kebijakan luar negeri pemerintah indonesia...

139
KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MERESPON PROTES PEMERINTAH JEPANG TERKAIT PENERAPAN UU MINERAL DAN BATUBARA PERIODE 2014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh Ash Shiddiq 1112113000021 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: ngodieu

Post on 15-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

INDONESIA DALAM MERESPON PROTES

PEMERINTAH JEPANG TERKAIT PENERAPAN UU

MINERAL DAN BATUBARA

PERIODE 2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Ash Shiddiq

1112113000021

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR
Page 3: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR
Page 4: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR
Page 5: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

iv

ABSTRAKSI

Penelitian ini fokus untuk memberikan analisa atas sebuah kebijakan luar

negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Jepang dalam

penyelesaian masalah ekonomi dan perdagangan. UU No. 4 Tahun 2009 yang

diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia membawa dampak yang sangat signifikan bagi

masa depan perekonomian Jepang, terutama dalam sektor supply impor Nikel yang

digunakan sebagai bahan utama beragam usaha otomotif dan lainnya di sana. Pasca

penerbitan peraturan tersebut, ketergantungan Jepang yang sangat tinggi terhadap

bahan mentah Nikel dan jenis mineral lainnya dari Indonesia menemui banyak

kendala. Pemerintah Indonesia menginginkan adanya keuntungan yang lebih lewat

kebijakan hilirisasi mineral dan batubara di dalam negeri demi mencapai kepentingan

nasionalnya.

Kebijakan Indonesia dalam peraturan tersebut menjadi alasan kuat bagi

Pemerintah Jepang mengancam dan melaporkan Indonesia ke Badan Penyelesaian

Sengketa WTO karena dianggap melanggar aturan dan prinsip keanggotaan WTO. Di

sisi lain, Jepang sebagai mitra strategis dalam sejarah hubungan diplomatik

Indonesia, membuat Pemerintah Indonesia perlu merumuskan kebijakan luar negeri

dengan menggunakan pendekatan yang nantinya dapat lebih diterima secara baik oleh

Jepang dan hubungan antar keduanya akan terus terjaga.

Penelitian ini akan mengurai arah kebijakan luar negeri Pmeerintah Indonesia

dalam mengatasi problem hubungan antarnegara dalam kacamata konsep

Kepentingan Nasional (National Interest), dan pendekatan Konsep Model Proses

Organisasi (Organization Process Model). Beberapa perspektif yang akan membawa

Indonesia pada pilihan kebijakan diplomasi yang terbilang efektif dan dapat diterima

secara baik oleh Jepang.

Kata Kunci: Indonesia, Jepang, UU No. 4 Tahun 2009, National Interest,

Organization Process Model.

Page 6: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

v

KATA PENGANTAR

Sudah selayaknya rasa syukur terhatur tulus kehadirat Allah subhaanahu wa

ta’ala Tuhan semesta alam, atas berkat karunia iman, Islam, kesehatan, dan juga

kesempatan yang tak terhingga sehingga saat ini penulis masih bisa merasakan

indahnya berproses dalam menambah cakrawala ilmu pengetahuan. Salam dan

salawat teriring penuh kasih kepada manusia teladan, ‘diplomat ulung’, guru

paripurna, Nabi Muhammad shallallaahu a’laihi wa sallam. Semoga kita selalu

mampu meneladani risalah kehidupan beliau dan seluruh manusia-manusia baik yang

berada di lingkarannya. Aamiin.

Karya ilmiah ini akan terasa sulit hadir tanpa adanya dukungan, nasihat, kritik,

saran, hingga bantuan yang berbentuk materil dari manusia-manusia hebat yang telah

menjadi pensupport utama bagi penulis. Kiranya untaian terima kasih yang

mendalam sangat pantas penulis sampaikan kepada manusia-manusia tersebut atas

dedikasi yang tinggi hingga skripsi ini dapat terwujud.

Manusia terhebat yang penulis sangat hormati dan cintai serta menjadi sosok

inspiratif sampai kapanpun. Dialah orang tua penulis, Almarhum Abi, Achmad

Seno Adji dan Umi tersayang, Lilis Retnowati. Dua orang paling berpengaruh

dalam kehidupan penulis. Terima kasih Ayah, Ibu atas keikhlasanmu mengayomi tiap

derap langkah kehidupan penulis. Baktiku untuk kalian akan selalu terus diusahakan

walau takkan mampu terbalaskan. Semoga Allah terus menjaga Ayah, Ibu, beserta

keluarga di rumah dalam sebaik-baiknya penjagaan.

Page 7: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

vi

Selanjutnya, penulis juga sampaikan rasa takzim (hormat) dan apresiasi tinggi

kepada Bapak Fajri sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang sangat baik

dan telah sabar membimbing saya sampai sejauh ini. Juga kepada semua rekan-

rekan yang terus mensupport saya hingga pada akhirnya Skripisi ini selesai.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Nasihat

dan iringan doa selalu penulis harapkan dari kalian semua. Penulis tetap berkeyakinan

bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.

Page 8: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................v

DAFTAR ISI .............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...................................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................15

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................15

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................16

E. Kerangka Teoritis ....................................................................................21

1. Kepentingan Nasional (National Interest) ..........................................23

2. Organization Process Model...............................................................26

F. Metode Penelitian.....................................................................................31

G. Sistematika Penulisaan.............................................................................33

BAB II POTENSI MINERAL DAN BATUBARA INDONESIA SERTA

PENERAPAN KEBIJAKAN UU NO. 4 TAHUN 2009

A. Potensi Mineral dan Batubara di Indonesia .............................................36

B. Manfaat Penerapan Kebijakan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) bagi

Indonesia ..................................................................................................62

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI JEPANG SEBAGAI RESPON ATAS

DIBERLAKUKANNYA PENERAPAN KEBIJAKAN UU

MINERBA

A. Protes dan Tekanan .................................................................................59

B. Diplomasi Pemerintah Jepang .................................................................62

C. Pelaporan kepada Mahkamah Arbritase WTO ........................................67

BAB IV ANALISA KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

INDONESIA DALAM MERESPON PENOLAKAN PEMERINTAH

JEPANG ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN UU MINERBA

Page 9: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

viii

A. Langkah–Langkah Konstruktif Pemerintah Indonesia dalam Merespon

Penolakan Jepang Terhadap Penerapan Kebijakan UU Minerba ............70

B. Kebijakan Luar Negeri Indonesia ke Jepang: Kepentingan Nasional dan

Perspektif Organization Process Model ..................................................87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................94

B. Saran.........................................................................................................99

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................xiii

Page 10: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

ix

DAFTAR TABEL

Tabel II.A.1.I Mineral Logam Strategis ........................................................41

Tabel II.A.1.II Jumlah Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam ............42

Tabel II.A.2.I Produksi Tambang Batubara ...................................................46

Tabel II.A.2.II Ekspor Tambang Batubara 2009-2014 ...................................46

Tabel II.C.2.a.I Skema Peningkatan Nilai Tambah Nikel dan Tembaga .........53

Page 11: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.C.2.b.I Peta Distribusi Pengolahan dan Pemurnian Mineral ..............54

Page 12: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xi

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN Association of South East Asia Nations

WTO World Trade Organization

UU Undang-Undang

RI Republik Indonesia

UUD Undang-Undang Dasar

OPM Organization Process Model

IJEPA Indonesia Japan Economic Partnership Agreement

IUP Izin Usaha Pertambangan

GATT General Agreement on Tariffs and Trade

IUPK Izin Usaha Pertambangan Khusu

Minerba Mineral dan Batubara

OBP Organization Behavior Paradigm

SOP Standar Operating Procedure

Page 13: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Transkrip Wawancara I ...............................................................xxiii

Lampiran B Transkrip Wawancara II ..............................................................xxxi

Lampiran C Transkrip Wawancara III ..........................................................xxxvi

Page 14: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Kegiatan usaha pertambangan pada jenis mineral dan batu bara merupakan satu

pembahasan yang strategis untuk dikaji. Hal ini didasari bahwa industri

pertambangan memiliki daya tarik bagi banyak kalangan pengusaha bisnis,

disebabkan bisnis di bidang pertambangan dianggap suatu bisnis yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan keuntungan besar bagi para pelakunya.1 Namun dibalik itu semua

kegiatan usaha di bidang pertambangan merupakan suatu bidang bisnis yang

mempunyai tingkat resiko tinggi, modal besar, dan menggunakan teknologi modern,

sehingga tidak semua orang atau pengusaha mampu melakukan kegiatan usaha

pertambangan dalam produksi dengan skala yang besar (Industry scale).2

Dunia internasional mengakui bahwa Indonesia merupakan negara dengan

potensi bisnis pertambangan yang sangat besar. Faktanya Indonesia merupakan salah

satu eksportir mineral dari jenis tembaga, nikel, timah dan batu bara terkemuka di

dunia. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu produsen utama emas, gas

alam, dan bauksit. Namun, sayangnya semua barang tambang masih diekspor dalam

kondisi yang sangat mentah dengan harga jual yang sangat rendah. Lain jika

1Deni Bakri, “Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan Batu bara”,

(Depok: Universitas Indonesia, 2013), 1. 2Bakri, Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan Batu bara, 1.

Page 15: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

2

Indonesia mengekspor mineral dan batu bara yang sudah memasuki tahap pemurnian,

tentunya harga jualnya menjadi lebih tinggi.3

Oleh karena itu, sumber daya alam yang melimpah seperti mineral logam,

bukan logam, batu-batuan, dan batu bara yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia

seyogyanya dapat dikelola secara bijak dan dioptimalkan berdasarkan asas

kebermanfaatan, keadilan dan keseimbangan serta keberpihakan kepada kepentingan

nasional.4 Karena secara teoritis suatu negara yang memiliki kekayaan alam tentu

dapat menopang tingkat pembangunan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan

masyarakatnya, bilamana dalam pengelolaannya dilakukan secara baik dan benar.

Dalam rangka menunjukan keseriusannya, Pemerintah Indonesia pada 12 Januari

2014 telah memberlakukan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan

Batu bara (UU Minerba)5.

Secara historis, UU Minerba diterbitkan demi melakukan perubahan dasar pada

UU Nomor 11 tahun 1967 yang menganut sistem kontrak karya. Perubahan mendasar

tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan memperkuat kembali posisi Pemerintah

Indonesia menjadi pemegang penuh atas hak penguasaan pertambangan6 mineral dan

3Indra Tauhid dkk, “Optimalisasi Penerimaan Negara Sektor Minerba”, ESDMMAG, edisi 03

2014, 14-16. 4Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Analisis Dampak Kebijakan

Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara. (Jakarta: Pusat Kebijakan

Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI, 2015) [database on-line]; tersedia di

http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/02/02/analisis-dampak-kebijakan-1422852872.pdf.;

diunduh pada 10 Juni 2016. 5Bakri, Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan Batu bara, 3. 6Sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan

pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,

konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

pasca tambang.

Page 16: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

3

batu bara di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).7 Selain

itu, UU Minerba telah mewajibkan bagi para pemegang Izin Usaha Pertambangan

(IUP) Operasi Produksi dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) untuk

melakukan peningkatan nilai tambah mineral dan batu bara melalui pengolahan dan

pemurnian di dalam negeri. Dengan kata lain, para pemegang IUP dan IUPK

diwajibkan menambah investasinya untuk membangun industri hilirisasi (pabrik

smelter) atau melakukan pemurnian mineral dan batu bara sampai dengan kadar yang

telah ditetapkan oleh peraturan sebelum di ekspor. Jika hal tersebut tidak dilakukan

maka pemerintah akan mencabut izinnya sehingga tidak bisa lagi beroperasi.

Ketentuan tersebut termaktub pada pasal 103 dan 170 dengan bunyi sebagai berikut8:

Pasal 103

Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan

pemurnian hasil penambangan di dalam negeri

Pasal 107

Pemegang kontrak karya sebagaiman dimaksuddalam pasal 169 yang sudah

berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaiman dimaksud dalam Pasal

103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini

diundangkan.

Kebijakan lain yang diatur dalam UU Minerba yang juga mengandung aspek

kebijakan luar negeri sehingga memberikan dampak yang signifikan pada

perdagangan komoditas pertambangan mineral dan batu bara ditingkat global adalah

pelarangan ekspor barang mentah (baku) berupa bijih (ore) dari seluruh jenis

pertambangan mineral dan batu bara. Adapun enam komoditas utama pertambangan

7Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI,

Analisis Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara. 8Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu bara. Pasal 103 dan Pasal 107.

Page 17: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

4

mineral dan batu bara yakni emas, nikel, bauksit, bijih besi, tembaga, timah dan batu

bara. Kebijakan ini termaktub dengan jelas pada Pasal 13 ayat 1, adapun bunyi pasal

tersebut adalah sebagai berikut9:

Pasal 13 Ayat 1

Pemegang IUP Operasi Produksi tembaga, IUPK Operasi Produksi tembaga,

dan IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian

tembaga serta IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan

penjualan yang menjual komoditas tambang tembaga, termasuk produk

samping atau sisa hasil pengolahan dan/atau pemurnian berupa lumpur anoda

dan tembaga telurid ke luar negeri wajib memenuhi batasan minimum

pengolahan dan/atau pemurnian komoditas tambang mineral logam

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pada dasarnya UU Minerba merupakan bentuk pengejawantahan atas amanat

Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Lebih dalam lagi, bahwa aturan-aturan

yang terkandung dalam UU Minerba sangat memperhatikan unsur perlindungan

lingkungan hidup dan kedaulatan atas kekayaan sumber daya alam yang ada didalam

wilayah hukum pertambangan NKRI, serta adanya aturan yang mengandung unsur

kebijaksanaan dalam melakukan pengelolaan (penggunaan) sumber daya alam yang

tidak terbarukan.

Para ahli pertambangan Indonesia juga menilai bahwa penerapan UU Minerba

merupakan wujud dari kepentingan nasional yang memberikan dampak positif bagi

berbagai aspek, terutama untuk peningkatan nilai tambah setiap jenis mineral dan

9Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu bara. Pasal 13 Ayat 1.

Page 18: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

5

batu bara sehingga memperbesar postur pendapatan negara. Selain itu, UU Minerba

juga secara konkret mendorong investasi lokal maupun asing dalam membangun dan

mengembangkan teknologi industri hilirisasi pertambangan minerba (smelter) di

Indonesia.10

Untuk melihat sejauh mana UU Minerba memberikan dampak yang cukup

signifikan dalam memberikan nilai tambah pada setiap jenis mineral dan batu bara,

maka para ahli pertambangan memberikan contoh pada satu jenis ekspor mineral dari

jenis bijih bauksit. Pada periode Januari hingga November tahun 2013, ekspor bijih

bauksit Negara Indonesia telah mencapai 47,01 juta ton dengan penerimaan terhadap

Indonesia sebesar US$ 40 per ton. Artinya, secara keseluruhan Indonesia

mendapatkan pemasukan sebesar US$ 1,88 Milyar. Namun, jika saja bijih bauksit

tersebut memasuki tahap pemurniaan (diolah menjadi barang setengah jadi) terlebih

dahulu maka penerimaan yang didapat oleh Indonesia bisa mencapai 10 kali lipat. Hal

itu berarti pendapatan yang akan diterima adalah US$ 400 per ton dikalikan dengan

jumlah pencapaian 47,01 juta ton yaitu menjadi US$ 18,8 Milyar. Terdapat perbedaan

yang sangat signifikan, maka tidak heran apabila Indonesia selalu mengalami defisit

anggaran setiap tahunnya akibat kurangnya pendapatan.11

Penerapan kebijakan UU Minerba yang mengintervensi pelaku pasar faktanya

memiliki berbagai tantangan besar yang datang dari dalam maupun luar negeri dalam

pelaksanaanya. Dengan kata lain dalam hal ini tidak semua pihak dapat secara bijak

10Teguh Y. Akasyah, “UU Minerba Tingkatkan Nilai Tambah Mineral,” [artikel on-line];

tersedia di http://www.itb.ac.id/news/4191.xhtml; Internet; diakses pada 10 Juni 2016. 11Akasyah, UU Minerba Tingkatkan Nilai Tambah Mineral.

Page 19: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

6

menerima (menolak) keputusan Pemerintah Indonesia. Penolakan terbesar datang dari

negara-negara yang selama ini mendapatkan akses untuk menikmati pasokan bahan

baku untuk industri negaranya berupa tambang mineral dan batu bara mentah yang

didatangkan dari Indonesia. Namun demikian diantara semua negara yang

memberikan respon negatif dari penerapan kebijakan UU Minerba, Jepang

menjadi negara yang paling vokal menolak penerapan kebijakan UU Minerba.

Bahkan Pemerintah Jepang sampai memberikan ancaman akan mengadukan

Pemrintah Indonesia kepada Mahkamah Peradilan/Badan Penyelesaian Sengketa

WTO jika Pemerintah Indonesia tetap memberlakukan kebijakan UU Minerba.

Menurut Takayuki Ueda, Direktur Umum Industri Manufaktur Kementerian

Perdagangan Jepang, langkah-langkah sepihak Indonesia dalam menerapkan

kebijakan UU Minerba tidak sesuai dengan prinsip ketiga WTO yang tertulis

dalam GATT Artikel III yaitu The National Treatment Obligation. Prinsip

tersebut menyebutkan bahwa negara anggota dilarang mengenakan diskriminasi tarif

pajak di dalam negeri atau membuat kebijakan lain yang dapat menyebabkan manfaat

yang diperoleh dari penurunan tarif menjadi tidak berguna.12 Seperti yang dikutip dari

keterangan pers Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Pemerintah Jepang

(METI), meyakini kebijakan Indonesia dalam UU Minerba itu merupakan

12Erlangga Djumena, "Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO," [berita on-line], tersedia di

https://ekonomi.kompas.com/read/2012/06/12/15422779/Jepang.Ancam.Seret.Indonesia.ke.WTO;

Internet; diakses pada 17 Juni 2016.

Page 20: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

7

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah diatur WTO untuk

anggotanya.13

Penolakan Jepang atas penerapan kebijakan UU Minerba memang sangat

beralasan. Hal ini terkait beberapa industri besar yang menjadi tulang punggung

perekonomian Jepang seperti Industri Stainless Steel, Industri Hilirisasi (Smelter),

dan berbagai industri manufaktur lainnya terancam eksistensinya, karena selama ini

mereka menggantungkan sebagian besar pasokan bahan baku industrinya yaitu bijih

mineral dan batu bara melalui impor dari Indonesia.14 Dalam sebuah kesempatan,

Takayuki Ueda kembali menyatakan bahwa penerapan kebijakan UU Minerba telah

banyak menimbulkan kekhawatiran besar dikalangan Asosiasi Indusrti Pertambangan

Jepang. Setidaknya terdapat 53 perusahaan Jepang terancam melakukan pemutusan

hubungan kerja secara besar-besaran dan memungkinkan akan menghadapi kondisi

terburuknya, yaitu kebangkrutan.15

Oleh karenanya sejak diberlakukan UU Minerba, Pemerintah Jepang dengan

sigap mengambil tindakan untuk mengalihkan 50% impor kebutuhan mineral mentah

dari Indonesia ke Filiphina. Tindakan ini dilakukan demi mengantisipasi kondisi

darurat dan krisis pasokan bahan baku yaitu mineral mentah dari Indonesia yang

13Idris Rusadi Putra, “Jepang ngotot lobi Indonesia soal UU Minerba Indonesia,” [berita on-

line]; tersedia di http://www.merdeka.com/uang/jepang-ngotot-lobi-indonesia-soal-uu-minerba-

indonesia.html; Internet; diakses pada 17 Juni 2016. 14Franziska Killiches, “Fragmentation or Cooperation in Global Resource Governance? A

Comparative Analysis of the Raw Materials Strategies of the G20,” [research paper on-line]; tersedia

di https://www.swp-berlin.org/fileadmin/contents/products/research_papers/2013_RP01_hlp_mdn.pdf,

88; Internet; diakses pada 17 Juni 2016. 15Djumena, Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO.

Page 21: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

8

melanda berbagai industri pertambangan di Jepang.16 Padahal menurut Tosiho

Nakamura, Manajer Umum Bahan Baku Logam Mitsui & Co17, bahwa tidak ada

negara lain yang mampu menggantikan posisi Indonesia dalam memenuhi pasokan

mineral mentah dan batu bara yang dibutuhkan oleh Jepang, baik secara kuantitas

maupun kualitas. 18

Selain mengakibatkan hilangnya pasokan mineral dan batu bara yang diperoleh

Jepang dari Indonesia, kebijakan UU Minerba juga mengakibatkan naiknya harga jual

mineral di pasar mineral internasional, terutama untuk jenis Nikel yang sangat

dirasakan oleh banyak pengusaha Jepang.19 Kebijakan UU Minerba memicu potensi

kenaikan harga nikel sebesar 17% menjadi US$ 20.000 per metrik ton. Hal ini

dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara utama pemasok kebutuhan bijih

nikel di dunia.20

Dengan demikian, secara tidak langsung dampak dari penerapan kebijakan UU

Minerba juga mengakibatkan meningkatnya biaya produksi pada industri stainless

steel tidak hanya di Jepang, tapi juga diseluruh dunia. Perlu kita ketahui bersama

bahwa Jepang merupakan negara yang dikenal sebagai rumah produsen stainless steel

16“Soal Larangan Eskpor Mineral Mentah, Jepang Ancam Laporkan Indonesia ke WTO,”

[berita on-line]; tersedia di http://www.gresnews.com/berita/politik/84627-soal-larangan-eskpor-

mineral-mentah--jepang-ancam-laporkan-indonesia-ke-wto-/#; Internet; diakses pada 18 Juni 2016 17 Mitsui & Co merupakan salah satu perusahaan Stainlees Steel terbesar di Jepang, yang sangat

bergantung dengan pasokan berbagai jenis ore mineral dan batu bara dari Indonesia, teruma ore nikel. 18Djumena, Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO. 19Putra, Jepang Ngotot Lobi Indonesia Soal UU Minerba Indonesia. 20Djumena, Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO.

Page 22: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

9

terbesar di dunia yang membutuhkan bahan baku berupa bijih nikel.21 Kebutuhan

bijih nikel tersebut sebagian besar diimpor dari Indonesia. Selama ini industri

stainlees steel di Jepang mengimpor bijih nikel sebanyak 40 hingga 53% dari

Indonesia.

Menurut data yang dihimpun dan dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan

Republik Indonesia, pada tahun 2011 Jepang mengimpor bijih nikel sebanyak 3,65

juta ton, dimana sebanyak 1,95 juta ton atau 53% didatangkan dari Indonesia. Pada

tahun selanjutnya, yaitu pada kuartal satu tahun 2012 dari total kebutuhan nikel di

Jepang yang mencapai 437.100 ton, sebanyak 221.390 tonnya didatangkan dari

Indonesia. Selain mineral, kebutuhan Jepang akan batu bara juga cukup besar, dimana

sebanyak 20% (116,5 juta ton) diimpor dari tambang Batu bara di Indonesia. Batu

bara tersebut digunakan sebagai salah satu sumber energi untuk menghidupkan

banyak industri di Jepang termasuk di dalamnya industri stainless steel dan

manufaktur.22

Maka tidak mengherankan apabila implementasi UU Minerba telah menjadi

permasalahan yang sangat serius bagi Pemerintah Jepang. UU Minerba seperti

menjadi batu besar yang akan mengganjal perputaran roda perekonomian Jepang baik

secara mikro maupun makro. Dalam menghadapi permasalahan ini pada akhirnya

21Ignatia Oktavia Simorangkir, “New Guidance on the Processing and Refining of Mining

Producs, Budiarto Law Partnership Newsletter 005” [artikel on-line], tersedia di

https://www.blp.co.id/newsletters/BLP%20Newsletter%20005%20-%20March%202014.pdf.; internet;

diakses pada 20 Juni 2016. 22Setiawan Sigit, “Kebijakan Stimulus Abeconomics Jepang: Dampak terhadap dan Jepang

Kajian Ekonomi Keuangan Volume 18 Nomor 2”, [artikel on-line], tersedia dalam

http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/Kliping/KEK/2014/volume-18-no-2/index.html.; internet; diakses

pada. 21 Juni 2016.

Page 23: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

10

Pemerintah Jepang mengambil langkah besar dengan memusatkan

perhatiannya terhadap upaya diplomasi untuk menegoisasi penerapan

kebijakan UU Minerba yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Upaya

negoisasi menjadi salah satu Kebijakan Luar Negeri yang Pemerintah Jepang

ambil. Sikap penolakan terhadap penerapan kebijakan UU Minerba serta

mengancam akan membawa persoalan ini untuk diselesaikan di Mahkamah

Abritase atau Dispute Settlement Body (DSB) WTO juga merupakan bentuk

salah satu kebijakan luar negeri yang diambil oleh Pemerintah Jeapng.

Aksi penolakan yang juga bernada ancaman dari Pemerintah Jepang dengan

diiringi upaya diplomasi tentu menjadi hal yang biasa dilakukan oleh negara-negara

yang sedang menghadapi konflik kepentingan nasionalnya dengan negara yang

bersangkutan. Proses diplomasi tersebut dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Jepang

YM Fumio Kishida melalui kunjungannya kepada Presiden Terpilih Joko Widodo

(Jokowi) pasca Pemilihan Presiden di Republik Indonesia. Dalam kunjungannya

tersebut, YM Fumio Kishida menyinggung persoalan UU Minerba yang sangat

memberatkan Negara Jepang dan meminta agar pemerintahan yang baru di Negara

Indonesia dapat mengkaji ulang kembali UU Minerba.23

Disusul dengan pertemuan antara Duta Besar Jepang untuk Indonesia

Yoshonori Katari dengan Menteri Perindustrian Republik Indonesia MS Hidayat

dalam suatu kesempatan. Pemerintah Jepang berupaya terus melobi dan memaksa

23Citra Listya Rini, “Jokowi diminta hati-hati Terhadap Keinginan Jepang” [berita on-line];

tersedia di http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/08/13/na82w2-jokowi-diminta-hatihati-

terhadap-keinginan-jepang; internet; diakses pada tanggal 21 Juni 2016.

Page 24: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

11

Indonesia agar membuka kembali ekspor mineral mentah, setidaknya aturan larangan

ekspor mineral mentah dapat diperlunak.24 Bahkan dalam keterangan pers pada 7

Januari 2014, Menteri ESDM Republik Indonesia Jero Wacik mengakui telah

mendapat serangan terkait UU Minerba dari Amerika Serikat dan Jepang dalam

pertemuan APEC Minister Responsible for Mining di Beijing.25

Menanggapi seluruh sikap dan aksi diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah

Jepang terkait penerapan Kebijakan UU Minerba, maka Pemerintah Indonesia perlu

mengambil tindakan yang tepat. Karena bagaimanapun juga Jepang merupakan mitra

penting bagi Indonesia yang memiliki peran strategis terutama dalam kerjasama

bilateral diberbagai bidang seperti perdagangan ekspor-impor, investasi,

pembangunan infrastruktur, pengembangan dan penerapan teknologi, pengembangan

pendidikan serta peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia.26 Melihat peran

penting Negara Jepang maka perlu bagi Pemerintah Indonesia berhati-hati dalam

bertindak dan mengambil langkah untuk menanggapi keberatan Jepang atas UU

Minerba. Karena terkadang, kekecewaan yang kecil bisa menjadi akar untuk

24Harian Rakyat Merdeka, “Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan

Jepang” [berita on-line]; tersedia di www.kemenperin.go.id/artikel/8851/Dilobi-Dubes-Katori,-

Menteri-Hidayat-Tolak-Kabulkan-Perminta an-Jepang; internet; diakses pada tanggal 10 Juni 2016. 25Idris Rusadi Putra, “Jero Wacik: AS dan Jepang tidak suka pada UU Minerba” [berita on-

line]; tersedia di http://www.merdeka.com/uang/jero-wacik-as-dan-jepang-tidak-suka-pada-uu-

minerba.html; internet; diakses pada tanggal 11 September 2016. 26Ginandjar Kartasasmita, “Indonesia and Japan – 50 years of partnership” [artikel on-line];

tersedia di http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/en/topics_ginanjar.htm#top; internet; diakses pada

tanggal 02 Desember 2016.

Page 25: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

12

menciptakan konflik yang besar, jika permasalahan atau konflik yang dihadapi tidak

dimanajerial secara baik.27

Untuk melakukan respon yang tepat atas permasalahan yang diangkat oleh

Pemerintah Jepang dalam penerapan Kebijakan UU Minerba, menurut Hipotesa

Peneliti Pemerintah Indonesia pada dasarnya memiliki empat alternatif kebijakan luar

negeri. Alternatif kebijakan luar negeri yang pertama adalah Pemerintah

Indonesia tidak perlu memberikan respon apapun terhadap berbagai aksi protes yang

dilakukan oleh Pemerintah Jepang dalam upayanya mendapatkan relaksasi atas

penerapan kebijakan UU Minerba.

Alternatif kebijakan luar negeri yang kedua adalah Pemerintah Indonesia

tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan UU Minerba namun tetap menjalankan

upaya diplomasi dalam rangka memberikan pengertian kepada Pemerintah Jepang

agar tetap mengikuti apa yang sudah menjadi ketetapan UU Minerba. Ruang

diplomasi yang diberikan untuk Pemerintah Jepang juga mendorong hubungan

diplomatik antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang tetap terbuka

sehingga dapat menghasilkan proses komunikasi yang berjalan baik dan tidak

menutup kemungkinan akan mendapat apa yang disebut dengan two state solution.

Alternatif kebijakan luar negeri yang ketiga yaitu Pemerintah Indonesia

memenuhi permintaan Pemerintah Jepang untuk melakukan revisi atau penyesuaian

penerapan kebijakan UU Minerba yang tengah berlaku, namun dengan

27Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia, Edi Yusuf.

Page 26: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

13

mengikutsertakan berbagai persyaratan dan aturan lain guna menghindari stigma

publik atas lemahnya Pemerintah Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan atas

penguasaan sumberdaya mineral dan batu bara. Selain itu persyaratan yang

diikutsertakan tentu harus tetap menjaga esensi dan kerangka besar kebijakan UU

Minerba. Yaitu mempertahan kepentingan dan mendapatkan keuntungan di bidang

pengelolaan energi, pengembangan teknologi pertambangan, dan pertumbuhan

ekonomi secara nasional.

Alternatif kebijakan luar negeri yang keempat adalah dengan mengundur

waktu penerapan kebijakan UU Minerba hingga Industri Hilirisasi siap beroperasi

menampung seluruh atau setidaknya dapat meneyerap 80% dari hasil produksi

tambang mineral dan batu bara yang masih dalam bentuk Raw Material. Dalam

tenggat waktu pengunduran tersebut Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan

yang mewajibkan pembayaran Bea Keluar khusus dan besaran investasi bagi para

negara dan perusahaan jika ingin tetap mendapatkan impor mineral dan batu bara

dalam bentuk raw material dari Indonesia.

Dari keempat pilihan tersebut Pemerintah Indonesia memilih menjalankan

pilihan kedua sebagai tindakan yang tepat untuk merespon Jepang. Karena faktanya

Pemerintah Indonesia tetap pada posisi mempertahankan kebijakan UU Minerba dan

tetap membuka ruang diplomasi bagi Pemerintah Jepang. Berbagai cara dilakukan

termasuk tindakan preventive diplomasi yang dilakukan langsung oleh Direktur

Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM Thamrin Sihite di Jepang dalam

sebuah agenda Clean Coal Day In Japan 2012 International Symposium di Tokyo

Page 27: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

14

pada 4-5 September 2012.28 Hingga pada beberapa kali kesempatan, Pemerintah

Indonesia menerima kunjungan resmi dari Pemerintah Jepang dalam upayanya

merenegosiasi penerapan kebijakan UU Minerba.

Alternatif Kebijakan Luar Negeri yang kedua yang diambil Pemerintah

Indonesia tentu bertujuan untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada

Jepang bahwa UU Minerba merupakan bagian dari kepentingan nasional yang juga

merupakan amanat UUD 1945 sebagai falsafah bernegara dan berbangsa yang wajib

dilaksanakan. Selain itu, tehnik diplomasi pada dasarnya merupakan sebuah

instrumen komunikasi resmi antar negara untuk mengklarifikasi, menegoisasi, dan

menyepakati suatu kepentingan termasuk untuk meredam kembali ketegangan

diplomatik yang sedang berlangsung.29

Pada akhirnya, peneliti melihat bahwa dalam konteks kepentingan nasional

penerapan kebijakan UU Minerba menjadi sebuah polemik yang cukup serius bagi

kedua negara. Di satu sisi UU Minerba merupakan representasi dari kepentingan

nasional Indonesia untuk meningkatkan perekonomian negara dan kesejahteraan

rakyat. Namun disisi lain, UU Minerba juga mengancam keberlangsungan berbagai

industri pertambangan dan industri penting lainnya di Jepang yang juga memiliki

peran penting dalam menggerakan dan mempertahankan laju perekonomian domestik

28Thamrin Sihite, Coal Policy and The new Mining Law No. 4/2009 In Indonesia (Jakarta:

Kementerian ESDM, 2012) [database on-line]; tersedia di

http://www.jcoal.or.jp/coaldb/shiryo/material/ 2012day1_session1_4.pdf. 29Corneliu Bjola and Markus Kornprobst, Understanding International Diplomacy: Theory,

practice, and ethics (New York: Routledge, 2013), 77.

Page 28: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

15

Jepang. Berangkat dari sini, peneliti melihat peristiwa ini perlu untuk diteliti demi

mendapatkan analisa yang komprehensif.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari penjabaran pernyataan masalah di atas, penulis merumuskan sebuah

pertanyaan masalah penelitian yakni:

“Faktor apa yang menyebabkan diplomasi dalam mempertahan

penerapan kebijakan UU Minerba menjadi pilihan kebijakan luar negeri

Pemerintah Indonesia dalam merespon protes Pemerintah Jepang atas

penerapan Kebijkan UU Minerba?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi wawasan

dan kajian tentang Kebijakan Luar Negeri, diplomasi, dan ekonomi politik

internasional di bidang Mineral dan Batu bara. Sedangkan tujuan khususnya adalah

untuk mendapatkan analisia terbaik terkait keputusan Pemerintah Indonesia

mengambil langkah diplomasi dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya

kepada mitra terbaiknya yaitu Jepang. Sehingga pada akhirnya, kita akan mengetahui

bahwa dalam menentukan suatu kebijakan luar negeri yang tepat suatu pemerintahan

akan sangat mempertimbangkan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (variable).

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menegaskan bahwa dunia diplomasi

bukan tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah, akan tetapi bagaimana aktor

Page 29: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

16

negara yang terlibat di dalamnya dapat mencari jalan keluar terbaik agar terhindar

dari konflik yang berkepanjangan, tentunya hal ini sesuai doktrin Politik Luar Negeri

Indonesia yang bebas aktif dengan slogan zero enemy thousand friends.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bukti ilmiah bahwa dalam dunia

diplomasi setiap aktor yang terlibat memiliki kesempatan yang sama untuk dapat

memenangkan dan mengakomodir kepentingannya masing-masing, dalam konteks

penelitian ini tentunya antara Indonesia dan Jepang.

Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan kajian kebijakan luar negeri, diplomasi, dan ekonomi politik

internasional dalam studi hubungan internasional. Penelitian ini juga diharapkan

memberikan manfaat lain bagi penelitian selanjutnya terutama dapat memberikan

wawasan dan preposisi terbaru bagi para peneliti dan akademisi Internatonal Studies

terkait upaya diplomasi Indonesia dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya

ditingkat global.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka menjamin orisinalitas dari penelitian ini dan menjadi pembeda

dari kajian yang sudah ada sebelumnya, maka penelitian ini akan merujuk kepada

beberapa jurnal, skripsi tesis, dan buku. Hal ini yang kemudian juga akan membantu

memperkuat penelitian ini dalam menganalisa permasalahan dan memberikan sudut

pandang atau fokus yang berbeda.

Page 30: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

17

Pertama, adalah skripsi dari Fitri Sanjaya mahasiswa Hubungan Internasional

dari Universitas Riau. Penelitian yang dilakukan berfokus pada kebijakan pemerintah

Indonesia mengurangi ekspor Bijih Nikel ke Jepang setelah pemberlakuan UU

Minerba. Selain itu, dijabarkan juga secara komprehensif alasan pemerintah

Indonesia memberlakukan kebijakan tersebut. Salah satunya adalah untuk

meningkatkan nilai tambah pada hasil pertambangan mineral dan batu bara. Lebih

jauh lagi Fitri Sanjaya melihat penerapan kebijakan UU Minerba adalah sebuah

instrumen untuk membangun dan mengembangkan teknologi industri pertambangan

di dalam negeri melalui mekanisme Foreign Direct Invesment.

Pada penelitiannya, Fitri Sanjaya juga menyinggung status UU Minerba yang

melanggar perjanjian kerjasama perdagangan yang terangkum dalam Indonesia Japan

Economic Partnership Agreement (IJEPA). Perjanjian ini pada dasarnya menyepakati

bahwa kedua belah pihak baik Indonesia maupun Jepang sama-sama berkomitmen

terhadap konsesi khusus. Konsesi tersebut berupa penghapusan atau penurunan tarif

bea masuk dalam tiga klasifikasi: fast–track, normal track, dan pengecualian, dengan

memasang rambu-rambu tindakan pengamanan (emergency and safeguard measures)

untuk mencegah kemungkinan dampak negatifnya terhadap industri domestik.

Namun demikian, Fitri Sanjaya sama sekali tidak menyinggung persoalan mengenai

negosiasi atau diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam merespon penolakan keras

Jepang terhadap penerapan kebijakan UU Minerba. Sedangkan dalam penelitian kali

ini, upaya diplomasi yang menjadi kebijakan luar negeri Indonesia dalam merespon

Page 31: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

18

penolakan Jepang terhadap UU Minerba akan menjadi urgensi dan fokus utama

penelitian.

Kedua adalah jurnal yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia dengan judul Analisis Dampak Kebijakan Pelarangan Ekspor Raw

Material Tambang dan Mineral. Fokus pembahasan pada jurnal tersebut adalah

sejumlah dampak dari penerapan kebijakan UU Minerba. Beberapa diantaranya

adalah penghentian operasi usaha pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan

swasta yang berstastus Perusahaan Modal Asing (PMA), tekanan diplomatik dari

berbagai negara yang memiliki perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan potensi

penurunan pendapatan negara dari sektor tambang mineral dan batu bara. Dalam

Jurnal tersebut juga dijelaskan akibat terburuk yang akan Indonesia dapatkan, yaitu

meningkatnya angka pengangguran yang berdampak kepada meningkatnya jumlah

kemiskinan.

Namun demikian, yang membedakan antara jurnal di atas dengan penelitian

kali ini adalah pembahasan mengenai dampak dari penerapan kebijakan UU Minerba

bagi Indonesia yang dilihat hanya dari sisi hubungan Indonesia dengan Jepang.

Terutama dampak hubungan dagang dan hubungan diplomatik di antara kedua

negara.

Tinjauan ketiga berasal dari jurnal yang ditulis oleh Ricardo Pereira dan Orla

Gough dengan judul, “Permanent Sovereignty Over Natural Resources in The 21st

Century: Natural Resources Governance and The Right To Self-Detemination Of

Indigenous Peoples Under International Law” yang menyatakan bahwa sumber daya

Page 32: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

19

alam merupakan suatu kesatuan dari kedaulatan sebuah negara yang muncul sebagai

prinsip dasar Hukum Internasional. Sehingga memungkinkan bagi negara-negara

postcolonialism untuk menegaskan kedaulatan penuh atas sumber daya alam yang

ditemukan dalam batas-batas yurisdiksi mereka. Pembahasan lain yang tidak kalah

menarik dalam jurnal ini adalah memungkinkan hak legal kepemilikan atas sumber

daya alam secara individu, serta memungkinkan terjadinya proses transfer hak

penguasaan atas sumber daya alam dari negara kepada aktor non-negara seperti

masyarakat lokal.

Secara umum jurnal ini menekankan aspek penguasaan negara atas sumber

daya alam yang berada dalam batas jurisdiksinya. Kedaulatan penuh ini telah diatur di

bawah payung Hukum Internasional pada The First United Nations General

Assembly Resolutions. Perbedaan antara penelitian ini dengan jurnal dimaksud adalah

pada aspek penguasaan Indonesia atas sumber daya alam yang berada dalam batas

jurisdiksinya, yang sesuai dengan penerapan kebijakan UU Minerba.

Tinjauan keempat berasal dari tesis yang berjudul, Indonesia New Mining Law

Regime: Balancing Between State’s And The Investor’s Interest. Dalam tesis ini

berkembang pemahaman tentang pentingnya keseimbangan antara pemerintah dengan

perusahaan, negara dan pasar, regulasi dengan perkembangn bisnis. UU Minerba

secara langsung memberikan perubahan secara drastis pada dunia usaha

pertambangan yang tidak hanya di tingkat domestik, tapi juga di tingkat regional dan

global. Di level domestik terjadi proses transisi kontrak pengusaha wilayah tambang,

di tingkat regional Indonesia memposisikan dirinya menjadi negara pengolah

Page 33: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

20

tambang dan menjualnya pada kondisi setengah jadi, dan di level global Indonesia

memicu guncangan terbesar dalam industri nikel, terutama bagi pabrik-pabrik baja

stainless yang memproduksi mulai dari peralatan dapur hingga mobil dan bahan

bangunan.

Namun tesis ini belum menyertakan pembahasan tentang munculnya suatu

keseimbangan baru dalam iklim bisnis pertambangan di Indonesia yang tentunya

akan dibahas dalam penelitian kali ini. Keseimbangan baru yang dimaksud antara lain

munculnya fenomena perubahan pada power structure atas penguasaan pertambangan

pada jenis mineral dan batu bara di Indonesia yang mempengaruhi berbagai kebijakan

lainnya. Seperti mengakhiri pendapatan negara yang berasal dari komoditas raw

material dan memulai menggenjot pendapatan dari komoditas barang setengah jadi

hasil dari pemurnian. Lebih jauh lagi, dengan adanya perubahan power structure

maka akselerasi pembangunan industri hi-tech, peningkatan kapasitas SDM, dan

transfer modal pada industri pertambangan dalam negeri akan semakin optimal.

Tinjauan Kelima disarikan dari buku Scott Burchill yang berjudul kepentingan

nasional dalam teori hubungan nnternasional. Dalam buku ini dibahas secara

historiographical ide tentang kepentingan nasional, salah satunya adalah yang

dikemukakan oleh Frankle, bahwa kepentingan nasional didasarkan atas tujuan utama

yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri suatu bangsa. Demi menemukan

kepentingan nasional tersebut, para pembuat kebijakan melakukan penyelidikan

sistematis yang independen dari kepentingan eksternal (sistem global). Selanjutnya

Frankle mengungkapkan bahwa kepentingan nasional juga didasari oleh kepentingan-

Page 34: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

21

kepentingan permanen yang berdasarkan atas geografi, sejarah, negara tetangga,

sumber daya, ukuran populasi dan etnis.

Searah dengan gagasan yang tertuang dari buku tersebut, penelitian ini akan

menjelaskan lebih spesifik bahwa UU Minerba memiliki unsur kebijakan luar negeri

yang telah dibentuk atas dasar kepentingan nasional bangsa Indonesia. Kepentingan

nasional yang dimaksud yaitu upaya memaksimalkan potensi Sumber Daya Alam

yang melimpah dari jenis pertambangan Mineral dan Batu bara untuk kesejahteraan

rakyat dan mengoptimalkan pemasukan negara untuk pembangunan di berbagai

bidang. Oleh karena itu, sebagai negara yang berdaulat dan memiliki cita-cita luhur

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka Pemerintah Indonesia perlu

mempertahankan eksistensi dari penerapan kebijakan UU Minerba.

E. Kerangka Teoritis

Demi menjawab pertanyaan penilitian secara tepat dan komprehensif, maka

Konsep Kepentingan Nasional, Organization Process Model, dan Non Zero Sum

Game sebagai pendekatan yang digunakan dalam proses analisa. Dipilihnya tiga pisau

analisa tersebut disebabkan oleh tiga faktor utama.

Pertama, UU Minerba merupakan representasi dari kepentingan nasional di

bidang ekonomi yang mengatur pengelolaan hasil kekayaan bumi dari jenis

pertambangan Mineral dan Batu bara. Hal ini disebutkan pada pembukaan UU

Minerba alinea pertama bahwa mineral dan batu bara yang terkandung dalam wilayah

hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai

Page 35: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

22

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi

hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara

untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.30

Namun demikian, disaat yang bersamaan penerapan kebijakan UU Minerba

mengancam eksistensi berbagai industri besar di Negara Jepang dan akan berdampak

buruk bagi perputaran roda perekonomian Negara Jepang. Pemerintah Jepang menilai

langkah-langkah penerapan kebijakan UU Minerba secara sepihak oleh Pemerintah

Indonesia telah mengancam kepentingan nasionalnya di bidang ekonomi. Oleh karena

itu, dalam kasus ini baik Indonesia maupun Jepang keduanya sama-sama

memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing.

Kedua, dengan adanya kebijakan UU Minerba, melalui serangkaian kebijakan

luar negeri Pemerintah Jepang menyatakan menolak dan akan menggugat Pemerintah

Indonesia pada Mahkamah Abritase WTO untuk kasus UU Minerba. Dengan adanya

pernyataan sikap dan situasi seperti ini, Pemerintah Indonesia perlu berhati-hati

dalam memberikan respon kebijakan luar negeri mengingat Jepang merupakan mitra

penting bagi Indonesia dalam berbagai bidang pembangunan nasional.

Saat itu Pemerintah Indonesia dihadapkan pada empat alternatif kebijakan luar

negeri seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya. Namun fakta

menunjukan bahwa Pemerintah Indonesia lebih memilih jalur diplomasi sebagai

30Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batu bara. Pembukaan UU Minerba.

Page 36: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

23

bentuk kebijakan luar negeri untuk merespon kembali sikap Jepang terhadap UU

Minerba. Lantas seperti apa proses penentuan kebijakan luar negeri Indonesia dalam

menghadapi permasalahan ini.

Ketiga, hubungan diplomatik dan kerjasama antara Pemerintah Indonesia

degan Pemerintah Jepang sudah terbangun cukup panjang. Terutama di bidang

perdagangan dalam hal ini ekspor-impor, investasi, pembangunan infrastruktur,

pembanguanan sarana transportasi, dan pengembangan kualitas sumber daya

manusia. Pemerintah Jepang telah mengambil posisi menjadi mitra yang sangat

strategis bagi Pemerintah Indonesia, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, sangat

bijak apabila Pemerintah Indonesia mengeluarkan langkah diplomasi yang sangat

terbuka demi mendapatkan kebijakan dan solusi yang proporsional bagi kedua

negara.

Dalam kasus ini, disebabkan adanya saling ketergantungan oleh kedua negara,

Indonesia cenderung akan menerapkan opsi kebijakan non-zero sum game yang tidak

akan menimbulkan banyak pertentangan dengan negara sahabat sehingga jalinan

kerjasama yang selama ini telah lama dibangun tidak serta-merta rusak disebabkan

oleh satu hal saja. Di sisi lain pun pemerintahan Jepang diharapkan mampu menerima

kebijaksanaan Indonesia sebagai negara pengekspor bahan mentah Nikel dan dapat

ikut kooperatif dalam menjalankan tiap tawaran opsi kebijakan bersama yang ada.

Page 37: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

24

1. Kepentingan Nasional (National Interest)

Dalam kehidupan politik modern, kepentingan nasional telah menjadi istilah

umum di kalangan politisi dan ilmuwan politik. Hampir pada setiap diskusi tentang

perubahan kebijakan luar negeri, kepentingan nasional menjadi variabel yang paling

signifikan dalam mendukung argument kebijakan luar negeri suatu negara. Akan

tetapi, konsep kepentingan nasional tidak memiliki standar definisi yang bisa

digunakan, Hal ini berkaitan erat dengan tokoh atau siapa yang mendefenisikan

kepentingan nasional.31

Dalam buku yang berjudul National Interest in International Theory, Scott

Burchil berargumentasi bahwa permasalahan yang berlangsung dalam kajian politik

modern khususnya dalam praktik berdiplomasi adalah memaknai kepentingan

nasional karena memiliki definisi term yang sangat besar (largely) tanpa ada

pemaknaan substantif yang menyeluruh. Hal itu dikarenakan rasionalisasi dalam

mendefinisikan kepentingan nasional pada suatu negara biasanya didasari atas kondisi

internalnya, baik dari kondisi politik-ekonomi, ideologi, militer, dan sosial-budaya

atau hal-hal lain yang menjadi kepentingan negaranya.32

Namun demikian, Kepentingan Nasional dapat dipahami sebagai tujuan-tujuan

yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan dan hal-hal yang dicita-citakan

oleh suatu bangsa atau negara. Sementara itu, Bence Nemeth menyatakan bahwa di

31“Chapter 1 - The Concept of National Interest,” [artikel on-line]; tersedia di

http://learn.tsinghua.edu.cn/homepage/2000990147/interestbook/chap1.htm; internet; diakses pada 5

Agustus 2016. 32Scott Burchil, National Interest in International Theory (New York: Palgrave Macmillan,

2005), 206.

Page 38: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

25

antara seluluh negara yang ada di dunia ini terdapat pola yang paling umum dalam

merumuskan kepentingan nasionalnya, yaitu kepentingan nasional di bidang

keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity).33

Hal ini sejalan dengan W. Kegley dan Eugene R. Wittkopf yang menyatakan

bahwa tujuan suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya adalah negara

harus bisa mempromosikan kesejahteraan untuk warga negaranya, menyediakan

sistem pertahanan untuk menghadapi agresi eksternal, melestarikan nilai-nilai

kenegaraan dan cara pandang hidup dan tidak ada satupun negara yang mampu

mencapai keamanan dan kesejahteraannya dengan mengurangi keamanan dan

kesejahteraan pesaingnya.34

Kepentingan nasional menjadi sebuah teori yang penting dalam penelitian ini

dikarenakan kepentingan nasional dijadikan dasar bagi pemerintah Indonesia untuk

menerapkan kebijakan UU Minerba. Dikarenakan dalam UU tersebut terdapat sebuah

aturan bahwa mengekspor mineral dan batu bara dalam bentuk raw material tidak

lagi diperbolehkan dan seluruh pemegang IUP dan IUPK wajib pembangunan smelter

serta mendivestasikan sahamnya kepada Pemerintah Indonesia secara bertahap.

Selain itu, kepentingan nasional menjadi teori penting untuk memperkuat

pondasi kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia dengan mengambil langkah

33Bence Nemeth, The Highly Important, Non-Existent National Interest (Budapest: Central

European University, 2009), 18. 34Martinus Siswanto Prajogo, “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Unviersal dan

penerapannya oleh Amerika Serikat di Indonesia,” [artikel on-line]; tersedia di

http://strahan.kemhan.go.id/media/files/kepentingan-nasional.pdf.; internet; diunduh pada 15 April

2016.

Page 39: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

26

diplomasi dalam merespon sikap Pemerintah Jepang yang menolak atas penerapan

kebijakan UU Minerba.

2. Organization Process Model

Konsep kebijakan luar negeri yang akan digunakan dalam penelitian kali ini,

menggunakan pendekatan Organization Process Model (OPM) atau juga disebut

dengan Organization Behavior Paradigm (OBP) guna melihat tehnik pengambilan

kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia dalam merespon penolakan Jepang

terhadap penerapan kebijakan UU Minerba.

OPM merupakan sebuah model atau konsep yang menjadikan subjek/Unit of

Analysis dalam menetapkan kebijakan luar negeri suatu negara adalah hasil dari

proses koordinasi struktur organisasi pemerintahan (Kementerian/Badan/Lembaga).

Konsep dasar dari OPM, yang diperkenalkan oleh Graham T. Allison, menjelaskan

secara ekstensif bahwa struktur organisasi di bawah suatu pemerintahan berperan

dalam membuat dan menerpakan kebijakan luar negeri sesuai dengan SOP yang

berlaku. Menurut model ini, kebijakan luar negeri adalah output dari perilaku dan

peran struktur organisasi pada ruang lingkup birokrasi suatu pemerintahan.35

Graham T. Allison merupakan seorang Ilmuwan Politik Amerika dan Profesor

di John F. Kennedy School of Government di Harvard. Dia terkenal karena

kontribusinya pada akhir tahun 1960 dan awal 1970-an dengan analisis birokrasi

35Graham Tillet Allison dan Philip David Zelikow, Essence of Decision: Explaining the Cuban

Missile Crisis (New York: Longman,1999), 144.

Page 40: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

27

pengambilan keputusan, terutama selama masa krisis misil di kuba pada Oktober

1962. Sejak tahun 1970-an, Allison juga telah menjadi seorang analis terkemuka AS

kebijakan keamanan dan pertahanan nasional, dengan minat khusus dalam senjata

nuklir dan terorisme.36

Model ini menggambarkan politik luar negeri sebagai hasil kerja suatu

organisasi besar yang berfungsi menurut suatu pola perilaku. Pembuatan keputusan

bukan semata-mata proses intelektual, lebih merupakan proses mekanik, keputusan

merujuk kepada keputusan-keputusan yang telah dibuat dimasa lalu, prosedur rutin

yang berlaku, atau pada peran yang ditetapkan bagi unit birokrasi itu (standard

operating procedure).37

Lebih lanjut Graham Allison memperkenalkan model ini memiliki banyak

keunggulan dibandingkan konsep kebijakan luar negeri yang berdasarkan idiocentric

(self orientied), pasalnya proses pengambilan kebijakan luar negeri dengan

melibatkan proses organisasi jauh lebih banyak memberikan analisa dan informasi

yang menyeluruh serta mendalam, sehingga kebijakan luar negeri yang dihasilkan

lebih matang. Pada akhirnya dalam model ini sosok individu atau orientasi individu

menjadi kurang berpengaruh dalam proses pengambilan kebijakan, karena skema

operasional dalam model ini wajib memastikan fungsi struktur organisasi berjalan

dengan baik, seperti dalam mengaplikasikan SOP yang berlaku, memperhatikan

36Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 143. 37Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 143.

Page 41: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

28

Hukum atau Undang-Undang yang telah ditetapkan, termasuk dalam hal ini alur

birokrasi dalam struktur pemerintahan.38

Penggunaan standar oprasional prosedur (SOP) oleh struktur organisasi di

bawah suatu pemerintahan artinya mensupply alur koordinasi dan pembagian peran

sesuai dengan tugas serta fungsi masing-masing departemen dalam menyusun sebuah

kebijakan luar negeri. Menjalankan SOP pada sebuah organisasi biasanya akan selalu

sesuai dengan program dan arahan yang telah ditetapkan sebelumnya pada masa

perencanaan kerja. Oleh karena itu dari waktu ke waktu SOP dan program pada

sebuah organisasi biasanya tidak banyak berubah secara signifikan, dan hal ini

pulalah yang menjadi salah satu faktor mengapa kebijakan luar negeri jauh lebih

stabil dan konsisten dalam penerapannya. Adapun perubahan biasanya dikarenakan

dua hal budgetary fist atau budgetary famine atau karena kegagalan kinerja yang

dramatis.39

Kelebihan lain yang didapatkan dalam model ini, pada konteks yang akan

digunakan dalam membuat analisa kebijakan luar negeri untuk menghadapi

permasalahan politik luar negeri atau konflik yang terjadi dalam hubungan bilateral

maupun multilateral, adalah dengan menempatkan para pengambil kebijakan dalam

hal ini badan/organisasi sebagai subjek yang saling berkonstelasi. Artinya ruang

diskusi, koordinasi, saling bertukar data dan informasi antar badan/organisasi untuk

menghasilkan suatu kebijakan luar negeri yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari

38Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 145. 39Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 144.

Page 42: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

29

kepentingan nasional akan terformulasi dengan sangat baik. Perilaku organisasi

pemerintah yang mewakili suatu negara dalam pergaulan internasional juga

disimpulkan sebagai sebuah tindakan yang dipilih secara rasional, saling terintegrasi,

dikendalikan secara terpusat, terkoordinasikan dengan baik, dan memaksimalkan

nilai-nilai kepentingan suatu negara.40

Allison juga menegaskan bahwa konsep dasar analisa yang digunakan oleh

model ini menempatkan pemerintahan suatu negara bukan hanya sekedar sebagai

pemimpin negara atau pemimpin politik atau aktor politik dalam pergaulan

internasional, melainkan terdiri dari struktur organisasi dengan serangkaian SOP dan

berbagai program yang tengah ditetapkan. Allison memberikan tiga filosofi dari

organisasi untuk mengukuhkan keunggulan model ini dan menjadikannya organisasi

pemerintahan layak menjadi sebuah unit analisis dalam konsep kebijakan luar

negeri.41

Pertama bahwa organisasi mengatur secara sitematis sekumpulan manusia

untuk bersatu dalam melakukan suatu tindakan yang harmonis. Kedua bekerja secara

organisasi mampu menciptakan peluang dan kekuatan yang lebih besar untuk

mencapai suatu tujuan yang tidak mungkin dilakukan dengan kerja secara individu.

Dengan kata lain organisasi mampu menciptakan sesuatu yang mustahil diciptakan

oleh individu, dan sesuatu yang dilakukan oleh individu sudah pasti dapat dilakukan

oleh organisasi. Ketiga perilaku organisasi yang berdampak terhadap eksistensi

40Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 143-145. 41Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 143.

Page 43: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

30

organisasi dan kinerja dalam merealiasikan program-program organisasi jauh lebih

terukur dibandingkan oleh perilaku individu.42

Untuk mengoperasikan model ini Allison telah membuat konsederasi khusus

dan preposisi umum sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk mendapatkan hasil

analisa yang kuat. Konsederasi khusus yang dimaksud untuk memastikan bahwa

setiap badan/organisasi di bawah pemerintahan disuatu negara tidak bersifat

monolitik terhadap pemimpin, akan tetapi mereka merupakan aktor yang saling

berkonstelasi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan kata lain OPM hanya

dapat diaplikasikan untuk negara-negara yang menganut faham demokrasi dalam

menjalankan sistem pemerintahannya dan hanya diaplikasikan untuk peristiwa yang

mengikutsertakan peran dari berbagai badan/organisasi di bawah pemerintah dalam

menghadapi suatu permasalahan Politik Luar Negeri. Karena proses analisa dalam

model ini menuntut adanya fraksinasi kekuasaan dan desentralisasi tanggung jawab

yang didistribusikan kepada setiap badan/organisasi yang memiliki kewenangan

terhadap isu permasalahan Politik Luar Negeri suatu negara. Intinya model ini

memastikan bahwa fungsi masing-masing organisasi dalam menghadapi persoalan

politik luar negeri berjalan dengan baik, sesuai dengan visi-misi, program, SOP, dan

target capaian kinerja.43

Adapun preposisi umum dari model ini adalah pertama perilaku internasional

dan kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara merupakan output dari

42Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 145. 43Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 164-166.

Page 44: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

31

kinerja organisasi yang saling berkonstelasi dan terhubung satu sama lain sesuai

dengan SOP yang telah ditentukan. Kedua dominasi peran dalam mengambil

kebijakan Luar Negeri tidak lagi terpusat pada pemimpin negara (Presiden atau

Perdana Menteri) melainkan diserahkan kepada proses operasional kinerja

badan/organisasi di bawah pemerintah. Meskipun pada dasarnya pemimpin negara

tetap memberikan arahan dan batasan umum yang disesuaikan dengan kepentingan

nasional. Ketiga kebijakan Luar Negeri yang dihasilkan umumnya sesuai dengan visi

misi, program, dan capaian kinerja organisasi yang memiliki dampak jangka panjang.

Keempat keputusan dalam mengambil kebijakan luar negeri tentu menjadi tidak

fleksible karena ruang gerak organisasi akan sangat terbatas oleh SOP dan anggaran

yang tersedia.44

Dalam penelitian ini konsep OPM digunakan untuk memberikan analisa

bagaimana proses pengambilan kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia dari beberapa alternatif kebijakan yang ada, dalam merespon protes Jepang

terhadap penerapan UU Minerba. Fakta dan data yang dikumpulkan oleh peneliti

bahwa terdapat empat kementerian dari Indonesia yang ikut terlibat aktif dan

memiliki tanggung jawab untuk merespon potes Jepang. Begitu juga sebaliknya,

dalam upaya jepang mendapatkan relaksasi kebijakan UU Minerba dari Pemerintah

Indonesia, beberapa proses lobi dan negoisasi kepada beberapa kementerian di bawah

Pemerintahan Indonesia tengah dilakukan.

44Graham T. Allison dan Philip D. Zelikow, Essence of Decision, 175-182.

Page 45: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

32

F. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih mementingkan ketepatan dan

kecukupan data dengan penekanan kepada kesesuaian antara data dan fakta.45 Peneliti

juga menggunakan metode deskriptif dan eksplanatif, yang berarti dalam melakukan

penelitian Hubungan Internasional harus melihat dari permasalahan yang diteliti

dapat dikaitkan dan dijelaskan dengan teori maupun konsep yang ada dalam Studi

Hubungan Internasional.46

John W. Creswell dalam karyanya “Qualitative Inquiry and Research Design”

menerangkan bahwa dalam penelitian kualitatif, terdapat objek penelitian yang harus

dipandang secara khusus, agar hasil penelitiannya mampu menggali substansi

terperinci dan menyeluruh terkait fakta yang ada. Objek penelitian yang demikianlah

yang disebut sebagai ‘kasus’. Selanjutnya Creswell mempertegas wewenang ‘kasus’

sebagai satu kesatuan sistem yang dibatasi (bounded system) yang terikat dalam

dimensi ruang dan waktu tertentu.47

Dalam pengumpulan dan pengolahan data, penelitian ini akan mengandalkan

data primer dan sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data yang

sudah tersedia berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh pihak atau instansi lain.

Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari proses perolehan data yang

45Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:

Kencana, 2007), 175. 46Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi Dictionary (Jakarta:

LP3ES, 1990), 223. 47John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design, (Thousand Oaks, CA: Sage,

2007), 60.

Page 46: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

33

dilakukan oleh peneliti secara langsung melalui wawancara guna mendukung

menjawab pertanyaan penelitian.48 Wawancara dilakukan kepada Direktur Asia

Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yaitu Edi Yusuf,

Staf Ahli Bagian Hukum dan Perundang-Undangan Kementerian ESDM yaitu Sony

Heru Prasetyo dan Deputi Direktur Perdagangan dan Perjanjian Investasi dan

Perdagangan Interantional Kementerian Luar Negeri Repblik Indonesia Bapak

Syahda Guruh Samudera sehingga dapat mendukung jawaban dari pertanyaan

penelitian pada skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bab dan

sub bab yang akan diuraikan sebagai berikut:

Bab I, peneliti akan memberikan gambaran secara umum tentang penelitian

yang akan dilakukan. Penjelasan tersebut akan diurai satu persatu melalui beberapa

poin pembahasan. Poin pertama akan menjelaskan urgensi dari objek penelitian yang

akan dilakukan sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan. Poin kedua adalah

terkait pertanyaan penelitian yang diajukan, guna mengidentifikasi secara spesifik,

mengerucutkan, dan menegaskan fokus dari penelitian ini. Poin ketiga adalah tinjauan

pustaka yang akan membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini

48John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Aproaches, (Thousand

Oaks CA: SAGE Publications, Inc., 1994), 145.

Page 47: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

34

memiliki perbedaan dari penelitian lainnya. Poin keempat merupakan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

Pada poin kelima, peneliti akan meletakan dasar kerangka pemikiran dengan

beberapa konsep sebagai pisau analisa untuk mampu memberikan jawaban atas

pertanyaan penelitian dengan tepat. Poin keenam akan disampaikan batasan dan

metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun poin terakhir adalah

sistematika penulisan, pada bab ini peniliti akan menuliskan gambaran secara umum

terkait isi dalam setiap bab.

Bab II, peneliti akan menjelaskan bahwa UU No. 4 Tahun 2009 merupakan

pengejawantahan dari kepentingan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia

dalam melakukan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dari jenis

pertambangan mineral dan batu bara melalui tiga aspek utama. Pada aspek pertama

peneliti akan menjabarkan kondisi fisik dari pertambangan mineral dan batu bara di

Indonesia. Aspek kedua peneliti akan menggambarkan daya saing pertambangan

mineral dan batu bara di tingkat global dan mengukur sejauh mana pertambangan

mineral dan batu bara dapat diandalkan sebagai komoditas perdagangan yang

memiliki keunggulan komparatif. Aspek ketiga adalah pembahasan secara mendetail

penerimaan manfaat yang akan diterima Indonesia dari diberlakukannya UU Minerba

melalui sudut pandang ekonomi-politik.

Bab III, mengulas pembahasan tentang Kebijakan Luar Negeri Pemerintah

Jepang terhadap penerapan kebijakan UU Minerba oleh Pemerintah Indonesia. Pada

bab ini akan dipaparkan beberapa Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Jepang yang

Page 48: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

35

dikonversi dalam bentuk protes, sikap penolakan, dan aksi diplomasi terhadap

Pemerintah Indonesia, termasuk apa yang menjadi alasan mendasar ancaman Jepang

yang akan membawa Pemerintah Indonesia untuk bertanding di Mahkamah Abritase

WTO. Selanjutnya.

Bab IV, menyambung pada bab sebelumnya, dimana pada bab ini peneliti akan

mengulas proses dan rumusan kebijakan luar negeri dari perspektif Pemerintah

Indonesia sebagai bentuk respon atas kebijakan luar negeri Pemerintah Jepang yang

memprotes dan menolak penerapan kebijakan UU Minerba. Dalam bab ini juga

peneliti akan melakukan proses analisa atas kebijakan luar negeri Pemerintah

Indonesia yang telah diambil, untuk selanjutnya diharapkan analisa yang dilakukan

dapat menjawab secara ilmiah pertanya penilitian yang telah diajukan pada bab

pertama.

Bab V, merupakan bab akhir dari penelitian ini yang akan memberikan sebuah

kesimpulan dan pandangan terhadap penelitian yang telah dilakukan, terutama dalam

menjawab pertanyaan penelitian.

Page 49: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

36

BAB II

POTENSI MINERAL DAN BATU BARA INDONESIA SERTA

PENERAPAN KEBIJAKAN

UU NO. 4 TAHUN 2009

Dalam rangka memperkuat pondasi analisa dalam penelitian, di bab kedua

peneliti akan terlebih dahulu menjelaskan signifikansi dari penerapan kebijakan UU

Minerba. Signifikansi tersebut dibangun melalui tiga pandangan umum yaitu

membedah potensi dari mineral dan batu bara di Indonesia, perdagangan mineral dan

batu bara antara Negara Indonesia dengan Negara Jepang dalam waktu sepuluh tahun

terakhir terhitung dari 2004 hingga 2014, dan dampak multiplayer effect yang akan

didapat Indonesia apabila penerapan kebijakan UU Minerba. Dengan demikian, tiga

pandangan umum tersebut diharapkan dapat memperkokoh argumentasi bahwa UU

Minerba merupakan bentuk dari kepentingan nasional Indonesia yang penting untuk

dipertahankan.

A. Potensi Mineral dan Batu bara di Indonesia

Mineral dan batu bara merupakan salah satu dari kekayaan sumber daya alam

yang dimiliki oleh Negara Indonesia dengan sifat yang tidak terbarukan dan

mempunyai peranan penting dalam memenuhi kepentingan nasionalnya. Jika dikelola

secara optimal maka akan memberikan nilai tambah dan ikut menyumbangkan

percepatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu sudah sepatutnya

tujuan dari pengaturan pengelolaan mineral dan batu bara di Indonesia dalam jangka

Page 50: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

37

panjang berpengaruh besar terhadap koridor pembangunan nasional Negara Kesatuan

Republik Indonesia.49

Melimpahnya jenis tambang mineral dan batubaru beserta jenis tambang

lainnya di Indonesia tentu didorong oleh faktor-faktor yang dapat dijelaskan secara

ilmiah. Faktor pertama ialah faktor geografis dimana Indonesia merupakan negara

yang terletak di antara dua lempeng besar dunia yakni lempeng Pasifik di utara dan

lempeng Australia di selatan.50 Lalu faktor yang kedua dikarenakan wilayah

Indonesia yang dilewati oleh jalur cincin api (ring of fire) sehingga kondisi geologi

Indonesia memiliki banyak endapan mineral khususnya timah yang terkonsentrasi di

Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka-Belitung.51

Dalam rangka mendukung penelitian ini, terlebih dahulu peneliti akan

mengidentifikasi besar potensi mineral dan batu bara yang ada di Indonesia. Sehingga

dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa mineral dan batu bara merupakan salah satu

komoditas dagang dari Indonesia yang memiliki daya saing dan layak untuk

menyandang predikat komoditas dagang dengan keunggulan komparatif.

Keberagaman jenis tambang mineral dan batu bara yang tersebar di seluruh wilayah

hukum pertambangan Indonesia tentu memiliki potensi dan kontribusi ekonomi yang

berbeda-beda. Namun dari sekian banyak jenis mineral logam dan batu bara, hanya

terdapat beberapa jenis saja yang selama ini menjadi komoditas unggulan Indonesia

49BAPPENAS, “Pertambangan dan Energi,” [artikel on-line]; tersedia di http://www.

bappenas.go.id/index.php/download_file/view/9020/231; internet; diakses pada 10 September 2016. 50Bakri, Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan Batu bara, 1. 51Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI,

Analisis Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara.

Page 51: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

38

pada pasar domestik maupun internasional. Untuk melihat seberapa besar potensi dari

beberapa jenis mineral dan batu bara yang dijadikan sebagai komoditas unggulan di

Indonesia, peneliti akan menyampaikannya dalam dua bagian terpisah antara Mineral

dan Batu bara.

1. Mineral

Sektor pertambangan mineral merupakan sektor yang sangat strategis

dalam perekonomian pusat maupun daerah. Sektor ini merupakan penggerak

utama (prime mover) pembangunan dan juga memberikan manfaat multiplier

effect yang cukup signifikan.52 Pertambangan mineral juga merupakan modal

nasional yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk

menunjang pembangunan.

Mineral dibagi menjadi dua jenis berdasarkan sifatnya yaitu mineral

logam dan non logam. Faktanya mineral logam menjadi komoditas yang lebih

strategis dibandingkan mineral non logam di dalam perekonomian nasional. Hal

ini dikarenakan mineral logam merupakan salah satu motor penggerak bagi

sektor-sektor industri lainnya, dan pada akhirnya pertumbuhan industri

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.53

52Kementerian ESDM RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) KESDM 2011

(Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM

RI) [database on-line]; tersedia di http://kip.esdm.go.id/kipbaru/images/program_kerja/laporan

_kinerja/laporan_kinerja03.pdf. 53Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2013 (Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kementerian

ESDM RI) [database on-line]; tersedia di https://www.esdm.go.id/assets

/media/content/Supply_demand_ mineral_2013.pdf.

Page 52: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

39

Selain itu, mineral logam dalam bentuk ore atau konsentrat yang

kemudian diolah dalam bentuk logam siap pakai atau logam jadi, telah lama

diakui sebagai bahan dasar vital untuk pengembangan industri dan

infrastruktur, bahkan sebagai peralatan penunjang pada kehidupan masyarakat

sehari-hari. Hampir pada semua segmen kehidupan mulai dari peralatan dapur,

transportasi, generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan

jembatan menggunakan bahan baku besi-baja dan logam non-ferro lainnya.54

Keberadaaan mineral logam hanya bisa ditemukan di beberapa wilayah

dan dimiliki oleh beberapa negara saja. Pemerintah Indonesia telah menetapkan

wilayah pertambangan mineral berdasarkan pulau-pulau yang memiliki potensi

sumber daya dan kapasitas cadangan mineral pada skala tertentu. Beberapa

pulau tersebut seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sumatera, Jawa, dan Bali.

Adapun Mineral logam seperti tembaga, nikel, bauksit, emas, perak, dan timah

tersebar di 437 lokasi di seluruh Indonesia dan dikelola dengan kapasitas

industri pertambangan skala kecil maupun yang besar.55

Potensi tambang mineral yang dimiliki oleh Indonesia diklasifikasikan

kedalam dua jenis, yaitu yang berdasarkan sumberdaya (resource) dan

berdasarkan cadangan (reserve). Secara istilah, sumberdaya adalah endapan

barang tambang yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya

54Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2013. 55Kementerian ESDM RI, “Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) Ditjen Mineral dan Batu

bara Kementerian ESDM Republik Indonesia,” [artikel on-line]; tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/public/20196c/Penetapan-Wilayah-Pertambangan-(WP); internet;

diakses pada 30 April 2017.

Page 53: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

40

dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah

dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak

tambang. Sedangkan cadangan (reserve) dapat diartikan sebagai endapan

barang tambang yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan

kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial

dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. 56

Terdapat sebelas jenis mineral logam strategis yang telah ditetapkan oleh

Kementerian ESDM Republik Indonesia. Penetapan jenis mineral logam

strategis didasari oleh jumlah sumber daya dan cadangan yang tersedia,

komoditas unggulan, dan berdasarkan SNI 13-50414 Tahun 1998 yang

mengkelompokan mineral logam kedalam 4 golongan. Terlebih, jenis mineral

logam strategis ini sudah mulai dikembangkan industri pengolahan dan

pemurniannya di dalam negeri. Sebelas jenis mineral logam tersebut adalah

Emas Premier, Nikel, Bauksit, Tembaga, Besi, Timah, Bijih/Pasir Besi,

Seng, Xenotim, Perak, dan Mangan.57

Dibawah ini adalah data mengenai jumlah secara angka potensi dari jenis

mineral logam strategis yang telah diinventarisasi oleh Kementerian ESDM

Pada tahun 2015.

56Badan Standarisasi Nasional, Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan, Amandemen 1

(Jakarta: Kementerian ESDM RI) [database on-line]; tersedia di https://www.minerba.esdm.go.id

/library/sijh/SNI%2013-7261998_Klasifikasi%20Sumberdaya%20Mineral%20dan%20Cadangan_pdf. 57Pusat Sumber Daya Mineral, Batu bara dan Panas Bumi, Laporan Pemuktahiran Data dan

Neraca Sumber Daya Mineral, T.A 2013 (Jakarta: Kementerian ESDM RI) [database on-line]; tersedia

di http://psdg.bgl.esdm.go.id/Neraca/NeracaMineral 214. pdf.

Page 54: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

41

Tabel II.A.1.I Mineral Logam Strategis

NO KOMODITI

TOTAL SUMBER DAYA

(TON)

TOTAL CADANGAN

(TON)

BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM

1 Emas Primer 8.703.669.136 6.613 2.832.377.068 2.537

2 Bauksit 3.617.770.882 1.740.461.414 1.257.169.367 571.254.869

3 Nikel 5.756.362.683 79.172.702 3.197.178.940 50.872.304

4 Tembaga 29.753.119.232 149.678.344 5.485.960.754 51.213.125

5 Besi 1.397.068.930 418.888.703 279.354.825 97.555.769

6 Pasir Besi 4.459.586.351 1.683.084.164 808.938.227 397.334.700

7 Mangan 60.893.820 27.977.709 87.236.536 43.134.791

8 Seng 670.658.336 7.487.776 19.864.091 2.274.983

9 Timah 3.924.474.108 2.464.171 1.592.208.743 572.349

10 Xenotim 6.466.257.914 20.734 - -

11 Perak 14.469.988.181 838.765 3.056.379.162 1.691.957

Sumber: http://psdg.bgl.esdm.go.id/Neraca/NeracaMineral 214. pdf

Selain dari 11 jenis mineral logam strategis, Kementeriaan ESDM

Republik Indonesia per tahun 2015 juga menginventarisasi seluruh potensi

mineral logam yang ada di Wilayah Hukum Pertambangan Republik Indonesia.

Data yang ada telah diolah langsung dari sumber primer database

Kementeriaan ESDM Republik Indonesia per tahun 2015 dan hasilnya sungguh

mengejutkan, bahwa ternyata kekayaan sumber daya alam Indonesia memiliki

jumlah yang sangat besar.

Tabel II.A.1.II Jumlah Sumberdaya dan Cadangan Mineral

Logam Republik Indonesia

COMODITY RESOURCE (Tonnes) RESERVE (Tonnes)

Ore Metal Ore Metal

A. Base Metal

Mercury 32.254.881,50 75,91 - -

Zinc 624.641.336,00 7.299.422,66 5.844.090,90 795.802,50

Page 55: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

42

Copper 17.464.123.144,94 105.805.629,64 3.044.920.376,80 27.183.065,13

Tin 449.420.640,87 2.081.628,56 801.245.947,00 410.491,00

Lead 401.218.565,67 10.941.142,39 5.844.090,90 473.189,09

Total

18.971.658.568,98 126.127.899,16 3.857.854.505,60 28.862.547,72

19.097.786.468,14 3.886.717.053,32

22.984.503.521,46

B. Iron and Ferroalloy

Primary Iron 881.784.155,32 402.029.833,67 70.807.925,00 42.633.535,46

Cedimentary

Iron 18.643.723,37 11.747.136,10 - -

Lateritic Iron 1.903.028.017,30 668.178.316,67 347.746.020,00 94.739.851,09

Iron Sand 1.049.492.030,00 443.597.991,51 173.810.612,00 25.412.652,63

Cobalt 978.542.000,00 1.630.161,04 490.336.020,00 471.693,33

Primary

Chromite 1.642.925,00 756.391,90 - -

Manganese 14.303.262,73 5.859.457,92 4.429.029,00 2.834.916,25

Molybderium 706.000.005,59 238.400,39 - -

Nickel 3.347.728.997,00 49.238.150,35 1.162.834.951,40 21.553.762,61

Laterictic

Titanium 741.298.559,00 2.985.335,15 - -

Total

9.642.463.675,31 1.586.261.174,70 2.249.964.557,40 187.646.411,37

11.228.724.850,01 2.437.610.968,77

13.666.335.818,78

C. Precious Metal

Primary Gold 28.225.619.942,98 9.837,35 3.351.248.566,13 2.669,26

Aluvial Gold 1.746.478.700,52 159,22 16.749.186,00 16,06

Silver 13.754.848.291,00 834.167,43 3.253.373.162,23 13.734,11

Platinum 115.000.000,00 13.031,02 - -

Total

43.841.946.934,50 857.195,02 6.621.370.914,36 16.419,43

43.842.804.129,52 6.621.387.333,79

50.464.191.463,31

D. Light and Rare Metal

Bauxite 1.166.120.141,69 485.382.735,40 580.221.415,00 238.157.920,26

Monasite 1.569.312.847,40 25.920,80 - 2.715,00

Total

2.735.432.989,09 485.408.656,20 580.221.415,00 238.160.635,26

3.220.841.645,29 818.382.050,26

4.039.223.695,55

TOTAL

Page 56: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

43

91.154.254.499,10

*Keterdapatan komoditi mineral logam tersebar di 1339 titik di seluruh wilayah hukum

pertambangan Indonesia, dihitung berdasarkan inventarisasi database mineral logam dalam

satu Sistem Informasi Geografis (SIG) Kementerian ESDM Republik Indonesia.

Sajian data diatas dapat menunjukan bahwa Indonesia memiliki potensi

dan keberagaman jenis mineral yang melimpah ruah, baik yang tercatat sebagai

sumberdaya maupun cadangan. Hal ini tentu memperkuat pendapat yang

menyebutkan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya dan cadangan mineral

dengan jenis paling lengkap di seluruh dunia.58 Dalam posisi strategis seperti

ini, seharusnya Indonesia berkesempatan memiliki posisi tawar yang tinggi

dalam memenuhi kebutuhan mineral dunia, maupun sebagai bagian pengendali

harga komoditas mineral di pasar internasional.

Sayangnya itu tidak terjadi, karena terbatasnya keberadaan pabrik smelter

di Indonesia, sehingga selama ini Indonesia hanya masih menjadi pemasok

mineral mentah (ore) dengan nilai jual yang rendah untuk bahan baku industri

hilirisasi yang ada di luar negeri. Namun, jika pada proses pengelolaan hasil

produksi tambang mineral dilakukan secara sempurna dari hulu ke hilir, maka

selain dapat memperkuat posisi tawar Indonesia di market global, dampak lain

yang dihasilkan adalah semua wilayah di Indonesia yang memiliki titik-titik

sumberdaya dan cadangan mineral dapat berkembang sesuai dengan potensinya

masing-masing. Proses pembangunan dan pemerataan ekonomipun tidak lagi

58Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI,

Analisis Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara.

Page 57: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

44

sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah pusat. Namun akan ada pada

sinergisitas pembangunan sektoral ditingkat daerah untuk selanjutnya dapat

menjaga keuntungan kompetitif dalam skala nasional, regional, dan

internasional.59

Pada akhirnya, seluruh potensi tambang mineral yang terdapat di seluruh

wilayah hukum pertambangan Indonesia sudah seharusnya dapat mendorong

Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki kemampuan dalam

melakukan pengolahan tambang mineral dari hulu ke hilir, sehingga seluruh

manfaat ekonomi yang dihasilkan dapat terserap secara baik dan memberikan

kesejahteraan untuk rayat Indonesia.

2. Batu bara

Batu bara merupakan salah satu jenis dari energi fosil yang sangat banyak

tersedia di Indonesia dibandingkan dengan minyak dan gas bumi. Cadangan

batu bara Indonesia terhitung mencapai 83% dari total keseluruhan cadangan

berbagai energi fosil yang ada di Indonesia. Dan batu bara merupakan bagian

dari bahan tambang yang saat ini masih menjadi primadona dan digunakan

sebagai salah satu sumber energi primer.60

Di Indonesia terdapat 20 provinsi yang memiliki potensi sumberdaya batu

bara namun hanya provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur yang

59Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI,

Analisis Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara. 60Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI,

Analisis Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara.

Page 58: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

45

memiliki tingkat sumberdaya batu bara tertinggi di Indonesia, yaitu setara

dengan 82% dari total sumberdaya batu bara di Indonesia yang berjumlah lebih

dari 119,45 miliar ton.61 Namun demikian jika kita bandingkan dengan

cadangan sumberdaya batu bara di dunia, cadangan sumberdaya batu bara

Indonesia secara total hanya sebesar 3% dari total cadangan batu bara di

dunia.62

Menurut perhitungan Kementerian ESDM Republik Indonesia, pada

Tahun 201363 tercatat bahwa cadangan sumberdaya batu bara Indonesia adalah

sebesar 120,5 miliar ton. Adapun Angka pertumbuhan sumberdaya dan

cadangan nasional mencapai 5% dan 11% pertahun. Sumber daya dan cadangan

batu bara tersebar di beberapa lokasi di Indonesia dengan nilai kalori yang

berbeda, mulai dari kalori rendah sampai kalori sangat tinggi.64

Berkaitan dengan produksi batu bara nasional terhitung sejak UU

Minerba disahkan pada tahun 2009 hingga tahun dimulainya penerapan

kebijakan UU Minerba yaitu pada bulan 1 quartal 1 tahun 2014, dapat dilihat

melalui tabel berikut ini.

61Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM RI, Mineral and Coal 2013

(Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM

RI) [database on-line]; tersedia di https://www.minerba.esdm.go.id/library/content/file/28935-

Publikasi/ef1034f994c53 744 277e2889b2f6dc5f2015-01-30-13-56-35.pdf., 25 62Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2013, 40. 63Peneliti menggunakan data dengan pembatasan waktu yaitu tahun 2013. Dikarenakan UU

Minerba mulai diberlakukan pada 1 Januari Tahun 2014. 64Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM, Laporan Kinerja Tahun 2015

(Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM

RI) [database on-line]; tersedia di https://www.minerba.esdm.go.id/library/publish/LAKIN%20

MINERBA%202015. pdf., 4.

Page 59: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

46

Tabel II.A.2.I Produksi Tambang Batu bara

TAHUN JUMLAH PRODUKSI (TON)

2009 228 806 887

2010 325.325.793

2011 415.765.068

2012 466.307 241

2013 458.462.513

2014 435.742.874

Sumber: Badan Pusat Statistik Nasional Republik

Indonesiahttps://www.bps.go.id/dynamictable/2016/01/28/1126/produksi-barang-tambang-

mineral-1996-2015.html

Pada tahun 2017, produksi batu bara nasional tahun mencapai 461 juta

ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 97 juta ton dimanfaatkan untuk

kepentingan dalam negeri Domestic Market Obligation (DMO).65 Artinya

sebagian besar produksi batu bara Indonesia diekspor. Fakta ini

mengungkapkan bahwa konsumsi/kebutuhan batu bara domestik Indonesia

relatif sedikit.

Tabel II.A.2.II Ekspor Tambang Batu bara 2009 - 2014

No Negara Tujuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Tiongkok1) 39.330,8 74.805,0 104.143,4 115.702,1 130.393,4 136.352,1

2 India 39.108,9 51.254,3 74.723,2 96.076,0 118.288,5 99.280,3

3 Korea Selatan 33.418,4 43.275,6 39.598,2 37.899,1 37.711,5 35.631,5

4 Jepang 32.217,7 35.266,7 35.364,0 35.518,3 36.273,3 35.584,6

5 Taiwan 24.723,4 25.002,2 27.131,8 29.105,2 28.323,3 27.271,8

6 Malaysia 12.483,3 15.535,7 17.337,5 16.138,0 17.128,9 16.241,5

7 Thailand 11.229,7 13.081,8 13.293,9 14.676,0 14.508,8 15.021,3

8 Hongkong 10.714,2 11.110,9 11.868,2 11.984,8 14.365,0 14.494,0

65Tim Komunikasi ESDM, “Cadangan Batu bara Indonesia 26 Miliar Ton.” [artikel on-line];

tersedia di https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/cadangan-batu bara-indonesia-

sebesar-26-miliar-ton; internet; diakses pada 27 Maret 2018.

Page 60: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

47

9 Lainnya 7.976,8 9.706,2 10.989,7 11.636,2 12.964,3 12.581,6

10 Philipina 7.518,1 7.279,8 6.654,3 5.704,8 5.924,0 6.880,1

11 Italia 5.797,0 6.306,3 5.080,8 5.414,0 4.078,0 4.071,5

12 Spanyol 4.808,4 2.719,1 3.559,3 4.082,8 3.016,6 3.516,3

13 Belanda 3.384,8 1.936,5 2.848,4 215,6 1.177,4 1.311,8

14 Amerika Serikat 2.081,6 1.564,3 805,4 154,3 172,2 0,0

Jumlah 234.793,1 298.844,4 353.398,1 384.307,2 424.325,2 408.238,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, RI, Ekspor Batu Bara Menurut Negara Tujuan Utama,

2009 - 2013

Tabel diatas menggambarkan besaran dan negara tujuan ekspor batu bara

Indonesia dalam lima tahun terakhir sejak diberlakukannya UU Minerba.

Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Jepang menjadi negara tujuan utama untuk

ekspor batu bara Indonesia. Pada tahun-tahun kejayaan harga batu bara,

penerimaan negara dari sektor pertambangan sekitar 85 persen disumbang dari

penjualan batu bara.66

B. Manfaat Penerapan Kebijakan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batu bara (UU Minerba) bagi Indonesia.

Melihat begitu besar potensi mineral dan batu bara yang ada di Indonesia

tentunya diperlukan sebuah regulasi yang mengatur secara tepat agar pemerintah dan

rakyat Indonesia secara keseluruhan dapat merasakan penerimaan manfaat yang

maksimal dari potensi tersebut. Mengingat, dalam Pasal 33 UUD 1945

mengamanatkan kepada negara bahwa semua kekayaan alam yang timbul ataupun

66Indonesia Investmen, “Batu bara,” [artikel on-line]; tersedia di https://www.indonesia-

investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236?.; internet; diakses pada 02 April 2018.

Page 61: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

48

tersembunyi di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dikelola

demi kepentingan kesejahteraan rakyat.

Atas dasar tersebut Pemerintah Indonesia menetapkan UU No. 4 Tahun 2009

tentang Mineral dan Batu bara (UU Minerba). Keberadaan UU Minerba secara

otomatis menggantikan rezim UU No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pertambangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan nasional

maupun internasional.67

1. Kebijakan UU Minerba

Perubahan mendasar yang terjadi pada UU Minerba adalah perubahan

dari sistem Kontrak Karya dan Kontrak Perjanjian menjadi sistem perizinan. Itu

artinya Pemerintah Indonesia tidak lagi berada dalam posisi yang sejajar

dengan pelaku usaha. Pemerintah Indonesia menjadi pihak yang memberi izin

kepada pelaku usaha industri pertambangan mineral dan batu bara. Selain itu

UU Minerba memberi ruang keterlibatan pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam hal kewenangan pengelolaan pertambangan.68

Adapun hal mendasar yang merupakan perubahan dengan berlakunya UU

Minerba ini antara lain69:

67Pembukaan UU Minerba 68Bakri, Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan Batu bara. 69Djoko Darmono, Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa: Sejarah Pertambangan dan Energi

Indonesia (Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009), 352-354.

Page 62: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

49

1. Tidak ada lagi perlakuan yang berbeda terhadap pengusahan baik

asing maupun dalam negeri yang ingin menanamkan modalnya di

bidang pertambangan mineral dan batu bara.

2. Wilayah Pertambangan (WP) adalah wilayah yang memiliki

potensi mineral dan/atau batu bara dan tidak terikat dengan batasan

administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang

nasional.

3. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib melakukan pengolahan dan

pemurnian dari hasil tambangnya di dalam negeri.

Perubahan mendasar yang terjadi berlandaskan atas suatu alasan yang

telah terangkum dalam pokok-pokok pemikiran dalam UU Minerba70, antara

lain yaitu:

1. Mineral dan batu bara sebagai sumber daya yang tidak terbarukan

dikuasai oleh negara dan pengembangan serta pendayagunaannya

dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

bersama dengan pelaku usaha.

2. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah

pengelolaan pertambangan mineral dan batu bara dilaksanakan

70Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Background Paper Analisis Kppu Terhadap Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu bara,” [artikel on-line];

tersedia di http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_minerba.pdf, 3 - 4;

internet; diakses pada 5 Mei 2017.

Page 63: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

50

berdasarkan eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang

melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial

yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

4. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan

wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha

kecil dan menengah serta mendorong tumbuhnya industri

penunjang pertambangan

5. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan

usaha pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan

prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Dalam konteks pelaksanaan UU Minerba, tindakan yang dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia, juga pernah dilakukan oleh Venezuela, Rusia, Bolivia,

dan Kazakhstan, sebagai negara yang kaya dengan sumber daya alam. Bremmer

(2011) mengistilahkannya sebagai nasionalisme sumber daya alam.71

71Lukman Adam, “Kebijakan Mineral Dan Batu bara di Indonesia,” [artikel on-line]; tersedia di,

http://berkas.dpr.go.id/puslit /files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-14-II-P3DI-Juli-2014-68.pdf, 15;

internet; diakses pada 03 April 2017.

Page 64: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

51

2. UU Minerba Sebagai Instrumen Pengoptimalisasian Penerimaan

Negara, Masuknya Investasi Asing dan Penyerapan Tenaga Kerja.

Selain mendorong berkembangnya teknologi dan kapasitas SDM pada

sektor industri pertambangan mineral dan batu bara di Indonesia, agenda utama

dari penerapan kebijakan UU Minerba oleh Pemerintah Indonesia yaitu

meningkatkan penerimaan negara buka pajak dari sektor pertambangan

mineral dan batu bara, masuknya investasi asing, serta membuka

lapangan pekerjaan. Para ahli pertambangan telah sepakat bahwa penerapan

UU Minerba ini memberikan dampak positif dari berbagai aspek, terutama

investasi di sektor minerba.

a. Meningkatkan Penerimaan Negara.

Langkah yang diambil Pemerintah Indonesia untuk menghentikan ekspor

bijih mineral tanpa melalui proses hilirisasi dinilai beralasan kuat sebagai

sebuah kepentingan nasional yang harus segera direalisasikan. Karena dengan

adanya proses pengolahan dan pemurnian bijih mineral akan memberikan nilai

tambah dan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi. Dengan melimpahnya

potensi sumberdaya dan cadangan mineral yang ada di Indonesia tentu ini

menjadi sebuah momentum untuk meraup dan mengkapitalisasi pendapatan

negara yang berasal dari non pajak.

Berikut ini adalah simulasi potensi pendapatan negara yang akan

diperoleh Pemerintah Indonesia apabila penerapan kebijakan UU Minerba

berjalan konsisten dan efektif. Pada periode Januari - November 2013 ekspor

Page 65: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

52

bijih mineral bauksit Indonesia mencapai 47,01 juta ton dengan hasil ekspor

sebesar US$ 40 per ton, sedangkan apabila bijih bauksit tersebut memasuki

tahap pemurnian terlebih dahulu menjadi alumina maka akan menaikkan nilai

ekspor sebesar US$ 400 per ton atau sepuluh kali dari kondisi bijih. Sedangkan

jika alumina kemudian diolah lebih lanjut menjadi alumunium, maka nilai

tambahnya bisa mencapai 139 kali lipat sebesar US$ 2.500 per ton

dibandingkan dengan harga jual bijih bauksit.72

Pada Bijih besi yang juga merupakan sebagai komoditas utama ekspor

Indonesia ketika dilakukan proses nilai tambah menjadi sponge iron akan

meningkat nilainya sebesar 13 kali, yaitu dari harga bijih besi laterit dengan

kadar Fe 45% sebesar US$ 22,3 per ton menjadi sebesar US$ 299,7 per ton

ketika menjadi sponge iron, sedangkan jika diolah menjadi besi billet harganya

bisa mencapai US$ 490 per ton. Sedangkan total ekspor bijih besi Indonesia per

tahun 2013 adalah sebesar 22,3 Miliar Ton (22.308.219.653).73 Bisa dihitung

kira-kira berapa ratus kali lipat peningkatan pendapatan negara yang berasal

dari sektor pertambangan mineral jika kebijakan UU Minerba berjalan efektif.

72Yusri Usman, “Hilirisasi Industri Mineral Di Persimpangan Jalan,” [artikel on-line]; tersedia

di http://id.beritasatu.com/home/hilirisasi-industri-mineral-di-persimpangan-jalan/163572; internet;

diakses pada 10 Mei 2017. 73Sugeng Mujiyanto, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor

ESDM dan Perekonomian Nasional [buku on-line] (Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi

Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2015, diunduh pada

pada 10 Mei 2017); tersedia di https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-

Dampak_Pembatasan_Ekspor_Bijih_Besi_Terhadap_Penerimaan_Sektor_ESDM_dan_Perekonomian

_Nasional.pdf; internet.

Page 66: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

53

Selanjutnya pada jenis mineral nikel dan tembaga yang juga merupakan

komoditas ekspor penting Indonesia dan memiliki posisi penting pada

perdagangan dunia, dimana sejak tahun 2009 sampai dengan 2013 Indonesia

menjadi negara ekportir nikel terbesar di dunia, yaitu berkisar 600.000 –

700.000 ton atau menyumbang 30% dari total supply dunia.74 Sedangkan untuk

tembaga, Indonesia menjadi negara ekportir terbesar ke empat di dunia, dengan

rata-rata pertahunnya sebesar 1.804.500 ton.75 Adapun skema peningkatan nilai

tambah untuk jenis mineral tembaga dan nikel adalah sebagai berikut.

Tabel II.C.2.a.I Skema Peningkatan Nilai Tambah Nikel

dan Tembaga

Tembaga Bijih Konsentrat Tembaga Katoda Tembaga

US$ 80 US$ 3.000 US$ 8.000

Nikel Bijih Fero Nikel Logam Nikel

US$ 60 US$ 17.500 US$ 20.000

Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara, Kementerian ESDM-RI

Secara umum, dari hasil kajian didapat potensi peningkatan nilai tambah

dari bijih dan konsentrat mineral yang semestinya dapat diolah di dalam negeri.

Potensi nilai tambah dapat dihitung dari selisih antara nilai impor produk

mineral dasar dengan nilai ekspor bijih dan konsentrat mineral. Pada tahun

2011, dari 3 (tiga) jenis komoditi mineral logam yaitu Tembaga, Nikel dan

74Teuku Mufizar Mahmud “Setelah Lima Tahun Menunggu” Halo Vale, April 2014, 9. 75Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2012 (Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kementerian

ESDM RI) [database on-line]; tersedia di https://www.esdm.go.id/assets/media

/content/Supply_demand_mineral_2012.pdf., 19.

Page 67: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

54

Bauksit didapat potensi peningkatan nilai tambah sebesar kurang lebih US$

268.100.725.360,-.76

b. Menjaring Investasi Big Fish.

Realisasi penerapan kebijakan UU Minerba juga telah medorong secara

pesat penyerapan investasi di sektor pertambangan khususnya terkait dengan

pembangunan pabrik smelter. Dan Pemerintah Indonesia telah membuat

rencana jangka panjang pembangunan pabrik smelter, detail sampai dengan titik

daerah yang akan dibangung. Setidaknya ada 65 Pabrik Smelter baru dari

berbagai jenis mineral yang akan dibangun tersebar di beberapa daerah di

Indonesia. Mulai dari nikel, bauksit, besi, timbal dan seng, kaolin dan zeolit,

zirkon, mangan dan tembaga.77

Gambar II.C.2.b.I Peta Distribusi Pengolahan

dan Pemurnian Mineral

76Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2012, 3. 77Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Peta Sebaran Fasilitas Pengolahan

dan Pemurnian (Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral,

Kementerian ESDM RI) [database on-line]; tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/library/content/file/28935Peta/04e44853a31fe7ce2d0850df3eaf1ddd2

014-03-26-10-21-19.pdf.

Page 68: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

55

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

https://www.esdm.go.id/assets/media /content/Supply_demand_mineral_2012.pdf.

Besaran nilai investasi untuk membangun satu pabrik smelter untuk setiap

jenis mineral tentu berbeda-beda dan juga menyesuaikan kapasitas pabrik yang

dibangun. Setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral No. 7 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui

kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral, Pemerintah Indonesia menerima

banyak proposal pengajuan pembangunan smelter di Indonesia dari Investor

baik dari dalam maupun Luar Negeri.78 Setidaknya hingga akhir tahun 2013

Kementerian ESDM Republik Indonesia telah menerima sebanyak 185

proposal pembangunan pabrik smelter dengan nilai investasi sebesar US$ 555

Miliar atau senilai dengan Rp. 5.233,6 Triliun (nilai tukar rupiah pada tahun

2013),79

Namun demikian tidak semua proposal diloloskan semua, terdapat proses

assesment dan uji kelayakan terhadap setiap proposal yang diajukan oleh

investor kepada Pemerintah Indonesia. Tercatat realisasi investasi

pembangunan pabrik smelter sepanjang tahun 2013 sebesar US$ 346 Juta dan

hingga akhir Tahun 2014 sebesar US$ 5 Miliar80, sebetulnya angka ini masih

78Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2012, 13. 79Teuku Mufizar Mahmud “Membangun Smelter Tidak Mudah” Halo Vale, April 2014, 16. 80Teuku Mufizar Mahmud, Membangun Smelter Tidak Mudah, 17.

Page 69: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

56

jauh dari target yang telah ditetapkan sepanjang tahun 2014 yaitu sebesar US$

17,5 Miliar.81

Hingga tahun 2017 terdapat 34 proyek industri smelter dengan total

investasi mencapai Rp 752,62 triliun. Industri smelter ini terdiri dari pengolah

bijih besi, bijih nikel, bijih bauksit, konsentrat tembaga, stainless steel, dan

aluminium. Pada awal tahun 2018, terdapat tambahan investasi sekitar US$ 3

Miliar dari pembangunan pabrik smelter, baik itu yang melakukan ekspansi

maupun investasi baru.

c. Penyerapan Tenaga Kerja.

Bersamaan dengan potensi peningkatan nilai tambah pada mineral dan

realisasi investasi untuk pembangun Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral

atau Pabrik Smelter, terdapat benefit lain yaitu penyerapan tenaga kerja.

Diperkirakan penyerapan tenaga kerja melalui industri pengolahan mineral

logam dasar sebanyak kurang lebih 2.402.600 orang secara nasional.

Penyerapan tenaga kerja ini belum termasuk tenaga kerja di industri hilir dan

multiplier effect yang didapat dari pengolahan hasil produk industri hulu

mineral logam di Indonesia.82

81Rosmiyati D. Kandi, “Realisasi Investasi Smelter Tahun Ini Jauh dari Target,” [artikel on-

line]; tersedia di https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141222084036-85-19657/realisasi-

investasi-smelter-tahun-ini-jauh-dari-target; internet; diakses pada 13 Mei 2017. 82Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand Mineral Tahun

2012, 3.

Page 70: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

57

Sebagai contoh, berdasarkan dari studi kelayakan yang telah dibuat oleh

Kementerian ESDM Republik Indonesia dampak dari investasi pabrik smelter

di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar US$ 3,8 miliar atau sekitar 20,11 % dari

investasi pabrik smelter secara nasional, terhadap penyerapan tenaga kerja baik

dalam kegiatan smelter maupun penambangan, pada tahun 2015 terjadi

penyerapan tenaga kerja sebesar 19.102 orang, dengan perincian 11.899 orang

pada smelter dan 7.203 orang pada penambangan. Pada tahun 2016, naik lagi

menjadi 40.773 orang, dengan perincian 27.775 orang pada smelter dan 12.998

orang pada penambangan. Sementara pada tahun 2017, angka penyerapan

tenaga kerja menjadi 65.440 orang, terdiri atas 34.375 orang pada smelter dan

31.065 orang pada penambangan.83

Jumlah penyerapan tenaga kerja diatas baru dari pembangunan Pabrik

Smelter di Wilayah Sulawesi Tenggara yang dikhususkan untuk jenis mineral

Nikel. Sedangkan proyeksi Pembangunan Pabrik Smelter Nasional untuk

mengolah dan memurnikan berbagai jenis mineral tersebar di seluruh wilayah

Indonesia.

83Sugeng Mujiyanto, Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi

Sulawesi Tenggara [buku on-line] (Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian ESDM RI, 2015,

diunduh pada 13 mei 2017) tersedia di https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-

Dampak_Pembangunan_Smelter_di_Kawasan_Ekonomi_Khusus_(Studi_Kasus_Provinsi_Sulawesi_T

enggara).pdf., iv; internet.

Page 71: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

58

BAB III

KEBIJAKAN LUAR NEGERI JEPANG SEBAGAI RESPON ATAS

DIBERLAKUKANNYA PENERAPAN KEBIJAKAN UU MINERBA

Kewajiban dan aturan baru yang ditetapkan dalam UU Minerba menjadi hal

yang sangat positif bagi tumbuh kembangnya industri pertambangan di Indonesia.

Setidaknya ada tiga hal yang secara umum menjadi angin segar bagi peningkatan

sumber daya ekonomi di Indonesia. Pertama peningkatan nilai tambah pada barang

tambang mineral dan batu bara. Kedua peningkatan teknologi industri pertambangan.

Ketiga adalah pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.

Hanya saja sesuatu yang positif ini menjadi tidak lagi menjadi positif ketika

dibenturkan dengan berbagai kepentingan dari berbagai pihak, terutama kepentingan

yang berasal dari negara atau perusahaan asing yang selama ini mendapatkan

keuntungan dari hasil pertambangan Indonesia. Karena bagaimanapun, mineral dan

batu bara yang berada diseluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia secara

langsung maupun tidak langsung telah memiliki banyak sumbangsih sekaligus

menyentuh secara signifikan sendi dan kepentingan perekonomian mereka.

Seperti yang telah disampaikan pada bab pendahuluan bahwa Jepang menjadi

satu-satunya negara yang secara serius mengutarakan penolakannya terhadap

pemberlakuan kebijakan UU Minerba. Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Jepang

jelas, yaitu menolak diberlakukannya Kebijakan UU Minerba. Alasannya adalah

Kebijakan UU Minerba sempat membuat harga nikel melonjak dan dianggap

merugikan perusahaan Jepang. Selama ini Jepang memang dikenal sebagai produsen

Page 72: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

59

stainless steel terbesar dunia, yang 40-50 persen bahan bakunya yaitu bijih nikel

dipasok dari Indonesia.84

Selain itu produsen stainless steel di Jepang lebih mengandalkan instalasi

pemurnian mineral (pabrik smelter) di dalam negeri, sehingga lebih suka mengimpor

bahan mentahnya saja. Sehingga apabila UU Minerba tetap dijalankan maka

dampaknya bukan hanya pada persoalan pasokan bahan baku yang terganggu, tapi

ada ancaman dari sisi tenaga kerja yang bisa jadi akan dirumahkan secara besar-

besaran apabilan pabrik tidak berproduksi, bahkan tidak menutup kemungkinan

berujung pada gulung tikarnya perusahaan.85 Berangkat dari kecemasan tersebut

berikut Pemerintah Jepang berupaya melakukan langkah-langkah ssebagai wujud dari

Kebijakan Luar Negeri yang menolak penerapan kebijakan UU Minerba.

A. Protes dan Tekanan.

Sejak awal disahkannya UU Minerba pada tahun 2009 Pemerintah Jepang

tampak tidak terlalu memberikan respon yang positif. Berbagai sikap dan tindakan

dinilai menjadi sebuah cara untuk mencari celah agar Pemerintah Jepang

mendapatkan relaksasi atas penerapan kebijakan UU Minerba. Untuk pertamakalinya

tindakan tersebut dilakukan langsung melalui Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan

84Giras Pasopati, “Kemendag: Indonesia-Jepang Sudah Berdamai Soal Ekspor Minerba,”

[artikel on-line]; tersedia di http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141203164332-92-

15630/kemendag-indonesia-jepang-sudah-berdamai-soal-ekspor-minerba; internet; diakses pada 11

Juni 2017. 85Ahmad Baiquni, “Jepang tak punya celah gugat Indonesia soal UU Minerba”, [artikel on-

line]; tersedia di https://www.merdeka.com/uang/jepang-tak-punya-celah-gugat-indonesia-soal-uu-

minerba. html,;internet; diakses pada 11 Juni 2017.

Page 73: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

60

Industri (METI) Jepang yaitu Yukio Edano, dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia

yaitu Yoshinori Katori dalam pertemuannya dengan Menteri Perindustrian Republik

Indonesia yaitu M.S Hidayat pada 23 September 2011.

Pada pertemuan tersebut delegasi Jepang meminta kepada Pemerintah

Indonesia agar tetap bisa diizinkan mengimpor hanya untuk sisa bahan baku mineral

yang telah diolah, meskipun dalam UU Minerba jelas dinyatakan bahwa tidak

dibukanya lagi keran ekspor bahan baku mineral dan batu bara dalam bentuk apapun.

Akan tetapi permintaan tersebut hanya ditanggapi dingin oleh M.S Hidayat dengan

tidak memberikan respon apapun terhadap permintaan tersebut.86

Protes selanjutnya dilayangkan oleh Menteri Luar Negeri Jepang dan METI

Jepang pada 02 April 2014 melalui sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden

Republik Indonesia, dalam surat tersebut disampaikan bahwa Pemerintah Jepang

memutuskan untuk mengajukan protes terkait larangan ekspor mineral mentah

Indonesia dan meminta penjelasan khusus mengenai UU Minerba. Melalui rilis berita

di media massa Menteri Perdagangan Republik Indonesia yaitu Muhammad Lutfi

telah mengkonfirmasi bahwa dirinya sudah menerima disposisi surat tersebut dan

diminta oleh Presiden Republik Indonesia untuk menindaklanjuti maksud dari surat

tersebut. Adapun tindaklanjut yang dilakukan oleh Muhammad Lutfi adalah dengan

mempersiapkan tim yang sudah ada melalui direktorat terkait di Kementerian

Perdagangan, dan meminta agar tim yang telah ditunjuk mengkaji secara mendalam

86Syahid Latif, Iwan Kurniawan, “RI Tolak Minat Jepang Impor Bahan Tambang,” [artikel on-

line]; tersedia di http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/249569-ri-tolak-minat-jepang-impor-bahan-

tambang; internet; diakses pada 12 Juni 2017.

Page 74: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

61

serta mengatur strategi jika sewaktu-waktu WTO mengabulkan permohonan

Pemerintah Jepang untuk memproses gugatannya pada Mahkamah Abritase WTO.87

Tidak berhenti sampai disitu, kali ini Pemerintah Jepang menekan Pemerintah

Indonesia dalam forum APEC Minister Responsible for Mining di Beijing yang

berlangsung pada tanggal 27-28 Juni 2014. Dalam Forum tersebut Pemerintah Jepang

memberikan berbagai pernyataan tidak suka terhadap kebijakan UU Minerba.

Peristiwa ini diakui sendiri oleh Menteri ESDM Negara Indonesia Jero Wacik pada

saat konferensi pers di kantornya pada 1 Juli 2014.88

Meskipun demikian Jero Wacik hanya menanggapi bahwasanya pernyataan-

pernyataan yang dilontarkan oleh Pemerintah Jepang pada forum APEC hanya

memandang persolan UU Minerba dari perspektif pelaku industri saja. Belum melihat

kepada persoalan inti dari penerapan Kebijakan UU Minerba. Selanjutnya pada

kesempatan tersebut Jero Wacik juga mengajak Pemerintah Jepang beserta Industri

Pertambangan di Jepang agar ikut berinvestasi dalam pembangunan smelter di

Indonesia.

Senada dengan hal diatas, tekanan-tekanan yang dilakukan oleh Pemerintah

Jepang terhadap Pemerintah Indonesia juga pernah dilakukan jauh sebelum jatuh

tempo pelaksanaan UU Minerba pada 12 Januari 2014. Yakni melalui sebuah

pernyataan dari Direktur Jenderal Industri Pengolahan Kementerian Perdagangan

87Dani Jumadil Akhir, “Diprotes Jepang, RI Tetap Jalankan UU Minerba,” [artikel on-line];

tersedia di http://economy.okezone.com/read/2014/04/02/19/964439/diprotes-jepang-ri-tetap-jalankan-

uu-minerba,; internet; diakses pada 12 Juni 2017. 88Putra, Jero Wacik: AS dan Jepang tidak suka pada UU Minerba.

Page 75: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

62

Jepang Takayuki Ueda pada tanggal 11 Juni 2012. Dalam pernyataannnya Pemerintah

Jepang mengancam akan membawa persoalan UU Minerba ke Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO) untuk diselesaikan melalui Badan Penyelesaian Sengketa

(Dispute Settlement Body). Menurutnya Pemerintah Indonesia telah melakukan

langkah-langkah sepihak dalam memberlakukan kebijakan UU Minerba, dan itu tidak

sesuai dengan aturan WTO dalam pasal 13 GATT tentang Non-Discriminatory

Administration Of Quantitative Restrictions.89

Pada pasal tersebut memang disebutkan bahwa negara-negara yang menjadi

bagian dari anggota WTO tidak diperkenankan membuat sebuah kebijakan berkenaan

dengan larangan ekspor dan impor terhadap produk tertentu dan kepada negara

tertentu yang masih menjadi bagian dari keanggotan WTO.90

B. Diplomasi Pemerintah Jepang

Dalam merespon kebijakan UU Minerba Pemerintah Jepang tetap berusaha

menggunakan jalur dan etika diplomasi pada umumnya. Karena melawan Indonesia

dengan cara-cara yang represifpun sangat tidak obyektif bagi Jepang. Karena disatu

sisi Jepang memiliki banyak kepentingan strategis dan hubungan kerja jangka

panjang dengan Indonesia di berbagai bidang, terutama dibidang infrastruktur dan

89Asnil Bambani Amri "Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO" [artikel on-line]; tersedia di

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/06/12/15422779/Jepang.Ancam.Seret.Indonesia.ke.WTO

; internet; diakses pada 23 Maret 2018. 90TEXT OF ARTICLE XIII AND RELEVANT INTERPRETATIVE NOTES 1, 2 Article XIII

Non-Discriminatory Administration of Quantitative Restrictions.

Page 76: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

63

energi. Hal ini diungkapkan langsung oleh Takayuki Ueda, Direktur Umum Industri

Manufaktur Departemen Perdagangan Jepang.91

Adapun proses diplomasi ditangani langsung melalui Duta Besar Jepang untuk

Indonesia yaitu Yoshinori Katori dan Menteri Luar Negeri Jepang yaitu Fumiyo

Kishida. Pertemuan dengan pemangku kebijakan di Indonesiapun dilaksanakan

beberapa kali, termasuk pada saat itu Menteri Luar Negeri Jepang YM Fumiyo

Kishida berkesempatan menemui presiden terpilih pada pilpres Tahun 2014 yaitu

Jokowi dengan agenda meminta peninjauan kembali UU Minerba.92

Pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh Duta Besar Yoshinori Katori

maupun Menlu Fumiyo Kishida membawa dua misi utama, pertama adalah melobi

Pemerintah Indonesia agar membuka kembali keran ekspor mineral baik dalam

bentuk bijih maupun konsentrat, terutama untuk bijih nikel. Lalu yang kedua yaitu

menegoisasi Pemerintah Indonesia untuk memberikan kelonggaran (relaksasi) atas

penerapan kebijakan UU Minerba, hal ini berdasarkan atas ketidaksiapan para pelaku

Industri Pertambangan dan Manufaktur di Jepang dalam menghadapi kelangkaan

pasokan bijih nikel yang selama ini diimpor dari Indonesia.93

Selain menyampaikan kedua misi diatas pada sebuah pertemuan langsung

dengan Menteri Perindustrian Republik Indonesia MS Hidayat pada hari rabu tanggal

19 Maret 2014, beberapa poin penting lainnya juga disampaikan oleh Dubes Katori.

91Asnil Bambani Amri, Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO. 92Desi Angriani, “Temui Jokowi, Menlu Jepang Minta Renegoisasi UU Minerba,” [artikel on-

line]; tersedia di http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/08/12/276438/temui-jokowi-menlu-jepang-

minta-renegoisasi si-uu-minerba; internet; diakses pada 24 Maret 2017. 93Kemenperin RI. Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan Jepang.

Page 77: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

64

Terutama kaitannya dengan rencana pembangunan smelter di Indonesia oleh

beberapa perusahaan Jepang yang masih melakukan studi kelayakan (feasibility

study/FS). Pemerintah Jepang juga mengakui telah siap memberikan dukungan

kepada Pemerintah Indonesia terkait dengan pembinaan industri di Indonesia dengan

meningkatkan nilai tambah pada bijih besi yang belum diolah.94

Namun agar rencana pembangunan smelter di Indonesia dapat terealiasi dengan

cepat dan proses pembinaan industri pengolahan bijih nikel dapat berjalan dengan

baik kedepannya, Pemerintah Jepang meminta supaya keran ekspor terutama pada

jenis nikel agar dibuka kembali untuk beberapa waktu, sampai menemukan pengganti

pemasok.95

Sayangnya penawaran tersebut lantas tidak membuahkan sebuah penyelesaian.

Justru sebaliknya, Pemerintah Indonesia melihat adanya ketidak seriusan yang datang

dari Pemerintah Jepang. MS Hidayat dan R Sukhyar selaku Dirjen Minerba

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang hadir dalam pertemuan

tersebut justru kembali memberikan penawaran, dimana Pemerintah Jepang atau

pelaku industri manufaktur dan pertambangan agar dapat menyetorkan uang jaminan

sebagai betuk keseriusan investasi dalam pembangunan smelter dengan menyertakan

proposal rencana pembangunan smelter yang sesuai dengan standar prosedur di

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).96

94Kemenperin RI. Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan Jepang. 95Kemenperin RI. Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan Jepang. 96Kemenperin RI. Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan Jepang.

Page 78: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

65

Lantaran belum mendapatkan penyelesaian, Pemerintah Jepang mengancam

akan menggugat permasalahan ini ke WTO. Namun, sebelum sampai kearah sana

Pemerintah Jepang meminta agar dapat melakukan sebuah pertemuan khusus secara

government to government (G to G) dengan Menko Perekonomian atau dengan

Menteri Luar Negeri. Hal ini dikonfirmasi oleh Rizal Affandi Lukman, Deputi

Menko Perekonomian Bidang Perdagangan Internasional dan Kerjasama Ekonomi

bahwa pemerintah Jepang akan bersua untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah

Indonesia terkait penerapan UU Minerba.97

Selanjutnya tepat pada tanggal 12 Agustus 2014 pasca pilpres yang

dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2014, Menteri Luar Negeri Jepang, YM Fumiyo

Kishida datang ke Indonesia untuk menemui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

dan Presiden terpilih Jokowi. Inti agenda dari kedatangannya adalah dalam rangka

memperkuat hubungan antara Jepang dan Indonesia. Namun pada pertemuannya

dengan Jokowi Menlu Jepang meminta Jokowi untuk merenegosiasi Undang-Undang

Minerba. Namun, Jokowi menegaskan Pemerintah Indonesia yang akan saya pimpin

5 tahun mendatang tetap akan berpegang teguh pada konstitusi dan Undang-Undang

Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu bara.98

Selanjutnya Menteri Luar Negeri Jepang bertemu dengan Menteri Luar Negeri

Indonesia, keduanya membahas banyak hal terkait mineral dan batu bara (minerba)

hingga konflik Gaza dalam pertemuan tertutup selama 1 jam. Dalam pertemuan

97Angriani, Temui Jokowi, Menlu Jepang Minta Reneoisasi UU Minerba. 98Angriani, Temui Jokowi, Menlu Jepang Minta Reneoisasi UU Minerba.

Page 79: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

66

tersebut Menteri Luar Negeri Jepang meminta penyelesaian yang menguntungkan

kedua belah pihak (win-win solutions), bagaimana supaya Indonesia tetap bisa

membangun industri hilirnya dan di sisi lain Jepang tetap bisa mengimpor bahan baku

mineral dari Indonesia. Dan kali ini Pemerintah Indonesia sejalan dengan apa yang

diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Jepang YM Fumiyo Kishida, dalam

pernyataannya Marty memberikan rambu dengan mengajak Pemerintah Jepang

menyelesaikan persoalan ini sesuai dengan asas mutual benefit, dimana terlebih

dahulu diuraikan satu per satu dari setiap isu permasalahan yang ingin diselesaikan

dalam penerapan kebijakan UU Minerba. Dari sana kita bisa melihat pada bagian

yang mana Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang bisa bertukar keuntungan..99

Namun demikian rambu hanyalah rambu, baik Pemerintah Indonesia dan

Pemerintah Jepang harus kembali berupaya menerjemahkan kembali bahasa

diplomatis yang terekam dalam sesi negoisasi tersebut. Terutama bagi Pemerintah

Jepang harus kembali menerjemahkan secara utuh apakah rambu-rambu yang

diberikan pada pertemuan tersebut merupakan sebuah kemajuan diplomasi yang

selama ini diupayakan. Atau malah justru sebaliknya, Pemerintah Indonesia ingin

menunjukan bahwa pada prinsipnya tetap berpegang teguh pada kebijakan UU

Minerba. Meski pada saat kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang saat itu pelaporan

kepada WTO sudah dilakukan.

99Redaksi Detik, “Menlu Indonesia-Jepang Bahas UU Minerba hingga Konflik Gaza,”[artikel

on-line]; tersedia di https://news.detik.com/berita/2660396/menlu-indonesia-jepang-bahas-uu-minerba-

hingga-konflik-gaza; internet; diakses pada 24 Maret 2017.

Page 80: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

67

C. Pelaporan kepada Mahkamah Arbritase WTO

Pemerintah Jepang resmi menyampaikan gugatannya mengenai kebijakan UU

Minerba ke Mahkamah Abritase WTO (Dispute Settlement Body WTO / DSB WTO)

tepat pada tanggal 18 April 2014. Namun Pemerintah Jepang harus menunggu kira-

kira hingga 2,5 tahun kedepan untuk mendapatkan hasil putusan dari gugatan yang

diajukan. Itupun jika gugatan yang diajukan oleh WTO pada prosesnya berjalan ideal.

Karena dalam proses dan mekanisme yang ada pada DSB WTO membutuhkan

proses yang sangat panjang. Pertama setelah gugatan masuk kepada panitia di DSB

WTO negara yang mangajukan gugatan diminta untuk melakukan konsultasi bilateral

selama dua bulan. Jika konsultasi bilateral berhasil, dalam artian kedua negara

menemukan solusi yang dapat diterima, maka proses dispute yang adapun ikut

berakhir. Negara penggugat biasanya secara otomatis akan mencabut gugatannya.

Namun apabila konsultasi bilateral gagal maka akan dibentuk Panel dan pada

umumnya untuk menentukan Panel dibutuhkan waktu sekitar dua bulan karena

biasanya akan sangat lama memilih negara yang disepakati oleh penggugat dan yang

tergugat untuk mengisi jumlah panel yang ditetapkan oleh DSB WTO. Jadi jika

melihat sampai pada proses pembentukan panel sudah memakan waktu 4 bulan dan

belum memberikan progess yang berarti bagi perkembangan kasus, tentu ini menjadi

cost politic yang perlu dipertimbangkan khususnya bagi Pemerintah Jepang.

Dasar gugatan Jepang bahwa kebijakan UU Minerba Indonesia bertentangan

dengan ketentuan Pasal XIII Artikel XI GATT dan TRIMs Agreement. Dimana

ditegaskan bahwa Negara Anggota WTO tidak diperkenankan memberikan hambatan

Page 81: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

68

ekspor maupun impor dalam bentuk apapun (seperti penyertaan Lisensi Ekspor/Impor

dan Kuota Impor) selain untuk kepentingan bea cukai, pajak, dan biaya lainnya.

Adapun jika sewaktu-waktu dibutuhkan pembatasan maka pelaksanaan pembatasan

harus didasari oleh kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak-pihak terkait.100

100Lihat di https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/analytic_index_e/gatt1994_05_e.htm

#article11A1. Diakses pada 23 Maret 2018.

Page 82: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

69

BAB IV

ANALISA KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA

DALAM MERESPON PENOLAKAN PEMERINTAH JEPANG ATAS

PENERAPAN KEBIJAKAN UU MINERBA

Kebijakan UU Minerba mendapat respon dan tanggapan yang kurang baik dari

Pemerintah Jepang, hal ini tentu menjadi sebuah tantangan yang harus disikapi secara

bijak oleh Pemerintah Indonesia. Karena bagaimanapun juga Jepang merupakan

negara yang memiliki kedudukan cukup strategis sebagai mitra dalam pembangunan

Indonesia diberbagai bidang. Sehingga keharmonisan hubungan bilateral antara

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang harus tetap dijaga.

Namun demikian sebagai negara yang berdaulat, hukum yang berlaku dalam

batas yurisdiksi negara Indonesia akan selalu menjadi batasan, barometer, dan standar

atas kebijakan atau putusan yang diambil dan dijalankan. Termasuk dalam hal

mengedepankan dan mempertahankan penerapan kebijakan UU Minerba secara utuh.

Karena dibentuknya UU Minerba merupakan sebuah upaya dari kepentingan nasional

yang akan memberikan sentimen positif dan dampak yang signifikan, tertutama akan

dua hal yaitu pada peningkatan nilai tambah barang tambang yang diproduksi dan

pada perkembangan teknologi disektor industri pertambangan nasional. Dan dari

kedua hal tersebut diharapkan dapat menyumbangkan lebih baik lagi untuk

pendapatan negara dan kesejahteraan ekenomi masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu UU Minerba merupakan hal mutlak yang harus dijalankan oleh

pihak manapun selama berada dalam wilayah pertambangan Indonesia. Adapun

upaya negoisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang dalam rangka meminta

Page 83: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

70

relaksasi terkait penerapan kebijakan UU Minerba, merupakan sesuatu yang

bertentangan terhadap kepentingan nasional dan regulasi hukum yang sudah

ditetapkan. Sehingga pada dasarnya tidak ada alasan yang cukup kuat bagi

Pemerintah Jepang untuk mendapatkan relaksasi tersebut, ditambah Pemerintah

Indonesia tidak memiliki pemikiran akan memberikan ruang relaksasi kepada

Pemerintah Jepang.101

Pemerintah Indonesia dalam menanggapi protes Jepang telah melakukan

beberapa langkah konstruktif melalui masing kementerian terkait sesuai dengan tugas

dan fungsinya masing-masing serta kewajibannya dalam menjalankan amanah UU

Minerba.

A. Langkah-Langkah Konstruktif Pemerintah Indonesia dalam Merespon

Penolakan Jepang Terhadap Penerapan Kebijakan UU Minerba

Ruang lingkup birokrasi pada tubuh Pemerintahan Indonesia membentuk

sebuah mekanisme perumusan kebijakan eksekutif berupa Peraturan Pemerintah,

Peraturan Menteri, Peraturan Perundang-undangan dan Instruksi Presiden akan secara

langsung melibatkan kabinet (Jajaran Kementerian). Tujuannya adalah untuk saling

berkoordinasi sehingga mencegah terjadinya kerancuan hukum, melangkahi

konstitusi negara yaitu UUD 1945, mencederai nilai-nilai Pancasila, dan adanya

tumpang tindih suatu regulasi yang telah dibuat dengan yang akan dibuat. Secara

101Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Direktur Asia Timur Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia, Edi Yusuf.

Page 84: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

71

umum proses perumusan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia akan

melalui tahap rapat koordinasi tertutup antara Presiden dengan Jajaran Kabinetnya.

Baik yang akan menyinggung persoalan internal pemerintah, publik, domestik,

maupun internasional.

Didasarkan lingkungan birokrasi yang terbentuk di Republik Indonesia,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku kepala negara dan pemerintahan

Republik Indonesia meminta kepada empat Kementerian yang memiliki keterkaitan

dan andil dalam penerapan kebijakan UU Minerba untuk merumuskan putusan

ataupun kebijakan yang tepat dalam merespon persoalan ini. Selanjutnya kebijakan

dari masing-masing Kementerian akan dipertimbangkan dan disimpulkan sebagai

sebuah reaksi dalam sebuah Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Indonesia. Pada

akhirnya simpulan kebijakan yang akan diputuskan oleh Presiden Republik Indonesia

dapat dilihat sebagai reaksi Pemerintah Indonesia dalam menanggapi aksi Pemerintah

Jepang dalam agenda penolakannya atas penerapan kebijakan UU Minerba.

Adapun empat kementerian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Sebagai institusi negara yang menangani secara khusus persoalan politik

luar negeri yang secara langsung menjadi garda terdepan dalam mengemban

tugas dan fungsi diplomasi Pemerintah Indonesia, Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia memiliki beberapa strategi dan penanganan khusus dalam

menanggapi persoalan ketidaksetujuan Jepang atas penerapan Kebijakan UU

Minerba.

Page 85: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

72

Bersandar pada perkembangan yang ada pada tahun 2014, Edi Yusuf

selaku Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia dan Syahda Guruh Samudera selaku Deputi Direktur Perjanjian

Perdagangan dan Investasi International, telah memiliki beberapa pandangan

dan catatan terkait langkah yang digunakan oleh Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia dalam merespon protes keras Pemerintah Jepang terkait

penerapan kebijakan UU Minerba di Indonesia.

Bagi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, penerapan kebijakan

UU Minerba telah selesai secara prinsip. UU Minerba merupakan Kepentingan

Nasional dibidang ekonomi dan energi yang penting untuk diperjuangkan.

Dalam menafsirkan UU Minerba sebagai kepentingan nasional Kementerian

Luar Negeri perlu melihat melihat apakah amanat UU Minerba sudah sejalan

dengan amanat konstitusi UUD 1945 Republik Indonesia. Kemudian

bagaimana proses kelayakan materi UU Minerba yang telah dilakukan oleh

lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif secara bersama-sama. Dan yang

terakhir apakah telah disahkan dalam sidang Paripurna di DPR-RI.102

Ketika Ketiga hal tersebut telah terpenuhi maka Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia, sebagai lembaga eksekutif tentu akan melaksanakan apa-

apa yang telah termaktub dalam UU Minerba sesuai dengan tugas dan

fungsinya. Termasuk jika ada negara, institusi, perusahaan maupun

102Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direktur Perjanjian Perdagangan dan

Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Syahda Guruh Samudera.

Page 86: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

73

perseorangan yang meminta ruang diplomasi untuk membahas kebijakan UU

Minerba.

Hanya saja dalam konteks berdiplomasi dan berbicara tentang penegakan

hukum maka tidak mungkin treatment antara satu negara dengan negara lainnya

berbeda-beda. Misalnya karena Jepang ramai dalam mempersoalkan penerapan

kebijakan UU Minerba dan Jepang merupakan pangsa pasar ekspor strategis

Indonesia untuk mineral, kemudian Pemerintah Indonesia terbitkan kebijakan

relaksasi terhadap Jepang. Tentu kebijakan tersebut sangat diskiriminatif dan

jauh akan lebih parah keadaannya nanti, bisa lebih banyak yang akan meng-

invoke ke DSB WTO. Tentu hal ini sangat dihindari oleh negara manapun di

dunia.103

Perihal Pemerintah Jepang yang memprotes keras penerapan kebijakan

UU Minerba merupakan dinamika yang biasa terjadi dalam hubungan bilateral

antar negara. Menurut Edi Yusuf, rencana Pemerintah Jepang hanya untuk

menyelesaikan permasalahan UU Minerba dengan menggunakan mekanisme

DSB WTO menjadi sesuatu yang sangat tidak efektif dan efisien. Karena

setidaknya dibutuhkan 2,5 tahun waktu ideal untuk sampai pada tahap akhir

penyelesaian sebuah kasus. Sedangkan apabila dalam waktu 2,5 tahun

Pemerintah Jepang hanya menunggu putasan dari DSB WTO, maka Jepang

103Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direktur Perjanjian Perdagangan dan

Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Syahda Guruh Samudera.

Page 87: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

74

akan tertinggal jauh oleh China yang saat ini sudah mulai masuk investasinya

untuk pembangunan Pabrik Smelter.104

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia juga melihat bahwa

tuduhan Pemerintah Jepang yang menyatakan bahwa UU Minerba melanggar

prinsip dan ketentuan WTO terkait quantitative restriction dirasa belum cukup

kuat dan tepat. Karena penerapan kebijakan UU Minerba yang mewajibkan

pengolahan dan pemurnian mineral dilakukan di dalam negeri adalah untuk

melakukan pencegahan dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang

diakibatkan aktivitas pertambangan mineral dan batu bara. Hal ini menjadikan

penerapan kebijakan UU Minerba mendapat posisi yang semakin kuat, karena

tujuan kebijakannya ikut terakomodir oleh pasal 20 general exception

GATT.105

Jika dicermati lebih jauh China tidak pernah mempermasalahkan UU

Minerba serta mematuhi ketentuan yang ada dengan ikut berinvestasi dalam

pembangunan pabrik smelter, padahal investasi China di Indonesia untuk

pembangunan pabrik smelter meningkat drastis. Kondisi ini tentu memperkuat

premis diplomasi dan negoisasi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

kepada pihak Jepang untuk tetap stand up pada penerapan kebijakan UU

104Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direktur Perjanjian Perdagangan dan

Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Syahda Guruh Samudera. 105Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direktur Perjanjian Perdagangan dan

Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Syahda Guruh Samudera.

Page 88: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

75

Minerba dan mendesak Pemerintah Jepang untuk mengajak industrinya

berinvestasi di Indonesia untuk membangun pabrik smelter.106

2. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Dalam menanggapi reaksi Pemerintah Jepang atas pemberlakuan UU

Minerba yang akan menggugat Pemerintah Indonesia ke DSB WTO, menurut

Menteri Perdagangan Indonesia saat itu yaitu Muhammad Luthfi, menegaskan

bahwa konflik atau perseturuan perdagangan antar negara yang muncul akibat

adanya regulasi atau intervensi kebijakan pemerintah merupakan hal yang wajar

terjadi di dunia. Pemerintah Indonesia tidak perlu takut karena hilirisasi adalah

program yang dirancang dan telah dikaji secara mendalam, terlebih dari sisi

hukum baik yang berlaku di dalam negeri maupun luar negeri.

Selanjutnya Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian

Perdagangan Indonesia, Bachrul Chairi, berharap rencana Direktur Jenderal

Industri Pengolahan Kementerian Perdagangan Jepang, Takayuki Ueda untuk

melaporkan Indonesia ke WTO terkait undang-undang minerba yang melarang

ekspor mineral mentah ke luar negeri batal. Hal ini karena larangan ekspor

barang tambang sebuah negara demi alasan lingkungan dan meningkatkan

value itu diperbolehkan.

106Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direktur Perjanjian Perdagangan dan

Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Syahda Guruh Samudera.

Page 89: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

76

Kebijakan yang diambil oleh Kementerian Perdagangan dalam

menanggapi protes dan penolakan Pemerintah Jepang terhadap pelaksanaan

Kebijakan UU Minerba adalah sebagai berikut:

a. Memberikan klarifikasi yang dimintai oleh Pemerintah Jepang

terkait program hilirisasi yang tertuang dalam UU Minerba dan

berujung pada larangan ekspor bahan mentah mineral, terutama

nikel. Karena dengan adanya penerapan kebijakan UU Minerba

fasilitas pemurnian nikel di Jepang yang sudah didesain hanya

untuk memurnikan nikel khusus dari Indonesia menjadi tidak

berfungsi secara optimal.

b. Menunjuk tim melalui direktorat terkait di Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia untuk menyusun strategi jika

memang gugatan Jepang di DSB WTO dikabulkan untuk diproses.

3. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia, MS Hidayat, menegaskan

bahwa UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu bara merupakan

kebijakan yang telah disepakati bersama oleh seluruh lembaga atau badan resmi

pemerintahan. Sehingga siapapun harus patuh dan melaksanakan UU tersebut,

terlebih kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dan menjadi objek dari

regulasi yang dituangkan dalam UU Minerba.

Page 90: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

77

Dalam pertemuannya dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia

Yoshinori Katori, MS Hidayat menekankan bahwa Pemerintah Indonesia tetap

konsisten melaksanakan larangan ekspor sesuai amanat UU Minerba dan UU

Perindustrian. MS Hidayat juga turut menyarankan agar pemerintah Jepang

mendorong berbagai perusahaan di Jepang untuk membangun industri

pengolahan di Indonesia.107

Yoshinori Katori juga ikut menyampaikan bahwa beberapa perusahaan

Jepang akan membangun industri hilir tambang di dalam negeri untuk

mengikuti aturan Indonesia dan telah melakukan Studi Kelayakan (feasibility

study/FS). Namun menurut MS Hidayat bukti keseriusan akan membangun

smelter adalah dengan menyetorkan uang jaminan smelter dan sudah

mempunyai rencana pembangunan yang dikomunikasikan dengan Pemerintah

Indonesia.108

Kementerian Perindustrian meminta kepada para perusahaan tambang

yang telah dan belum mengantongi izin IUP dan IUPK dari Kementerian

ESDM tetap patuh pada Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral

dan Batu bara dan segera membangun industri pengolahan bahan mineral.

Selaku pemegang kebijakan tertinggi di lingkungan Kementerian Perindustrian

MS Hidayat juga meminta agar perusahaan asing, atau perusahaan yang

107Kemenperin RI. Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan Permintaan Jepang. 108Bisnis Indonesia, “Semua Perusahaan Harus Patuhi UU Minerba,” [artikel on-line]; tersedia

di http://www.kemenperin.go .id/artikel/6124/Semua-Perusahaan-Harus-Patuhi-UU-Minerba.; internet;

diakses pada 28 September 2017.

Page 91: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

78

kepemilikan sahamnya dimiliki oleh asing dapat bekerja sama dengan

perusahaan lokal untuk membangun pabrik smelter.109

Dalam langkahnya mendorong penerepan kebijakan UU Minerba

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memberikan dukungan melalui

pemberian insentif bagi siapa saja yang ingin membangun smelter. Insentif itu

berupa pembebasan pajak selama periode tertentu (tax holiday) bagi perusahaan

tambang yang membangun pabrik smelter atau menjadi perusahaan pionir

dengan investasi minimal satu triliun rupiah. Beleid tersebut memberikan

kewenangan kepada pemerintah memberikan keringanan berupa pembebasan

pajak penghasilan badan maksimal 10 tahun dan paling singkat 5 tahun,

terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial.110

Perlu diketahui bahwa Nilai investasi pembangunan pemurnian dan

pengelohan nikel atau smelter yang tersebar pada 32 proyek di Indonesia

mencapai 227,6 triliun rupiah. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat

Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, I

Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, bahwa peningkatan investasi

pembangunan pemurnian dan pengolahan nikel bertambah secara signifikan

109Bisnis Indonesia, Semua Perusahaan Harus Patuhi UU Minerba. 110Bisnis Indonesia, Semua Perusahaan Harus Patuhi UU Minerba.

Page 92: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

79

setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor mineral

mentah.111

Sebanyak 32 proyek pembangunan pemurnian dan pengolahan nikel

menyerap 23.000 tenaga kerja yang tersebar di 11 provinsi dan 22

kabupaten/kota se-Indonesia. Diyakini bahwa nilai investasi smelter di sektor

nikel dan logam lainnya akan terus bertambah seiring dengan peningkatan

kapasitas pabrik yang sedang dalam pembangunan.112

Selanjutnya, dalam menanggapi pemerintah Jepang yang akan meakukan

pertemuan G to G dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian MS

Hidayat memberikan usulan kepada pemerintah Jepang agar mengarahkan

perusahaan Jepang relokasi bangun pengolahan di Indonesia. Dan bila tidak ada

penyelesaian, dan tetap ingin menyelesaikan persoalan UU Minerba dengan

diwasiti oleh World Trade Organization (WTO) maka Indonesia akan sangat

siap. Meskipun Jepang memiliki hak untuk membawa masalah ini ke WTO,

menurut pandangan MS Hidayat jalan menuju persidangan inti masih panjang

dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.113

111Nur Aini, “Investasi Proyek Smelter Bernilai Ratusan Triliun”, [artikel on-line]; tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/05/08/opn7ut382-investasi-proyek-smelter-bernil

ai-ratusan-triliun; internet; diakses pada 27 September 2017. 112Aini, Investasi Proyek Smelter Bernilai Ratusan Triliun. 113Riendy Astria, “Ekspor Mineral Diperketat: Jepang Segera Lobi Indonesia,” [artikel on-line];

tersedia di http://industri.bisnis.com/read/20140319/44/212157/javascript; internet; diakses pada 27

September 2017.

Page 93: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

80

4. Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral Republik Indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik

Indonesia menolak permintaan pemerintah Jepang dalam hal memberikan

relaksasi kebijakan UU Minerba, terlebih untuk mempertimbangakan

dibentuknya rumusan kebijakan agar sementara waktu Undang-Undang Mineral

dan Batu Bara Nomor 4 Tahun 2009 tidak diberlakukan.114 Jero Wacik selaku

Menteri ESDM Republik Indonesia menegaskan bahwa ekspor mineral mentah

tetap dilarang dan itu artinya UU Minerba tetap harus dijalankan. Keputusannya

tetap, mineral yang diekspor dari Indonesia harus sesuai dengan ketentuan yang

tertuang dalam UU minerba dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.115

Jero Wacik juga menambahkan bahwa apa yang diamanatkan dalam UU

Minerba merupakan sesuatu yang sangat baik, memperkuat kedaulatan

sumberdaya alam Indonesia yang juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari

kedaulatan negara, termasuk bagaimana menciptakan perlindungan bagi

lingkungan hidup dan peningkatan nilai ekonomi secara krusial pada sektor

pertambangan mineral ditingkat nasional. Oleh karenanya, Kementerian ESDM

pun tidak memiliki alasan untuk tidak melaksankan amanat UU Minerba.116

114Gustidha Budiartie, “Kementerian Energi Tolak Permintaan Jepang Evaluasi UU Minerba,”

[artikel on-line]; tersedia di https://bisnis.tempo.co/read/357917/kementerian-energi-tolak-permintaan-

jepang-evaluasi-uu-minerba#Ak ZL AYhT7IC3DCJQ.99 diakses pada 27 September 2017. 115Lily Rusna Fajriah, “Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang,” [artikel on-line]

tersedia di https://ekbis.sindonews.com/read/841777/34/jero-kembali-tegaskan-ekspor-mineral-

mentah-dilarang-1394097022; internet; diakses pada 27 September 2017. 116Fajriah, Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang.

Page 94: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

81

Pada saat pertemuan Menteri Energi di APEC Minister Responsible for

Mining yang diadakan di Beijing Tiongkok, bahwa UU Minerba di Indonesia

menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat. Indonesia banyak mendapat

serangan terutama dari Negara Jepang dan Amerika Serikat. Namun pada

momentum tersebut Jero Wacik mewakili Pemerintah Indonesia menyatakan

tetap bertahan pada argumentasi untuk tetap memberlakukan UU Minerba.117

Pertemuan yang saaat itu dihadiri oleh berbagai negara di dunia, dengan

tegas Jero Wacik menyampaikan bahwa UU Minerba merupakan hajat besar

rakyat Indonesia yang menginginkan sumber daya alam mineral dan batu bara

dapat dikelola secara maksimal dengan mandiri. UU Minerba secara nyata

memberikan kesempatan dan peluang kepada Pemerintah Indonesia untuk

mendapatkan banyak revenue, terbukanya lapangan pekerjaan baru, dan

lingkungan juga ikut terjaga. Jero Wacik menyampaikan khusus terkait dengan

aturan lingkungan Jero Wacik akan pasang badan, pasalnya UU Minerba secara

langsung mengatur .118

Dalam kesempatan yang sama Jero Wacik juga menyampaikan dihadapan

Menteri Energi peserta APEC bahwa Indonesia tidak bisa lagi digaruh ekspor

mentah begitu saja, UU Minerba akan melarang itu semua, dan hal tersebut

sepenuhnya akan dijalankan oleh Pemerintah Indonesia tanpa ada negoisasi

sedikitpun. Meskipun pada akhirnya banyak pihak dari negara-negara yang

117Fajriah, Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang. 118Fajriah, Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang.

Page 95: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

82

memiliki kepentingan atas ekspor minerba Indonesia merasa tidak senang dan

tidak mendukung, tapi beberapa negara mendukung langka Pemerintah

Indonesia dalam menjalankan UU Minerna. Jero Wacik menambahkan sulit

kita berjuang untuk kebaikan kita, karena bagi negara-negara tertentu Indonesia

dianggap megganggu kepentingan negaranya.119

Selanjutnya, sikap serupa juga disampaikan oleh Direktur Jendral

Minerbal dan Batu bara Kementerian ESDM Republik Indonesia, Thamrin

Sihite menanggapi bahwa pengelolaan dan pengolahan sumber daya mineral di

dalam negeri akan lebih menguntungkan bagi Indonesia daripada harus

mengirim mineral dan batu bara dalam kondisi mentah ke luar negeri.

Pemerintah Indonesia juga menjanjikan adanya insentif bagi para pengusaha

tambang yang menerapkan aturan untuk mengelola sumber daya di dalam

negeri. Begitupun disinsentif juga akan diberikan bagi yang tidak menerapkan

aturan UU Minerba berupa bea keluar dan pajak progresif, yang sedang

diusulkan sebesar 15-20 persen.120

Menanggapi ancaman Jepang yang akan membawa persoalan UU

Minerba ke dalam Makamah Abritase WTO. Kementerian ESDM Republik

Indonesia telah menyiapkan kajian dan argumentasi terutama terkait dengan

UU Minerba yang disinyalir menimbulkan Hambatan Ekspor. Kementerian

119Fajriah, Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang. 120Investor Daily, “Aturan Ekspor Segera Terbit,” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3080/ Aturan-Ekspor-Batu bara-Segera-Terbit; internet; diakses

pada 27 September 2017.

Page 96: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

83

ESDM melihat bahwa pada dasarnya ada celah/peluang yang mampu

memperkuat posisi bahwa UU Minerba sama sekali tidak melanggar sesuatu

yang telah di atur dalam WTO.

Dasar argumentasi yang dipersiapkan bermula karena WTO belum

memiliki aturan yang tegas terkait pengenaan pajak ekspor.121 Salah satu celah

untuk tetap dapat memberlakukan pengendalian ekspor gas dan batu bara

adalah dengan menggunakan dasar dari Artikel XX, GATT (General

Agreement on Tariffs and Trade) tentang General Exception yang

memungkinkan pengecualian:

“Subject to the requirement that such measures are not applied in a

manner which would constitute a means of arbitrary or unjustifiable

discrimination between countries where the same conditions prevail, or a

disguised restriction on international trade, nothing in this Agreement

shall be construed to prevent the adoption or enforcement by any

contracting party of measures”

Adapun Beberapa butir dalam Artikel XX cukup relevan dengan dasar

pengendalian ekspor minerba.

Pada butir (b) tertulis:

(b) necessary to protect human, animal or plant life or health.

Dalam butir (b) dijelaskan bahwa kegiatan pertambangan yang dilakukan

secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar internasional dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan.

121Mujiyanto, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan

Perekonomian Nasional,19-21.

Page 97: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

84

Pada butir (g) tertulis:

(g) relating to the conservation of exhaustible natural resources if such

measures are made effective in conjunction with restrictions on domestic

production or consumption.

Dalam butir (g) diterangkan bahwa mineral adalah sumber daya yang

tidak terbarukan dan dapat habis di masa depan. Selain itu, dalam komoditas

mineral utama yang diekspor dapat saja terdapat kandungan mineral lain

(mineral ikutan) yang terbatas ketersediaannya atau bahkan dapat dikategorikan

langka.

Pada butir (i) dan (j) tertulis:

(i) involving restrictions on exports of domestic materials necessary to

ensure essential quantities of such materials to a domestic processing

industry during periods when the domestic price of such materials is held

below the world price as part of a governmental stabilization plan;

Provided that such restrictions shall not operate to increase the exports

of or the protection afforded to such domestic industry, and shall not

depart from the provisions of this Agreement relating to non-

discrimination.

(j) essential to the acquisition or distribution of products in general or

local short supply; Provided that any such measures shall be consistent

with the principle that all contracting parties are entitled to an equitable

share of the international supply of such products, and that any such

measures, which are inconsistent with the other provisions of the

Agreement shall be discontinued as soon as the conditions giving rise to

them have ceased to exist. The CONTRACTING PARTIES shall review

the need for this sub-paragraph not later than 30 June 1960.

Dalam butir (i) dan (j) menyimpulkan dimana pengendalian ekspor gas

dan batu bara diperlukan untuk mencukupi kebutuhan industri domestik jika

harga internasional bahan mentah lebih tinggi dibanding harga domestik.

Selain itu tahun 2003-2009 banyak negara dari dunia ketiga menerapkan

kebijakan pajak ekspor, bahkan jumlah negara yang melakukan kebijakan pajak

Page 98: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

85

ekspor secara prosentase relatif meningkat tajam. Kebijakan tersebut diterapkan

terhadap komoditas hasil pertambangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan

terutama jika komoditas tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah.122

Bahkan China sebagai produsen utama mineral mentah dunia

memberlakukan kebijakan proteksi terhadap mineral mentahnya dengan cara

membatasi kuota ekspor bagi negara-negara importir mineral China. Kebijakan

ini membuat Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Meksiko mengajukan gugatan

terhadap China untuk diselesaikan melalui WTO. Badan Banding WTO

mengeluarkan keputusan yang menyatakan China bersalah karena melanggar

kesepakatan WTO untuk menghilangkan hambatan perdagangan.123

China menjalankan keputusan ini, namun China tetap melakukan

kebijakan proteksi pada mineral lain yang lebih langka. Hal ini menunjukkan

bagaimana Pemerintah China juga merespon keputusan WTO mengenai

pembatasan mineral mentah yang dilakukannya dengan menggunakan

kedaulatan ekonomi dan kedaulatan akan sumber daya alam sebagai alasan

tindakan proteksi tersebut.124

Namun demikian terkait dengan tinjauan kebijakan UU Minerba dengan

aturan main di dalam WTO, melalui Bapak Sony selaku pihak yang berwenang

dalam menjalankan regulasi UU Minerba di lingkungan Kementerian ESDM

122122Mujiyanto, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM

dan Perekonomian Nasional, 15. 123Mujiyanto, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan

Perekonomian Nasional, 21. 124Mujiyanto, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan

Perekonomian Nasional, 21.

Page 99: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

86

telah mengkonfirmasi bahwa pada dasarnya dalam seluruh pasal pada UU

Minerba maupun kebijakan Pemerintah Indonesia lainnya yang merupakan

turunan dari UU Minerba, baik yang keluar dalam bentuk Peraturan Menteri

maupun Peraturan Pemerintah, tidak satupun yang bisa dikategorikan

melanggar aturan WTO. Hal ini dikarenakan kebijakan atau regulasi yang

ditetapkan adalah kewajibannya untuk memurnikan mineral bukan melarang

ekspor mineral. Adapun suatu negara diperbolehkan mengatur kualifikasi

barang seperti apa yang boleh atau layak dijual atau diekspor keluar negeri,

bukan berarti kita melarang. Dan kebijakan itu merupakan hak suatu negara

untuk kebutuhan industri domestiknya dan mengatur kedaulatan kita agar

industri di dalam negeri juga bisa berkembang.125

Oleh karena itu, menurut Sony untuk merespon sikap Pemerintah Jepang

yang mempermaslahan UU Minerba, Pemerintah Indonesia khususnya

Kementerian ESDM Republik Indonesia hanya perlu untuk tetap konsisten

dengan penerapan kebijakan UU Minerba. Dan jika Jepang merasa bahwa tidak

ada pasokan ore lagi dari Indonesia seperti dulu, Kementerian ESDM Republik

Indonesa hanya akan mempersilahkan Jepang untuk berinvestasi di

Indonesia.126

125Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Staf Ahli Bagian Hukum dan Perundang-

Undangan Kementerian ESDM Republik Indonesia, Sony Heru Prasetyo. 126Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Staf Ahli Bagian Hukum dan Perundang-

Undangan Kementerian ESDM Republik Indonesia, Sony Heru Prasetyo.

Page 100: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

87

B. Analisa Kebijakan Luar Negeri Indonesia ke Jepang: Pendekatan

Organization Process Model, Kepentingan Nasional, dan Konsep Non Zero

Sum Game.

Sesuai dengan pembahasan pada BAB I bahwa Pemerintah Indonesia

mengambil alternatif kebijakan luar negeri yang kedua yaitu Pemerintah Indonesia

membuka ruang diplomasi untuk terus berupaya memberikan pengertian

kepada Pemerintah Jepang agar tetap mengikuti apa yang sudah menjadi

ketetapan Pemerintah Indonesia dalam UU Minerba. Dalam penelitian kali ini

kebijakan luar negeri yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dapat dianalisa dengan

menggunakan Konsep Kepentingan Nasional dan Organization Process Model atau

Organization Behavior Paradigm.

1. Kepentingan Nasional

Meskipun Konsep Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional

tidak memiliki standar definisi umum yang bisa digunakan, dalam buku yang

Scott Burchil dalam bukunya yang berjudul National Interest in International

Theory, menerangkan bahwa kepentingan nasional pada suatu negara biasanya

didasari atas kondisi internalnya, baik dari kondisi politik-ekonomi, ideologi,

militer, dan sosial-budaya atau hal-hal lain yang menjadi kepentingan

negaranya.

Kepentingan Nasional juga dapat dipahami sebagai tujuan yang ingin

dicapai sehubungan dengan kebutuhan dan hal-hal yang dicita-citakan oleh

Page 101: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

88

suatu bangsa atau negara. Bence Nemeth menyatakan bahwa terdapat pola yang

paling umum dalam merumuskan kepentingan nasionalnya dalam konteks

pendekatan kebijakan luar negeri, yaitu kepentingan nasional di bidang

keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity).

Yang dimaksud dengan Kepentingan Nasional dibidang keamanan yaitu

negara sebagai aktor internasional dalam menghasilkan kebijakan luar negeri

harus mampu menjamin security dengan konteks yang sangat luas. Artinya

tidak hanya menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat hard security (Ancaman

Perang), tapi juga harus mampu menjamin keamanan dari kejahatan

transnasional, ekonomi, energi, pangan, dan kesehatan. Adapun Kepentingan

Nasional dibidang kesejahteraan mengarah kepada bagaimana kebijakan luar

negeri suatu negara mampu mengupayakan pertumbuhan ekonomi, menjaga

iklim investasi yang baik, sehingga mampu menghadirkan pemerataan

kesejahteraan bagi negara dan rakyatnya.

Narasi yang dibangun oleh Bence Nemeth sejalan dengan langkah

kebijakan luar negeri Indonesia yang diatur dalam UU Minerba dan peraturan

turunannya. Larangan ekspor hasil produksi tambang mineral dan batu bara

yang masih dalam kondisi mentah serta kewajiban divestasi saham atas

investasi pabrik smelter kepada Pemerintah Indonesia secara bertahap,

merupakan upaya Pemerintah Indonesia dalam mengontrol penggunaan

kekayaan sumber daya alam dan energi serta upaya dalam mencapai tujuan

diversifikasi ekonomi pada sektor pertambangan. Adapun langkah Diversifikasi

Page 102: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

89

Ekonomi pada sektor pertambangan merupakan strategi yang banyak digunakan

oleh negara-negara yang kaya akan sumber daya alam dalam meningkatkan

energy and economic security.

Pada kebijakan luar negeri yang diambil oleh Pemerintah Indonesia

dalam merespon protes Pemerintah Jepang terhadap penerapan kebijakan UU

Minerba, tentu senada dengan apa yang disebut oleh Bence Nemeth bahwa

kebijakan luar negeri suatu negara pada umumnya juga dapat didasarkan atas

tujuan kesejahteraan (prosperity) rakyatnya. Telah dijelaskan pada bab kedua

bahwa penerapan kebijakan UU Minerba membawa multiplayer effect seperti

penambahan postur pendapatan negara dari sektor bukan pajak, penjaringan

investasi big fish, dan penyerapan tenaga kerja. Dalam pokok-pokok pemikiran

UU Minerba juga telah disinggung bahwa usaha pertambangan harus memberi

manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat

Indonesia.

Langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk tetap

menjalankan regulasi yang telah diatur dalam UU Minerba sekaligus

memberikan ruang bagi Pemerintah Jepang untuk berdiplomasi, telah sesuai

dengan konsep yang diajukan oleh Bence Nemeth dimana kebijakan luar negeri

yang dihasilkan oleh suatu negara harus mampu memiliki tujuan untuk

menjamin security dan prosperity.

Page 103: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

90

2. Organization Process Model

Sebagaimana gagasan yang ditawarkan oleh OPM, bahwa sebuah

kebijakan luar negeri merupakan output yang dihasilkan oleh proses badan atau

organisasi pemerintahan yang sesuai dengan SOP, kepentingan nasional, tujuan

dan sasaran kebijakan. Senada dengan fakta bahwa proses perumusan kebijakan

luar negeri Pemerintah Indonesia dalam merespon protes Pemerintah Jepang

atas penerapan kebijakan UU Minerba, merupakan output dari empat

kementerian di bawah Pemerintah Indonesia. Masing-masing kementerian

melakukan proses analisa dan memberikan argumennya atas permsalahan UU

Minerba yang diangkat dalam penelitian kali ini.

Konsep ini dioperasionalkan melalui dua mekanisme proses analisa, yang

pertama adalah preposisi umum dan yang kedua adalah konderasi khusus.

Disebutkan dalam preposi umum bahwa perilaku internasional atau kebijakan

luar negeri yang diambil oleh suatu negara merupakan output dari kinerja

organisasi yang saling berkonstelasi dan terhubung satu sama lain sesuai

dengan SOP yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan saling

berkonstelasi adalah dimana badan atau organisasi pemerintah yang saling

terlibat dalam proses perumusan kebijakan luar negeri bukan satu entitas yang

memiliki kesamaan visi misi, target pencapain kinerja, dan SOP. Namun

demikian entitas yang berbeda mereka saling berkolaborasi, mengumpulkan

data dan informasi, serta saling berkoordinasi dan terintegrasi satu sama lain.

Page 104: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

91

Dalam preposisi juga disebutkan bahwa dominasi peran dalam

mengambil kebijakan Luar Negeri tidak lagi terpusat pada pemimpin negara

(Presiden atau Perdana Menteri) melainkan diserahkan kepada proses

operasional kinerja badan/organisasi di bawah pemerintah yaitu kementerian.

Meskipun pada dasarnya pemimpin negara tetap memberikan arahan dan

batasan umum yang disesuaikan dengan kepentingan nasional.

Penerapan preposisi umum yang dikonsepsikan oleh OPM tentu dapat

kita temukan pada mekanisme kerja yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia

dengan menitikberatkan keterlibatan empat kementerian yang saling

berkonstelasi dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Adapun peran Presiden

Republik Indonesia bahkan tidak dominan atau malah tidak terlihat sama sekali.

Bahkan jika dilihat dari fakta yang telah dipaparkan sebelumnya, Pemerintah

Jepang tidak cukup hanya berkunjung kepada satu kementerian yang ada di

dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia, meskipun pada akhirnya Pemerintah

Jepang tetap tidak mendapatkan keinginannya untuk bisa mendapatkan

relaksasi daripada penerapan kebijakan UU Minerba.

Peristiwa ini menunjukan bahwa empat kementerian dibawah

Pemerintahan Indonesia merupakan entitas yang berbeda dan saling

berkonstelasi dalam proses perumusan kebijakan luar negeri. Argumentasi-

argumentasi yang telah dibangun juga menunjukan bahwa empat entitas yang

saling berkonstelasi tetap pada jalur koordinasi yang saling terintegrasi dengan

payung besarnya adalah UU Minerba.

Page 105: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

92

Setelah selesai dengan preposisi umum, OPM melanjutkan mekanisme

analisa melalui konsederasi khusus dimana dalam meknisme ini setiap

badan/organisasi di bawah pemerintahan disuatu negara tidak bersifat monolitik

terhadap pemimpin, akan tetapi mereka merupakan aktor yang saling

berkonstelasi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan kata lain OPM

hanya dapat diaplikasikan untuk negara-negara yang menganut faham

demokrasi dalam menjalankan sistem politik dan pemerintahannya. Karena

konsep OPM hanya diaplikasikan untuk peristiwa yang mengikutsertakan peran

dari berbagai badan/organisasi di bawah pemerintah dalam menghadapi suatu

permasalahan Politik Luar Negeri. Karena proses analisa dalam model ini

menuntut adanya fraksinasi kekuasaan dan desentralisasi tanggung jawab yang

didistribusikan kepada setiap badan/organisasi yang memiliki kewenangan

terhadap isu permasalahan Politik Luar Negeri suatu negara. Intinya model ini

memastikan bahwa fungsi masing-masing organisasi dalam menghadapi

persoalan politik luar negeri berjalan dengan baik, sesuai dengan visi-misi,

program, SOP, dan target capaian kinerja.

Pernyataan ini dapat dibuktikan melalui sistem presidensial yang

dijalankan oleh Pemerintah Indonesia. Kebijakan UU Minerba yang disahkan

melalui badan legislatif lalu secara teknis pelaksanaan diturunkakan kepada

badan eksekutif. Dan dalam hal penanganan kasus protes Jepang terhadap UU

Minerba melibatkan peran kementerian yang juga menunjukan bahwa fungsi

organiasi berjalan dengan sangat baik. Adanya pengaplikasian sistem

Page 106: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

93

presidensial yang cukup baik dan dijalankannya fungsi birokrasi pemerintahan

secara sistemis menjadikan peran sentral individu presiden tidak terlalu

dominan dan terjadi fraksinasi kekuasaan.

Page 107: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan UU Minerba mewajibkan proses pemurnian mineral dilakukan di

dalam negeri dan menutup kegiatan ekspor mineral mentah dari Indonesia. Kebikan

ini membuat berbagai industri vital seperti industri manufaktur dan stainless steel di

Jepang merasa terancam karena kesulitan mendapat pasokan bahan baku. Kita ketahui

bersama bahwa Jepang merupakan salah satu rumah terbesar bagi industri manufaktur

dan stainless steel di dunia, sekitar 44-53% pasokan bahan bakunya di impor dari

Indonesia.

Di sisi lain pada ada saat yang bersamaan kebijakan UU Minerba memicu

potensi kenaikan harga nikel dunia sebesar 17% menjadi US$ 20.000 per metrik ton.

Hal ini disebabkan terbentuknya titik keseimbangan baru sebagai akibat dari

hilangnya peredaran komoditas nikel yang berasal dari Indonesia untuk mensupply

kebutuhan nikel dunia. Karena bagaimanapun Indonesia merupakan negara kedua

sebagai negara dengan hasil produksi nikel terbesar di dunia.

Secara resmi Direktur Umum Industri Manufaktur Kementerian Perdagangan

Jepang, Takayuki Ueda, menyatakan setidaknya terdapat 53 perusahaan Jepang

terancam melakukan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran dan

memungkinkan akan menghadapi kondisi terburuknya, yaitu kebangkrutan akibat

penerapan kebijakan UU Minerba oleh Pemerintah Indonesia. Sealnjutnya Tosiho

Nakamura selaku Manajer Umum Bahan Baku Logam Mitsui & Co menyatakan

Page 108: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

95

bahwa tidak ada negara lain yang mampu menggantikan posisi Indonesia dalam

memenuhi pasokan mineral mentah dan batu bara yang dibutuhkan oleh Jepang, baik

secara kuantitas maupun kualitas.

Melihat industri vital yang terancam eksistensinya, Pemerintah Jepang

memutuskan untuk mengambil sikap dan kebijakan luar negeri yang menolak UU

Minerba, dan secara sigap untuk sementara waktu 50% kebutuhan impor bahan baku,

terutama nikel dialihkan ke Filiphina agar terhindar dari kemungkinan buruk yang

akan terjadi. Pernyataan sikap dan kebijakan luar negeri Pemerintah Jepang yang

menolak UU Minerba ditunjukan dengan berbagai cara, seperti dalam bentuk

penolakan resmi melalui surat yang dilayangkan kepada Presiden Republik Indonesia,

protes keras daam forum internasional APEC, aktivitas negoisasi diberbagai level

atau forum diplomasi, dan bahkan ancaman akan membawa persoalan ini untuk

diselesaikan melalui mekanisme DSB WTO.

Fakta ini menunjukan bahwa betapa Pemerintah Jepang mendesak agar

Pemerintah Indonesia melakukan relaksasi kebijakan UU Minerba, karena penerapan

kebijakan UU Minerba berada pada posisi yang mengancam kepentingan nasional

Jepang di bidang ekonomi. Meskipun demikian, bagi Pemerintah Indonesia

menerapkan kebijakan UU Minerba juga merupaka agenda kepentingan nasional

yang tidak bisa ditunda lagi pelaksanaannya. Tenggat waktu lima tahun dari

pengesahan hingga pelaksanaan kebijakan UU Minerba merupakan waktu yang

sengaja diberikan agar semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap tambang

mineral dan batu bara di Indonesia agar mempersiapkan diri dengan regulasi yang

Page 109: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

96

baru, salah satunya dengan melakukan investasi dengan membangun pabrik smelter

di Indonesia.

Adanya kegiatan pengolahan dan pemurnian sumber daya mineral di Indonesia

akan memberikan multiplayer effect yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat

dan pendapatan negara. Secara teknis keuntungan yang akan didapatkan dari

diterapkannya UU Minerba adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan sektor investasi, Pengembangan Teknologi dan Sumber

Daya Manusia untuk pengolahan Industri Hilirisasi pertambangan

mineral.

2. Adanya potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 2 juta.

3. Mengembangkan Perekonomian Daerah dengan munculnya industri

pendukung untuk menjalankan consist business dari industri induk

hilirisasi.

4. Menigkatnya Pendapatan Negara dan Cadangan Devisa dari Komoditas

Mineral.

5. Menjadi negara yang memiliki keunggulan dalam industri pengolahan

mineral.

Kelima poin diatas merupakan gambaran ideal yang akan Pemerintah Indonesia

dapatkan apabila secara konsisten menjalankan amanat UU Minerba. Oleh sebab itu

melihat dari sisi keuntungan yang akan didapat, maka dalam menanggapi protes

Pemerintah Jepang Pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan luar negeri,

yaitu kebijakan untuk memberi ruang diplomasi bagi Pemerintah Jepang dalam

Page 110: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

97

upayanya merajuk Pemerintah Indonesia agar mendapat relaksasi kebijakan UU

Minerba, namun Pemerintah Indonesia pada dasarnya akan tetap konsisten dalam

menjalankan amanat UU Minerba. Kebijakan ini diambil atas pertimbangan

kepentingan nasional dan hasil proses output dari kementerian yang terlibat

dalam menjalankan amanat UU Minerba.

UU Minerba secara efektif menjadi salah satu agenda kepentingan nasional bagi

Pemerintah Indonesia karena dilatarbelakangi oleh fakta bahwa UU Minerba

merupakan pengewejantahan pasal 33 dari konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD

1945. Sebagai negara yang berdaulat sudah menjadi keharusan bagi Pemerintah

Indonesia dalam membuat regulasi dan kebijakan harus sesuai dengan amanat

konstitusi negaranya. Termasuk dalam kebijakan mengelola seluruh potensi sumber

daya dan cadangan mineral dan batu bara yang sangat berlimpah dan bernilai

ekonomi sangat tinggi. Terlebih mineral dan batu bara merupakan sumber daya alam

yang tidak terbarukan sehingga harus dikelola secara bijak oleh Pemerintah Indonesia

agar dikemudian hari dapat memberikan kesejahteraan dan kemajuan bagi rakyatnya.

Konsistensi Pemerintah Indonesia dalam penerapan kebijakan UU Minerba

yang menutup keran ekspor bahan mentah dan mewajibkan adanya proses pemurnian

di dalam negeri sebelum diekspor untuk seluruh jenis tambang mineral dan batu bara,

merupakan bentuk kebijakan luar negeri dalam konteks mempertahankan kepentingan

nasional. Karena dengan demikian Pemerintah Indonesia 5-10 tahun terhitung dari

diberlakukannya UU Minerba akan merasakan manfaat dari multiplayer effect secara

ideal seperti lima poin diatas. Tentu ini senada dengan konsep kepentingan nasional

Page 111: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

98

dalam studi hubungan internasional yang menyatakan bahwa suatu negara harus

menjamin kepentingan nasional di bidang keamanan (security) dan kesejahteraan

(prosperity) melalui politik maupun kebijakan luar negerinya.

Adapun mengenai ruang diplomasi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia

untuk Pemerintah Jepang, merupakan bentuk apresiasi dan juga dalam rangka

mempertahankan kepentingan nasional Pemerintah Indonesia mengenai kemitraan

strategis dan hubungan bilateral yang selama ini dibangun secara harmonis sehingga

memberikan banyak manfaaat terutama dalam menyokong pembangunan Indonesia

pada sektor-sektor strategis ditingkat nasional. Seperti pengembangan teknologi

transportasi, industri manufaktur, industri pengolahan, dan pengembangan. Meskipun

sejak awal Pemerintah Indonesia menutup rapat-rapat kesempatan Pemerintah Jepang

mendapat kebijakan relaksasi UU Minerba.

Ruang diplomasi juga digunakan oleh Pemerintah Indonesia sebagai instrumen

pada setiap kesempatan pertemuan dengan delegasi resmi Pemerintah Jepang untuk

menjelaskan dan memberikan pengertian bahwa UU Minerba sudah menjadi

kebutuhan nasional yang tidak bisa lagi ditunda pelaksanaannya. Pemerintah

Indonesia juga menyarankan bahwa sudah saatnya Pemerintah atau pihak swasta

Jepang ikut berperan dalam pembangunan pabrik smelter. Caranya adalah dengan

memberikan dukungan melalui investasi. Dengan demikian secara otomatis

Pemerintah atau Pihak Swasta Jepang secara langsung akan memperoleh keuntungan

dalam proses bisnis yang dikembangkan pada pembangunan smelter. Hingga akhir

tahun 2014 dimana Pemerintah Jepang tidak lagi mempersoalkan kebijakan UU

Page 112: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

99

Minerba, Pemerintah Indonesia tetap pada posisinya menjalankan amanat UU

Minerba.

Selain pertimbangan faktor kepentingan nasional, proses output dari empat

kementerian Republik Indonesia baik yang terlibat secara langsung maupun hanya

menjadi korespondensi dalam menjalankan amanat UU Minerba juga menjadi faktor

penting dalam menyusun kerangka kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia pada

kasus UU Minerba yang diangkat oleh Jepang. Fakta-fakta yang ada menunjukan

bahwa peran kepala negara atau pemerintahan telah terfraksinasi pada level

kementerian, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri, Kementerian ESDM,

Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian.

Meskipun setiap kementerian yang ikut terlibat dalam merespon protes Jepang

atas UU Minerba membangun argumentasinya masing-masing, semuanya

terkoordinasi dan terintegrasi dengan sangat baik. Kebijakan yang dikeluarkan oleh

masing-masing kementerian arahnya adalah Pemerintah Indonesia harus tetap

konsisten dalam menjalankan penerapan kebijakan UU Minerba dan aturan

turunannya yang membahas teknis pelaksanaan. Hal ini menunjukan bahwa kerja

organisasi dibawah pemerintahan telah berjalan efektif sesuai dengan visi-misi dan

target capaian kerja masing-masing kementerian secara garis besar sesuai dengan

arahan konstitusi UUD 1945 dan regulasi yang telah ditetapkan melalaui Undang-

Undang maupun Peraturan Pemerintah. Fakta ini tentu senada dengan proses

operasional preposisi umum yang digagas oleh Graham T. Allison dalam konsep

Organization Process Model.

Page 113: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

100

B. Saran

Penulis berharap tema tentang dinamika perdagangan antara Indonesia dengan

negara-negara lain dapat terus diproduksi oleh para kalangan akademisi dikarenakan

pentingnya sumbangsih ide dari para ahli kepada negaranya sehingga mampu

mendatangkan opsi kebijakan yang tepat dan efektif bagi negara dan bangsa.

Khususnya dalam sektor vital bagi negara seperti pengelolaan sumber daya mineral

dan batu bara, minyak dan gas, serta lain sebagainya.

Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan bukan hanya mampu membuka

cakrawala dan analisa kebijakan yang dilakukan oleh Indonesia terhadap respon

Jepang, melainkan juga dapat membangun kesadaran kolektif bagi seluruh elemen

bangsa untuk ikutserta mengawal dan menjadi pioner bagi pemanfaatan sumber daya

alam yang sebesar-besarnya untuk rakyat tanp juga menafikan hubungan baik dengan

negara sahabat.

Akhirnya, penulis menyarankan bagi para pembaca agar dapat terus

mengelaborasi ide-ide yang linear dengan topik ini. Penulis juga mengharapkan

adanya sumbangsih saran yang konstruktif dari para pembaca sehingga timbul

perbaikan dalam penyusunan penelitian ilmiah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi

seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara.

Page 114: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal/Artikel

Allison, Graham Tillet, dan Zelikow, Philip David, Essence of Decision: Explaining

the Cuban Missile Crisis. New York: Longman,1999.

Bakri, Deni. Hak Penguasaan Negara Dalam Bidang Pertambangan Mineral dan

Batu bara. Depok: Universitas Indonesia 2013.

Bjola, Corneliu, and Kornprobst, Markus, Understanding International Diplomacy:

Theory, practice, and ethics. New York: Routledge, 2013.

Burchil, Scott, National Interest in International Theory. New York: Palgrave

Macmillan, 2005.

Darmono, Djoko, Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa: Sejarah Pertambangan dan

Energi Indonesia. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,

2009.

John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design. Thousand Oaks, CA:

Sage, 2007.

John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Aproaches.

Thousand Oaks CA: SAGE Publications, Inc., 1994.

Mahmud, Teuku Mufizar, “Membangun Smelter Tidak Mudah” Halo Vale, April

2014, 16.

Mahmud, Teuku Mufizar, “Setelah Lima Tahun Menunggu” Halo Vale, April 2014,

9.

Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi

Dictionary. Jakarta: LP3ES, 1990.

Nemeth, Bence, The Highly Important, Non-Existent National Interest. Budapest:

Central European University, 2009.

Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Kencana, 2007.

Page 115: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xiv

Tauhid, Indra. “Optimalisasi Penerimaan Negara Sektor Minerba”, ESDMMAG, edisi

03 2014, 14-16.

______TEXT OF ARTICLE XIII AND RELEVANT INTERPRETATIVE NOTES

1, 2 Article XIII Non-Discriminatory Administration of Quantitative

Restrictions.

Dokumen Elektronik

Adam, Lukman, “Kebijakan Mineral Dan Batu bara di Indonesia,” [artikel on-line];

tersedia di, http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-

14-II-P3DI-Juli-2014-68.pdf, 15; internet; diakses pada 03 April 2017.

Aini, Nur, “Investasi Proyek Smelter Bernilai Ratusan Triliun”, [artikel on-line];

tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/05/08/opn7ut382-

investasi-proyek-smelter-bernil ai-ratusan-triliun; internet; diakses pada 27

September 2017.

Akasyah, Teguh Y, “UU Minerba Tingkatkan Nilai Tambah Mineral,” [artikel on-

line]; tersedia di http://www.itb.ac.id/news/4191.xhtml; Internet; diakses pada

10 Juni 2016.

Akhir, Dani Jumadil, “Diprotes Jepang, RI Tetap Jalankan UU Minerba,” [artikel on-

line]; tersedia di

http://economy.okezone.com/read/2014/04/02/19/964439/diprotes-jepang-ri-

tetap-jalankan-uu-minerba,; internet; diakses pada 12 Juni 2017.

Amri, Asnil Bambani, "Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO" [artikel on-line];

tersedia di

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/06/12/15422779/Jepang.Ancam.S

eret.Indonesia.ke.WTO; internet; diakses pada 23 Maret 2018.

Angriani, Desi, “Temui Jokowi, Menlu Jepang Minta Renegoisasi UU Minerba,”

[artikel on-line]; tersedia di

http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/08/12/276438/temui-jokowi-menlu-

jepang-minta-renegoisasi si-uu-minerba; internet; diakses pada 24 Maret 2017.

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Analisis Dampak

Kebijakan Larangan Ekspor Raw Material Tambang Mineral dan Batu bara.

Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan

Page 116: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xv

RI, 2015. Database on-line. Tersedia di

http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/02/02/analisis-dampak-kebijakan-

1422852872.pdf,

Badan Standarisasi Nasional. Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan,

Amandemen 1. Jakarta: Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/SNI%2013-

7261998_Klasifikasi%20Sumberdaya%20Mineral%20dan%20Cadanga n_pdf.

Baiquni Ahmad, “Jepang tak punya celah gugat Indonesia soal UU Minerba,” [artikel

on-line]; tersedia di https://www.merdeka.com/uang/jepang-tak-punya-celah-

gugat-indonesia-soal-uu-minerba. html,;internet; diakses pada 11 Juni 2017.

BAPPENAS, “Pertambangan dan Energi,” [artikel on-line]; tersedia di http://www.

bappenas.go.id/index.php/download_file/view/9020/231; internet; diakses pada

10 September 2016.

Bisnis Indonesia, “Semua Perusahaan Harus Patuhi UU Minerba,” [artikel on-line];

tersedia di http://www.kemenperin.go.id/artikel/6124/Semua-Perusahaan-

Harus-Patuhi-UU-Minerba.; internet; diakses pada 28 September 2017.

Budiartie, Gustidha, “Kementerian Energi Tolak Permintaan Jepang Evaluasi UU

Minerba,” [artikel on-line]; tersedia di

https://bisnis.tempo.co/read/357917/kementerian-energi-tolak-permintaan-

jepang-evaluasi-uu-minerba#Ak ZL AYhT7IC3DCJQ.99 diakses pada 27

September 2017.

Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI, Kajian Supply Demand

Mineral Tahun 2012. Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan

Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

https://www.esdm.go.id/assets/media

/content/Supply_demand_mineral_2012.pdf.

Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI. Peta Sebaran Fasilitas

Pengolahan dan Pemurnian. Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi

Energi Dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM RI. Database on-line.

tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/library/content/file/28935Peta/04e44853a31fe

7ce2d0850df3eaf1ddd2014-03-26-10-21-19.pdf.

Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM RI. Kajian Supply Demand

Mineral Tahun 2013. Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan

Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

Page 117: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xvi

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Supply_demand_mineral_2013.p

df.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM RI, Mineral and Coal

2013. Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya

Mineral Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/library/content/file/28935-

Publikasi/ef1034f994c53744 277e2889b2f6dc5f2015-01-30-13-56-35.pdf.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM. Laporan Kinerja

Tahun 2015. Jakarta: Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber

Daya Mineral Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

https://www.minerba.esdm.go.id/library/publish/LAKIN%20

MINERBA%202015. pdf.

Djumena, Erlangga, "Jepang Ancam Seret Indonesia ke WTO," [berita on-line],

tersedia di

https://ekonomi.kompas.com/read/2012/06/12/15422779/Jepang.Ancam.Seret.I

ndonesia.ke.WTO; Internet; diakses pada 17 Juni 2016.

Fajriah, Lily Rusna, “Jero kembali tegaskan ekspor mineral mentah dilarang,” [artikel

on-line] tersedia di https://ekbis.sindonews.com/read/841777/34/jero-kembali-

tegaskan-ekspor-mineral-mentah-dilarang-1394097022; internet; diakses pada

27 September 2017.

Harian Rakyat Merdeka, “Dilobi Dubes Katori, Menteri Hidayat Tolak Kabulkan

Permintaan Jepang” [berita on-line]; tersedia di

www.kemenperin.go.id/artikel/8851/Dilobi-Dubes-Katori,-Menteri-Hidayat-

Tolak-Kabulkan-Perminta an-Jepang; internet; diakses pada tanggal 10 Juni

2016.

Indonesia Investment, “Batu bara,” [artikel on-line]; tersedia di

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-

bara/item236?.; internet; diakses pada 02 April 2018.

Investor Daily, “Aturan Ekspor Segera Terbit,” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3080/ Aturan-Ekspor-Batu bara-Segera-

Terbit; internet; diakses pada 27 September 2017.

Kandi, Rosmiyati D, “Realisasi Investasi Smelter Tahun Ini Jauh dari Target,”

[artikel on-line]; tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141222084036-85-19657/realisasi-

investasi-smelter-tahun-ini-jauh-dari-target; internet;

Page 118: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xvii

Kartasasmita, Ginandjar, “Indonesia and Japan – 50 years of partnership” [artikel on-

line]; tersedia di http://www.id.emb-

japan.go.jp/oda/en/topics_ginanjar.htm#top; internet; diakses pada tanggal 02

Desember 2016.

Kementerian ESDM RI. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

KESDM 2011. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi Dan

Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

http://kip.esdm.go.id/kipbaru/images/program_kerja/laporan

_kinerja/laporan_kinerja03.pdf.

Kementerian ESDM RI, “Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) Ditjen Mineral dan

Batu bara Kementerian ESDM Republik Indonesia,” [artikel on-line]; tersedia

di https://www.minerba.esdm.go.id/public/20196c/Penetapan-Wilayah-

Pertambangan-(WP); internet; diakses pada 30 April 2017.

Killiches Franziska, “Fragmentation or Cooperation in Global Resource Governance?

A Comparative Analysis of the Raw Materials Strategies of the G20,” [research

paper on-line]; tersedia di https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/research_papers/2013_RP01_hlp_mdn

.pdf, 88; Internet; diakses pada 17 Juni 2016.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Background Paper Analisis Kppu Terhadap

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan

Batu bara,” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_minerba.pdf,

; internet; diakses pada 5 Mei 2017.

Latif, Syahid dan Kurniawan, Iwan, “RI Tolak Minat Jepang Impor Bahan

Tambang,” [artikel on-line]; tersedia di

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/249569-ri-tolak-minat-jepang-impor-

bahan-tambang; internet; diakses pada 12 Juni 2017.

Martinus Siswanto Prajogo, “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Unviersal dan

penerapannya oleh Amerika Serikat di Indonesia,” [artikel on-line]; tersedia di

http://strahan.kemhan.go.id/media/files/kepentingan-nasional.pdf.; internet;

diunduh pada 15 April 2016.

Mujiyanto, Sugeng. Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus

Provinsi Sulawesi Tenggara. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi

Kementerian ESDM RI, 2015 Buku on-line. tersedia di

Page 119: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xviii

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-

Dampak_Pembangunan_Smelter_di_Kawasan_Ekonomi_Khusus_(Studi_Kasu

s_Provinsi_Sulawesi_Tenggara).pdf.

Mujiyanto, Sugeng, Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan

Sektor ESDM dan Perekonomian Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi

Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral, 2015. Buku on-line tersedia di

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-

Dampak_Pembatasan_Ekspor_Bijih_Besi_

Terhadap_Penerimaan_Sektor_ESDM_dan_Perekonomian_Nasional.pdf.

Pasopati, Giras, “Kemendag: Indonesia-Jepang Sudah Berdamai Soal Ekspor

Minerba,” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141203164332-92-15630/kemendag-

indonesia-jepang-sudah-berdamai-soal-ekspor-minerba; internet; diakses pada

11 Juni 2017.

Pusat Sumber Daya Mineral, Batu bara dan Panas Bumi. Laporan Pemuktahiran

Data dan Neraca Sumber Daya Mineral, T.A 2013. Jakarta: Kementerian

ESDM RI. Database on-line. Tersedia di

http://psdg.bgl.esdm.go.id/Neraca/NeracaMineral 214.pdf.

Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian

ESDM RI “Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan

Sektor ESDM dan Perekonomian Nasional,” [database on-line]; tersedia di

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEIDampak_Pembatasan_Ekspor

_Bijih_Besi_Terhadap_Penerimaan_Sektor_ESDM_dan_Perekonomian_Nasio

nal.pdf,; internet; diakses pada 05 Desember 2017.

Putra, Idris Rusadi, “Jero Wacik: AS dan Jepang tidak suka pada UU Minerba”

[berita on-line]; tersedia di http://www.merdeka.com/uang/jero-wacik-as-dan-

jepang-tidak-suka-pada-uu-minerba.html; internet; diakses pada tanggal 11

September 2016.

Putra, Idris Rusadi, “Jepang ngotot lobi Indonesia soal UU Minerba Indonesia,”

[berita on-line]; tersedia di http://www.merdeka.com/uang/jepang-ngotot-lobi-

indonesia-soal-uu-minerba-indonesia.html; Internet; diakses pada 17 Juni 2016.

Redaksi Detik, “Menlu Indonesia-Jepang Bahas UU Minerba hingga Konflik

Gaza,”[artikel on-line]; tersedia di

https://news.detik.com/berita/2660396/menlu-indonesia-jepang-bahas-uu-

minerba-hingga-konflik-gaza; internet; diakses pada 24 Maret 2017.

Page 120: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xix

Riendy Astria, “Ekspor Mineral Diperketat: Jepang Segera Lobi Indonesia,” [artikel

on-line]; tersedia di

http://industri.bisnis.com/read/20140319/44/212157/javascript; internet;

diakses pada 27 September 2017.

Rini, Citra Listya, “Jokowi diminta hati-hati Terhadap Keinginan Jepang,” [berita on-

line]; tersedia di

http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/08/13/na82w2-jokowi-

diminta-hatihati-terhadap-keinginan-jepang; internet; diakses pada tanggal 21

Juni 2016.

Simorangkir, Ignatia Oktavia, “New Guidance on the Processing and Refining of

Mining Producs, Budiarto Law Partnership Newsletter 005,” [artikel on-line],

tersedia di https://www.blp.co.id/newsletters/BLP%20Newsletter%20005%20-

%20March%202014.pdf.; internet; diakses pada 20 Juni 2016.

Sigit, Setiawan, “Kebijakan Stimulus Abeconomics Jepang: Dampak terhadap dan

Jepang Kajian Ekonomi Keuangan Volume 18 Nomor 2”, [artikel on-line],

tersedia dalam http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/Kliping/KEK/2014/volume-

18-no-2/index.html.; internet; diakses pada. 21 Juni 2016.

Sihite, Thamrin, Coal Policy and The new Mining Law No. 4/2009 In Indonesia

(Jakarta: Kementerian ESDM, 2012) [database on-line]; tersedia di

http://www.jcoal.or.jp/coaldb/shiryo/material/ 2012day1_session1_4.pdf.

______Chapter 1 - The Concept of National Interest,” [artikel on-line]; tersedia di

http://learn.tsinghua.edu.cn/homepage/2000990147/interestbook/chap1.htm;

internet; diakses pada 5 Agustus 2016.

Tim Komunikasi ESDM, “Cadangan Batu bara Indonesia 26 Miliar Ton.” [artikel on-

line]; tersedia di https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-

archives/cadangan-batu bara-indonesia-sebesar-26-miliar-ton; internet; diakses

pada 27 Maret 2018.

Usman, Yusri, “Hilirisasi Industri Mineral Di Persimpangan Jalan,” [artikel on-line];

tersedia di http://id.beritasatu.com/home/hilirisasi-industri-mineral-di-

persimpangan-jalan/163572;internet; diakses pada 10 Mei 2017.

______https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/analytic_index_e/gatt1994_05_e

.htm#article11A1. Diakses pada 23 Maret 2018.

Page 121: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xx

______“Soal Larangan Eskpor Mineral Mentah, Jepang Ancam Laporkan Indonesia

ke WTO,” [berita on-line]; tersedia di

http://www.gresnews.com/berita/politik/84627-soal-larangan-eskpor-mineral-

mentah--jepang-ancam-laporkan-indonesia-ke-wto-/#; Internet; diakses pada 18

Juni 2016

Undang-Undang

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara. Pasal 103 dan Pasal 107.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara. Pasal 13 Ayat 1.

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara. Pembukaan UU Minerba.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1980 Tentang

Penggolongan Bahan-Bahan Galian. Pasal 1 Huruf (a), (b), dan (c).

Pembukaan UU Minerba

Wawancara

Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Direktur Asia Timur Kementerian

Luar Negeri Republik Indonesia, Edi Yusuf.

Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Deputi Direkturat Perjanjian

Perdagangan dan Investasi Internasional Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Syahda Guruh Samudera.

Dikutip dari wawancara antara penulis dengan Staf Ahli Bagian Hukum dan

Perundang-Undangan Kementerian ESDM Republik Indonesia, Sony Heru

Prasetyo

Page 122: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxi

LAMPIRAN

A. Transkrip Wawancara I

Pewawancara : Ash Shiddiq

Narasumber : Edi Yusuf, Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementeria Luar

Negeri Republik Indonesia

Bold Font : Ash Shiddiq Reguler Font : Edi Yusuf

Terkait protes Jepang terhadap kebijakan UU Minerba yang diterapkan oleh

Pemerintah Indonesia dan mengancam akan membawa persoalan ini untuk

diselesaikan melalui Dipute Settlement Body WTO, bagaimana respon dari

Kementerian Luar Negeri dan rencana apa yang tengah dipersiapkan untuk

merespon kembali sikap Jepang?

Kalo Indonesia sebenarnya, Indonesia itukan founding fathernya GATT, sejak GATT

tahun 1944. Indonesia kan dulu dibawah Belanda, dan kita sudah masuk anggota

GATT. Indonesia tidak ada kewajiban untuk melarang. Dan Indonesia boleh saja

mengambil tindakan pelarangan minerba. Tapi masalahnya adalah harus kuat-kuatan,

karena Jepang kan sekarang negara utama (di WTO). Jepang bisa saja mengancam,

jika ada pelarangan maka tidak akan investasi ke Indonesia.

Yang jelas bagi kami diajukan atau tidak diajukan, tidak masalah. Karena Dispute

Settleman Mechanism ini membutuhkan proses yang panjang, dari awal hingga akhir

prosesnya kira-kira membutuhkan waktu dua setengah tahun. Pertama konsultasi dua

bulan, yaitu konsultasi bilateral. Jika konsultasi bilateral disepakati, dibawa ke

dispute. Jika konsultasi bilateral gagal akan diajukan ke Dispute Settleman

Mechanism. Nanti Dispute Settleman Mechanism akan menentukan panel. Panelnya

itu juga membutuhkan dua bulan untuk menentukan. Misalnya panelnya diputuskan

ada lima, kita bisa protes terkait anggota panelnya, misal: saya tidak mau anggota

panelnya yang ini, maunya dari negara berkembang juga. Maka dari itu prosesnya

lama, kurang lebih dua bulan. Jadi belum apa-apa sudah menghabiskan waktu empat

bulan.

Sampai diputuskan itu, memakan waktu 2,5 tahun. Kalau keputusan Dispute

Settleman Mechanism mengatakan bahwa Indonesia telah melanggar ketentuan,

sehingga Indonesia harus merubah kebijakan. Maka Indonesia bisa merubah

kebijakannya. Tapi tadi, risikonya waktu yang dibutuhkan sampai keputusannya

keluar adalah dua setengah tahun.

Page 123: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxii

Jika Indonesia mau mengembangkan minerba menjadi produk yang value-added

dibutuhkan smelter. Yang dituntut oleh Indonesia itu, adalah ekploitasi sudah lama

dilakukan maka iringilah dengan membangun smelter-nya. Sehingga nanti ada value

added-nya, produk yang kita jual tidak ingin hanya material saja, karena kerusakan

lingkungannya cukup tinggi.

Di dalam ketentuan WTO, (kalau tidak salah) ada pasal 21, bahwa kita boleh

melanggar aturan sepanjang kita bisa membuktikan bahwa itu merusak lingkungan,

menggangu kesehatan publik, mengganggu kepentingan masyarakat. Tapi harus kita

buktikan secara ilmiah ideal. Kita mau berdebat juga bisa, jadi kita dari Kemlu

biarkan saja ini dibawa ke WTO. Kita gambarkan saja betapa lingkungan kita rusak

karena perlakuan mereka. Saya kira kita akan bisa menang. Masalahnya apakah kita

mampu menahan tekanan/kekuatan mereka. Misalnya freeport yang kepemilikannya

oleh Amerika, gak gampang juga. Memang ada aspek politisnya juga.

Apakah dalam mempertahankan penerapan kebijakan UU Minerba oleh

Pemerintah Indonesia dalam merespon protes Jepang, mengandung aspek

politik?

Ya bukan politik. Aspek kekuatan negara maju sebagai investor. Karena kalau kita

terlalu ketat bisa lari juga investasinya. Makanya kebijakan ini maju mundur.

Kemarin Luhut tiba-tiba merevisi membolehkan dalam waktu 4-5 tahun. Kemudian

bagaimana dengan perusahaan lain yang sudah masuk? (karena Jepang gak masuk

masuk) contohnya China yang sudah masuk dan membangun smelter di Sulawesi

Tenggara. Kalau China udah bikin perusahaan smelter di Sulteng, sekarang barang

material di eskpor, kalo mereka butuh barang terus barangnya tidak ada. Jadi dirubah

lagi tuh pak Luhut, karena tekanan dari Jepang dan Amerika sangat kuat.

Kalau kita melarang ekspor minerba atau materialnya, industri smelter di Jepang bisa

bangkrut, karena barangnya ga ada, karena bahannya dari kita. Mereka cukup

ketergantungan dan kencang menekan ke Indonesia. Jadi kalau WTO sih, kalau tanya

pandangan Kemlu biarin aja mereka mau bawa kemana juga. Dalam waktu 2,5 tahun

kalau kita tidak mengekspor barang, bisa bangkrut Jepang.

Sejauh ini bagaimana Konsultasi/komunikasi dengan Jepang Pasca

pemberlakuan UU Minerba?

Masih tetap dilakukan komunikasi dengan Jepang. Tidak ada keputusan tidak

masalah dibawa ke pengadilanlah, pengadilan di WTO.

Sejauh mana posisi Indonesia untuk tetap konsisten terhadap penerapan

kebijakan UU minerba?

Page 124: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxiii

Sejauh ini masih tarik ulur karena selain Jepang kepentingan Amerika nya juga cukup

tinggi. Sebetulnya kalau dicermati, yang paling banyak mengimpor itu bukan Jepang

bukan juga Amerika, tapi China. Tapi kenapa China tidak mempermasalahkan?

Karena China juga melakukan hal yang sama. Jadi menghadapi Jepang mudah saja,

“kenapa dipermasalahkan, ekspor kita lebih banyak ke China”. Karena perusahaan

smelter Jepang banyak yang bangkrut.

44% kebutuhan Jepang bergantung pada Indonesia. Yang menjadi penekanan kita ke

mereka (Jepang) adalah “kamu sudah berpuluh-puluh tahun, merusak lingkungan

kita, bikinlah smelternya.” Hanya saja smelter di Indonesia problemnya adalah

membangun smelter di Indonesia membutuhkan tenaga listrik yang besar. Tapi

tenaga listrik disini kurang. Makanya prioritas pak Jokowi adalah membangun tenaga

listrik 35000 mega watt. Kalau tanpa listrik bagaimana industri ini berkembang?

Kalau di negara maju, sudah memakai reaktor nuklir untuk pembangkit listrik.

Dengan reaktor nuklir bisa mensupply banyak dengan tenaga murah. Tapi di

Indonesia perdebatannya antara para profesor, jadi batal terus pembangunannya.

Padahal kalau kita cermati, kita sudah memiliki Pusat penelitian reaktor nulkir

pertama di Asia zamannya Sukarno. Pak Sukarno itu sudah memiliki visi jangka

panjang, tapi tidak terealisasi karena banyak perdebatan. Semua negara maju sudah

memakai nuklir, karena dengan nuklir murah sekali biayanya. Kalo listrik murah,

generate multivariate-nya juga banyak. Sekarang Vietnam sudah mendirikan dua,

Malaysia juga sudah membangun dan Indonesia masih belum juga karena berdebat

terus. Padahal Malaysia sudah over supply. Jadi nanti listrik di Vietnam dan Malaysia

ini akan sangat murah. Kita masih ga sanggup, dan berdebat. Inilah kalau membahas

minerba, ada tarik ulur antar kekuatan, disebutnya political-economy.

Political-economy istilahnya, bukan politik. Karena memang kekuatan investor itu

adalah negara besar semua. Jepang sebagai negara investor utama kita, kalau kita

tidak ramah ke Jepang makanya akan berdampak juga. Oleh sebab itu, tidak mudah

jadi pimpinan dan seringkali kita dapati kebijakan yang berubah-ubah. Sekarang kita

sudah semakin sulit, menurut saya harusnya kita konsisten, larang aja. Sebenarnya

mereka (Jepang) udah dari dulu menjanjikan membangun smelter. Belum dibangun

juga. Tapi syaratnya mereka bilang harus jaminan nyimpen uang dulu. Tapi tidak

dibangun juga. Akhirnya ya sudah larang saja, dan dengan pelarangan ini mereka

terpaksa membangun smelter. Kebetulan sekarang ada China masuk bangun smelter

di Sulteng, tapi Pak Luhut kemarin mengeluarkan kebijakan boleh sampai 4-5 tahun.

Tapi kan barangnya jadi ga ada, nanti Chinanya marah dong. Makanya sekarang kita

harus konsisten.

Demi menjaga kepercayaan investor ya pak? Yaa..ya memang Jepang pasti akan

komplen, tapi sebetulnya toh kalau dibawa ke WTO pun kita bisa berargumen bahwa

Page 125: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxiv

kalau kita mengekstrak minerba tanpa batas, tanpa mengembangkan value added,

akan semakin banyak yang kita gali dan itu akan membuat kerusakan lingkungan.

Kalau misalkan di WTO sudah 2,5 tahun dan Indonesia menang, kira-kira

dampak yang akan muncul?

Dampak yang akan muncul Jepang akan kecewa, tapi menurut saya berdasarkan

hitung-hitungan investasi, kan investasi bukan masalah politik, tapi masalah untung-

untungan. Kalau tidak untung, dia tidak akan investasi. Jadi dia tidak peduli mau

negara itu demokrasi atau tidak. Buktinya kan di Vietnam karena untung ya masuk

saja walaupun negara tersebut komunis, di China juga sama. Jadi tidak benar itu

caranya harus demokratis, kalo negara itu stabil mungkin betul dia akan berinvestasi.

Tapi kalau dikaitkan dengan isu demokrasi, ham itu tidak benar. Yang namanya

bisnis tidak ada hubungannya dengan politik, ideologi, ini tentang untung rugi saja.

Jadi kebijakan tetap mempertahankan pemberlakuan kebijakan UU Minerba

jauh dari arena politik ya?

Ooh iya, sangat jauh. Simply, kalau kita konsisten, investor itu akan masuk. Terbukti

kan China juga masuk. Kalau China masuk, maka Jepang there’s no choice, dia

harus masuk juga. Kalau Jepang tidak masuk, China akan menguasai. (Seakan-akan

kita mendesak Jepang agar segera masuk).

Ini pendapat pribadi saya, kalau yang kasus freeport (kan oleh Amerika), namanya

juga Amerika dia bisa bemain di politik. Isu papua muncul. Kalau tidak dimudahkan,

siap-siap Papua dihancurkan. Itu aja yang ditakutkan oleh pemerintah pusat, buat

amerika kan gampang saja bermain isu.

Sejauh ini, Hubungan diplomatik dengan Jepang sendiri bagaimana?

Tidak ada masalah, semuanya berjalan baik baik saja.

Selama ini apakah ada tawaran khusus dari Jepang jika Indonesia membuka

kran ekspor mineralnya?

Saya tidak terlibat dengan perundingan itu, karena yang terlibat langsung mungkin

menteri ESDM. Tapi saya kira, pasti Jepang ini bilang kalo Indonesia membuka, kita

akan dorong investasi lebih banyak lagi. Biasanya seperti itu.

Jadi kalau diadukan ke WTO juga gausah takut, karena butuh waktu paling tidak tiga

tahun. Jadi tiga tahun itu sudah cukup bagi Indonesia menekan mereka agar

membangun bisnis smelter. Kalau engga, ya terbukti setelah kita larang China masuk,

dengan China masuk Amerika dan Jepang ketakutan karena kalo dia ga masuk akan

Page 126: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxv

ya akan terlambat. Tapi mereka sih sebisa mungkin ya udah kita beli material aja

dengan harga murah dan diambil sebanyak mungkin.

Dalam hubungan internasional, hubungan antar negara itu penting, dengan

adanya UU Minerba, posisi Indonesia dan Jepang dalam pergaulan

Internasional seperti apa?

Tidak ada masalah, tetap berjalan normal. Itu hanya sebagian kecil dari hubungan

bilateral antara Indonesia dan Jepang. Ini kan sebetulnya, Jepang dapat keluhan dari

industri smelternya Jepang. Industri smelter itu menyampaikan kepada pemerintah

Jepang, “tolong nih, perusahaan kita kalo engga bangkrut nih, kita harus lay off

berapa ribu orang nih” tapi Indonesia kan punya concern yang sama “kami gabisa

dong, kami udah bertahun-tahun bisa habis minerba kita” kita gapunya industri baja,

kita gapunya industri-indutri yang dapat meningkatkan value added, terus

masyarakatnya juga gapunya kesempatan untuk dapat pekerjaan dari minerba yang

kita miliki. Jadi memang sebenarnya masing-masing memiliki argumen yang kuat.

Dan tidak ada masalah sekarang ini, hubungan dengan Jepang tetap jalan, Amerika

tetap jalan yaa walaupun Amerika mungkin kesal juga. Makanya kan kalo saya

melihatnya gerakan separatis pun meningkat, tapi kan tidak bisa dibuktikan. Tapi ya

saya kira, imunisasi ada. Tapi itu pandangan pribadi, mudah-mudahan salah.

Kalau pergaulan internasional antara Indonesia dan Jepang di WTO atau di

PBB. seperti apa? Apakah Jepang-Indonesia saling mendukung?

Tergantung, tergatung isinya. Karena saling mendukung ada positif negatifnya.

Misalnya kalo Indonesia minta di dukung dalam salah satu badan, tetapi Jepang juga

meminta Indonesia dukung di badan yang lain.

Contoh nyatanya seperti apa?

Banyak, tapi susah ya saya gak hafal. Tapi di badan-badan PBB itu kan banyak.

Misalnya, Indonesia itu menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB. Indonesia

akan dukung Jepang utuk periode kapan gitu ya, eh sorry Jepang kan bukan anggota

dewan keamanan PBB, jadi Jepang itu misalnya minta untuk Jepang akan memimpin

PBB di tahun 2019 dan Indonesia di 2021. Nah itu bisa tukeran tuh, saya dukung

Jepang ya di 2019, nanti kamu Jepang dukung Indonesia di 2021. Banyak di

organisasi lain, di IKAO, di badan-badan organisasi yang lain, itu normal. Dan

sebetulnya persoalan UU minerba itu tidak akan mengganggu hubungan bilateral kita

secara umum dengan Jepang. Karena memang harus dilihat juga berapa sih ekspor

kita ke Jepang nilainya, dibanding dengan hubungan overall investasi Jepang kesini,

hubungan kita dengan Jepang itukan besar, jadi nggak akan mempengaruhi. Dan

dibawa ke WTO itu bukan sesuatu yang mengerikan, engga biasa aja.

Page 127: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxvi

Saya kan pernah disana, saya disana 8 tahun. Saya biasa di komplen. Kalo kita

melarang impor daging, dan Brazil komplen. Brazil bilang, kenapa kok barang saya

tidak masuk? Saya bilang, daging anda ada penyakit, dia bilang, enggak tidak semua

wilayah di Brazil itu berpernyakit buktinya barang saya masuk di eropa, kenapa di

Indonesia tidak masuk? Nah itu sebenarnya kalau kita tidak baik-baik dengan Brazil

bisa diajukan ke WTO juga. Kalau saya sih senang diajukan ke WTO, kenapa? karena

impor daging di Indonesia itu permainan. Misalnya sekarang yang ekspor itu

Australia, dekati aja orang Kemtan, dekati aja importirnya, importirnya yang main

sama kemtan. Kalau mau impor daging harus punya lisensi, nanti lisensinya kemtan

yang keluarin. Inget gak kasus siapa tuh yang mendapat Rp. 5.000 perkilo, kasus

daging kan agak rame tuh yang terakhir tapi bukan orang Kementerian Pertanian

yang main, mungkin dia yang ada main dengan orang Kementerian Pertanian. Jadi

orang personal, dia dapet Rp. 5.000 perkilo dari impor daging. Impor daging kan bisa

berton-ton. Nah kalo importir yang lain, kalo saya impor dari brazil nih, karena saya

nggak ngasih Rp. 5.000 perkilo makanya saya nggak dapet lisensinya. Makanya kalau

masalah daging silahkan ajukan saja ke WTO agar kami bisa merubah kebijakan agar

nggak ada lagi masalah lisensi impor daging sapi. Makanya di Indonesia itu daging

mahal sekali bisa 160 ribu, kalau di malaysia, engan pendapatan 4x lipat dari

Indonesia daging bisa 60 ribu/kilo. Di kita tuh 130-160 ribu, something wrong.

Harusnya bisa lebih murah. Jadi

Buat Indonesia, Jepang itu seperti apa?

Jepang partner strategis yang sangat penting bagi Indonesia, Jepang juga memandang

Indonesia sebagai partner yang sangat strategis. Kita sepakat menetapkan Jepang,

bahkan kita sepakat kedua negara memiliki nilai partner yang sangat strategis.

Kalau diangkain dari 1-10, berapa poin nilai untuk Investasi Jepang?

Agak susah, anda liat aja ranking investasinya. Jadi ranking investasi Jepang itu

nomor 3. Di bidang perdagangan Jepang itu kalo tidak 2 ya nomor 3. Kalau yang

paling besar perdagangan itu pertama dengan China, kedua dengan Singapore dan

ketiga dengan Jepang. Bisa dilihat di kemdag. Jepang itu antara itu, kalau gak tiga

empat. Artinya kebutuhan Jepang sangat penting bagi Indonesia

Indonesia juga dinilai sangat strategis buat Jepang. Karena target market mereka kan

Indonesia. Kita bisa liat, mobil-mobil Jepang di Indonesia. Kalau di angka dari

bidang perdagangan, investasi. Kalau dari pembangunan nasional? Banyak. MRT Ini

kan yang bikin Jepang. Banyak proyek2 infrasusktur Jepang banyak. Kemarin kan

Jepang mau bikin pelabuhan di daerah sebelah pelabuhan ratu, tapi dipindahkan

karaena ada kilang minyak disitu. Banyak proyek-proyek infrastruktur, energi,

banyak. Pembangunan nasional peran Jepang? Ini proyek jangka panjang nih. Ini jadi

yang pertama ini, dari sini ke HI biayanya tinggi 21 triliun, terus nanti dari HI ke

Page 128: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxvii

kota. Nanti akan ada beberapa tahap, ini akan ada tahap 2, tahap 3. Jepang sekarang

mulai ketakutan, takut kalah cepat dia dari China. Jadi dia ikut pembangunan juga

kereta cepat jakarta.

Kalahnya dalam hal, kalo harga sama tapi kalo Jepang dia tidak bisa menjamin. Kalau

China ini kan begini, kalo pemerintah untuk kereta cepat tidak memakai APBN, tidak

ada jaminan pemerintah dan Bussines to Bussines. Nah Jepang tidak bisa, Jepang

gabisa karena berpikir kan siapa pengusaha di Indonesia yang punya uang sebanyak

itu, kan harus dibuktiin tuh proyek itu. Jepang gabisa karena harus ada jaminan untuk

itu. Kalau China ngga, karena China uangnya banyak, karena tiga kriteria itu akhirnya

China ngambil. Sebenarnya kalau dari segi teknologi ya mending memilih Jepang.

Dari segi safety kan sudah terjamin, shinkasen itu gapernah tabrakan selama

beroperasi. Kalau China itu kan kemarin tabrakan. Jadi ada thunder, jadi yang depan

berhenti, terus yang belakan nabrak. Dan itu banyak yang mati karena kan 300km/

jam jadi memang itu yang ditakutkan. Terus kalau China itu bilang 3 tahun selesai

belum tentu selesai 3 tahun. Kalau Jepang kan, dia bikin planningnya matang, dia

bilang 4 tahun pasti selesai 4 tahun. Kalau China belum tentu, udah gitu ntar

harganya naik lagi. Kejadian di Vietnam juga gitu. Tapi itu, China berani tidak ada

jaminan pemerintah tapi nanti swasta yang jamin. Karena sekarang yang bisa

meminjamkan uang 70 triliun siapa? Bank mana? Tidak ada bank di Indonesia yang

bisa kasih pinjem uang sebanyak itu. China pinter, dia kasih pinjem Bank Mandiri 10

triliun, Bank BNI 10 triliun, bank ada tiga bank tuh yang dikasih uang. Nah nanti itu

yang kasih pinjeman. Nanti kalau proyeknya gagal, BNI nya dibeli sama dia, kalau

engga dia ambil sahamnya, tuh disitu pinternya China.

Dan proyeknya sedah mulai, kalau lihat di daerah Halim, itukan startnya disana.

Makanya sempet rame di Halim tuh, tiba-tiba orang China ngegali tanah padahal

itukan tempatanya angkatan udara, ngamuk kan angkatan udara, karena darisana

mulainya.

Jadi dimensinya itu bisa karena faktor political economy. Makanya sekarang ka

negara maju itu ingin menerpkan perjanjian investasi di yang lebih maju, dari salah

satu pasal perjanjian investasi yang baru itu, kalau anda baca itu namanya Trans

Pasific Partnership (TPP). Itukan yang FTA itu ada Vietnam ada Singapore. Di TPP

itu, salah satu chapter itu mengenai investasi, disitu diatur bahwa swasta boleh

menuntut pemerintah di international . Pak jokowi akan gabung juga disitu, nah salah

satu persolan kita kan gapernah konsisten, jadi kalau kita merubah kebijakan yang

dulu tidak ada melarang ekspor minerba terus kita tiba-tiba merubah, pusat bisa

menuntut ke pemerintah. Menuntunya di intenational arbitrase, di pengadilan

intrnasional. Nuntut bahwa dengan kebijakan ini saya sudah rugi 100 triliun.

Indonesia akan dihukum? Engga, kita akan didenda sebesar 100 triliun itu, padahal

investasinya Indonesia mungkin cuma 1 triliun. Tapi dia bilang aja ruginya 100

triliun. Makanya kita lagi mikir-mikir, are you ready to join? Karena mulai dari

Page 129: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxviii

sekarang kita bisa gak menerapkan kebijakan, karena gapernah konsisten. Kemarin

pak Luhut tiba-tiba aja ngomong gitu, wawancara media. Terus tiba-tiba dibatalin

lagi, konsistensinya dimana. Nanti dengan perjanjian investasi yang baru, gabisa lagi

kita merubah kebijakan. Kalau swasta yang dirugikan, investor dirugikan, dia akan

bawa ke pengadilan. Sekarang kalo ada perlu dengan bilateral, misalnya perjanjian

perdagangan bebas Indonesia-Korea, salah satu chapternya itu satu, investasi yang

baru salah satunya adalah mengatur mekanisme penyelesaian sengketa antara swasta

dan pemerintah. Kalau sekarang kan pemerintah dengan pemerintah, kalau swata

yang menuntut pemerintah di badan internasional, kita akan kalah. Karena disana

lawyernya umumnya swasta. Pengalaman negara lain, kalah terus. Swasta terus yang

menang. Jadi harus hati-hati.

Pemerintah ini kan sekarang yang penting investasi masuk, tapi kalau kebijakan kita

gak konsisten ya investasi yang masuk 10 milyar kita dituntut 50 milyar, kan kita

yang rugi. Tapi sebenarnya memang, negara itu kan dituntut kekonsistenan, dituntut

stabilitas gampang, kebijakannya harus konsisten karena kebijakan konsistem

investasi akan masuk. Makanya sekarang kan vietnam termasuk yang one of the top

destination for investment. Karena Vietnam berani bikin perjanjian perdagangan

bilateral bebas dengan Jepang, Korea, Australia. Vietnam tuh walaupun negaranya

komunis, ekonominya sangat bebas. Karena dia ingin masyarakatnya semua bekerja.

Samsung mau investasi, dia biarkan tanahnya selama lima puluh tahun dipake dan

gausah bayar. Dia bikin pabrik yang besar-besaran. Tapi di Indonesia kan gabisa,

karena tanah milik individu. Kalo di Vietnam kan negara komunis, tanah milik

negara. Kalau kita kan gabisa karena tanah milik individu. Kita membangun kereta

api cepat Jakarta-Bandung aja pembebasan lahannya lama. Tanah yang awalnya 10

ribu, dibangun kereta cepat jadi 1 juta semeter. Pemerintah pusing. Kalau di negara

komunis, ini untuk kepentingan publik. Makanya Vietnam sekarang luar biasa banyak

sekali investasinya.

Page 130: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxix

B. Transkrip Wawancara II

Pewawancara : Ash Shiddiq

Narasumber : Syahda Guruh Samudera, Deputi Direktorat Perjanjian Investasi

dan Perdagangan Internasional Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia

Bold Font : Ash Shiddiq Reguler Font : Syahda Guruh Samudera,

b

Perihal protes Jepang terhadap kebijakan UU Minerba, sejauh ini bagaimana

diplomasi yang sudah dilakukan?

Semua jalur sepertinya sudah ditempuh ya, melalui nota diplomatik, melalui

pertemuan antar menteri, pertemuan antarpejabat, sepertinya sudah semua. Bahkan

hal kecil seperti mempertanyakan mengenai kebijakan tersebut itu adalah bagian dari

diplomasi. Komunikasi dalam level tinggi ada, komunikasi dari surat ada, komunikasi

yang dalam tingkat rendah juga ada. Semua komunikasi pernah Jepang lakukan.

Sama dengan kita, jika memiliki concern terhadap sesuatu kita akan melakukan hal

yang sama, dari atas sampai bawah.

Jepang merupakan mitra strategis untuk Indonesia, dengan berbagai tekanan

yang ada dari Jepang apakah Pemerintah Indonesia tetap berdiri dengan

kebijakan UU Minerba?

Tanpa memperdulikan permintaan siapapun, mengapa? Karena ini national interest,

kepentingan nasional.

Selain faktor kepentingan ekonomi apakah ada faktor politik domestik atau

factor hubungan diplomatik? Karena pertimbangannya begini, waktu itu kan

dekat dengan pemilu jadi harus memiliki kebijakan yang pro rakyat. Apakah

ada kaitannya dengan hal itu?

Ketika kita berbicara tentang UU Minerba berarti kita berbicara dengan sudut

pandang hukum atau regulasi, dan kalau dalam hukum tidak ada latar belakang

politik. Kita tidak akan melihat isu politik atau bukan politik. Kita hanya tau ada

aturan keluar kemudian ada respon.

Adapun untuk motif atau latar belakang dari penerapan kebijakan UU Minerba, bisa

ada latar apapun. Cuma satu lagi yang harus dilihat. Kita tidak mungkin treatmennya

beda. Kita tidak akan memandang berbeda misalnya karena Jepang ramai dan mereka

merupakan pangsa pasar ekspor strategis kita, kemudian kita relaksasi terhadap

Jepang. Itu tidak mungkin, itu diskiriminasi. Akan lebih parah lagi nanti keadaannya.

Bisa banyak yang invoke ke DSB (Dispute Settleman Body). Yang kita lakukan

Page 131: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxx

adalah ketegasan. Namanya juga UU Minerba, dampaknya akan terasa ke banyak

pihak salah satunya Jepang, tapi tidak hanya Jepang. Selain Jepang juga banyak.

Jepang mengatakan bahwa beberapa regulasi yang termaktub dalam UU

Minerba, berpotensi melanggar salah satu prinsip dan pasal di WTO?

Iya sudah biasa. Semua juga mengatakan hal itu dalam kasus yang macam-macam.

Tinggal dijawab bahwa itu tidak melanggar prinsip.

Apa rasionalisasinya?

Argumentasi hukumnya kalau gak salah pakai General Acception ya, ada di pasal 20

WTO. Ini isu lingkungan ya? Coba nanti cek di internet, pasal 20 GATT. Iya 20

GATT kok. GATT yaaa, bukan services. (GATS). Nanti juga bisa di cek kok, kalau

ada konsultasi, maksudnya konsultasi yang di luar dari sebelum invoke ke WTO,

biasanya ada kan. Nah biasanya ada di internet. Di website WTO, coba aja googling,

isu export restriction mineral. Kalau TRIMs kan isunya macem-macem. Isinya

konsultasi tentang Indonesia apa. Amerika apa itu banyak, disitu bisa keliatan

kasusnya apa. Dan disitu bisa jadi satu kasus beberapa negara yang ikut

mempertanyakan, tidak hanya Jepang. Dan biasanya dalam pertemuan itu, biasanya

masing-masing akan membawa pasal 20. Jepang akan bilang itu bertentangan dengan

pasal 20, tapi kitanya bilang tidak masalah dengan pasal 20. Tapi kan emang

melanggar pasal 11 GATT, tentang quantitative restrictions.

Yang perlu dikhawatirkan dari pemrintah Indonesia dari adanya UU minerba

terhadap hubungan diplomatik, gimana ada gak sih?

Sama jawabanya sama Pak Edi Yusuf. Tapi ada karakter dari orang Jepang, dia ini

tidak mau konfrontasi. Jadi dia tetap mau dalam berbagai perjanjian selalu ada

mekanisme penyelasaian sengketea. Tapi dia tidak mau head to head masuk ke

arbitrase internasional. Kecenderungannya tiak melakukan seperti itu. Itu yang kami

perhatikan. Tetapi kita gatau ke depan seperti apa Jepang mungkin bisa lebih agresif

lagi ke depan, memakai instrumen hukum. Tapi selama ini yan belum ada dia bawa

dia kesana. Jepang pernah gak bawa kita ke DBS? Belum pernah kan. Yang paling

doyan tuh Amerika. Karena Amerika itu legal society, meleknya tuh ke arah sana.

Kalo Jepang ini kan masih ada kultur Asianya.

Kemarin ini saya terkendala di data soal alternatif kebijakan, akhirnya saya

harus buat hipotesa sendiri. Ada 4 hipotesa. Satu, pemerintah status quo, ya

jalan aja gak merespon apapun. Kedua. Merevisi kebijakan UU minerba.

Karena dari data yang ada saya juga melihat Jepang bukan partner penting

Indonesia dalam hubungan internasional. Itu juga tentang relaksasi. Baru

dibahas akhir-akhir ini. Cuma banyak yang kontra. Terus yang ketiga itu

Page 132: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxi

masalah penangguhan, seperti yang dilakukan hari ini. Aku kemarin ngobrol

sama ESDM terntaya pas tahun 2014 dilarang, terus Jepang protes. Terus aku

baca berita Jepang udah memasukan itu, udah melapor ke WTO. Tapi aku

gatau melapornya tuh apa, karena di berita gitu aja. Terus sempet dibikin

kebijakan, ditangguhkan sampai tahun 2017 tapi ada bea keluar yang

ditambahkan untuk ekspor minerba mentah. Itu hipotesis ketiga. Terus yang

keempat, membatalkan UU Minerba. Bagaimana tanggapannya?

Itu bisa, itu bisa jadi opsi. Tapi belum tentu pemerintah mau. Tantangan pemerintah

sekarang itu, konsistensi terhadap peraturan perundang-undangan. Konsistensi antar

peraturan perundang-undangan, dan konsistensi antar aturan pemerintahan dengan

perjanjian internasional. Kalau sampai negara-negara yang melakukan komplain

terhadap minerba itu belum involve bawanya ke WTO berarti kan mereka masih

pikir-pikir. Karena ada dua pilihan. Pilihannya tidak hanya isu mengenai ekpornya,

tapi isu mengenai investasinya. Jadi merka juga ngitung, lebih baik saya bangunkan

smelterkah atau saya ributin ini, digugat ke WTO. Tapi ketika sudah digugat ke

WTO, produksi kan tetep berhenti.

Misalnya Indonesia melakukan pembatasan, dalam arti tidak boleh melakukan ekspor

mineral mentah. Berarti apa? Yang terjadi, mineral mentah yang ditambang tidak bisa

diekspor kan sejak peraturan perundang-undangannya keluar. Kemudian, syaratnya

pemerintah apa, supaya dibangun smelter, jadi diproses disini. Pasti mereka nanya

segala macem, tapi tetep aja itukan gabisa dieskpor. Sedangkan di dalam tidak bisa

menyerap semua. Kemudian ini yang dilakukan mereka, berpikir lebih untung yang

mana, bangun smelterkah atau menggugat ke WTO tapi saya tidak bisa

memanfaatkan minerba yang ada.

Sebenernya ini bisa dipasarkan di dalam negeri jadinya tidak diekspor. Dimasukan ke

smelter-smelter yang ada di dalam negeri.

Kalau dari sisi aturan dan hukum yang ada di WTO apakh kebijakan yang

pemerintah ambil saat itu, tentang status quo, yaitu tidak memperdulikan yang

lain. Indonesia sudah mantap dengan kebijakan UU Minerba tidak akan

dipersepsikan bersalah atau melanggar?

Ya yang lain tetap ada yang berpersepsi salah. Tapi dalam negeri kita harus yakin.

Mungkin sebagian beranggapan ini melanggar. Tapi ini kepentingan nasional, kita

harus bisa mengembangkan smelter. Bahwa prosuksi itu kita tidak hanya

mengirimkan barang mentah. Oleh karena itu kita harus bisa membangu smelter atau

memaksa investor membangun smelter. Yasudah kalau seperti itu, kita harus bisa

membuat kebijakannya. Ketika ada yang memprotes bisa dijawab.

Page 133: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxii

Dan Indonesia baru dinyatakan bersalah apabila ada yang lapor ke DSB, terus panel

dibentuk dan panel memutuskan salah. Itu baru salah. Selama panel tidak

memutuskan itu, kita tidak salah. Meskipun kita tau, ini punya potensi digugat di

DSB. Iya memang. Rame kan, banyak persepsi ini bertentangan dan tidak

bertentangan dengan pasal 20. Tapi kan ketika orang invoke atau tidak invoke itukan

ada hitungannya. Hitungannya entah hitungan politis atau hitungan ekonomis.

Hitungan politis hubungan baik biasanya. Tapi biasanya gak laku isu hubungan baik

ini, orang akan mikir isu hitungan ekonomis dibanding politis, karena apa? Kalau

sudah ada rule internasionalnya, tinggal patuh atau tidak. Dan masing-masing kan

sudah menyatakan dengan ratifikasi dan tanda tangan, instrumen kepentingan

nasional. Dia menyatakan patuh.

Artinya mas, ketika misalkan Pemerintah Indonesia ini ada kepentingan

nasional tapi satu sisi terikat dengan peraturan internasional. Itu yang

didahulukan kepentingan nasional atau mentaati rules yang sudah ditanda

tangan?

Kalau aku, kepentingan nasional. Bagaimana ini, kan rakyat harus makan. Tapi

caranya bagaimana pelaksanaan kepentingan nasional itu bisa konsisten dan

komitmen di hukum internasional. Gataulah gimana caranya. Karena inikan

pernyataan hipotetif, kita harus bisa melaksanakan kepentingan nasional yang

sesuai/konsisten dengan komitmen kita di hukum internasional. Tidak banyak yang

faham, bayangannya memang susah kalau seperti ini. Tapi tetep aja kepentingan

nasional paling penting, menafsirkan kepentingan nasional gimana caranya? Pertama,

tujuan negara. Habis tujuan negara, konstitusinya ngomong apa. Inikan cara agar

sumber-sumber ekonomi tetap dikuasi oleh negara.

Jadi, apakah dalam penetapan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam

mempertahankan UU Minerba yang diprotes Jepang ini juga dilatarbelakangi

oleh dimensi hukum?

Dimensi hukum itu jadi gini, hukum itu dibentuk oleh proses politik. Tidak hanya

hukum asli. Memang ada idealita hukum. Namanya idealita hukum itu untuk

kebenaran, keadilan, kepastian hukum segala macem. Tetapi hukum itu tidak

terbentuk dengan sendirinya, kecuali hukum Tuhan kan. Hanya hukum Tuhan yang

langsung diberikan. Hukum ini dibuat manusia. Membuatnya gimana? Dari proses

politik,di Indonesia hukum dibuatnya oleh proses politik dimana? Di parlemen. Di

ranah internasional, hukum dibuatnya dari proses politik apa? Di politik internasional

entah di organisasi internasional seperti WTO, atau proses politik yang sifatnya

bilateral. Itu proses politik, negosiasi itu proses politik. Tantangannya adalah, ketika

kita membentuk berbagai norma hukum iternasional, tapi di satu sisi kita membuat

norma hukum nasional. Tantangannya adalah konsistensi. Tapi kadang ada dilematis,

waduh tapi kok ini bertentangan. Tapi ini harus tetap dijalankan, kalo engga rakyat

Page 134: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxiii

akan mati. Atau tetep saja kita akan jadi pengekspor tanah doang. Ya sudah kita

jalankan. Pasti akan ada pertanyaan, tapi akan kita selalu harus jawab. Orang bilang

itu bertentangan kita bilang itu tidak bertentangan. Caranya gimana untuk

memutuskan itu bertetangan atau tidak? Salah satu pihak harus melaporkan ke WTO.

Yang bisa meng-invoke adalah yang komplen, bukan kita. Kalau gak puas, diputusin

ternyata Indonesia salah, majuin ke appeal. Kecuali kembali diputuskan juga setelah

itu, biasanya akan diberi waktu Indonesia sekitar 30 hari atau 60 hari itu segera

diubah peraturan perundang-undangannya. Kalo engga nanti akan diberi retaliasi.

Retaliasi itu balasan, balasannya bisa jadi misalnya produk Indonesia yang lain tidak

boleh masuk.

Kalau dari yang sudah terjadi, ada kemungkinan atau diprediksi Indonesia

bersalah atau malah kalah dalam mempertahankan kebijakannya atas respon

protes Jepang?

Aku tidak akan bilang potensi menang atau kalah, tapi potensi melanggar atau tidak.

Kalo dibilang potensi melanggar, iya itu ada potensi itu. Tapi kita tidak akan pernah

bilang ke orang luar bahwa itu potensi melanggar.

Page 135: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxiv

C. Transkrip Wawancara III

Pewawancara : Ash Shiddiq

Narasumber : Sony Heru Prasetyo, Staf Ahli Bagian Hukum dan Perundang-

Undangan Kementerian ESDM Republik Indonesia

Bold Font : Ash Shiddiq Reguler Font : Sony Heru Prasetyo

Mau Riset Tentang apa mas?

Riset saya tentang kebijakan Pemerintah Indonesia dalam merespon kasus

penolakan Jepang terkait penerapan UU Minerba. Kemudian, saya juga sudah

sempat datang ke beberapa kementerian juga untuk wawancara. Sekarang di

Kementerian ESDM.

Kalau dari kita apa yang mau diketahui?

Hmm, iya ini saya sudah buat outline wawancaranya. Memang kalau kita

ketahui bahwa UU Minerba merupakan kepentingan nasional. Apakah UU

Minerba juga mengakomodir agenda kepentingan nasional dibidang energi?

kita kan Mineral dan Batubara, dari mineral dan batubara itu ada yang menjadi

sumber energi dan ada juga yang menjadi bahan dasar industri berbasis logam. Kalau

kita bicara energi kita hanya berbicara tentang batubara,

Tantangan seperti apa yang dihadapi oleh KESDM dalam menerapkan

kebijakan UU Minerba, khususnya dalam konteks proses pemurnian raw

material dan mendorong laju investasi dalam pembangunan pabrik smelter?

Nah sekarang sebetulnya problem hilirisasi itu ada di mineral. Kalau di batubara

sebenarnya masalahnya pada konsumsi domestiknya yang hanya mampu menyerap

25 – 30% dari total produksi nasional sekitar 400 juta ton, sehingga 70%nya harus di

ekspor, itu berbeda dengan mineral. Kalau kita bicara batubara tadi, sekarang bahwa

batubara menjadi sebuah energi itu betul, masalahnya batubara untuk menjadi energi

harus ada pembangkit. Contohnya sekarang misal proyek 35.000 watt. Kalau dilihat

dari bauran energi mix, batubara memiliki porsi yang paling besar, setelahnya gas,

kemudian dan EBT (Energi Baru Terbarukan). EBT itu seperti panas bumi,

mikrohidro, matahari, sampai tahun 2025 target nasional hanya 25% itu kecil sekali.

Sekarang untuk hilirisasi batubara sebetulnya yang paling penting membangun

industrinya, karena batubaranya sudah melimpah.

Page 136: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxv

Yang di mineral, problemnya adalah ada pada smelter. Kita punya UU Nomor 4

Tahun 2009 yang mengamanatkan agar perusahaan itu bukan membangun smelter

tapi kewajibannya adalah untuk mengolah atau memurnikan di dalam negeri.

Justru kalau dikatakan bahwa kewajibannya dalah membangun smelter, itu tidak

ekonomis. Kenapa? Pasokannya dari mana? Contoh, Mas Shiddiq punya perusahaan

tambang mineral, saya juga punya. Lalu perusahaan Mas Shiddiq dan perusahaan

saya membangun smelter lalu perusahaan “x” juga ikut membangun smelter, pasti

tidak akan ekonomis. Karena investasi membangun smelter itu besar, dan dia butuh

kepastian pasokan cadangan. Itu mengapa dalam UU Minerba kewajibannya bukan

untuk membangun smelter, tapi untuk memurnikan. Jadi nantinya setiap pelaku usaha

pertambangan mineral bisa memurnikan di smelter yang dibangunnya sendiri, atau

bekerjasama dengan smelter yang sudah ada, atau yang sedang dibangun oleh pihak

lain.

Jadi kalau yang masalah hilirisasi mineral ada di waktu, investasinya kan besar mas.

Contoh, untuk membangun smelter tembaga kita membutuhkan investasi 2 – 3 M

US$. Yang di gresik nih contohnya punya PT. Freeport, kapasitasnya baru 30% dari

konsentratnya PT. Freeport. Nah untuk meningkatkan kapastias itu dia butuh 2 – 3 M

US$. Padahal sebetulnya ketika bicara soal pemurnian, dari konsentrat tembaga

menjadi katoda tembaga. Itu peningkatan nilai tambahnya tidak signifikan.

Mengolah dari ore (bijih) tembaga sampai dengan kosentrat itu tingkat pemurniannya

sudah sampai dengan 94%-an mas. Jadi kalau kita bicara sebenarnya yang dijual itu

bukan barang mentah, tapi yang dijual itu sudah menjadi barang setengah jadi, karena

sudah lebih dari 90% mas kualitas konsentrat itu. Jadi sekarang mereka diminta untuk

bangun smelter untuk meningkatkan dari 94 – 100%, kecil sekali untuk peningkatan

nilai tambahnya padahal investasi yang dibutuhkan 2 – 3 M US$. Bisa kebayangkan

begitu luar biasa besar, sehingga sekarang banyak perusahaan yang mengatakan

bahwa untuk membangun smelter menjadi sangat tidak ekonomis, karena itu tadi

peningkatan nilai tambahnya kecil sedangkan investasinya besar.

Jadi kalau misalkan demikian, peningkatan nilai tambahnya kecil sedangkan

investasinya besar, apakah smelter yang sudah dibangun di Indonesia saat ini

menampung seluruh kapasitas produksi tambang mineral yang ada semisal

tembaga atau nikel?

Jelas tidak, jauh sekali mas seperti yang saya katakana tadi. Per komoditaspun

berbeda-beda. Kayak tembaga yang tadi saya katakan, smelter tembaga di Indonesia

itu baru menampung 30% dari total produksi yang ada.

Sekarang yang cenderung cukup agresif itu adalah Nikel mas. Di Indonesia sendiri

smelter nikel itu sudah ada sebanyak 20 smelter. Makanya sebetulnya saya pribadi

mengatakan ya memang kebijkan pemerintah Indonesia mengenai UU Minerba harus

Page 137: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxvi

konsisten. Jadi artinya pada saat kita nge-ban ekspor itu jika ada investor dari China

misalnya ke Indonesia bangun smelter di Indonesia. Dan mereka sudah datang dan

bangun di Indonesia yang jumlahnya sudah more than 20, dan pembangunan smelter

itu sudah dibangun sejak 2014 lalu pada saat UU Minerba diberlakukan. Makanya

sekarang kalau Pemerintah ingin mengeluarkan relaksasi misalnya, memerbolehkan

jual raw material untuk yang nikel, maka yang pertama nggak ada kepastian hukum

dari smelter yang sudah dibangun, dan ini menajadi investasi yang sia-sia bagi para

investor, dan jelas ini akan mempengaruhi kepercayaan investor.

Lalu apakah investasi smeleter di Indonesia pada kenyataannya memiliki

prospek komersil yang baik?

Lagi-lagi perkomoditas beda mas, ini variabelnya banyak. Beberapa komoditas

seperti misalnya bauksit dan tembaga peningkatan nilai tambahnya tidak terlalu besar

sedangkan investasinya besar. Berbeda dengan Nikel, nikel itu investasinya bisa

dimulai dari 50 juta US$ untuk buat smelter, dan nggak perlu sampai Miliar US$.

Meskipun dengan kapasitas yang terbatas tapi bisa dari anggak segitu, kalau bicara

ekonomis nggak ekonomis ya untuk nikel masih ekonomis. Bijih besi juga sangat

ekonomis.

Nah tadi kan China ya mas untuk yang saat ini sudah take action untuk

membangun smelter, lalu bagaimana dengan Jepang?

Hmm.. saya ngga melihat, jarang sekali ya, artinya tidak banyak. Makanya Jepang

menunggu dan sekali lagi menunggu apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan

relaksasi UU Minerba. Dengan kata lain menurut saya belum ada investasi yang

berarti dari Jepang untuk pembangunan smelter. Kalau data yang ada sekarang

investasi yang berarti asal datangnya dari China. Dari Jepang nggak ada, ya artinya

datanya nanti kita lihat ya, tapi tidak seagresif China.

Pendekatan-pendekatan apa yang dilakukan KESDM kepada negara-negara

importir Minerba Indonesia selain yang dilakukan oleh Bapak Thamrin Sihite

pada Japan Clean Coal Day?

Wah itu mas harus Tanya kebagian Direktorat Investasi tuh, kami nggak punya

datanya dan pasti kami tidak ikut disitu. Atau itu pada level investment policy ya.

Nah terkait dengan penolakan Jepang terhadap UU Minerba, bagaimana

dengan tanggapan dari Dirjen Minerba itu sendiri?

Sebenernya nggak ada masalah ya mas, artinya Jepang kita berlakukan seperti negara

lain yang berinvestasi di Indonesia. Tapi begini ya mas, kan saat ini instrument

hukum hilirisasinya belum keluar, tapi akan keluar sampai dengan sebelum Mei 2017

Page 138: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxvii

nanti. Tapi ya mungkin kalau saya ramalkan kita akan tetap konsisten untuk tetap

tidak jual raw material. Jadi nanti jika Jepang merasa bahwa dia tidak ada pasokan

ore lagi dari Indonesia seperti dulu, ya silahkan berinvestasi di Indonesia.

Dalam merespon kebijakan Jepang dengan memprotes kebijakan UU Minerba,

langkah-langkah strategis apa yang akan atau sudah dilakukan oleh KESDM?

Strateginya kurang lebih akan sama seperti yang dilakukan oleh Kementerian

Keungan dengan mengeluarkan PMK terkait Bea Keluar. Jadi nanti kami akan

menerapkan instrument yang namanya pungutan ekspor mineral. Lalu apa bedanya

dengan Bea Keluar, kalau Bea Keluar dana yang masuk kedalam pendapatan pajak

yang akan dikelola oleh Kementerian Keuangan, tapi ingat pengelolaannya tidak

secara khusus untuk membangun industri hilir. Kedepan, share dari pungutan ekspor

mineral, nanti sebagian dananya akan digunakan oleh pemerintah untuk

pembangunan industri hilir. Sebagai contoh seperti ini, ada berbagai macam investasi

membangun smelter yang begitu besar, investasi itu akan membengkak jika tidak ada

investasi pendukungnya termasuk supply listrik, pembebasan lahan, pembangunan

jalan, dsb. Nah nanti dana yang di dapat dari pungutan ekspor mineral sebagian akan

dialokasikan kedalam investasi pendukung sehingga beban investasi yang ditanggung

oleh perusahan agak menjadi lebih kecil dan investasinya menjadi cukup ekonomis.

Arahnya kesana. Termasuk sebagian juga untuk membangun smelter nya.

Dengan adanya insentif berupa dukungan investasi pada infrastruktur

pendukung pada pembangunan pabrik smelter dari Pemerintah Indonesia,

seberapa besar akan membuka peluang masuknya investasi tersebut?

Jadi begini deh, investasi yang akan dikembangkan melalui pola pembangunan

infrastruktur pendukung pabrik smelter justru menjadi syarat utama. Karena paling

tidak jika ada orang atau perusahaan yang akan bangun smelter dia akan mencari

lokasi yang paling tidak sudah ada infrastruktur pendukungnya seperti sumber listrik,

kemudahan aksesibilitas, dan lain sebagainya, hal ini supaya biaya investasinya

masuk. Contohnya deh ya PT. Freeport Indonesia, kenapa sih PT. Freeport nggak

bangun saja pabrik smelternya di Papua tapi malah di Gresik? Ada tidak infrastruktur

pendukiungnya, seperti sumber energi listriknya. Lalu bisa tidak dibangun? Susah

mas nanti investasinya membengkak, buka hanya 2-3 M US$, mungkin lebih dari itu,

menambah lagi. Karena itu pasti orang maupun perusahaan akan mencari lokasi yang

sudah setel secara infrastruktur pendukungnya. Selanjutnya jika kita bicara investasi

smelter ya mas, prinsipnya nggak mungkin pakai uang sendiri pasti dia harus cari

financial closing dari perbankan, bank pun akan melihat kelayakan dari proyek. Kan

nggak mungkin mas, semakin proyeknya besar RoI-nya pun akan semakin lama, nah

itu kan proyeknya menjadi semakin tidak ekonomis. RoI-nya kecil, investasinya

besar, dan akan harus dicicil berapa lama? Seperti New Moon ya, mereka sudah

menghitung berapa besar investasi yang dibutuhkan untuk membangun smelter

Page 139: KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42832/1/ASH... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... BAB III KEBIJAKAN LUAR

xxxviii

tembaga di NTB atau di mana gitu, dan itu ternyata tidak ekonomis.Tapi pemerintah

komit, intinya kan tidak boleh ekspor raw material lah. Nah satu lagi mas terkait

dengan rencana kami untuk mengeluarkan instrument pungutan ekspor mineral juga

bisa diserahkan kepada BUMN untuk dibangunkan smelter, jadi nanti Unit

Pertambangan yang nggak membangun smelter bisa ikut kesana untuk melakukan

proses pemurnian.

Apakah penerapan kebijakan UU Minerba mendukung dan sesuai dengan

kapasitas modal perusahaan Milik Negara seperti Antam dan perusahaan lokal

lainnya?

Masalahnya gini mas, UU Nomor 4 Tahun 2009 tidak memberikan previllage kepada

BUMN atau BUMS juga, semuanya sama. Makanya tadi, nanti jika instrument

pungutan mineral ekspor itu disetujui bisa saja insentifnya diberikan kepada BUMN

untuk mendukung pembangunan Smelter.

Dari data yang peneliti miliki, dan dari perspektif negara Jepang, kebijakan UU

Minerba memiliki resiko melanggar prinsip yang diatur dalam keanggotaan

WTO, argumentasi seperti apa yang akan KESDM keluarkan dalam

menanggapi hal tersebut?

Pertama indikasi apa yang membuat UU Minerba melanggar WTO? Coba cari, ada

tidak dalam UU Minerba yang melarang ekspor? Karena tidak ada mas dalam UU

Minerba yang melarang ekspor. Tadikan kita sudah diskusi diawal, bahwa dalam UU

Minerba itu kewajibannya adalah memurnikan. Bukan melarang ekspor, anda boleh

ekspor tapi harus dimurnikan dulu di Indonesia. Kan boleh suatu negara mengatur

kualifikasi barang seperti apa yang boleh atau layak dijual atau diekspor keluar

negeri, bukan berarti kita melarang. Dan itu kalau menurut saya hak suatu negara

untuk kebutuhan industri domestiknya. Coba mas bayangkan kalau misalkan

Indonesia tetap mengekspor ore, dan ada negara-negara yang tidak memiliki sumber

daya alam seperti Jepang dan seterusnya. Justru mereka lebih untuk dibandingkan

Dari Indonesia dengan Industri smelternya. Karena nilai tambah ore setelah di proses

di smelter bisa puluhan kali lipat. Jadi Indonesia dapat satu dan mereka mendapatkan

puluhan kali lipat, padahal mereka tidak punya sama sekali resources. Dan ini

merupakan hak suatu negara untuk mengatur kedaulatan kita agar industri di dalam

negeri juga bisa berkembang.