memaksimalkan potensi daerah kapur

25
MEMAKSIMALKAN POTENSI DAERAH KAPUR KABUPATEN BLORA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Disusun Oleh Choirul Mubarok NIM 130722607391 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI GEOGRAFI April 2016

Upload: choir-rul

Post on 09-Jul-2016

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

MEMAKSIMALKAN POTENSI DAERAH KAPUR

KABUPATEN BLORA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATAKULIAH

Disusun Oleh

Choirul Mubarok

NIM 130722607391

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

April 2016

Page 2: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

MEMAKSIMALKAN POTENSI DAERAH KAPUR

KABUPATEN BLORA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Blora adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Blora

sebagai ibukotanya. Kabupaten Blora terletak di bagian timur Provinsi Jawa

Tengah berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten

Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan. Bagian utara merupakan kawasan

perbukitan bagian dari rangkaian pegunungan kapur utara, bagian selatan juga

berupa berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari pegunungan

kendeng (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora, diakses pada 26 April

2014).

Terletak dikawasan perbukitan kapur menjadikan Kabupaten Blora

memiliki sumber daya alam yang cukup banyak yang berkaitan dengan bidang

kehutanan, pertambangan, maupun industri. Dalam bidang agraris sumber daya

alam yang banyak terdapat di Kabupaten Blora adalah hutan. Sebagian besar luas

dari wilayah Kabupaten Blora didominasi oleh hutan jati dan hutan mahoni.

Hutan-hutan tersebut tersebar merata dari bagian selatan hingga bagian utara.

Pohon jati dan pohon mahoni banyak tumbuh karena komposisi tanah di

Kabupaten Blora yang mendominasi adalah tanah mediteran atau tanah kapur.

Tanah tersebut tidak cocok untuk media tanaman pertanian karena kondisinya

yang tidak subur di karena kan tanah yang mengandung kapur, tidak kuat

mengikat air tanah serta sifatnya yang sedikit asam serta sangat reaktif dengan

asam (HCI) (sarief, 1986). Dengan kondisi seperti itu tanah ini tentunya sangat

baik sebagai media pertumbuhan pohon jati dan pohon mahoni dimana pohon-

pohon ini tidak banyak membutuhkan air serta memiliki daya tahan yang kuat

terhadap keasaman tanah.

Berkaitan dengan bidang pertambangan, sumber daya yang banyak terdapat

di Kabupaten Blora adalah batu gamping atau batu kapur dan minyak bumi. Batu

Page 3: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

kapur yang melimpah dapat digunakan sebagai bagian dari bahan yang digunakan

dalam industri peleburan logam, industri semen, bahan bangunan, dan bahan

pembuatan pupuk organik. Selain batu kapur yang melimpah, kandungan minyak

bumi di Kabupaten Blora juga melimpah. Hal ini dapat diketahui ketika

Kabupaten Blora mendapat sorotan internasional setelah di Kecamatan Cepu

(salah satu kecamatan di Kabupaten Blora) ditemukan cadangan minyak bumi

sebanyak 250 juta barel pada tahun 2006

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora, diakses pada 26 April 2014).

Melimpahnya sumberdaya alam tidak menjadikan masyarakat Kabupaten

Blora menjadi sejahtera. Namun, sebaliknya kesejahteraan masyarakat tetap

rendah. Pada tahun 2008 sampai tahun 2012, Kabupaten Blora berada pada

rangking kemiskinan 32 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah (Rusyono,

2013). Tingkat kemiskinan yang tingggi berimbas pada menurunnya tingkat

pendidikan serta tingkat kesehatan masyarakat. Masyarakat tidak mampu untuk

menempuh pendidikan sampai tingkat SMA, rata-rata hanya lulusan SD bahkan

ada yang tidak menamatkan SD.Berdasarkan kenyataan yang sudah dijelaskan,

maka sangat perlu memaksimalkan potensi daerah kapur untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam makalah ini akan dibahas tiga hal, yaitu (1) Potensi apasaja yang ada

di daerah kapur Kabupaten Blora?, (2) Bagaimana cara untuk memaksimalkan

potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora?, (3) Bagaimana kendala yang

dihadapi dalam memaksimalkan potensi yang ada di daerah kapurKabupaten

Blora?.

Adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pembaca tentang potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora ,cara

memaksimalkan potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora serta kendala

yang dihadapi dalam memaksimalkan potensi-potensi tersebut. Dengan

mengetahui informasi-informasi tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan

kepada pembaca tentang kekayaan alam di Indonesia yang apabila dimanfaatkan

dengan maksimal akan meningkatkan kesejahteraan hidup.

Page 4: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

2. PEMBAHASAN

a. Potensi yang terdapat di daerah kapur Kabupaten Blora

1)Potensi Agraris

Potensi agraris yang menonjol dari Kabupaten Blora adalah tumbuh

suburnya hutan. Luas hutan di Kabupaten Blora mencapai 79.559.749 hektare

atau 43,70 persen dari total luas daerah (www. Jatengprov.go.id, diakses pada 4

mei 2014). Didalam hutan di Kabupaten Blora banyak tumbuh pohon jati dan

pohon mahoni.

Menurut sejagad (2013), pohon jati merupakan sebuah nama dari

sejenis pohon yang menghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus,

tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan diameter bisa mencapai hingga 1,5

meter, berdaun besar, yang luruh atau meranggas dimusim kemarau. Pohon jati

akan tumbuh subur dengan kondisi keasaman tanah yang cukup tinggi serta air

yang sedikit. Kondisi tanah seperti itu banyak terdapat di Kabupaten Blora karena

tanah di Kabupaten Blora banyak mengandung kapur.

Potensi kayu jati yang cukup melimpah itu mendorong munculnya

berbagai kerajinan yang memanfaatkan kayu jati sebagai bahan baku utama

seperti kerajinan tangan, seni ukir, kaligrafi, dan mebel kayu bonggol jati.

Bahkan, ada wilayah yang menjadi sentra kerajinan yang memanfaatkan bonggol

pohon kayu jati yang dianggap tidak bermanfaat oleh pihak Perhutani.

Selain pohon jati, pohon yang banyak tumbuh di hutan Kabupaten Blora

adalah pohon mahoni. Pohon mahoni adalah pohon besar dengan tinggi hampir

sama dengan pohon jati namun diameter pohon ini sedikit lebih kecil. Pohon ini

memiliki kayu yang keras serta kuat sehingga kayu dari pohon ini banyak juga

digunakan sebagai bahan dalam bahan pembuatan meubel, barang-barang ukiran

dan kerajinan tangan. Kualitas kayu mahoni yang berada sedikit dibawah kayu

jati, membuatnya sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu.

Pohon mahoni banyak tumbuh di hutan Kabupaten Blora karena cuaca serta

kondisi tanah yang sangat mendukung tumbuh suburnya pohon ini. Dengan

ketinggian kurang lebih 1500 meter diatas permukaan laut menjadikan cuaca di

Page 5: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

Kabupaten Blora memiliki suhu antara 11o sampai 36o celcius serta intensitas

hujan menjadi rendah (Sejagad,2013).

2) Potensi Pertambangan

Batu Kapur

Berada pada wilayah perbukitan dan pegunungan kapur kendeng utara

membuat wilayah Kabupaten Blora tentunya kaya akan hasil tambang berupa batu

kapur. Batu kapur terbentuk secara organik, kimia, mekanik. Sebagian besar

batuan kapur yang terdapat di Indonesia terjadi secara organik yaitu berasal dari

pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, ganggang, atau berasal dari

pengendapan terumbu karang. Batu kapur tergolong sebagai bahan tambang

golongan C. Bahan tambang golongan C merupakan salah satu bahan tambang

ekonomis yang dapat dikelola untuk ditambang, sehingga dapat meningkatkan

hasil pendapatan asli daerah . Batuan kapur di Kabupaten Blora sebagian besar

dikelola oleh masyarakat lokal. Masyarakat mengolah batu kapur menjadi bahan

material bangunan yang memiliki nilai ekonomis rendah, padahal apabila

dilakukan beberapa proses terlebih dahulu batuan kapur akan menjadi barang

yang memiliki nilai seni dan ekonomis tinggi. Barang-barang yang terbuat dari

batuan kapur bisa berupa kerajinan tangan patung atau furnitur untuk menghiasi

ruangan.

Woyanti (2002) memberikan penjelasan tentang kandungan batu

kapur atau batu gamping di Kabupaten Blora dan wilayah penyebarannya.

Penjelasannya dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut.

Jenis Bahan

Tambang

Jumlah Lokasi (Kecamatan) Volume Cad

M3

(MF.Mineable)

Batu Gamping

(CaCo3)

Blora, Tunjungan, Jepon, Bogorejo,

Todanan, Kradenan

4.341.377.214

Pasir kwarsa (SiO2) Todanan, Japah Tunjungan,

Bogorejo, Jepon

187.756.825

Ball Clay (Al2O3) Todanan, Tunjungan, Bogorejo 3.320.852

Page 6: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

Phospat (P2O5) Todanan 4.451.421

Kalsit (CaCO3) Todanan 165.542

Gypsum

(CaSO42H2O)

Randublatung, Jati, Cepu, Bogorejo 259.320

Damar Bogorejo 1.265

Sumber : Penelitian Detail Pengembangan Bahan Tambang Di Kabupaten Blora

tahun 2001, Oleh Bappeda Kabupaten Blora dengan Lembaga Penelitian UPN

“Veteran” Yogyakarta.

1) Kecamatan Blora

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Blora tersebar di

beberapa desa diantaranya Desa Sendangharjo dan Desa Ngampel. Pada lokasi

kedua desa ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk dan masyarakat

sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana. Pada desa

Sendangharjo, penambangan dilakukan di belakang makam cina, sedangkan di

desa Ngampel berada disekitar ladang penduduk. Luas potensi batu gamping yang

ada diseluruh Kecamatan Blora mencapai 1195,4 ha.Berdasarkan informasi

penambang, harga batu gamping di lokasi penambangan ini berkisar antara Rp.

80.000,-/truk, sedangakan apabila bak truk diisi dengan muatan penuh, maka

harganya menjadi Rp. 150.000,- sampai Rp. 180.000,-.

2) Kecamatan Tunjungan

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Tunjungan tersebar di

beberapa desa diantaranya Desa Nglangitan, Desa Kedungrejo, dan Desa Sitirejo.

Pada Desa Kedungrejo dan Desa Sitirejo telah dilakukan penambangan oleh

penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan

sederhana. Ketebalan batu gamping di lokasi berkisar kurang lebih 15 m dengan

luas potensi 581,3 ha. Lokasi ini berada di lereng gunung Lamping yang

merupakan perbatasan dengan Kabupaten Rembang. Batu gamping digunakan

oleh penduduk Kecamatan Tunjungan sendiri sebagai pengeras jalan dan pondasi

rumah. Harga per truk yaitu Rp. 50.000,- dengan kondisi muatan bak truk tidak

penuh.

Page 7: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

3) Kecamatan Jepon

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Jepon tersebar di

beberapa desa, antara lain Desa Waru, Desa Karangasem dan Desa Soko.

Sebagian besar, potensi batu gamping yang berada di Kecamatan Jepon ini belum

dilakukan penambangan, yang dilakukan penambangan baru di Desa Soko saja.

Untuk wilayah Desa Waru dan Desa Karangasem, belum dilakukan penambangan.

Ketebalan potensi batu gamping di kecamatan ini berkisar kurang lebih 10 sampai

15 m dengan luas potensi 378,5 ha. Pada penambangan rakyat di desa Soko, harga

batu gamping berkisar antara Rp. 80.000,- sampai dengan Rp. 150.000,-/truk,

tergantung dengan jumlah muatan yang akan diangkut. Berdasar informasi

penambang, batu gamping dari lokasi ini dipergunakan sebagai bahan pondasi dan

pengeras jalan.

4) Kecamatan Bogorejo

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Bogorejo tersebar di

beberapa desa diantaranya Desa Nglengkir, Desa Jurangjero, Desa Tempurejo dan

Desa Gandu. Pada Kecamatan Bogorejo ini yang sudah dilakukan penambangan

di Desa Jurangjero oleh penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional

menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan batu gamping dari singkapan yang

dijumpai berkisar kurang lebih 10 sampai 15 m, sedangkan untuk potensi batu

gamping pada kecamatan ini luasnya mencapai 973,3 ha. Hasil penambangan dari

kecamatan ini digunakan hampir diseluruh masyarakat Blora sebagai bahan

pondasi rumah dan sebagai pembangunan pengeras jalan di desa-desa.

5) Kecamatan Todanan

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Todanan tersebar di

beberapa desa diantaranya Desa Gunungan, Desa Kajengan, Desa Dringo dan

Desa Cokrowati. Pada lokasi didesa ini telah dilakukan penambangan oleh

penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan

sederhana. Batu gamping hasil penambangan dari Kecamatan Todanan ini

sebagian besar digunakan oleh masyarakat Blora sebagai pondasi rumah dan

pengeras jalan. Ketebalan batu gamping di Kecamatan Todanan kurang lebih 10

sampai 15 m. Luas potensi batu gamping pada Kecamatan Todanan mencapai

Page 8: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

1189,3 ha. Pada Kecamatan Todanan ini singkapan yang paling banyak dijumpai

di Desa Kajengan, dan sudah dilakukan penambangan sejak tahun 1980. Untuk

harga batu gamping di Kecamatan Todanan ini tidak berbeda jauh dengan

kecamatan lainnya, yaitu Rp. 80.000,-/truk, apabila dimuat sampai kondisi bak

truk penuh menjadi Rp. 160.000,- sampai dengan Rp.200.000,-/truk. Sebagian

besar masyarakat di Kecamatan Todanan ini bekerja sebagai penambang batu

gamping. Bahan galian batu gamping dari lokasi ini ada juga yang dikirim hingga

ke Kabupaten Pati dan Rembang sebagai pengeras jalan dan pondasi rumah.

6) Kecamaatan Kradenan 

Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Kradenan berada di

Desa Mendenrejo. Pada lokasi ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk

dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.

Berdasarkan informasi telah dilakukan penambangan sejak tahun 1980. Batu

gamping hasil penambangan dari lokasi ini sebagian besar digunakan oleh

masyarakat Blora sebagai pondasi rumah dan pengeras jalan. Ketebalan batu

gamping pada Kecamatan Kradenan kurang lebih 12 m. Luas potensi batu

gamping pada Desa Mendenrejo mencapai 262,6 ha.

Minyak Bumi

Minyak bumi adalah bahan tambang yang termasuk bahan tambang

golongan A, artinya bahan tersebut merupakan barang yang penting bagi

pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan

sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah. Namun,

untuk minyak bumi boleh dikelola swasta atau individu sesuai dengan ketentuan

yang berlaku didalam Undang-Undang Dasar 1945. Minyak bumi penting untuk

menjamin perekonomian karena minyak bumi memiliki nilai ekonomis tinggi dan

memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi daerah

maupun ekonomi negara. Kontribusi minyak bumi yaitu meningkatkan

penerimaan daerah serta penerimaan negara. Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

penerimaan pemerintah daerah dari minyak bumi berupa dana bagi hasil dan

Page 9: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,

pemerintah daerah bisa memiliki participating interest (PI) dalam KKS 10% yang

akan dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) (Marzuki, 2010).

sedangkan untuk pemerintah pusat atau negara mendapatkan penerimaan dari

dana bagi hasil dengan pemerintah daerah dan dari laba penjualan minyak bumi

yang dikelola oleh badan usaha milik negara (BUMN).

Minyak bumi banyak terletak di Kabupaten Blora karena wilayah

Kabupaten Blora terletak di daerah cekungan pegunungan kapur utara. Cekungan

pegunungan kapur utara menyimpan bahan organik dan timbunan fosil-fosil

sebagai bahan pembuatan minyak bumi. Bahan-bahan organik dan fosil-fosil

tertimbun dalam waktu yang lama, dalam kurun waktu itu terjadi proses-proses

pembentukan minyak bumi.

Menurut Martanto (2013), berdasarkan konsesi tambang-tambang minyak

yang pernah ada di Kabupaten Blora dan data-data pengeboran yang dilakukan,

kondisi jebakan minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Blora dapat

diperkirakan sebagai berikut.

1) Konsesi tambang minyak Panolan (Cepu)

Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan

pengeboran pertamanya di Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan

(Cepu) terdapat Iadang minyak yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar.

Area Getur dan Nglebur termasuk kedalam Iapangan Ledok. Jebakan-jebakan

minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman 94 m dan di area Nglebur

kedalamannya antara 239 sampai dengan 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252

surnur dengan kedalaman sumur rata-rata antara 90 sampai dengan 1350 m,

menghasilkan minyak sebanyak 207 sumur, yang tidak menghasilkan minyak

sebanyak 45 sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan minyak sebanyak 16

lapisan.

2) Konsesi tambang minyak Jepon

Pada konsesi ini dilakukan pengeboran yang pertama di lapangan

Semanggi (1986) dengan luas produktif area panjang 2,5 km, tebal 0,5 m. Lokasi

Page 10: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

ketinggian daerah Semanggi lebih dari 215 m. Jumlah sumur yang dibor 86 buah

sumur, yang produktif menghasilkan minyak 66 sumur dan tidak menghasilkan 20

sumur, kedalam sumur antara 100 m sampai 1.270 m. Banyaknya Iapisan yang

menghasilkan minyak sebanyak 6 Iapisan.

3) Konsesi tambang minyak Nglobo

Terletak pada ketinggian lebih dari 90 m di atas permukaan laut dengan

luar produksi area panjang 1,5 km x 0,5 km. Tahun pengeborannya 1909 dengan

kedalaman sumur rata-rata 400 sampai dengan 1.200 m, jumlah sumur yang dibor

47 sumur yang menghasilkan minyak sebanyak 38 sumur, tidak menghasilkan

minyak sebanyak 9 sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan minyak

sebanyak 9 Iapisan.

4) Konsesi tambang minyak Banyubang

Jumlah sumur di Banyubang ada 33, 14 sumur tidak aktif dan 19 sumur

aktif menghasilkan minyak. Di Iapangan konsesi Banyubang mempunyai 4

lapisan produktif. Lapisan 1 kedalam 250 m dengan jumlah sumur sebanyak 11

sumur, Iapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m dengan jumlah sumur

sebanyak 8 sumur, Iapisan ke 3 sebanyak 1 sumur, lapisan 4 dengan kedalaman

310 m. Pada salah satu sumur dengan kedalaman 677 m ditemukan gas

bertekanan 36 atm. Di Plantungan 66 sumur, yang menghasilkan gas 2 buah

sumur, 64 sumur tidak aktif.

5) Konsesi tambang minyak Trembes

Di konsesi Trembes ini terdapat 2 lokasi Iapangan yaitu :

a) Lapangan TrembesDi lapangan Trembes telah dilakukan pengeboran

sebanyak 6 sumur dengan kedalaman sumur 625 m. Lapisan 1 kedalaman

106 m, lapisan 2 dengan kedalaman 352 m, Iapisan 3 dengan kedalaman

1591 m.

b) Lapangan Kluwih

Di lapangan Kluwih telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 sumur (1899).

Disalah satu sumur yang berkedalarnan 265 m mengeluarkan gas 110.000

m3 tiap harinya.

Page 11: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

6) Konsesi lapangan minyak Metes

Dalam konsesi ini terdapat Iapangan minyak yang mempunyai 4 Lapisan

produksi. Lapisan 1 kedalam 250 m, lapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m,

lapisan ke 3 terletak pada kedalaman 285 m, lapisan 4 dengan kedalaman 310 m.

Di Lapisan 1 ada 4 sumur dengan produksi seluruhnya mencapai 3.400 m3 selama

22 bulan.

7) Konsesi lapangan minyak Ngiono

Konsesi ini mencakup 2 Iapangan yakni Iapangan Gaplokan yang terletak

di atas antiklin Gaplokan dan telah dibor sebanyak 2 sumur, sedang Iapangan

Ngiono yang terletak di atas antiklin Ngiono memiliki 7 sumur. Dari ke 7 sumur

yang ada di Ngiono, 2 sumur menghasilkan minyak pada kedalaman 57 dan 90 m,

sedang 1 sumur lagi menghasilkan gas dengan tekanan 4 atm.

8) Konsesi tambang minyak Ngapus

Di lapangan Ngapus baru dilakukan pemboran sebanyak 2 buah sumur,

masing-masing dengan kedalaman 180 m dan 272 m. 2 sumur ini tidak

menghasilkan minyak. Namun, salah satu sumur menghasilkan gas bertekan 20

atm pada kedalaman 272 m. Lapangan Ngapus juga tidak dikembangkan karena

tidak memberikan harapan yang baik.

9) Konsesi tambang minyak milik NKPM.

Pada konsesi ini diketahui sumur di Petak Cepu dengan produksi 20 barel

perhari (1914). Pada tahun 1917 ditemukan sumur di Konsesi Trembul dengan

produksi 1 barel per hari, kemudian pada tahun 1936 ditemukan sumur di Konsesi

Lusi dengan produksi 110 barel per hari.

Page 12: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

b. Cara untuk Memaksimalkan Potensi di Daerah Kapur

Kabupaten Blora

Pemanfaatan sumberdaya alam merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat dengan memanfaatkan ketersediaan bahan yang ada di alam untuk

memenuhi kebutuhan serta untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun

pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak maksimal akan menyebabkan

peningkatan kesejahteraan akan terhambat. Di Kabupaten Blora sendiri

pemanfaatan sumberdaya alam belum bisa maksimal dilihat dari tingkat

kesejahteraan masyarakat yang terbilang rendah. Tingkat kesejahteraan yang

rendah dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat miskin di Kabupaten Blora.

Melihat dari kenyataan yang ada bisa disimpulkan sumberdaya alam yang

melimpah bukan menjadi jaminan untuk tingkat kesejahteraan akan meningkat.

Usaha pemaksimalan perlu dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat

Kabupaten Blora agar sumberdaya alam yang melimpah dapat berkontribusi

dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Usaha yang perlu dilakukan untuk

memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai berikut.

1. Memberi penyuluhan pada masyarakat tentang potensi yang ada

diwilayahnya.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang potensi sumberdaya alam

yang ada diwilayahnya menjadi penyebab kurangnya pemaksimalan pemanfaatan

sumberdaya alam. Kurangnya pengetahuan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang baik maka pengetahuan yang

dimiliki oleh masyarakat akan baik. Namun, apabila tingkat pendidikan

masyarakat rendah maka kemungkinan untuk pengetahuan yang dimiliki juga

rendah. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang potensi sumberdaya

alam yang ada diwilayahnya adalah cara yang baik dilakukan agar pengetahuan

ang kurang tidak enghambat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. Setelah

masyarakat mengetahui potensi sumberdaya alam yang ada diwilayahnya,

pemanfaatan diharapkan berjalan menjadi lebih maksimal.

Page 13: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

2. Modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam dan memberi contoh cara

pengolahan yang baik agar hasil pemanfaatan sumberdaya alam dapat

maksimal.

Cara pengolahan sumberdaya alam merupakan kegiatan yang penting

dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan karena apabila hal tersebut tidak dilakukan

maka pemanfaatan sumberdaya alam akan kurang maksimal sehingga memiliki

nilai ekonomis yang rendah.Nilai ekonomis rendah akan menyebabkan

pendapatan masyarakat juga rendah. Pada masyarakat Kabupaten Blora cara

pengolahan sumberdaya alam masih sederhana sehingga kegiatan pemanfaatan

yang dilakukan kurang memberi hasil yang maksimal Modernisasi cara

pengolahan perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis sumberdaya alam

sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pendapatan yang

meningkat maka kesejahteraan akan ikut meningkat. Modernisasi merupakan

masuknya hal-hal baru atau perubahan terhadap suatu hal kearah yang lebih maju

atau modern. Modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam artinya perubahan

terhadap cara pengolahan sumberdaya alam kearah yang lebih modern dari yang

tadinya masih sederhana. Modernisasi cara pengolahan akan membuat

pemanfaatan lebih maksimal karena lebih efisien serta efektif dalam penggunaan

waktu, bahan, dan tenaga. Modernisasi cara pengolahan juga harus disertai dengan

memberikan contoh cara pengolahan yang baik bagi masyarakat. Dengan tingkat

pendidikan yang rendah, masyarakat akan mengalami kesulitan didalam

menggunakan cara-cara baru didalam pengolahan. Kesulitan tersebut akan

mengganggu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. memberi contoh cara

pengolahan yang baik sangatlah diperlukan agar kesulitan tersebut dapat diatasi

sehingga kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam tidak terhambat atau terganggu.

3. Pemerintah Kabupaten menyediakan sarana prasarana yang baik sebagai

pendukung kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.

Sarana prasarana merupakan alat yang penting untuk mendukung kegiatan

pemanfaatan sumberdaya alam. Sarana prasarana yang buruk tentunya akan

menghambat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. Sarana prasarana yang

Page 14: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

dominan mendukung kegiatan pemanfaatan adalah jalan raya. Di Kabupaten Blora

sarana prasarana berupa jalan raya masih sangat buruk. Hal ini tentunya

merugikan masyarakat karena hasil pemanfaatan sumberdaya alam menjadi

kurang maksial. Kegiatan pemasaran dan pendistribusian sumberdaya alam akan

terganggu. Selain itu para investor dari luar Kabupaten Blora menjadi enggan

datang untuk melakukan investasi karena mereka tidak mau mengeluarkan biaya

lebih banyak dalam hal transportasi. Perbaikan jalan raya perlu dilakukan untuk

melancarkan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan untuk mebuat para

investor dari luar Kabuaten Blora tidak enggan datang untuk melakukan investasi.

c. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Usaha Memaksimalkan

Potensi yang Ada di Daerah Kapur Kabupaten Blora.

Setiap kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan terhadap

suatu hal pasti memiliki kendala. Kendala tersebut disebabkan oleh adanya faktor

yang menghalangi kegiatan atau karena kurangnya komponen yang mendukung

perubahan. Di Wilayah Kabupaten Blora, usaha yang dilakukan untuk

memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam terkendala oleh faktor manusia.

Faktor manusia tersebut adalah tigkat pendidikan dan tradisionalitas kehidupan

dalam masyarakat. Tingkat pendidikan menjadi sebuah kendala karena tingkat

pendidikan berpengaruh tehadap ketrampilan yang dimiliki masyarakat dan juga

pengetahuan masyarakat tentang suatu hal. Tingkat pendidikan yang rendah

kemungkinan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki juga rendah. Hal ini

akan menghambat kegiatan pemaksimalan sumberdaya alam karena waktu yang

dibutuhkan untuk memahami, menguasai, mengetahui tentang potensi yang ada

dan cara mengolahnya akan menjadi lebih lama. Faktor manusia selain tingkat

pendidikan yang menghambat usaha pemaksimalan sumberdaya alam adalah

tradisionalitas penduduk. Tradisionalitas kehidupan masyarakat berkaitan dengan

kehidupan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional

didalam setiap kegiatan yang dilakukan.Tradisionalitas menghambat usaha

pemaksimalan sumberdaya alam karena masuknya perubahan atau hal-hal baru

didalam kegiatan pemaksimalan bertolak belakang dengan cara-cara atau

Page 15: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

pengetahuan tentang pemaksimalan sumberdaya alam yang dikuasai atau diterima

secara turun temurun dari jaman dahulu. Masyarakat lebih percaya pada

tradisonalitas walaupun tidak selamanya hasil pemanfaatan yang diterima dapat

berkontribusi didalam mensejahterakan kehidupan. Mengubah pemikiran tersebut

sangatlah sulit sehigga kendala inilah yang dominan menghambat usaha

pemaksimalan pemanfaatan sumberdaya alam.

3. PENUTUP

Kabupaten Blora merupakan Kabupaten yang kaya dengan potensi

sumberdaya alam dalam bidang agraris dan pertambangan. Namun, kaya akan

sumberdaya alam tidak menjadikan masyarakat kabupaten Blora menjadi lebih

sejahtera. Hal ini karena pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang maksimal

sehingga hasil yang diperoleh kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk

memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Blora bisa

dilakukan dengan cara memberi penyuluhan pada masyarakat tentang potensi

yang ada diwilayahnya agar masyarakat mengetahui segala potensi yang ada

didilayahnya, modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam dan memberi

contoh cara pengolahan yang baik agar hasil pemanfaatan sumberdaya alam dapat

maksimal, Pemerintah Kabupaten menyediakan sarana prasarana yang baik

sebagai pendukung kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.

Setiap kegiatan yang dilakukan untuk merubah suatu hal kearah yang lebih

baik pasti memiliki kendala. Kendala yang dihadapi dalam usaha memaksimalkan

pemanfaatan sumberdya alam di Kabupaten Blora adalah faktor manusia berupa

tingkat pendidikan dan tradisionalitas kehidupan masyarakat. Untuk mengatasi

kendala yang muncul, cara memaksimalkan yang sudah disebutkan dalam

paragraf pertama perlu dilakukan secara intensif oleh pemerintah kabupaten

bersama dengan masyarakat. Dengan melakukan cara pemaksimalan pemanfaatan

sumberdaya secara intensif, kendala dapat diatasi dan hasil maksimal akan dapat

diperoleh sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 16: Memaksimalkan Potensi Daerah Kapur

DAFTAR RUJUKAN

Kabupaten Blora.(online).(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora),diakses

pada 26 April 2014.

Kabupaten Blora.(online).(http://www.jatengprov.go.id/id/profil/kabupaten-

blora),diakses pada 4 Mei 2014.

Marzuki, K.2010.Minimnya Bagi Hasil Blok Cepu.(online).(

http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2010/01/27/96756),diakses pada

4 Mei 2014.

Rusyono, S.2013.Angka Pengangguran di Blora Masih Tinggi.(online).(

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_muria/2013/02/21/146365/

Angka-Pengangguran-di-Blora-Masih-Tinggi),diakses pada 26 April 2014.

Sejagad,W.2013.Flora dan Fauna Kabupaten Blora Jawa Tengah.(online).(

http://vipanyus.blogspot.com/2013/12/flora-dan-fauna-kabupaten-blora-

jawa.html),diakses pada 24 April 2014.

Sarief, Saifuddin.1986.Ilmu Tanah Pertanian.Bandung:Pustaka Buana.

Woyanti,Nenik.2002.Profil Investasi dan Potensi Ekonomi Kabupaten Blora.

Laporan penelitian Profil Investasi dan Potensi Ekonomi Kabupaten

Blora.Universitas Diponegoro.Semarang.