hukum seputar i'tikaf

Download Hukum Seputar I'tikaf

If you can't read please download the document

Upload: erwin-wahyu

Post on 23-Jun-2015

563 views

Category:

Spiritual


62 download

DESCRIPTION

Itikaf adalah diam di masjid selama jangka waktu tertentu pada shifat (potret) atau keadaan yang spesifik disertai niat taqarrub kepada Allah SWT

TRANSCRIPT

  • 1. Itikaf berasal dari kata akafa yakufu wa yakifu akfan wa ukfan, Artinya al-lubtsu wa al-habsu wa al- mulzamah berdiam, menahan diri dan menetapi- (Imam an-Nawawi, al-Majm Syarh al- Muhadzdzab, kitab al-Itikf). Juga berarti, luzm asy-syayi wa iqbl alayh - menetapi sesuatu dan menghadap padanya- (Rawwas Qala Ji, Mujam Lughah al-Fuqaha; Muhammad ibn Abi al-Fatah al-Bali, al-Muthalli).

2. Makna berdiam di sini berbeda dengan al- iqmah (berdiam). Sebab, al-ukf adalah menghadap pada sesuatu dan menahan diri di dalamnya. Maka, dalam itikaf, pelakunya menghadap pada sesuatu itu, menahan diri di dalamnya dan tidak menyibukkan diri dengan yang lain (Abu Hilal al- Asykari, al-Furq al-Lughawiyyah). Jadi, secara bahasa itikaf itu adalah luzm asy-syay`i wa al-ihtibs fhi (menetapi sesuatu dan menahan diri di dalamnya), yaitu tidak menyibukkan diri dengan yang lain. 3. Dalam al-Quran, akafa dan bentukannya dinyatakan sembilan kali: Dg makna bahasa : 7 kali, yaitu QS al-Araf [7]: 138; Thaha [20]: 91, 97; al-Anbiya [21]: 52; al-Hajj [22]: 25; asy-Syuara [26]: 71; dan al-Fath [48]: 25. Dan 2 kali dalam makna syarinya yaitu di QS al-Baqarah [2]: 125 dan 187. 4. Secara syari, itikaf adalah: diam di masjid selama jangka waktu tertentu pada shifat (potret) atau keadaan yang spesifik disertai niyat taqarrub kepada Allah SWT- (Syaikh Mahmud bin Abdul Lathif Uwaidhah, al-Jmi li Ahkm ash-Shiym) 5. Ibunda Aisyah ra menuturkan: Nabi saw beritikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Beliau wafat, kemudian isteri-isteri Beliau beritikaf sepeninggal Beliau (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai dan Ahmad) Bahkan ketika melakukan safar selama Ramadhan, Beliau beritikaf selama dua puluh hari pada Ramadhan tahun berikutnya. Ini menunjukkan bahwa itikaf merupakan taqarrub yakni ibadah. Itikaf hukumnya sunah 6. Qarinah yang ada menunjukkan bahwa itikaf adalah ibadah sunah. Abu Said al-Khudzri menuturkan, Rasulullah saw bersabda: Aku beritikaf sepuluh hari pertama mencari malam ini (lailatul qadar), kemudian aku beritikaf sepuluh hari pertengahan, kemudian aku di datangi dan dikatakan kepadaku bahwa itu di sepuluh hari terakhir, maka siapa diantara kalian yang suka (mau) beritikaf hendaklah ia beritikaf. Abu Said berkata: maka orang-orang beritikaf bersama Beliau. (HR Muslim, Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, an- 7. Itikaf dilakukan di masjid Dalam hal ini tidak ada perbedaan, semua masjid boleh untuk beritikaf. Allah SWT berfirman: janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya (QS al-Baqarah [2]: 187) 8. Abu Said al-Khudzri menuturkan, Rasul saw pernah bersabda: Aku diperlihatkan Lailatul Qadar tetapi aku dilupakan (waktu persisnya) maka carilah di sepuluh hari terakhir pada malam ganjil, aku diperlihatkan bahwa aku sujud di atas air dan tanah. Maka siapa saja yang telah beritikaf bersama Rasulullah saw hendaklah kembali (HR al- Bukhari, Muslim, Ahmad, Malik, Ibn Hibban dan al- Baihaqi) 9. Waktu itikaf: sepanjang tahun, di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Adapun bahwa Nabi saw mendawamkan beritikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan, maka itu menunjukkan keutamaannya. Jadi, Itikaf sah dilakukan kapan saja sepanjang tahun, hanya saja di bulan Ramadhan itu lebih utama dan yang paling utama adalah di sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar 10. Ibunda Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi saw pernah beritikaf sepuluh hari di bulan Syawal, yakni di akhir Syawal (riwayat al-Bukhari), atau awal syawal (riwayat Muslim). Umar pernah bercerita kepada Nabi bahwa ia pernah bernadzar semasa jahiliyah untuk beritikaf semalam di masjid al-Haram, maka Nabi saw bersabda : penuhi nadzarmu atau dalam riwayat lain penuhi nadzarmu, beritikaflah semalam (riwayat al-Bukhari). Di sini Nabi tidak membatasi kapan. Artinya boleh malam apa saja sepanjang tahun. 11. Puasa Tidak Menjadi Syarat Itikaf Nabi saw pernah beritikaf di bulan Syawal, di awal Syawal atau di akhir Syawal dan itu bukan bulan puasa Nabi hanya menyuruh Umar ra. Agar memenuhi nadzar itikafnya tanpa menyebutkan harus berpuasa. Maka shawm bukan syarat itikaf. 12. Itikaf itu boleh dimulai kapan saja. Tidak ada nas yang menentukan waktu untuk memulai itikaf. Adapun penuturan ibunda Aisyah ra: -- Rasulullah saw jika ingin beritikaf maka Beliau shalat subuh lalu masuk ke tempat itikaf beliau (HR Muslim, an-Nasai, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad), ini hanya menjelaskan fakta apa yang dilakukan Nabi saw. Di dalamnya tidak ada penentuan waktu. Juga tidak ada larangan untuk memulai itikaf di waktu lainnya. 13. Berapa lama Itikaf itu? Tidak ada nas yang menentukan jangka waktu untuk beritikaf. Jadi lamanya beritikaf kembali kepada kemutlakannya. Minimalnya adalah jangka waktu yang bisa disebut al- labtsu (diam). Imam asy-SyafiI, Ahmad dan Ishaq ibn Rahuwaih mengatakan, minimal adalah apa yang disebut al-labtsu (diam) dan tidak disyaratkan duduk. Abdurrazaq meriwayatkan, seorang sahabat Yala bin Umayyah ra berkata: mari pergi bersama kami ke masjid lalu kita beritikaf di dalamnya sesaat. Maksimalnya, para ulama sepakat bahwa tidak ada batas maksimal jangka waktu itikaf. 14. Bolehkah Mutakif Keluar dari Masjid? Boleh keluar dari masjid untuk melakukan sesuatu yang harus dan mendesak dia lakukan saat itu dan hal itu tidak membatalkan itikafnya. Pertama, untuk melakukan kewajiban yang tidak bisa ditunda di waktu lain. Kedua, sesuatu untuk memenuhi keperluannya sebagai manusia seperti mandi, buang hajat, muntah, mengambil makanan jika tidak ada yang mengantarkan, mengambil selimut, mengambil kipas ketika kegerahan, dsb. 15. Atau sesuatu yang mendesak harus dia lakukan. Misalnya, anaknya sakit dan harus dibawa ke dokter/RS, maka sang mutakif itu boleh keluar dan mengantarkan anaknya ke dokter/RS, atau yang semisalnya. Semua itu boleh dilakukan oleh sang mutakif dan tidak membatalkan itikafnya. Setelah melakukan semua itu, ia kembali ke masjid dan melanjutkan itikafnya tanpa harus berniyat kembali. Adapun hal-hal sunah atau tidak mendesak dan bisa ditunda di waktu lain, maka jika ia keluar dari masjid untuk melakukannya, itikafnya batal atau terputus. 16. Apa yang boleh dilakukan dan yang tidak? Semua hal yang dilarang dilakukan di dalam masjid, semua itu juga dilarang dilakukan oleh mutakif. Dan semua hal yang boleh dikerjakan di dalam masjid, boleh dikerjakan oleh mutakif tanpa mempengaruhi itikafnya. 17. Itikaf Berakhir atau Batal Jika: Jika jangka waktu yang diniyatkan untuk Itikaf sudah berakhir Jika mutakif meniyatkan untuk membatalkan atau menghentikan Itikafnya Jika mutakif keluar dari masjid bukan dengan alasan yang dibenarkan. 18. --- - --- - -- -- Itikaf Wanita 19. Wanita sah beritikaf. Tempatnya adalah di masjid, terpisah dari laki-laki. Jika ia bersuami, maka harus atas izin suaminya. Ia boleh bertikaf bersama suaminya ataupun tidak, asal itikafnya itu atas izin suaminya. Namun ia tidak boleh beritikaf, jika dia punya suami atau anak yang masih kecil dimana tidak ada yang merawat/melayani mereka, sebab hal itu adalah wajib baginya sementara itikaf adalah sunah sehingga jika berbenturan, yang wajib harus dikedepankan. Itikaf Wanita 20. Beberapa Yang Dilarang di Masjid - - -- -- 21. Beberapa Yang Dilarang di Masjid -- -- -- 22. Beberapa Yang Dilarang di Masjid --