keadaan pada zaman kapur

16
Keadaan pada pada zaman kapur Sepanjang waktu di masa Cretaceous, muka laut lebih tinggi dibandingkan sekarang. Penyebaran endapan laut dangkal pada permukaan continental, bersama dengan endapan nonmarine dan laut dalam, mengungkapkan bahwa dalam banyak hal periode Creatceous adalah suatu interval transisi. Beberapa sedimen Cretaceous telah terlitifikasi, seperti hampir semua sistem yang lebih tua, banyak biasanya terdiri dari pasir dan lumpur halus, hampir sama dengan semua endapan Era Cenozoic yang lebih muda. Sepanjang periode Cretaceous benua berpindah kearah bentuk wujud modern mereka. Dimulai dari pweide ketika benua merupakan satu kesatuan, dan benua Gondwana adalah yang terbesar di selatan. Pada akhir Cretaceous, bagaimanapun, Lautan Atlantik Samudra telah melebarkan dan benua Gondwana telah terpisah menjadi benua yang kecil. Benua Gondwana terpecah selama waktu Cretaceous, membentuk Samudera Atlantik selatan. 1. Paleogeografi Zaman Kapur Karena Sistem Cretaceous lebih sedikit mengalami metamorfisme dan erosi dibanding dengan sistim geologi yang lebih tua, itu ditunjukkan oleh benua yang sekarang ada, yaitu oleh endapan-endapan dan fosil dari laut dangkal dan daratan. Sebagai tambahan, endapan-endapan dan fossil Creataceous bersifat tersebar luas pada laut dalam, berbeda dengan catatan penyebarannya pada kala Triasic dan Jurasic; hal itu mencerminkan adanya perbedaan kejadian yang menunjukkan bergeraknya lempeng-lempeng mendatar pada permukaan bumi

Upload: regi-ramdhani

Post on 25-Oct-2015

345 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

zaman kapur

TRANSCRIPT

Page 1: keadaan pada zaman kapur

Keadaan pada pada zaman kapur

Sepanjang waktu di masa Cretaceous, muka laut lebih tinggi dibandingkan sekarang.

Penyebaran endapan laut dangkal pada permukaan continental, bersama dengan endapan

nonmarine dan laut dalam, mengungkapkan bahwa dalam banyak hal periode Creatceous

adalah suatu interval transisi. Beberapa sedimen Cretaceous telah terlitifikasi, seperti hampir

semua sistem yang lebih tua, banyak biasanya terdiri dari pasir dan lumpur halus, hampir

sama dengan semua endapan Era Cenozoic yang lebih muda.

Sepanjang periode Cretaceous benua berpindah kearah bentuk wujud modern mereka.

Dimulai dari pweide ketika benua merupakan satu kesatuan, dan benua Gondwana adalah

yang terbesar di selatan. Pada akhir Cretaceous, bagaimanapun, Lautan Atlantik Samudra

telah melebarkan dan benua Gondwana telah terpisah menjadi benua yang kecil. Benua

Gondwana terpecah selama waktu Cretaceous, membentuk Samudera Atlantik selatan.

1. Paleogeografi Zaman Kapur

Karena Sistem Cretaceous lebih sedikit mengalami metamorfisme dan erosi dibanding

dengan sistim geologi yang lebih tua, itu ditunjukkan oleh benua yang sekarang ada, yaitu

oleh endapan-endapan dan fosil dari laut dangkal dan daratan. Sebagai tambahan, endapan-

endapan dan fossil Creataceous bersifat tersebar luas pada laut dalam, berbeda dengan catatan

penyebarannya pada kala Triasic dan Jurasic; hal itu mencerminkan adanya perbedaan

kejadian yang menunjukkan bergeraknya lempeng-lempeng mendatar pada permukaan bumi

bersifat cukup cepat, sehingga besar persentase sedimen laut dalam yang lebih tua daripada

sistem Cretaceous ditelan sepanjang zona tunjaman. Kelimpahan relative daripada Sedimen

Cretaceous pada cekungan laut dan darat membantu dalam menginterpretasi pola

paleogeografinya. Informasi tambahan adalah digambar dari rekaman fosil Upper Cretaceous

yaitu tanaman berbunga, dimana organisme ini sangat peka sekali terhadap perubahan iklim.

Muka Laut, Iklim, dan Sirkulasi Samudra

Dalam perjalanan pada periode Cretaceous terjadi genang laut secara global, dengan

sedikit daerah yang tidak tergenangi air laut. Dan sehingga benua tertutupi oleh endapan

sedimen laut.

Selama Periode Cretaceous temperature berubah dengan jalan yang berbeda dan pada

lokasi yang berbeda. Pada awalnya temperature adalah hangat, dan akhirnya pada awal

Cretaceous, temperatur rata-rata meningkat daripada awalnya. Temperatur secara umum

mengalami penurunan terjadi pada akhir Cretaceous.

Selama pertengahan bagian dari periode Cretaceous, lumpur hitam mengcover area yang

luas dari dasar laut dangkal.

Page 2: keadaan pada zaman kapur

Benua dan Samudra Baru

Meskipun Pangea telah mulai tercerai berai pada awal Era Mesozoik, benua yang lebih

kecil terbentuk dari superbenua yang tersisa kemudian terpisah dengan pada periode

cretaceous. Pemecahan menjadi kepingan yang selanjutnya dari Pangea dan pemisahan dari

benua awalnya adalah merupakan perkembangan yang di dalam geografi global selama

Periode Cretaceous. Terutama adalah breakup dari Gondwanaland. Di awal dari Periode

Cretaceous, Gondwanaland, hampir tidak terhubung dengan benua yang utara. Pada akhir

periode, Amerika Selatan, Afrika, dan India telah menjadi kesatuan diskret; benua-benua

yang sekarang ini ada adalah menunjukkan fragmen-fragmen dari Gondwanaland, hanya

Antarctica dan Australia yang tetap berkait dengan satu sama lain.

Pemecahan dan pemisahan benua sejak Cretaceous menyebabkan lautan yang baru.

Seperti pada Cretaceous awal terbentuknya lautan Atlantic Selatan, Gulf of Mexico, dan Laut

karibia

Pada awal zaman awal cretaceous terjadi penguapan yang sangat luas, suatu kondisi yang

menyebabkan bumi pada zaman tersebut menjadi hangat yang merupakan interval dari iklim-

iklim yang tak terubah. Iklim-iklim tersebut juga mendukung adanya pertumbuhan dari bukit

karang sejauh 30 derajat garis khatulistiwa.

Garis lintang tersebut menyebabkan temperatur daerahnya hangat dan itu dapat

dibuktikan dengan fosil terendapkan di sana. Fosil yang ada tersebut mempunyai pusat

penyebaran utama yaitu di daerah Alaska utara. Gradien garis lintang tergambar jelas

memisahkan bagian utara dan selatan dari bumi yang menggambarkan pembagian waktu

sesuai koordinat garis lintangnya.

Penyebaran kehidupan dari Cretaceous adalah Thetys yang sangat besar dimana angin

pasat mengendalikan air permukaan tanpa adanya penghalang oleh luas wilayah yang besar.

Sedangkan penyebaran kehidupan-kehidupan organismenya terbatas pada daerah Tethyan

yang tropis di antaranya adalah koral dan rudid. Pada kala Jurrasic Tethys berada pada

keadaan yang sangat tropis dimana terdapat kandungan karbonat yang cukup tinggi disitu dan

memiliki hubungan dengan perairan Karibia sedangkan pada zaman Cretaceous mempunyai

separasi yang sama dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Setelah waktu Cretaceous sisa-sisa peninggalan fosil hewan telah terisolasi dalam laut

Artik dan laut Atlantik. Sisa-sisa peninggalan hewan-hewan tersebut berakhir pada suatu

waktu terjadi keretakan pada laut yang sangat besar pada Hemisphere Utara yang termasuk

dalam Amerika Utara, Greenland dan Eurasia.

2. Ditemukannya Endapan Kapur

Page 3: keadaan pada zaman kapur

Endapan Kapur atau lebih dikenal sebagai Sistem Kapur dijumpai dengan pelamparan

yang luas. Tempat-tempat yang sudah dikenal antara lain daerah Perancis selatan.

Di tempat ini dikenal sebagai wilayah tipe untuk endapan Kapur Bawah. Daerah Perancis

selatan adalah merupakan bagian dari pelamparan Geosinklin Tethys, dan di tempat ini

endapan Kapur Bawah berkembang dalam 2 fasies yang berbeda. Fasies yang satu

merupakan lempung dan napal, dan padanya terdapat banyak fosil Ammonit. Fasies yang lain

berkembang di sepanjang tepi cekungan, di dekat sisa pegunungan Variscia, tersusun dari

batugamping yang banyak mengandung fosil Orbitolina, Echinidae dan Rudistae.

Di Indonesia endapan-endapan yang jelas termasuk zaman kapur hanya terdapat di

bebeberapa tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat sistem Kapur dicirikan oleh

endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai pada sistem Kapur

yang ada di Indonesia bagian timur. Di Sumatera, di Buklit Garba, di mana di bagian bawah

terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer, bagian atasnya terdiri dari batu rijang yang

mengandung fosil Radiolaria, sedang fosil yang lain tidak didapatkan. Di atas lapisan Garba

didapatkan lapisan yang berumur Miosen. Berdasarkan atas persamaan litologi dengan daerah

sekitarnya maka lapisan Garba bagian atas dianggap berumur Kapur berdasarlkan tanda-tanda

fosil Zaman Kapur yang tidak jelas bentukannya terdapat pada lapisan itu.

Di Bukit Gumai di Sumatera Selatan dijumpai lapisan yang dikenal sebagai Formasi

Saling yang terdiri dari tufa, breksi volkanik, lava, batu hijau, batugamping dan retas-retas

batuan beku basa. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan fosil Kapur yang kurang begitu

jelas. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan fosil Kapur yang kurang begitu jelas.

Kemudian ternyata formasi tersebut mengandung pula fosil Lacazina dan Lovcenipora

vinassai sehingga dengan demikian sebagian fdari formasi ini berumur Yura. Fosil-fosil lain

yang didapatkan adalah Alectryonia, Nerinea dan Phaneropryxis.

Di Sumatra Selatan, tidak jauh dari formasi ini dijumpai Formasi Lingsing yang terdiri

dari serph gampingan, radiolarit, basal ofiolit, andesit, lava, dan batugamping yang

mengandung fosil Orbitolina yang menunjukan umur kapur.

Di Jambi didapatkan sedimen klastik dengan fosil Neocomites yang menunjukan umur

Kapur.

Di Kalimantan Barat di bagian hulu Sungai Kapuas didapatkan endapan Kapur di daerah

Seberuang. Fosil yang dijumpai antara lain Neocomites yang menunjukan umurKapur

disamping fosil Trocholina yang menunjukan umur Kapur Bawah. Di Pegunungan Meratus

dijumpai Formasi Manunggul dengan fosil Nerinea dan Orbitolina yang masing-masing

menunjukan umur Kapur Atas dan Kapur Tengah.

Page 4: keadaan pada zaman kapur

Di Kalimantan Tengah dijumpai sekumpulan litologi yang dikenal sebagai kelompok

Seberuang yang berumur Kapur. Kelompok ini dapat dibagi menjadi Formasi dibagian bawah

dan Formasi Selangkai di bagian atas. Formasi Bedungan terdiri dari serpih, napal, batupasir

polimik, konglomerat yang merupakan Formasi Bedungan Bawah. Fosil yang didapatkan

antara lain Phylloceras, Hoptlites neocomiensis, Pecten cowperi dan Schlonoenbachia yang

menunjukan umur Valangian (Kapur Bawah bagian Bawah). Formasi Bedungan bagian atas

terdiri dari batulempung, serpih gampingan dengan fosil Lamellaptychus borneensis,

Thurman roubaudiana, Echinoidea, Pelecypoda dan Radiolaria yang menunjukan umur

Valangian Atas hingga Hauterivian Bawah (Kapur Bawah). Secara stratigrafis di atas

Hauterivian hingga ptian terdiri dari napal dengan fosil Pecten cowperi, Ammonit, Orbitolina,

Haploceras, Belemnit, Echinoidea, Trigonia, Vola, Lima, Anactina, Pachydiscus dan

Turrilies dan fosil-fosil tanaman di bagian atasnya. Bagian tengah terdiri dari konglomerat

dengan fragmen batugamping, pegmatite, granit, dan sekis, menyusul napal pasiran, arkose,

batupasir lempungan dengan fosil Trigonia, Orbitolina, dan Avicula dan Ammonit yang

menunjukan umur Cenomanian hingga Turonian (Kapur Atas bagian bawah). Bagian atas

terdiri dari konglomerat dengan fragmen batugamping, dengan fosil Globotruncana yang

menunjukan umur Kapur Atas.

Di Sulawesi endapan Kapur mempunyai fasies yang bermacam-macam, berumur Kapur

Tengah sampai Atas, terdiri dari batugamping, batugamping napalan, serpih dengan fosil

Globotruncana serta batupasir.

Di Jasirah Tangan Selatan dijumpai seri serpih lempungan-greywacke arkose yang

mungkin berumur Kapur. Di Jasirah Tangan Timur endapan Kapur terdiri dari batupasir

mika, serpih, batupasir, gampingan dengan fosil Foraminifera antara lain Gumbelina

globulosa, Globotruncana rosetta, Pseudotextularia frasticosa. Pengetahuan tentang endapan

kapur di Sulawesi Tengah sangat kurang, hal ini dikarenakan strukturnya yang sangat

komplek sehingga penyebaran dan stratigrafinya sangat terganggu. Litiloginya umumnya

terdiri dari diabas, tufa, greywacke, napal, batugamping dengan fosil Orbitolina yang

berumur Kapur, Astrarera berumur Kapur Atas, Ammonit berumur Yura, Radiolaria dari

Zaman Kapur Kapur serta bahkan Foraminifera dari Zaman Eosen.

Perkembangan Endapan Kapur di Indonesia

Di Jawa endapan yang berumur Kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa

batugamping yang mengandung fosil Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih.

Page 5: keadaan pada zaman kapur

Endapan tersebut dijumpai di Lok Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa Tengah.

Batu guling dengan fosil Orbitolina telah dijumpai dalam konglomerat Eosen di Pegunungan

Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan Kapur bertalian erat dengan batuan metamorf dan

mungkin merupakan selaan-selaan di dalamnya.

Di Pulau Seram dikenal formasi Nief yang sebagian berumur Malm dan sebagian lagi

berumur Kapur Atas. Yang berumur Kapur terdiri dari batugamping, napal, dengan fosil

seperti terdapat di Pulau Buru yang menunjukan umur Kapur Atas. Tektonik pulau ii sangat

komplek sehingga sulit untuk memisahkan antara Formasi Nief yang berumur Malm dengan

yang berumur Kapur Atas.

Di Pulau Misool endapan yang berumur Kapur terdiri dari batugamping, rijang, dan

napal dengan fosil Inoceramus, Rudiste, Echinoida, Globotruncana dan Belemnit.

Di Jasirah Kepala Burung di Irian, di sekitar Muturi didapatkan endapan yang berumur

Yura-Kapur yang terdiri dari batu sabak, serpih, batupasir, kwarsit, batugamping,

konglomerat serta batuan beku porfirit, diabas, breksi volkanik, basalt, tufa andesit, tufabasalt

dengan fosil Belemnit, Pentacrinus, Ammonit, dan Foraminifera kecil. Selaras di atas lapisan

Yura-Kapur ini didapatkan batulempung, serpih, batugamping, batupasir dengan fosil

Belemnit, inoceramus dan Foraminera kecil yang berumur Kapur Atas antara lain :

Pseudotextularia, Globotruncana, Gumbelina, Bolivinoides, Planoglobulina, Raechakina dan

Uvigerina. Di bagian utara antara lain di Warensi dan Waiponga, di muka pulau Japen

dijumpai pula endapan Kapur dengan fosil Inoceramus.

Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian

mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada Zaman Yura. Daratan

Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu Zaman Yura, sekarang

oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan Philipina dan daratan

Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi pula bagian utara daratan Australia

sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas

ke arah utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di Zaman Yura.

Biota

Fosil biotas dari periode Cretaceous juga menunjukkan suatu campuran corak modern

dan kuno. Termasuk dari anggota taxa yang yang telah punah, seperti dinosaurus dan

ammonoids (golongan yang gagal untuk bertahan pada Periode Cretaceous), seperti penting

halnya taxa modern, seperti tumbuhan berbunga dan subkelas dari ikan yang menjadi paling

Page 6: keadaan pada zaman kapur

beragam saat ini. Di daratan, sementara dinosaurus terus merajai dunia hewan, tumbuhan

berbunga (angiospermae) berkembang melebihi gymnospermae.

Muka laut bertambah selama periode ini dan ketika semakin tinggi di akhir Cretacous,

plates of calcareous nannoplankton turun ke lantai samudera, memproduksi endapan kapur

yang luas. Akhir Cretaceous menerima radiasi dari calcareous nannoplankton yang

merupakan sepsies pemproduksi kapur, dan dua modern grup plangtonik, diatoms dan

foraminifera pada saat yang bersamaan. Ikan Teleost aslinya ada di pertengahan Cretacous

dan teradiasi bersama dua grup karnivora yang berasal dari awal jaman mesozoik : kepiting

dan siput predator.

Selama zaman Kapur berkembang bermacam-macam kehidupan. Beberapa diantaranya

merupakan kelanjutan dari Zaman Jura disamping terdapat perkembangan kehidupan yang

baru. Di antara jenis-jenis yang mencirikan untuk Zaman Kapur antara lain anggota dari

Pilum Protozoa khususnya dari Ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata, Pilum Mollusca dan

Pilum Arthropoda. Di samping itu terdapat pula perkembangan dari golongan Vertebrata

maupun jenis flora. Selama Zaman Kapur Bawah anggota dari Ordo Foraminifera yaitu genus

Orbitolina mempunyai peranan yang penting bahkan berfungsi sebagai fosil penunjuk.

Selama Zaman KapurAtas jenis Foraminifera kecil selain merupakan pembentuk

batugamping juga berfungsi sebagai fosil indek. Jenis-jenis yang berfungsi sebagai fosil

indek untuk Zaman Kapur Atas antara lain Globotruncana arca, Globotruncana appeninica,

Globotruncana lineate, Globotruncana stuarti, Globotruncana conica, Gumbelina,

Pseudotextularia dan Gumbelitria. Di antara anggota Philum Echinodermata landak laut

memegang peranan penting di antaranya Micraster, Hemiaster, Anachytes, Hemipneustes

yang menunjukan umur Kapur Atas bagian bawah.

Selama Zaman Kapur Bawah yang memegang peranan penting adalah genus Toxaster

dan Heteraster. Selain fosil-fosil tersebut di atas masih banyak jenis yang lain yang khas

untuk Zaman Kapur. Dan berdasarkan atas asosiasi fosil-fosil tersebut maka Zaman Kapur

dapat dibagi menjadi beberapa jenjang dengan penciri fosilnya sebagai berikut :

1. Zaman Kapur Atas

- Jenjang Maastrichtian -Belemnitella mucronata, Bostrichoceras polyplocum

- Jenjang Campanian - Belemnitella quadrata

- Jenjang Santonian - Gonitheutis granulata, Mortoniceras texanum

- Jenjang Coniacian - Micraster coranguinum, Tissotia

- Jenjang Turonian - Inoceramus labiatus

Page 7: keadaan pada zaman kapur

- Jenjang Cenomanian -Acanthoceras rothomagense, Morthoniceras inflatum,

Turrilites

2. Zaman Kapur Bawah

- Jenjang Albian-Martoniceras hugardianum, Mortoniceras varicosum,

Hoplites dentatus

- Jenjang Aptian-Opelia nisus, Hoplites deshayesi, Ancyloceras Matheroni,

Orbitolina conoidea-discoidea

- Jenjang Barremian -Pulchellia pulchella, Hoplites angulicostatus,

- Jenjang Hauterivian - Crioceras duvali, Duvalia dilatata, Simbirskites

- Jenjang Valanginian - Hoplites (Neocomites) neocomiensis, Hoplites

Boissieri, Hoplites ponticus, Duvalia lata

Diantara kelompok Dinosaurus yang terkhususkan untuk Zaman Kapur boleh dikatakan

merupakan perkembangan yang ada pada Zaman Jura. Stegosaurus telah mulai punah pada

zaman ini, Ankylosaurus dijumpai pada akhir Zaman Kapur bersama dengan Tyrannosaurus,

Trachyton, Triceratops. Di antara jenis-jenis tersebut Tyranosaurus rex merupakan jenis yang

terbesar yang pernah dikenal dengan panjang tubuh 45 feet dengan tinggi sampai 20 feet. Di

samping itu pada akhir zaman ini dikenal Ornithomimus di mana padanya sudah tidak

didapatkan gigi taring yang nyata. Jenis Ceratopsia merupakan jenis Dinosaurus yang

mempunyai tanduk.

Golongan reptilia yang hidup di laut Elasmosaurus memegang peranan pada zaman ini.

Fosil binatang tersebut dijumpai didaerah Niobrata, Kansas, amerika pada batugamping

dengan ukuran panjang antara 40 sampai 50 feet. Di tempat yang sama didapatkan pula

golongan Mososaurus (sebangsa lumba-lumba) dari jenis Clidates yang mempunyai sirip

dengan jari semu sebanyak 5 buah dengan panjang antara 12 sampai 15 feet sedang yang

terpanjang pernah didapatkan pula dengan ukuran 35 feet. Pada zaman ini muncul muncul

pula Turtle (kura-kura) dari jenis Archelon yang fosilnya didapatkan pada serpih di Pierre,

South Dakota, Amerika dengan panjang 11 feet dan lebar 12 feet yang merupakan ukuran

terbesar yang pernah didapatkan. Sedangkan pada zaman ini muncul Crocodiles (sebangsa

buaya)

Golongan Reptilia terbang (Pterosaurus) muncul pula pada zaman ini. Salah satu

diantaranya yang terkenal adalah Pteranodon yang mempunyai bentangan sayap 23 sampai

25 feet yang fosilnya didapatkan pada batu gamping di Niobrata, Kansas, Amerika yang

Page 8: keadaan pada zaman kapur

berumur Kapur. Seperti halnya jenis yang muncul pada Zaman Yura, Pteranodon ini tidak

mempunyai gigi.

Apabila pada Zaman Yura muncul sebangsa Aves dari jenis Archeopteryx, maka pada

Zaman Kapur Hespeornis merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang. Fosil yang

didapatkan merupakan jenis Hespeornis regals, pada batugamping Niobrara, Kansas,

Amerika mempunyai tubuh dengan panjang 4,5 feet yang berumur Kapur.

Perkembangan jenis fauna diimbangi pula dengan perkembangan jenis flora. Pada zaman

ini mulai terlihat dengan nyata perkembangan yang baik untuk jenis Angiosperm, yang

merupakan golongan tumbuhan tingkat tinggi dan telah mempunyai bunga. Jenis flora yang

berkembang pada zaman iniialah Andromeda, Magnolia, Salix, Populites, Picus, Bitula dan

Sassafras serta Palm. Diantara jenis-jenis tersebut golongan Cycadeoidea di masa bunganya

tumbuh dari tonjolan yang terdapat pada daun.

Perkembangan jenis flora yang baik memungkinkan terbentuknya endapan batubara

misalnya di daerah Grand Junction, Colorado, Amerika.

Hidup di periode Cretaceous, di laut dan di darat, memiliki percampuran bentuk modern

dan kuno. Di lautan, banyak tipe modern dari populasi bivalve dan moluska garstropoda di

laut akhir Cretaceous dengan banyaknya kerang dan sedentary bivalve yang sekarang sudah

punah. Keanekaragaman ikan-ikan yang modern menempati perairan yang sama dengan

berbagai jenis ammonoids, belemnoids, dan reptile monster laut. Di daratan tumbuhan

berubah dari tipe mesozoik yang didominasi dengan gymnospermae, menjadi tipe yang lebih

modern, yaitu tumbuhan berbunga. Banyak kelompok hewan vertebrata masih ada pada

waktu ini: ular dan tipe modern dari kura-kura, kadal, buaya, dan salamander. Dinosaurus

masih berlanjut dalam terrestrial ekosistem. Dari semua kelompok dari terrestrial vertebrata

selama masa Cretaceous, hanya buaya yang menunjukkan proporsi tubuh dari dinosaurus.

Mamalia sangat kecil dibanding standar modernnya.

Pellagic Life

Keberadaan dari kelompok baru dari organism sel tunggal memberikan plankton lautan

sebuah karakter modern di akhir dari waktu Cretacous. Perubahan yang paling utama pada

fitoplankton adalah perluasan evolusi dari diatom. Diatom telah ada selama periode Jura.

Namun tidak secara ekstensif sampai waktu pertengahan cretaceous. Bersama dengan

dinoflagelata, di laut yang hangat, calcareous nannoplankton, diatoms harus dihitung untuk

yang paling banyak melakukan fotosintesis yang terjadi pada laut Cretacous, seperti yang

dilakukan sekarang. Hari ini, seperti yang telah kita lihat, diatoms merupakan kontibutor

Page 9: keadaan pada zaman kapur

ytama untuk siliceous oozes pada laut dalam, dan akumulasinya di endapan laut dalam sangat

bagus sebelum akhir dari Periode Cretaceous.

Lebih tinggi di jaring makanan pelagic, foraminifera plangtonik yang lebih modern telah

terdiversifikasikan secara besar pada awalnya. Kelompok ini, yang dikenal sebagai

globigerinaceans, memikili sedit fosil di batuan Jura, tidak samapi bagian atas dari akhir

Cretaceous sistem yang cukup berharga dalam biostratigrafi.

Akhir Cretaceous radiasi dari dua dari kelompok plangtonik sel tunggal pola

pengendapan teralterasi di kerajaan pelagic: sejak pertengahan cretaceous, foraminifera

Globigerinaceae dan calcareous nannoplankton memiliki kontribusi yang banyak dari

sedimen calcareous di daerah samudera, yaitu sekitar 100 juta tahu yang lalu, sedikt atau

tidak ada calcareous ooze terlihat di dasar laut dalam.

3. Masa Kepunahan Cretaceous

Ada penurunan progresif keanekaragaman hayati selama tahap Maastrichtian

Periode Kapur yang disarankan sebelum krisis ekologis yang disebabkan oleh kejadian di

batas KT. Selain itu, diperlukan keanekaragaman hayati yang cukup banyak waktu untuk

pulih dari peristiwa KT, meskipun adanya kemungkinan yang berlimpah kosong niche

ekologis.

Meskipun keparahan batas ini acara, ada variasi yang signifikan dalam tingkat

kepunahan antara dan dalam berbeda clades. Spesies yang bergantung pada fotosintesis

menurun atau menjadi punah karena pengurangan energi matahari mencapai permukaan

bumi karena partikel atmosfer menghalangi sinar matahari. Seperti halnya hari ini,

photosynthesizing organisme, seperti fitoplankton dan lahan tanaman, membentuk

bagian utama dari rantai makanan pada akhir periode Kapur. Bukti menunjukkan bahwa

herbivora binatang, yang tergantung pada tanaman dan plankton sebagai makanan

mereka, mati sebagai sumber makanan mereka menjadi langka; karena itu, atas predator

seperti Tyrannosaurus rex juga tewas.

Coccolithophorids dan moluska, termasuk Amon, rudists, air tawar siput dan

kerang, serta organisme yang rantai makanan termasuk pembangun shell ini, menjadi

punah atau mengalami kerugian besar. Misalnya, diperkirakan bahwa Amon adalah

makanan utama mosasaurs, sekelompok reptil laut raksasa yang menjadi punah di

perbatasan.

Page 10: keadaan pada zaman kapur

Omnivora, insectivores dan pemakan bangkai acara selamat dari kepunahan,

mungkin karena peningkatan ketersediaan sumber makanan mereka. Pada akhir periode

Kapur sana tampaknya tidak murni herbivora atau karnivora mamalia. Mamalia dan

burung yang selamat dari kepunahan yang diberi serangga, larva, cacing, dan siput, yang

pada gilirannya memberi makan pada tumbuhan dan hewan mati materi. Ilmuwan

theorise bahwa organisme ini selamat dari runtuhnya tanaman berbasis rantai makanan

karena mereka diberi detritus.

Dalam sungai masyarakat, hanya sedikit kelompok hewan menjadi punah. Stream

masyarakat kurang bergantung pada makanan dari tanaman hidup dan lebih pada sisa-

sisa yang mencuci dari tanah. Ceruk ekologi khusus ini buffered mereka dari kepunahan.

Serupa, tetapi pola yang lebih kompleks telah ditemukan di lautan. Kepunahan itu lebih

parah di antara binatang yang hidup di kolom air, daripada di antara binatang yang hidup

pada atau di dasar laut. Hewan dalam kolom air hampir seluruhnya tergantung pada

produksi utama dari fitoplankton yang hidup, sedangkan binatang yang hidup pada atau

di dasar laut memakan detritus atau dapat beralih ke sisa-sisa makanan.

Terbesar bernapas yang selamat dari peristiwa itu, crocodilians dan

champsosaurs, adalah semi-akuatik dan memiliki akses ke detritus. Crocodilians modern

dapat hidup sebagai pemulung dan dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa

makanan, dan anak mereka kecil, tumbuh perlahan-lahan, dan pakan invertebrata dan

sebagian besar pada organisme mati atau serpihan organisme untuk beberapa tahun

pertama mereka. Ciri-ciri ini telah dikaitkan dengan pura-pura bertahan hidup pada akhir

periode Kapur.