kebijakan & pedoman seputar

57
Kebijakan & Pedoman Seputar Gangguan Penggunaan Napza Riza Sarasvita, PhD Subdit Napza, Rokok & Alkohol Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI

Upload: andi-kasianto

Post on 04-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan & Pedoman Seputar

Kebijakan & Pedoman Seputar Gangguan Penggunaan Napza

Riza Sarasvita, PhDSubdit Napza, Rokok & Alkohol

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI

Page 2: Kebijakan & Pedoman Seputar

Kerangka Paparan

1. Latar Belakang2. Program Wajib Lapor Pecandu Narkotika3. Rehabilitasi Medis Pecandu Narkotika & Napza

lainnya4. Rehabilitasi Medis Pecandu Yang Dalam Proses

& Yang Telah Diputus / Ditetapkan Pengadilan5. Penyalahgunaan Zat yang Diresepkan, Zat

Adiktif lain dan Zat Psikoaktif Baru

Page 3: Kebijakan & Pedoman Seputar

1. Latar Belakang

Page 4: Kebijakan & Pedoman Seputar

Tantangan

Penerimaan beragam thd Gangguan Penggunaan Napza (GPN) sebagai

suatu penyakit

GPN sebagai satu-satunya “penyakit” yang

diwajibkan lapor & menjalani perawatan

rehab medis

GPN dalam dua sisi pendekatan:

kesejahteraan & penegakan hukum

Kompleksitas pemulihan: kronis, kambuhan,

perlunya rencana terapi individual yg dikaji ulang

secara berkala

Page 5: Kebijakan & Pedoman Seputar

Peluang

Memahami ilmu pencegahan GPN

menjadikan kita sebagai individu sahabat anak

Pasien berdaya karena umumnya kemampuan

kognitif & psikologis dalam kondisi baik

Riset dalam tata laksana GPN terbuka luas

GPN salah satu isu strategis nasional selain

terorisme & korupsi: kerjasama multisektor

Page 6: Kebijakan & Pedoman Seputar

Perubahan pendekatan

• Konvensi tahun 1961 menganggap penyalahgunaan Napza sebagai masalah kriminal

• Konvensi tahun 2009 menyepakati bahwa pendekatan law enforcement dengan welfare approach harus seimbang

• UU Narkotika No 35/2009:– Tetap menganggap penyalahguna Napza sebagai pelaku

kriminal tetapi memberi peluang untuk menjalani terapi rehabilitasi

– Wajib lapor dpt mengalihkan pemidanaan dg pembatasan 2 kali periode perawatan

Page 7: Kebijakan & Pedoman Seputar

Tupoksi Kemenkes dlm Pencegahan & Penanggulangan Masalah (P2M) Gangguan

Penggunaan Napza (GPN)

Update norma standar pedoman & kriteria (NSPK) serta modul pelatihan

Menerima usulan IPWL, menetapkan & bimbingan teknis

Monev & Penyediaan sistem informasi

Penyediaan dana klaim

Page 8: Kebijakan & Pedoman Seputar

Tupoksi Dinkes dlm P2M GPN

Fasilitasi implementasi NSPK GPN

Fasilitasi peningkatan ketrampilan dlm GPN

Monev & pengelolaan laporan

Fasilitasi penyediaan sarana & prasarana

Penyediaan dana dlm jangka menengah - panjang

Page 9: Kebijakan & Pedoman Seputar

Tupoksi Fasilitas Layanan Kesehatan (fasyankes) dlm P2M GPN

Menyusun SPO sesuai NSPK yg berlaku

Menyediakan layanan P2M GPN

Menjamin ketersediaan tim kerja secara kontinyu

Pencatatan & pelaporan

Menjamin “kesejahteraan” petugas & pasien dlm arti luas

Page 10: Kebijakan & Pedoman Seputar

Regulasi Kemenkes Yang Tersedia

• Tata laksana wajib lapor pecandu Narkotika: – 2011: Permenkes 2171/2011– 2012: Permenkes 228/2012 (tambahan

penggantian biaya untuk konseling lanjutan maksimum 8 kali)

– 2013: Permenkes 37/2013 (perubahan pola tarif)

Page 11: Kebijakan & Pedoman Seputar

Regulasi Kemenkes Yang Tersedia (2)

• Penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL):– 2011: Kepmenkes 1305/2011 (131 institusi)– 2012: Kepmenkes 218 / 2012 (181 institusi)– 2013: Kepmenkes 293 / 2013 (274 institusi) sekaligus

menetapkan seluruh IPWL sebagai penyedia rehab medis, minimal dlm bentuk konseling dasar adiksi Napza

• Juknis Penyelenggaraan Rehab Medis Terpidana:– Permenkes 46/2012 saat ini sedang direvisi

Page 12: Kebijakan & Pedoman Seputar

Program Wajib Lapor Pecandu Narkotika

Page 13: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa itu program wajib lapor?

• Wajib lapor (wapor) adalah amanah Undang-Undang bagi seluruh warga negara Indonesia yang mengalami kondisi ketergantungan terhadap Narkotika untuk melaporkan diri pada Puskesmas / Rumah Sakit / Lembaga Rehabilitasi milik Pemerintah ataupun Masyarakat

Page 14: Kebijakan & Pedoman Seputar

Mengapa perlu wajib lapor?

• Pada umumnya sebelum mengalami masalah fisik / psikologis / sosial serius, pecandu jarang datang untuk mencari pertolongan medis / sosial

• Diperkirakan kurang dari 5% pecandu yang pernah menerima layanan terapi & rehabilitasi

• Program wapor ditujukan pula untuk meningkatkan kesadaran keluarga agar dapat membawa anggota keluarganya pada layanan terapi sedini mungkin

• Kontak dini terhadap program terapi diharapkan dapat meminimalisasi dampak buruk akibat penggunaan Napza

Page 15: Kebijakan & Pedoman Seputar

Siapa pemangku kepentingan wapor?

• Kebijakan, pedoman, peningkatan kapasitas, dukungan dana

• Dukungan dekriminalisasi

• Memberikan layanan• Tg jwb menjaga kesehatan

Pecandu & kelg Fasyankes

& Lembaga rehab

Pemerintah pusat & daerah

Penegak hukum

Page 16: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa bedanya pecandu yg melakukan wajib lapor dg pecandu yg datang utk berobat?

• Keduanya adalah pasien dengan segala hak untuk dilindungi kerahasiaannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

• Sebelum PP 25/2011 tentang Wajib Lapor, tatalaksana pasien pecandu beragam, setelah wapor dilaksanakan, terdapat tata laksana yang distandarisasi:– Asesmen komprehensif– Rencana terapi sesuai hasil asesmen– Urinalisis– Konseling adiksi Napza– Farmakoterapi sesuai kebutuhan

Page 17: Kebijakan & Pedoman Seputar

Bagaimana suatu institusi ditetapkan sebagai IPWL?

• Telah memberikan pelayanan terapi rehabilitasi napza sebelumnya; dan/atau

• Pernah menerima pelatihan di bidang gangguan penggunaan napza yang tercatat pada Kementerian Kesehatan

• Diusulkan oleh Dinas Kesehatan setempat, kecuali fasyankes / lembaga rehab milik Pemerintah / Pemerintah Daerah, diusulkan langsung oleh organisasi induk

Page 18: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apakah mungkin BNNP/Kab/Kota menjadi IPWL?

• BNNP/K tidak dapat menjadi IPWL• BNNP/K dapat memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yg

kemudian dpt ditetapkan sebagai IPWL dengan cara:– Mendirikan klinik dengan izin Dinas Kesehatan bila

mempekerjakan tenaga kesehatan, dan/atau– Mendirikan lembaga rehab sosial dengan izin Dinas Sosial

bila layanan semata-mata adalah intervensi psikososial• UPT BNNP/K yg telah memiliki izin Pemda setempat

dpt diusulkan langsung oleh BNN kepada Menkes / Mensos untuk menjadi IPWL

Page 19: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa yg dimaksud kartu lapor diri

• Selama belum ada ketentuan yg mengatur ttg kartu yang tersentralisasi, maka kartu berobat pasien adalah juga kartu lapor diri, yang bilamana mungkin dicap dengan tulisan IPWL

• Penggunaan nomor wajib lapor mengacu pada nomor rekam medik, kecuali telah ada ketentuan baru

• Kartu lapor diri berlaku sepanjang pasien aktif mengikuti program TR yang telah disusun dlm rencana terapi

Page 20: Kebijakan & Pedoman Seputar

Dengan punya kartu lapor diri apakah pasien jadi kebal hukum?

• Tidak• Bila ybs terlibat dalam tindak kriminalitas lain selain

penggunaan Napza, maka ybs tetap diproses• Bila ybs terlibat hanya dlm tindak kriminalitas

penggunaan Napza, diharapkan ybs dpt dialihkan pada proses rehabiltasi apabila telah memiliki kartu lapor diri (diatur dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung – Kemenkumham – Kejaksaan Agung – Kepolisian (Mahkumjakpol) – Kemenkes – Kemensos – BNN).

Page 21: Kebijakan & Pedoman Seputar

Berapa biaya wajib lapor yg dpt diklaim?

• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 37/2013 – Asesmen: Rp. 75.000,-– Urinalisis 3 jenis narkotika: Rp. 100.000,- (hanya 1

kali sepanjang tahun berjalan)– Konseling dasar adiksi: Rp. 50.000,- (dapat

dilanjutkan hingga maksimum 8 X sesi sepanjang tahun berjalan)

– Terapi simtomatik (bila perlu): Rp. 50.000,-

Page 22: Kebijakan & Pedoman Seputar

Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu

Page 23: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa bedanya wajib lapor dengan rehabilitasi?

• Rehabilitasi merupakan kelanjutan dari proses wajib lapor (sbg bagian dari rentang perawatan bagi pecandu Napza)

• Asesmen• Rencana terapi

Lapor diri

• Rawat Jalan• Rawat Inap

Terapi / Rehabilitasi • Kelompok bantu

diri / dukungan• Peningkatan

ketrampilan

Pasca rawat

Page 24: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa bedanya wajib lapor dg rehabilitasi dari segi lembaga ?

Institusi Penerima Wajib

Lapor (IPWL)

Menerima layanan

rehabilitasi rawat inap

Menerima rehabilitasi

terkait perkara hukum

Page 25: Kebijakan & Pedoman Seputar

Permenkes 2415/2011 ttg rehab medis

• Pasal 3– Rumah sakit dan puskesmas yang menyelenggarakan

rehabilitasi medis ditetapkan oleh Menteri.– Menteri mendelegasikan penetapan rumah sakit dan

puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal.

– Penetapan rumah sakit milik pemerintah daerah atau masyarakat dan puskesmas sebagai penyelenggara rehabilitasi medis dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari pemerintah daerah.

Page 26: Kebijakan & Pedoman Seputar

Permenkes 9/2014 ttg penyelenggaraan klinik

• Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik

• Terdiri dari:– Klinik pratama: penyediaan pelayanan medik dasar

(umum atau khusus)– Klinik utama: penyediaan pelayanan medik

spesialistik

Page 27: Kebijakan & Pedoman Seputar

Permenkes 9/2014 ttg penyelenggaraan klinik

• Pg jawab klinik harus seorang tenaga medis dg SIP pd klinik tsb dan dpt merangkap sbg pemberi layanan

• Tenaga:– Rawat jalan: dokter / drg (setidaknya 2 org), perawat &

tenaga kesehatan / non kesehatan lain– Khusus napza: harus memiliki tenaga apoteker

• Semua tenaga medis hrs memiliki SIP dan STR sesuai ketentuan

• Tenaga kesehatan lain hrs memiliki SIP / SIK / STR sesuai ketentuan

Page 28: Kebijakan & Pedoman Seputar

Permenkes 9/2014 ttg penyelenggaraan klinik

• Pasal 25 • (1) Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin

mendirikan dan izin operasional. • (2) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

• (3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Page 29: Kebijakan & Pedoman Seputar

Permenkes 9/2014 ttg penyelenggaraan klinik

• Pasal 26 menetapkan persyaratan:– Identitas lengkap pemohon; – Salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha,

kecuali untuk kepemilikan perorangan; – Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain

yang disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak minimal untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;

– Dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL untuk Klinik rawat inap

– Profil Klinik– Persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.

Page 30: Kebijakan & Pedoman Seputar

Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu Dalam Proses Hukum Dan Yang Telah Diputus / Ditetapkan

Pengadilan

Page 31: Kebijakan & Pedoman Seputar

Rehabilitasi secara ideal....

• Asesmen• Rencana terapiSukarela (sendiri /

kelg)

• Asesmen terpadu• Rencana terapi• Penitipan polisi/jaksa

Tersangkut Perkara Hukum

(masa penyidikan)

• Asesmen terpadu• Rencana terapi• Penetapan/Putusan hakim

Tersangkut Perkara Hukum

(masa persidangan)

Menjalani Terapi &

Rehabilitasi Napza

Page 32: Kebijakan & Pedoman Seputar

Landasan Kebijakan

• Undang-Undang 35/2009 ttg Narkotika• Peraturan Pemerintah 25/2011 tentang Wajib

Lapor• Peraturan Bersama Mahkumjakpol –

Kemenkes – Kemensos – BNN tertanggal 11 Maret 2014

Page 33: Kebijakan & Pedoman Seputar

Dimanakah dapat dilakukan rehab medis utk pecandu terkait perkara hukum?

• Hanya pada IPWL yang berbasis rumah sakit atau lembaga rehabilitasi medis, yg memenuhi syarat sebagai berikut:– Memiliki sekurang-kurangnya alokasi tempat tidur

untuk rawat inap selama 3 bulan;– Memiliki setidaknya dokter, perawat dan apoteker

yang terlatih di bidang gangguan penggunaan napza;– Memiliki program rawat inap jangka pendek dengan

layanan simtomatik dan intervensi psikososial

Page 34: Kebijakan & Pedoman Seputar

Dimanakah rehab medis utk pecandu terkait perkara hukum?

• Syarat.... (lanjt):– Memiliki Standar Prosedur Keamanan minimal,

yang diantaranya memuat prosedur:• Pencatatan pengunjung yang masuk dan keluar• Pemeriksaan fisik dan barang bawaan setiap masuk

program agar tidak membawa berbagai Napza dan benda tajam ke dalam tempat rehab• Tugas Penjaga Keamanan • Pengamanan sarana prasarana agar pasien terhindar

dari kemungkinan melukai dirinya sendiri, melukai orang lain dan melarikan diri.

Page 35: Kebijakan & Pedoman Seputar

Yang harus dilakukan Dinkes terkait rehab medis bg perkara hukum...

• Memilih fasyankes Rumah Sakit yg memenuhi syarat tersebut atau setidaknya dapat dipenuhi dalam waktu dekat

• Mengusulkan pada Kemenkes untuk penetapan rehab medis bagi perkara hukum

• Menetapkan tim dokter utk asesmen perkara hukum & mengusulkan tim tsb pada BNNP/K guna ditetapkan sebagai bagian Tim Asesmen Terpadu

• Berkoordinasi dengan BNNP/K, Kanwil Kumham, Kejaksaan Negeri & Pengadilan Negeri

Page 36: Kebijakan & Pedoman Seputar

Peraturan Bersama Mahkumjakpol + mengatur...

• Adanya tim asesmen terpadu, yg tdd:– Tim Hukum: guna ungkap jaringan– Tim Dokter: guna memastikan status dan derajat

keparahan penggunaan Napza• Tim asesmen terpadu ditetapkan oleh Kepala

BNNP/K atas usulan Polda / Kajari dan Dinkes• Dalam proses penyidikan, penuntutan &

persidangan dapat dititipkan pada lembaga rehabilitasi

Page 37: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa itu tim asesmen terpadu?

Tim asesmen terpadu

Tim hukum: unsur Polri, BNN,

Kejaksaan & Kemenkumham

Tim dokter: SpKJ, SpF, dr umum,

psikolog, sekurang-kurangnya dr umum

Page 38: Kebijakan & Pedoman Seputar

Apa yg hrs dilakukan oleh tim dokter dlm asesmen terpadu?

• Prinsip dasar sama dengan proses wajib lapor, hanya pemeriksaan lebih intensif dan tidak kurang dari 1 hari kerja serta tidak lebih dari 2 hari kerja, meliputi:– Pemeriksaan fisik– Anamnesa dan asesmen komprehensif menggunakan

formulir asesmen wajib lapor/ rehabilitasi medis– Bila diperlukan: pemeriksaan psikiatrik, evaluasi

psikologik, rapid tes urin, pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya sesuai indikasi

Page 39: Kebijakan & Pedoman Seputar

Bagaimana soal pembiayaan rehab medis?

•Bayar sendiri bila mampu

•Sedang diupayakan alokasi dana utk yg tidak mampu/ pemegang kartu jamkesmas

Sukarela (voluntary)

•Ditanggung BNN: sedang diupayakan alokasi dana melalui APBN

Dalam masa penyidikan / penuntutan/ persidangan

•Ditanggung Kemenkes melalui sistem klaim spt wajib lapor

Setelah ditetapkan / diputus hakim

Page 40: Kebijakan & Pedoman Seputar

Klaim kpd Kemenkes utk Pecandu yg telah Diputus / Ditetapkan Hakim utk Rehab Medis

• Peraturan Menteri Kesehatan No 46/2012:– Asesmen & penyusunan terapi Rp. 50.000,- (maksimal 3 kali

asesmen dlm 1 tahun perawatan)– Paket rawat inap kelas 3 sesuai pola tarif RS (maksimal Rp. 4

juta rupiah) per bulan mencakup tarif kamar, askep, visit dokter, konsul dokter spesialis, evaluasi psikologis, intervensi psikososial

– Obat-obatan dg menggunakan obat generik maks Rp 600.000 /bulan (tanpa komplikasi) atau maks Rp 1 juta / bulan (dg komplikasi)

– Pemeriksaan urinalisis Rp 85.000 (maksimal 3 kali periksa dalam satu periode perawatan)

Page 41: Kebijakan & Pedoman Seputar

Program Rehab Medis

Utk yg sukarela• Bisa rawat jalan atau inap• Lama bergantung pd derajat keparahan & rencana terapi

Yg dititipkan polisi/jaksa• Harus rawat inap• Lama tgt kebutuhan penyidikan / persidangan

Yg diputus/ditetapkan hakim• Hrs rawat inap dahulu min 3 bln• Lama tgt pd putusan Hakim bdsarkan rekomendasi tim dokter

asesmen terpadu

Page 42: Kebijakan & Pedoman Seputar

Ruang lingkup asesmen terpadu bagi yg terkait perkara hukum

• Tim asesmen terpadu khusus untuk melakukan pemeriksaan terhadap pecandu, penyalahguna atau korban penyalahgunaan terkait perkara hukum

• Waktu kerja maksimal 6 hari:– Untuk asesmen tim dokter maksimal 2 hari

Page 43: Kebijakan & Pedoman Seputar

Modalitas Terapi & Rehabilitasi

Rehab Medis

Detoksifikasi

Rawat jalan non rumatan

Terapi rumatan

metadon / buprenorfin Rehabilitasi

rawat inap jangka pendek

Rehabilitasi rawat inap

jangka panjang

Page 44: Kebijakan & Pedoman Seputar

Penyalahgunaan Zat Yg Diresepkan, Zat Legal & Zat Psikoaktif Baru

Page 45: Kebijakan & Pedoman Seputar

Prinsip penyalahgunaan zat legal

Meningkatnya dorongan orang

untuk menyalahgunakan

yang legal

Penegakan hukum yg kuat utk zat ilegal akan menurunkan

penyalahgunaannya

Page 46: Kebijakan & Pedoman Seputar

• New psychoactive substances (NPS) atau zat psikoaktif baru adalah:– Segala jenis zat, baik murni maupun olahan yg

tidak diatur dalam konvensi narkotika 1961 atau psikotropika 1971 tetapi dapat mengakibatkan masalah kesehatan masyarakat

• Sudah diatur dalam Permenkes sebagai perubahan dari lampiran daftar narkotika UU 35/2009

Page 47: Kebijakan & Pedoman Seputar

Beberapa jenis NPS

• Kanabinoid sintetis• Katinon sintetis: efek stimulan lebih lemah dibanding

metamfetamin / amfetamin lain• Ketamin: anastetik• Phenethylamines: efek stimulan• Piperazines, diantaranya benzipiperazines (BZP):

awalnya antidepresan tetapi ada efek stimulansia. Dikenal sbg produk farmasi gagal

• Dextrometrophan• Dan lain-lain

Page 48: Kebijakan & Pedoman Seputar

Zat yang diresepkan

• Alprazolam• Diazepam• Benzodiazepin lainnya• Analgesik poten (tramadol, oxycontin, dll)

Page 49: Kebijakan & Pedoman Seputar

Zat legal lainnya

• Obat warung: anti alergi, analgesik, anti asma, dll

• Jenis inhalansia: lem, bensin, cat, dll

Page 50: Kebijakan & Pedoman Seputar

Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan zat-zat tersebut?

• Memasukkan isu zat baru, zat yg diresepkan, zat legal lain dalam:– Berbagai kebijakan terkait GPN– Berbagai program pencegahan / terapi rehabilitasi

GPN

Page 51: Kebijakan & Pedoman Seputar

Efek segera inhalansia

HalusinasiDisorientasiDistorsi persepsiRasa pusingPeningkatan sensitivitasDetak jantung tidak

beraturan

Gangguan kognitifTremorHilangnya koordinasiRasa mualRasa senang

Dirasakan dalam hitungan menit dan bersifat sementara:

Page 52: Kebijakan & Pedoman Seputar

Efek jangka panjang inhalansia

Kerusakan otak Gangguan fungsi ginjal Koordinasi motorik

terganggu Kerusakan otot dan jantung Gangguan penglihatan Penurunan fungsi paru-paru

Tremor Hilangnya pendengaran Baal pada ekstremitas Bicara pelo Penuruan kapasitas sensori Hilangnya kemampuan

memori

Dialami setelah terpapar dlm jangka panjang. Penelitian ilmiah tdk dpt menghubungkan efek ini dg jenis inhalansia tertentu, jadi bersifat umum:

Page 53: Kebijakan & Pedoman Seputar

Bagaimana pencegahan khusus masalah inhalansia?

• Perubahan produk:– Komposisi zat kimia yang mudah disalahgunakan

diminimalisasi– Larangan penyalahgunaan zat kimia– Regulasi & pembatasan tipe dan jumlah zat kimia – Penambahan zat iritan (bau yang menyengat)

pada produk yang potensial disalahgunakan

Page 54: Kebijakan & Pedoman Seputar

Bagaimana pencegahan khusus masalah inhalansia? (2)

• Pembatasan akses:– Penalisasi / kriminalisasi penyalahgunaan,

kepemilikan yg diluar batas tujuan utama produk serta distribusi produk dalam jumlah yg potensial disalahgunakan

– Regulasi usia minimal pembelian• Strategi pencegahan: – Label peringatan di produk– Simbol peringatan (otak & paru-paru yg rusak) – Program kesadaran dan pendidikan

Page 55: Kebijakan & Pedoman Seputar

Faktor yang berperan dalam perilaku penggunaan narkoba & dampaknya

Individu (Kepribadian, Psikopatologi, Religiusitas, dll)

Faktor Narkoba (Ketersediaan, Jenis, Daya Tarik)

Situasi / Lingkungan (Sosial dan Fisik)

Faktor yang berperan dalam perilaku penggunaan narkoba & dampaknya

Page 56: Kebijakan & Pedoman Seputar

Problem Perilaku(CSAP, 2003)

School Dropout

Substance Use

Teen pregnancy

Violent Crime

Teenage Suicide

Individual Risk and Protective

Factors

Society/Environment

SchoolFamily

Community

Peer

Riza Sarasvita, Prevention File, August 2004