kdk stroke

71

Click here to load reader

Upload: hendy-pratamaputra

Post on 16-Feb-2016

73 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kedokteran keluarga stroke

TRANSCRIPT

Page 1: Kdk Stroke

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA STROKE

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

MUHAMMAD RIEFKY PUTRA AGUSTI

KHALIZA CITA KRESNANDA

HENDY PRATAMPUTRA H

DANISA DIANDRA S

PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2015

Page 2: Kdk Stroke

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan

pembangunan nasional dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di

Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular. Data

di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam

hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur

adalah sebesar 15,9% (usia 45-55 tahun) dan 26,8% (usia 55-64 tahun).1Kejadian

stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan 1,6% tidak

berubah, 4,3% semakin memberat.2 Penderita laki-laki lebih banyak daripada

perempuan, dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun

54,2%, dan usia di atas 65 tahun sebesar 33,5%.3Stroke menyerang usia produktif

dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan

kesehatan secara nasional di kemudian hari.4

Di satu sisi, modernisasi akan meningkatkan risiko stroke karena

perubahan polah idup, sedangkan d sisi lain meningkatnya usia harapan hidup

juga akan meningkatkan risiko terjadinya stroke karena bertambahnya jumlah

penduduk usia lanjut.

Prinsip dasar diagnosis stroke telah diketahui dengan jelas.Namun

penelusuran faktor risiko belum menjadi pedoman standar dalam pencegahan

stroke selanjutnya.Oleh sebab itu, penelusuran faktor risiko pada pasien rawat

dengan stroke harus diperhatikan.Setiap pasien stroke yang pulang dari perawatan

maupun orang yang dicurigai berpotensi mengidap penyakit stroke, perlu

diinformasikan mengenai faktor risiko yang dimiliki, sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan awal terhadap faktor risiko pada kerabat dekat pasien.

Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi klinis

penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan pembinaan pada

penderita stroke dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan yang baik pada

kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan tinjauan kasus

kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan dalam

laporan kasus ini.

Page 3: Kdk Stroke

2

1.2 Tujuan

Pada laporan kasus ini dibahas seorang wanita 55 tahun dengan stroke non-

hemorragik. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui

penatalaksanaan dan pembinaan penderita stroke non hemorragik melalui

pendekatan keluarga.

1.3 Manfaat

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran

kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita stroke non

hemorragik.

Page 4: Kdk Stroke

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STROKE

a) Definisi

Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai gangguan fungsional pada otak

yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam, baik fokal maupun

global akibat adanya gangguan peredaran darah di otak yang dapat menyebabkan

kematian.

b) Klasifikasi

i) Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

(1) Stroke Iskemik

(a) Transient Ischaemic Attack (TIA)

(b) Trombosis serebri

(c) Emboli serebri

(2) Stroke Hemorragik

(a) Perdarahan intraserebral

(b) Perdarahan subarachnoid

ii) Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu

(1) Serangan iskemik sepintas atau TIA

(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

(3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution

(4) Completed Stroke

iii) Berdasarkan system pembuluh darah

(1) Sistem Karotis

(2) Sistem Vertebrobasiler

c) Etiologi

i) Trombosis

(1) Aterosklerosis

(2) Vaskulitis

(3) Robeknya arteri

Page 5: Kdk Stroke

4

(4) Gangguan darah

ii) Embolisme

(1) Sumber di jantung

(2) Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri

(3) Keadaan hiperkoagulasi

iii) Vasokonstriksi

d) Faktor Risiko

i) Umur

ii) Hipertensi

iii) Diabetes Mellitus

iv) Hiperlipidemia

v) Penyakit Jantung

e) Epidemiologi

Stroke menduduki peringkat ketiga di Indonesia setelah jantung dan

kanker sebagai penyebab kematian manusia. Sebanyak 28,5 persen penderita

stroke meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun

total, dan hanya 5 persen yang dapat sembuh total.

f) Gambaran Klinis

i) Timbul mendadak, timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh

gejala pendahuluan seperti nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan

sebagainya.

ii) Menunjukkan gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh darah

otak system karotis dan perlu lebih teliti pada observasi system

vertebrobasiler meskipun prinsipnya sama.

iii) Kesadaran dapat menurun sampai oma terutama pada perdarahan otak

sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.

g) Patogenesis

i) Patogenesis stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih

arteri besar pada sirkulasi serebrum.Obstruksi dapat disebabkan oleh

bekuan (thrombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau

pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada thrombus

vascular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti

Page 6: Kdk Stroke

5

jantung, dan kemudian dibawa melalui system arteri ke otak sebagai

suatu embolus.Pangkal arteria karotis interna merupakan tempat

tersering terbentuknya ateriosklerosis.Sumbatan aliran di arteria karotis

interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut,

yang sering mengalami pembentukan plak ateriosklerosis di pembuluh

darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis.

ii) Patogenesis stroke hemorragik

Stroke haemorragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat tinggi

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak atau

stroke haemorragik yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu,

perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral.

1. Perdarahan subarachnoid

Patogenesis perdarahan subarachnoid yaitu darah keluar dari

dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan

tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak kedalam

ruangan di sekitar otak.Perdarahan sering kali berasal dari

rupturnya aneurisma di basal otak atau pada sirkulus

willisii.Perdarahan subarachnoid timbul spontan pada

umumnya dan sekitar 10% disebabkan karena tekanan darah

yang naik dan terjadi saat aktivitas.

2. Perdarahan intraserebral

Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya

struktur vascular yang sudah lemah akibat aneurisma yang

disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah

otak akibat tekanan darah yang melebihi toleransi.Menurut

Tole dan Utterback, penyebab perdarahan intraserebral adalah

pecahnya mikroaneurisma Charcot-Bouchard akibat kenaikan

tekanan darah.

h) Diagnosis

i) Anamnesis

Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah

badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi

Page 7: Kdk Stroke

6

dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun

tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.

ii) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan

suhu tubuh, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan jantung paru,

abdomen, kulit, dan ekstremitas.

iii) Pemeriksaan Neurologis dan Skala Stroke

Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang

selaput otak, system motoric, sikap dan cara jalan, reflex, koordinasi,

sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah

NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scales)5(AHA/ASA

Guideline. Guidelines for the early management of adults with ischemic

stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711)

2.4 Terapi Umum Stroke Akut

a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan

Pemantauan status neurologis secara rutin terhadap, status

neurologis,nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen

dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan deficit neurologis yang

nyata.6

Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen

<95%.6

Perbaikan jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien

yang tidak sadar.5

Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask

Airway diperlukan pada pasien dengan hipoksia.

b. Stabilisasi Hemodinamik

Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena

Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan

tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk

memasukkan cairan dan nutrisi.

Usahakan CVC 5-12 mmHg

Page 8: Kdk Stroke

7

Optimalisasi tekanan darah

Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama setelah

awitan serangan stroke iskemik

Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi

Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.

Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal dan aritmia

jantungyang mengakibatkan penurunan curah jantung sekuncup harus

dikoreksi.

c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum

Tekanan darah

Pemeriksaan Jantung

Pemeriksaan Neurologis umum awal:

Derajat kesadaran

Pemeriksaan pupil dan okulomotor

Keparahan hiperemesis

d. Pengendalian peninggian Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK)

Tinggikan posisi kepala 20’-30’

Posis pasien hedaklah menghindari penekanan vena jugular

Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik

Hindari hipertermia

Jaga normovolemia

Osmoterapi atas indikasi:

Manitol (0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi 4-6 jam

dengan target <310 mOsm/L dan diperiksa 2 kali dalam sehari

selama pemberian osmoterapi

Jika perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v

e. Pemeriksaan penunjang

EKG

Laboratorium (Kimia Darah, fungsi ginjal, hematologi, faal

hemostasis, kadar gula, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit)

Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subarachnoid, lakukan pungsi

lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinal.

f. Pemeriksaan radiologi

Page 9: Kdk Stroke

8

Foto rontgen dada

CT-Scan

2.5 Kedokteran Keluarga7

2.5.1 Hakikat Kedokteran Keluarga

Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu

pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter

harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga

makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik,

sosiologik, ekologik, dan medik.

a. Hakikat biologik

Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan

keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang

anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-

konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah

anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota

keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota

keluarga.

Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas

hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis

keluarga perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari

individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi:

adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga;

yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.

b. Hakikat psikologik

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku

yang merupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan

dan pola perilakuk dan kebiasaannya.

c. Hakikat sosiologik

Page 10: Kdk Stroke

9

Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup

keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai

proses dan gejolak.

Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang

berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:

Proses dinamika dalam keluarga

Potensi keluarga

Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif

Pendidikan dan lingkungannya

d. Hakikat ekologik

Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam

interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya

dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.

e. Hakikat medik

Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi

ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit,

akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran

keluarga sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang

mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.

2.5.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga

Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan

keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang

terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran

serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan

anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka

hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga

dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah

keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.

Page 11: Kdk Stroke

10

Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat

komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia

kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah

organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam

lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat

menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan

sosial keluarga.

Page 12: Kdk Stroke

11

BAB 3

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

I. IDENTITAS PENDERITA DAN KELUARGA

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. K

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Dusun Wonosari RT 2 RW 1, Desa Prajegsari,

Kecamatan Tempuran, Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. D

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Dusun Wonosari RT 2 RW 1, Desa Prajegsari,

Kecamatan Tempuran, Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Page 13: Kdk Stroke

12

II. PROFIL KELUARGA

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung

No Nama Kedudukan

dalam Keluarga

Sex Umur

(tahun)

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1. Darman Bapak L 57 Tamat SD Tidak Bekerja Sakit

2. Kadisah Ibu P 55 Tamat SD Ibu Rumah

Tangga

Stroke

3. Usman Anak L 32 Tamat SD Pegawai Swasta Sehat

4 UsmiW Anak P 28 Tamat SD Tidak Bekerja Sehat

Diagram 1. Genogram Keluarga Kandung Penderita

Keterangan :

1. Ayah penderita meninggal

2. Ibu penderita meninggal

3. Suami penderita sakit

4. Penderita ` stroke

5. Anak penderita sehat

6. Anak Penderita sehat

3 4

5

1 2

4

Page 14: Kdk Stroke

13

III. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH

DILAKUKAN

A. Keluhan Utama

Lemah anggota gerak kanan

A. Riwayat Penyakit Sekarang

ANAMNESIS (alloanamnesis dengan penderita pada Senin, 16 November

2015, jam 15.00 WIB di rumah pasien )

±9 bulan yang lalu penderita mengeluhkan tiba-tiba lemah anggota

gerak kanan. Penderita hanya mampu menggeser anggota gerak kanan,

seluruh aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga. Terdapat penurunan

kesadaran, nyeri kepala tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. BAB

dan BAK kualitas dan kuantitas dalam batas normal. Oleh karena keluhan

tersebut penderita dibawa ke RSUD Magelang. Di RSUD Magelang

penderita dikatakan mederita penyakit stroke. Kemudian penderita disuruh

mondok ± 7 hari. Penderita pulang dengan gejala sisa lemah dan rasa

kesemutan pada anggota gerak kanan. Setelah itu pasien dating control 1x ,

kemudian melanjutkan pengobatan di pengobatan alternative.

Saat ini penderita mengeluh lemah anggota gerak kanan. Anggota

kanan hanya mampu melawan tahanan ringan. Aktivitas sehari-hari sebagian

dibantu oleh keluarga. Penderita juga mengeluh rasa kesemutan pada

anggota gerak kanan, nyeri kepala tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak

ada. BAB dan BAK kualitas dan kuantitas dalam batas normal.

B. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat darah tinggi ada sejak 20 tahun yang lalu, tidak rutin kontrol dan

tidak teratur minum obat

- Riwayat merokok tidak ada

- Riwayat sakit kencing manis tidak ada

Page 15: Kdk Stroke

14

- Riwayat sakit ginjal tidak ada

- Riwayat penyakit jantung tidak ada

C. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat darah tinggi ada

- Riwayat merokok ada pada suami

- Riwayat sakit kencing manis tidak ada

- Riwayat sakit ginjal tidak ada

- Riwayat penyakit jantung tidak ada

D. Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita tidak bekerja . Suami tidak bekerja pembiayaan dilaukan oleh anak

penderita. Penderita memiliki 1 orang anak yang sudah mandiri. Pengobatan

menggunakan biaya mandiri.

Kesan : sosial ekonomi kurang

E. ASSESMENT GERIATRI

1. MASALAH PSIKOLOGI DAN FUNGSI

Fungsi Depresi: Skor = 4/15, keadaan baik/tidak depresi

Mini Mental Score Examination: skor 28/30, Normal

Skor Norton: skor 17/20 (kecil sekali/ tak terjadi)

AKS: Katz E (Mandiri, kecualibathing, dressing, toiletting, dan 1 fungsi lain)

Skala kecemasan ZSAS : skor 30/80, Normal

INDEKS KATZ (Menilai AKS)

No. Aktivitas Mandiri Tergantung 16-11-2015

1. Bathing Memerlukan bantuan

hanya pada 1 bagian

tubuh (bagian

belakang / anggota

tubuh yang terganggu)

atau dapat melakukan

Memerlukan

bantuan dalam

mandi lebih dari 1

bagian tubuh dan

saat masuk serta

keluar dari bak

Tergantung

Page 16: Kdk Stroke

15

sendiri mandi / tidak dapat

mandi sendiri

2. Dressing Menaruh pakaian &

mengambil pakaian,

memakai pakaian,

’brace’, & menalikan

sepatu dilakukan

sendiri

Tidak dapat

memakai pakaian

sendiri atau tidak

berpakaian

sebagian

Tergantung

3. Toileting Pergi ke toilet, duduk

berdiri dari kloset,

memakai pakaian

dalam, membersihklan

kotoran (memakai

’bedpan’ pada malam

hari saja & tidak

memakai penyangga

mekanik)

Memakai ’bedpan’

atau ’comode’ atau

mendapat bantuan

pergi ke toilet atau

memakai toilet

Tergantung

4. Transfering Berpindah dari dan ke

tempat tidur &

berpindah dari dan ke

tempat duduk

(memakai atau tidak

memakai alat bantu)

Tidak dapat

melakukan /

dengan bantuan

untuk berpindah

dari & ke tempat

tidur / tempat

duduk

Tergantung

5. Continence BAK & BAB baik Tidak dapat

mengontrol

sebagian /

seluruhnya dalam

BAB & BAK,

dengan bantuan

manual / kateter

Mandiri

6. Feeding Mengambil makanan Memerlukan Mandiri

Page 17: Kdk Stroke

16

dari piring / yang

lainnya &

memasukkan ke dalam

mulut (tidak termasuk

kemampuan untuk

memotong daging &

menyiapkan makanan

seperti mengoleskan

mentega di roti)

bantuan untuk

makan atau tidak

dapat makan

semuanya atau

makan per-

parenteral)

Klasifikasi menurut Indeks Katz:

A : Mandiri, untuk 6 fungsi

B : Mandiri, untuk 5 fungsi

C : Mandiri, kecuali bathing & 1 fungsi lain

D : Mandiri, kecuali bathing, dressing, & 1 fungsi lain

E : Mandiri, kecuali bathing, dressing, toiletting & 1 fungsi lain

F : Mandiri, kecuali bathing, dressing, toiletting, transfering & 1 fungsi

lain

G : Ketergantungan untuk semua 6 fungsi di atas

Kesan : Katz E (Mandiri, kecuali bathing, dressing, toiletting & 1 fungsi

lain)

SKOR NORTON (Untuk Mengukur Risiko Dekubitus)

Penilaian Skor 25-03-2015

Kondisi fisik umum :

Baik

Lumayan

Buruk

Sangat buruk

4

3

2

1

3

Kesadaran :

Komposmentis

Apatis

Konfus/soporus

Stupor/koma

4

3

2

1

4

Page 18: Kdk Stroke

17

Aktivitas :

Ambulan

Ambulan dengan

bantuan

Hanya bisa duduk

Tiduran

4

3

2

1

3

Mobilitas :

Bergerak bebas

Sedikit terbatas

Sangat terbatas

Tak bisa bergerak

4

3

2

1

3

Inkontinensia :

Tidak ada

Kadang-kadang

Sering inkontinensia urin

Inkontinensia alvi & urin

4

3

2

1

4

Skor total 17

Kategori : Skor 16-20 : kecil sekali/tak terjadi

12-15 : kemungkinan kecil terjadi

< 12 : kemungkinan besar terjadi

Skor : 20

Kesan : kecil sekali/tak terjadi

SKALA DEPRESI GERIATRI

Pilihan jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu

minggu terakhir:

”Apakah...........”

No Apakah 1 0

1. Anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Tidak Ya

2. Anda telah meninggalkan banyak kegiatan / minat /

kesenangan anda?

Ya Tidak

Page 19: Kdk Stroke

18

3. Anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak

4. Anda merasa sering bosan? Ya Tidak

5. Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak Ya

6. Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri

anda?

Ya Tidak

7. Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Tidak Ya

8. Anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak

9. Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan

mengerjakan sesuatu yang baru?

Ya Tidak

10. Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya

ingat anda dibanding kebanyakan orang?

Ya Tidak

11. Anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini

menyenangkan?

Tidak Ya

12. Anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat

ini?

Ya Tidak

13. Anda merasa anda penuh semangat? Tidak Ya

14. Anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak

15. Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya

daripada anda?

Ya Tidak

Keterangan : Jawaban pasien dengan tilisan cetak tebal

Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal

Tiap jawaban bercetak tebal dan bergaris bawah mempunyai nilai 1

Skor antara 1-4 menunjukkan keadaan baik/tidak depresi

Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi

Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi

Skor = 4

Kesan : keadaan baik/tidak depresi

Page 20: Kdk Stroke

19

MINI MENTAL STATE EXAMINATION

Max Nilai

55

( 5)( 5 )

ORIENTASISekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?Sekarang kita berada dimana? (Nama rumah sakit, jalan, nomor rumah, kota kabupaten, provinsi)

3 ( 3 )REGISTRASIPewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya: satu detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah respon mengulang ketiga nama benda tersebut. Ulangi hingga benar menyebutkan. Hitung jumlah percobaan dan catat: 2 kali.

5 ( 4 )ATENSI DAN KALKULASIKurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “WAHYU“ (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan.

3 ( 3 )RECALLTanyakan kembali nama tiga benda yang telah disebut di atas. Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.

9 ( 8 )BAHASAa. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil atau arloji (2

nilai)b. Ulangi kalimat berikut : “ JIKA TIDAK, DAN ATAU

TAPI (1 nilai)c. Laksanakanlah 3 buah perintah ini: Peganglah selembar

kertas dengan tangan kananmu, lipatlah kertas tersebut pada pertengahan dan letakkan di lantai (3 nilai )

d. Bacalah dan laksanakanlah perintah berikut: “ PEJAMKAN MATA ANDA” (1 nilai)

e. Tuliskanlah sebuah kalimat (1 nilai)f. Tirulah gambar ini (1 nilai )

Jumlah skor : 17

Kategori : Skor 24-30 : normal

17-23 : Probable gangguan kognitif

0-16 : definite gangguan kognitif

Skor : 28

Kesan : Normal

Page 21: Kdk Stroke

20

SKALA KECEMASAN (Zung Self-rating Anxiety Scale)

No. Daftar Pertanyaan

Hanya sedikit

(1)

Kadang-kadang

(2)

Cukup sering

(3)

Hampir seluruh waktu

(4)

1 Saya merasa mental saya jatuh dan sedih √

2 Pagi adalah saat dimana perasaan saya paling baik

3 Saya merasa ingin menangis √

4 Saya mengalami problem tidur di malam hari

5 Saya makan sebanyak yg biasa saya lakukan

6 Saya tetap dapat menikmati seks √

7 Saya perhatikan berat badan saya turun √

8 Saya punya masalah dlm buang air besar √

9 Detak jantung saya berdetak lebih cepat dari biasanya

10 Saya lelah tanpa sebab √

11 Pikiran saya sejernih sebagaimana biasanya √

12 Saya merasa mudah untuk melakukan hal-hal yg dulu biasa saya lakukan

13 Saya merasa tidak tenang dan tidak dapat berdiam diri

14 Saya merasa penuh harapan akan masa depan

15 Saya lebih mudah tersinggung daripada biasanya

16 Saya merasa mudah untuk memutuskan sesuatu

17 Saya merasa berguna & dibutuhkan √

18 Kehidupan saya baik-baik saja √

19 Saya merasa orang lain akan lebih baik jika saya meninggal

20 Saya masih menikmati hal-hal yang dulu suka saya lakukan

Page 22: Kdk Stroke

21

Kategori:

Normal : 25-44

Tingkat kecemasan ringan – sedang : 45-59

Tingkat kecemasan yang bermakna-berat : 60-74

Tingkat kecemasan ekstrim : ≥75

Skor : 30 (Kategori normal)

F. Hasil Pemeriksaan Fisik I, tanggal 27 April; 2015 pukul 16.00 WIB

OBJEKTIF

1. Status Praesens

Kesadaran : Compos Mentis , GCS =15 (E4M6V5)

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,5oC

Kepala : Simetris, mesosefal

Leher : Bergerak bebas,deviasi trakhea (-),pembesaran nnll

(-),massa (-)

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Teraba iktus kordis di 2 cm di medial linea mid clavicula

sinistra setinggi spatium intercostalis 4

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), bising (-)

Paru

Inspeksi : Bentuk normal, simetris statis – dinamis

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Perut

Inspeksi : Datar, bekas operasi (-), massa (-), venektasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) , normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Page 23: Kdk Stroke

22

Perkusi : Timpani

Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Status Psikikus

Cara berpikir : Realistis

Perasaan hati : Euthimik

Ingatan : Cukup

Kecerdasan : Cukup

3. STATUS NEUROLOGIKUS

A. Kepala

Bentuk : Mesosefal

Simetri : +

Nyeri tekan : -

Pulsasi : +

B. Leher

Sikap : Tegak

Pergerakan : Bebas

Kaku kuduk : -

C. Susunan Saraf Pusat

N I (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri

Subjektif : Normosmia Normosmia

Objektif : Normosmia Normosmia

N II (OPTICUS) Kanan Kiri

Tajam penglihatan : >3/60 >3/60

Lapangan penglihatan : Normal Normal

Melihat warna : Normal Normal

Fundus okuli : Tidak dilakukan pemeriksaan

N III (OCULOMOTORIUS) Kanan Kiri

Page 24: Kdk Stroke

23

Sela mata : 1,5 cm 1,5 cm

Pergerakan bulbus : Bebas Bebas

Strabismus : - -

Nystagmus : - -

Eksoftalmus : - -

Pupil Diameter : 2,5 mm 2,5 mm

Bentuk : Bulat, isokor Bulat, isokor

Reflek terhadap sinar : + +

Reflek konvergensi : + +

Reflek konsensual : + +

Melihat kembar : - -

N IV (TROCHLEARIS) Kanan Kiri

Pergerakan mata : Bebas Bebas

Sikap bulbus : di tengah di tengah

Melihat kembar : - -

N V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri

Membuka mulut : + +

Mengunyah : + +

Menggigit : + +

Reflek kornea : + +

Sensibilitas muka : + +

N VI (ABDUSCENS) Kanan Kiri

Pergerakan mata ke lateral : + +

Sikap bulbus : di tengah di tengah

Melihat kembar : - -

N VII (FACIALIS) Kanan Kiri

Menutup mata : + +

Memperlihatkan gigi : + -

Bersiul : + -

Page 25: Kdk Stroke

24

Mengerutkan dahi : + +

Perasaaan lidah 2/3 depan : tidak dilakukan pemeriksaan

N VIII (VESTIBULOKOKLEARIS)Kanan Kiri

Tes Gesekan : + +

Detik arloji : + +

Suara berbisik : + +

Test Rinne : tidak dilakukan pemeriksaan

Test Weber : tidak dilakukan pemeriksaan

Test Swabach : tidak dilakukan pemeriksaan

N IX (GLOSSOPHARYNGEUS) Kanan Kiri

Perasa lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan pemeriksaan

Sensibilitas pharynx : tidak dilakukan pemeriksaan

N X (VAGUS)

Arcus pharynx : dalam batas normal

Bicara : dalam batas normal

Menelan : dalam batas normal

Okulokardiak : dalam batas normal

N XI (ACCESORIUS) Kanan Kiri

Mengangkat bahu : + +

Memalingkan kepala : + +

N XII (HYPOGLOSSUS)

Pergerakan lidah : Dapat bergerak bebas

Tremor lidah : -

Artikulasi : dalam batas normal

Deviasi : -

D. Badan dan Anggota Gerak

I. Badan

Motorik

Page 26: Kdk Stroke

25

Respirasi : Thoracoabdominal

Duduk : tegak

Bentuk columna vertebralis : dalam batas normal

Pergerakan columna vertebralis : bebas,normal

Refleks Kanan Kiri

Refleks kulit perut atas : + +

Refleks kulit perut tengah : + +

Refleks kulit perut bawah : + +

Refleks kulit perut atas : tidak dilakukan pemeriksaan

Sensibilitas Kanan Kiri

Sensibilitas taktil : Berkurang Normal

Perasaan nyeri : Berkurang Normal

Termal : Normal Normal

Diskriminasi dua titik : Normal Normal

Perasaan lokalis : Normal Normal

Posisi : Normal Normal

Perasaan getar : tidak dilakukan pemeriksaan

II. Anggota Gerak Atas (lengan)

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan : + +

Kekuatan : 4/4/4 5/5/5

Tonus : Hipertonus Normotonus

Trofi : Eutrofi Eutrofi

Refleks Kanan Kiri

Refleks biceps : ++ ++

Refleks triceps : ++ ++

Refleks radius : ++ ++

Refleks ulna : ++ ++

Refleks Hoffmann : - -

Page 27: Kdk Stroke

26

Refleks Tromner : - -

Sensibilitas Kanan Kiri

Sensibilitas taktil : Normal Normal

Perasaan nyeri : berkurang Normal

Termal : Normal Normal

Diskriminasi dua titik : Normal Normal

Perasaan lokalis : Normal Normal

Posisi : Normal Normal

Perasaan getar : tidak dilakukan pemeriksaan

III. Anggota Gerak Bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan : + +

Kekuatan : 4/4/4 5/5/5

Tonus : Hipertonus Normotonus

Trofi : Eutrofi Eutrofi

Refleks Kanan Kiri

Refleks Patella : +++ ++

Refleks Achilles : ++ ++

Refleks Babinsky : - -

Refleks Chaddock : - -

Refleks Schaefer : - -

Refleks Oppenheim : - -

Refleks Gordon : - -

Refleks Gonda : - -

Refleks Bing : - -

Refleks Mendel-Bechterew : - -

Refleks Rossolimo : - -

Klonus Paha : - -

Klonus Kaki : - -

Page 28: Kdk Stroke

27

Test Lasegue : - -

Test Kernig : - -

Sensibilitas Kanan Kiri

Sensibilitas taktil : Normal Normal

Perasaan nyeri : Berkurang Normal

Termal : Normal Normal

Diskriminasi dua titik : Normal Normal

Perasaan lokalis : Normal Normal

Posisi : Normal Normal

Perasaan getar : tidak dilakukan pemeriksaan

E. Koordinasi, GAIT, dan Keseimbangan

Cara berjalan : Hemiparetik gait

Test Romberg : tidak dilakukan pemeriksaan

Ataxia : tidak dilakukan pemeriksaan

Disdiadokokinesia : tidak dilakukan pemeriksaan

Rebound phenomenon : tidak dilakukan pemeriksaan

Dismetri : tidak dilakukan pemeriksaan

F. Gerakan-gerakan abnormal

Tremor : -

Athethose : -

Myocloni : -

Chorea : -

G. Alat vegetatif

Miksi : Dalam batas normal

Defekasi : Dalam batas normal

Ereksi : tidak dilakukan pemeriksaan

H. Test Tambahan

Test Nafziger : tidak dilakukan pemeriksaan

Page 29: Kdk Stroke

28

Test Valsava : tidak dilakukan pemeriksaan

G. Diagnosis Kerja

Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra spastik,

Asimetri wajah (Parese N VII sentral)

Diagnosis topis :Daerah otak yang mendapat pendarahan arteri

lentikulostriata

Diagnosis etiologis : Suspek Stroke non Hemoragik

H. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

I. Rencana Penatalaksanaan

1. Tatalaksana medikamentosa: -

2. Tata laksana non medikamentosa:

Terapi edukasi penderita:

Menyarankan penderita untuk kontrol rutin ke dokter guna

memantau tekanan darah dan gangguan akibat susunan saraf

pusat

Menyarankan untuk minum obat yang diberikan oleh dokter

dengan teratur dan sesuai petunjuk dokter dalam meminum

obat

Menyarankan untuk melakukan perubahan pola makan dengan

mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak

hewani, dan diet rendah garam

Menyarankan untuk mengurangi kebiasaan makan makanan

bersantan, asin, dan jeroan

Menyarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik, misalnya

seperti olah raga ringan atau berjalan selama ± 30 menit

Menyarankan untuk melakukan istirahat cukup

Menyarankan penderita untuk mengikuti program fisioterapi

Terapi edukasi keluarga:

Page 30: Kdk Stroke

29

Menyarankan kepada suami penderita untuk mengawasi dan

mendampingi penderita dalam hal minum obat dan kontrol

teratur

Menganjurkan kepada anak penderita untuk memasakkan

makanan yang sesuai dengan pola diet bagi penderita darah

tinggi

Menyarankan kepada suami untuk selalu memotivasi istrinya

untuk menjalankan pola hidup sehat seperti menghentikan

kebiasaan makanmakanan tinggi lemak dan istirahat cukup.

Mengedukasi kepada pasien dan keluarga tentang diet khusus

pasien stroke yaitu

o Energi yang cukup, yaitu 24-45 kkal/kgBB

o Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB

o Lemak cukup, yaitu 20-25% kebutuhan energi total,

batas kolesterol kurang dari 300 mg

o Karbohidrat cukup, yaitu 60-70%

o Cukup vitamin A, riboflavin, vitamin B6,B12,C,E,

Asam Folat

o Cukup mineral, seperti kalsium, magnesium, dll

o Konsumsi serat yang cukup

o Cairan cukup, yaitu enam sampai delapan gelas

sehari

Mengedukasi kepada pasien dan keluarga tentang olahraga

khusus pasien stroke yaitu

o Berjalan kaki

o Latihan berjalan di air

o Senam aerobic

J. Hasil Penatalaksanaan Medis

Keluhan lemah anggota gerak kanan dirasakan berkurang setelah

minum obat secara teratur dan mengikuti saran yang diberikan. Saat

Page 31: Kdk Stroke

30

kunjungan rumah (tanggal 19 November 2015) keadaan kesehatan sudah

membaik dibandingkan sebelumnya. Saat ini penderita mengeluh lemah

anggota gerak kanan. Anggota kanan hanya mampu melawan tahanan

ringan. Penderita juga mengeluh rasa kesemutan pada anggota gerak kanan.

Faktor Pendukung : - Penderita mengikuti saran untuk minum obat

secara rutin dan teratur.

- Tekanan darah penderita turun.

- Gejala akibat gangguan susunan saraf pusat

menurun.

- Penderita beristirahat cukup.

- Penderita memulai pola makan sesuai saran yang

dianjurkan.

- Anak penderita bersedia menjadi pendamping

minum obat dan penyedia makanan yang sesuai

dengan diet bagi penderita stroke.

Faktor Penghambat : -Pasien tidak bisa menghentikan kebiasaan

makan makanan bersantan.

Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum

obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola

makan sesuai saran yang dianjurkan.

IV. Permasalahan pada penderita

Tabel 2. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran

1. Tekanan darah tinggi -Memberikan edukasi agar

berobat ke pelayanan kesehatan

-Memberikan edukasi mengenai

faktor risiko, komplikasi jika

tidak diobati dan minum obat

tidak teratur.

Pasien dan

keluarga

2. Kelemahan anggota gerak

kanan

-Memberikan edukasi mengenai

gejala sisa akibat stroke dan

perlu dilakukan latihan untuk

Pasien

Page 32: Kdk Stroke

31

memperbaiki gejala sisa tersebut

-Menyarankan untuk fisioterapi

3. Gaya hidup tidak sehat (suka

mengkonsumsi makanan asin)

Mengedukasi dan memberikan

contoh diet untuk hipertensi

Pasien dan

keluarga

4. Merasa belum begitu penting

untuk rutin minum obat.

-Memberi penjelasan bahwa

penggunaan obat yang tidak

sesuai dengan petunjuk dokter

tidak akan memberikan efek

terapi seperti yang diharapkan

-Menjelaskan bahwa penyakit

stroke adalah penyakit yang

perlu evaluasi secara rutin untuk

menilai perkembangan gejala

sisa akibat stroke

Pasien dan

keluarga

IV. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Biologis

Dari hasil wawancara dengan anak penderita diperoleh informasi bahwa

penderita 9 bulan yang lalu tiba-tiba mengalami lemah anggota gerak kanan.

Penderita hanya mampu menggeser anggota gerak kanan. Terdapat penurunan

kesadaran. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu,

namun tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat. Pola hidup penderita

menunjang faktor risiko untuk terjadinya penyakit stroke diantarnya tekanan

darah tinggi yang tak terkontrol, kebiasaan makan sehari-hari penderita yang

banyak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta paparan asap

rokok dari anggota keluarga yang merokok ± 10 batang per hari.

B. Fungsi Psikologis

Penderita merupakan istri kepala keluarga. Penderita tinggal dirumah bersama

suami dan anak. Hubungan penderita dengan keluarga baik. Hubungan dengan

Page 33: Kdk Stroke

32

tetangga di sekitar rumah baik. Penderita sering berkomunikasi dengan

tetangga di sekitar rumah.

C. Fungsi Ekonomi

Penderita tidak bekerja. Pendapatan diperoleh dari pendapatan anak pasien

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

D. Fungsi Pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD dan suami penderita

adalah tamat SD, sehingga dimungkinkan penderita belum cukup mengetahui

bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.

E. Fungsi Religius

Penderita beragama Islam. Tersedia ruangan khusus di rumah untuk

beribadah. Penderita dan istri rajin melakukan ibadah di rumah.

F. Fungsi Sosial Budaya

Penderita bersosialisai dengan lingkungan di sekitar rumah. Hubungan dengan

tetangganya terjalin cukup baik.

G. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan suami dan

anaknya.

V. POLA KONSUMSI PENDERITA

Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari tidak tetap.

Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan lauk pauk seperti

ikan asin, telor, sayur-sayuran, sedangkan untuk daging dan ayam penderita

jarang mengkonsumsinya. Penderita sering mengkonsumsi buah-buahan

seperti pisang dan salak. Dalam seminggu penderita mengkonsumsi buah-

buahan tersebut dengan frekuensi minimal 2 kali.

VI. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Page 34: Kdk Stroke

33

Kunjungan rumah dilakukan pada Senin,19 November 2015 pukul 15.00

WIB

Keadaan Rumah

Ukuran :20 m x 8 m

Penghuni :5 orang (penderita, suami, dan anak)

Halaman rumah :tanah

Pekarangan rumah : latar tanah

Dinding rumah :tembok

Lantai rumah : sebagian keramik sebagian plaster dan sebagian tanah

Atap :genting

Ruangan : 1 ruang untuk ruang tamu,2 kamar tidur, ruang ibadah,

dapur dan ruang makan, serta keluarga menggunakan

kamar mandi sendiri di dalam rumah.

Ventilasi :jendela 6 buah di bagian depan, ukuran 60cm x 40cm

Dan 1 jendela ukuran 40cm x 50 cm pada

masing-masing kamar tidur.

Pencahayaan : cukup

Kebersihan : kurang

Sumber air : untuk minum dan masak menggunakan air PAM,

sedangkan mandi dan cuci menggunakan air sumur

pompa listrik, jumlah cukup.

Tempat sampah : sampah dikumpulkan di bak sampah di belakang rumah

lalu dibakar di pekarangan belakang rumah.

VII. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Faktor Perilaku

Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan cenderung tinggi garam

dan berlemak dengan frekuensi makan 2-3x sehari. Penderita tidak pernah

berolahraga karena kondisi fisik penderita yang sudah tua dan kelemahan

anggota geraknya. Selain itu, penderita juga tidak rutin kontrol ke dokter dan

tidak teratur minum obat.Penderita memiliki riwayat darah tinggi tak

terkontrol sejak 20 tahun yang lalu.

Page 35: Kdk Stroke

34

B. Faktor Non Perilaku

Dilihat dari usia Ny. K (55 tahun) yang merupakan kelompok lanjut usia,

dapat menjadi faktor risiko terjadinya stroke. Rumah penderita terletak di

perkampungan, jarak antar rumah 1 meter, dan keadaan sekitar rumah kurang

bersih. Rumah penderita berdinding tembok, ada 6 jendela. Ruangan terdiri

dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, ruang ibadah, dapur dan ruang makan, serta

1 kamar mandi di dalam rumah. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas cukup

jauh jaraknya. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Pembiayaan biaya

kesehatan penderita secara mandiri.

VIII. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Biologis

Penderita pernah memiliki riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu

dan riwayat stroke 9 bulan yang lalu.

B. Fungsi Psikologis

Hubungan penderita dengan keluarga baik.

Hubungan penderita dengan tetangga di sekitar rumahnya terjalin baik.

C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ekonomi cukup.

D. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD, sehingga belum begitu

mengetahui bahaya dari stroke dan komplikasinya.

E. Fungsi Sosial

Dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar.

F. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Page 36: Kdk Stroke

35

Tidak ada masalah.

G. Faktor Perilaku

Pola makan tidak teratur dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah

makanan tinggi garam dan berlemak.

Penderita tidak pernahberolah raga.

Penderita tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat.

Anak penderita sering memasak makanan tinggi garam.

Suami penderita mempunyai kebiasaan merokok sehingga penderita

terpapar asap rokok.

H. Faktor Non Perilaku

Sarana pelayanan kesehatan cukup jauh.

IX. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

X. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Yan.Kes Status Kesehatan

Genetik

Perilaku

Lingkungan

Pelayanan kesehatan :jarak rumah dengan Puskesmas cukup jauh

Paparan asap rokok

Kebiasaan makan tidak teratur dan tinggi garam dan lemak

Tidak pernah berolah ragaTidak rutin kontrol dan tidak teratur

minum obat

STROKE

Tidak ada

Page 37: Kdk Stroke

36

Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keluarga

yang Terlibat

Hasil Kegiatan

16-11-

2015

Memberi penjelasan kepada penderita

tentang stroke, meliputi penyebab,

bahaya stroke, usaha mengatasi

stroke, dan pencegahan komplikasi

stroke

Memberi penjelasan bahaya

hipertensi tak terkontrol, merokok

dan paparan asap rokok serta

hubungannya dengan stroke.

Penderita dan

istri

Penderita dan istri cukup

memahami penjelasan

tentang penyakit stroke

yang diberikan

Suami penderita belum mau

berhenti merokok tetapi

mau merokok diluar

lingkungan keluarga.

16-11-

2015

Memberi penjelasan dan lembar

panduan tentang diet bagi penderita

stroke

Anak

penderita

Istri penderita menerima

lembar panduan tentang diet

bagi penderita stroke

XII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1. Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan

cukup baik

2. Faktor pendukung : penderita dan suami dapat memahami dan

menangkap penjelasan yang diberikan

sikap penderita dan istri kooperatif dan

menangkap penjelasan yang diberikan

3. Faktor penyulit : -Pasien belum memiliki motivasi untuk berhenti

makan makanan tinggi garam dan lemak.

4. Indikator keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum

obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola

makan sesuai saran yang dianjurkan dan berhenti

merokok atau minimal merokok diluar lingkungan

keluarga.

Page 38: Kdk Stroke

37

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: Kdk Stroke

38

1. Riskesdes Depkes. Proporsi Penyebab Kematian Pada Kelompok Umur 55-64

tahun Menurut Tipe Daerah. 2008

2. Sueridewi L. Hipertensi. Sebagai Faktor Risiko Stroke. Tesis Magister

Epidemiologi Klinik. Universitas Indonesia. 1998.

3. Misbach J. Pandangan Umum Mengenai Stroke, dalam: Rasyid A, Soertidewi L

editor. Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Balai Penerbit. Jakarta

2007.1-12

4. Misbach J, Ali W. Stroke in Indonesia: a First Large Prospective Hospital-Based

Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Journal of Clinical Neuroscience.

2000; 8(3):245-9

5. AHA/ASA Guideline. Guidelines for the early management of adults with

ischemic stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711

6 . Ringleb PA et al. Guidelines for Management of Ischemic Stroke and Transient

Ischemic Attack 2008. The European Stroke Organization (ESO) Executive

Committee and the ESO Writing Committee

7. Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip

Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK UNDIP

LAMPIRAN 1.

DENAH RUMAH

Page 40: Kdk Stroke

39

Ruang tamu dengan lantai keramik

Dapur dan ruang makan dengan lantai plaster

Kamar Mandi

TERAS

Dapur

Ruang Tamu

Ruang Makan

Kamar Tidur

Ruang Keluarga

Kamar Tidur

Ruang ibadah

Kamar mandi dan WC dengan lantai plester dan tampak kotor karena jarang dibersihkan

Page 41: Kdk Stroke

40

Kamar tidur dengan kelambu.Terdapat ventilasi, pencahayaan siang hari cukup.

Penderita

Page 42: Kdk Stroke

41

Lampiran 2

Pendekatan pada Pasien Geriatri

Pasien geriatri mempunyai bermacam penyakit kronis, oleh karena itu pemeriksaan

status fungsional merupakan indikator prognosis yang paling baik. Status fungsional

didefinisikan sebagai seberapa jauh pasien mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-

harinya. Perubahan pada fungsi merupakan pertanda dari adanya penyakit medis, gangguan

kognitif tahap lanjut, perubahan dalam dukungan sosial, depresi, penyalahgunaan obat-

obatan, atau kombinasinya. Perubahan-perubahan ini tidak boleh dianggap sebagai “bagian

dari menjadi tua”. Dokumentasi status awal fungsional pasien sangat penting sehingga

perubahan dapat diketahui.

Wilayah Instrumen Sensitivitas Spesifisitas Waktu

(menit)

Cutpoint Komentar

Demensia MMSE 79-100% 46-100% 9 <24 Digunakan

secara luas

Timed

time and

change

test

94-100% 37-46% <2 <3 detik

untuk

time dan

<10 detik

untuk

change

Sensitif dan

cepat

Delirium CAM 94-100% 90-95% <5 Sensitif dan

mudah

diaplikasi-

kan

Ganguan

afektif

GDS 97% 85% 1 2 Cepat

dilakukan

Gangguan

visual

Optotipe

Snellen

Baku emas Baku emas 2 Tidak

mampu

melihat

pada

20/40

Digunakan

universal

Page 43: Kdk Stroke

42

Gangguan

pendengaran

Tes bisik 80-90% 70-89% 0,5 50%

jawaban

benar

Tidak

membutuh-

kan

peralatan

khusus

Audiome-

tri nada

murni

94-100% 70-94% <5 Tidak

mampu

mende-

ngar >2

dari 4

nada 40

db (0,5,

1, 2, 3

kHz)

Dapat

dilakukan

oleh

petugas

terlatih

Kesehatan

gigi

Pemerik-

saan oleh

dokter

gigi

82% 90% <2

(perki-

raan)

Skor >2

Status nutrisi Penurunan

berat

badan

>4,5 kg

dalam 6

bulan atau

berat

badan <45

kg

65-70% 87-88%

Gait dan

keseimba-

ngan

Tes timed

get up and

go

88% 94% <1 >20 detik Tidak

membutuh-

kan

peralatan

khusus

Page 44: Kdk Stroke

43

Kesempatan pertama untuk menilai status fungsional pada pasien usia lanjut adalah

ketika pasien ditemui dan dibawa untuk berjalan singkat menuju ruang pemeriksaan. Pada

saat ini dinilai bagaimanakah respon dari salam yang diberikan? Apakah pasien

membutuhkan bantuan pada saat bangun dari kursi? Apakah pasien menggunakan alat bantu

seperti cane atau walker? Bagaimanakah keseimbangan pasien saat berjalan? Apakah pasien

kelelahan setelah berjalan singkat? Pengamatan ini akan menghasilkan informasi penting

mengenai penyakit kronis dapat mempengaruhi kehidupan lansia.

Aktifitas dasar dari kehidupan sehari-hari (ADL), yang terdiri dari aktifitas fisik yang

penting dalam kemadirian fisik, dan instrumen dari aktifitas kehidupan sehari-hari (IADL),

yang dibutuhkan untuk kemandirian di komunitas, merupakan instrumen yang paling sering

digunakan untuk menilai status fungsional. ADL terdiri dari memakai pakaian, mandi,

makan, buang air, transfer, dan mobilitas. IADL adalah manajemen keuangan, pemakaian

obat-obatan, penggunaan transportasi, penggunaan telefon, berbelanja, membersihkan rumah,

dan mempersiapkan makanan. Defisit kognitif dan faktor psikososial dapat mempengaruhi

pengakuan pasien dan membutuhkan bantuan dari pihak ketiga untuk pemeriksaan yang

akurat. Ketika defisit fungsional ditemukan, tatalaksana dari dukungan komunitas (formal)

maupun familial (informal) dapat diimplementasikan untuk membantu pasien lansia hidup

dalam kondisi yang kurang restriktif.

Dimensi lain dari pemeriksaan fungsional geriatri terdiri dari pemeriksaan cara

berjalan dan keseimbangan, kognitif, visus dan pengelihatan, kesehatan gigi dan nutrisi, dan

kemampuan berkendara. Tes timed up and go adalah pemeriksaan klinik untuk mengukur

keseimbangan yang valid pada pasien lansia. Pasien diamati dan dihitung waktunya mulai

dari bangkit dari tempat duduk, berjalan 3 meter, memutar balik, dan kembali duduk di kursi.

Pada orang dewasa yang sehat, hal ini dapat dilakukan kurang dari 10 detik. Kesulitan dalam

melakukan tes ini berhubungan dengan peningkatan faktor resiko jatuh dan membutuhkan

pemeriksaan lebih lanjut dalam hal mobilisasi.

Instrumen skrining untuk memeriksa kognitif pada pasien lansia berfungsi untuk

menemukan adanya demensia dan delirium yang merupakan bagian dari geriatric syndrome,

dimana keduanya memiliki efek yang besar dalam status fungsional lansia. Mini-Mental State

Examination (MMSE) merupakan tes yang sering digunakan untuk mengetahui fungsi

kognitif. Mini-Cog Instrument merupakan alternatif dari MMSE dan mungkin lebih baik

dalam memeriksa populasi yang beraneka ragam. Mini-Cog terdiri dari mengulang tiga kata

yang tidak berhubungan, diikuti dengan tes menggambar jam (CDT) yang akan

menggambarkan waktu yang spesifik. Waktu yang sering digunakan adalah pukul 11:10 atau

Page 45: Kdk Stroke

44

8:20. Pasien kemudian ditanyakan untuk mengingat 3 kata yang disebutkan diawal. Pasien

menerima satu poin setiap kata yng diingat setelah melakukan CDT dan dua poin untuk

menggambar jam. Nilai skor 0-2 merupakan hasil positif untuk demensia.

Delirium dapat menyebabkan hilangnya kemandirian, memperpanjang lama rawat

inap, dan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan dapat mengancam kehidupan. Hal ini

kadang tidak terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan tidak dianggap sebagai gejala penyakit

medis lainnya. Confusion Assessment Method (CAM) sangat sensitif dan spesifik untuk

mengidentifikasi adanya delirium. Delirium didiagnosis ketika terjadinya konfusi pada proses

yang akut dengan perjalanan yang flutuatif dan disertai dengan tidak mampu memusatkan

perhatian, dan dapat disertai dengan cara berpikir yang tidak terorganisir maupun gangguan

tingkat kesadaran. Pemeriksaan perhatian sederhana dapat dilakukan dengan cara pasien

mengulangi serangkaian angka atau menyebutkan nama-nama bulan dalam satu tahun secara

mundur.

Ketika dokter spesialis melakukan pemeriksaan pengelihatan menyeluruh dan

pendengaran, tenaga kesehatan lainnya sebaiknya mampu melakukan skrining adanya defisit

pada area ini karena hal ini biasanya ditemukan pada pasien lansia, sehingga menyebabkan

terjadinya hilangnya kemandirian pasien, dan seringkali disebabkan oleh kondisi yang dapat

diobati. Pemeriksaan dasar untuk visus seperti optotipe snellen merupakan pemeriksaan yang

paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan. Gangguan pengelihatan didefiniskan sebagai

ketidakmampuan membaca pada bari 20/40 atau lebih buruk lagi. Berdasarkan penelitian,

visus itu sendiri tidak berhubungan dengan peningkatan faktor resiko, akan tetapi

pengelihatan binokuler, persepsi kedalaman, dan sensitivitas kontras berperan dalam

stabilitas postur dan pengenalan objek. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan

menurunnya fungsi fisik, depresi, dan isolasi sosial. Tes bisik merupakan tes skrining yang

sering digunakan. Untuk melakukan tes bisik, pemeriksa menutup telinga lain yang tidak

sedang dilakukan tes, membuang nafas senyara legkap, dan kemudian membisikkan

pertanyaan yang mampu dijawab pada jarak 60 cm dari telinga yang diperiksa. Pengobatan

gangguan pendengaran dengan amplifikasi menggunakan alat bantu pendengaran telah

terbukti memperbaiki kualitas hidup. Pasien yang menunjukkan adanya gangguan

pendengaran maupun pengelihatan sebaiknya dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh

dokter spesialis. Gangguan pengelihatan maupun pendengaran secara bersama-sama

berhubungan dengan menurunnya status fungsional daripada satu gangguan saja.

Page 46: Kdk Stroke

45

Malnutrisi merupakan kelainan yang tidak jarang ditemukan pada lansia dan

berhubungan dengan peningkatan mortalitas, morbiditas, dan rujukan ke rumah sakit. Pada

orang dewasa yang hanya tinggal di rumah, definisi malnutrisi yang sering digunakan adalah:

(1) penurunan berat badan ≥ 4,5 kg lebih dari 6 bulan, ≥ 4% selama 1 tahun, (2) indeks massa

tubuh yang abnormal (< 22 atau > 27), (3) hipoalbuminemia (≤ 3,8 gr/dL), (4)

hipokolesterolemia (<160 mg/dL), atau (5) defisiensi vitamin maupun nutrisi spesifik (seperti

B12). Ketika salah satu dari ini ditemukan, pemeriksaan multidimensional sebaiknya diambil.

Dokter sebaiknya melakukan penilaian makan pasien. Apakah terdapat gangguan ekonomi

atau lainnya untuk mendapatkan makanan berkualitas tinggi? Apakah terdapat gangguan pada

gigi yang mungkin mengganggu dalam proses makan seperti gigi yang tanggal, maupun

penyakit lainnya? Banyak penyakit medis yang dapat mengganggu pencernaan maupun

penyerapan makanan, meningkatkan kebutuhan nutrisi, atau membutuhkan pembatasan

nutrisi. Apakah pasien tidak mampu berbelanja, mempersiapkan makanan, atau memberi

makan dirinya sendiri? Apakah pasien memiliki kebiasaan atauun memilah-milih makanan

yang dapat mempengaruhi status nutrisinya? Nafsu makan yang buruk dapat berhubungan

dengan pengobatan, penyakit medis, maupun depresi.

Untuk kebanyakan lansia, menjadi mandiri bergantung pada kemampuan mengemudi

kendaran bermotor. Akan tetapi, laju kekerasan jalanan per pengendara meningkat pada

remaja dan lansia. Suatu penelitian telah menemukan bahwa kesulitan meniru pada MMSE,

berjalan blok lebih sedikit, dan abnormalitas pada kaki merupakan prediktor dari kejadian

kelainan mengemudi. Walaupun pasien dapat menjalani pemeriksaan berkendara formal

dengan bantuan spesialis rehabilitasi medik, dokter juga dapat menilai secara tidak langsung

keahlian mengemudi dengan memperhatikan visus, kognitif, dan pemeriksaan motorik.

Adanya keputusan bahwa lansia tidak mampu lagi mengemudi seringkali dikeluhkan oleh

pasien, akan tetapi ketika pasien memiliki kesadaran yang rendah kepada fisiknya dan/atau

memiliki gangguan kogitif, makan keluarga, teman, petugas kesehatan, dan terkadang

petugas pemerintahan bertanggung jawab terhadap lansia dan pengendara lainnya tetap aman.

Page 47: Kdk Stroke

46

Page 48: Kdk Stroke

47

Page 49: Kdk Stroke

48

Page 50: Kdk Stroke