kdk four
DESCRIPTION
kdkTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit
endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena
seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak
musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab
munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).1
Menurut Riskesdas, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6% – 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% – 10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu – 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan banyak kejadian luar biasa. Jumlah penderita
pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654
kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Kejadian luar biasa diare pada tahun 2013 terjadi
di 6 propinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9).2
1
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
2.1. Identitas Pasien dan Keluarga
a. Identitas Pasien 1
Nama : An. Umi Faizatil
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun 11 bulan
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : PAUD
b. Identitas Pasien 2
Nama : Ny. Komsatun
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga / penjahit
c. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. Muhtadin
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 48 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai negeri (kepala dusun)
2.2. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
2
No Nama Keduduka
n dalam
Keluarga
JK Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Muhtadin KK L 48 SMA PNS Sehat
2 Khomsatun Istri KK P 43 SMA IRT Pasien
3 Muh Ihsanudin Anak I L 22 SMA Pelajar Sehat
4 Ahmad Nursaid Anak II L 14 SMP Pelajar Sehat
5 Umi Faizatil Anak III P 3 PAUD Pelajar Pasien
Gambar 1. Pohon Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
2.3. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan
Anamnesis
1. An. Umi
3
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu Pasien) pada tanggal 23 Juli 2015
pada pukul 11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015
pada pukul 15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Muntah sebanyak 5 kali
b. Keluhan tambahan
Mencret, demam, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien (An. Umi) datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 25 Maret
2015 dengan keluhan muntah sebanyak 5 kali sejak 3 hari sebelum datang ke
Puskesmas.
3 hari sebelum datang ke puskesmas, ibu pasien melihat pasien mengonsumsi
kopi 2x (1x dibeli di warung dekat rumah dan 1x yang diseduh di rumah)
tanpa makan apapun sejak pagi. Malam harinya pasien muntah-muntah dan
terlihat lemas. Muntah berisi air, makanan (-), lendir (-), warna hijau atau
kuning (-), muntah darah (-).
2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengalami mencret sebanyak 5
kali. Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau
busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air. Ibu pasien juga
merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makan nya berkurang, ibu
pasien membawa pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas.
1 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien masih mengalami mencret, ibu
pasien meneruskan obat yang diberikan oleh bidan, namun tidak ada
perubahan. Esok harinya, ibu pasien memutuskan untuk membawa anaknya ke
puskesmas dan dianjurkan untuk rawat inap.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, riwayat darah
tinggi, kencing manis, sakit jantung.
2. Ny, Komsatun
4
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Juli 2015 pada pukul
11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015 pada pukul
15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas
b. Keluhan tambahan
Muntah, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 27 Maret 2015 dengan
keluhan mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas.
Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-),
kurang lebih satu gelas tiap buang air disertai nyerti perut. Selain itu, keluhan
disertai muntah dan lemas serta nafsu makan anaknya berkurang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, yaitu anak
perempuan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat darah
tinggi, kencing manis, sakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
1. An. Umi
Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Nadi : 100x/menit
TB : 85 cm
BB : 13 kg
Suhu : 360 C
Pernapasan : 22x/menit
Status Generalis
5
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri
- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas
jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri
setinggi ICS II pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Ambdomen tampak datar
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan (-), tidak ada hepatosplenomegali, turgor baik.
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
- Post diare akut e.c infeksi virus disertai dehidrasi ringan
Rencana Penatalaksanaan
o Medikamentosa:
6
Paracetamol 3 x ¼ tab
Amoxicilin syr 3 x 1 sendok teh
Domperidone 3 x 1 tab
Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,
asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang
berserat.
o Minum air ± 2L sehari
o Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan
dan kebersihan makanan.
2. Ny. Komsatun
Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg TB : 160 cm
Nadi : 88 x/menit BB : 55 kg
Suhu : 360 C Pernapasan : 18x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)
7
- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri
- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas
jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri
setinggi ICS II pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Ambdomen tampak datar
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan (-), tidak ada hepatosplenomegali, turgor baik.
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
- Post diare akut e.c infeksi virus tanpa dehidrasi
Rencana Penatalaksanaan
o Medikamentosa:
Paracetamol 3 x 500mg
Amoxicilin 3 x 500mg
Diapet 3 x 1 tab
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,
asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang
berserat.
o Minum air ± 2L sehari
8
o Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan
dan kebersihan makanan.
Hasil Penatalaksanaan Medis
Saat kunjungan rumah pertama dan kedua pada tanggal 23 dan 27 Juli 2015, keadaan
pasien dalam keadaan membaik. An. Umi dirawat di Puskesmas selama 4 hari dan ibu pasien
dirawat jalan. Saat pulang ke rumah, pasien sudah membaik dan obat masih tetap diminum
sampai habis.
Faktor pendukung :
o Pasien meminum obat teratur dan menjalankan edukasi yang telah
diberikan
Faktor penghambat:
o -
Indikator keberhasilan
o Keluhan yang dialami pasien sudah berkurang
2.4. Tabel Permasalahan Pada Pasien
Tabel 2. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran
1. BAB cair dan mual muntah Edukasi mengenai diare, apa
penyebabnya, bagaimana
pencegahan dan bagaimana
penanganan pertama di rumah.
Pasien dan
keluarga
2. Kebiasaan jajan yang tidak
diketahui tingkat
kebersihannya
Edukasi mengenai kebersihan
makanan, dan dampak apabila
tidak mengkonsumsi makanan
yang bersih.
Pasien dan
keluarga.
2.5. Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan penderita (An. Umi dan Ny. Komsatun) diperoleh keterangan
bahwa tidak ada riwayat penyakit herediter atau degeneratif. Sementara dalam 1 bulan
9
terakhir, anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular yaitu kedua pasien dan
anak ke I dan II yaitu berupa influenza.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah/suami, ibu dan kakaknya. Hubungan antara pasien dengan
keluarga baik. Pasien dan keluarga memiliki waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari
yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama, berkumpul bersama dan shalat berjamaah.
Komunikasi antara penderita dan keluarga baik dan rukun.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah dan dirinya sendiri (Ny.
Komsatun). Pendapatan perbulan kurang lebih Rp. 1.500.000. Uang tersebut dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan makan. Dalam keluarga, semua anggota keluarga
memiliki kartu BPJS.
d. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir Ny. Komsatun adalah lulusan SMA, pendidikan terakhir suaminya
adalah SMK.
e. Fungsi Religius
An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah
secara rutin (sholat dan mengaji). Penerapan nilai agama cukup baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga tinggal di dusun Kauman, desa Kembanglimus,
di pemukiman yang padat penduduk. Komunikasi dengan tetangga cukup baik. Keluarga
penderita aktif mengikuti kegiatan di lingkungan seperti pengajian yang rutin dilakukan
seminggu sekali.
2.6. Pola Konsumsi Penderita
Frekuensi makan 3x sehari. An. Umi dan Ny. Komsatun biasanya makan di rumah.
Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,
lauk (tahu, tempe, telur, ikan), sayur (bayam, kangkung, dll), air minum (air putih dan teh).
Pasien jarang mengkonsumsi ayam atau daging. An. Umi selalu minum susu. Terkadang An.
Umi juga suka membeli makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan
kesehatannya. Air minum berasal dari air sumur pompa listrik yang dimasak sendiri.
2.7. Identifikasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Faktor Perilaku
10
Pasien (An. Umi dan Ny. Komsatun) seorang anak PAUD dan ibu rumah tangga, yang
biasanya makan di rumah namun 3 hari sebelum penderita mengalami keluhan, penderita
jajan makanan ringan (mengonsumsi kopi) di sekolah, sedangkan Ny. Komsatun makan dan
minum seperti biasa. Pasien memeriksakan diri ke puskesmas bila sakit atau jika ada keluhan.
Anggota keluarga yang lain juga memeriksakan diri ke puskesmas jika sakit.
b. Faktor Lingkungan
Tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk, dimana kebersihan di dalam kurang
baik. Pencahayaan di dalam rumah kurang dan sirkulasi udara kurang baik. Sumber air
minum berasal dari sumur pompa listrik dan dimasak sebelum diminum. Namun, sumber air
berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK
umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di
dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang
memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Buang air besar menggunakan jamban leher
angsa di wc sendiri dalam rumah yang langsung dibuang ke septic tank. Untuk pembuangan
limbah, dibuang ke kali dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya
tempat pembuangan sampah.
c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak < 10 km.
d. Faktor keturunan
Tidak ada riwayat apapun di dalam keluarga.
2.8. Identifikasi Lingkungan Rumah
a. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 12 x 7 m2, terdiri dari 1 lantai.
Rumah tersebut ditinggali oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang kerja (penjahit), 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1 dapur di
bagian belakang rumah.
Rumah tidak mempunyai langit-langit, beratap genteng, memiliki dinding papan, lantai
ada yang hanya diplester ada yang dari keramik. Penerangan dalam rumah tidak cukup dan
terasa lembab. Ventilasi dan jendela ada dengan luas tidak memadai, yaitu dengan luas < 10
% dan sering dibuka. Tata letak barang di rumah kurang rapi. Sumber air bersih dari sumur
pompa listrik yang merupakan milik bersama. Sumber air bersih tersebut digunakan untuk
minum maupun cuci dan masak. Sumber air berdekatan dengan pemandian dan MCK umum,
11
dimana air bekas pemandian dan MCK umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan
hanya disaring menggunakan jerami. Di dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa
binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Air
minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK terdapat kamar mandi yang menggunakan jamban
berleher angsa dan sudah memiliki septic tank yang berjarak 7 m dari sumber air minum.
Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke kali, tidak
lancar dan ada genangan air. Tidak ada tempat pembuangan sampah. Terdapat halaman di
depan rumah lebarnya 3 x 3 meter terbuat dari tanah. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah
cukup.
Gambar 2. Denah Rumah
A. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.
3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien dan keluarga tidak merasa kekurangan, dapat memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari
4. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Pasien dan keluarga menganut agama yang sama, taat beribadah, ikut aktif dalam
kegiatan keagamaan di sekitar lingkungan rumah
5. Faktor Perilaku
Pasien (An. Umi) memiliki riwayat jajan di luar rumah, sedangkan pasien (Ny.
Komsatun) memiliki kebiasaan makan tidak teratur akibat terlalu asyik bekerja.
12
WCDapur
R. Tidur
R. Tidur
R. Makan
R. Tamu dan ruang keluarga
R. Tidur
6. Faktor non perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah sangat dekat. Jarak antara rumah
pasien dengan puskesmas < 10 km.
B. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Gambar 3. Diagram Realita
C. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 3. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga
yang terlibat
Hasil Kegiatan
23 Juli
2015
Melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kepada
penderita di rumahnya
Mengamati keadaan
kesehatan rumah dan
lingkungan sekitar
Memberikan penjelasan
Penderita, ibu
penderita
Mendapatkan diagnosis
kerja pasien dan
penyebab
Pasien dan keluarga
mengerti mengenai
penjelasan yang
diberikan
13
STATUS
KESEHATAN
GENETIK
YANKES LINGKUNGAN
PERILAKU
Ventilasi kurang, Jendela kurang, Lantai terbuat dari tanah. Sumber air yang mudah terkontaminasi
Dokter praktek, bidan desa, Puskesmas Borobudur
Kurangnya kesadaran akan pentingnya mengonsumsi makanan yang bersih, pola makan yang tidak teratur, kesadaran mencuci tangan
mengenai diare, apa
penyebabnya, bagaimana
pencegahan, bahaya dan
penanganan pertama.
Memberikan penjelasan
kepada penderita dan
keluarga mengenai
pentingnya kebersihan
lingkungan termasuk
makanan.
27 Juli
2015
Memantau keberhasilan
pengobatan pasien
Mengamati keadaan
kesehatan rumah dan
lingkungan sekitar
perilaku pasien setelah
diedukasi
Penderita dan
keluarga
Perilaku pasien makin
mengarah pada perilaku
sehat dan bersih seperti
mulai mengetahui dan
terbiasa mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan, memakai sandal saat
bermain di halaman,
beristirahat yang sukup, pola
makan teratur dan
mengurangi kebiasaan jajan
sembarangan.
D. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
a. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang diberikan cukup baik.
b. Faktor pendukung :
- Pasien dan keluarga memahami dan mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan.
- Pasien dan keluarga tampak antusias dan adanya kemauan dari pasien dan keluarga
untuk hidup sehat dan bersih
c. Faktor penyulit : -
14
d. Indikator keberhasilan :
- Pasien dan keluarga mengerti bahwa diare dapat disebabkan oleh makanan yang
tidak terjaga kebersihannya.
- Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang diare, penyebab, pencegahan,
penanganan dan bahaya dari penyakit diare.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
15
DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 x sehari atau lebih banyak dari biasanya1,
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja 1,2,3. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
blan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 1
Pembagian diare :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari
2. Diare melanjut, yaitu diare yang berlangsung 7-14 hari
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, insidens diare adalah 1-2 episode per anak per tahun, sekitar 38 juta
kasus, 2-3,7 juta pengobatan ke dokter, 320.000 rawat inap dan 325-425 kematian. Sementara
secara internasional terdapat lebih dari 1 miliar kasus dan paling tidak 4 juta kematian per
tahun. Kematian pada diare berhubungan dengan derajat dehidrasi. Sebagian besar kematian
pada anak akibat diare berhubungan dengan rendahnya sosioekonomi serta usia anak.4
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi:
- Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Camphylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus: Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astovirus dan lain-lain.
- Infestasi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strogiloides), Protozoa (Entamoeba
hystolitica, Giardia Lambia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).1
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti titis
media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terdapat terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.1
2. Faktor malabsobsi
16
a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsobrsi protein.
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.1
FISIOLOGI DIARE 5
Berdasarkan mekanismenya diare dibagi menjadi :
1. Diare Osmotik
Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang diakibatkan oleh
cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi peningkatan volume cairan dalam
saluran pencernaan (usus halus) ; biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan
tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi
pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau
sorbitol dan tropical sprue.
2. Diare Sekretorik
Sekresi ion yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat ; diare yang terjadi biasanya
memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh dengan berpuasa, adanya peningkatan
Na+ dan K+ dalam tinja. Disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus), infeksi bakteri (kolera,
Entamoeba coli enterotoksigenik, Escherichia Coli, Staphilococcus aureus), protozoa
(Giardia, Isospora, Cryptosporidium (kelainan yang berhubungan dengan AIDS
(termasuk Miyobakterium), obat-obatan (teofilin, kolkisin, prostaglandin, diuretik).
3. Diare Eksudativa
Inflamasi, nekrosis dan kerusakan mukosa dari koloni saluran pencernaan adalah
akibat dari pelepasan prostoglandia oleh sel-sel inflamasi menyebabkan diare yang
bersifat sekretorik. Tinja mengandung sel PMN (Poli Morfonuklear) dan darah dalam
jumlah yang banyak (Gross Blood). Penyebab mekanisme ini yaitu : infeksi bakteri
(Campilobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, E coli) : parasit (Entamoeba histolytica),
penyakit Crohn, iskemik intestinal.
4. Diare akibat Gangguan Motilitas Intestinal
17
Gangguan dari kontrol dan koordinasi intestinal untuk melakukan motilitas
menyebabkan diare ; dengan ciri-ciri BAB pada kasus diare ini memiliki rentang waktu
yang teratur, atau disertai dengan konstipasi. Penyebabnya berupa penyakit Diabetes
Melitus (DM), insufisiensi adrenal, hipertiroid, penyakit vaskular kolagen, antibiotik
(eritromisin).
5. Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi
Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas) sehingga
menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan karbohidrat, cairan dan
elektrolit ; dapat pula terjadi spontan karena fistul enteroenterik (gatrokolik).
KLASIFIKASI DIARE 6
Diare dibagi menjadi dua kategori :
1. Diare Akut
Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan serangan diare tiba-
tiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat
dari beberapa jam sampai 14 hari.6
2. Diare Kronis
Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang
dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau
berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat.
MANIFESTASI KLINIS
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mugkin disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorpsi usus selama diare.2
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.2
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
18
a. Kehilangan berat badan (Darrow)5
- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB kurang dari 5 %
- Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 5-6%
- Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 7-10%
- Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB lebih besar dari 10%
b. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan Maurice King Score (1974)5
Bagian tubuh
yang dilihat
0 1 2
Keadaan umum Kompos mentis Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
syok
Kekenyalan
kulit
Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Nadi Kuat <120x/mnt Sedang
120-140x/mnt
> 140 x/mnt
Ubun-ubun
besar
Normal Cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Sangat kering,
sianosis
Nafas 20-30x.mnt 30-40x/mnt > 40 x/mnt
Catatan:
* Untuk menentukan turgor, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60
detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu:
1 detik: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
* Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat
dehidrasinya: 0-2 : dehidrasi ringan
3-6 : dehidrasi sedang
7-10: dehidrasi berat
19
* Pada anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai ubun-ubun besar diganti dengan
banyaknya frekuensi kencing
c. Penilaian dehidrasi menurut WHO
PENILAIAN Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1. Lihat :
Ku Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut danLidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak
haus
Haus, ingin minum
banyak
Malas minum/ tidak
bias minum
2. Periksa
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3. Hasil
Pemeriksaan
Tanda dehidrasi Dehidrasi ringan/
sedang. Bila ada 1
tanda / lebih dari
satu 1 tanda.
Dehidrasi berat. Bila
ada 1 tanda + 1/ >
tanda lain
Berdasarkan tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :
- Dehidrasi Isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131 – 150 mEq/L
- Dehidrasi Hipotonik, bila kadar Na plasma < 131 mEq/L
- Dehidrasi Hipertonik, bila kadar Na plasma >150 mEq/L
Gejala-gejala dehidrasi: Isotonik, hipotonok, dan hipertonik
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus (-) (+) (+)
Berat badan Menurun sekali Menurun Tidak jelas
20
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Kering sekali
Kulit/selaput lendir Basah Kering Irritable, kejang-
kejang
Gejala SSP Apatis Koma Hiperrefleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat & lemah Cepat & keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
Tabel. Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab 7
Gejala
klinik
Rotavirus Shigella Salmonell
a
ETEC EIEC Kolera
Masa
tunas
12-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas ++ ++ ++ - ++ -
Enek dan
muntah
Sering Jarang Sering - - Sering
Nyeri
perut
Tenesmus Tenesmus
kramp
Tenesmus
kolik
+ Tenesmus
kramp
Kramp
Lamanya
sakit
5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hri >10 x/hari Sering Sering Sering Terus-
menerus
Konsisten
si
Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Lendir
Darah - Sering Kadang-
kadang
- + -
21
Bau - + Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning-
hijau
Merah –
hijau
Kehijauan Tak
berwarna
Merah-
hijau
Seperti air
cucian
beras
Leukosit - + + - + -
Lain-lain Anorexia Kejang + Sepsis + Metooris
mus
Infeksi
sistemik
+
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen dan kadang-kadang
sampai sopor-koma). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila
sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan
dalam (pernafasan Kuszmaul).2
Asidosis metabolik terjadi karena: 1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2) Ketosis
kelaparan, 3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh
karena oliguria atau anuria), 4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan
intrasel, 5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).2
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada penderita diare.2
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
a. Kehilangan Na-biokarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oligura/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.2
3. Hipoglikemia
22
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak- anak
dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat
berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai
koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-
tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akiba terjadinya
penurunan berat dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolvemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,
kesadaran menurun, (soporokomatosa) dan apabila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
Pemeriksaan Khusus5
1. Pemeriksaan Tinja
Yang dapat dilakukan pada pemeriksaan tinja ialah kultur bakteri patogen,
pemeriksaan lekosit, mengukur kadar toksin Clostridium difficile, dan pemeriksaan
parasit). Semua pemeriksaan di atas dapat dikerjakan pada kasus diare berdarah.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah : mengukur kadar Na+ dan K+ pada cairan
tinja untuk mengetahui apakah jenis diare osmotik atau tidak. Diare osmosis ditandai oleh
perbedaan tekanan osmotik tinja >40, dimana nilai tekanan osmotik tinja ialah tekanan
23
osmolaritas (serum) [ 2X(Na + K) ](tinja). Ditemukannya darah dan lekosit
menandakan inflamasi saluran pencernaan. Adanya gram stain, membuktikan infeksi
staphilococcus, campylobacters atau candida. Steatore membuktikan adanya malabsorpsi
atau insufisiensi pankreas.5
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Total iron Binding Capacity (TiBC) dapat menandakan anemia
(kehilangan darah baik akut maupun kronis, malabsorpsi besi, asam folate, atau vit B12),
lekositosis menandakan inflamasi. Pemeriksaan kadar serum kalsium, albumin, besi
kolesterol, asam folat dapat membuktikan adanya gangguan defisit dan malasorbsi dari
intestinum. 5
Pengobatan Diare 2
1. Rehidrasi
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal berikut :
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan :
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses
= PWL) ditambah dengan
Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan (Normal water
losses = NWL), ditambah dengan
Banyak cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(Concomitant water losses = CWL)
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau
golongan umur.
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur < 2 tahun (berat badan 3-10 kg) sesuai derajat
dehidrasi
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 50 100 25 175
D. Sedang 75 100 25 200
24
D. Berat 125 100 25 250
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg) sesuai
derajat dehidrasi
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 30 80 25 135
D. Sedang 50 80 25 155
D. Berat 80 80 25 185
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15 > 25 kg)
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 25 65 25 115
D. Sedang 50 65 25 140
D. Berat 80 65 25 170
2. Medikamentosa
V. cholera : Tetracyclin 40-50 mg/kgBB/hari, selama 3 hari
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari
E. Coli : Neomytcin 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari
Colistin 100.000 U/kgBB/hari, selama 5 hari
Shigella : Ampicillin 100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari atau
Trimetoprin (TMP), Sulfametoksazole (SMX)
TMP 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari
Amubiasis : Metronidazole 30 mg/kgBB/hari selama 5-10 hari
25
3. Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg. Jenis makanan yang dapat diberikan :
Susu (ASI dan PASI yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)
Makanan setengah padat atau padat rendah serat
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, dapat diberikan makanan
padat atau makanan cair. Susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
4. Edukasi
Menjaga kebersihan alat-alat makanan
Memasak air minum dan makanan dengan matang
Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau menceboki anak dan
sebelum makan
Bila menggunakan sumber air tanah, hendaknya berjarak minimal 10 meter dari
peresapan septiktank
Tidak membuang air besar di sembarang tempat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
26
Pada tanggal 25 Maret 2015, weorang anak perempuan, 3 tahun 9 bulan, datang diantar
ibunya dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas. Dua hari sebelum
masuk puskesmas, pasien juga mengalami mencret sebanyak 5 kali, berwarna kuning, ampas
(+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air.
Demam juga merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makannya berkurang, ibu pasien membawa
pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas. Tiga hari setelahnya, ibu pasien
datang dengan keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik di kedua pasien, tidak ditemukan
kelainan. Dari fungsi biologis dalam keluarga, terdapat anggota keluarga yang mengalami
penyakit menular yaitu diare. Dari faktor perilaku, terkadang pasien juga suka membeli
makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dari faktor
lingkungan, pasien tinggal di tempat tinggal yang tidak sehat, yaitu cukup sumber air
berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK
umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di
dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang
memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali
dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan
sampah. Pasien didiagnosis dengan post diare akut e.c. infeksi virus tanpa dehidrasi. Pasien
kemudian diberi tatalaksana medikamentosa berupa Paracetamol 3 x ¼ tab, Amoxicilin syr 3
x 1 sendok teh, Domperidone 3 x 1 tab, dan Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh. Ibu pasien diberi
terapi Paracetamol 3 x 500mg, Amoxicilin 3 x 500mg, dan Diapet 3 x 1 tab.
4.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya keluhan diare, yaitu salah satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kejadian luar biasa dan dapat berakhir fatal seperti kematian yang sering
diakibatkan oleh dehidrasi, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan faktor perilaku
seperti mengurangi kebiasaan membeli makanan di luar karena kebersihannya belum tentu
terjamin; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, maupun berkegiatan; mengkonsumsi
air dan masakan yang matang; membiasakan diri berobat ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan lainnya bila sedang sakit. Selain itu, terdapat juga faktor lain yang berpengaruh
pada kesehatan yaitu membuat pembuangan limbah yang memenuhi syarat sanitasi seperti
terletak lebih dari 10 meter dari tempat tinggal, salurannya lancar dan tidak tergenang; dan
juga membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ringkasan Eksekutif: Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Jawa Tengah: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 28-29; 34-35.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengandalian penyakit dan kesehatan lingkungan: Diare dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Ksehatan RI; 2014. p. 143 – 144 .
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diare akut. Gastroenterologi. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. p. 283 – 310.
4. Noerasid N, et al. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. p. 51-76.
5. Firmansyah A, et al. Penyakit Radang Usus. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Markum H, editors. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 448 – 74.
6. Prescilla MP,MD. Pediatric Gastroenteritis. Available at: http://emedicine.medscape. com/article/964131-overview. Accessed on August 10, 2015.
7. Latief, Abdul, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Cetakan X. Jakarta: FK Universitas Indonesia. 2002. p. 283 – 94.
8. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009.9. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Juni 2007; 1-10.
29