proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 08-Apr-2017

85 views

Category:

Business


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting  untuk mempertahankan keseimbangan atau

homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi

fisiologis  tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel

bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-

komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative

(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan

keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting

terkait dengan transmisi impuls saraf.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari

fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan

berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu

(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik

yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui

makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan

elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung

satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit

berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan

mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh

manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh

manusia, pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan dan elektrolit,

faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan

cairan dan elektolit.

Page 2: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

1.2    Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?

2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

3. Bagaimana cairan dan elektolit dalam tubuh manusia?

4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

5. Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia?

6. Bagaimana Proses perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit?

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?

8. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?

1.3    Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit

2. Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia

3. Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam tubuh manusia

4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

5. Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia

6. Untuk mengetahui dan memahami proses keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

cairan dan elektrolit

8. Untuk mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dan elektolit

Page 3: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).

Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan

listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit

sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan

elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai

cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan

intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit

berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian

tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah

satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2.2 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)

1.    Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat

badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.

2.    Solut(terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dannon-

elektrolit.

a.    Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan

arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan

kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter

). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.

mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)

§ Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama

adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

§ Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama

adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).

b.    Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan

diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis

penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Page 4: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh

2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan

elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat

dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang

besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam

tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh

pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-

air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan

dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini

berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan

tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+.

Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3

-, SO42-, Cl-

Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun

sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan

cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan

serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit

untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan

elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran

dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.

2.3.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non elektrolit

adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,

seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan

elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),

Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang

lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik

menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan

positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma

terinci dalam tabel di bawah ini :

N

o.

Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma

1.  Kation :

Natrium (Na+)

Kalium (K+)

 144,0 mEq

5,0 mEq

137,0 mEq

4,7 mEq

10 mEq

141 mEq

Page 5: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

Kalsium (Ca++)

Magnesium (Mg ++)

 2,5 mEq

1,5 mEq

2,4 mEq

1,4 mEq

0

31 mEq

2. . Anion :

Klorida (Cl-)

Bikarbonat (HCO3-)

Fosfat (HPO42-)

Sulfat (SO42-)

Protein

107,0 mEq

27,0 mEq

2,0 mEq

0,5 mEq

1,2 mEq

112,7 mEq

28,3 mEq

2,0 mEq

0,5 mEq

0,2 mEq

4 mEq

10 mEq

11 mEq

1 mEq

4        mEq

2.4 Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

2.4.1 Fungsi Cairan dalam Tubuh

a.    Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu

sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke

dalam sel-sel tubuh.

b.    Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil

metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon

dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat

c.    sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam

cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh

d.   katalisator reaksi biologik sel,

e.    pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah

dan konsentrasi zat terlarut.

f.     Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi

ideal yaitu ± 37C.

2.4.2 Fungsi Elektrolit dalam Tubuh

a.    Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel terutama

denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan

akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.

b.    Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem bufer.

c.    Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi

perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi

otot.

Page 6: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh

Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah

komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,

membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga

tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan

interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan

substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan

tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :

a.    Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area

berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan

elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi

di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran

molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.

b.    Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area

berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi

membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya

dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar,

ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam

ruang intravaskular.

c.    Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul

untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain,

transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.

Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk

mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui

suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.

2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

2.6.1 Keseimbangan Cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik (ADH),

hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai hal tersebut antara lain :

1)      Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa

haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang

terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan osmolalitas pada cairan

ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul

akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut :

Page 7: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

a)   Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan

angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang

bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.

b)  Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi

jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.

c)   Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar.

Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman

akibat penurunan saliva.

2)      Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di  dalam

neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan

osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi

stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-

obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat

menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopresin

karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan

darah.

3) Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada

tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.

Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan

sistem rennin-angiotensin.

4)      Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak

jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan

motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi

natrium.

5)      Glukortikoid. Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga

memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan

kadar glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong,

2000).

Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran cairannya

adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-

paru, pencernaan, dan ginjal.

a.    Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang

aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot,

temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit

dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru.

Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.

Page 8: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

b.    Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu

bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau

kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.

c.    Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan

setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg

BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10C.

d.   Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada individu

dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.

2.6.2   Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi

keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan

dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim

dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan

anion.

a)   Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :

Ø Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium

diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan

keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan

dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi utama

natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan

ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”. Regulasi ion natrium dilakukan

dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran urin.

Ø Kalium(K+). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium

diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan

keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi otot.

Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion kalium

di tubulus ginjal.

Ø Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam

tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan muscle,

meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan

thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.

b)     Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi :

Ø Klorida (Cl-). Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi

mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah 95-105 mEq/l.

Ø Bikarbonat(Cl-). Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat di

cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal bikarbonat

adalah 22-26 mEq/l.

Page 9: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

Ø Fosfat(PO42-). Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat

berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain itu, fosfat

juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asam-basa. Kerja

fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:

a.     Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap

proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di

masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang

dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih

besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga

dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur

dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan

yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal

b.      Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas

menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan

haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga

meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga

mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c.       Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan

mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,

cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL

pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.

Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan

yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada

orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan

sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan

panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas,

sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga

dua liter per jam.

Page 10: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

d.      Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan

tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah

simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

e.       Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh

mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan

glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga

menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi

urine.

f.       Penyakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL,penyakit

ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh

g.      Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan

elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar

kalsium dan kalium.

h.      Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.

Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan

meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam

tubuh.

i.          Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.

Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien

lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui

intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat

anastesia.

2.8  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit

2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan

Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan

homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau sebaliknya.

1.    Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan adalah suatu

kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang

Page 11: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini

dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami

perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang

interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan

(dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :

a)     Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah

elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.

b)     Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah

elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.

c)     Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada

jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di

antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada

dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,

tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan

eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang

menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan

menurut derajat keparahan menjadi :

a.     Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau

sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu dewasa

sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung

melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.

b.   Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat

tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya

adalah mata cekung.

c.    Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar

natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.

2.    Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih (overhidrasi)

adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium

di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya

disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini

adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan

hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan

pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut

ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini

karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan

Page 12: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan

tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida

menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang

menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan

vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain

penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

2.6.2   Gangguan keseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :

a.    Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di

cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan

pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia

umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui

pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang

berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome

of inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan,

hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala

hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare,

takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum

<136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia  adalah kelabihan kadar natrium di

cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini

mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan

natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari

paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa

bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi

ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.

b.   Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan

ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium

tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala defisiensi

kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi

yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l.

hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi,

kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi

impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah  satu upaya

yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong

kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas,

irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium

Page 13: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang

T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.

c.    Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah  kekurangan kadar kalsium di

cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab

tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda

dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,

gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi

kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain

itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia

adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan

eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala

hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan

letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung.  Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium

serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil

rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang

menyebar.

d.   Hipomagnesemia  dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar

magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol

yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan

gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi,

halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi

kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar

magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita

gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan

gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi

pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4

mEq/l.

e.    Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida

dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal

yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala

yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram,

dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida  >95 mEq/l.

Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan

hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia

menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa.

Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul.

Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.

Page 14: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

f.     Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di

dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan

ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat

alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya

meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar.

Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia

adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal

ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi

akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena

kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir

sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot,

konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan

kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis.  Temuan laboratoriumnya adalah

nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

1. EDEMA

A. Pengertian Edema

Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di antara sel) atau

jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang normal secara umum

cairan tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua ruangan yaitu pembuluh darah

dan ruang – ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan pada keseimbangan pengaturan cairan

tubuh, maka cairan dapat berakumulasi berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga

menimbulkan edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya

dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga – rongga tubuh seperti perut dada dan rongga

perut.

B. Penyebab Edema Pada Kaki

Oya, perlu Anda ketahui, kondisi pembengkakan ini umumnya terjadi pada beberapa bagian

tubuh yang sangat aktif. Dan salah satu bagian tubuh yang dimaksud adalah kaki, dan beberapa

bagian tubuh sekitar kaki. Adapun penyebabnya sendiri antar lain:

1. Penggumpalan darah pada kaki.

2. Terjadinya pembesaran pembuluh darah vena.

3. Tidak bergerak dalam kurun waktu yang lama.

4. Cuaca yang teramat panas.

5. Akibat luka bakar.

6. Tekanan yang mengganggu aliran darah.

Page 15: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

C. Cara mengobati

1. Lakukan olah raga secara rutin dan teratur.

2. Budayakan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

3. Usahakan untuk senantiasa bergerak dan tidak terlalu lama diam.

4. Perbanyak mengonsumsi air putih.

Page 16: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut

ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan

intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW)

kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini

tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,

osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada

intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan

cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal,

kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan

dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan

sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka

cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor

yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.

Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa

dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya

Page 17: Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:

Salemba Medika.

Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba

Medika.

dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan

Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan

Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG

Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.

Jakarta: EGC