pp 3.4 kebijakan pedoman spo intensive.doc

21
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA NOMOR 01…./PP/2016 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Ratu Zalecha Martapura, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang bermutu tinggi; b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di RSUD Ratu Zalecha Martapura dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit di RSUD Ratu Zalecha Martapura; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD Ratu Zalecha Martapura. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Intensif Care Unit MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA. KESATU : Menetapkan Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pada Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura. KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA Jl.Menteri Empat Martapura Kal-Sel Telp. ( 0511 ) 4789454-4789635 Fax. 4789454-4789635

Upload: mei-rusdiyanto

Post on 09-Jul-2016

44 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

KEPUTUSAN DIREKTURRUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA

NOMOR 01…./PP/2016

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Ratu Zalecha Martapura, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang bermutu tinggi;

b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di RSUD Ratu Zalecha Martapura dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit di RSUD Ratu Zalecha Martapura;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD Ratu Zalecha Martapura.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Intensif Care Unit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA.

KESATU : Menetapkan Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pada Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura.

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit RSUD Ratu Zalecha Martapura dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan RSUD Ratu Zalecha Martapura.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARRUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA

Jl.Menteri Empat Martapura Kal-Sel Telp. ( 0511 ) 4789454-4789635 Fax. 4789454-4789635 Email : [email protected]

Page 2: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

Ditetapkan di : MartapuraPada Tanggal : 11 Januari 2016

Direktur,

drg. Yasna Khairina, MM NIP. 19650611 199301 2 002

Page 3: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

Lampiran

Keputusan Direktur RSUD Ratu Zalecha

Nomor :

Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT

RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

Kebijakan Umum

1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.

3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur

opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.

6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.

7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin

bulanan minimal satu bulan sekali.

9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus

1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan

standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif

yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan

kondisi pasien.

2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed

consent.

3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau

dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan

informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.

Page 4: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak

akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat

membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.

5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman

penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.

6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi

dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan – tindakan

tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.

7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU

dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive

Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan

profesi yang terkait.

8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :

Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi

mekanis.

Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.

Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :

- Kateter arteri- Kateter vena perifer- Kateter vena central ( CVP )- Kateter arteri pulmonalis

Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer

Resuitasi kardiopulmoner

Pipa thoracostomy

9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan

pasien :

Fungsi :Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.

Kewenangan / peran :

Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,

menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau

cedera termasuk gagal organ multi sistem.

Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter

pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat

pada pasien sakit kritis seperti :

1. Haemodinamik tidak stabil

2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan

ventilasi mekanis.

Page 5: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial

4. Gangguan atau gagal ginjal akut

5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa

6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat

7. Gangguan koagulasi

8. Infeksi serius

9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar

rumah sakit :

Tata cara pasien masuk / keluar ICU

Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian admission.

Indikasi pasien masuk ICU

Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya

Indikasi pasien keluar ICU :

Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek

11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung

jawab pasien

12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non

medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan

perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.

13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci

tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan

dari DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain

berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU

15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir

yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk

selanjutnya di informasikan pada bagian terkait

16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :

Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis

anestesi yang bertugas di ICU

Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis

yang bertugas di ICU

DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah

dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU

Page 6: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter

spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi

yang bertugas di ICU

Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus jelas

apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP

utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU

DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di

bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.

Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan

mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang terkait

dengan parawatan pasien

Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh

DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung

ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien

Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang

menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang

siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam

Intensif Care Unit

Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut

dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin

Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait

dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk

dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien

Direktur,

RSUD Ratu Zalecha Martapura

drg. Yasna Khairina, MM NIP. 19650611 199301 2 002

Page 7: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

PERATURAN DIREKTUR RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

NOMOR 01…./PP/2016

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA MARTAPURA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Instalasi Pelayanan Intensif RSUD Ratu Zalecha Martapura, maka diperlukan suatu proses pelayanan yang profesional, cepat dan tepat.

b. Bahwa untuk melancarkan tugas dan pelayanan kesehatan di Instalasi Intensif RSUD Ratu Zalecha Martapura, dipandang perlu untuk membuat kebijakan Instalasi Pelayanan Intensif.

c. Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan Peraturan Direktur tentang Kebijakan Instalasi Pelayanan Intensif RSUD Ratu Zalecha Martapura.

Mengingat : 1. Undang – undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.2. Undang – undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar Pelayanan ICU.4. Standar Pelayanan ICU, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2003.5. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia tahun 2006.

MEMPERHATIKAN :Standar Akreditasi Rumah Sakit Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tahun 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : MMEMBERLAKUKAN KEBIJAKAN INSTALASI PELAYANAN INTENSIF RSUD RATU ZALECHA

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARRUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU ZALECHA

Jl.Menteri Empat Martapura Kal-Sel Telp. ( 0511 ) 4789454-4789635 Fax. 4789454-4789635 Email : [email protected]

No : 800/ / Raza Martapura, 01 April 2014

Lampiran : - Kepada Yth.

Perihal : Laporan Kehilangan BMD Kepala BPKAD Kab. Banjar

Di

Tempat

No : 800/ / Raza Martapura, 01 April 2014

Lampiran : - Kepada Yth.

Perihal : Laporan Kehilangan BMD Kepala BPKAD Kab. Banjar

Di

Tempat

Page 8: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

MARTAPURA, yaitu:

KESATU : Kebijakan Instalasi Pelayanan Intensif RSUD Ratu Zalecha, sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Direktur ini.

KEDUA : Didalam memberikan pelayanan kesehatan di Instalasi Pelayanan Intensif RSUD Ratu Zalecha berpedoman pada kebijakan yang telah disusun dan ditetapkan.

KETIGA : Perubahan kebijakan harus dibahas sekarang – kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, sewaktu – waktu akan dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.

KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : MartapuraPada Tanggal : 11 Januari 2016

RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Direktur,

drg. Yasna Khairina, MM NIP. 19650611 199301 2 002

Page 9: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

Lampiran

Keputusan Direktur RSUD Ratu Zalecha

Nomor :

Tanggal :

KEBIJAKAN INTALASI PELAYANAN INTENSIF

RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

1. Instalasi Pelayanan Intensif Rumah Sakit Panti Nirmala adalah Instalasi Pelayanan Intensif Sekunder dengan kriteria:a. Mampu memberikan pelayanan intensif umum yang tinggi.b. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.c. Mampu melakukan tunjangan hidup yang lain tetapi tidak terlalu kompleks.d. Mengutamakan keselamatan pasien pada setiap tindakan pelayanan.e. Mempunyai ruang tersendiri mudah dijangkau dari Instalasi Kamar Operasi, Instalasi

Gawat Darurat dan ruang rawat inap yang lain.f. Memiliki kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan.g. Mempunyai dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat dihubungi setiap kali

diperlukan.h. Memiliki Kepaa Instalasi Pelayanan Intensif yaitu seorang dokter spesialis

anestesiologi yang bertanggungjawab secara keseluruhan dan dokter jaga Instalasi Gawat Darurat yang mampu melakukan resusitasi jantung paru.

i. Memiliki tenaga keperawatan kritis yang mempunyai pengalaman kerja lebih dari 3 (tiga) tahun.

j. Menyediakan pelayanan laboratprium, radiologi dan farmasi 24 (dua puluh empat) jam.

2. Kepala Urusan Pelayanan Keperawatan Instalasi Pelayanan Intensif RSUD Ratu Zalecha adalah seorang lulusan D3 Keperawatan, pengalaman kerja lebih dari 5 (lima) tahun di Instalasi Pelayanan Intensif, mempunyai sertifikat manajemen ruang perawatan.

3. Ada tata cara tentang penilaian karyawan yang berlaku di Instalasi Pelayanan Intensif4. Melakukan program pendidikan dan keterampilan baik internal maupun eksternal rumah

sakit.5. Tersedianya fasilitas peralatan yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan dan akan

berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan.6. Melaksanakan kalibrasi peralatan medis secara berkala.7. Karyawan baru di Instalasi Pelayanan Intensif wajib mengikuti program orientasi baik

secara umum maupun orientasi khusus di Instalasi Pelayanan Intensif.

Ditetapkan di : MartapuraPada Tanggal : 11 Januari 2016

RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Direktur,

Page 10: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

drg. Yasna Khairina, MM NIP. 19650611 199301 2 002

FORMAT PEDOMAN PELAYANAN RAWAT INTENSIF

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Ruang Lingkup Pelayanan (Primer, Sekunder, Tertier)C. Batasan OperasionalD. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusiaB. Distribusi ketenagaanC. Pengaturan jagaD. Pelatihan

a. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawab. Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasarc. Pemasangan intervensi intravaskulerd. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasiene. Program pengendalian infeksif. Program keselamatan dan kesehatan kerja.g. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.h. Pelayanan prima.

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah ruangB. Standar fasilitas

a. Tempat tidur khusus b. Alat pengukur tekanan darahc. Pulse oxymetrid. E K Ge. Alat pengukur tekanan vena sentralf. Alat pengukur suhug. Alat penghisap (suction) sentralh. Alat ventilasi manual dan alat penunjangnyai. Peralatan akses vaskulerj. Ventilatork. Oksigen sentrall. Lampu untuk melakukan tindakanm. Defebrilator dan alat pacu jantungn. Peralatan drain torakso. Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency :

Airway, laringoskop, ambu bag, O 2, adrenalin, dllp. Pompa infus dan pompa syringe q. Monitor tekanan darah invasifr. Monitor tekanan darah sentral s. Monitor tekanan arteri pulmonalist. Kapnograf

Page 11: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

u. Bronkospkopiv. Echokardiografiw. EEGx. Hemodialisis atau CRRT

C. Pemeliharaan, perbaikan dan kaliberasi peralatan

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria masuk dan keluar ICU B. Persiapan penerimaan pasienC. Monitoring pasienD. Prosedur medik

a. Pemasangan CVPb. Pemasangan stomach tubec. Intubasi dan perawatannyad. Ekstubasie. Balance cairanf. Rehabilitasi Medikg. Penilaian kematian batang otak

E. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanikF. Penggunaan ventilator mekanikG. Pengunaan alat medik

a. Inkubatorb. Syringe pumpc. Infusion pumpd. Suctione. Defibrilator

H. KonsultasiI. Indikasi dan prosedur pemeriksaan laboratorium dan radiologiJ. Pengiriman pasien

a. Pengiriman ke rawat inapb. Pengiriman ke kamar operasic. Pengiriman rujukand. Pengiriman ke kamar jenazah

K. Rekam MedisL. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayananM. Evaluasi hasil perawatan pasien (Pelaporan pada Pedoman Organisasi)

BAB V LOGISTIKA. Prosedur penyediaan Alat Kesehatan dan ObatB. Perencanaan peralatan / peremajaan

BAB VI KESELAMATAN KERJAPelaksanaan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3)

BAB VII PENGENDALIAN MUTUA. Angka ketidak lengkapan rekam medisB. Angka kematian spesifikC. Angka infeksi nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)D. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien

Page 12: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

BAB VIIIPENUTUP

KEBIJAKAN PELAYANAN PER UNIT RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

Kebijakan Umum

1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.

3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur

opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.

6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.

7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin

bulanan minimal satu bulan sekali.

9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus

1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan

standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif

yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan

kondisi pasien.

2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed

consent.

3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau

dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan

informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.

4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak

akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat

membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.

5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman

penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.

Page 13: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi

dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan – tindakan

tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.

7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU

dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive

Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan

profesi yang terkait.

8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :

Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi

mekanis.

Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.

Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :

- Kateter arteri- Kateter vena perifer- Kateter vena central ( CVP )- Kateter arteri pulmonalis

Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer

Resuitasi kardiopulmoner

Pipa thoracostomy

9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan

pasien :

Fungsi :Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.

Kewenangan / peran :Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :

17. Haemodinamik tidak stabil

18. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan

ventilasi mekanis.

19. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial

20. Gangguan atau gagal ginjal akut

21. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa

22. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat

23. Gangguan koagulasi

24. Infeksi serius

25. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

Page 14: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

26. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar rumah

sakit :

Tata cara pasien masuk / keluar ICU

Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian admission.

Indikasi pasien masuk ICU

Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya

Indikasi pasien keluar ICU :

Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek

27. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab

pasien

28. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis

menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan perbaikan

berkoordinasi dengan bagian teknisi.

29. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan

sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

30. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari

DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain berkoordinasi

dengan dokter penanggung jawab ICU

31. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang

sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di

informasikan pada bagian terkait

32. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :

Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis

anestesi yang bertugas di ICU

Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis

yang bertugas di ICU

DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah

dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU

Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter

spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi

yang bertugas di ICU

Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus jelas

apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP

utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU

DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di

bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.

Page 15: PP 3.4 Kebijakan Pedoman SPO Intensive.doc

Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan

mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang terkait

dengan parawatan pasien

Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh

DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung

ke DPJP utama atau di tulis dalam Rekam Medis pasien

Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang

menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang

siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam rekam

medis

Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut

dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin

Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait

dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk

dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien