakai mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung, sehingga

dengan demikian guru mengevaluasi metode yang digunakan dalam

pembelajaran, apakah sesuai dengan anak didik atau tidak. Jadi di

samping interaksi, guru juga telah memilih metode yang tepat sehingga

membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran mencakup berbagai langkah yang perlu

ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilisator untuk

mewujudkan kompetensi siswa dalam belajar. Hal ini ditempuh melalui

berbagai cara, bergantung kepada situasi. Kondisi dan kebutuhan serta

kemampuan siswa. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran

menjadi kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu

pengetahuan yang sedang mereka pelajari di sekolah seperti kesediaan

guru dan siswa dalam tanya jawab dan diskusi.

Pemberian tugas dan penyelesaiannya dengan baik adalah suatu

hal yang sangat penting. Ini akan bermanfaat untuk menguji kemampuan

siswa yang telah diberikan materi dalam pembelajaran. Tindak lanjut dari

hal ini adalah perbaikan pembelajaran. Dengan adanya perbaikan

pembelajaran, maka nilai-nilai siswa dapat diperbaiki dan dibenahi sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Di samping tuntutan kurikulum yang bersifat desentralistik tersebut,

kurikulum standar yang ditentukan secara nasional juga harus tetap

dipelihara. Dalam hal ini sekolah bertanggungjawab untuk

Page 135: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

122

mengembangkan kurikulum, baik standar materi maupun proses

penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat

dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan serta menciptakan tantangan agar siswa

tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan ilmu pengetahaun,

terampil, memiliki sikap arif bijaksana, karakter dan memiliki kematangan

emosional.

Ketiga, meningkatkan kecakapan guru dilakukan kepala sekolah

secara mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta

kepemimpinan yang tangguh, mampu mengambil keputusan dan prakarsa

untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah diperlukan,

terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah seperti guru dalam

kaitannya dengan perencanaan, bagi program pembinaan kompetensi

pedagogik guru.

Guru perlu memperhatikan kondisi siswa yang menjadi bosan

mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena setiap

mengajar, guru hanya mengajak siswa untuk mencatat dan menjelaskan

materi pelajaran dengan ceramah secara terus menerus. Kondisi

mengantuk untuk belajar dan tidak bisa berkonsentrasi mengikuti kegiatan

pembelajaran menjadi permasalahan. Bentuk interaksi yang terjadipun

hanya satu arah di mana guru yang aktif dan siswa pasif menerima materi

pelajaran. Guru belum menggunakan variasi dalam mengajar. Di mana

sangat dibutuhkan kesesuaian antara metode dengan semua komponen

pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Konsentrasi

guru untuk selalu bisa menyelesaikan materi pelajaran tepat pada

waktunya tentu merupakan hal yang baik, namun bukan berarti

melupakan kewajibannya untuk memperhatikan kondisi siswa yang

menerima materi pelajaran itu. Bisa saja siswa kesulitan dalam

menghadapi gaya mengajar yang guru lakukan.

Page 136: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

123

C. Rekomendasi

Merujuk pada temuan penelitian ini, maka saran yang penulis

sampaikan mengenai kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah:

1. Manajemen Sekolah

Kepada pihak pengelola sekolah, terutama kepala sekolah yang

bertindak sebagai pengambil keputusan, untuk meningkatkan kompetensi

pedagogik guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi memperhatikan pemerataan

dan pemeliharaan tema-tema kerja sama yang sesuai dengan kebutuhan

guru di sekolah.

Pihak sekolah harus memahami bahwa guru yang baik akan

menerapkan kompetensi pedagogiknya agar lebih profesional, menekuni

kewajibannya dengan penuh loyal dan konsisten. Mereka tidak

menganggap pekerjaan guru sebagai sambilan atau sementara, apabila

ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka statusnya sebagai guru

akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya dibiarkan terlantar. Guru

memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya. Penguasaan

bidang layanan dalam bidang keguruan berarti kemampuan merancang

dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memahami taktik dan

prosedur yang baik dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan

pencapaian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang

diajarkan.

2. Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah untuk senantiasa mengontrol efektivitas

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh

kepala sekolah serta ikut mengevaluasi tindak lanjutnya. Pelaksanaan

pengawasan dalam pendidikan jelas dimaksudkan sebagai usaha untuk

mendapatkan informasi (monitoring) mengenai pekerjaan yang sedang

berlangsung dalam organisasi atau instansi tersebut, apakah sudah

mencapai sasaran atau ada kendala-kendala dalam prosesnya. Oleh

Page 137: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

124

karena itulah pengawasan sangat diperlukan guna mendeteksi kesalahan

sekecil mungkin (zero defect).

Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi

persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan

pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan

dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak

dijamin selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung

sebagaimana yang direncanakan. Pengawasan sekolah itu penting karena

merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci

penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan

sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan

kegiatan-kegiatan yang didelegasikan.

Pengawasan dalam Islam dilakukan untuk meluruskan yang

bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.

Pengawasan (control) di dalam ajaran Islam (hukum syariah), paling tidak

terbagi kepada 2 (dua) hal: Pertama, Kontrol yang berasal dari diri, yang

bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Orang yang

yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang itu akan

bertindak hati-hati. Ketika sendiri, dia yakin Allah yang kedua, dan ketika

berdua dia yakin Allah yang ketiga. Kedua, tujuan lainnya adalah agar

kualitas kehidupan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan

tausiyah, dan bukan untuk menjatuhkan. Ternyata metode bil marhamah

ini sangat dashyat pengaruhnya.

3. Guru

Segenap guru Pendidikan Agama Islam untuk selalu memacu kerja

sama dengan pihak terkait seperti Kementerian Pendidikan Kabupaten

Sarolangun dan Provinsi Jambi untuk meningkatkan kompetensi

pedagogiknya sebagai tenaga profesional. Guru yang baik akan

meningkatkan kompetensi pedagogiknya agar lebih profesional, menekuni

kewajibannya dengan penuh loyal dan konsisten. Mereka tidak

menganggap pekerjaan guru sebagai sambilan atau sementara, apabila

Page 138: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

125

ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka statusnya sebagai guru

akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya dibiarkan terlantar. Guru

memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya, termasuk

meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan warga sekolah.

D. Kata Penutup

Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah (tesis). Selanjutnya penulis tidak lupa

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah (tesis) ini.

Hanya do’alah yang dapat penulis kirimkan semoga segala

pengorbanan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.

Selanjutnya harapan saya semua pihak dapat memberikan sumbang

saran demi untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari tesis ini, semoga

Allah selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua

Amin Yarobbal’alamin. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Jambi, 29 April 2019

Penulis

Al Kawawiri

NIM. MPA.14.2.2216

Page 139: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

126

DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen

Agama RI, 2007. Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan

Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2012.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta, 2008. Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian

Rakyat, 2010. Dadang Suhardan, et. al, Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta,

2008. Dedi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional.

Bandung: Nuansa Aulia, 2013. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU

RI Nomor 14 Tahun 2005), Jakarta: Asa Mandiri, Cet.1, 2008. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara, 2013. Eshun, Cynthia & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for

Employee Performance, Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011.

Fullan, Michael, The New Meaning of Educational Change: Fourth Edition,

New York and London: Teachers College, Columbia University, 2007.

International Labour Organization, Handbook of Good Human Resource

Practices in the Teaching Profession, Geneva: International Labour Office (ILO), 2012.

Page 140: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

127

Iskandar Agung dan Yufridawati. Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah da Pengawas Jakarta: Bestari Buana Murni. 2013.

Itika, Josephat Stephen, Fundamentals of Human Resource Management

Emerging Experiences From Africa, RB Leiden: African Studies Centre, 2011.

John. W. Santrock, Life Span Development, Terj. Benedictine Widyasinta,

Jakarta: Erlangga, 2012. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.

Lall, Madhurima & Sakina Qasim Zaidi, Human Resource Management,

New Delhi, Excel Books Private Limited, 2012. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008, Cet. XXV. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan

Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. _______, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan,

Jakarta: Referensi, Cet. I, 2013. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Terj.

Tjetjep Rohedi Rohidi, Jakarta: UI Press, 2007. Minnah El-Widdah, Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jurnal At-Ta’lim, Vol. 4 Tahun 2013.

Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2008. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008. Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. O’Brien, Emma, et.al., Knowledge Management for Process,

Organizational and Marketing Innovation: Tools and Methods.

Page 141: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

128

Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011.

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,

2001. Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta,

2010. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2007. _______, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D, Bandung: CV. Alfabeta, 2013. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Sunaryo, “Peningkatan Kemampuan Dan Kreativitas Guru Dalam Proses

Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas”, Mimbar Pendidikan, No.2/XX V 111/2009.

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,

2008. _______, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan

Bandung: Alfabeta, 2011. Syaikh Zarnujiy. Ta’lim Muta’alim, Terj. Aliy As’ad. Menara Kudus, 1978. Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru Bandung: Alfabeta,

2011. Wibowo, Perilaku dalam Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Page 142: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

129

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

Judul: Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

A. Pedoman Wawancara

1. Kepala Sekolah a. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

b. Bagaimana dukungan sumber belajar dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

c. Bagaimana ketersediaan fasilitas dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

d. Upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

2. Guru Pendidikan Agama Islam a. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam memahami dan

melaksanakan kompetensi pedagogiknya dalam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

b. Bagaiman desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi? c. Bagaimana realitas kecakapan guru Pendidikan Agama Islam

mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

d. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun program tahunan dan semester di SMAN 10 Kota Jambi?

e. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun silabus di SMAN 10 Kota Jambi?

f. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun RPP di SMAN 10 Kota Jambi?

g. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun kisi-kisi soal di SMAN 10 Kota Jambi?

h. Apa Prinsip-prinsip dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

i. Apa kesulitan dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?

j. Bagaimana kecakapan guru dalam merencanakan desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

k. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

Page 143: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

130

l. Bagaimana kecakapan guru melakukan evaluasi desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

m. Apa faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

n. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?

B. Pedoman Observasi 1. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

2. Alokasi waktu guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

3. Ketersediaan fasilitas bagi guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.

4. Bentuk program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi

5. Pemilihan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi

6. Ketersediaan buku dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi

7. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

8. Faktor-faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

9. Upaya mengoptimalkan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi

C. Pedoman Dokumentasi 1. Historis dan georrafis SMAN 10 Kota Jambi 2. Struktur organisasi SMAN 10 Kota Jambi 3. Keadaan sarana dan prasarana SMAN 10 Kota Jambi 4. Kualifikasi akademik guru di SMAN 10 Kota Jambi 5. Status kerja guru di SMAN 10 Kota Jambi 6. Pelatihan/penataran/MGMP guru di SMAN 10 Kota Jambi

Page 144: KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN

131

DAFTAR INFORMAN

No. Inisial Nama Keterangan

1. SF Drs.Saifullah, MM Kepala SMAN 10 Kota Jambi

2. RS Rosidin,S.Ag Guru Pendidikan Agama Islam

3. SP Saparhadi,S.Pd Waka Humas

4. EE Eti Erawati,S.Pd Waka Kurikulum