kebutuhan cairan elektrolit asam basa

Upload: smaniak32

Post on 17-Jul-2015

307 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASAProgram Studi Limo keperawatan Universitas Muslim Indonesia

Oleh; Suryadi dedy

Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa di dalam tubuh Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan haluaran air dan elektrolit serta pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH 1. Cairan ekstrasel (CES) a. Cairan interstisial (CIS) mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh ( 15 % berat tubuh) b. Cairan intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, darah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosi,trombosit. (5 % berat tubuh) 2. Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan elektrolit serta metabolisme (40% berat tubuh). Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan ekstrasel. Tapi proporsinya berbeda, misal; proporsi kalium lebih besar pada cairan intrasel daripada cairan ekstrasel.

KOMPOSISI CAIRAN TUBUH Elektrolit, mineral, sel dan air Elektrolit Sebuah unsur atau senyawa, yang jika larut di dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik Elektrolit bermuatan positif disebut kation Elektrolit bermuatan negatif disebut anion Konsentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda, tapi jumlah total anion dan kation didalam setiap kompartemen cairan harus sama Mineral Unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis Mineral sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot, metabolisme gizi Mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon Menguatkan struktur tulang Contoh mineral; zat besi dan zink Sel Unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. contoh sel yang berada pada cairan tubuh adalah sel darah merah dan sel darah putih.

PERGERAKAN CAIRAN TUBUH Difusi Adalah Proses ketika materi padat, partikel seperti gula didalam cairan, berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel di dalam cairan menjadi merata atau partikel akan melewati membran sel yang permiabel terhadap substansi tersebut Osmosis Adalah Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semipermiabel yang

berpindah dari larutan yang memilki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut tinggi .Tekanan osmotik: tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi solut yang tinggi memiliki tekanan osmotik yang tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut

Osmolalitas ; tekanan osmotik larutan . Isotonik ; larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah. Pemberian larutan isotonic melalui intravena (IV) akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Larutan hipotonik IV yang memilki konsentrasi solute lebih rendah dari plasma akan membuat air berpindah ke dalam sel. Pemberian larutan hipertonik IV yang memiliki konsentrasi solute lebih besar dari plasma akan membuat air keluar dari dalam sel. Tekanan osmotic darah dipengaruhi oleh protein plasma, khususnya albumin, suatu protein serum yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Albumin menghasilkan osmotic koloid atau tekanan onkotik, yang cenderung menjaga cairan tetap berada di dalam kompatemen intravaskuler Filtrasi Adalah suatuproses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu likuid didalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisial, sehingga cairan dan solute berpindah dari kapiler menuju sel. Transpor aktif Transport aktif memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel. Contoh transpor aktif adalah pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel. Transport aktif merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorpsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolic. Misal; glukosa mampu memasuki sel setelah glukosa berikatan dengan insulin, yang merupakan alat transpornya.

Perbedaan tonisitas larutan Jenis larutan Isotonik Hipotonik Hipertonik definisi contoh Osmolalitas sama dengan Salin normal 0,9% atau laktat plasma ringer Konsentrasi solute lebih Salin 0,45%, salin 0,33%, rendah dari plasma dextrose 2,5% Konsentrasi solute lebih Dektrosa 5% didalam salin tinggi dari plasma 0,45% Dekstrosa 5 % didalam salin normal Dekstrosa 5% didalam ringer laktat Salin 3%

PENGATURAN CAIRAN TUBUH Asupan cairan

Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus berada dalam hipotalamus diotak. Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah Sel-sel reseptor (osmoreseptor) secara terus menerus memantau osmolalitas. Apabila kehilangan cairan terlalu banyak, osmoreseptor akan mendeteksi kehilangan tersebut dan mengaktifkan pusat rasa haus, akibatnya seseorang akan merasa haus dan mencari air Factor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membrane mukosa faring dan mulut, angiostensin II, kehilangan kalium dan factor psikologis. Air dapat diperoleh dari makanan, seperti sayurran, buah-buahan, daging dan oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan. Sekitar 220ml air diproduksi setiap hari selama metabolism Karbohidrat, protein dan lemak berlangsung.

Haluaran cairan Cairan dikeluarkan terutama melalui ginjal dan saluran gastrointestinal.Rata rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan BB 70 kg Organ atau sistem Jumlah (ml)

Ginjal Kulit Kehilangan tak kasat mata Kehilangan kasat mata Paru-paru Saluran cerna Jumlah total

1500 600-900 600 400 100 3200-3500

Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan meproduksi urine sekitar 60ml (40 s.d 80ml) dalam setiap jam atau total sekitar 1,5 L dalam 1 hari. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormone antidiuretik (ADH) dan aldosteron. Hormone ini mempengaruhi eksresi air, natrium serta distimulasi oleh perubahan volume darah. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh sistem saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat. Stimulasi kelenjar keringat dapat dihasilkan dari olahraga, peningkatan suhu lingkungan, peningkatan aktivitas metabolik (misalnya orang yang demam/febris) Kehilangan air tak kasat mata (IWL; insensible water loss) terjadi terus menerus dan tidak dapat dirasakan oleh individu. Rata-rata hilangnya air yang tidak terasa dari kulit orang dewasa, rata-rata 6ml/kg/24jam. Kehilangan air kasat mata (SWL; sensible water loss) terjadi melalui keringat yang berlebihan dan dapat dirasakan oleh individu. Sekitar 1000ml atau lebih dalam 24jam, bergatung aktifitas fisik, suhu tubuh serta lingkungan. Paru-paru juga mengalami kehilangan cairan yang tidak dapat dirasakan dengan jumlah ratarata 400ml setiap hari. Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan, alat untuk memberikan oksigen dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak dirasakan dari paru-paru, karena oksigen lebih kering daripada udara diruangan. Saluran pencernaan, rata-rata kehilangan cairan 100ml/hari, tapi akan meningkat apabila terjadi muntah atau diare karena akan mencegah absorpsi normal air dan elektrolit yang telah disekresi melaui proses pencernaan

Hormon Hormone utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron. Kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepas ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode kekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan , jumlah ADH didalam darah meningkat, akibatnya reabsorpsi air oleh tubulus ginjal

meningkat dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi., haluaran urine akan berkurang sebgai respon terhadap kerja hormone ADH ini. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekresi kalium dan mengabsorpsi natrium, akibatnya air juga akan direabsorpsi dan dikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan, dapat menstimulasi sekresi aldosteron ke dalam darah Sekresi hormone glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormone didalam sirkulasi dapat meyebabkan tubuh menahan natrium dan air (sindrom cushing), contoh pasien yang diberikan obat steroid (prednisone atau kortison)

PENGATURAN ELEKTROLIT Kation Terdiri dari natrium (135-145 mEq/L), kalium (3,5-5,3 mEq/L), kalsium(4-5 mEq/L), magnesium(1,5-2,5mEq/L) terdapat dalam cairan ekstrasel dan intrasel.

Anion Terdiri dari klorida (100-106 mEq/L), bikarbonat(22-26 mEq/L), fosfat(2,5-4,5 mg/100ml) terdapat dalam cairan ekstrasel dan intrasel

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Keseimbangan asam basa bergantung pada konsentrasi ion hydrogen didalam darahKeseimbangan asam basa tercapai jika kecepatan total tubuh yang memproduksi asam basa sama dengan kecepatan tubuh mengeksresikan asam atau basa tersebut.

Keseimbangan ini menghasilkan stabilnya konsentrasi ion hydrogen didalam cairan tubuh. Konsentrasi ion hydrogen didalam cairan tubuh dinyatakan sebagai nilai pH

pH merupakan skala untuk mengukur keasaman atau alkalinitas (bersifat basa) suatu cairan. Nilai pH 7 berarti netral. Nilai dibawah 7 berarti asam, dan nilai diatas 7 berarti basa. Peningkatan jumlah ion hydrogen didalam aliran darah akan meningkatkan komponen asam, sehingga nilai pH turun. Rentang nilai laboratorium pH arteri normal adalah 7,35 7, 45. Trauma berat, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, syok dapat menyebabkan mekanisme kompensasi normal tubuh tidak mampu mempertahankan pH didalam rentang fisiologis. Jenis regulator asam basa dalam tubuh merupakan sistem buffer kimia, biologis dan fisiologis. Buffer adalah sekelompok substansi yang dapat mengabsorpsi atau melepaskan ion-ion hydrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam basa. Pengaturan kimiawi Buffer kimia yang paling banyak didalam cairan ekstrasel adalah sistem buffer asam karbonatbikarbonat, merupakan sistem buffer tercepat karena hanya beberapa detik untuk mengubah pH. Yang kedua melibatkan protein plasma (albumin, fibrinogen, protombin) dan gama globulin , yang membentuk 6-7% plasma darah. Pengaturan biologis Buffer biologis terjadi jika ion hydrogen diabsorpsi atau dilepas oleh sel-sel tubuh. Ion hydrogen memilki muatan positif dan harus ditukar dengan ion lain yang bermuatan positif, seringkali yang digunakan adalah kalium. Dan yang kedua sistem hemoglobinoksihemoglobin. Karbondioksida berdifusi ke dalam sel darah merah dan membentuk asam karbonat, asam karbonat membelah menjadi ion hydrogen dan bikarbonat. Ion hydrogen terikat pada hemoglobin dan ion bikarbonat digunakan untuk buffer dengan cara menukarnya dengan klorida yang beradadi ekstrasel. Pengaturan fisiologis Paru-paru dapat beradaftasi dengan cepat terhadap adanya ketidakseimbangan asam basa, paru-paru dapat melakukan upaya untuk mengembalikan pH normal sebelum buffer biologis melakukannya. Ion hydrogen dan karbondiokasida biasanya memberikan stimulus untuk pernapasan. Apabila konsentrasi ion hydrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk

memperbaiki ketidakseimbangan tersebut dengan mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan. Ginjal menggunakan 3 mekanisme untuk mengatur konsentrasi ion hydrogen; mengabsorpsi bikarbonat selama terjadi kelebihan asam dan mengeksresikan selama terjadi kekurangan asam, menggunakan ion fosfat untuk membawa ion hydrogen dengan mengeksresikan asam fosfat dan membentuk asam basa, mengubah ammonia menjadi ammonium dengan mengikatnya pada sebuah ion hydrogen.

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN, ALEKTROLIT DAN ASAM BASA Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa jarang terjadi secara tunggal dan dapat mengganggu proses normal tubuh. Klien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat luka bakar, penyakit atau trauma berisiko mengalami ktidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit yang tidak diatasi (misal; kehilangan kalium) akan menyebabkan gangguan asam basa. Gangguan cairan Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonic dan osmolar. Kekurangan dan kelebihan isotonic terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Tipe ketidakseimbangan lain yaitu sindrom ruang ketiga ; terjadi jika cairan terperangkap didalam suatu ruangan dan cairan diruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel. a. Ketidakseimbangan isotonic Kekurangan volume cairan : Terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada dalam proporsi isotonic. Kadar elektrolit dalam serum tetap, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain.

Kelebihan volume cairan : terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic, sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum. b. Ketidakseimbangan osmolar Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) : terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangnan elektrolit yang proporsional, terutama natrium atau jika terdapat peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis aktif. Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan); terjadi jika asupan cairan berlebihan atau sekresi ADH berlebihan. c. Sindrom ruang ketiga Terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap didalamnya penyebab Tanda dan gejala Ketidak seimbangan isotonic Kekurangan volume cairan Kehilangan cairan dari sistem Nadi cepat lemah, hipotensi, napas cepat, gastrointestinal seperti diare, muntah oliguri, mukosa kering, turgor tidak elastic, kehilangan berat badan yang cepat atau drainase dari selang Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti yang terjadi pada luka bakar atau perdarahan Keringat berlebihan Demam Penurunan asupan cairan per oral Penggunaan obat-obatan diuretic Kelebihan volume cairan Gagal jantung kongestif Gagal ginjal Sirosis Peningkatan kadar aldosteron steroid didalam serum Asupan natrium berlebihan Sindrom ruang ketiga Hipertensi portal Obstruksi usus halus Peritonitis Luka bakar Ketidak seimbangan osmolar Ketidakseimbangan hiperosmolar Nadi kuat, pernapasan cepat, hipertensi, distensi vena leher, suara krekels diparu, BB cepat naik dan

Hipotensi, peningkatan lingkar perut (disertai obstruksi usus halus, asites)

Diabetes insipidus Rasa haus yang dikontrol secara neurologis Diuresi osmotic Pemberian cairan hipertonik Ketiakseimbangan hipoosmolar Asupan air berlebihan

Penurunan berat badan, mukosa kering lengket, haus, suhu tubuh meningkat, konvulsi (tarikan atau ketegangan otot yang dapat menyebabkan kejang)

Level kesadaran menurun, konvulsi, koma

Derajat dehidrasi: 1. Dehidrasi berat Kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt Serum Na mencapai 159-166 mEq/lt Hipotensi, turgor jelek, oliguria, nadi & pernapasan meningkat Kehilangan cairan mencapai .> 10% BB 2. Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 2-4 lt/antara 5-10% BB Serum natrium 152-158 mEq/lt Mata cekung 3. Deh idrasi ringan Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5 2 liter Sistem skor derajat dehidrasi: Bagian tubuh yang harus diperiksa Keadaan umum 0 Sehat Nilai untuk gejala yang ditemukan 1 2 Gelisah, cepat Mengigau, koma, marah, apatis, renjatan mengantuk Sedikit kurang Sangat kurang Sedikit cekung Sedikit cekung Kering 120-140 x/menit Sangat cekung Sangat cekung Kering dan membiru > 140 x/ menit

Kekenyalan kulit Mata Ubun-ubun Mulut Denyut nadi

Normal Normal Normal Normal Normal

Jumlah nilai: 1- 2 dehidrasi ringan 3- 6 dehidrasi sedang

7-12 dehidrasi berat

Ketidakseimbangan elektrolit a. Ketidakseimbangan natrium Hiponatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium didalam darah lebih rendah dari normal (< 135 mEq/l), yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air. Terjadi bila seseorang: Berkeringat berlebihan Pakai diuretic Pemasukan cairan berlebihan Diare yang lama Gejalanya : kram perut, mual, cemas, klien bisa kejang, bahkan meninggal Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal ( > 145 mEq/l) didalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrem atau kelebihan natrium total. Gejalanya; mual, muntah, kejang bahkan meninggal. Penanggulangannya; berikan cairan baik oral maupun IV. Hasil observasi; haus berlebihan, membrane mukopsa mulut kering, lidah merah kering agak bengkak, suhu tubuh naik, perilaku gelisah, lelah. b. Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia: suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi didalam cairan ekstrasel tidak adekuat (< 3,5mEq/L) Penyebab; kehilangan yang banyak melalui lambung, minum obat diuretic. Tanda dini; lemah, lelah, kram tungkai, tidak napsu makan, mual, muntah, penurunan bising usus Hiperkalemia: merupakan kondisi tentang lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai normal kalium di dalam darah (> 5,3 mEq/L) Gejala: mual, diare, irritable, apatis c. Katidakseimbangan kalsium Hipokalsemia: penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, beberapa diantaranya dapat mempengaruhi kelenjar tiroid dan paratiroid. (< 4 mEq/L) Kebutuhan meningkat pada kehamilan, pertumbuhan. Gejalanya; kram otot, tremor, kejang

Hiperkalsemia : peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionisasi(> 5 mEq/L). gejalanya; anoreksias, mual, lemah, kesadaran menurun d. Ketidakseimbangan magnesium Hipomagnesemia: terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun samapai dibawah 1,5 mEq/L. gejalanya; tremor otot, takhikardia, disorientasi Hipermagnesemia: terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai diatas 2,5 mEq/L. gejalanya; hipotensi, kemerahan, pernapasan dan nadi dangkal dan lambat e. Ketidakseimbangan klorida Hipokloremia: terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L Hiperkloremia:terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/L, menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum. Ketidakseimbangan asam-basa Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph , bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.

Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.

Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

a. Asidosis respiratorik Ditandai dengan peningkatan konsentrasi karbondioksida (PaCO2), kelebihan asam karbonat, dan peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH). Disebabkan oleh hipoventilasi (suatu kondisi yang menekan ventilasi) b. Alkalosis respiratorik Ditandai dengan penurunan PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hydrogen (peningkatan pH). Diakibatkan oleh penghembusan karbondioksida yang berlebihan (pada waktu mengeluarkan napas) atau oleh hiperventilasi c. Asidosis metabolik Diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH) didalm cairan ekstrasel, yang disebabkan oleh peningkatan kadar ion hydrogen atau penurunan kadar bikarbonat d. Alkalosis metabolik Ditandai dengan banyaknya kehilangan asam dari tubuh (penurunan konsentrasi ion hydrogen) atau dengan meningkatnya kadar bikarbonat

PaCO2

Ion hidrogen

pH

Bikarbonat/HCO3

penyebab Asidosis respiratorik Pneumonia Gagal napas Atelektasis Paralisis/kelumpuhan pernapasan

Tanda dan gejala Nadi kuat cepat, napas dangkal dan cepat, hipertensi, kulit kemerahan dan hangat, kram abdomen, pusing, sakit kepala otot

Obesitas Obstruksi jalan napas Cedera kepala Stroke, dll Alkalosis respiratorik Ansietas Ketakutan Anemia Infeksi, cedera sistem saraf pusat Asma Penempatan ventilator yang tidak tepat Asidosis metabolik Kelaparan Ketoasidosis diabrtik Gagal ginjal, syok, diare, dll Alkalosis metabolik Muntah berlebihan Pengisapan lambung yang lama Hipokalemia, hiperkalsemia Penggunaan obat (steroid, diuretic, natrium bikarbonat)

Sakit kepala, irritabilitas, tachikardia, tachipneu, kesemutan ekstremitas

Letargi, sakit kepala, kebingungan, kemerahan dikulit, tachikardi, tachipneu disertai kedalaman bernapas, kram abdomen Letargi, sakit kepala, irritabilitas, tachikardi pernapasan lambat, baal, kesemutan, kram abdomen, kram otot

Tujuan terapi ketidakseimbangan asam basa adalah untuk mengobati penyakit yang menyebabkan ketidakseimbagan asama basa tersebut dan mengembalikan pH arteri kembali ke nilai normal VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ELEKTROLIT DAN ASAM BASA Usia Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan cairan dan elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan seseorang. a. Bayi Total proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada total proporsi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Pada kenyataannya, bayi memiliki risiko KESEIMBANGAN NORMAL CAIRAN,

lebih tinggi untuk mengalami kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan hiperosmolar karena per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.

b. Anak-anak Ketika anak-anak terserang penyakit, respon pengaturan dan kompensasi mereka terhadap ketidakseimbangan menjadi kurang stabil dan dalam perubahan yang besar. Sering kali respon anak-anak terhadap penyakit adalah menjadi demam sehingga dapat meningkatkan kecepatan kehilangan air yang tidak dirasakan. c. Remaja Peningkatan kecepatan pertumbuhan pada remaja akan meningkatkan proses metabolik dan akibatnya sejumlah air akan dihasilkan sebagai produk akhir metabolisme. Perubahan keseimbangan cairan pada remaja perempuan lebih besar karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi d. Lansia Risiko klien lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin /; berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine. Selain itu, jumlah total air tubuh menurun seiring dengan peningkatan usia. Faktor risiko lain yang terutama mempengaruhi seiring dengan peningkatan usia adalah penggunaan obat-obat diuretic Ukuran tubuh Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh. Lemak tidak mengandung air karena itu klien yang gemuk memiliki proporsi air tubuh yang lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di dalam payudara dan paha mereka daripada pria.Akibatnya, jumlah total air tubuh pada wanita lebih kecil daripada pria walaupun usia mereka sama. Temperature lingkungan Tubuh berespon terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan dalam bentuk perubahan cairan. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan tubuh yang menyebabkan kehilangan ion-ion natrium dan klorida.Apabila temperatur di sekitar kita meningkat sampai di atas 32,2 derajat celsius atau jika tubuh di atas 38,3 derajat celsius, keringat akan banyak keluar. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan darah perifer untuk mengurangi

suhu tubuh. Karena volume keringat yang keluar bervatiasi dari 0-1000 ml/jam atau bahkan lebih, dehidrasi dapat terjadi tanpa adanya penggantian cairan yang adekuat. Namun, normalnya mekanisme rasa haus akan menstimulasi penggantian tersebut Gaya hidup a. Diet Asupan diet cairan, garam, kalsium, magnesium, dan karbohidrat yang penting, lemak, serta protein membantu tubuh mempertahankan status cairan, elektrolit, dan asam basa. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya untuk mempertahankan cadangan protein dengan memecah cadangan glikogen dan lemak b. Stress Stres meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresiADH akan menurunkan haluaran urin. Efek respon stres adalah meningkatkan volume cairan.Akibatnya, curah jantung, tekanan darah, dan perfusi ke organ-organ utama meningkat

Olahraga Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui keringat. Klien yang melakukan olahraga dapat berespons terhadap mekanisme rasa haus dan membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan.Atlet yang melakukan olahraga berat secara terus menerus harus mengganti kehilangan cairannya dengan cairan yang mengandung elektrolit PROSES KEPERAWATAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ASAM BASA Faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, asam basa: Usia : sangat muda, sangat tua Penyakit kronik : kanker, penyakit kardiovaskuler (misal;gagal jantung kongesti), penyakit endokrin (misal; penyakit cushing, Diabetes melitus), malnutrisi, penyakit paru obstruksi menahun, penyakit ginjal (misal;gagal ginjal progresif), perubahan level kesadaran Trauma; cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, luka bakar Terapi; diuretic, steroid, terapi IV, nutrisi parenteral total Kehilangan melalui saluran gastrointestinal; gastroenteritis, pengisapan nasogastrik, fistula

Pengkajian Pembedahan Prosedur pembedahan menyebabkan perubahan keseimbangan cairan pada hari kedua sampai kelima setelah pembedahan karena respon stress tubuh terhadap trauma pembedahan. Peningkatan aldosteron dan glukokortikoid selama 24 sampai 48 jam menyebabkan retensi cairan, natrium dan klorida, sedangkan kalium dieksresikan. Peningkatan sekresi ADH menyebabkan penurunan haluaran urine. Setelah hari kedua pasca operasi, dimulailah fase diuretic; kadar hormone kembali ke nilai normal sehingga kelebihan natrium dan air dieksresikan. Klien yang tidak bisa mengambil napas dalam dan batuk dapat mengalami asidosis respiratorik akibat tertahannya CO2 sehingga PaCO2 meningkat. Pengisapan melalui selang nasogastrik menyebabkan alkalosis metabolik akibat kehilangan asam lambung, cairan dan elektrolit . Luka bakar Luka bakar derajat 2 dan 3 akan kehilangan cairan tubuh. Semakin luas luka bakar kehilangan cairan pun bertambah banyak. Klien yang mengalami luka bakar kehilangan cairan tubuh melalui salah satu dari 5 rute berikut: 1. Plasma meninggalkan ruang intravaskuler, terperangkap menjadi edema (perpindahan cairan plasma ke ruang interstisial), diikuti hilkangnya protein serum 2. Plasma dan cairan interstisial hilang sebagai eksudat luka bakar 3. Uap air dan panas hilnag sesuai dengan proporsi besarnya daerah kulit yang terbakar 4. Darah bocor dari kapiler yang sudah rusak, sehingga menambah kehilangan cairan intravaskuler 5. Perpindahan natrium dan air masuk kedalam sel, yang lebih jauh membuat volume cairan ekstrasel semakin berkurang Gangguan kardiovaskuler Kegagalan jantung membuat penurunan curah jantung, akibatnya perfusi ke ginjal menurun dan haluaran urine berkurang. Peningkatan natrium dan air menyebabkan beban kerja sirkulasi berlebih sehingga menyebabkan edema paru Gangguan pernapasan Dapat menyebabkan asidosis respiratorik. Misalnya; pneumonia, PPOM akan menganggu eliminasi karbondioksida, sehingga mekanisme kompensasi tubuh tidak bisa lagi beradaftasi, yang mengakibatkan pH arteri mnurun. Gangguan ginjal Terdapat retensi yang abnormal dari natrium, klorida, kalium dan air didalam cairan ekstrasel. Kadar plasma dalam produk sisa metabolik, seperti BUN dan kreatinin

meningkat karena ginjal tidak mampu menyaring dan mengeksresikan produk sisa metabolisme tersebut Kanker Semua ktidakseimbangan elektrolit dapat terjadi pada pasien kanker yang disebabkan kelainan anatomi, kerusakan fungsional akibat pertumbuhan tumor. Tumor menyebabkan peningkatan produksi cairan serosa, sehingga terjadi asites Cedera kepala Cedera kepalaedema serebraltekanan pada kelejar hipofisissekresi ADH berubahdiabetes insipidus (jika sekresi ADH sedikit, urine disekresi secarabanyak dengan berat jenis rendah)

SIADH Gangguan saluran cerna Pengisapan gastroenteritis dan nasogastrik menyebabkan kehilangan cairan, kalium dan ion-ion klorida Berat badan harian Penimbangan BB setiap hari, akan mendeteksi lebih dini retensi cairan, karena 2,5 sampai 5 kg cairan tertahan dalam tubuh sebelum muncul edema Penghitungan asupan dan haluaran cairan Penghitungan dan pencatatan semua asupan (intake) dan haluaran (output) cairan dalam 24 jam membantu melelngkapi pengkajian data mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa Pemeriksaan laboratrium Meliputi; kadar elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar BUN, kreatinin darah, berat jenis urine, gas darah arteri Nilai normal kimia darah: Kalsium : 4- 5 mEq/L Karbondioksida (bikarbonat dalam darah vena) ; 24- 30 mEq/L Klorida; 100 106 mEq/L Magnesium; 1,5 2,5 mEq/L Posfat; 2, 5 -4, 5 mEq/L Kalium ; 3,5-5,3 mEq/L Natrium; 135-145 mEq/L osmolalitas serum280-295mOsm/kg berat jenis urine; 1.003 - 1030 gas darah arteri pH; 7,35-7,45 PaCO2; 35-45 mmHg PaO2; 80-100mmHg SaO2; 95-99% Bikarbonat; 22-26 mEq/L

Pemeriksaan fisik ketidakseimbangan Kekurangan cairan ringan Kekurangan cairan sedang Kekurangan cairan berat Kematian Kelebihan volume cairan ringan Kelebihan volume cairan sedang Kelebihan volume cairan berat

pengkajian Penurunan berat badan Turun 2%-5% Turun 5%-10% Turun 10%-15% Turun 15%-20% Naik 2% Naik 5% Naik 8% Kepala Riwayat; Sakit kepala

Pusing

Kekurangan volume cairan, asidosis metabolik atau repiartorik, alkalosis metabolik Kekurangan volume cairan, asidosis atau alkalosis respiaratorik, hiponatremia

Observasi Iritabilitas Letargi Konfusi, disorientasi

Alkalosis respiartorik Kekurangan volume cairan Kekurangan vo;ume cairan

Fontanel (bayi) Inspeksi Cekung Kekurangan volume cairan Menonjol Kelebihan volume cairan Mata Inspeksi: Cekung, konjungtiva kering, air mata Kekurangan volume cairan berkurang atau tidak ada Edema periorbital Kelebihan cairan Riwayat: Penglihatan kabur Kelebihan cairan Tenggorokan dan mulut Inspeksi Membrane mukosa kering, lengket,bibir Kekurangan volume cairan

pecah-pecah, kering, saliva menurun Sistem kardiovaskuler Imnspeksi: Vena leher datar Kekurangan volume cairan Vena leher distensi Kelebihan volume cairan Dependent body part (bagian tubuh yang tertekan pada saat berbaring);tungkai sacrum, punggung Lambatny apengisian vena Kekurangan volume cairan Palpasi: Edema Disritmia Peningkatan nadi Penurunan nadi Pengisian kapiler menurun Denyut Nadi kuat Auskultasi Tekanan darah rendah Bunyi jantung ketiga hipertensi Sistem pernapasan Peningkatan napas Dispneu kreklels Sistem gastrointestinal Riwayat: Anoreksia Kram abdomen Inspeksi Abdomen cekung Abdomen ditsensi Muntah Diare Auskultasi Hiperperistaltik hipoperistaltik

Kelebihan volume cairan Asidosis metabolik Alkalosis metabolik Kekurangan cairan Kekurangan cairan Kelebihan cairan Kekurangan cairan Kelebihan cairan Kelebihan cairan Kelebihan cairan, asidosis metabolik Kelebihan cairan Kelebihan cairan alkalosisi respiratorik,

Asidosis metabolik Asidosis metabolik Kekurang volume cairan Sindrom runag ketiga kekurangan volume cairan Hiponatremia

disertai

diare

atau Kekurangang volume cairan

Sistem ginjal Inspeksi Oliguria atau anuria Diuresis (jika ginjal normal) Berat jenis urine meningkat Kulit Suhu tubuh meningkat Sushu tubuh menurun Kering kemerahan Turgor tidak elastic, kulit dingin dan lembab

Kekurangan ciran , kelebihan cairan Kelebihan cairan Kekurangan cairan Hipernatremia,asidosis metabolik Kekurangancairan Kekurangangncairan keurangan cairan

Diagnose keperawatan Dibawah ini Contoh diagnose keperawatan NANDA untuk gangguan cairan, elektrolit, asam basa. SILAHKAN MAHASISWA CARI LITERATUR LAIN (untuk melengkapi diagnose keperawatan gangguan cairan, elektrolit, asam basa lainnya) 1. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan: Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar Muntah Kegagalan mekanisme pengaturan 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan: Retensi natrium Gangguan mekanisme pengaturan 3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan: edema 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Perubahan supali oksigen Perubahan merman alveolar kapiler Perubahan aliran darah Perubahan kapasitas pengangkut oksigen darah 5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan: Disritmia yang berkaitan dengan ketidakseimbangan elektrolit

Perencanaan Rencana asuhan keperawatan bersifat individual, bergantung kepada ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa yang dialami klien, kronik atau akut. Tujuan rencana asuhan keperawatan meliputi; 1. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal 2. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi

Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan status keseimbangan Terutama penting untuk melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perencanaan ini.

3.

Implementasi Apabila volume cairan menurun; cairan elektrolit dapat digantikan oral, melalui pemberian cairan intra vena dan komponen darah, atau melalui pemberian NPT (nutrisi parenteral total), jika kekurangan cairan disebabkan oleh malnutrisi Untuk klien dengan kelebihan volume cairan, perawat mengimplementasikan untuk mengurangi cairaan, misalnya dengan membatasi asupan cairan, mengurangi asupan natrium dan pemberian obat diuretic. a. Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit 1. Penggantian cairan secara enteral Cairan digantikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberian makan. Oral. Penggantian cairan elektrolit peroral dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam slauran gastrointestinal,kecuali jika dikontaindikasikan. Klien yang tidak mampu menoleransi makanan padat masih tetap dapat menelan cairan. Ketika mengganti cairan melalui oral pada klien dengan kekurangan volume cairan, perawat harus memilih cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat, tetapi jika cairan digantikan melalui selang pemberian makan, diberikan suplemen nutrisi. Selang pemberian makan. Diberikan jika saluran gastrointestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu menelan cairan (misal; setelah bedah oral atau reflex menelannya mengalami kerusakan) 2. Pembatasan cairan Klien yang mengalami kelebihan cairan harus membatasi asupan cairannya. Klien tersebut adalah klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif, kor pulmonal, dll. Pembatasan cairan seringkali sulit untuk klien terutama jika mereka mengkonsumsi obat yang membuat membrane mukosa mulut kering. perawat harus menjelaskan alas an pembatasan cairannya, banyaknya asupan cairan yang diperbolehkan dan menjelaskan bahwa es, es krim, gelatin adalah cairan. 3. Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral

Cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infuse yang diberikan secara langsung ke dalam darah bukan asupan melalui sistem cerna. Penggantian parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT), tetapi cairan dan elektrolit intravena, serta penggantian darah. Peralatan Akses Vascular (vascular access devices, PAV). PAV terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infuse yang dirancang untuk akses berulang ke sistem vascular dalam jangka panjang. Nutrisi parenteral total (NPT). NPT merupakan nutrisi dalam bentuk larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa dan nutrient lain serta elektrolit yang diberikan melalui kateter intravena sentral atau kateter intravena menetap. Terapi intravena (IV). Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mengoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit. Tipe larutan. Kategori larutan terbagi menjadi isotonic, hipotonik, hipertonik. Suatu larutan bersifat isotonic jika osmolalitasnya mendekati osmolalitas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memilki osmolalitas kurang dari osmolalitas plasma, dan larutan hipertonik ialah larutan yang memilki osmolalitas lebih besar dari osmolalitas plasma. Jenis cairan IV (intra vena): 1. Elektrolit solution (cairan elektrolit) Normal salin (NaCl 0,9 %) Ringer laktat (RL: Na, Cl-, K, Ca, Laktat ) Ringer (sodium: Na+, Cl-, K, Ca) Otsu NS (Sodium Cl) 2. Elektrolit solution & nutrient solution (elektrolit dan karbohidrat) KA-EN 3B : dextrose 27,00 g + elektrolit KN-EN MG3 : dextrose 100 g + elektrolit KN-1B ; dextrose 37,56 g + elektrolit 3. Nutrient solution Maltrose 10% : maltrose 1000g (278 mOsm/l) Dextrose 10%; glukosa 100g (karbohidrat) Dextrose 5 % : glukosa 50g (karbohidrat) Manitol 20 (1098 mOsm/l) PAN-AMIN 5 (protein): 507, 45 m Osm/l Amino steril (protein) 4. Darah Plasma; untuk meningkatkan plasma (luka bakar) Albumin : untuk meningkatkan albumin plasma PRC : (packed red cell) Whole blood (seluruh unsure darah/lengkap)

Peralatan. Karena cairan dimasukkan kedalam aliran darah, maka membutuhkantehnik steri. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena, jarum atau katetr, antiseptic, turniket, sarung tangan dan balutan, papan penopang tangan (Biasanya pada anak-anak) digunakan untuk mengurnagi gerakan ekstremitas saat infuse IV dialirkan, sehingga ekstremitas tetap pada posisi datar Memasang selang intavena. Setelah peralatan siap, perawat mengkaji klien untuk mencari tempat pungsi vena. Pungsi vena adalah tehnik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan menggunakan pemflon yang kaku dan tajam (mis;jarum kupu-kupu atau jarum logam), yang sebagian dilapisi kateter plastic (diatas kateter jarum) atau dengan jarum yang dipasangkan spuiit. Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil specimen darah, memasukkan obat, memulai infuse IV. Sebaiknya dipasang diekstremitas yang tidak dominan, cari vena dibagian distal terlebih dahulu, kemudian ke bagian proksimal, klien yang berusia sangat muda atau lansia memilki vena yang rapuh maka hindari vena yang mudah bergeser atau rapuh (seperti vena dipermukaan dorsal tangan), klien yang gemuk atau kurus Biasanya slit untuk dipungsi vena. Pada pasien dehidrasi berat atau penurunan cairan ekstrasel misal pada kasus syok, vena dapat kolaps akibat penurunan sirkulasi darah. Bila kolaps, pungsi vena akan sulit dilakukan tapi tindakan ini adalah untuk menyelamatkan jiwa klien. Pungsi vena dikontraindikasikan didaerah yang memilki tanda-tanda infeksi (karena bahaya invasi bakteri dari permukaan kulit ke dalam aliran darah), infiltrasi, thrombosis (bekuan). Daerah terinfeksi berwarna merah, kenyal, bengkak, hangat, mungkin ada eksudat. Tempat pungsi vena yang umum digunakan ialah lengan dan tangan. Vena supervisial dikaki dapat digunakan pada klien yang tidak dapat berjalan atau kebijakan mengijinkan hal tersebut, biasnya juga pada anak-anak, pada ornag dewasa sebaiknya dihindari. Daerah tempat infuse IV yang memungkinkan : a. Permukaan dorsal tangan: vena sefalika, vena supervisial dorsalis, ramus vena dorsalis, vena basilika b. Lengan bagian dalam: vena basilica, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah, vena radialis c. Permukaan dorsal kaki: vena safena magna, fleksus dorsalis, ramus dorsalis

Langkah-langkah infuse IV dan pungsi vena lebih jelas nanti praktek langsung dilaboratorium.Mengatur kecepatan aliran infuse. Kecepatan infuse yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi yang lebih lanjut pada klien yang

mengalami dehidrasi, syok, atau menderita penyakit kritis. Kecepatan infuse yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan berlebih, yang sangan berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskuler dan neurologis. Factor yang mempengaruhi jumlah tetesan; posisi pemasangan, posisi dan patency tube, tinggi botol infuse, infiltrate. CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS Tetes/menit = volume total infuse x factor tetesan Jamx60 Factor tetesan tergantung pada infuse set yang digunakan: Blood set 1cc=15 gtt (tetes) Infuse set/makrodrip 1cc=20 gtt Pediatric/mikrodrip 1cc=60 gtt

Contoh : tn.sarif mengalami dehidrasi sedang, memerlukan cairan RL 1000cc untuk 8 jam dengan menggunakan dengan menggunakan infuse set berapa tetes per menit? Jawaban: Tetes/menit = 1000cc x 20 gtt = 41, 6 atau 42 tts/menit 8 x 60

Pompa infuse/syringe pump. Mengatur aliran cairan IV. Pompa ini dirancang untuk mengalirkan jumlah cairan tertentu selama periode waktu tertentu atau untuk mengalirkan cairan berdasarkan kecepatan aliran atau tetesan per menit. Pompa ini jika jumlah tetesan yang dibutuhkan permenit tidak tercapai, alarm akan berbunyi, begitu pula jika kantung IV telah kosong, selang infuse terpelintir, berisi udara, terdapat bekuan didalam vena. Kecepatan aliran IV dapat dipengaruhi oleh kepatenan jarum atau kateter IV, infiltrasi, adanya lekukan atau pelintiran pada selang, tinggi larutan dan posisi ekstremitas klien. Kepatenan jarum IV memilki makna bahwa jarum terbuka sehingga larutan mengalir. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan menurunkan kantung larutan IV dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi adanya aliran balik darah ke selang infuse. Apabila tidak ada aliran balik darah dan cairan infuse tidak mengalir denngan mudah pada saat klem penggeser dibuka maka mungkin terdapat bekuan diujung kateter.

Mempertahankan sistem. Setelah selang IV dipasang dan kecepatan aliran diatur, perawat harus mempertahankan sistem tersebut. Kantung atau botol larutan yang baru harus digantungkan sekurang-kurangnya satu setiap 24 jam, bahkan jika kantung yang lama belum kosong, karena sterilitas larutan tidak dapat dijamin jika lebih dari satu hari. Saat wadah larutan IV diganti, perawat mengikuti tehnik steril dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Mengganti botol infuse jika cairan sudah berada dileher botol dan tetesan masih berjalan. Prosedur : Siapkan botol baru Klem slang Tarik jarum slang infuse dan segera tusukkan pada botol baru Gantungkan botol Buka klem dan hitung kecepatan tetesan Pasang label Catat tindakan yang dilakukan (langkah langkah lebih jelas pada saat Praktek di laboratoium). Secara tehnis, selang IV tetap steril selama 48 -72 jam. Setiap institusi akan memilki kebijakan yang menetapkan frekuensi penggantian balutan, selang infuse dan tempat insersi jarum. Untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah, sterilitas harus dipertahankan. Prosedur penggantian selang jauh lebih mudah dan lebih efisien jika perawat mengganti selang infuse pada saat melakukan persiapan untuk menggantung kantung atau botol IV yang baru. Prosedur mengganti slang infuse : Siapkan infuse set baru, termasuk botol Masukkan cairan sepanjang slang dan gantungkan botol serta tutup klem Pegang poros jarum dan tangan yang lain melepaskan slang Tusukkan tube yang baru ke poros jarum Memasang infuse baru (langkah langkah lebih jelas pada saat Praktek di laboratoium). Balutan diatas insersi diganti sesuai kebijakan rumah sakit. Praktik yangs ebelumnya merekomendasikan penggantian balutan setiap hari, saat ini telah dikurangi menjadi 48 72 jam sekali, bersamaan denga n penggantian daerah pemasangan IV, karena lebih hemat dan tidak meningkatkan resiko infeksi. Komplikasi terapi IV. Komplikasi utama terapi IV ialah infiltrasi, flebitis, beban cairan berlebih, perdarahan, dan infeksi. Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan disekeliling tempat fungsi vena, dimanifestasikan dalam bentuk pembengkakan(akibat peningkatan cairan dijaringan) dan palor (disebabkan sirkulasi yang menurun) disekitar tempat pungsi vena. Nyeri dapat timbul. Bila terjadi infiltrasi infuse harus dihentikan, kalau perlu jarum harus diinsersi kemabli ketempat lain. Untuk mengurangi ketidaknyamanan, perawat bisa meninggikan ekstremitas klien (meningkatkan

drainase vena dan mengurangi udema) dan bungkus ekstremitas dengan handuk hangat selama 20 menit (meningkatkan sirkulasi, mengurangi nyeri dan udema) Phlebitis adalah peradangan vena yang disebabkan oleh kateter atau iritasi kimiawi zat aditif dan obat-obatan yang diberika secara intravena. Tanda dan gejalanya; nyeri, peningkatan temperature kulit diatas vena, kemerahanditempat insersi atau disepanjang jalur vena. Infuse harus dihentikan dan pasang selang IV baru ke vena yang lain. Kompres hangat, lembab dan panas pada tempat phlebitis (mengurangi nyeri). Phlebitis potensial membahayakan karena bekuan darah (tromboplebitis) dapat terjadi dan dapat menyebabkan pembentukan emboli. Beban cairan berlebih dapat terjadi jika klien mendapat aliran terlalu cepat. Pengkajian dapat ditemukan dispneu, krekels diparu, takhikardia. Perawat harus memperlambat kecepatan aliran, kolaborasi dengan dokter, siapkan obat diuretic. Perdarahan umum terjadi pada klien yang mendapat terapi heparin atau mengalami gangguan pembekuan darah. Tempatkan balutan untuk menekan tempat pungsi vena utnuk mengontrol perdarahan Infeksi. Disebabkan kontaminasi sistem IV, temapt pungsi vena atau larutan itu sendiri. Manifestasi klinis; trompoblebitis purulen, selulitis, infeksi ditempat insersi (eritema, pembengkakan, nyeri). Infeksi ini dapat dicegah dengan perawat cuci tangan sebelum memakai sarung tangan saat prosedur pungsi vena, ganti larutan IV sekurang-kurangnya setiap 24 jam, ganti semua kateter vena perifer sekurangkurangnya 72 jam, pertahankan sterilitas sistem IV saat mengganti selang, larutan dan balutan. Menghentikan infuse IV (Aff infus). Dilakukan jika jumlah cairan sudah terpenuhi, infiltrasi, phlebitis, bekuan diujung kateter infuse. Prosedur;: Tutup klem infuse Buka plester dengan kapas alcohol/ kapas bensin lidi cotton dengan jarum dipegang Tarik jarum secepatnnya, tekan daerah bekas tusukan dengan kapas alcohol 2-3 menit Tutup daerah bekas tusukan dokumentasikan (langkah langkah lebih jelas pada saat Praktek di laboratoium). Transfuse darah. Adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah, trombosit melalui jalur IV. Tujuan transfuse darah; Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat

Memberikan kompinen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal; factor pembekuan plasma untuk mengontrol peradarahan pada klien penderita hemofilia) Pastikan kateter yang dipakai berukuran 18, kateter ukuran besar untuk meningkatkan aliran karena molekul darah dan komponenya lebih besar dari molekul cairan dan untuk mencegah hemolisis. Gunakan transfuse set/ blood set dan harus dibilas hanya denhan normal salin 0,9%, larutan lain dapat menyebabkan hemolisis. Pengkajian pratransfusi; tanyakan apakah klien tahu alas an di transfuse, pernah menjalani transfuse,reaksi transfuse sebelumnya, TTV (perubahan hasil TTV pada saat atau setelah transfuse mengindikasikan adanya reaksi), jelaskan prosedur, inform consent, periksa identitas produk darah, cocokan darah yang akan diberikan dengan darah klien. Saat transfuse; meminta klien melaporkan efek yang timbul. Klien beresiko mengalami reaksi pada 15 menit pertama. Idealnya sebuah unit darah ditransfusikan dalam 2 jam, namun klien dengan toleransi cairan yang rendah dapat menjalani terapi hingga 4 jam atau lebih. Reaksi tranfusi. Adalah respon sistemik tubuh terhadap ketidakcocokan darah donor dengan darah resipien. Resiko transfuse meliputi reaksi transfuse, hiperkalemia, hipokalemia, beban sirkulasi berlebih dan infeksio yang ditularkan melalui darah. Reaksi merugikan yang dapat ditimbulkan; demam, mengigil, ruam kulit yang cepat sampai hipotensi, syok dan penundaan reaksi yang mungkin tidak terjadi sampai beberapa hari setelah transfuse. Selain itu penyakit dari donor darah, seperti malaria, hepatitis, HIV. Jika reaksi transfuse diduga akan timbul, lakukan hal-hal dibawah ini: Hentikan transfuse sesegera mungkin Pasang 0,9% salin normal kedalam selang IV/ melalui infuse set. Perawat tidak boleh mematikan aliran darah dan mengalirkan normal salin 0,9% pada transfuse set karena dengan melakukan itu, darah tetap akan masuk ke klien. Darah yang tidak cocok, bahkan dalam jumlah kecil dapat menimbulkan reaksi yang besar Kolaborasi dengan dokter Temani klien, observasi tanda dan gejala, pantau TTV setiap 15 menit Siapkan obat kedaruratan untuk diberikan jika reaksi membahayakan terjadi seperti antihistamin, vasopresor, cairan, steroid Siapkan alat untuk resusitasi kardiopulmonal Ambil specimen urine kirimkan ke laboratorium Simpan kantung darah dan selang untuk dikembalikan Catatan laporan reaksi transfuse dan catatan perawat

Reaksi transfuse reaksi Hemolytic

Data yang muncul Kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala, dispneu, sianosis, sakit dada, hipotensi, tachikardia

Demam

Alergi

hipervolemia

Demam, menggigil saki kepala, mual, muntah, diare Ringan; urticaria, edema , Ringan; lambatkan hidung tersumbat transfuse, kolaborasi Berat; dispneu dengan dokter Berat; hentikan transfuse, bilas dengan normal salin, monitor tanda vital, kolaborasi dengan dokter Dispneu, edema, batuk Lanbatkan transfuse, monitor tanda vital, kolaborasi dengan dokter

Tindakan keperawatan Segera hentikan transfuse Ganti dengancairan NaCl (normal salin) Ambil contoh darah untuk dilakukan crossmatc Kolaborasikan dengan dokter Monitor TTV Monitor intake output cairan Beri obat sesuai hasil kolaborasi Sama dengan diatas

b.

Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa

Pertahankan selang IV supaya obat atau cairan bisa diberikan Tindakan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan ventilasi dan oksigenasi (untuk klien asidosis respiratorik) Pada pasien alkalosis respiratorik akibat ansietas; pertama perbaiki alkalosis respiratorik dengan menginstruksikan klien untuk bernapas kedalam sebuah kantung kertas sehingga klien akan menghirup kembali karbondioksida yang dikeluarkan, sehingga karbondioksida berkombinasi dengan air membentuk asam bikarbonat, yang akan meningkatkan keasaman darah kemudian turunkan ansietas Gas darah arteri Biasanya membutuhkan analisa gas darah arteri yang berulang. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil darah dari arteri untuk menentukan status asam basa dan keadekuatan ventilasi serta oksigenasi. Bisa dari arteri perifer, arteri radialis, atau dari jalur arteri. Evaluasi Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang telah diberikan pada klien yang menderita ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam basa berdasarkan hasil akhir yang diharapakan. Contoh evaluasi: tujuan Tindakan evaluatif Hasil akhir yang diharapkan Klien memiliki Inspeksi adanya edema Turgor elastis akan keseimbangan cairan atau kulit kering kembali elketrolit dan asam basa Palpasi edema, turgor, Membrane mukosa klien denyut nadi yang lemah akan lembab. Tidak ada keluhan haus Inspeksi rongga mulut untuk mengetahui BB akan stabil pada nilai adanya membrane normal mukosa kering, lender, Haluaran urine akan berkurangnya saliva lebih dari Timbang BBobservasi 70ml/jam.berat jenis anuria atau oliguri urine berkisar 1,0101,020 Auskultasi suara paru dan jantung tambahan Tanda-tanda vital akan normal kembali Ukur TTV Pantau hasil Tidak ada muntah laboratorium (elektrolit yang tidak normal)