kebijakan penetapan kriteria risiko akibat dampak...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN PENETAPAN KRITERIA RISIKO AKIBAT DAMPAK RENOVASI ATAU PEKERJAAN PEMBANGUNAN (KONSTRUKSI)
BARU DAN PENETAPAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
NOMOR : 709.1/PER/RSISA/III/2019
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR : 709.1/PER/RSISA/III/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PENETAPAN KRITERIA RISIKO AKIBAT DAMPAK RENOVASI ATAU PEKERJAAN PEMBANGUNAN (KONSTRUKSI)
BARU DAN PENETAPAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
MENIMBANG : a. bahwa kualitas udara ruang rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap pasien, tenaga yang bekerja di rumah sakit maupun pengunjung rumah sakit.
b. bahwa untuk mewujudkan rumah sakit yang aman, nyaman dan sehat perlu dilakukan pemantauan kualitas udara secara rutin.
c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu dibuat Kebijakan Penetapan Kriteria Risiko Akibat Dampak Renovasi atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru dan Penetapan Pemantauan Kualitas Udara.
MENGINGAT
: 1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
RumahSakit
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentangKesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/
Menkes/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
FasilitasPelayananKesehatan
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menkes/SK/III/2007
TentangPedomanManajerialPencegahandanPengendalianInfeksi di
RumahSakitdanFasilitasKesehatanLainnya.
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 382/Menkes/SK/III/2008
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
7. Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 445/01/BPMD/07/2014 tentang Perpanjangan Izin
Operasional Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
8. Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor :
107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah
Bismillahirrahmanirrahim
9. Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
Nomor : 008.55.09/DSN-MUI/VIII/2017 tentang Penetapan Layanan dan
Manajemen Rumah Sakit Islam Sultan Agung telah memenuhi prinsip
syariah.
10. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor :
1423/KPTS/RSI-SA/III/2017 tentang Pemberlakuan Fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN
KESATU : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Direktur Nomor : 1366/PER/RSI-SA/II/2017 tentang Kebijakan Penetapan Kriteria Risiko Akibat Dampak Renovasi Atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru Dan Penetapan Pemantauan Kualitas Udara
KEDUA : Kriteria Risiko Akibat Dampak Renovasi Atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru Dan Penetapan Pemantauan Kualitas Udara di Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan dan
akan dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan perbaikan, maka
akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : 25 Maret 2019 H
18 Rajab 1440 M
RS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes
Direktur Utama
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Nomor : 709.1/PER/RSISA/III/2019
Tentang : Kebijakan Penetapan Kriteria Risiko Akibat Dampak Renovasi Atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru Dan Penetapan Pemantauan Kualitas Udara Rumah Sakit Islam Sultan Agung PENGERTIAN : Penetapan kriteria risiko akibat dampak renovasi atau pekerjaan pembangunan (konstruksi) baru
adalah kebijakan yang digunakan untuk merencanakan pembongkaran, pembangunan, atau renovasi, rumah sakit menggunakan kriteria yang mengatur dampak dari renovasi atau pembangunan baru terhadap persyaratan kualitas udara, pencegahan dan pengendalian infeksi, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan prosedur emergensi (kedaruratan). TUJUAN : 1. Mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui udara di lingkungan rumah
sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
2. Menurunkan setiap resiko infeksi yang dapat ditransmisikan antara pasien,staf/petugas,
keluarga, pengunjung dan lingkungan
KEBIJAKAN : LANGKAH 1 :
Identifikasi type Aktivitas proyek konstruksi
a. Tipe aktivitas ditentukan dengan :
- banyaknya debu yang ditimbulkan
- potensial terjadinya aerosol air
- lama pekerjaan konstruksi
- Jumlah sistem pendingin ruangan dan ventilasi yang terpadu
b. Berdasarkan type aktivitas proyek di kelompokkan menjadi 4 Type yaitu Type A-B-C-D
Type A Type B Type C Type D
Inspeksi dan aktifitas non-invasive Termasuk, tapi tidak terbatas pada : • mengangkat papan
langit-langit untuk inspeksi visual terbatas pada I papan per 50 square feet.
• pengecatan (tetapi bukan melakukan plesteran)
Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat menghasilkan debu minimal Termasuk, tapi tidak terbatas pada : • instalasi telepon
dan kabel computer
• akses untuk ke ruangan
• memotong dinding atau langit-langit
Aktivitas yang menghasilkan debu dari tingkat moderat sampai tinggi atau membutuhkan penghancuran atau pemusnahan komponen kerangka gedung Termasuk, tapi tidak terbatas pada : • melakukan
plesteran dinding
Penghancuran mayor dan proyek bangunan Termasuk, tapi tidak terbatas pada : • aktivitas yang
membutuhkan kerja shift yang berkelanjutan
• membutuhkan penghancuran besar atau pengangkatan system kabel yang lengkap
• dinding penghalang, pekerjaan jaringan listrik, pompa minor, dan aktivitas yang tidak menghasilkan debu atau membutuhkan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit dibandingkan dengan untuk inspeksi visual.
dimana migrasi debu dapat dikontrol
untuk dicat atau pelapisan dinding
• mengangkat penutup lantai, papan langit-langit, dan papan penghalang
• konstruksi dinding baru
• membuat akses kerja minor atau pekerjaan listrik di atas langit-langit
• aktivitas kabel mayor
• pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu shift
• konstruksi baru
LANGKAH 2 :
Identifikasi pasien berisiko
Berdasarkan kelompok risiko yang telah ditetapkan oleh tim pengendalian infeksi, maka renovasi
bangunan dibagi menjadi :
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi
- Area Kantor - Cardiologi
- Echocardiography
- Endoscopy
- Kedokteran Nuklir
- Terapi fisik
- Radiologi/MRI
- Terapi Respiratori
- UGD
- Persalinan
- Laboratorium (specimen)
- Perawatan Bayi Baru Lahir
- Poli Bedah
- Pediatrik
- Setiap area yang merawat pasien dengan imunokompromise
- Unit Luka Bakar
- Cathlab Jantung
- ICU
- Unit Penyakit Dalam
LANGKAH 3 : PENENTUAN LEVEL ICRA
• Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan Konstrusi dan Kelompok Risiko Bangunan
• Terbagi menjadi
- Level I - Level II - Level III - Level IV
Kelompok Pasien Resiko Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
Resiko Rendah I II II III/IV
Resiko Medium I II III IV
Resiko Tinggi I II III/IV IV
Resiko Tertinggi II III/IV III/IV IV
Hasil kajian langkah ketiga maka ditentukan tindakan pencegahan yang berkaitan dengan pekerjaan konstruksi yang harus dilakukan yaitu pre renovasi, selama renovasi dan setelah renovasi. Dalam hal ini menyesuaikan level ICRA.
Pre Renovasi
1. Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian Komite PPIRS, K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan serta pihak perencana dan pelaksana proyek
2. Komite PPIRS melakukan pengkajian resiko dan membuat izin renovasi
3. Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan Komite PPIRS, K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak perencana dan pelaksana proyek.
4. Sebelum pelaksanaan pembangunan pihak perencana dan pelaksana proyek harus menutup area
kerja dengan pembatas
Selama Renovasi 1. Memasang informasi bahwa area tersebut sedang ada pembangunan/renovasi dan pembongkaran
bangunan
2. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja sampai pekerjaan selesai dibersihkan
3. Memastikan sistem keamanan pada pekerjaan pembangunan
4. Melakukan monitoring udara dengan cara melakukan pemeriksaan udara secara berkala
5. Memastikan kebersihan peralatan pada area yang berpotensi terkena risiko
6. Semua tenaga kerja dipastikan menggunakan APD pada saat bekerja
7. Melakukan penyemprotan air secara berkala mengurangi debu
8. Menyediakan tempat rehat untuk pekerja
9. Menyediakan fasilitas untuk sanitasi (wastafel, kamar madi, toilet) untuk para pekerja
10. Memastikan adanya tempat sampah rumah tangga
11. Melakukan pertemuan dan koordinasi dengan pihak pelaksana, KPPI, K3RS, Sanitasi, IPSRS, Pihak
manajemen terkait dengan monitoring pelaksanaan tindakan risiko pencegahan infeksi
Setelah Renovasi 1. Setelah proyek selesai, daerah kerja dipastikan kebersihannya
2. Membersihkan semua alat kerja setelah proyek selesai