kebutuhan manusia terhadap agama.doc

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pencarian makna agama bukan suatu persoalan yang mudah, terlebih membuat definisi yang dapat menampung semua persoalan asensial yang terkandung dalam agama. Ada beberapa cara yang dilakukan para ahli dalam menyoroti agama. Sudah dapat dipastikan pendekatan-pendekatan yang dilakukan mereka diwarnai oleh latar belakang pemikiran bidang yang mereka geluti, termasuk didalamnya para ahli yang mengkhususkan pada agama-agama tertentu. Para ahli mendefinisikan agama dari sudut pandang latar belakang masing-masing. Oleh karena itu, pencarian makna agama yang mencakup pengertian yang dapat diterima oleh semua agama adalah suatu yang mustahil. Maka pengertian agama dalam bagian ini dirujukkan ke dalam berpegang teguh kepadanya, kebahagian di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Di antara sekian banyak pendapat yang dikemukakan para ahli, ada yang menyebutkan agama berasal dari akar kata Sangsekerta gam yang artinya pergi, yang kemudian setelah mendapat awalan a dan akhiran a (a-gam-a) artinya menjadi jalan. Gam dalam bahasa Sangsekerta ini mempunyai pengertian 1

Upload: akbar-rozaaq-m

Post on 29-Nov-2015

290 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pencarian makna agama bukan suatu persoalan yang mudah, terlebih membuat

definisi yang dapat menampung semua persoalan asensial yang terkandung dalam agama.

Ada beberapa cara yang dilakukan para ahli dalam menyoroti agama. Sudah dapat dipastikan

pendekatan-pendekatan yang dilakukan mereka diwarnai oleh latar belakang pemikiran

bidang yang mereka geluti, termasuk didalamnya para ahli yang mengkhususkan pada

agama-agama tertentu.

Para ahli mendefinisikan agama dari sudut pandang latar belakang masing-masing.

Oleh karena itu, pencarian makna agama yang mencakup pengertian yang dapat diterima oleh

semua agama adalah suatu yang mustahil. Maka pengertian agama dalam bagian ini

dirujukkan ke dalam berpegang teguh kepadanya, kebahagian di dunia dan kesejahteraan di

akhirat.

Di antara sekian banyak pendapat yang dikemukakan para ahli, ada yang

menyebutkan agama berasal dari akar kata Sangsekerta gam yang artinya pergi, yang

kemudian setelah mendapat awalan a dan akhiran a (a-gam-a) artinya menjadi jalan. Gam

dalam bahasa Sangsekerta ini mempunyai pengertian yang sama dengan to go (inggris),

geneh (jerman), dan gaan belanda) yang artinya sama juga pergi. Adanya persamaan

persamaan arti ini dapat dimaklumi, mengingat bahasa Sangsekerta dan bahasa-bahasa Eropa

adalah bahasa Indo-Jerman. Agama dari segi etimologi artinya jalan , sebagian orang

mengemukakan rumusan, bahwa yang disebut agama ialah: suatu jalan yang harus diikuti,

supaya orang dapat sampai ke tujuan yang mulia dan suci.

Seutuhnya agama merupakan aturan yang di anut oleh manusia. Agama dibedakan

menjadi 2 yaitu agama samawi dan agama alami. Agama samawi adalah agama yang

diturunkan oleh Allah karena Allah lah yang membuat agama tersebut. Agama samawi

1

Page 2: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

merupakan agama yang mempunyai kitab suci, kitab suci berisi firman-firman Allah yang

diturunkan melalui rasul-Nya dan perantara malaikat Jibril. Sedangkan agama alami adalah

agama yang dibuat oleh manusia tetapi mengatas namakan Tuhan. Di dalam agama alami

tuhan yang di anggap itu banyak sekali dengan bentuk atau cara beribadah sesuai kepada

kepala agama tersebut.

Ketika mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan, para ahli berusaha

mendefinisikan sesuai bidang kajian ilmu yang digeluti dan sangat tergantung metodologi

yang digunakan serta filosofi yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut

manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan).

Sehingga pada kali ini pengertian manusia itu menurut para ahli tidak dapat

didefinisikan seutuhnya. Karena manusia adalah makhluk yang unik yaitu berbeda

karakteristiknya dengan makhluk Allah yang lain. Para ahli tidak dapat mendefinisikan arti

manusia karena merupakan definisi yang sangat luas sebagaimana telah dibahas pada

sebelumnya para ahli hanya mendefinisikan manusia sesuai dengan bidangnya masing-

masing.

Para ahli filsafat mendefinisikan manusia adalah binatang yang berakal budi ( homo

sapien ). Ahli ekonomi mengatakan manusia adalah binatang yang dapat berekonomi ( homo

economicus ). Menurut ahli pendidikan manusia adalah binatang yang berbakat untuk di

didik dan harus di didik. Menurut ahli teknologi manusia adalah binatang yang pintar

membuat alat dan pintar menggunakannya ( homo faber ). Menurut ahli sosial manusia

adalah binatang yang pintar bermasyarakat dan pintar berorganisasi ( zoon politicon ).

Konsep manusia dalam al-Qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang

saling menunjuk pada manusia yaitu kata basyar (37), insan (65), dan al-nas (240). Dengan

demikian al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial.

Manusia sebagai makhluk basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain.

Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki

kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.

Cara pandang islam tidak menyukai manusia disebut dengan binatang karena manusia

merupakan makhluk Allah yang paling cantik. Selain itu manusia merupakan makhluk Allah

yang paling tinggi tingkatnnya, paling tinggi martabatnya serta paling tinggi derajatnya.

Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi, sebagai khalifah itulah

2

Page 3: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

manusia mempunyai pangkat tertinggi karena manusialah yang akan menjalani kehidupan di

dunia sekaligus menjaga dan merawat apa yang ada di bumi.

Kebutuhan Rohani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh rohani atau jiwa. Contoh:

untuk menyegarkan pikiran, manusia memerlukan hiburan; untuk menguatkan iman, manusia

memerlukan siraman rohani berupa petunjuk dan nasihat keagamaan; untuk mencerdaskan

pikiran dan meningkatkan keterampilan, manusia memerlukan pendidikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.2.1 Apakah manusia butuh terhadap agama ?

1.2.2 Perbedaan keyakinan masyarakat primitif dengan masyarakat modern ?

1.2.3 Apakah masyarakat modern tidak membutuhkaan agama ?

12.4 Apakah brnar masyarakat modern percaya adanya agama ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Untuk menambah wawasan tentang seberapa besar manusia membutuhkan agama.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa dapat

mengetahui kebutuhan manusia terhadap manusia.

3

Page 4: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 MANUSIA MEMBUTUHKAN AGAMA

Agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Agama sudah berkembang sejak

masa primitif, itu terbukti sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang

berpengaruh dalam kehidupan.

Mula-mula kepercayaan itu ditujukan pada benda. Selain itu, masyarakat primitif juga

mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Kepercayaan dinamisme dan animisme

seiring waktu tidak memberikan kepuasan karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan

pujian, yang disebut politeisme. Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap

kaum cendikiawan. Oleh karena itu, dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena

dianggap mempunyai perbedaan kekuatan. Kemudian kepercayaan manusia meningkat

menjadi lebih definitive (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut

Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain, kepercayaan satu Tuhan

satu bangsa disebut henoteisme (Tuhan tingkat Nasional). Kepercayaan dalam bentuk

henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya diakui satu Tuhan

untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.

2.2 MASYARAKAT PRIMITIF DIBANDINGKAN DENGAN MASYARAKAT

MODERN

Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan telah diberikan oleh para filosuf,

ilmuwan dan budayawan seolah mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang

mereka senangi. Sains di-Indonesiakan menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut

pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan

adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi, dapat

firasat, sedangkanI Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,

diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif,

yang sudah teruji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata

ilmu berarti “kejelasan”, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri

4

Page 5: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini

digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dari obyek pengetahuan sehingga

memperoleh kejelasan.

Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi dari pada salah satu bidang kajian. Sebab

itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang

yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. karena keterbatasan kemampuan

manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara

mendalam. Teknologi adalah produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,

teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu

pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan

netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk

merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan

teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi

manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan

dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.

Netralitas teknologi dapat dimanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau untuk

digunakan kehancuran manusia itu sendiri. Perkembangan iptek adalah hasil dari segala

langkah dari pemikiran untuk memperluas, mendalam, dan mengembangkan iptek.

Agama Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptannya

(dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan

akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan

aturan mu’amalah dan uqubat/sistem pidana).

Secara garis besar berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan manusia

dengan Penciptanya, terdapat 3 jenis paragdigma sebagai berikut :

Paradigma sekuler, yaitu memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain.

Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-

din ‘an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi peranya dalam

hubungan pribadi manusia dengan Tuhanya. Agama tidak mengatur kehidupan umum

(publik). Agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan menginterversikan yang lainnya.

Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (pengertian atau hakikat dari

5

Page 6: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

sesuatu), epistemologis (cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (cara menerapkan).

Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abat XIX di Barat sebagai jalan keluar dari

kontradiksi ajaran Kristen (khusus teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern.

Paradigma sosialis, yaitu menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak

ada, dus, tidak ada hubungan dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas

secara total dari agama. Paradigma ini didasarkan pemikiran Karl Marx ateis dan memandang

agama (Kristen) sebagai candu, karena membuat orang terbius dan lupa akan penindasan

kapitalisme yang kejam. Kalr Marx (1957) mengatakan, “Religion Is the sigh of the

oppressed creature, the heart of the heartless world, just as it is the spirit of a spiritless

situation. It is the opium of the people.” (Agaa adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa

dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh dari situasi yang tanpa ruh.

Agama adalah candu bagi rakyat).

Paradigma Islam, yaitu memandang bahwa agama, dasar dan pengatur kehidupan.

Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam―terwujud dalam al-

Qur’an dan al-Hadits, menjadi qa’dah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di

atasnya di bangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan serta iptek.

2.3 MASYARAKAT MODERN YANG SEMENTARA TIDAK MEMBUTUHKAN

AGAMA

Banyak aktivitas manusia yang dapat membuat hubungan kita dengan Allah makin

menjauh. disibukkan oleh kerja, sehingga lupa shalat, lupa membaca Alquran, lupa mendidik

keluarga, lupa menuntut ilmu agama, lupa menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya

perintahkan.

Golongan kiri adalah suatu golongan yang ditandai dengan suasana kehidupan serba

gemerlap. Kehidupan manusia yang materiallistik, penuh sandiwara. Babak demi babak

hidup dan kehidupannya habis untuk mengais-ais dunia. Kesuksesan, keberhasilan di dalam

meraih dunia telah melemparkan mereka kedalam sifat angkuh, tinggi diri, gila hormat,

mengejar pangkat dan jabatan dengan berbagai macam jalan. Mereka bangga atas semua itu.

Dengan merasa diri telah cukup terhadap kepentingan hidupnya, tercapai segala

kehendaknya, hingga ia lupa segala-galanya. Sementara Tuhan sebagai satu-satunya sumber

6

Page 7: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

kehidupan hanya dijadikan “SESEMBAHAN” ritual serimonial belaka. Rangkaian ibadah

ditujukan hanya mencari sensasi dan penghormatan semata. Gerak langkah kehidupannya

masih bersifat lahiriah dan puncak ibadahnya masih menyembah kira-kira. Mereka yang tidak

mengenal Tuhan, tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan

prilakunya sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang

yang minus beragama.

Untuk sementara ini mereka tidak membutuhkan agama. Mengapa ? ini terjadi karena

pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi lebih menguasai, jadi seakan-akan

peran agama dalam kehidupan saat ini ditiadakan dahulu. Manusia adalah makhluk berakal

dan bahkan juga makhluk tukang bertanya. Manusia selalu mempunyai keinginan untuk

mengetahui setiap apa yang ada dalam muka bumi ini. Menurut Prof. Arnold Toynbee ahli

sejarah kenamaan inggris ini, tabir rahasia alam ini juga ingin disingkap oleh manusia. Dalam

bukunya “An historian’s approach to religion” dia menulis “Tidak ada satu jiwa pun akan

melalui hidup ini tanpa mendapat tantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam

semesta”. Lebih dari itu, bahkan rahasia metafisika juga termasuk hal yang ingin disingkap

oleh manusia. Padahal metafisika ialah masalah yang gaib seperti hidup sesudah

mati(akhirat), Tuhan, surga, neraka, atau hal-hal lain yang dibalik alam nyata ini. Misalnya,

jika nyawa bercerai dari badan, kemana roh dari badan itu pergi. Hal apa yang akan terjadi.

Masalah-masalah pelik penuh misteri ini ingin diketahui oleh manusia.

Dengan hal ini, menunjukkan jika manusia hanya mengandalkan akalnya (bahkan

dengan ditambah ilmu dan filsafat sekalipun) semua persoalan metafisika tersebut tidak akan

dapat diketahui. Manusia hanya bisa berhayal atau menduga-duga dan tidak pernah mampu

mengetahui perkara yang gaib tersebut secara pasti. Persoalan metafisika yang gaib, memang

bukan lagi wilayah kemampuan akal manusia. Ilmu apapun (hasil akal) menjadi lumpuh

memasuki wilayah tersebut, sebab memang bukan lagi daerah wewenangnya.

Firman Allah SWT: “katakan: tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang

mengetahui perkara gaib, kecuali Allah”. (An-Naml : 65).

Ibnu kholdoun, dalam kitab “Muqaddimah”nya menulis, “Akal adalah sebuah

timbangan yang tepat, yang catatan-catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi

mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan

keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan, atau soal-soal lain yang diluar

7

Page 8: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

lingkungan akal, sama halnya dengan mencoba mempergunakan timbangan tukang emas

untuk menimbang gunung. Ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang

tepat. Hal ini dikarena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya.

Pada dasarnya, manusia modern sekarang dalam ucap tidak percaya akan adanya

Tuhan, tetapi dalam hati masih menganggap Tuhan itu ada. Contohnya, pada saat menyusuri

jalan yang dipakai adalah jalan bagian tepi. Saat manusia yang tak mengakui adanya Tuhan

tersebut ditantang agar berjalan di tengah-tengah jalan raya, mereka tak berani. Kalaupun

mereka tidak mengakui adanya Tuhan seharusnya mereka tidak takut dengan tantangan itu

karena mereka menganggap setelah kehidupan didunia ini tidak akan ada kehidupan lagi.

Begitupun dengan seorang pasien yang misal tengah menderita suatu penyakit. Awalnya sakit

itu hanya perlu membutuhkan obat ditoko-toko kecil tapi tidak sembuh, akhirnya dibawa ke

puskesmas. Dari puskesamas dirujuk ke rumas sakit. Di rumah sakit disarankan agar

menjalani rawat inap. Tapi selama rawat inap pennyakitnya tak kunjung sembuh, akhirnya

disarankan operasi atau bahkan sampai amputasi. Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan

bahwa manusa modern sekarang akan melakukan apa pun agar dia tidak mati karena jika mati

mereka tidak punya persiapan apa-apa untuk dipertanggungjawabkan nanti.

Padahal agama tak hanya ritual, menyangkut hubungan vertikal antara manusia

dengan Tuhannya belaka, tapi juga fenomena di luar kategori pengetahuan akademis.

Sebagian manusia mempercayai agama, namun tidak pernah melakukan ritual. Yang lain

mengaku tidak beragama, namun percaya sepenuhnya terhadap Tuhannya. Di luar itu semua,

kita sering menyaksikan, dalam kondisi tertentu—semisal kesulitan hidup atau tertimpa

musibah—manusia cenderung berlari kepada agama. Sebaliknya, pada saat dirinya hidup

dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli terhadap agama, bahkan mengingkari

eksistensi Tuhannya.

Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Berbagai

pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya,

Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusia merupakan salah satu faktor pendorong

terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya

serta pemimpin besar. Diregutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian di

kala dunia telah kosong. Jadi harapan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan

pengarahan, harapan menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan

terlepas dari perasaan putus asa. Semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan

8

Page 9: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

untuk menerima keimanan kepada Tuhan. Willian James seorang filosof Jerman menyatakan

bahwa hal-hal fisik dan material merupakan sumber tumbuhnya berbagai keinginan batin,

namun banyak pula keinginan yang tumbuh dari alam di balik alam material ini. Buktinya,

banyak perbuatan manusia tidak bersesuaian dengan perhitungan material. Pada setiap

keadaan dan perbuatan keagamaan, kita selalu dapat melihat berbagai bentuk ketulusan,

keikhlasan dan kerinduan, keramahan, kecintaan dan pengorbanan. Gejala-gejala kejiwaan

yang bersifat keagamaan memiliki berbagai kepribadian dan karakteristik yang tidak selaras

dengan semua gejala umum kejiwaan manusia.

2.4 MASYARAKAT MODERN YANG PERCAYA AKAN ADANYA AGAMA

Kehidupan manusia di dunia penuh dengan berbagai macam cobaan dan rintangan

yang datangnya dari  Allah agar manusia menyadari hanya kepada Allah tempat berlindung

dan memohon agar terhindar dari segala bencana dan  musibah yang melanda dunia, seperti

gempa bumi, banjir dan lain-lain serta adanya godaan dan rayuan dari  setan beserta 

pengikut-penguikutnya agar manusia berpaling dari Allah Tuhan yang yang menciptakan

manusia, setan dan pengikut-pengikutnya. Sebenarnya permasalahan kebutuhan masyarakat

modern dapat diatasi dengan adanya teknologi serta ilmu yang berkembang. Tetapi hanya

satu yang tidak bisa diatasi oleh akal manusia yaitu kematian. Masyarakat modern yang sadar

tentang butuhnya suatu agama maka mereka akan menganut agama.

2.5 HAKIKAT KEMATIAN

Kematian adalah peristiwa yang pasti, akan terjadi pada setiap makhluk hidup tidak

peduli kapan dan dimanapun tempatnya jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut

nyawa seseorang, maka ia pasti akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak

akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, mau ataupun tidak mau ia pasti akan mati, jika

sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain

sebagainya tidak akan sanggup menolongnya dari kematian.

9

Page 10: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.doc

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama

dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia, sangatlah

membutuhkan agama. Dan sangat dibutuhkannya agama oleh manusia, tidak saja di masa

primitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi juga di zaman modern

sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.

Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam

kehidupan manusia.

Karena agama merupakan sumber moral.

Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.

Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

Karena agama meberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun di

kala duka.

10