kdrtdwdd

13
 A. DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga  penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang. B. GEJALA-GEJALA KEKERASAN TERHADAP ISTRI Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejala- gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan. C. BENTUK-BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain: 1. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian. 2. Kekerasan Psikis Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina,  berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri. 3. Kekerasan Seksual

Upload: voosky-gzero

Post on 14-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 1/13

 

A.  DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami

terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi,

termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau

keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara

verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan

untuk mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa

kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga

 penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa

yang akan datang.

B.  GEJALA-GEJALA KEKERASAN TERHADAP ISTRI

Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas, penuh

rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala,

mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan,

nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejala-

gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal

adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat

dipastikan.

C.  BENTUK-BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain:

1. Kekerasan Fisik 

Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan

lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga

menyebabkan kematian.

2. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina,

 berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri,

meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.

Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin

tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain,

kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.

3. Kekerasan Seksual

Page 2: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 2/13

Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri

untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan

tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.

4. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di

dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan

istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena

istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak 

memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali,

menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri

untuk meningkatkan karirnya.

D.  FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri,

antara lain:

1)  Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa

anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.

2)  Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

3)  Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena

merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

4)  Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,

kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi

 bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.

5)  Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.

6)  Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

7)  Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.

8) 

Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.9)  Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang

sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

10)  Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat

sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya,

maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang

kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak 

Page 3: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 3/13

dikesampingkan ataupun dianggap masalah yang sepele. Masyarakat ataupun pihak 

yang tekait dengan KDRT, baru benar- benar bertindak jika kasus KDRT sampai

menyebabkan korban baik fisik yang parah dan maupun kematian, itupun jika

diliput oleh media massa. Banyak sekali kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT)

yang tidak tertangani secara langsung dari pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus

KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang sebelah mata daripada kasus – kasus

lainnya.

11)  Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan

yang sangat jelas antara laki –laki dan perempuan dimana laki –laki mendominasi

 perempuan. Dominasi laki – laki berhubungan dengan evaluasi positif terhadap

asertivitas dan agtresivitas laki – laki, yang menyulitkan untuk mendorong

dijatuhkannya tindakan hukum terhadap pelakunnya. Selain itu juga pandangan

 bahwa cara yang digunakan orang tua untuk memperlakukan anak – anaknya , atau

cara suami memperlakukan istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri dapat

mempengaruhi dampak timbulnya kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT).

12)  Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui

oleh orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan

dianggap oleh lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu

mengalahkan rasa sakit hati, masalah Domestik dalam keluarga bukan untuk 

diketahui oleh orang lain sehingga hal ini dapat berdampak semakin menguatkan

dalam kasus KDRT.

Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon

apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja

korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak 

direspon lingkungan, hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk 

keluar dari masalahnya.

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan

kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suamimemiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain,

suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara

suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan

diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai

orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami

terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini

Page 4: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 4/13

mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga

menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena keterlibatan

istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi sosial budaya,

sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai kegiatan

sampingan.

E.  DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Diantaranya

adalah :

Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami

sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa

tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,

mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.

Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih

 banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan

merasa takut kehilangan pekerjaan.

Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan

kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi,

anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada

 pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara

memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.

F.  SOLUSI UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Untuk menurunkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka masyarakat

 perlu digalakkan pendidikan mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan;

menyebarkan informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan terhadap

 perempuan dan anak serta menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah;

mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender;

mempromosikan sikap tidak menyalahkan korban melalui media.Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan

 pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya.

Bagi suami sebagai pelaku, bantuan oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan

yang menyebabkannya melakukan kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati

dengan menjalani terapi kognitif. Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami

dalam menerima dirinya sendiri dan istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.

Page 5: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 5/13

 

Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan

 belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM

yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan.

Suami dan istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana masing-

masing dapat melakukan sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa hubungan

 perkawinan yang sehat bukan dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi oleh rasa saling

empati. Selain itu, suami dan istri perlu belajar bagaimana bersikap asertif dan me-

manage emosi sehingga jika ada perbedaan pendapat tidak perlu menggunakan kekerasan

karena berpotensi anak akan mengimitasi perilaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu,

anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati dan memanage emosi sedini mungkin

namun semua itu harus diawali dari orangtua.

Mengalami KDRT membawa akibat – akibat negatif yang berkemungkinan

mempengaruhi perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara. Dengan

demikian, perhatian utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk 

mencegah terjadi penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada

 beberapa solusi untuk mencegah KDRT antara lain :

1.  Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan

individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.

2.  Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat

dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi

KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan.

3.  Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.

4.  Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang

mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima

 penghargaan.

5.  Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah

macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangikekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh

 besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu

 berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat

melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari

 penganiayaan.

Page 6: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 6/13

6.  Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan

menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih

terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan

secara psikis.

G.  MODUL KONSELING DAN TERAPI PERILAKU BAGI PELAKU KDRT

PENGANTAR:

• Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment

• Modul intervensi seyogyanya “tailor made” , rasional dan mampu laksana

• Modul intervensi diupayakan serasi budaya dan menjaring dukungan komunitas

• Modul intervensi sebaiknya disertai mekanisme supervisi perubahan perilaku di luar 

sesi konseling

TUJUAN:

• Klien memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum

• Klien memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender 

• Klien Menyadari KDRT adalah perilaku salah à klien menyadari memiliki kekuatan

untuk berubah

• Klien mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan

• Klien mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT

RUANG LINGKUP:

• Psikoedukasi tentang KDRT & Kesetaraan Gender 

• Konseling /MET: à membangkitkan motivasi untuk berubah

• Pendekatan Kognitif & Perilaku :

 – 1. Mengenali pikiran/emosi negatif 

 – 2.Mengenali dan mengelola situasi konflik 

 – 3. Mengenali dan mengelola amarah

• Terapi relaksasi singkat:

 – 1. relaksasi otot progresif singkat

 – 2. mengatur nafas lambatBAHAN:

Terdiri dari 5 sub modul/sesi, yaitu:

  Konseling

  Mengelola Pikiran/Emosi Negatif 

  Mengelola Konflik 

  Mengelola Amarah

Page 7: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 7/13

Tehnik Relaksasi

LANGKAH-LANGKAH:

  Penjelasan singkat “pesan dasar” Topik 

  Ilustrasi kasus KDRTà bahas

  Mengisi lembar penilain diri

  

Permainan “tema KDRT”

  Pekerjaan Rumah

  Monitoring perilaku di luar program

KONSELING

PENGERTIAN:

  Konseling adalah hubungan antara dua orang (konselor dan klien) yang bersifat

saling membantu, untuk menyelesaikan masalah tertentu

  Konseling merupakan proses kolaborasi yang bertujuan memberdayakan klien dalam

menanggapi masalah kehidupan

  Konseling bertujuan mengembangkan mekanisme koping yang efektif dalam

menghadapi masalah kehidupan

  Dasar Pendekatan Konseling adalah pendekatan humanistik , yaitu keyakinan bahwa

seseorang mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan bagi

dirinya, mempunyai potensi untuk berkembang yang pada dasarnya baik 

  Konselor berperan sebagai fasilitator yang mendorong diwujudkannya potensi yang

 baik itu, dan ia menghargai klien sebagai individu yang unik dan bebas serta

 bertanggung jawab

TUJUAN:

• Klien bersama konselor mampu mengatasi suasana krisis kejiwaan.

• Klien bersama konselor mampu mengenali kekeliruannya di masa lampau dan

memotivasi diri untuk bangkit

• Klien mampu menerima situasi yang tak mungkin berubah dan terus berjuang

mengubah yang bisa diubah• Tujuan akhir adalah klien mempunyai motivasi kuat untuk merubah perilakunya

METODE:

• 1. Pelatih memaparkan ilustrasi kasus KDRT

• 2. Klien diminta memahami dan berempati terhadap kasus tersebut

• 3. Klien diandaikan dalam posisi kasus

• 4. Langkah langkah apa yang akan klien lakukan

Page 8: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 8/13

• Diskusikan

• Bermain peran saling tukar peran dengan konselornya

MENGELOLA PIKIRAN & EMOSI NEGATIF:

PENGERTIAN:

• Pikiran negatif atau persepsi salah terhadap kejadian disekitar kehidupan kita akan

mempengaruhi suasana emosi dan tindakan kita.

• Pikiran yang salah, memicu emosi dan tindakan yang tidak rasional, misalnya;

KDRT

• Belajar mengenali pikiran salah lantas mengelolanya menjadi enerji positif 

 bermanfaat untuk mencegah KDRT

• Pendekatan terapi kognitif perilaku sangat bermanfaat membantu proses perubahan

TUJUAN:

• Klien semakin bisa mengenali perilaku KDRT, siklus KDRT, faktor pemicu, dan

dampaknya

• Klien terlatih untuk mengenali pikiran negatif dan motif yang mendorong

tindakannya (KDRT)

• Klien mampu mengubah perilakunya dengan melalui perubahan pada pola pikirnya

terhadap masalah

METODE:

• Mengenali pemikiran-pemikiran (kognisi) yang salah/keliru

• Kognisi tersebut merefleksikan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri,

kehidupan/dunia mereka, masa lalu & masa depan mereka.

• Mengganti/mengoreksi distorsi kognisi tersebut dengan kognisi yang fungsional,

realistik, sehingga akan menuju kepada perbaikan klinis.

ILUSTRASI:

MODEL A-B-C PEMBENTUKAN PERILAKU

A à B à C

A = Peristiwa/kejadianB = Pikiran otomatis dari diri kita mengenai A

C = Perubahan emosi dan perilaku

Kebanyakan orang berpikir bahwa A menyebabkan C. Yang sebenarnya terjadi adalah

à B,

yaitu pemikiran dari diri sendirilah yang memiliki pengaruh lebih besar.

LANGKAH LANGKAH:

Page 9: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 9/13

TAHAP 1: Mengumpulkan data/fakta-fakta

• Secara singkat menggambarkan peristiwa/kejadian yang tidak 

menyenangkan/traumatis dari masa lalu, saat ini, atau masa depan, & rasa yang

dihasilkan.

• Nilai intensitas dari perasaan-perasaan tersebut (nilai dari 1-10)

• Ingatlah, menghadapi secara langsung perasaan yang mengganggu adalah suatu

cara untuk menghentikan mereka dari mengendalikan kita.

TAHAP 2: Analisis pikiran

• Buat daftar pikiran-pikiran otomatis

• Mengenali distorsi/kekeliruan dari pikiran-pikiran tersebut

• Berusaha untuk merespon, atau mendiskusikan tiap pikiran otomatis yang keliru

tersebut

TAHAP 3: Menilai hasil

• Menilai hasil, yakni menyadari bahwa perubahan persepsi kognitif terhadap suatu

 peristiwa telah menghasilkan perubahan respons emosi dan perilaku.

Structured Problem Solving à 6 steps

Step 1: Tuliskan daftar masalah yang seringkali memicu kemarahan/tindak kekerasan

Step 2: Pikirkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah

Step 3: Tuliskan keuntungan dan kerugian masing masing alternative tersebut

Step 4: Tentukan pilihan yang terbaik dan termungkin dari berbagai alternative tadi

Step 5: Buat daftar langkah langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan

alternative

solusi yang dipilih

Step 6:Evaluasi perkembangan

MENGELOLA KONFLIK 

PENGERTIAN:

• Konflik dalam kehidupan keluarga, konflik sering dijadikan kambing hitam untuk 

mengesahkan tindakan KDRT oleh suami terhadap istri• Konflik dalam kehidupan berkeluarga dapat melanggengkan KDRT

• Mengelola konflik yang terjadi dalam kehidupan keluarga merupakan salah satu cara

untuk mengurangi risiko KDRT

TUJUAN:

• Mengubah pola relasi yang penuh konflik menjadi pola relasi yang saling

menghargai

Page 10: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 10/13

• Mengadopsi pola beradaptasi terhadap masalah interpersonal yang penuh

 pertentangan menjadi kerjasama

METODE:

• Ilustrasi Kasus KDRT & Konflik Keluarga

• Diskusi

• Bermain Peran

• PR 

MENGELOLA AMARAH

PENGERTIAN:

• Amarah atau sifat tempramental sering dijadikan kambing hitam untuk mengesahkan

terjadinya tindak kekerasan

• Mengesahkan bahwa memang perilaku tempramentalnya yang menyebabkan klien

melakukan KDRT adalah keliru dan tidak bertanggung jawab

• Tapi walau bagaimanapun latihan mengelola amarah tetap merupakan bagian

 penting yang perlu dilatihkan pada pelaku KDRT

TUJUAN:

• Klien memiliki keterampilan mengelola amarah dengan cara sederhada dan efektif 

• Klien menyadari bahwa ledakan kemarahan membawa konsekuensi luas

• Terbentuk suatu pola sehat dalam proses kognitif klien dalam merespon situasi yang

 biasanya mencetuskan ledakan kemarahan

METODE

• Ilustrasi Kasus

• Penjelasan teknik mengelola amarah

• Bermain peran

• Diskusi

• PR 

TEKNIK RELAKSASIPENGERTIAN:

• Melatih relaksasi berarti melatih mengontrol diri

• Melatih relaksasi berarti menerima diri apa adanya

• Melatih relaksasi membantu berpikir jenih

• Relaksasi dapat mengendalikan berbagai bentuk manivestasi dari stres

• Pada akhirnya relaksasi bermanfaat untuk mengontrol dorongan perilaku

Page 11: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 11/13

 berkekerasan

TUJUAN:

• Klien mampu melakukan tehnik nafas lambat sebagai salah satu alat pereda

ketegangan

• Klien mampu melalukan relaksasi progresif singkat untuk menumbuhkan perasaan

tenang dan terkendali

METODE:

• Penjelasan tentang tehnik relaksasi

• Demonstrasi tehnik bernafas lambat

Tutup mata anda dan carilah posisi yang paling nyaman. Sepanjang proses relaksasi

anda boleh saja menggerakkan tubuh sepanjang hal tersebut membuat anda merasa

nyaman. Bantu tubuh anda untuk memulai relaksasi dengan bernafas lambat dan

dalam. Ambil nafas perlahan melalui hidung sepanjang tiga hitungan, kemudian

hembuskan pelan pelan lewat mulut sepanjang lima hitungan. Sambil

menghembuskan nafas bayangkan bahwa anda melepas beban di pikiran anda lewat

mulut. Ulangi lagi prosedur di atas beberapa kali sampai anda mendapatkan irama

nafas yang paling nyaman. Lakukan latihan nafas lambat ini selama sepuluh menit

setiap sebelum tidur dan bangun tidur.

• Demonstrsi tehnik relaksasi progresif singkat

• Simulasi & Praktek 

• Diskusi

H.  CONTOH KASUS

1.  Aniaya Bocah dengan Disetrika

indosiar.com, Karawang - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali terjadi di

Karawang, Jawa Barat. Kali ini dilakukan sepasang suami istri (pasutri) yang tega

menganiaya bocah perempuan berusia 10 tahun dengan berbagai pukulan benda tumpul serta

menggunakan setrika panas. Korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit dengan sejumlah luka,

sementara pelaku kini mendekam di sel tahanan kepolisian.Marni Barus, warga Perumnas Bumi Teluk Jambi, Kecamatan Teluk Jambi Timur, Karawang

hanya bisa bertunduk dan menangis saat digiring polisi ke ruang pemeriksaan. Perempuan

yang memiliki tiga orang anak ini ditangkap petugas akibat penganiayaan yang dilakukan

 bersama suaminya.

Page 12: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 12/13

Aksi kekerasan sendiri dilakukan tersangka Marni terhadap Ayu Wandira, bocah perempuan

 berusia 10 tahun yang selama ini tinggal dan dipekerjakan di rumahnya. Menurut tersangka,

tindakannya yang membuat dirinya harus berurusan dengan kepolisian terjadi lantaran khilaf.

Korban dinilai sering berbohong, tidak menuruti perintahnya serta mengambil makanan tanpa

seijinya. Akibat perbuatannya Ayu mengalami sejumlah luka di tubuh. Luka tersebut akibat

 pukulan hingga cubitan dan tamparan. Bahkan luka akibat setrikaan hingga kini masih

membekas dibagian lengan dan punggungnya.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tersangka Marni harus mendekam di sel

tahanan Mapolres Karawang. Namun polisi membebaskan Sembiring, suami Marni lantaran

tidak cukup bukti. Sementara itu Ayu Wandira yang mengalami luka penganiayaan hingga

kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. (Zaenal

Arifin/Sup)

2.  Istri Usia 15 Tahun Disiksa Suami

indosiar.com, Garut - Reni Rismayanti (15 tahun) warga Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

ini, hanya bisa merintih kesakitan saat dibopong petugas dari dalam mobil menuju tempat

 pengobatan alternatif.

Wanita muda yang baru sebulan menikah ini, kerap disiksa suaminya. Akibat penyiksaan

tersebut, tulang pinggang belakang Reni patah hingga tak bisa berjalan.

Menurut Reni, awalnya ia hanya menegur suaminya yang pulang malam dalam keadaan

mabuk. Namun suaminya itu malah tak terima dan menyiksa Reni. Reni juga diancam akan

dibunuh Rendi, jika melapor kepada orang tuanya.

Korban mengaku tindak penganiayaan itu, bukan yang pertama. Ia sering ditonjok, ditendang

 bahkan disundut rokok oleh suaminya itu, serta pernah disekap selama satu minggu didalam

kamar, dengan makan seadanya.

Karena tak kuat lagi menahan penyiksaan, korban Reni bersama ibunya melapor ke polisi.

Sementara suami korban yang kabur melarikan diri, usai menyiksa istrinya itu, masih dalam

kejaran petugas.(Deni M uhammad Arif/I js) 

Page 13: Kdrtdwdd

7/27/2019 Kdrtdwdd

http://slidepdf.com/reader/full/kdrtdwdd 13/13

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar psikologi Klinis yang dibimbing

oleh Ibu Diantini Ida Viatrie)

Oleh:

Baquandi

Karina wisnu

Asmaul khusnah

Deska tri ismiani

Fakul hidayah

Yesi sevien marita

Kunto

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Oktober 2009