seputar jabat tangan

Upload: mentari-nisa

Post on 14-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seputar Jabat Tangan245SharePenulis: Ammi Nur Baits Murojaah: Ustadz Aris Munandar Pengertian Al Hattab (ulama madzhab Malikiyah) mengatakan: Para ulama kami (Malikiyah) mengatakan: Jabat tangan artinya meletakkan telapak tangan pada telapak tangan orang lain dan ditahan beberapa saat, selama rentang waktu yang cukup untuk menyampaikan salam. (Hasyiyah Al Adzkar An Nawawi oleh Ali Asy Syariji, hal. 426) Ibn Hajar mengatakan: Jabat tangan adalah melekatkan telapak tangan pada telapak tangan yang lain. (Fathul Bari, 11/54) Hukum An Nawawi mengatakan: Ketahuilah bahwasanya jabat tangan adalah satu hal yang disepakati sunnahnya (untuk dilakukan) ketika bertemu. Ibn Batthal mengatakan: Hukum asal jabat tangan adalah satu hal yang baik menurut umumnya ulama. (Syarh Shahih Al Bukhari Ibn Batthal, 71/50) Namun penjelasan di atas berlaku untuk jabat tangan yang dilakukan antara sesama laki-laki atau sesama wanita. Berikut adalah dalil-dalil dianjurkannya jabat tangan:

Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik: Apakah jabat tangan itu

dilakukan diantara para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam ? Anas menjawab: Ya. (HR. Al Bukhari, 5908)

Abdullah bin Hisyam mengatakan: Kami pernah bersama

Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sementara beliau memegang tangan Umar bin Al Khattab. (HR. Al Bukhari 5909)

Kaab bin Malik mengatakan: Aku masuk masjid, tiba-tiba di dalam

masjid ada Nabishallallahu alaihi wa sallam. Kemudian Thalhah bin

Ubaidillah berlari menyambutku, menjabat tanganku dan memberikan ucapan selamat kepadaku. (HR. Al Bukhari 4156) Dan beberapa hadis lainnya yang akan disebutkan dalam pembahasan keutamaan berjabat tangan. Akan tetapi dikatakan bahwasanya Imam Malik membenci jabat tangan. Dan ini merupakan pendapat Syahnun dan beberapa ulama Malikiyah. Pendapat ini berdalil dengan firman Allah taala ketika menceritakan salamnya Malaikat kepada Nabi Ibrahimalaihis salam. Allah berfirman, yang artinya: (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salaamun Ibrahim menjawab: Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. (QS. Ad Dzariyat: 25) Pada ayat di atas, malaikat hanya menyampaikan salam kepada Nabi Ibrahim alaihis salam dan mereka tidak bersalaman. Sehingga Malikiyah berkesimpulan bahwa di antara kebiasaan orang saleh (nabi Ibrahim & para Malaikat) adalah tidak berjabat tangan ketika ketemu, tetapi hanya mengucapkan salam. Namun, yang lebih tepat, pendapat Imam Malik yang terkenal adalah beliau menganjurkan jabat tangan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah riwayat, di mana Sufyan bin Uyainah pernah menemui beliau dan Imam Malik bersalaman dengan Sufyan. Kemudian Imam Malik mengatakan: Andaikan bukan karena bidah, niscaya aku akan memelukmu. Sufyan bin Uyainah mengatakan: Orang yang lebih baik dari pada aku dan kamu yaitu Nabishallallahu alaihi wa sallam pernah memeluk Jafar ketika pulang dari negeri Habasyah. Kata Malik: Itu khusus (untuk Jafar). Komentar Sufyan: Tidak, itu umum. Apa yang berlaku untuk Jafar juga berlaku untuk kita, jika kita termasuk orang saleh (mukmin). (Al Mausuah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/13949) Kesimpulannya, bahwasanya pendapat yang paling tepat adalah dianjurkannya berjabat tangan antar sesama. Mengingat banyak dalil yang menegaskan hal tersebut. Sedangkan adanya pendapat yang menyelisihi hal ini terlalu lemah ditinjau dari banyak sisi.

Keutamaan Berjabat Tangan 1. Terampuninya dosao

Dari Al Barra, Nabi shallallahu alaihi wa

sallam bersabda: Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan kecuali akan diampuni dosa keduanya selama belum berpisah. (Shahih Abu Daud, 4343)o

Dari Hudzifah bin Al Yaman, Nabi shallallahu alaihi wa

sallam bersabda:Sesungguhnya seorang mukmin jika bertemu dengan mukmin yang lain, kemudian dia memberi salam dan menjabat tangannya maka dosa-dosa keduanya akan saling berguguran sebagaimana daun-daun pohon berguguran. (Diriwayatkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah, 525) 2. Menimbulkan rasa cinta antara orang yang saling bersalaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? yaitu: Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR. Muslim 93) Jika semata-mata mengucapkan salam bisa menimbulkan rasa cinta maka lebih lagi jika salam tersebut diiringi dengan jabat tangan. 3. Menimbulkan ketenangan jiwa 4. Menghilangkan kebencian dalam hatio

Lakukanlah jabat tangan, karena jabat tangan bisa menghilangkan

permusuhan. Tetapi hadis ini didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (Ad Dhaifah, 1766)o

Lakukanlah jabat tangan, itu akan menghilangkan kedengkian

dalam hati kalian. (HR. Imam Malik dalam Al Muwatha dan didhaifkan oleh Syaikh Al Albani)

Terdapat beberapa hadis dalam masalah ini, namun semuanya tidak lepas dari cacat. Di antaranya adalah: Terlepas dari hadis di atas, telah terbukti dalam realita bahwa berjabat tangan memiliki pengaruh dalam menghilangkan kedengkian hati dan permusuhan. 5. Berjabat tangan merupakan ciri orang-orang yang hatinya lembut Ketika penduduk Yaman datang, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Penduduk Yaman telah datang, mereka adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada kalian. Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkomentar tentang sifat mereka: Mereka adalah orang yang pertama kali mengajak untuk berjabat tangan. (HR. Ahmad 3/212 & dishahihkan Syaikh Al Albani, As Shahihah, 527) Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa penduduk Yaman adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada para sahabat. Di antara ciri khas mereka adalah bersegera untuk mengajak jabat tangan. Mencium Tangan Ketika Jabat Tangan Ibn Batthal mengatakan: Ulama berbeda pendapat dalam menghukumi mencium tangan ketika bersalaman. Imam Malik melarangnya, sementara yang lain membolehkannya. (Syarh Shahih Al Bukhari, Ibn Batthal 17/50) Di antara dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan adalah:

Abu Lubabah & Kaab bin Malik, serta dua sahabat lainnya (yang diboikot

karena tidak mengikuti perang tabuk) mencium tangan Nabi Shallallhu alaihi wa Sallam ketika taubat mereka diterima oleh Allah. (HR. Al Baihaqi dalam Ad Dalail & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)

Abu Ubaidah mencium tangan Umar ketika datang dari Syam (HR. Sufyan

dalam Al Jami & disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)

Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibn Abbas ketika Ibn Abbas menyiapkan

tunggangannya Zaid. (HR. At Thabari & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)

Usamah bin Syarik mengatakan: Kami menyambut Nabi shallallahu

alaihi wa sallamdan kami mencium tangannya. (HR. Ibn Al Maqri, Kata Al Hafizh: Sanadnya kuat.) Dan masih banyak beberapa riwayat lainnya yang menunjukkan bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan. Bahkan Ibn Al Maqri menulis buku khusus yang mengumpulkan beberapa riwayat tentang bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan. Satu hal yang perlu diingat bahwasanya mencium tangan ini diperbolehkan jika tidak sampai menimbulkan perasaan mengagungkan kepada orang yang dicium tangannya dan merasa rendah diri di hadapannya. Karena hal ini telah masuk dalam batas kesyirikan. (lih.Al Iman wa Ar Rad ala Ahlil Bida, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alu Syaikh) An Nawawi mengatakan: Mencium tangan seseorang karena sifat zuhudnya, salehnya, amalnya, mulianya, sikapnya dalam menjaga diri dari dosa, atau sifat keagamaan yang lainnya adalah satu hal yang tidak makruh. Bahkan dianjurkan. Akan tetapi jika mencium tangan karena kayanya, kekuatannya, atau kedudukan dunianya adalah satu hal yang makruh dan sangat di benci. Bahkan Abu Said Al Mutawalli mengatakan: Tidak boleh (Fathul Bari, Al Hafizh Ibn Hajar 11/57) Berdasarkan beberapa keterangan ulama di atas dan dengan mengambil keterangan ulama yang lain, disimpulkan bahwa mencium tangan diperbolehkan dengan beberapa persyaratan:

Tidak sampai menimbulkan sikap mengagungkan orang yang dicium Tidak menimbulkan sikap merendahkan diri di hadapan orang yang

dicium

Karena kemuliaan dan kedudukan dalam agama dan bukan karena

dunianya

Tidak dijadikan kebiasaan, sehingga mengubah sunnah jabat tangan

biasa

Orang yang dicium tidak menjulurkan tangannya kepada orang yang

mencium (keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah) Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis Masalah ini termasuk di antara kajian yang banyak menjadi tema pembahasan di beberapa kalangan dan kelompok yang memiliki semangat dalam dunia islam. Tak heran, jika kemudian pembahasan ini meninggalkan perbedaan pendapat yang cukup meruncing. Sebagian mengharamkan secara mutlak, sebagian membolehkan dengan bersyarat, bahkan sebagian berpendapat sangat longgar. Tulisan ini bukanlah dalam rangka menghakimi dan memberi kata putus untuk perselisihan pendapat tersebut. Namun tidak lebih dari sebatas usaha untuk menerapkan firman Allah: Jika kalian berselisih pendapat dalam masalah apapun maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. (QS. An Nisa: 59) Agar kajian lebih sistematis, pembahasan masalah ini akan diperinci menjadi beberapa bagian: Pertama, Perbedaan pendapat ulama dalam masalah jabat tangan dengan lawan jenis Ulama Mazhab Hanafi Diperbolehkan melakukan jabat tangan dengan persyaratan aman dari munculnya syahwat dari kedua pihak orang yang berjabat tangan. Sehingga

mereka membedakan antara yang tua dan yang masih muda. Berdasarkan kemungkinan munculnya syahwat. Ulama Mazhab Maliki Mazhab ini secara tegas melarang jabat tangan, dan tidak membedakan antara yang sudah tua maupun yang masih muda. Ulama Mazhab Syafii Sebagian syafiiyah membolehkan jabat tangan dengan syarat adanya benda yang melapisi dan aman dari munculnya fitnah atau syahwat yang mengarah pada perzinaan. Sebagian yang lain melarang secara mutlak. Dan pendapat kedua ini adalah pendapat mayoritas Syafiiyah. Di antaranya adalah An Nawawi dan Ibn Hajar al Asqalani. Ulama Mazhab Hambali Dalam mazhab ini ada dua pendapat. Pertama melarang secara mutlak tanpa membedakan antara yang muda, yang tua dan yang kedua memakruhkan jika dilakukan dengan yang sudah tua. Pendapat yang lebih kuat, akan disimpulkan di akhir pembahasan ini. Kedua, Apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berjabat tangan dengan wanita?

Dari Umaimah binti Raqiqah radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan:

Aku mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersama sekelompok wanita yang membaiat Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk masuk islam. Para wanita itu mengatakan: Wahai Rasulullah, kami berbaiat (berjanji setia) kepadamu untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kami, tidak berbohong

dengan menganggap anak temuan sebagai anak dari suami, dan menaatimu dalam setiap perintah dan laranganmu. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan: Dalam masalah yang kalian bisa dan kalian mampu. Para wanita itu mengatakan: Allah dan RasulNya shallallahu alaihi wa sallam lebih menyayangi kami dari pada diri kami sendiri, mendekatlah, kami akan membaiatmu wahai Rasulullah! Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram), ucapanku untuk seratus wanita itu sebagaimana ucapanku untuk satu wanita. (HR. Ahmad 6/357 & disahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah, 2/64)

Aisyah Radhiyallahu anha mengatakan: Jika ada wanita mukmin yang

berhijrah kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau mengujinya, berdasarkan firman Allah dalam surat Al Mumtahanah ayat 10. Hai orangorang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuanperempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan baiat, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah baiat mereka (QS. Al Mumtahanah: ayat 10 s/d ayat 12) Kata Aisyah radhiyallahu anha: Wanita mukmin yang menerima perjanjian ini berarti telah lulus ujian. Sementara jika para wanita telah menerima perjanjian tersebut secara lisan maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka: Pergilah, karena aku telah menerima baiat kalian. Dan demi Allah! Tangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menyentuh tangan wanita (tersebut) sedikitpun. Beliau hanya membaiat dengan ucapan. (HR. Al Bukhari, 7214)

Dari Abdullah bin Amr bin al Ash mengatakan: Sesungguhnya

Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan

wanita ketika baiat. (HR. Ahmad 2/213 & dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah 530) Riwayat-riwayat secara tegas menunjukkan bahwa baiat Nabi shallallahu alaihi wa sallamkepada para wanita adalah secara lisan, dan tidak dengan berjabat tangan. Hadis ini sekaligus menunjukkan bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah melakukan jabat tangan dengan wanita asing di selain momen baiat. Hal ini dapat dipahami melalui dua alasan: Pertama, Karena Baiat adalah peristiwa sangat penting dalam sejarah hidup seseorang. Momen baiat merupakan momen yang sangat mendesak untuk diiringi dengan jabat tangan. Karena ini akan lebih menunjukkan keseriusan dan kesungguhan dalam baiat. Oleh karena itu, para wanita yang berbaiat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mereka mengajak beliau untuk berjabat tangan. Namun demikian, Beliau menolaknya. Artinya, terdapat faktor pendorong yang sangat kuat bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan jabat tangan dengan wanita asing. Kedua, Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah, manusia yang mashum (terjaga dari kesalahan), sehingga sangat kecil kemungkinan munculnya niat jahat dalam batin Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika harus berjabat tangan dengan wanita. Artinya, faktor penghalang yaitu munculnya niat jahat, sehingga menyebabkan jabat tangan ini menjadi perbuatan maksiat karena diiringi dengan syahwat tidaklah ada. Lengkap sudah posisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan jabat tangan. Ada faktor pendorong yang kuat dan tidak adanya faktor penghalang. Namun demikian, beliau tidak bersedia melakukan jabat tangan dengan wanita asing. Semua ini menunjukkan bahwasanya bagian dari syariat beliau adalah meninggalkan jabat tangan dengan wanita asing. Ringkasnya adalah sebagaimana yang dinukil dari Ibn Athiyah dan At Tsalabi: ulama sepakat bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menyentuhkan tangannya dengan wanita yang bukan mahramnya sama sekali. Dengan adanya nukilan ijma ini, diharapkan bisa memutus segala perselisihan apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan jabat

tangan dengan wanita ataukah tidak. Dengan demikian, semua hadis yang secara tidak jelas mengisyaratkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berjabat tangan dengan wanita, dikembalikan pada kesimpulan tegas ini, yaitu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berjabat tangan dengan wanita asing. Ketiga, Apakah sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan menunjukkan bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram? Ulama ushul menyatakan bahwa sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut haram secara mutlak. Tetapi hanya menunjukkan hukum makruh. Al Jas-shas mengatakan: Pendapat kami tentang sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallammeninggalkan suatu perbuatan sama dengan pendapat kami tentang status perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam semata. (Al Ushul, 1/210) As Syaukani mengatakan: Sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan statusnya untuk diikuti sebagaimana sikap beliau dalam melakukan suatu berbuatan. Artinya, semata-mata perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya menunjukkan hukum sunah, sebagaimana semata-mata sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallammeninggalkan suatu perbuatan hanya menunjukkan hukum makruh. Pendapat ini dinisbahkan kepada Imam As Syafii, oleh karena itu banyak diikuti oleh ulama mazhabnya. Di antaranya adalah Al Juwaini, Abu Hamid Al Ghazali, As Shairafi. Pendapat ini juga yang dipilih oleh sebagian Hanafiyah dan adalah satu pendapat Imam Ahmad yang kemudian dipilih oleh Abul Hasan At Tamimi, Al Fakhr Ismail, dan Abu Yala Al Farra. Abu Syamah Al Maqdisy mengatakan: Ini adalah pendapat para peneliti di antara ahli hadis. Penulis kitab Al Hawi mengatakan: ini adalah pendapat kebanyakan ulama (Afalur Rasul shallallahu alaihi wa sallam, 66). (lihat Keterangan di atas dalam Mushafaha Al Ajnabiyah fi mizanil Islam, 67) Kesimpulan: Berdalil dengan hadis-hadis yang menegaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallamtidak berjabat tangan dengan wanita asing tidak cukup untuk

menghukumi haramnya berjabat tangan dengan wanita. Karena semata-mata Nabi shallallahu alaihi wa sallammeninggalkan suatu perbuatan hanya menunjukkan hukum makruh. Untuk menegaskan hukum haram, memerlukan dalil khusus yang menegaskannya. Lalu, apakah ada dalil tegas yang melarang perbuatan tersebut? Keempat, Hadis-hadis yang secara tegas melarang jabat tangan dengan lawan jenis: Pertama, Dari Maqil bin Yasar radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda: Kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya. (HR. At Tabrani dalam Al Mujam Al Kabir, 20/212/487 & Ar Ruyani dalam Al Musnad, 2/323/1283) Hadis ini dibawakan oleh At Thabrani dengan sanad berikut: Dari Abdan bin Ahmad, dari Ali bin Nashr, dari Syaddad bin Said, dari Abul Ala, bahwasanya Maqil bin Yasar mengatakan: Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Andaikan hadis ini shahih maka cukup untuk menjadi pemutus perselisihan ulama dalam masalah ini. Sehingga siapapun yang berpendapat sebaliknya, layak untuk digelari dengan pengekor hawa nafsu. Namun hadis ini memiliki cacat. Berikut keterangan selengkapnya:Keterangan ulama tentang status hadis ini: Ibn Hajar Al haitami mengatakan: Sanadnya sahih. (Az Zawajir, 368) Al Hafizh Al Haitsami mengatakan: Perawinya adalah para perawi kitab shahih. (Al Majmauz Zawaid, 7718) Syaikh Al Albani mengatakan: Hadis ini sanadnya jayyid (As Shahihah, 1/447) Muhammad Abduh Alu Muhammad Abyadh menjelaskan secara lebih terperinci sebagai berikut: Semua perawi hadis ini adalah perawi yang terdapat dalam Al Bukhari & Muslim. Kecuali Syaddad bin Said. Beliau hanya terdapat dalam shahih muslim dan hanya meriwayatkan satu hadis saja dalam shahih Muslim. Sebagian ulama, semacam Ahmad dan Ibn Main menganggap Tsiqah perawi ini. Namun Al Bukhari mengatakan tentang perawi ini: Shaduq namun hafalannya agak rusak. Ibn Hibban mengatakan: Terkadang keliru.

Sedangkan riwayat Syaddad bin Said menyelisihi riwayat perawi yang lebih tsiqah, sebagai berikut: Diriwayatkan oleh Basyir bin Uqbah dari Abul Ala, dari Maqil bin Yasar radhiyallahu anhu, secara mauquf (perkataan Maqil bin Yasar dan bukan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Maqil mengatakan: Kalian bersengaja membawa jarum kemudian menusukkannya ke kepalaku, itu lebih aku sukai dari pada kepalaku dimandikan oleh wanita yang bukan mahram. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 3/15/17310) Sementara Basyir bin Uqbah adalah perawi yang terdapat dalam shahih Al Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, riwayat Basyir bin Uqbah lebih didahulukan dari pada riwayat Syaddad bin Said. (Mushafahah Al Ajnabiyah hal. 30, dikutip dengan sedikit penyesuaian) Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa riwayat di atas bukanlah hadis Nabishallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi perkataan sahabat Maqil bin Yasar radhiyallahu anhu. Kedua, Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Ditetapkan (ditakdirkan) bagi setiap anak Adam bagian dari perbuatan zina. Pasti dia alami dan tidak bisa mengelak. Dua mata zinanya melihat, dua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya berbicara, tangan zinanya menyentuh, kaki zinanya melangkah, hati zinanya berangan-angan, dan kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakan itu semua. (HR. Muslim 6925) Beberapa keterangan untuk hadis ini: An Nawawi mengatakan: Bahwa setiap anak Adam ditakdirkan untuk melakukan perbuatan zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina sesungguhnya, yaitu memasukkan kemaluan ke dalam kemaluan. Di antara mereka ada yang zinanya tidak sungguhan, dengan melihat hal-hal yang haram, atau mendengarkan sesuatu yang mengarahkan pada perzinaan dan usaha-usaha untuk mewujudkan zina, atau dengan bersentuhan tangan, atau

menyentuh wanita asing dengan tangannya, atau menciumnya (Syarh Shahih Muslim, 8/457) Ibn Hibban memasukkan hadis ini dalam kitab Shahihnya. Beliau meletakkan hadis ini di bawah judul: Bab Penggunaan istilah zina untuk tangan yang menyentuh sesuatu yang tidak halal. (Shahih Ibn Hibban, 10/269) Dalam kesempatan yang lain, Ibn Hibban memberikan judul: Bab, digunakan istilah zina untuk anggota badan yang melakukan suatu perbuatan yang merupakan cabang dari perzinaan. (Shahih Ibn Hibban, 10/367) Penamaan judul Bab dalam kitab shahihnya yang dilakukan Ibn hibban di sini menunjukkan bahwa beliau memahami bahwa kasus pelanggaran yang dilakukan anggota tubuh yang mengantarkan zina adalah bentuk perbuatan zina. Karena penamaan judul bab para penulis hadis adalah pernyataan pendapat beliau. Al Jas-shas mengatakan: Digunakan istilah zina untuk kasus ini dalam bentuk majaz (bukan zina sesungguhnya dengan kemaluan, -pen). (Ahkam Al Quran, 3/96) Kesimpulannya, istilah zina bisa digunakan untuk semua anggota badan yang melakukan pelanggaran, karena perbuatan tersebut merupakan pengantar terjadinya perzinaan. Sedangkan zina yang hakiki adalah zina kemaluan. Dengan hadis kedua ini (hadis Abu Hurairah radhiyallahu anhu) dapat disimpulkan bahwa jabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram dengan disertai syahwat adalah perbuatan haram baik oleh orang muda maupun tua, karena perbuatan ini termasuk bagian perbuatan zina. Ketiga: Penjelasan Sinqithi yang berdalil dengan perintah untuk menundukkan pandangan. Allahu alam ***

Artikel www.muslimah.or.id

245ShareArtikel Terkait:

Pernak Pernik Seputar Hari Raya Hukum Seputar Wanita di Bulan Ramadhan Hukum Seputar Darah Wanita: Istihadlah Hukum Seputar Darah Wanita: HAID39 komentar Kirim ke teman 27,537 Artikel sebelumnya: Pernak Pernik Seputar Hari Raya Artikel selanjutnya: Petunjuk Nabi Dalam Shalat Ied

Kirim Komentar

Mohon memberikan komentar yang sesuai dengan topik artikel. Komentar Anda akan kami review dahulu sebelum ditampilkan.

Name (wajib) Email (wajib) Website (optional)

Komentar:

Kirim

Notify me of follow up comments via e-mail

39 Komentar

Kemungkaran di Hari Raya | Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah Sep 28, 2008, 21:10

[...] Berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahrom. Fenomena ini merupakan musibah di tengah kaum muslimin apalagi di hari raya. Tidak ada yang selamat dari musibah ini kecuali yang dirahmati oleh Allah. Perbuatan ini adalah haram berdasarkan sabda Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim no. 6925) [...]

zudan Oct 10, 2008, 1:42

bagaimanakah hukumnya berjabat tangan dengan lawan jenis akan tetapi ia belum balig(dewasa) misal ustad dengan santriwati yang masih berusia 6 tahun

abu sa'id Oct 11, 2008, 17:03

berjabat tangan dengan lawan jenis yang belum baligh tidak apa-apa.

abu 'aisyah Oct 13, 2008, 21:22

bgmn jabat tangan dengan kakek&nenek

satria Oct 14, 2008, 6:09

kalau kakek nenek sudah baligh kan :) jadi kita tetap menghindar dari jabat tangan walaupun dengan orang yang sudah tua..

ayus yuwana Oct 18, 2008, 3:36

klo berjabat tangan dengan nenek kita atau bulek, bude

khairuddin Oct 20, 2008, 10:53

assalamualaikum afwan ana minta ijin copy paste artikelnya benar-benar berfaedah.

dee Oct 20, 2008, 20:48

Ass. Gmn hukumnya kalau bjabat tangan dgn oom (saudara kandung ibu/bpk), abang ipar dan mertua?

richah Oct 21, 2008, 6:13

mungkin sebagian orang awam masih terlihat kaku dengan budaya berjabat tangan termasuk saya tapi setelah membaca artikel ini saya menjadi paham mengapa harus bersikap seperti itu. Semoga kedepannya saya menjadi lebih baik. terima kasih

abahnya zayd Oct 21, 2008, 7:04

jazakillah ahsanal jaza artikel yang bagus ditunggu artikel2 berikutnya dari pengelola web ini..

muh_ariansyah Oct 22, 2008, 18:56

indahnya kalo kita saling bersalaman, karena akan memperbanyak sodara dan akan mengurangi permusuhan di antara Qt.semuga di negri kita tercinta ini masih banyak orang orang yang menyebarkan salam. amien..

Abu Ilyasa Rangga Oct 23, 2008, 2:14

muh_ariansyah > indahnya kalo kita saling bersalaman, karena akan memperbanyak sodara dan akan mengurangi permusuhan di antara Qt Indah atau tidaknya sesuatu itu harus dilihat dari kaca mata syariat dan bukan berdasarkan perasaan kita (istihsan = menganggap sesuatu itu baik). Dan apa jaminannya bhw banyaknya orang bersalaman maka akan memperbanyak sodara dan mengurangi permusuhan? muh_ariansyah > semuga di negri kita tercinta ini masih banyak orang orang yang menyebarkan salam. amien.. Amin. Karena menyebarkan salam adalah sunnah dari Rasulullah Shalallahualaihi wa sallam. Semoga Allah taala memberikan kemudahan bagi kita semua utk memahami dan mengamalkan agama-Nya yg mulia ini. Amin.

mahabbahtedja Oct 26, 2008, 2:13

nice afwan, akan lebih mudah dipahami oleh para pembaca apabila postingan ini dilengkapi dengan nasab dari keluarga kita (baik yang sudah menikah atau belum nikah) yang halal untuk disambut tangannya. (mahram kita). jazakillah khair

Abu Ilyasa Rangga Oct 31, 2008, 23:18

Bisa di baca di artikel berikut: http://www.almanhaj.or.id/content/83/slash/0

MUHAMMAD AMMAR Nov 1, 2008, 18:56

ASSALAMUALAIKUM, AFAWAN,ANA SEORANG MAHASISWA,&TERTARIK SERTA INGIN MENDALAMI ISLAMANA MEMBUTUHKAN INFO TENTANG CARA2 MENDAPATKAN BUKU2 BACAAN ISLAMI DGN GRATIS,,,,CRNYA BGAIMANA?

abu umar Nov 2, 2008, 23:07

MUHAMMAD AMMAR 1st November 2008 pukul 6:56 pm ASSALAMUALAIKUM, AFAWAN,ANA SEORANG MAHASISWA,&TERTARIK SERTA INGIN MENDALAMI ISLAMANA MEMBUTUHKAN INFO TENTANG CARA2 MENDAPATKAN BUKU2 BACAAN ISLAMI DGN GRATIS,,,,CRNYA BGAIMANA? ___________________________________________ waalaikumussalam wa rahmatullah.. jer basuki mowo beyo akhi.. kalau mw buku gratis ya.. cari aja toko bukunya, trus sabar aja mbaca di toko buku itu selama kita mampu ^_^ semoga Allah merahmati akhuna ini

Princesse De La Nuit Nov 4, 2008, 20:35

Sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, misalnya berjabat tangan dengan lawan jenis, hukumnya apa? makruh? mubah? haram? terima kasih

dwi Nov 4, 2008, 21:07

coba minta ke yayasan al sofwa

ozami Nov 6, 2008, 11:18

Assalaamualaikum.. Dari dalil-dalil artikel di atas sudah jelas bahwa Rasulullah TIDAK PERNAH berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahromnya. Daripada mengira-ngira haram atau makruh? Lebih baik jangan mempertaruhkan diri kita dengan yang BERPOTENSI dosa. Jangan kita bermazhab pada yang lain selain Rasulullah.. Ikut yang pasti-pasti aja deh kalo mau masuk surga (kalo mau ikut minum dari telaganya Rasulullah, ya pastinya ikuti beliau..) Wallahu alam

aswad Nov 13, 2008, 3:10

Kepada Princesse De La Nuit, semoga Allah melimpahkan taufik saya dan anda Berjabat tangan dengan lawan jenis bukan hanya tidak dilakukan oleh Rasulullah, namun juga DILARANG oleh Rasulullah. Coba baca kembali artikel di atas dengan cermat.

eva Jan 3, 2009, 1:49

jadi kalo kita bersalaman dengan yang bukan mahram kita hukumnya haram kan? bagaiman dengan seorang murid smp seperti saya bersalaman dengan guru laki laki yang mengajar saya?

caing Feb 11, 2009, 4:09

smw tergantung dari niat hati kita karena mau atau tidak mau, kita hidup dtengah masyarakat dengan berbagai budaya n latar belakang. jangan hanya karen ahukum berjabt tangan, justru kita menjadi orang asing baru dlingkungan(keluarga,family, masyarakat) kita. karena dalam hidup sosial kita memakai 3 hukum. hukum islam hukum adat dan hukum negara. brjabat tangan sama ja dgn menatap. bisa zina bisa nggatergantung bgmn kita meyikapinya jangan pernah merasa kita menjadi orang yang selamat krn orang lain berbeda pendaat dengan kita Demi Allah maling, perampok, pelacur sekalipun ingin dirinya selamat wallahualam.

bintu muhamad Feb 13, 2009, 2:37

Bismillah, @eva Ukhti, Larangan bersalaman dengan lawan jenis yang BUKAN mahram sudah jelas. Dan tidak ada bantahan maupun sanggahan lagi, seharusnya. Namun, jika ukhti masih belum mengerti batasan mahram, siapa saja yang menjadi mahram bagi perempuan, maka perhatikanlah firman Allah Azza wa Jalla berikut ini: Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita [QS. an-Nuur:31] atau ukhti bisa melihat penjelasan berikut ini: http://bintumuhamad.blogspot.com/2009/02/definisi-mahrom-dan-macam-macamnya.html http://bintumuhamad.blogspot.com/2009/02/yang-dianggap-mahrom-padahal-bukan-dan.html Kesimpulannya: Haram hukumnya bersentuhan dengan yang bukan mahram sekalipun diantara keduanya diberi hijab (penghalang), semisal pakaian, kain, sarung tangan, dan sejenisnya. Wallahu Taala alam. @caing Ana tidak menafikan bahwa segala amal perbuatan manusia itu akan dihisab dan diperhitungkan sesuai dengan niatnya. Hal ini diperkuat dengan sebuah riwayat dari Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhiyallahuanha, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

bersabda: Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan seseorang akan memperoleh (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya. (Muttafaq alaih) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (I/9) dan Muslim (no. 1907) Akan tetapi, antum juga harus melihat maksud hadits ini secara tafshil (terperinci). Niat merupakan suatu keharusan dalam suatu perbuatan. (Lebih jelas tentang niat antum bisa merujuk kepada kitab Syarh Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi yang telah ditakhrij dan ditahqiq oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali hafidzahullah, Penerbit Pustaka Imam asy-Syafii Jilid 1 Bab 1 Ikhlas dan Menghadirkan Niat Dalam Semua Perbuatan Dan Ucapan; Baik Yang Terang-Terangan Maupun Yang Sembunyi-Sembunyi) Antum juga mengatakan bahwa kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang shalih, ada juga yang munafiq, fasiq, zindiq, dan kafir. Itu betul. Tapi apakah antum kemudian berpikir bahwa kenyataan itu hanya terjadi pada zaman kita sekarang ini? Dan tidak terjadi pada zaman para Shahabat, sehingga antum mulai menganggap bahwa hukum ini tidak cocok dengan keadaan pada zaman sekarang. Antum juga mengatakan bahwa berjabat tangan sama halnya dengan menatap, bisa zina bisa tidak, tergantung bagaimana kita menyikapinya??? Apa maksud antum dengan kita? Apakah antum berbicara kepada ahlul ahwa atau ahlul ilm? Kepada siapa antum merujuk pendapat di atas? Karena tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan hal demikian. Antum mengatakan jangan pernah merasa kita menjadi orang yang selamat karena orang lain berbeda pendapat dengan kita Ketahuilah, ini bukan pendapat melainkan ini HUKUM yang telah jelas dan tegas disabdakan oleh al-Mudzakir Rasulullah alaish sholatu wa sallam. Antum juga mengatakan bahwa maling, perampok, pelacur, koruptor bahkan pembunuh dan kaum kafirin yang telah jelas-jelas menyekutukan Allah sekalipun ingin dirinya selamat. Itu betul. Sangat betul. Tapi perlu antum ketahui juga, bahwa keinginan mereka untuk selamat itu tidak didukung oleh ilmu dan amal. Allah Jalla Dzikruhu berfirman: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [QS. ar-Ra'd:11] Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda: Tidak ada seorang pun di antara kamu, tidak ada jiwa yang diciptakan, kecuali telah ditulis tempatnya di surga atau neraka, kecuali telah ditulis celaka atau bahagia. Seseorang berkata, Wahai Rasulullah, apakah tidak sebaiknya kita berserah diri saja atas catatan kita dan meninggalkan amal? Karena barangsiapa di antara kita yang termasuk ahli kebahagiaan, maka ia akan mengerjakan amal ahli kebahagiaan. Sedangkan, orang yang termasuk ahli celaka, maka akan mengerjakan perbuatan orang-orang yang celaka? Beliau bersabda, Jangan, beramallah, karena masing-masing akan dimudahkan kepada sesuatu yang untuk itu ia diciptakan. [Hadits riwayat Bukhari 6/86] Kesimpulan: Iman itu tidak cukup hanya dibetikkan dalam hati, iman juga harus dilafadzkan oleh lisan dan dinyatakan oleh amal. Jika antum adalah orang yang beriman kepada Allah Jalla wa Ala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, maka antum akan memegang teguh perintah Allah Taala berikut ini: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS. an-Nisa':59]

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. [QS. al-Hasyr:7] Berhati-hatilah terhadap apa yang antum katakan. Karena antum akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang antum katakan. Allah Maha Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya. Wallahu Taala alam bish showwab.

aniy Mar 17, 2009, 21:06

apakah akhwat dan ikhwan boleh berjabat tangan ???

novi Apr 15, 2009, 7:58

jangan sampai qt mjd orang2 yang nyaman di zona aman krn boleh jadi hal itu akan menjerumuskan qt dalam kesesatan..SALAm DAHSYAT

sadip Apr 18, 2009, 0:23

bukan begitu Caing, berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram hukumnya haram. Kalau pingin aman akhiratnya ya harus menerima resiko ketika di dunianya. Karena tujuan hidup seorang yg tlah menyatakan dirinya berserah diri kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi secara lahir dan batin harus mendahulukan hukum Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung di atas hukum lainnya. Adapun hukum adat dan hukum negara kita lakukan selama tidak bermaksiat kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Kalau sudah terlanjur berjabat tangan bahkan lebih dari itu akuilah bahwa itu DOSA. Ingatlah bahwa seandainya Allah menyiksa kita maka tidak ada seorangpun yang sanggup menolong kita dan seandainya Allah memasukkan kita ke surga maka tidak ada seseorangpun yang bisa menghalanginya. Tadaburilah surat Abasa ayat Faidzaa jaa atishshookhoh yauma yafirrul mar u min akhiih, wa ummihi wa abiih, wa shaahibatihi wa banih, likullimri i minhum yaumaidzin syanu yughniih.

ukhtimu wulan Jun 12, 2009, 21:05

asslm ,bgimn klo kta mlihat ada tmn qt lwn jnis brjbt tangan? apkh kta harus mngingatkannnya? nmun sya sring ragu untuk mngingatkan , krna sy tkut di cap sok sama orang lain. pdhl sy jga tw bhw membenarkan agama Allah itu suatu kewajiban.. sy hruz gmn

salma Jun 15, 2009, 16:40

# ukhtimu wulan cinta kepada saudara karena ALLOH, salah satu caranya adalah dengan memperingatkannya ketika dia salah. peringatkanlah dia. dengan cara yang lembut , santun, dan hikmah, tentunya. katakan pula padanya, Ini saya lakukan karena saya mencintaimu karena ALLOH.

citra andevi Aug 17, 2009, 7:21

ini akan menjadi polimik bagi saya..sebagai seorang guru tentu akan menanamkan sifat santun pada siswa.apalagi bila ada siswa yang mau salam dan mincium tangan saya sebagai tanda hormadnya pada sayagimana coba caranya saya menolaknya

siswi SMA NXX Sep 4, 2009, 18:36

Aslm..Bu Guru(Citra Andevi).. Afwan.. Skedar curhatan.. saya baru saja istiqomah tuk tdk brjabt tangan dengan bpk2 gru di skolah.. Sebelumnya,, mulai sosialisasi slama 1 bln saat ramadan thn lalu.. kmdian, berhenti melakukannya krn nampaknya ada beberapa gru yg krg stuju . . slain itu,, saya bertekat tuk slalu membekali diri dengan ilmu syari dan tak lupa memohon ptunjuk juga klapangan dengan niat saya.. Seiring berjalan waktu,,hidayah itu dimulai dengan sswt yg mngganjal dlm haty ktk mulai bersalaman khususnya dg (bpk-bpk guru yang saya hormati dan sayangi seperti orang tua saya sendiri).. Kmudian byk hal yang terjadi stlh 1 thn berlalu,, Alloh memberi jalan-Nya kpada saya.. Saya insya Alloh bertekat tuk istiqomah kembali dan Alhamdulillah , guru-guru saya sdh mulai mengerti saya.. Mungkin hal ini memang tida berhenti sampai di siny saja.. Tp,, saya akn blajar dan mengambil hikmah dari semua yang saya lakukan.. Barokallohu fik..

siswi SMA NXX Sep 4, 2009, 18:48

Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang dirahmati oleh hidayah dan Karunia-Nya.. Dan pada Bulan yang penuh Berkah dlm semua sisi kebaikan ini,, menjadikan bulan ramadan sebagai SYAHRUL MUHASAHBAH ( BULAN EVALUASI ).. untuk lebih baik,, lebih baik,, dan insya Alloh lebih baik lagi.. Amiiin,,

siswi SMA NXX Sep 4, 2009, 19:13

Bu Citra,, saya punya cerita lagy.. ketika saya masih smp ada seorang IBU guru yang tidak berjabat tngan dengan siswa laki-laki.. Bagaimana bisa ?? Tentu dengan sosialisasi terlebih dahulu.. Guru saya itu menjelaskan sedikit tentang prinsip untuk tidak brjbat tngan dg lawan jenis kepada anak-anak didiknya ketika ada waktu luang disela-sela belajar.. mungkin ibu bisa melakukannya jika berkenan.. salam dengan yang bukan mahram dan lebih tua tanpa harus berjabat tangan dapat dilakukan dengan tetap menunjukan rasa hormat kita.. Salam dengan menangkupkan kedua tangan disertai senyum dan mengucapkan salam yang mengandung doa.. Saya merasa itu lebih baik,, selain menghindari hal yang makruh ataupun sampai ke haram..

Juga lebih baik dibandingkan hanya sekedar menyentuh tangan tanpa faedah yang lebih kuat dibandingkan mengikuti Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam. Alasan lainny,, 1.Printah agama 2.Agar haty lebih selamat dari sgala rasa bersalah,dll 3.Tidak melanggar norma hukum negara/penguasa 4.masih dapat disosialisasikan di dalam norma sosial 5.menunjukkan kemuliaan islam dlm mengatur segala sesuatu dari mulai hal yang kecil.. Namun semua kembali kepada diri kita masing-masing,, untuk segera menentukan niat kita yang mengantar pada kebaikan insya Alloh. Allahu alam wassalammualaykum.wr.wb.

mimief Sep 19, 2009, 5:46

terimakasih banyak sungguh bagus dan membantu saya ijin copy yg bagian berjabat tangan dengan lawan jenis.

rufi Jan 21, 2010, 2:05

assalamualaikum saya tertarik dengan topik jabat tangan. hal ini akan menambah ukhuwah islamiyah kita. asalkan dilakukan dengan benar. namun saya masih bingung dengan jabat tangan sehabis sholat. kadang saya melihat ada orang yang tidak mau diajak berjabat tangan setelah sholat. namun ada orang yang berjabat tangan setelah sholat. bagaimana dengan hal ini??? mohon penjelasannya??

titik Apr 9, 2010, 5:01

setiap orang punya pandangan sendiri2 tentang hal inikalo menurut saya itu semua tergantung kita lebih nyaman mengikuti mazhab yamg manatoh semua nya punya dasar dan alasan yang jelas.

evan Mar 1, 2011, 11:33

patut diperhatikan: ulama2 yang membolehkan/memakruhkan jabat tangan dengan non mahram, jika hal tsb dilakukan dengan ORANG TUA/LANJUT USIA, bukan orang muda, dan jika itu aman dari munculnya fitnah dan syahwat. Jika tiga syarat ini: ORANG TUA/LANJUT USIA, aman dari fitnah dan syahwat tidak terpenuhi, maka jelas gugurlah kebolehan/kemakruhannya, alias menjadi haram. Hal ini penting untuk diperhatikan, agar kita tidak sepotong2 dalam mengambil pendapat ulama, padahal ternyata yang diambil tsb hanya sebagian saja, belum lengkap. Dan sebaik2 teladan adalah Rasulullah, yang tidak pernah bersalaman dengan wanita non mahram. Jika kita tidak mau mencontoh Rasulullah, kita mau ikut siapa? Coba jawab

lilik Dec 28, 2011, 13:26

Assalamualaikum warohmatullah wabarokaatuh,, berjabat tangan dengan saudara laki2 kandung ibu (paman) bagi anak perempuan kandung si ibu hukumnya boleh kan ya ? Masih mahrom bagi si anak bukan ? maklum ni masih rada bingung.. ^^

www.muslimah.or.id Dec 28, 2011, 14:55

boleh. untuk mudahnyauntuk garis keturunan vertikalmaka itu adalah mahrom misalnya anda dengan ibu dan saudara laki-laki ibu, kakek (bapaknya ibu) itu adalah mahrom. sedangkan untuk garis keturunan horisontalmisalnya sepupu anda, itu bukan mahrom.

Rudy Ubaidur-rahman Jan 20, 2012, 21:54

Assalamualaikum syukran ukhti,,sangat membantu. ana mw nnya,berjabat tangan dengan seorang yang lebih tua dari kita itu hukumnya gimana y..? (misal berjabat tangan dengan seorang akhwat yang lebih tua 4 tahun dari kita.) kalau berjabat tangan dengan seorang ibu ataupun nenek gimana y hukumnya..? Wassalamualaikum

HUKUM JABAT TANGAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BUKAN MAHRAMPosted by Admin | 7:11 AM

0 comments

Jabat Tangan

Pada zaman sekarang, jabat tangan antara laki-laki dengan wanita bukan mahram hampir sudah menjadi tradisi. Tradisi ini mengalahkan akhlak Islami yang mestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada syariat Allah yang mengharamkannya. Sehingga jika salah seorang di antara mereka anda ajak berdialog tentang hukum syariat, dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas, tentu ia akan menuduh anda sebagai orang kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahim, menggoyahkan niat baik dan sebagainya. Alangkah jeleknya yang mereka katakan. Seandainya mereka melihat secara jernih dan penuh pengetahuan tentang bahaya persoalan tersebut secara syara, tentu mereka tidak akan melakukan hal tersebut. Ketahuilah wahai saudara-saudariku Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam pernah bersabda: Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Hadits riwayat ath-Thabrani dalam Shahihul-Jami hadits no. 4921). Hadits ini menyatakan bahwa terlarang dan berbahayanya menyentuh wanita (bukan mahram) yang tidak halal bagi kita. Tentunya orang yang berakal sehat mengatakan bahwa jabat tangan dengan wanita bukan mahram adalah suatu bentuk menyentuh yang terlarang. Dan tidak diragukan lagi hal ini termasuk zina tangan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam: Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluan pun berzina. (Hadits riwayat Ahmad 1/412; Shahihul-Jami 4126). Suatu ketika ada yang berpendapat tidak apa-apa salaman dengan wanita bukan mahram asalkan tidak diiringi nafsu. Kami katakan: pendapat ini

adalah pendapat yang keliru (kalau tidak mau dikatakan pendapat yang batil serta sesat dan menyesatkan). Kekeliruan pendapat ini dapat ditinjau dari dua alasan: 1. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam telah melarang kita menyentuh wanita (bukan mahram) yang tidak halal bagi kita. Coba perhatikan sabda Rasulullah: Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Dapat kita ambil pelajaran dari hadits ini bahwa Rasulullah melarang kita menyentuh wanita bukan mahram secara mutlak, baik yang tidak diiringi nafsu maupun yang diiringi nafsu. Jadi, tidak boleh bersalaman dengan wanita bukan mahram walaupun tidak diiringi nafsu. Perlu juga diketahui, berjabat tangan dengan lawan jenis meski memakai alas (kaos tangan) hukumnya tetap terlarang (haram). 2. Orang yang berpendapat tidak apa-apa salaman dengan wanita bukan mahram asalkan tidak diiringi nafsu adalah orang yang merasa hatinya lebih bersih dari hati Nabi Muhammad Shallallahualaihi wa Sallam. Rasulullah adalah orang yang paling bertaqwa dan lebih pandai mengendalikan hawa nafsunya daripada kita, namun beliau tidak pernah berkata demikian. Bahkan beliau Shallallahualaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita. (Hadits riwayat Ahmad 6/357, dalam Shahihul Jami hadits no. 2509). Apakah kita merasa lebih pandai mengendalikan hawa nafsu daripada Rasulullah??? NASIHAT PENUTUP Jika suatu ketika kita menemukan seorang muslim yang taat, yang tidak mau bersalaman dengan wanita (bukan mahram) yang tidak halal baginya. Maka janganlah kita berprasangka buruk dan tidak boleh mengatakan bahwa dia ingin memutuskan tali silaturrahim. Hendaklah kita berprasangka baik, bahwa saudara kita itu sedang mengamalkan agama Islam yang telah melarang bersalaman dengan lawan jenis yang tidak halal bagi dirinya. Kami nasihatkan kepada Saudara-Saudari kami, kaum muslimin dan muslimat agar bertaqwa kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, sehingga kalian memperoleh kemulian dengan Islam. Jika kalian bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka kalian akan hina dan merugi dunia dan akhirat. Tulisan ini kami tulis sebagai rasa cinta kami kepada kaum muslimin dan muslimat perindu surga, agar kita tergolong ke dalam orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga terhindar dari naar (neraka) yang penuh dengan berbagai siksaan yang menyakitkan, dan dimasukkan ke dalam jannah (surga) yang berisi berbagai kenikmatan, yang di dalamnya mengalir sungaisungai dan terdapat bidadari yang cantik bermata jeli. Rasulullah bersabda: Seandainya salah seorang wanita penghuni Jannah mendatangi penduduk

bumi, niscaya ia akan memenuhinya dengan wewangian. Tutup kepala wanita itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. (HR. Bukhari, hadits no. 2796). Allahu Taala alam. Penulis: Abu Aslam Benny al-Atsary as-Salafy Rujukan: (1) Al-Quran dan Hadits Rasulullah yang Shahih. (2) Kitab Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa, karya Muhammad Shalih alMunajjid. (3) Kitab Belalaian Bidadari Di Alam Mimpi, karya Isham Hasanain, terbitan Pustaka at-Tibyan.Sumber: Muslim Sumbar