makalah agama.doc
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KELUARGA DAN MASYARAKAT ISLAMI
DALAM MENCEGAH PERDAGANGAN ANAK
Disusun oleh :
Adhelia Irawan (1206253861)
Anies Labibah (1206242776)
Annisa Salsabila (1206218070)
Diamond Ravi (1206237201)
Fadin Darmawan (1206253792)
Ginas Alvianingsih (1206201580)
Ismi Rosyiana Fitri (1206201486)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MEI 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Pengaruh
Keluarga dan Masyarakat Islami dalam Mencegah Perdagangan Anak’. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses penulisaannya,
tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak berupa petunjuk, bimbingan, maupun
dorongan moril dan materil. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penyusun hanturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Nurwahidin, M.Ag, selaku dosen pembimbing mata kuliah
MPK Agama Islam;
2. Rekan-rekan di kelas MPK Agama Islam-21;
3. Secara khusus penyusun menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penyusun;
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pihak-pihak yang terkait pencegahan perdagangan anak pada
khususnya. Terima kasih.
Depok, 17 Mei 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..................................................................…………...... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 1
1.3 Masalah penelitian ................................................................... 1
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 2
1.6 Hipotesis .................................................................................. 2
1.7 Metodologi Penelitian .............................................................. 2
1.8 Sistematika Penulisan .............................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................... 4
2.1 Hak dan Kedudukan Anak dalam Keluarga ................................... 4
2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perdagangan Anak ............... 8
2.3 Pandangan Agama Islam terhadap Perdagangan Anak ................. 9
2.4 Karakteristik Keluarga Sakinah, Mawadah, dan Rahmah yang
dapat Mencegah Perdagangan Anak .......................................... 13
2.5 Karakteristik Masyarakat Islami dan Perannya dalam
Mencegah Perdagangan Anak ................................................... 16
2.6 Peran Keluarga, Masyarakat, dan Institusi Sosial dalam
Mengurangi Perdagangan Anak ................................................ 19
2.6.1 Peran Keluarga ................................................................. 19
iii
2.6.2 Peran Masyarakat ............................................................. 20
2.6.3 Peran Institusi Sosial ........................................................ 20
2.7 Solusi terhadap Perdagangan Anak dalam Lingkup Agama dan
Kajian Keilmuan ....................................................................... 21
Bab 3 PENUTUP .................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 23
3.2 Saran ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Anak adalah rezki dari Allah. Sudah sepantasnya pasangan suami istri bersyukur
atas rezki itu. Allah subhanahu wa tala berfirman:
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dan Dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Asy-Syura : 49-50)
Namun, fenomena yang marak terjadi belakangan ini justru sebaliknya.
Perdagangan anak di Indonesia semakin marak terjadi. Perdagangan anak ini
terjadi akibat beberapa faktor. Seharusnya hal ini dapat dicegah oleh lingkungan
sekitarnya, yaitu keluarga dan masyarakat yang Islami. Dari kenyataan tersebut,
kami bermaksud mengkaji masalah ini dalam makalah yang berjudul “Pengaruh
Keluarga dan Masyarakat Islami dalam Mencegah Perdagangan Anak” yang
bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dan masyarakat islami dalam
mencegah perdagangan anak.
1.2 Perumusan Masalah
Pengaruh keluarga dan masyarakat islami dalam mencegah perdagangan anak.
1.3 Masalah Penelitian
1. Bagaimana peran keluarga islami dalam mencegah terjadinya perdagangan anak ?
2. Bagaimana peran masyarakat islami dalam mencegah terjadinya perdagangan anak ?
1
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran keluarga islami dalam mencegah terjadinya perdagangan anak.
2. Untuk mengetahui peran masyarakat islami dalam mencegah terjadinya perdagangan anak.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia
khususnya mahasiswa Universitas Indonesia agar dapat mengetahui peran
keluarga dan masyarakat islami dalam mencegah terjadinya perdagangan anak
sehingga kedepannya diharapkan dapat mencegah perdagangan anak yang saat ini
semakin marak di Indonesia.
1.6 Hipotesis
Hipotesis penyusun terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
perdagangan anka terjadi karena belum adanya upaya pencegahan melalui
terbangunnya keluarga dan masyarakat yang islami. Perdagangan anak dapat
terjadi karena keluarga dan masyarakat yang belum memegang teguh nilai-nilai
Islam.
1.7 Metodologi Penelitian
Metodologi adalah keseluruhan prosedur dan teori yang digunakan
untuk meneliti. Dalam melakukan penelitian, ada dua metode yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Kami tidak menggunakan metode kuantitatif
karena metode ini digunakan untuk analisis statistika data. Kami
menggunakan metode kualitatif dengan kajian pustaka. Dalam metode ini
kami mengambil kesimpulan dengan cara induktif. Cara induktif yang kami
lakukan adalah dengan kunjungan pustaka lalu mengambil kesimpulan dari
berbagai referensi yang sudah kami pelajari.
2
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar makalah ini terdiri dari 3 (tiga) bab dengan beberapa
sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB 1
Secara garis besar, bab 1 menjelaskan tentang bagaimana awal timbulnya
masalah perdagangan anak. Oleh karena itu, dalam bab ini dijelaskan latar
belakang masalah, masalah penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian,
dan sistematika penelitian.
BAB 2
Pada bab ini diuraikan tentang hak dan kedudukan anak dalam agama,
faktor-faktor yang menyebabkan perdagangan anak, pandangan agama terhadap
perdagangan anak, karakteristik keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah yang
dapat mencegah perdagangan anak, serta karakteristik masyarakat islami dan
perannya dalam mencegah perdagangan anak. Dari berbagai penjelasan pada
subbab tersebut, penyusun kemudian menjelaskan peran keluarga, masyarakat,
dan institusi sosial dalam mengurangi perdagangan anak, serta solusi terhadap
perdagangan anak dalam lingup agama dan kajian keilmuan.
BAB 3
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian
dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
3
BAB 2
Pengaruh Keluarga dan Masyarakat Islami dalam Mencegah Perdagangan
Anak
2.1 Hak dan Kedudukan Anak dalam Agama
Sudah sepantasnya pasangan suami istri memperhatikan hak-hak dan
kedudukan anak agar terjalin hubungan yang harmonis di dalam keluarga, tercipta
anak-anak yang taat kepada orang tuanya, dan terbentuk watak-watak anak soleh
yang siap membangun agama, bangsa dan negara. Di antara hak-hak anak dalam
Islam adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikannya ketika berada di rahim ibunya.
Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada
di rahim, baik yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya
maupun sifat-sifat yang akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu
harus sadar terhadap apa yang dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia
memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang secara tidak dia sadari akan berpengaruh
terhadap perilaku bayinya nanti. Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang
mengandung anaknya, walaupun dia sudah benar-benar ditalak tiga atau talak
bain. Alasannya adalah ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak itu
wajib. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Artinya: “Jika mereka (wanita-wanita itu) sedang hamil, maka nafkahilah
mereka sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS Ath-Thalaq : 6)
2. Memperlihatkan rasa senang ketika ia dilahirkan
Ketika sang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu
menunjukkan rasa senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu. Baik laki-laki
maupun perempuan. Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang
dilahirkan adalah perempuan. Perlu kita ketahui ini, rasa kebencian itu merupakan
4
sifat jahiliah yang masih dimiliki oleh sebagian kaum muslimin. Allah subhanahu
wa ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Qur’an tentang perbuatan yang telah
dilakukan oleh orang-orang Quraisy di masa Jahiliah. Mereka membunuh bayi-
bayi perempuan mereka yang baru dilahirkan. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
Artinya: “Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah dia akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah! Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)
Terkadang Allah menguji sang ayah dan sang ibu dengan anak yang cacat.
Orang yang paham bahwa itu adalah ujian, maka dia akan berlapang dada untuk
menerimanya dan tetap merasa senang. Sebaliknya orang yang tidak paham, maka
dia tidak akan senang, tidak rida bahkan terkadang bisa sampai mengarah ke
perceraian atau pembunuhan sang anak.
3. Menjaganya agar tetap hidup baik ketika di dalam rahim maupun ketika
telah lahir
Anak pun memiliki hak untuk hidup. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan! Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra’ : 31)
Bentuk pembunuhan yang banyak dilakukan adalah dengan peraktek
aborsi. Aborsi hukumnya adalah haram, terkecuali ada alasan darurat yang
membolehkannya. Yang sungguh mengherankan –berdasarkan data yang penulis
dapatkan-, justru ibu-ibu yang telah memiliki dua atau tiga anaklah yang paling
banyak melakukan praktek ini.
4. Memberi nama dengan nama yang baik
5
Anak pun memiliki hak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar.
Nama itulah yang mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh karena itu,
janganlah salah dalam memilihkan nama. Islam telah mengajarkan agar memilih
nama-nama islami dan menjauhi nama-nama yang mengandung unsur
penyerupaan dengan agama lain atau penyerupaan dengan pelaku-pelaku
kemaksiatan. Sudah sepantasnya seorang muslim bangga dengan nama islaminya.
5. Menyusuinya dengan ASI sampai dia merasa cukup serta memperhatikan
gizi yang dia makan/minum.
Anak memiliki hak untuk dijaga kesehatannya. Makanan yang paling
bagus untuk bayi di bawah umur dua tahun adalah ASI (Air Susu Ibu). Allah
berfirman :
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233).
6. Berakikah dengan menyembelih satu ekor kambing untuk anak perempuan
dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki serta mencukur rambutnya di hari
ketujuh kelahirannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: “Seorang anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelihkan
untuknya pada hari ke tujuh, diberi nama dan dicukur kepalanya.”
Meskipun terjadi perbedaan pendapat di antara ulama tentang kewajiban
berakikah, sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk selalu berusaha
mengikuti semua sunnah/ajaran nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Memperhatikan kebersihan tubuhnya dan menghilangkan berbagai
gangguan darinya.
6
Orang tua wajib memperhatikan kebersihan anaknya. Secara tidak
disadari, hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental sang anak.
Begitu pula, sudah sepantasnya orang tua mengajarkan cara menjaga kebersihan.
Sebagai contoh kecil, mengajarkannya untuk tidak membuang sampah kecuali di
tempat sampah, mengajarkannya untuk membersihkan tempat tidur dan
membiasakannya untuk menggosok giginya. Islam adalah agama yang yang
sangat memperhatikan kebersihan. Di antara bentuk ajaran Islam yang
menjelaskan tentang kebersihan adalah disyariatkannya berkhitan, baik untuk laki-
laki maupun perempuan.
Selain mengatur hak-hak anak, Islam juga mengatur kedudukan anak.
Dalam al-Quran, Allah SWT mengklasifikasikan kedudukan anak menjadi empat
golongan, yaitu:
Pertama, ada anak sebagai musuh. Yang dimaksud anak sebagai musuh
adalah apabila ada anak yang menjerumuskan orangtuanya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama. Allah berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS. At-Tagobun: 14)
Kedua, anak sebagai fitnah atau ujian. Fitnah yang dapat terjadi pada
orangtua adalah manakala anak-anaknya terlibat dalam perbuatan yang negatif,
seperti mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, penipuan,
atau perbuatan-perbuatan lainnya yang membuat susah dan resah orang tuanya.
Allah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anamu hanyalah cobaan (bagimu) , dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Tagobun: 15)
Ketiga, anak sebagai perhiasan. Perhiasan yang dimaksud adalah bahwa
orangtua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai prestasi yang
diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik namanya di
depan masyarakat. Allah berfirman:
7
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Keempat, anak sebagai penyejuk mata (qorrota a’yun) atau penyenang
hati. Allah berfirman :
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata ”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Furqan: 74)
2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perdagangan Anak
Beragam faktor diduga melandasi sekaligus memuluskan praktik
perdagangan anak. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Jazuli Juwaini menilai
masalah kemiskinan menjadi salah satu penyebab praktik perdagangan anak. Para
orang tua banyak yang mudah terjebak iming-iming dalam kondisi sulit secara
ekonomi. Selain itu terdapat faktor lain, yaitu belum optimalnya penyediaan panti
sosial penitipan anak bagi orang tua yang tidak mampu merawat dan
membesarkan anaknya. Panti sosial yang ada saat ini sangat terbatas
kemampuannya, dikarenakan adanya faktor yang utama tadi, yaitu kemiskinan.
Faktor penyebab selanjutnya adalah belum tuntasnya penyelidikan
terhadap sindikat penjual anak, serta belum ada tindakan tegas kepada seluruh
pihak yang berkaitan dengan sindikat tersebut. Sindikat ini sangat terorganisir.
Ada anggotanya yang bekerja secara personal mencari balita-balita yang orang
tuanya miskin untuk dibiayai dan dirawat, tetapi kemudian di jual.
Faktor lain adalah adanya permasalahan sosial terkait kurangnya kesiapan
orang tua dalam memiliki anak. Dalam hal ini sebaiknya Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya mengkampanyekan
paradigma dua anak lebih baik, namun juga sosialisasi kesiapan orang tua untuk
memiliki anak.
8
Faktor yang terakhir adalah adanya keterlibatan pejabat pemerintah dalam
praktik perdagangan anak. Faktor ini masih perlu pembuktian lebih lanjut, sebab
penjualan anak ke luar negeri bisa dilakukan para pelaku dengan memalsukan
identitas anak. Hal ini diperkuat karena tidak adanya sistem validasi yang
mumpuni di kantor keimigrasian, sehingga memudahkan pelaku memalsukan
identitas anak tanpa teridentifikasi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena perdagangan
anak umumnya dilandasi motif ekonomi yang didukung adanya kesempatan atau
peluang. Namun, jika dikaji lebih dalam lagi maka akan didapatkan bahwa
kejadian-kejadian tersebut terjadi karena kurangnya iman dari tiap-tiap manusia
yang terlibat perdangan anak tersebut, entah itu dari pihak keluarga entah dari
pihak agen sindikat penjual anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
berserah diri kepada Allah SWT serta tabah dalam menghadapi cobaan hidup.
2.3 Pandangan Agama Islam terhadap Perdagangan Anak
Agama Islam merupakan agama yang sempurna karena mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia. Islam merupakan sebuah aturan, norma, pola hidup
yang melingkupi kehidupan manusia dan menjadi pedoman dalam menjalankan
kehidupannya. Allah berfirman :
Artinya: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah: 3).
Pedoman dalam Islam dijabarkan dalam suatu ilmu yang disebut dengan
fiqih Islam. Secara umum, fiqih Islam dibagi menjadi empat, yaitu: ibadah,
mu’amalah, munakahah, dan jinayat. Di sini akan dijelaskan mengenai
perdagangan, apa saja yang dibolehkan dan yang dilarang dalam berdagang.
Perdagangan dalam ilmu fiqih masuk dalam pembahasan mu’amalah. Asas dalam
perdagangan Islam adalah Islam itu sendiri yang meliputi tiga aspek
yaitu aqidah, akhlaq (moral), dan syari’ah (hukum).
Perdagangan dalam Islam memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
9
1. Harta adalah milik Allah dan manusia hanyalah sebagai khalifah
2. Terikat dengan aqidah, syari’ah (hukum), dan akhlaq (moral)
3. Seimbang antara urusan ruhani (akhirat) dan urusan keduniaan
4. Adil dan seimbang dalam melindungi kepentingan ekonomi individu dan
masyarakat
5. Tidak berlebihan dalam memanfaatkan harta kekayaan
6. Kelestarian sumber daya alam
7. Kerja (tidak menunggu)
8. Zakat
9. Larangan Riba
Dalam beberapa tahun belakangan ini, Human Trafficking atau
perdagangan manusia, dan lebih khusus lagi “Trafficking in Child” ( Perdagangan
Anak ), menjadi isu paling hangat dan semakin luas dibicarakan di berbagai
belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Trafiking merupakan jenis kekerasan
terhadap kemanusiaan yang amat kompleks, dan kejahatan yang sangat
mengerikan. Tidak heran kalau banyak orang yang menyebutnya sebagai
perbudakan modern.
Tampak jelas dari definisi di atas, bahwa “Trafiking” merupakan kejahatan
kemanusiaan yang tidak dapat ditolerir. Kemunculannya telah menghancurkan
sendi-sendi kehidupan, karena terlanggarnya hak-hak asasi manusia, antara lain:
hak kebebasan pribadi, hak untuk tidak disiksa, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dengan kedudukan yang sama di hadapan hukum,
dan lain sebagainya. Otomatis pelanggaran seperti ini, akan berdampak pada
terjadinya kekerasan fisik, psikis, seksual, ekonomi maupun budaya.
Fenomena perdagangan anak sungguh telah mengingatkan kita kembali
pada praktik-praktik yang pernah terjadi sebelum Islam lahir, atau yang dalam
literatur Islam disebut zaman Jahiliah. Dalam era ini, banyak orang yang tidak
memahami bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang bebas (merdeka), otonom,
setara dan harus dihormati. Oleh karena itu, zaman tersebut disebut zaman
10
jahiliyah (era kebodohan). Kelompok-kelompok rentan seperti perempuan, anak-
anak dan orang-orang miskin, merupakan sasaran penghinaan dan penindasan.
Praktik-praktik penindasan oleh yang kuat dan kaya terhadap yang lemah dan
miskin, pada masa itu banyak terjadi, dan tidak dianggap sebagai pelanggaran. Di
antara manusia yang paling banyak menjadi korban penindasan adalah, anak
perempuan. Mereka dianggap bukan manusia utuh, melainkan hanya separoh
manusia, manusia kelas dua, atau bahkan sebagai barang. Kekerasan terhadap
mereka dapat terjadi dimana saja, baik di ranah domestik maupun publik.
Perbudakan juga popular di zaman itu. Kebanyakan dari mereka adalah
kaum perempuan. Mereka diperlakukan sebagai barang yang dapat
diperjualbelikan, dan dieksploitasi majikannya untuk mengeruk keuntungan.
Umumnya mereka dipekerjakan sebagai pelacur (prostituti), sebagaimana
disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Seluruh ulama Islam sejak zaman
dahulu sampai hari ini sepakat, bahwa tujuan Islam adalah mewujudkan
kemaslahatan. Kemaslahatan dalam hal ini diartikan sebagai perlindungan
terhadap hak-hak dasar yang diciptakan Tuhan, yang meliputi perlindungan
keyakinan (hak beragama dan berkeyakinan), perlindungan jiwa (hak hidup dan
hak tidak dianiaya), perlindungan akal pikiran (hak berpendapat, berkumpul dll),
perlindungan berketurunan dan kehormatan diri (hak reproduksi sehat dan tidak
dilecehkan, direndahkan dan lain-lain), dan perlindungan harta (hak milik).
Bentuk-bentuk perlindungan manusia di atas, dalam konteks hari ini
sejalan dengan apa yang disebut sebagai Hak-hak Asasi Manusia (HAM). Dalam
rumusan yang disepakati bangsa-bangsa di dunia, HAM adalah hak-hak dasar
yang melekat pada diri setiap orang sejak ia dilahirkan. Hak ini merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka ia
bersifat universal, dimiliki siapa saja, tanpa melihat latarbelakangnya. Hak-hak ini
tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh siapapun, kecuali oleh Tuhan.
Abid al Jabiri mengatakan, bahwa hak-hak dasar di atas mengandung
makna bahwa, hak-hak tersebut ada, dan berlaku bagi semua orang di manapun ia
11
berada, tanpa membedakan laki-laki dan pe-rempuan, berkulit putih atau hitam,
kaya atau miskin. Ia tak terpengaruh oleh kebudayaan dan peradaban apapun (la
yuatstsir fiha ikhtilaf al tsaqafat wa al hadharat), melintasi batas-batas ruang dan
waktu (ta’lu ‘ala al zaman wa al tarikh). Ia adalah hak bagi setiap manusia,
karena ia adalah manusia (‘ala al Insan ayyan kana wa anna kana). (Mohammad
Jabid al Jabiri, al Dimuqrathiyyah wa Huquq al Insan, Markaz Dirasat al Wahdah
al Arabiyyah, Beirut, cet. II, 1997, h. 145-146.
Cita-cita Islam di atas telah disepakati dalam pertemuan Internasional
Negara-negara Islam di Mesir tahun 1990. Pertemuan ini menghasilkan deklarasi
kemanusiaan universal yang dikenal dengan “Deklarasi Kairo”.
Deklarasi Kairo ini Memuat Antara lain:
“Manusia adalah satu keluarga, sebagai hamba Allah, dan berasal dari Adam.
Semua orang adalah sama dipandang dari martabat dasar manusia, dan
kewajiban dasar mereka tanpa diskriminasi ras, warna kulit, bahasa, jenis
kelamin, kepercayaan agama, ideologi politik, status sosial atau pertimbangan-
pertimbangan lain. Keyakinan yang benar, menjamin berkembangnya
penghormatan terhadap martabat manusia ini.” (pasal 1 ayat 1).
“Semua makhluk adalah keluarga Allah, dan yang sangat dicintainya adalah
yang berguna bagi keluarganya. Tidak ada kelebihan seseorang atas yang
lainnya kecuali atas dasar takwa dan amal baiknya”. (pasal 1 ayat 2).
“Perempuan dan laki-laki adalah setara dalam martabat sebagai manusia, dan
mempunyai hak yang dapat dinikmati ataupun kewajiban yang dilaksanakan; ia
(perempuan) mempunyai kapasitas sipil dan kemandirian keuangannya sendiri,
dan hak untuk mempertahankan nama dan silsilahnya” (pasal 6).
Tindak pidana perdagangan hukum Islam termasuk ta’zir karena bentuk
sanksi terhadap pelakunya tidak dijelaskan dalam Al-Quran dan hadits. Ketentuan
ta’zir merupakan suatu kewenangan Ulil al-Amri (pemerintah), dalam hal ini
hakimlah yang menentukan sanksi terhadap pelaku tanpa pandang bulu.
12
Sanksi hukum dalam ketentuan pidana pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007.
Tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia dapat dilaksanakan
karena menurut penyusunan sangat sesuai dengan tujuan hukum Islam (maqasid
al-syariah) yaitu menjaga lima hal kepentingan manusia berupa memelihara
agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memeliharan keturunan, dan
memelihara harta. Bahkan pelakunya dapat dijatuhi hukuman maksimal bila betul-
betul bersalah sesuai dengan asas keadilan yang berlaku.
2.4 Karakteristik Keluarga Sakinah, Mawadah, dan Rahmah yang
dapat Mencegah Perdagangan Anak
Dalam hal keluarga seringkali terdengar sebutan keluarga sakinah,
mawaddah, wa rahmah. Sakinah artinya tentram, yaitu adanya kepercayaan dalam
berumah tangga, saling memahami sifat pasangan masing – masing. Keluarga
sakinah menunjukkan keluarga yang tenang dan damai. Mawaddah artinya cinta,
yang merupakan tahapan berikutnya yang dirasakan oleh pasangan. Cinta yang
didasarkan atas rasa cinta kepada Allah SWT. Keluarga mawaddah menunjukkan
keluarga yang saling mencintai dan menyayangi. Rahmah artinya rahmat,
merupakan akhir dari segala perasaan. Dalam tahap ini yaitu
menjalankanpernikahan dengan memperoleh ridha Allah SWT. Dalam garis besar
tujuan keluarga yaitu menjadi tempat yang tenang dan harmonis sebagai tempat
lahirnya keturunan yang baik yang kemudian menjadi bagian masyarakat yang
membangun. Sementara fungsi dari keluarga selain untuk mengikat cinta satu
sama lain juga sebagai pembentuk generasi penerus keluarga.
Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu
perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang
berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri keluarga sakinah, diantaranya:
a. Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah
Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga yang
sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landas taqwa, berpadukan Al-qur’an
dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata – mata. Ia menjadi panduan
13
kepada suami istri sekiranya menghadapi berbagai masalah yang akan timbul
dalam kehidupan berumahtangga. Allah SWT berfirman :
Firman Allah SWT :
Artinya: “Kemudian jika kamu selisih faham / pendapat tentang sesuatu,
maka kembalilah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasulullah (Sunnah)”. ( QS. An-
Nisa : 59)
b. Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)
Tanpa ‘al-mawaddah’ dan ‘al-Rahmah’, masyarakat tidak akan hidup
dengan tenang dan aman terutamanya dalam ninstitusi kekeluargaan. Dua perkara
ini sangat – sangat diperlukan karena sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah
rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling
menghormati, saling mempercayai, dan tolong menolong. Tanpa kasih sayang,
perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan – angan saja.
c. Mengetahui Peraturan Berumahtangga
Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patutu dipatuhi
oleh setiap anggotanyanya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami
dengan tidak keluar rumah melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah
pendapat suami walaupun istri merasakan dirinya betul selama suami tidak
melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain.
Anak juga wajib taat kepada orang tua selama perintah keduanya tidak
bertentangan dengan larangan Allah SWT. Lain juga peranan seorang suami.
Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan
setiap anggota keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan
masing – masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Kaum laki – laku itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki – laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki – laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah
14
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT telah
memelihara (mereka). Wanita – wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari – cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar”. (QS. An-Nisa’ : 34)
d. Menghormati dan Mengasihi Kedua Orang Tua
Perkawinan bukanlah semata – mata menghubungkan antara kehidupan
dua orang, tetapi juga seluruh kehidupan oleh kedua belah pihak, terutama
hubungan terhadap ibu dan bapak pasangan. Oleh karena itu, pasangan yang ingin
membina keluarga sakinah seharusnya tidak mengesampingkan ibu bapak dalam
urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat
restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggung
jawabnya terhadap ibu dan bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu mengasihi
ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan dalam
berumahtangga. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua
orang ibu- bapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
khabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut : 8)
e. Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan
keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-
kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan
kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.
Secara umum, berdasarkan penjelasan di atas, ciri keluarga sakinah adalah:
1. Menanamkan dan mendidik anak untuk taat kepada Allah SWT
2. Mewujudkan sifat kasih sayang
3. Orang tau harus memberi nafkah yang halal
15
4. Orang tua mengajarkan mengenai kejujuran dan keadilan
5. Menunjukkan contoh akhlak yang baik
6. Memberikan pegangan hidup sebagai landasan utama
Dalam hal perdagangan anak, hal tersebut dapat dihindari jika setiap
individu dari keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sehingga individu
tersebut memiliki kepribadian yang baik. Pembagian peran dalam keluarga sangat
berguna untuk mencapai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah dan
menghasilkan indivisu yang baik. Apabila sebuah keluarga dapat membangun
pribadi yang kuat dan baik maka setiap individu keluarga dapat menerapkan hal
yang ditanamkan dalam keluarga, diantaranya jiwa kritis dan kedamaian. Dalam
keluarga sebaiknya ditanamkan bagaimana kehidupan dengan masyarakat yang
plural sehingga bisa terwujud pribadi yang saling menghargai bukan main hakim
sendiri. Walaupun perdagangan anak tersebut merupakan hal yang menyimpang
dan hukum di Indonesia telah mencatat dan menyusunnya, peran keluarga sangat
penting sehingga kejadian tersebut tidak terulang kembali .
Sejatinya perilaku seseorang yang diperlihatkan adalah cerminan
bagaimana keluarga membentuknya. Disinilah peran penting sebuah keluarga
dalam pengkarakteran seseorang sehingga karena pohon yang baik menghasilkan
buah yang baik, begitu pula sebaliknya pohon yang buruk menghasilkan buah
yang buruk. Selain pendidikan formal yang diberikan, baiknya keluarga juga
menanamkan dengan kuat pendidikan agama dan sosial kemasyarakatan.
2.5 Karakteristik Masyarakat Islami dan Perannya dalam Mencegah
Perdagangan Anak
Sebagai agama besar yang dianut oleh satu milyar lebih umat manusia,
Islam telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan
teratur yang disebut dengan masyarakat Islam. Sebagai masyarakat Islam yang
berpedoman kepada akidah dan hukum Islam, maka seharusnya juga menjalani
secara Islami yang disebut masyarakat Islami. Masyarakat Islami adalah
masyarakat yang dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa yang
bertopang pada :
16
a) Menaati perintah Allah SWT yang dicerminkan dengan kasih sayang
terhadap sesama anggota masyarakat,
b) Bersyukur terhadap rahmad dan nikmat Allah SWT, segala puji-Nya semata,
yang dicerminkan pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemashalahatan
masyarakat material dan spiritual, berlandasan pada kaidah – kaidah moral yang
mulia,
c) Rasa dekat dengan Tuhan yang dicerminkan dalam perasaan takut pada
larangan – larangan-Nya yang akan membentuk sikap dan jiwa yang adil dan
bertanggung jawab, menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan
dalam anggota masyarakat.
Didalam Islam terdapat 10 karakteristik Masyarakat Islami, yaitu :
1. Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan pengakuan pada
keastuan umat dan cita – cita persaudaraan sesama manusia.
2. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dimana agama
menjadi perekat yang menyatuhkan.
3. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena
manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
4. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokrasi, baik secara spiritual,
sosial, ekonomi, maupun demokrasi politik.
5. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan, yang membentuk
semua aspek dari keadilan sosial baik dibidang moral, hukum, ekonomi, dan
politik yang telah ditetapkan dalam aturan dan kelembagaan yang telah disepakati.
6. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah, terpelajar,
karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Masyakat Islami adalah masyarakat yang disiplin, baik dalam ibadah maupun
muamalah.
8. Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki tujuan
yang jelas dan perencanaan yang sempurna.
9. Masyarakat Islami membentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan
kasih sayang anatara sesama.
10. Masyarakat Islami adalah yang sederhana, yang berkesinambungan.
17
Di dalam masyarakat Islami tentu terdapat unsur – unsur pribadi Islami
dan keluarga Islami. Pribadi Islami adalah pribadi yang betaqwa dan selalu
merasa diawasi oleh Allah SWT, yang membuat pribadi tersebut tidak berani
untuk menyimpang dari ajaran – ajaran Allah SWT. Sedangkan keluarga Islami
adalah keluarga yang anggota – anggotanya bukan hanya status keagamaannya
sebagai muslim, tetapi juga menunjukan keislaman dalam kehidupan sehari – hari,
baik dalam ibadah (hubungan kepada Allah) maupun dengan sesama anggota
keluarga dan tetangga.
Seperti yang telah kita bahas tentang pengertian masyarakat islami serta
karakteristiknya, terlihat bahwa perdagangan anak sangat bertentangan dengan
nilai-nilai dalam masyarakat islami. Perdagangan islam yang jelas-jelas hukumnya
haram ini dapat dicegah sejak dini dengan penanaman nilai-nilai masyarakat
islami dalam keluarga.
Untuk menanggulangi masalah perdagangan anak, peran masyarakat
islami yang dapat dilakukan adalah :
1. Memberi pengetahuan
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan
sosialisasi masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus,
masyarakat akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat menengah atas.
Yang paling penting adalah masyarakat kelas bawah. Mengapa? Karena
perdagangan manusia banyak terjadi pada masyarakat dengan kelas pendidikan
yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah
dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.
2. Memberitahu orang lain
Ketika kita telah mengetahui masalah ini dan bagaimana solusinya, tetapi
tidak memberitahu orang lain, permasalahan ini tidak akan selesai. Sebagai orang
yang telah mengetahuinya, maka menjadi kewajiban Anda untuk menyampaikan
apa yang terjadi pada orang lain, khususnya yang Anda anggap berpotensi
mengalami perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya
18
permasalahan ini tidak menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang-
orang di sekitar kita.
3. Berperan aktif untuk mencegah
Setelah mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, Anda juga
dapat berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif
tersebut dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus yang Anda ketahui
kepada yang berwajib. Anda juga bisa mengarahkan anak, keponakan, atau anak
muda lain yang gemar beraktivitas di situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati
dalam berteman, misalnya. Yang Anda lakukan mungkin hanya sesuatu yang
kecil, tetapi bila semua orang tergerak untuk turut melakukannya, bukan tak
mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan teratasi.
2.6 Peran Keluarga, Masyarakat, dan Institusi Sosial dalam
Mengurangi Perdagangan Anak
2.6.1 Peran Keluarga
Peran keluarga di dalam kasus perdagangan anak ini adalah peran yang
paling penting. Bahwasanya keluarga adalah center dari kasus ini. Keluarga
mempunyai peran-peran dalam mengurangi perdagangan anak seperti berikut:
1. Rasa memiliki
Menanamkan sikap saling memiliki dalam keluarga. Alasannya, penyebab kasus
perdagangan anak adalah ketidakpedulian keluarga terhadap anak-anak mereka.
2. Meningkatkan pendidikan
Meningkatkan pendidikan di dalam lingkungan keluarga. Pendidikan adalah hal
yang penting karena pendidikan menentukan kualitas pola pemikiran dimana
keluarga tidak mungkin memperdagangkan anaknya jika dia mempunyai pola
pemikiran yang luas.
19
2.6.2 Peran Masyarakat
Salah satu upaya masyarakat dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI) atas dukungan ILO dalam Program Prevention of Child
Trafficking for Labor and Sexual Exploitation. Menurut Action Program
Summary Outline (ILO, 2004: 5), tujuan dari program ini adalah:
Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menegah Atas untuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki
dan anak perempuan di dua kecamatan;
Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar;
Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan;
Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri;
Merubah sikap dan pola fikir keluarga dan masyarakat terhadap trafiking
anak.
Inti program ini mencegah anak-anak perempuan dengan mengupayakan:
Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun non
formal,
Pemberian peluang kerja, dan
Penyadaran masyarakat untuk mencegah perdagangan anak.
2.6.3 Peran Institusi Sosial
Mengatasi permasalahan perdagangan anak tidak hanya melibatkan satu
lembaga, akan tetapi harus melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada di
masyarakat, yaitu instansi-instansi pemerintah, LSM, organisasi kemasyarakatan
yang tergabung dalam sebuah kemitraan yang diperkuat oleh peraturan
20
pemerintah, paling tidak keputusan menteri untuk bersama-sama menangani
masalah perdagangan anak. Kesimpulan lain salah satu faktor pendorong
perdagangan anak adalah ketidak-mampuan sistem pendidikan yang ada maupun
masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Petugas kelurahan dan kecamatan yang
membantu pemalsuan KTP anak yang diperdagangkan juga menjadi faktor
pendorong utama perdagangan anak. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
instrumen hukum atau kebijakan yang lebih ketat secara efektif mencegah
pemalsuan KTP.
Penelitian International Labor Organization (ILO) tentang Pekerja Rumah
Tangga Anak di Indonesia pada tahun 2002, yang kemudian hasilnya
dipublikasikan melalui buku ”Bunga-Bunga Di Atas Padas : Fenomena Pekerja
Rumah Tangga Di Indonesia,” menyimpulkan tidak tertutup kemungkinan pada
penyaluran ”Pekerja Rumah Tangga Anak” terjadi trafiking anak. Hal ini
setidaknya diindikasikan dengan terdapatnya Pekerja Rumah Tangga Anak yang
ketika berangkat dari kampungnya, tidak untuk dijadikan sebagai Pekerja Rumah
Tangga, tetapi dipekerjakan di tempat lain yang tidak sesuai dengan perjanjian
semula (Pandji Putranto, dkk., 2004:190).
2.7 Solusi terhadap Perdagangan Anak dalam Lingkup Agama dan
Kajian Keilmuan
Solusi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi kejahatan perdagangan anak adalah :
1. Memberikan lapangan pekerjaanPada umumnya perdagangan manusia khususnya perdagangan anak dan
wanita dikarenakan orang tua tidak memiliki pekerjaa,hidup dalam lingkaran kemiskinan. Karena sudah berputus asa maka timbulah kejadian perdagangan ank ini.
2. Mensukseskan program KBMemburuknya factor ekonomi juga disebabkan akrena pengeluaran yang
berbanding jauh dari pemasukan akibat benyaknya anak yang dimiliki. Pemerintah seharusnya bukan hanya menyosialisasikan program KB, melainkan memberikan fasilitas gratis KB kepada masyarakat menengah kebawah agar dapat
21
menjalankan program ini tanpa terbebbani masalah ekonomi. Pemerintah juga dapat meluaskan program ini hingga ke puskesmas puskesmas terdekat adgarwarga semakin mudah melaksanakan program KB.
3. Menjaga batas negara secara lebih ketatBanyaknya perdagangan manusia biasanya akan disaurkan ke luar negeri,
oleh karena itu pemerintah harus menguatkan jalur peneyeberangan ke negara
tetangga agar tidak ada perdagangan manusia yang lolos ke luar negeri.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, penyusun dapat
mengambil kesimpulan bahwa peran keluarga islami dalam mencegah
terjadinya perdagangan anak diantaranya :
1. Membangun pribadi yang kuat dan baik.
2. Menanamkan sikap saling memiliki dalam keluarga.
3. Meningkatkan pendidikan.
Selain itu adanya masyarakat islami juga sangat berpengaruh dalam
adanya perdagangan anak. Peran masyarakat islami dalam mencegah terjadinya
perdagangan anak diantaranya :
1. Memberi pengetahuan terkait dampak perdagangan anak.
2. Memberikan lapangan pekerjaan
3. Menjaga batas negara secara lebih ketat
3.2 Saran
Penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan panutan
kita semua untuk membentuk keluarga dan masyarakat yang islami. Mudah-
mudahan dengan adanya pengetahuan dari makalah ini akan membantu kita untuk
bersama-sama mencegah terjadinya perdagangan anak. Penyusun juga
mengucapkan maaf sebesar-besarnya jika ada penulisan yang tidak tepat serta
penjelasan yang belum rinci. Tidak lupa pula kami meminta kritik dan saran
kepada pembaca terhadap makalah ini untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
IOM Indonesia. 2006. Fenomena Trafiking Manusia dan Konteks Hukum
Internasional. Jakarta. Hal 7.
Nurwahidin. Mujilan. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Midada Rahma
Press.
http://agusher73.blogspot.com/2012/02/kedudukan-anak-dalam-al-quran.html. Diakses
pada tanggal 9 Mei 2013 pada pukul 07.10
http://ekakosasihsesy.blogspot.com/2013/03/human-trafficking-perdagangan-
manusia.html. Diakses tanggal 10 Mei2013 pada pukul 08.30 WIB.
http://gurudesaku.blogspot.com/2011/08/hak-anak-menurut-agama-islam.html.
Diakses pada tanggal 9 Mei 2013 pada pukul 07.48
http://islampos.com/lima-posisi-anak-bagi-orangtua-dalam-al-quran-27041/. Diakses
pada tanggal 9 Mei 2013 pada pukul 07.45
http://kajiansaid.wordpress.com/2010/06/02/hak-hak-anak-dalam-islam/. Diakses pada
tanggal 9 Mei 2013 pada pukul 06.15
http://metrobali.com/2013/02/08/beragam-faktor-landasi-praktek-perdagangan-
anak/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013 pada pukul 22.15
http://nurul-cori.blogspot.com/2007/09/perda-trafficking-jawaban-atas-
solusi.html . Diakses tanggal 10 Mei 2013 pada pukul 08.30 WIB
http://www.anashir.com/2013/05/022026/542926/asas-dan-karakteristik-perdagangan-
dalam-islam
http://digilib.uin-suka.ac.id/1972/
http://evitindonesia.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-karakteristik-
keluarga.html
http://puanamalhayati.or.id/2012/06/02/trafiking-dalam-perspektif-islam/
http://unknown-harmonikeluarga.blogspot.com/2012/05/ciri-ciri-keluarga-sakinah.html
24
http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=89%3Aperdagangan-
anak&option=com_content&Itemid=121
25